BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bencana - Efektivitas Program Pelayanan Sosial Anak Korban Bencana Oleh Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) Di Desa Kutambelin Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bencana

  Menurut UU No. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

  Penyelenggaraan penanggulang bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.Upaya penanggulangan bencana tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah di tingkat pusat dan daerah, dengan berbagai wewenang dan kewajiban yang harus dijalankannya.

  Dalam penanggulangan bencana dapat diterapkan suatu sistem manajemen bencana, yang di dalamnya terdapat komponen :

  1. Legislasi

  2. Kelembagaan

  3. Pendanaan

  4. Perencanaan

  5. IPTEK

  6. Penyelenggaraan Masing-masing komponen tersebut akan saling bersinergi untuk menghasilkan tindakan yang sistematis dan mampu meminimalkan dampak dari bencana yang ditimbulkan. yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam.

  Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada.

  Banyak pengertian atau defenisi tentang “bencana” yang pada umumnya merefleksikan karakteristik tentang gangguan terhadap pola hidup manusia, dampak bencana bagi manusia, dampak terhadap struktur social, kerusakan pada aspek pemerintahan, bangunan dan lain-lain serta kebutuhan masyarakat yang diakibatkan oleh bencana (Nurjanah, 2012: 10).

  Defenisi lain menurut Internasional strategy for disaster reduction (UN-

  ISDR-2002, 24), bencana adalah suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena ulah manusia terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta bendadan kerusakan lingkungan, kejadian ini terjadi diluar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya (Nurjanah, 2012: 11).

  Berdasarkan defenisi bencana dari UN-ISDR yang sebagaimana disebutkan diatas, dapat digeneralisasi bahwa untuk dapat disebut “bencana”harus dipenuhi beberapa criteria/kondisi sebagai berikut: 1.

  Ada peristiwa 2. Terjadi karena factor atau karena ulah manusia

  Terjadi secara tiba-tiba (sudden) akan tetapi dapat juga terjadi secara perlahan-lahan/bertahap (slow)

  4. Menimbulkan hilangnya jiwa manusia, harta benda, kerugian social- ekonomi, kerusakan lingkungandan lain-lain

5. Berada diluar kemampuan masyarakat untuk menanggulanginya.

  Bencana erupsi gunung Sinabung yang terjadi beberapa waktu yang lalu memenuhi beberapa kriteria/kondisi dari defeenisi bencana terutama hal tersebut diyakini menimbulkan korban jiwa manusia, kerusakan,kerugian harta benda.

2.1.1. Bencana Alam

  Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor.

  Bencana alam juga dapat diartikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh gejala alam.Sebenarnya gejala alam merupakan gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada bumi.Namun, hanya ketika gejala alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya (kepemilikan, harta dan benda), kita baru dapat menyebutnya sebagai bencana.

  Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Bencana alam geologis

  Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen). Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami. bumi. Gempa bumi dapat digolongkan menjadi beberapa kategori, yaitu berdasarkan proses terjadinya, bentuk episentrumnya, kedalamana hiposentrumnya, jaraknya, dan lokasinya.

  Menurut proses terjadinya, gempa bumi dapat diklasifikasikan menjadi lima anatara lain: a.

  Gempa Tektonik, yaitu gempa yang terjadi akibat adanya tumbukan lempeng-lempeng di lapisan litosfer kulit bumi oleh tenaga tektonik.

  b.

  Gempa vulkanik, yaitu gempa yang terjadi akibat aktivitas gunung berapi.

  Oleh karena itu, gempa ini hanya dapat dirasakan di sekitar gunung berapi saat akan meletus, saat letusan dan setelah terjadi letusan.

  c.

  Gempa runtuhan atau longsoran, yaitu gempa yang terjadi karena adanya runtuhan tanah atau batuan. Lereng gunung atau pantai yang curam memiliki energy potensial yang besar untuk runtuh. Gempa ini sering terjadi di kawasan tambang akibat runtuhnya dinding atau terowongan pada tambang-tambang bawah tanah sehingga dapat menimbulkan getaran di sekitar daerah runtuhan. Gempa ini mempunyai dampak yang tidak begitu membahayakan. Namun, dampak yang berbahaya justru akibat dari timbunan batuan atau tanah longsor itu sendiri.

  d.

  Gempa jatuhan, yaitu gempa yang terjadi akibat adanya benda langit yang jatuh ke bumi, misalnya meteor. Seperti kita ketahui bahwa ada ribuan meteor atau batuan yang bertebaran mengelilingi orbit bumi. Sewaktu- waktu meteor tersebut jatuh ke atmosfer bumi, bahkan kadang sampai ke permukaan bumi. Getaran ini disebut gempa jatuhan. Gempa seperti ini jarang sekali terjadi. Gempa buatan, yaitu gempa yang memang sengaja dibuat oleh manusia.

