MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA SMK KRIST

Pendahuluan

Manajemen adalah aspek penting dalam proses belajar mengajar, merupakan sebuah proses berkelanjutan yang terorganisir. Sinergi atas fungsi pengendalian yang terintegrasi baik kedalam system operasional suatu institusi kependidikan akan membuat semua komponen yang terlibat dapat bekerja sesuai dengan fungsi masing-masing. Dengan manajemen yang baik, usaha-usaha pencapaian produktifitas maksimal dengan pengorganisasian terhadap sumber daya manusia, modal, keahlian, administrasi dan kreatifitas dapat berlangsung dengan efktif dan efisien, terutama demi menjaga kinerja guru, kualitas lulusan dan daya saing sekolah. Situasi politik, social dan ekonomi yang selalu berubah membuat fungsi manajemen kependidikan semakin vital.

Berbagai defenisi tentang manajemen telah dirumuskan oleh para ahli antara lain : According to Lawrence A Appley, “Management is the development of people and not the direction of

things”.

According to Joseph Massie, “Management is defined as the process by which a co-operative group directs action towards common goals”.

According to James L Lundy, “Management is principally the task of planning, co-ordinating, motivating and controlling the efforts of others towards a specific objective”.

In the words of Henry Fayol, “To manage is to forecast and to plan, to organise, to command, to co- ordinate and to control”.

According to Peter F Drucker, “Management is a multi-purpose organ that manages a business and manages managers and manages worker and work”.

In the words of J.N. Schulze, “Management is the force which leads, guides and directs an organisation in the accomplishment of a pre- determined object”.

In the words of Koontz and O’Donnel, “Management is defined as the creation and maintenance of an internal environment in an enterprise where individuals working together in groups can perform efficiently and effectively towards the attainment of group goa ls”.

According to Ordway Tead, “Management is the process and agency which directs and guides the operations of an organisation in realising of established aims”.

According to Stanley Vance, “Management is simply the process of decision-making and control over the actions of human beings for the express purpose of attaining pre- determined goals”.

According to Wheeler, “Business management is a human activity which directs and controls the organisation and operation of a business enterprise. Management is centred in the administrators of managers of the firm who integrate men, material and money into an effective operating limit”.

In the words of William Spriegel, “Management is that function of an enterprise which concerns itself with the direction and control of the various activities to attain the business objectives”. In the words of S. George, “Management consists of getting things done through others. Manager is one who accomplishes the objectives by directing the efforts of others”.

In the words of Keith and Gubellini, “Management is the force that integrates men and physical plant int o an effective operating unit”.

According to Newman, Summer and Warren, “The job of management is to make cooperative endeavour to function properly. A manager is one who gets things done by working with people and oth er resources”.

According to John F M, “Management may be defined as the art of securing maximum results with a minimum of effort so as to secure maximum results with a minimum of effort so as to

Pendekatan POAC dalam perspektif manajemen pendidikan/sekolah merujuk pada pemikiran yang dikemukakan oleh G.R. Terry, meliputi : (1) perencanaan (planning); (2) pengorganisasian (organizing); (3) pelaksanaan (actuating) dan (4) pengawasan (controlling. Dengan tujuan membantu dan mengarahkan organisasi kependidikan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi.

Sebagai proses POAC selalu bergulir dalam siklus yang tidak pernah berhenti, para pengelola institusi pendidikan dituntut untuk mampu memandang fungsi pelayanan mereka sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Proses tersebut dijalankan dengan mengeksplorasi semua sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien.

Untuk sampai pada tujuan pendidikan, pendekatan POAC merupakan acuan strategis dalam tiap-tiap tahapan proses, sejak proses perencanaan hingga tahap evaluasi untuk kemudian Untuk sampai pada tujuan pendidikan, pendekatan POAC merupakan acuan strategis dalam tiap-tiap tahapan proses, sejak proses perencanaan hingga tahap evaluasi untuk kemudian

Manajemen Pendidikan/Manajemen Sekolah

Empat pendekatan dalam manajemen POAC :

1. Planning

Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut. Planning telah dipertimbangkan sebagai fungsi utama manajemen dan meliputi segala sesuatu yang harus dilakukan oleh fungsi manajerial. Didalam planning terkandung tujuan (goal) dan strategi untuk mencapai goal.

