Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Warga Binaan Anak Oleh Upt Pelayanan Sosial Anak Dan Lanjut Usiadi Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara

(1)

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN

WARGA BINAAN ANAK OLEH UPT PELAYANAN SOSIAL ANAK DAN

LANJUT USIA DI KECAMATAN SIBORONGBORONG KABUPATEN TAPANULI UTARA

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Diajukan Oleh: KATRINA SINAGA

110902074

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Katrina Sinaga

Nim : 110902074

Abstrak

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN WARGA BINAAN ANAK OLEH UPT PELAYANAN SOSIAL ANAK DAN

LANJUT USIA DI KECAMATAN SIBORONGBORONG KABUPATEN TAPANULI UTARA

Persoalan anak terlantar dan kurang mampu merupakan masalah sosial yang masih membelenggu dunia termasuk negara Indonesia. Masalah ini dikhawatirkan membawa dampak yang buruk bagi masa depan bangsa di masa yang akan datang. Pembinaan serta Perlindungan anak adalah salah satu inisiatif UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia untuk membantu anak terlantar dan kurang mampu melalui program pemberdayaan dan bersekolah di sekolah negeri siborongborong.Pemberdayaan yang diberikan adalah berupa keterampilan jok dan salon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan program pemberdayaan warga binaan anak oleh UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara.

Tipe penelitian tergolong tipe penelitian deskriptif yang menggambarkan efektivitas pelaksanaan program pemberdayaan warga binaan anak oleh UPT Pelayanaan Sosial Anak dan Lanjut Usia siborongborong. Adapun sampel dalam penelitian ini 20 warga binaan anak. Teknik analisis data menggunakan diagram yang di input dalam SPSS Statistic version 22 dan dijelaskan secara kuantitatif menggunakan skala likert dan. Kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data bahwa efektivitas pelaksanaan program pemberdayaan warga binaan anak oleh UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Efektif.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa program pemberdayaan warga binaan anak efektif dalam beberapa indikator efektifitas. Pemahaman program warga binaan mendapat nilai 0,55 yang dimana program efektif karena warga binaan paham akan program pemberdayaan. Akan tetapi, ketepatan sasaran program kurang efektif dilihat dari nilai 0,15 dikarenakan warga binaan kurang bersungguh-sungguh mengikuti program. Indikator ketepatan waktu efektif dengan nilai 0,58. Indikator tercapainya tujuan dengan nilai 0,75 dan perubahan nyata 0,79. Berdaaarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan warga binaan oleh UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara adalah Efektif.


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE

Katrina Sinaga 110902074

ABSTRACT

Effectiveness of the impementation of empowerment child inmates by UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia in district Siborongborong regency

Tapanuli Utara

The problem of abandoned and disadvantaged children is a social problem that still shackle the world including Indonesia. This problem is feared bad impact for the future of the nation in the future because sometimes disadvantaged children and displaced must be nurtured and be briefed and equipped to realize that the younger generation to lead this nation. Development and Protection of children is one of the initiatives UPT Social Services Child and Elderly to help abandoned children and underprivileged through empowerment and attended public schools in Siborongborong. Empowerment provided isin the form of skill seat and salon. This study aims to determine the effectiveness of the implementation of

development programs by the children of inmates UPT Social Services Child and Elderly Siborongborong North Tapanuli.

Type of studies are descriptive type that describes the effectiveness of the

implementation of empowerment programs by the children of inmates UPT Social Services Child and Elderly Siborongborong. The sample in this study 20 children of inmates. Technical analysis of the data using a single table and entry input data from SPSS Statistic version 22 and explained quantitatif by a Likert scale.

Conclusions obtained through analysis of the data that the effectiveness of the implementation of development programs by the children of inmates UPT Social Services Child and Elderly in District Siborongborong Resident North Tapanuli is Effective. The calculation result is said to be affective from several measurement that have been done on understanding the program as much as 0.55, 0.15 targeting accuracy less affective,timeless as 0.58, from 0.75 as the achievement of

objectives, and of real change as much as 0.79.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus sebagai Bapa yang baik, yang senantiasa menjaga penuis sejak penulis dikandung oleh ibu sampai saat ini. Dia adalah Bapa yang baik yang selalu mendengar doa-doaku disaat aku bersukacita dan berdukacita sekalipun dan Dia tidak membuatku ragu akan rancanganNya dalam hidup penulis. Betapa ajaib dan besarNya berkat yang dicurahkan Tuhan Yesus Kristus melalui kasih karuniaNya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Warga Binaan Anak oleh UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Dalam kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univversitas Sumatera Utara..


(5)

3. Bapak Agus Suriadi S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan tenaga dengan ikhlas untuk membimbing dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Seluruh Staff Pendidikan dan Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang membantu penulis dalam segala hal administrasi, yaitu Kak Zuraida, Bang Ria, dan Kak Deby.

6. Kepala UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Ibu Dra Christina Purba yang bersedia memberikan waktu, tenaga dan perhatian kepada penulis dalam proses pengambilan data. Pegawai UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Pak Simanullang, Kak Bidan,Pak Siburian beserta para honorer Kak Novesia Simanjuntak, Bang Roy, Bang Gabe, Bang Samuel dan semua honorer.

7. Kepada Adik-adik di UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Adek Agnes, Grace, Elida, dan semua adik-adik yang berpartisipasi dalam pengumpulan data.