  Suatu percobaan peledakan nuklir bawah tanah atau laut dapat menimbulkan getaran bumi yang dapat tercatat oleh seismograf seluruh permukaan bumi terganrung dengan kekuatan ledakan, sedangkan ledakan dinamit di bawah permukaan bumi juga dapat menimbulkan getaran namun efek getarannya sangat lokal (Hartuti: 2009)

  Peristiwa lainnya yang dikategorikan sebagai bencana alam dan belakangan terjadi secara berkepanjangan di Sumatera Utara adalah erupsi gunung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Erupsi di definisikan sebagai letusan gunung berapi atau semburan sumber minyak dan uap panas dari dalam bumi.Secara umum Erupsi adalah pelepasan magma, gas, abu ke atmosfer atau ke permukaan bumi akses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 10.00 WIB).

  Erupsi gunung berapi terjadi jika ada pergerakan atau aktivitas magma dari dalam perut bumi menuju ke permukaan bumi.Secara umum, erupsi di bedakan menjadi 2, yaitu Erupsi eksplosif dan Erupsi efusif.

  1. Erupsi Eksplosif adalah proses keluarnya magma, gas atau abu disertai

  tekanan yang sangat kuat sehingga melontarkan material padat dan gas yang berasal dari magma maupun tubuh gunung api ke angkasa. Erupsi eskplosif inilah yang terkenal sebagai letusan gunung berapi. Letusan ini terjadi akibat tekanan gas yang teramat kuat. Contoh erupsi eksplosif adalah letusan gunung krakatau, letusan gunung merapi,dll.

  2. Erupsi Efusif (Non Eksplosif) yaitu peristiwa keluarnya magma dalam bentuk

  lelehan lava. Erupsi elusif terjadi karena tekanan gas magmatiknya tidak tumpah mengalir ke lereng-lereng puncak gunung itu Macam-macam Erupsi a.

  Erupsi sentral, yaitu letusan gunung api yang letusannya melalui sebuah lubang kepundan sebagai pusat letusannya.

  b. Erupsi linier atau celah, yaitu letusan melalui celah-celah atau retakanretakan.

  Erupsi linier menghasilkan lava cair dan membentuk plato

  c. Erupsi areal, yaitu letusan melalui lubang yang sangat luas. Erupsi ini masih

  diragukan kejadiannya di bumidiakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 10.00 WIB).

  2. Bencana alam klimatologis Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang disebabkan oleh faktor angin dan hujan.Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami hutan (bukan oleh manusia).Gerakan tanah (longsor) termasuk juga bencana alam, walaupun pemicu utamanya adalah faktor klimatologis (hujan), tetapi gejala awalnya dimulai dari kondisi geologis (jenis dan karakteristik tanah serta batuan dan sebagainya).

  3. Bencana alam ekstra-terestrial Bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar angkasa, contoh : hantaman/impact meteor. Bila hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi.

  Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit (UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 3).

  Klasifikasi bencana non alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

  1. Kegagalan Teknologi / Konstruksi Menurut ‘Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya

  Mitigasinya di Indonesia’, kegagalan teknologi diartikan sebagai semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian, dan kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi dan/atau industri (Bakornas PBP, 2005).

  Penyebab bencana kegagalan teknologi, antara lain: kebakaran, kegagalan/kesalahan desain keselamatan pabrik, kesalahan prosedur pengoperasian pabrik, kerusakan komponen, kebocoran reaktor nuklir, kecelakaan transportasi (darat, laut, dan udara), sabotase atau pembakaran akibat kerusuhan, dan dampak ikutan dari bencana alam (gempa bumi, banjir, longsor, dan sebagainya).Bencana kegagalan teknologi pada skala yang besar akan dapat mengancam kestabilan ekologi secara global.

  2. Epidemi Epidemi, Wabah adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang. Epidemologi adalah penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam periode waktu tertentu, dengan laju melampaui laju ekspektasi /dugaan yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. (http://id.wikipedia.org/wiki/wabah, diakses pada tanggal 01 Februari 2015, Pukul 15:57 wib). Pada skala besar, epidemi atau wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita penyakit dan korban jiwa. Beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi di Indonesia dan sampai sekarang masih harus terus diwaspadai antara lain demam berdarah, malaria, flu burung, anthraks, busung lapar dan HIV/AIDS. Wabah penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi penyebarannya, sehingga kejadian yang pada awalnya merupakan kejadian lokal dalam waktu singkat bisa menjadi bencana nasional yang banyak.

  Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular.Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya.Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut.

2.1.3. Bencana Sosial

  Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan terror (UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 4). masyarakat yang sering terjadi.Klasifikasi bencana sosial berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

  1. Kerusuhan atau Konflik Sosial Kerusuhan atau Konflik Sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi huru- hara/kerusuhan atau perang atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku, ataupun organisasi tertentu.