Louise E. Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa: “planning may be defined as the proses by which manager set objective, asses the future, and develop course of action

designed to accomplish these objective.” Sedangkan T. Hani Handoko (1995)

mengemukakan bahwa : “ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.”

Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat memberikan hasil terbaik.

Proses planning diawali dari pemahaman yang baik dan menyeluruh terhadap visi, misi, filosofi dasar pendidikan, dan tujuan pendidikan. setiap institusi pendidikan memiliki karakteristik berbeda dalam keempat hal ini, untuk itu perlu digambarkan secara tajam dan jelas dalam proses planning, dengan memperhatikan issue strategis penting, periode pelaksanaan, standar ukuran keberhasilan yang real, yang dapat memacu setiap komponen yang ada bisa berkontribusi dan berprestasi maksimal.

Perencanaan pendidikan

Secara garis besar, langkah-langkah perencanaan pendidikan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni perencanaan strategi dan perencanaan operasional pendidikan. Perencanaan strategi menyangkut penetapan kebijaksanaan yang diambil dalam soal pendidikan, pendekatan yang dipakai, serta tujuan dan sasaran yang ingin Secara garis besar, langkah-langkah perencanaan pendidikan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni perencanaan strategi dan perencanaan operasional pendidikan. Perencanaan strategi menyangkut penetapan kebijaksanaan yang diambil dalam soal pendidikan, pendekatan yang dipakai, serta tujuan dan sasaran yang ingin

Perencanaan Sekolah adalah proses penyusunan gambaran kegiatan pendidikan dimasa depan dalam rangka untuk mencapai perubahan/tujuan pendidikan yang ditetapkan.

Perencanaan Sekolah penting dilakukan untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku pendidikan dalam rangka menuju perubahan atau tujuan yang lebih baik (peningkatan,pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi ketidakpastian masa depan, menjamin agar perubahan/tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil.

Rencana pendidikan sekolah yang baik haruslah bisa memperbaiki kualitas pendidikan, membawa perubahan menyeluruh dan terpadu dengan renstra dan renstrada yang telah ditetapkan pemerintah, menjamin pemerataan kesempatan dalam akses dan kualitas tanpa kehilangan esensi dari efisiensi dan relevansi.

2. Organizing

Organizing, atau dalam bahasa Indonesia pengorganisasian merupakan proses menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.

Definisi sederhana dari pengorganisasian ialah seluruh proses pengelompokan orang, alat, tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Dapat dipahami juga bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah

pemetaan tentang ” siapa? melakuakan apa?, dimana?, kapan? dan apa tujuannya?”

Kewenangan

Wewenang ( Authority ) merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari pada kegiatan-kegiatan. Wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama yang baik dengan bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang dapat diartikan sebagai hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai.

Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab (responsibility) yaitu kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari atasannya. Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan bahwa wewenang yang diberikan harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan diberikan dan diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil.

1. Kepala Sekolah

Dalam organisasi sekolah Kepala Sekolah berfungsi sebagai Edukator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator dan Motivator

a. Kepala Sekolah Sebagai Edukator

Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Fungsi kepala sekolah sebagai edukator adalah menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada tenaga kependidikan serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class dan lain-lain

Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai edukator, khususnya dalam peningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar anak didik dapat dideskripsikan sebagai berikut :

• Mengikutsertakan para guru dalam penataran atau pelatihan untuk menambah wawasannya; memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

• Berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik agar giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman.

Hal ini bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya.

• Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara memotivasi guru dan siswa.

b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Sebagai manajer, kepala sekolah mau dan mampu mendayagunakan sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan mencapai tujuannya. Kepala sekolah mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara analitik, konseptual, harus senantiasa berusaha menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah, dan mengambil keputusan yang memuaskan stakeholders sekolah. Memberikan peluang kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya. Semua peranan tersebut dilakukan secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan dalam iklim kompetitif yang membuahkan kerja sama (cooperation), memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah perlu memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi kearsipan, dan administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas ke dalam tugas-tugas operasional.

d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan Starrat (1993) menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai komunitas belajar yang lebih efektif.

e. Kepala Sekolah Sebagai Leader

Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan dan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

Kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari aspek kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Sedangkan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifatnya yang: jujur, Kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari aspek kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Sedangkan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifatnya yang: jujur,

f. Kepala Sekolah Sebagai Inovator

Dalam rangka melakukan peranan dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada tenaga kependidikan dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah sebagai inovator dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan akan tercermin dari caranya melakukan pekerjaan secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, adaptable, dan fleksibel.

Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan dan melaksanakan berbagai pembaruan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini biasa dirangkaikan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorium bidang studi dijaga oleh beberapa guru yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.

g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Sebagai motivator, kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).

h. Kepala Sekolah Sebagai Pejabat Formal

Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk, yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formal terjadi apabila Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk, yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formal terjadi apabila

Sebagai pejabat formal, pengangkatan seseorang menjadi kepala sekolah harus didasarkan atas prosedur dan peraturan yang berlaku. Prosedur dan peraturan tersebut dirancang dan ditentukan oleh suatu unit yang bertanggung jawab dalam bidang sumber daya manusia. Dalam hal ini perlu ada kerjasama dengan unit yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah.

Peranan kepala sekolah sebagai pejabat formal secara singkat dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang mempunyai kewenangan dalam pengangkatan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku; memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas serta hak-hak dan sanksi yang perlu dilaksanakan; secara hirarki mempunyai atasan langsung, atasan yang lebih tinggi dan memiliki bawahan; dan mempunyai hak kepangkatan, gaji dan karier.

Secara umum, dalam penerapannya kepala sekolah bertugas memimpin dan mengkoordinasikan semua pelaksanaan rencana kerja harian, mingguan, bulanan catur wulan dan tahunan. Mengadakan hubungan dan kerjasama dengan pejabat-pejabat resmi setempat dalam usaha pembinaan sekolah.

2. Komite Sekolah

Berperan dalam membina dan menghimpun potensi warga sekolah dalam rangka mendukung penyelenggaraan sekolah yang berkualitas.

3. Kepala Urusan Tata Usaha

Berperan dalam menyusun program tata usaha sekolah, mengurus administrasi ketenagaan dan siswa, membina dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah, Berperan dalam menyusun program tata usaha sekolah, mengurus administrasi ketenagaan dan siswa, membina dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah,

4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

Berperan dalam menyusun program pengajaran, pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran, jadwal ulangan/evaluasi, kriteria kenaikan/ketidaknaikan/kelulusan, mengarahkan pembuatan satpel, membina lomba akademis, dan MGMP.

5. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan

Berperan dalam menyusun program pembinaan OSIS, melaksanakan pembimbingan dan pengarahan kegiatan OSIS, pemilihan siswa teladan/penerima beasiswa, mutasi siswa, program ekstra kurikuler, membuat laporan kegiatan kesiswaan secara berkala.

6. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana

Berperan dalam menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana, mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana, pengelola pembiayaan alat-alat pengajaran, dan menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara berkala.

7. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas

Berperan dalam mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua/wali siswa, membina hubungan antar sekolah, komite sekolah, lembaga dan instansi terkait, dan membuat laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala.

8. Koordinator BK

Berperan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa/ siswi, mengatasi kebiasaan- kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan siswa/ siswi pada asaat proses belajar mengajar berlangsung, mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan : kesehatan jasmani, kelanjutan studi, perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat, dan masalah sosial emosional sekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan yang lebih luas.

9. Guru

Berperan dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan siswa dan siswi melalui proses belajar mengajar di sekolah serta berperan dalam pembentukan kepribadian setiap siswa dan siswi.

3. Actuating

Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan. Maksudnya, suatu tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan tujuan organisasi. Jadi, actuating bertujuan untuk menggerakkan orang agar mau bekerja dengan sendirinya dan penuh dengan kesadaran secara bersama- sama untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dalam hal ini dibutuhkan kepemimpinan (leadership) yang baik

Actuating jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan pemahaman terhadap karakter manusia yang memiliki kecenderungan berbeda dan sifatnya dinamis. Maka dari itu, fungsi actuating ternyata jauh lebih rumit dari kelihatannya, karena harus melibatkan fungsi dari leadership.