  Perspektif konflik lebih menekankan sifat pluralistik dari masyarakat dan ketidakseimbangan distribusi kekuasaan yang terjadi diantara berbagai kelompoknya. Karena kekuasaan yang dimiliki oleh kelompok-kelompok elite, maka kelomok-kelompok itu juga memiliki kekuasaan untuk menciptakan peraturan, khususnya hukum yang dapat melayanai kepentingan-kepentingan mereka. Berkaitan dengan hal itu, perspektif konflik memahami masyarakat sebagai kelomok-kelompok dengan berbagai kep[entingan yang bersaing dan akan cenderung saling berkonflik. Melalaui persaingan itu, maka kelompok-kelompok dengan kekuasaan yang berlebih akan menciptakan hukum dan aturan-aturan yang menjamin kepentingan mereka dimenangkan (Quinney, dalam Narwoko dan Suyanto, 2007: 117).

  Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi kerawanan akibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan, hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik. Semakin marak dan meluasnya konflik akhir-akhir ini, serta munculnya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI akibat dari ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan. Apabila kondisi ini tidak dikelola merupakan suatu pertanda menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat.

  Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik yang bernuansa SARA ini sangat kompleks sebagai akibat akumulasi permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan yang saling tumpang tindih, apabila tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan bijaksana untuk menanggulangi sampai pada akar permasalahannya maka akan menjadi problem yang berkepanjangan.

  2. Terorisme / Sabotase Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi teror tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil (http://id.wikipedia.org/wiki/terorisme, diakses pada tanggal 01 Februari 2015, Pukul 17:20 wib).

  Aksi teror/sabotase adalah semua tindakan yang menyebabkan keresahan masyarakat, kerusakan bangunan, dan mengancam atau membahayakan jiwa seseorang/banyak orang oleh seseorang/golongan tertentu yang tidak bertanggung jawab.Aksi teror/sabotase biasanya dilakukan dengan berbagai alasan dan berbagai jenis tindakan seperti pemboman suatu bangunan/tempat tertentu, penyerbuan tiba-tiba suatu wilayah, tempat, dan sebagainya.Aksi teror/sabotase sangat sulit dideteksi atau diselidiki oleh pihak berwenang karena direncanakan seseorang/golongan secara diam-diam/rahasia.Bencana aksi teror/sabotase pada suatu tempat, wilayah, maupun daerah tidak dapat diperkirakan karena hal itu terjadi secara tiba-tiba dan dalam waktu yang singkat tanggal 01 Februari 2015, Pukul 17:20 wib).

2.2 Pelayanan Sosial Anak

2.2.1 Pelayanan sosial

  Salah satu bidang pembangunan kesejahteraan sosial yang penting sesuai dengan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 dan merupakan salah satu tugas pokok Kementerian Sosial adalah memberikan pelayanan dalam rangka rehabilitasi sosial dan juga perlindungan sosial terhadap PMKS. Rehabilitasi sosial dilaksanakan melalui Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial (Ditjen Yanrehsos) yang kedudukan,tugas, dan fungsinya diatur dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 82/HUK/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial, yaitu menyelenggarakan, memfasilitasi, dan mengendalikan pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada para penyandang masalah ketelantaran, kecacatan, dan ketunaan sosial.

  Alfred J.Khan memberikan pengertian pelayanan sosial sebagai berikut: “Pelayanan sosial terdiri dari program-program yang diadakan tanpa mempertimbangkan kriteria pasar untuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat serta kemampuan perorangan untuk pelaksanaan fungsi-fungsinya, untuk memperlancar kemampuan menjangkau dan menggunakan pelayanan-pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada dan membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran” (Khan, dalam Soetarso, 1982: 34). dikemukakan Romanyshyn (1971) Pelayanan-pelayanan sosial bukan hanya sebagai usaha memulihkan, memelihara dan meningkatkan kemampuan berfungsi social individu dan keluarga, melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya kolektivitas seperti kelompok-kelompok sosial, organisasi, serta masyarakat (Romanyshyn, dalam Nurdin, 1989: 50)

  Fungsi pelayanan sosial dapat dibagi menjadi berbagai cara, tergantung kepada tujuan pembagian itul. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan fungsi pelayanan sosial sebagai berikut: a.

  Perbaikan secara progresif pada kondisi-kondisi kehidupan orang b.

  Pengembangan terhadap perubahan sosial dan penyesuaian diri c. Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan pembangunan d.

  Penyediaan struktur-struktur institusional untuk pelayanan-pelayanan yang terorganisir lainnya (Soetarso, 1982: 41).

  Bentuk-bentuk pelayanan sosial sesuai dengan fungsi-fungsinya adalah sebagai berikut: a.

  Pelayanan akses yang mencakup pelayanan informasi, rujukan pemerintah, nasehat dan partisipasi. Tujuannya adalah membantu orang agar dapat mencapai atau menggunakan pelayanan yang tersedia b. Pelayanan terapi yang mencakup pertolongan dan terapi atau rehabilitasi, termasuk didalamnya perlindungan dan perawatan, misalnya pelayanan yang diberikan oleh badan-badan yang menyediakan konseling pelayanan kesejahteraan anak, pelayanan kesejahteraan sosial mendidik, dan sekolah perawatan bagi orang-orang jompo dan lanjut usia

  Pelayanan sosialisasi dan pengembangan, misalnya taman penitipan bayi dan anak, keluarga bencana, pendidikan keluarga, pelayanan reaksi bagi pemudah dan masyarakat yang dipusatkan atau community centre (Nurdin, 1989: 50).