George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai tujuan organisasi dan para anggota. Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap anggota dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang akan termotivasi untukmengerjakan sesuatu jika :

a. Merasa yakin akan mampu mengerjakan,

b. Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagidirinya,

c. Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yanglebih penting, atau mendesak,

d. Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan

Actuating dalam manajemen membutuhkan kemampuan seseorang untuk memberikan kegairahan, kegiatan, pengertian, sehingga orang lain mau mendukung dan bekerja dengan sukarela untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga pendidikan sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya.

Leadership

Leadership bisa dipahami sebagai suatu bentuk kepribadian dari seorang pemimpin yang mampu memberikan pengaruh kepada kepada anggota tanpa tekanan sehingga anggota termotivasi untuk melakukan tugas dan tanggungjawabnya sehingga mencapai tujuan sesuai dengan rencana.. dalam menjalankan fungsi ini dibutuhkan wawasan pengetahuan yang luas dan kemampuan komunikasi yang baik.

Menggerakkan adalah tugas leadership. Pemimpin yang efektif menurut Hoy dan Miskel cenderung mempunyai hubungan dengan bawahan yang sifatnya mendukung dan meningkatkan rasa percaya diri menggunakan kelompok membuat keputusan. Efektifitas kepemimpinan selalu mebawa pada pencapaian hasil/tujuan diatas rata-rata.

Arti Penting Actuating

Pertama, adalah melakukan pengarahan (commanding), bimbingan (directing) dan komunikasi (communication) (Nawawi, 2000:95). Dijelaskan pula bahwa pengarahan dan bimbingan adalah kegiatan menciptakan, memelihara, menjaga/mempertahankan dan memajukan organisasi melalui setiap personil, baik secara struktural maupun fungsional, agar langkah operasionalnya tidak keluar dari usaha mencapai tujuan organisasi (Nawawi, 2000 : 95). Kedua, penggerakan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.

4. Controlling

Menurut G.R Terry, pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.

Jelas sekali bahwa fungsi pengawasan yang diambil dari sudut pandang definisi sangat vital dalam suatu perusahaan. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan dari rencana. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan. Hal ini dilakukan untuk pencapaian tujuan sesuai dengan rencana.

Jadi pengawasan dilakukan sebelum proses, saat proses, dan setelah proses. Dengan pengendalian diharapkan juga agar pemanfaatan semua unsur manajemen menjadi efektif dan efisien.

Dalam controlling ada beberapa proses dan tahapan, yaitu pengawasan. Proses pengawasan dilakukan secara bertahap dan sistematis melalui langkah sebagai berikut:

 Menentukan standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian.  Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai.  Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan

penyimpangan jika ada.  Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.  Meninjau dan menganalisis ulang rencana, apakah sudah realistis atau tidak. Jika ternyata belum realistis maka perlu diperbaiki.

Pengawasan juga bisa dibedakan menurut sifat dan waktunya:  Preventive control, adalah pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaannya.

Pengawasan ini merupakan pengawasan terbaik karena dilakukan sebelum terjadi kesalahan namun sifatnya prediktif.

 Repressive control, adalah pengawasan yang dilakukan setelah terjadinya kesalahan dalam pelaksanaanya. Dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan

kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.  Pengawasan saat proses dilakukan, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan.

 Pengawasan berkala, adalah pengawasan yang dilakukan secara berkala, misalnya perbulan, persmester, dll.

 Pengawasan mendadak (sidak), adalah pengawasan yang dilakukan secara mendadak untuk mengetahui apa pelaksanaannya dilakukan dengan baik atau

tidak.  Pengawasan Melekat (waskat), adalah pengawasan/pengendalian yang dilakukan secara integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah kegiatan dilakukan.

Manajemen Sekolah

Manajemen adalah upaya mengkoordinasikan seluruh sumber daya untuk secara optimal berperan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan di sekolah, karena yang menjadi pucuk pimpinan adalah kepala sekolah, maka dapat dikatakan kepala sekolah adalah manajer utama dalam sekolah.

Mengacu pada panduan manajemen sekolah yang diterbitkan direktorat pendidikan menengah umum Depdiknas (1999), bidang –bidang manajemen pendidikan meliputi : (1) manajemen kurikulum; (2) manajemen personalia; (3) manajemen kesiswaan; (4) manajemen keuangan; (5) Manajemen Perawatan Preventif Sarana Dan Prasarana Sekolah.

Manajemen Perawatan Preventif Sarana Dan Prasana Sekolah

Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah. Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah. Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil

Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah.

Sehubungan dengan pentingnya peran serta fungsi sarana dan prasarana pendidikan, yang merupakan salah satu sumber daya penting dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah, maka perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan pengelolaannya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara efektif. terdapat kecenderungan, bahwa minat dan perhatian pada aspek kualitas jasa di Indonesia belum begitu maksimal terbukti, masih sering ditemukan sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki dan diterima oleh sekolah sebagai bantuan, baik dari pemerintah maupun masyarakat, terlihat dalam penggunaannya tidak optimal dan bahkan tidak dapat lagi digunakan sesuai dengan fungsinya. Hal itu disebabkan oleh kurangnya kepedulian terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki serta tidak adanya pengelolaan yang memadai.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah yang memberikan kewenangan penuh kepada pihak sekolah/perguruan tinggi selaku industri jasa untuk menyelenggarakan layanan pendidikan secara transparan dan akuntable, seluruh proses pengadaan serta mengoptimalkan penyediaan, pendayagunaan, perawatan dan pengendalian sarana dan prasarana pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, diperlukan penyesuaian manajemen sarana dan prasarana.

Lembaga Pendidikan dituntut memiliki kemandirian untuk mengatur dan mengurus kepentingan rumah tangga (sekolah) menurut kebutuhan dan kemampuan sendiri serta berdasarkan pada aspirasi dan partisipasi warga sekolah dengan tetap mengacu pada peraturan dan perundangundangan pendidikan nasional yang berlaku. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan, khususnya pada pendidikan dasar dan menengah.

Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tetang Standar Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada Bab

VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa; Pertama, setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa; Pertama, setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar

Perencanaan Sarana dan Prasarana Persekolahan

Menurut Stoops dkk. (1975), ada beberapa persyaratan yang harus dilalui ketika sekolah membuat perencanaan dalam rangka mengadakan sarana dan prasarana, yaitu (1). sekolah mengajukan daftar kebutuhan; (2) daftar kebutuhan dikirim ke kantor pusat pembelanjaan; (3) pembelian barang harus terpusat, dan daftar kebutuhan diajukan kepada beberapa rekanan, dengan anggaran dana yang tersedia di sekolah masing-masing, dan sudah mendapatkan persetujuan dari komite diadakan pengecekan ulang atas barangbarang yang dipesan; (5) Pendistribusian dilaksanakan sesuai dengan pesanan sekolah dan dilanjutkan kepada unit-unit yang memerlukan Sedangkan Dwiantara dan Sumarto (2004) mengemukakan bahwa perencanaan adalah merupakan kegiatan pemikiran, penelitian, perhitungan, dan perumusan tindakan-tindakan yang akan dilakukan di masa yang akan datang, baik berkaitan dengan kegiatan-kegiatan operasional dalam pengadaan, pengelolaan, penggunaan, pengorganisasian, maupun pengendalian sarana dan prasarana.

Dengan demikian perencanaan merupakan suatu proses kegiatan untuk menggambarkan sebelumnya (disertai dengan data pendukung ), disesuaikan dengan kondisi saat sekarang dan hal-hal yang akan dikerjakan kemudian dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya perencanaan sarana dan prasarana persekolahan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Semua itu dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan perhitungan ataupun inefisiensi Dengan demikian perencanaan merupakan suatu proses kegiatan untuk menggambarkan sebelumnya (disertai dengan data pendukung ), disesuaikan dengan kondisi saat sekarang dan hal-hal yang akan dikerjakan kemudian dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya perencanaan sarana dan prasarana persekolahan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Semua itu dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan perhitungan ataupun inefisiensi