2.2.2 Pengertian Anak

  Menurut UU No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pengertian anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak merupakan makhluk sosial, yang membutuhkan pemeliharaan, kasih saying dan tempat bagi perkembangannya. Anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiriyang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak.Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya. Menurut Konvensi Hak Anak Pasal 1, anak berarti setiap manusia yang berusia dibwah delapan belas tahun kecuali berdasarkan undang- undang yang berlaku untuk anak-anak, kedewasaan telah dicapai lebih cepat.

  Anak merupakan asset yang menentukan kelangsungan hidup, kualitas, kejayaan keluarga, kelompok, komunitas dan bangsa yang perlu dididik serta dipelihara agar tumbuh kembangnya berjalan dengan baik. Masa depan bangsa ada ditangan anak-anak masa kini, aleh karena itu mereka perlu dipersiapkan sejak masa prenatal hingga masa dewasa atau masa produktif. Agar setiap anak sejahtera dan mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik, fisik, mental maupun social, perlu dilakukan upaya perlindungan yang memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya tanpa diskriminasi. seorang perempuan dan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak.Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional.Anak adalah asset bangsa. Masa depan bangsa dan Negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak sekarang. Semakin baik kepribadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa. Begitu pula sebaliknya, apabila kepribadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa dimasa yang akan datang. Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang panjang dalam rentang kehidupan.Bagi kehidupan anak, masa kanak-kanak seringkali dianggap tidak ada akhirnya, sehingga mereka tidak sabar menunggu saat yang didambakan yaitu pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan lagi anak-anak tapi orang dewasa.

  Menurut the Minimum Age Conventionnomor 138 (1973), pengertian anak adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sebaliknya dalam Convention on

  

the rights of the child (1989) yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia

  melalui Keppres nomor 39 tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah. Sementara itu UNICEF mendefenisikan anak sebagai penduduk yang berusia 0 sampai dengan 18 tahun. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 04 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, mennyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan undang-undang perkawinan menetapkan batas usia 16 tahun ( Huraerah, 2006: 31)

  Bangsa Bangsa (PBB) melalui suatu konvensi pada tahun 1989 (UNICEF). Prinsip- prinsip yang dianut dalam konvensi hak anak adalah a.

  Non Diskriminasi, artinya semua hak yang diakui dan terkandung dalam KHA (Konvensi Hak Anak)harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun. Prinsip ini merupakan pencerminan dari prinsip universalitas HAM.

  b.

  Yang terbaik bagi anak (Best Interest Of The Child), artinya dalam semua tindakan yang menyangkut anak, maka apa yang terbaik bagi anak haruslah menjadi pertimbangan yang utama.

  c.

  Kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Survival and Development), artinya bahwa hak hidup yang melekat pada diri setiap anak harus diikuti dan bahwa hak anak atas kelangsungan hidup dan perkembangannya harus dijamin. Prinsip ini mencerminkan prinsip indivisibility HAM.

  d.

  Penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child).

  Maksudnya bahwa pendapat anak, terutama yang menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya, perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan keputusan.

2.2.3. Perlindungan anak

  Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2012 pasal 28 perlindungan social dimaksudkan untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan dan kerentanan social seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan sosial akibat bencana.

  Anak yang ada dalam kandungan perempuan dianggap sebagai telah dilahirkan.Bilamana juga kepentingan si anak menghendakinya atau berarti bayi dalam kandungan ibu haruslah telah dianggap sebagai insane atau individu demi perlindungan dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak anak dalam kandungan baik secara adat maupun agama telah dilakukan atau dibiasakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia.

  Perlindungan anak adalah suatu hasil interaksi karena adanya interelasi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu apabila kita mengetahui adalanya terjadi perlindungan anak yang baik atau buruk, tepat atau tidak tepat maka kita harus memperhatikan fenomena mana yang relevan yang mempunyai peran penting dalam terjadinya kegiatan perlindungan anak (Gosita, 2004: 12)

  Pengertian perlindungan anak didalam UU No,23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak diartikan sebagai segala kegiatan untuk menjamindan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pada dasarnya anak harus dilindungi karena anak mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap seluruh penyelenggara Perlindungan Anak yaitu orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan Negara.

  Sudah barang tentu masing-masing mempunyai peran dan fungsinya yang berbeda dimana secara keseluruhan, satu sama lain saling terkait dibawah pengertian perlindungan sebagai payungnya.