Pemeliharaan Sarana dan PrasaranaPendidikan

Apabila barang-barang yang disebut dengan sarana prasarana pendidikan telah dibeli dan berada di sebuah sekolah, maka yang perlu dicermati keberadaannya adalah melakukan pemeliharaan. Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdayaguna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan. Pemeliharaan barang tersebut dapat dilakukan secara rutin dan berkelanjutan. Adapun tujuan pemeliharaan sebagai berikut:

1. Untuk optimalisasi asas kemanfaatan peralatan yang sudah ada.

2. Untuk optimalisasi hasil apabilasewaktu-waktu dipergunakan ( alat-alat must be ready to use ).

3. Untuk menjamin keselamatan yang menggunakan.

Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan

Secara umum, inventarisasi dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan pengurusan dan pengawasan yang efektif terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah. Secara khusus, inventarisasi dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Tertib administrasi.

2. Efisiensi biaya.

3. Pendataan asset

4. Pengawasan dan pengendalian .

Ketika melaksanakan pencatatan, pada umumnya dilakukan penggolongan atau klasifikasi barang untuk mempermudah penelusuran atau ketika diadakan pengecekan atas kekayaan yang dimiliki baik secara fisik maupun melalui daftar catatan ataupun di dalam ingatan orang. Sesuai dengan tujuan tersebut maka bentuk lambang, sandi atau kode yang dipergunakan sebagai pengganti nama atau uraian bagi tiap golongan, kelompok dan atau jenis barang haruslah bersifat membantu/ memudahkan penglihatan dan ingatan orang dalam mendapatkan kembali barang yang diinginkan dengan kata lain Klasifikasi dan Kode Barang Inventaris.

Standar sarana prasarana Sekolah merupakan bagian dari kebijakan untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan dasar dan kualitas dari penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan kegiatan perencanaan sarana dan Prasarana sangat diperlukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini penting dilakukan secara rigit dengan maksud agar akan sarana dan prasarana, ketersediaan dana, dan kemanfaatan barang tersebut sehingga menunjukkan adanya kepastian arah daan tujuan . Dengan demikian akan lebih memberi kesempatan kepada pihak- pihak terkait, seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru ataupun tata usaha untuk membuat suatu perencanaan yang lebih matang sesuai dengan tujuan kegiatan yang ingin dicapai, sampai kepada perencanaan bagaimana pengadaannya dan di mana akan menempatkan barang tersebut, serta bagaimana proses perawatannya. Pada proses pengadaan sarana dan prasarana sangat dianjurkan untuk mengikuti pedoman peraturan yang berlaku, begitu juga pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana harus dapat mengedepankan asas-asas transparansi dan akuntabilitas.

Manajemen Sarana Prasarana Dalam Filosofis Nawacita. Nawacita

Nawa Cita atau Nawacita adalah istilah umum yang diserap dari bahasa Sanskerta, nawa (sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan). Dalam konteks perpolitikan Indonesia , istilah ini merujuk kepada visi-misi pemerintah dibawah kepemimpinan presiden Joko Widodo. Dalam visi-misi pemerintah dipaparkan Sembilan agenda pokok untuk melanjutkan semangat Nawa Cita atau Nawacita adalah istilah umum yang diserap dari bahasa Sanskerta, nawa (sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan). Dalam konteks perpolitikan Indonesia , istilah ini merujuk kepada visi-misi pemerintah dibawah kepemimpinan presiden Joko Widodo. Dalam visi-misi pemerintah dipaparkan Sembilan agenda pokok untuk melanjutkan semangat

Tiga Pilar Bangsa :

1. Berdaulat dalam politik,

2. berdikari dalam ekonomi dan

3. berkepribadian dalam kebudayaan. Yang diterjemahkan dalam 9 agenda pokok pembangunan (Nawacita)

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga.

Agenda penting dalam Nawacita yang ditekankan dan sering dibahas dalam isu-isu pembangunan adalah point No. 8 yakni revolusi mental. Arti dari revolusi mental menurut Presiden Jokowi adalah menggalakkan pembangunan karakter untuk mempertegas kepribadian dan jadi diri bangsa sesuai dengan amanat Trisakti Soekarno. Untuk mencapai tujuan tersebut, menurut Jokowi, Sistem Pendidikan harus diarahkan untuk membantu membangun identitas bangsa Indonesia yang berbudaya dan beradab, yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral agama yang hidup Indonesia. Akses ke pendidikan dan layanan kesehatan masyarakat yang terprogram, terarah dan tepat sasaran oleh negara dapat membantu membangun kepribadian sosial dan budaya Indonesia.

Nawacita Dalam Dimensi Pembangunan (Rencana Kerja Pemerintah 2016)

Sembilan agenda (Nawa Cita) yang merupakan rangkuman program-program yang tertuang dalam Visi-Misi Presiden/Wakil Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla dijabarkan dalam strategi pembangunan yang digariskan dalam RPJMN 2015-2019 yang terdiri dari empat bagian utama yakni:

1) norma pembangunan;

2) tiga dimensi pembangunan;

3) kondisi perlu agar pembangunan dapat berlangsung; serta

4) program-program quick wins.

Tiga dimensi pembangunan dan kondisi perlu dari strategi pembangunan memuat sektor- sektor yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan RPJMN 2015-2019 yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah 2016. Keterkaitan antara dimensi pembangunan dengan Nawa Cita dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Dimensi Pembangunan Manusia dengan prioritas: sector pendidikan dengan melaksanakan Program Indonesia Pintar; sektor kesehatan dengan melaksanakan Program Indonesia Sehat; perumahan rakyat; melaksanakan revolusi karakter bangsa; memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia; dan melaksanakan revolusi mental. Programprogram pembangunan dalam dimensi ini adalah penjabaran dari Cita Kelima, Cita Kedelapan, dan Cita Kesembilan dari Nawa Cita (Agenda Pembangunan Nasional – RPJMN 2015-2019).

2. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan dengan prioritas kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman, pariwisata, industri dan iptek. Program-program pembangunan dalam dimensi ini adalah penjabaran dari Cita Pertama, Cita Keenam, dan Cita Ketujuh dari Nawa Cita.

3. Dimensi Pambangunan Pemerataan dan Kewilayahan dengan prioritas pada upaya pemerataan antar kelompok pendapatan, pengurangan kesenjangan pembangunan antarwilayah. Program-program pembangunan dalam dimensi ini merupakan penjabaran dari Cita Ketiga, Cita Kelima, dan Cita Keenam.

4. Kondisi Perlu yang memuat program untuk peningkatan kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, tata kelola dan reformasi birokrasi. Program-program pembangunan untuk menciptakan kondisi perlu ini merupakan penjabaran dari Cita Pertama, Cita Kedua, dan Cita Keempat. Dengan demikian semua agenda pembangunan nasional yang merupakan penjabaran Nawa Cita telah tertuang dalam prioritas pembangunan yang terkandung baik dalam ketiga dimensi pembangunan maupun pembangunan kondisi perlu yang akan dilaksanakan tahun 2016.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (RPJMN 2015-2019)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 terbagi atas 10 bidang pembangunan yaitu :

3. Ekonomi

4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

5. Politik

6. Pertahanan Keamanan

7. Hukum dan Aparatur

8. Pembangunan Wilayah dan Tata Ruang

10. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Masing masing dibidang dipertajam dengan pembahasan atas isu-isu strategis, sasaran, arah kebijakan, pendanaan, kerangka regulasi dan kerangka kelembagaan.

Prinsip penting dalam pengarusutamaan pembangunan lintas bidang adalah pembangunan berkelanjutan, tata kelola pemerintah yang baik, kesetaraan gender dalam strategi pemerataan dan penanggulangan kemiskinan, yang berkarakter dan berwawasan kebangsaan.