  Konsep perlindungan anak mencakup dalam empat kelompok permasalahan yaitu perlindungan aspek sosial budaya, ekonomi, politik atau hukum dan pertahanan berdalih adat istiadat atau tradisi yang mengganggu atau menghambat pertumbuhan si anak menjadi manusia berkualitas. Dalam aspek ekonomi tidak ada pekerja anak atau buruh anak yang bekerja tidak sesuai dengan persyaratan kerja bagi anak-anak. Aspek politik atau hokum tidak boleh ada peraturan perundangan yang mengindahkan harkat dan martabat anak dalam penghukuman serta perlakuan terhadap anak bermasalah harus selalu diutamakan kepentingan pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai manusia yang baik.Sedangkan dalam aspek pertahanan keamanan, anak harus dilindungi dari penyalahgunaan di dalam segala naspek pertahanan keamanan, anak harus dilindungi dari penyalahgunaan di dalam segala bentuk kejahatan seperti prostitusi dan perdagangan anak (Supatmi dan Puteri, 1999: 109-110).

  Adapun empat prinsip perlindungan anak meliputi: a.

  Anak yang tidak dapat berjuang sendiri Salah satu prinsip yang digunakan dalam perlindungan anak sebagai modal utama kelangsungan hidup manusia, bangsa, dan keluarga.Untuk itu hak- haknya harus dilindungi.Anak tidak dapat melindungi sendiri hak-haknya banyak pihak yang mempengaruhi kehidupannya.Negara dan masyarakat berkepentingan untuk mengusahakan perrlindungan hak-hak anak.

  b.

  Kepentingan terbaik anak (the best interest of the child) Demi kepentingan terbaik anak merupakan falsafah utama dibalik konvensi hak anak adalah bahwa anak juga setara, sebagai manusia mereka memiliki nilai melekatyang sama seperti orang dewasa. Penegasan tentang hak anak menyoroti penekanan bahwa masa kanak-kanak sangat berharga bagi anak belakangan ini bukan semata-mata periode pelatihan untuk menuju kehidupan terdengar seperti kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi tetapi sesungguhnya merupakan pemikiran radikal yang sama sekali dihargai pada saat ini. Perlindungan anak dapat diselenggarakan dengan baik dengan menganut prinsip yang menyatakan kepentingan terbaik anak harus dipandang sebagai

  of promount importance (memperoleh prioritas tertinggi) dalam setiap

  keputusan yang menyangkut anak. Tanpa prinsip ini perjuangan untuk melindungi anak akan mengalami banyak batu sandungan. Prinsip the best

  

interest of the child digunakan karena dalam banyak hal anak sebagai korban

  disebabkan ketidaktahuan karena usia perkembangannya.the best interest of

  the child merupakan salah satu prinsip yang terkandung dalam KHA

  sebgaimana telah diadopsi dalam prinsip-prinsip penyelenggaraan perlindungan anak selain dari non diskriminasi, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan serta penghargaan terhadap pendapat anak. Kepentingan yang terbaik bagi anak dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan legislative dan badan yudikatif maka kepentingan terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama (penjelasan pasal 2 UU No.23 tahun 2002) c. Ancangan daur kehidupan ( Life-Circleapproach)

  Perlindungan anak mengacu pada pemahaman perlindungan harus dimulai sejak dini dan terus menerus.Janin yang berada dalam kandungan perlu dilindungi dengan gizi, termasuk yodium dan kalsium yang baik melalui ibunya. Jika ia lahir maka diperlukan air susu ibu dan pelayanan kesehatan terbebas dari berbagai kemungkinan cacat dan penyakit.

  d.

  Lintas sektoral Nasib anak tergantung dari berbagai factor mikro maupun makro yang langsung maupun tidak langsung. Kemiskinan, perencanaan kota dan segala penggusuran, system pendidikan yang menekankan hapalan dan bahan-bahan yang tidak relevan, komunitas yang penuh dengan ketidakadilan dan sebagainya tidak dapat ditangani oleh sector, terlebih keluarga atau anak itu sendiri. Perlindungan terhadap anak adalah perjuangan yang membutuhkan sumbangan semua orang di semua tingkatan (Irwanto, 1997: 4).

2.2.4. Kesejahteraan anak

  Defenisi kesejahteraan social menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik jasmani, rohani maupun social. Dasar dari undang-undang ini mengacu kepada pasal 34 UUD 1945, yang menyatakan fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Apabila ketentuan pasal 34 UUd 1945 ini diberlakukan secara konsekuen, maka kehidupan fakir miskin dan anak terlantar akan terjamin.

  Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun social.Sementara usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan social yang ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama terpenuhinya kebutuhan pokok anak (Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 pasal 1). anak sebagai berikut: a.

  Anak berhak akan kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang didalam keluarga maupun didalam asuhan khusus untuk tumbuh kembang secara wajar.

  b.

  Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa untuk menjadi warga Negara yang baik dan berguna.

  c.

  Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.

  d.

  Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar. Walter A Friedlander (dalam Nurdin, 1989: 29) menerangkan bahwa kesejahteraan social merupakan system yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok agar dapat mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan social yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat.

  Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 menegaskan bahwa kesejahteraan social adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan social warha Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Adapun penyelenggaraan kesejahteraan social yang dilakukan merupakan suatu upaya yang terarah, terpadu, an berkelanjutan yang social guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga Negara yang meliputi rehabilitasi social, jaminan social, pemberdayaan social, dan perlindungan social.