Bidang penyediaan sarana dan prasarana mengedepankan isu strategis tentang pembangunan infrastruktur dasa, produktifitas rakyat dan daya saing; keseimbangan pembangunan dan konektivitas ; transportasi massal dan ketahanan air; efektivitas dan efisiensi pembangunan infrastruktur

Pembangunan pendidikan secara eksplisit termasuk dalam isu strategis pada pembangunan bidang social budaya dan kehidupan beragama, isu strategis pendidikan yang dikedepankan adalah :

1. Pelaksanaan wajib belajar 12 tahun yang berkualitas

2. Pemenuhan hak terhdap layanan pendidikan dasar yang berkualitas

3. Peningkatan akses pendidikan menengah yang berkualitas

4. Peningkatan kualitas pembelajaran

5. Penguatan jaminan kualits pelayanan pendidikan

6. Penguatan kurikulum dan pelaksanaanya

7. Penguatan system nilai kependidikan

8. Pengutan tata kelola pendidikan

9. Peningkatan efisiensi pembiayaan

10. Pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan karakter

11. Pendidikan agama.

Skema Bidang Pendidikan

Penguatan Sistem Nilai Kependidikan

Penguatan Tata Kelola Dan Peningktan Efisiensi Pembiayaan Pendidikan

RNPK 2015 DAN RENSTRA 2015-2019

Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2015

Dalam Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan rembuk nasional ini memiliki arti yang sangat strategis karena merupakan satu pertemuan untuk mengatur langkah bersama dan menata barisan agar rapi dalam menerjemahkan dan melaksanakan Nawa Cita revolusi mental dan implementasi atas RPJMN.

Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2015 mengambil tema "Memperkuat Pelaku dan Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan Berkarakter Dilandasi Semangat Gotong Royong". Terdiri dari tujuh komisi dengan pembahasan yang berbeda-beda:

 Komisi I membahas tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),  Komisi II tentang Program Indonesia Pintar (PIP),  Komisi III tentang Penguatan Kompetensi Guru dan Kesejahteraan Guru,  Komisi IV tentang Kurikulum, Buku, dan Implementasi Perubahan Ujian Nasional

 Komisi V tentang Pengembangan dan Perlindungan Bahasa,  Komisi VI tentang Penguatan Tata Kelola, Efektivitas Birokrasi dan Pelibatan Publik,  Komisi VII tentang Perlindungan dan Pelestarian Budaya.

Empat langkah yang akan dilaksanakan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan,  Konsolidasi Rencana,

 Konsolidasi Organisasi,  Menyusun Program Prioritas dan  Melaksanakan Arahan Khusus.

Untuk Konsolidasi Rencana, memerlukan kolaborasi pemerintah daerah bersama-sama dengan pemerintah pusat untuk konsentrasi dalam menguatkan aktor pendidikan, yaitu guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan orang tua. "Kata kuncinya adalah penguatan pelaku. Aktornya yang akan diperkuat," hamper bersamaan dengan rembuk nasional, Kemendikbud juga telah menyelesaikan penyusunan rencana strategis (renstra).

Konsolidasi Organisasi, tata kelola dan struktur organisasi Kemendikbud yang baru juga telah rampung melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) siap untuk diimplementasikan.

Program prioritas, Kemendikbud telah menetapkan lima program prioritas.

1. Pertama, perubahan pengembangan ujian nasional sebuah assessment, salah satunya ujian nasional berbasis komputer atau Computer Based Test (CBT).

2. kedua masih mengenai ujian nasional, yaitu kampanye kejujuran. "Ujian nasional kali ini harus jadi ujian kejujuran bagi siswa, sekolah dan pengelola pendidikan di kabupaten dan provinsi. Ujian nasional harus dihormati sebagai suatu proses integritas," tuturnya.

3. ketiga adalah pengembangan kurikulum. meneruskan kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 2013, dengan melakukan evaluasi. dan ada sekolah rintisan yang akan menjadi contoh pengembangan kurikulum.

4. keempat adalah memperbaiki tata kelola guru. Mendikbud telah mengeluarkan Permendikbud tentang jam mengajar guru. Hal itu dilakukannya agar guru bisa benar- benar memainkan peran, tidak hanya di ruang kelas tapi juga di luar ruang kelas. "Dan agar bisa menjadi teladan dalam ekosistem pendidikan, ujar Mendikbud.

5. Program Indonesia Pintar (PIP) menjadi program prioritas ke-lima. Kemendikbud akan membentuk tim khusus yang akan melakukan konsolidasi dengan TNP2TK, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, dan dipandu oleh Kementerian Koordinator Pembangunan SDM dan Kebudayaan.