  Arthur Dunham mengemukakan kesejahteraan social sebagai suatu bidang usaha manusia dimana didalamnya terdapat berbagai macam badan dan usaha social yang tujuannya meningkatkan kesejahteraan dari segi social pada bidang-bidang kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian social, waktu senggang, standart-standart kehidupan dan hubungan-hubungan social. Pelayanan kesejahteraan social memberikan perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok- kelompok, komunitas-komunitas dan kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas dimana pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan (Nurdin, 1989: 28-29).

  Melihat konsepsi kesejahteraan social ternyata masalah-masalah social dirasakan begitu berat dan mengganggu perkembangan masyarakat sehingga diperlukan sistem pelayanan social yang lebih teratur. Dengan kata lain bahwa pelayanan sosial diberikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan berfungsi sosial individu, kelompok ataupun masyarakat. Maka pelayanan kesejahteraan sosial adalah pelayanan yang memungkinkan untuk member kesempatan kepada orang-orang dari golongan yang tidak dapat memanfaatkan adanya golongan yang tidak dapat memanfaatkan adanya pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, perumahan dan sebgainya (Nurdin, 1989: 28).

  2.3.1 Pengertian Program

  Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Program adalah produk yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perencanaan, program dapat juga diartikan sebagai pelayanan tertulis mengenai: a.

  Situasi wilayah b.

  Masalah yang dihadapi c. Tujuan yang ingin dicapai d.

  Cara mencapai tujuan, yaitu perencanaan kerja yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang dilakukan, siapa saja yang melakukan, bagaimana cara melakukan dan dimana hal tersebut dilakukan.

  Perencanaan program merupakan upaya perumusan, pengembangan, dan pelaksanaan program-program. Disebutkan pula bahwa perencanaan program merupakan proses yang berkelanjutan melalui semua warga masyarakat, penyuluhan, dan para ilmuwan untuk memusatkan pengetahuan dan keputusan-keputusan dalam mencapai pembangunan yang lebih terarah dan mantap (Martinez, dalam Setiana. 2005: 70).

  2.3.2 Program Kesejahteraan Sosial Anak

  Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak, yang meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan dasar,anaksesibilitas pelayanan sosial dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak.

  Kebijakan pelayanan sosial anak pada masa lalu cenderung dilaksanakan secara sektoral/fragmentaris, jangkauan pelayanan sosial terbatas, reaktif merespon masalah yang aktual, fokus pada pelayanan berbasis institusi/panti sosial, serta belum adanya rencana strategis nasional yang dijadikan acuan bagi pemangku kepentingan dalam mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan anak. Untuk itu pada masa yang akan datang diperlukan kebijakan dan program kesejahteraan sosial anak yang terpadu dan berkelanjutan, serta dapat menjangkau seluruh anak yang mengalami masalah sosial, melalui sistem dan program kesejahteraan sosial yang melembaga dan profesional dan mengedepankan peran dan tanggung jawab keluarga dan masyarakat.

  Tujuan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) adalah terwujudnya pemenuhan hak dasar anak dan perlindungan terhadap anak dari penelantaran, eksploitasi, dan diskriminasi sehingga tumbuh kembang, kelangsungan hidup dan partisipasi anak dapat terwujud. Sasaran PKSA yang akan dicapai dalam periode RPJMN II (Tahun 2010-2014) adalah: 1.

  Meningkatnya presentase anak dan balita terlantar, anak jalanan, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dengan kecacatan dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus untuk memperoleh akses pelayanan sosial dasar

  2. Meningkatnya persentase orang tua / keluarga yang bertanggung jawab dalam pengasuhan dan perlindungan anak

3. Menurunnya persentase anak yang mengalami masalah social 4.

  Meningkatnya lembaga kesejahteraan sosial yang menangani anak

  Meningkatnya Pekerja Sosial Profesional, Tenaga Kesejahteraan Sosial dan relawan sosial di bidang pelayanan kesejahteraan sosial anak yang terlatih

  6. Meningkatnya pemerintah daerah (kabupaten/kota) yang bermitra dan berkontribusi melalui APBD dalam pelaksanaan PKSA

7. Meningkatnya produk hukum perlindungan hak anak yang diperlukan untuk landasan hukum PKSA.

  Sasaran penerima manfaat dibagi dalam 5(lima) kelompok, meliputi: a.

  Anak balita terlantar dan/atau membutuhkan perlindungan khusus (5 tahun ke bawah) b.

  Anak terlantar/tanpa asuhan orang tua (6 - 18 tahun), meliputi anak yang mengalami perlakuan salah dan diterlantarkan oleh orang tua/ keluarga atau anak kehilangan hak asuh dari orang tua/ keluarga c. Anak terpaksa bekerja di jalanan (6-18tahun), meliputi anak yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja di jalanan, anak yang bekerja dan hidup di jalanan d. Anak berhadapan dengan hukum (6-18tahun), meliputi anak diindikasikan melakukan pelanggaran hukum, anak yang mengikuti proses peradilan, anak yang berstatus diversi, dan anak yang telah menjalani masa hukuman pidana serta anak yang menjadi korban perbuatan pelanggaran hokum e.

  Anak dengan kecacatan (0-18tahun) meliputi anak dengan kecacatan fisik, anak dengan kecacatan mental, anak dengan kecacatan ganda f.

  Anak yang memerlukan perlindungan khusus lainnya (6-18tahun), meliputi anak dalam situasi darurat, anak korban perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak korban eksploitasi, anak dari yang menjadi korban penyalahgunaaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA), serta anak yang terinfeksi HIV/AIDS.

1. Komponen program

  Program Kesejahteraan Sosial untuk Anak Memerlukan Perlindungan Khusus (PKS-AMPK) dirancang sebagai upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak yang membutuhkan perlindungan khusus, yang meliputi: a.

  Dukungan layanan perlindungan serta akses ke layanan rehabilitatif dan reintegrasi bagi anak yang membutuhkannya, diberikan untuk mendukung proses penyelamatan; pemulihan fisik, psikis, dan sosial sebagai persiapan reintegrasi anak dengan keluarga.

  b. layanan bantuan/dukungan pemenuhan kebutuhan dasar bagi anak selama proses pemulihan dan reintegrasi, yang meliputi:

  1. Layanan kesejahteraan sosial berupa bimbingan psikososial dan motivasi membangun minat untuk mengikuti sistem pendidikan

  2. Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pemenuhan akan makanan bergizi/ nutrisi dan penyediaan alat-alat sekolah.

  3. Layanan pendidikan berupa bridging course dan remedial Selain itu pelayanan kesejahteraan sosial PKS-AMPK juga diberikan dalam bentuk tambahan: c.

  Penguatan kemampuan orang tua/keluarga dalam menjalankan kewajibannya melindungi dan mengasuh anak d. penguatan peran lembaga kesejahteraan sosial anak

8. Persyaratan dan Kewajiban

  Matriks pada halaman berikut ini menggambarkan Aspek: a.

  Jenis Layanan b.

  Persyaratan Penerima Manfaat, dan c. Penggunaan Bantuan

  Untuk setiap kategori anak yang membutuhkan perlindungan khusus, yang terdiri dari: a.

  Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang b.

  Korban Eksploitasi Seksual c. Korban Eksploitasi Ekonomi d.

  Korban Penyalahgunaan NAPZA e. Terinfeksi atau Terdampak HIV/AIDS f. Anak dalam Kelompok Minoritas dan Komunitas Adat Terasing

Tabel 2.1 g. Anak dalam Situasi Darurat Bencana Karakteristik/ milestone Layanan/ dukungan Conditionality Penggunaan bantuan

  Gangguan akses/ pemenuhan kebutuhan dasar

  Dukungan pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi pakaian, nutrisi, kesehatan dan (akses) pendidikan Pondok anak

  Anak (6-18tahun) terdaftar dan hadir minimum 85% dalam mengikuti layanan pendidikan (formal atau nonformal).

  • Bantuan makanan/ nutrisi
  • Transportasi akses pendidikan & kesehatan
  • Pengadaan pakaian
  • Pengadaan peralatan sekolah/ pendidikan keterampilan
  • Transportasi

  Anak hadir dan

  ceria (save place) mengikuti 20 kali dalam satu bulan kegiatan program pengelola save place

  • Bantuan tambahan nutrisi
  • bantuan makanan/ nutrisi
  • transportasi akses pendidikan & kesehatan
  • pengadaan pakaian
  • pengadaan peralatan sekolah/ pendidikan keterampilan

  Anak terpisah dan anak tanpa pendamping

  Penelusuran & reunifikasi keluarga Dukungan pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi pakaian, nutrisi, kesehatan, dan (akses) pendidikan

  Ada pengasuh sementara yang bertanggung jawab untuk SC/UAC Anak (6-18tahun) terdaftar dan hadir minimum 85% dalam mengikuti layanan pendidikan (formal atau nonformal

  Mengalami masalah psikososial

  Program dukungan psikososial

  Anak hadir & mengikuti minimal 15 kali kegiatan psikososial terstruktur dalam satu bulan sesuai program standart pondok anak ceria

  • transportasi Rentan menjadi korban kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi, TPPO
  • pengadaan tempat aman bagi keluarga
  • pendidikan pengasuhan

  Save place untuk anak dan keluarga Penguatan kemampuan keluarga untuk melindungi anak

  Anak berada dilingkungan save place

  Sumber:pksa-kemensos.com

2.4 Efektifitas

2.4.1 Pengertian Efektifitas

  Efektifitas mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung setiap orang yang mengartikannya.Efektifitas bertujuan untuk melihat hasil akhir dari suatu program baik tujuan dan pencapaian apakah berhasil tepat sasaran atau tidak.

  bahasa inggris “efektive” yang berarti berhasil, ditaati, mengesankan, mujarab, dan manjur. Efektif juga adalah berhasil guna atau sukses.

  Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah organisasi.Untuk memperoleh teori efektivitas peneliti dapat menggunakan konsep- konsep dalam teori manajemen dan organisasi khususnya yang berkaitan dengan teori efektivitas.Efektivitas tidak dapat disamakan dengan efisiensi, karena keduanya memiliki arti yang berbeda, walaupun dalam berbagai penggunaan kata efisiensi lekat dengan kata efektivitas.Efisiensi mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian tujuan (http://www.kumpulan-teori-efektivitas.html diakses tanggal 21 Desember 2014 pukul 22.10 WIB).

  Menurut Mahmudi efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi atau sumbangan output terhadap pencapaian tujuan maka semakin efektif organisasi, program, maupun kegiatan. Efektivitas berfokus kepada outcome atau hasil, program, ataupun kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan. Efektivitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara teoritis dan praktis, tidak ada persetujuan universal mengenai apa yang dimaksud dengan efektivitas. Berbagai pandangan yang telah dikemukan para ahli berbeda-beda tentang pengertian dan konsep efektivitas dipengaruhi oleh latar belakang dari keahlian yang berbeda pula (Mahmudi, 2005: 92).

  Efektifitas juga diartikan sebagai suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang untuk mencari tingkat efektifitas dapat digunakan rumus sebagai berikut : Efektifitas = Ouput Aktual/Output Target >=1 a.

  Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas.

  b.

  Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai diakses tanggal 22 Desember 2014 pukul 13.36).

  Efektifitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi.Efektifitas disebut juga efektif apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.Hal ini sesuai pendapat Soewarno Handayaningrat mengatakan efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.Maka efektifitas itu lebih menekankan bagaimana menemukan program, tujuan, pekerjaan atau target yang benar untuk dilakukan sehingga tujuan akhir dapat tercapai lebih maksimal (Handayaningrat, 1982: 5).

  Beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat diambil kesimpulan bahwasannya efektifitas merupakan alat ukur untuk menentukan keberhasilan suatu program sesuai dengan tujuan pelaksanaannya. Beberapa teori efektivitas yang telah diuraikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam mengukur efektivitas suatu kegiatan atau aktivitas perlu diperhatikan beberapa indikator, yaitu Pemahaman program, Tepat sasaran, Tepat waktu, Tercapainya tujuan dan Perubahan nyata (Sutrisno, 2007: 125 - 126)

  Pendekatan efektifitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektifitas yaitu

  1. Pendekatan Sasaran Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan ini dalam pengukuran efektifitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.Selain tercapainya tujuan, efektifitas selalu terkandung unsure waktu pelaksanaan. Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektifitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil yang maksimal berdasarkan sasaran resmi dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat output yang direncanakan.

  2. Pendekatan Sumber Pendekatan sumber mengukur efektifitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya.Lembaga harus mampu memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungan dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga dilemparkan pada lingkungannya. Sumber- sumber yang ada pada lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai suatu lembaga merupkan kriteria yang digunakan untuk mengukur efektifitas.

3. Pendekatan Proses

  Pendekatan proses dianggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancer dimana kegiatan yang ada berjalan dengan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memprihatinkan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber- sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga (Cunningham, 1978: 635).

2.4.3 Efektifitas Pelayanan Sosial

  Berdasarkan beberapa pandangan tentang pengertian efektifitas, dapat dikatakan bahwa efektifitas merupakan suatu ukuran yang melihat seberapa jauh suatu akitivas kegiatan atau program mencapai target ataupun tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Adanya ketentuan waktu dalam memberikan pelayanan serta adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pelayanan yang telah diberikan. Apabila tujuan dan target dapat dicapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya, maka kegiatan tersebut dikatakan efektif. Sebaliknya, apabila tujuan dan target tidak dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka pelaksanaan kegiatau ataupun program dikatakan tidak efektif.

  Peraturan Kementerian Sosial RI menjelaskan bahwa anak yang menjadi korban bencana berhak mendapatkan perlindungan berupa pelayanan sosial.

  Pelayanan sosial pada hakekatnya dibuat untuk memberikan bantuan kepada individu

Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Warga Binaan Anak Oleh Upt Pelayanan Sosial Anak Dan Lanjut Usiadi Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara

1 84 161

Efektivitas Program Pelayanan Sosial Anak Korban Bencana Oleh Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) Di Desa Kutambelin Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo

1 77 156

Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

17 231 126

Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

9 83 126

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelayanan Sosial Terhadap Penyandang Tuna Daksa Oleh Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Medan.

17 80 89

Evaluasi Pelaksanaan Program Penguatan Kelompok Anak Jalanan Oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) Medan

17 84 119

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas - Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni Oleh Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kabupaten Nias Barat

0 0 51

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Gambaran Coping Stress Penyintas Dalam Menghadapi Bencana Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Efektivitas. - Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Warga Binaan Anak Oleh Upt Pelayanan Sosial Anak Dan Lanjut Usiadi Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Efektivitas Pelayanan Sosial Anak di Bidang Pendidikan di Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

0 0 16