8. Terima Kasih buat cinta kasih yang tulus serta doa-doa yang tiada henti dari orang yang penulis sayangi dan penulis cintai selama penulis hidup buat Bapakku tersayang Periang Sinaga SE dan buat Mma tersayang Rindalina Pakpahan, yang sudah menjaga, membesarkan penulis sampai saat ini, mendoakan penulis, memberikan semangat, dan kerinduan gar penulis tetap berpengharapan kepada Bapa kita Tuhan Yesus Kristus.


(6)

Bapak, Mama aku mencintai kalian, Tuhan berkati keluarga kita sampai masa kesudahan kita.

9. Terima Kasih kepada kedua abang saya Parlin Efsan Sinaga SE yang memberikan motivasi, kasih sayang, serta membantu penulis dalam hal materil penulis, semoga cepat dapat jodoh bang dan cepat selesai S2 Abang, kepada Kakak penulis Juniwati Sinaga SKM dan Bang Yosep Silalahi yang memberikan dukungan, dan tidak lupa buat abangku termanja Okta Pardamean Sinaga, Keponakanku yang sangat aku sayangi dan motivasiku Filipi Stefanus S serta Andriano S, semoga Tuhan Yesus Memberkat Keluarga kita sehingga kita dipakaiNya menjadi saluran berkatNya.

10.Terimakasih kepada seluruh Pomparan Ompu Parlin (±) St. Gr. Alfared Sinaga dan (±) T br Togatorop yang banyak mendoakan penulis baik dari Amanguda, Nanguda, Amangboru dan Namboru serta selruruh sepupu, Pomparan Samosir dan S br Simamora yang tetap memanjatkan doa bagi penulis baik dari Nantulang br Saragaih dan adek-adek. Tuhan memberkati kita.

11.Bersyukur Tuhan memperkenalkanku akan UKM KMK USU UP PEMA FISIP sebagai ladang pelayanan penulis, mengenalkan penulis kepada kakak PKK Siska Hutabarat S.Sos, Keluarga Kecil penulis KK Elroy (Kak Sawitri, Elisabeth,dan adek Henny), Kakak PKK Elisabeth C Ambarita S.Sos, KTB Elshadai (Erawati, Elisabeth R, Maiusna,dan Angel), adik yang penulis gembalakan KK Haniel (Sally, Esra, Ricky, Gerhard, Fredrich), Komponen pelayanan UKM KMK USU UP PEMA FISIP


(7)

beserta koordinasi, terima kasih buat doa-doanya Tuhan Yesus memberkati kita semua.

12.Terimakasih buat sahabatku Elisabeth Sidabutar yag selalu bersama dengan penulis baik kuliah, kos, gereja dan wanita yang tahu bagaimana penulis selama kuliah, buat Kos Gitar 29 ( Kos Cinta) Dini Hadeati, Esra Lbn Toruan, Novaniati Pardosi kalian luar biasa teman, dan buat Pak Trg yang baik sama kami Tuhan Memberkati kita ya.

13.Terima kasih kepada sahabat penulis yang jauh disana Evilyna Susanti Panjaitan yang sudah selesai sidang, Theresia yang lagi menyusun skripsi Tuhan Yesus memberkati ya nang.

14.Terima kasih kepada teman-teman Ilmu Kesejahteraan Sosial Stambuk 2011 yang sama-sama berjuang di garis finish perkuliahan Riasapta, Nonivili, Agusman, Tika, Kak Arina, Kak Dewi, Asa dan selruh anak kesos 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Kepada teman se papa doping Edak Neysa, Tika, Debora, Rahel, Denisa, Elvin semangat ya. Kepada teman se PKL satu di Hanuba Andri, Ricky Gabriel semangat dalam mencapai garis finish Tuhan Yesus Memberkati.

15.Terima kasih kepada para senior Kessos 2009, 2010, adek-adek kessos 2012 dan 2013 yang telah mendoakan serta mendoakan penulis, saya ucapkan terima kasih.


(8)

Akhir kata penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaannya. Hal ini dikarenakan

keterbatasan kemampuan, dan pengalaman penulis. Maka dengan segala kerendahan hati penulis membuka saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan dimasa akan datang.

Medan, April 2015

Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTARCT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8

1.4Sistematika Penulisan ... 9


(10)

2.1Pengertian Efektivitas ... 11

2.2Pemberdayaan ... 13

2.2.1 Pengertian Pemberdayaan ... 13

2.2.2 Pemberdayaan Masyarakat ... 15

2.2.3 Tahap-tahap Pemberdayaan ... 15

2.3Anak ... 17

2.3.1 Pengertian Anak ... 17

2.3.2 Hak-hak Anak ... 18

2.3.3 Masalah Sosial Anak ... 21

2.3.3.1 Anak Terlantar ... 22

2.3.3.2 Anak Putus Sekolah ... 24

2.3.4 Warga Binaan Anak ... 26

2.3.5 Perlindungan Anak ... 26

2.4Pelayanan Sosial ... 27

2.4.1 Pengertian Pelayanan Sosial ... 26

2.4.2 Fungsi-fungsi Pelayanan Sosial ... 29

2.4.3 Dasar-dasar Pelayanan Sosial ... 30

2.4.4 Standar Pelayanan Sosial dalam Panti ... 32

2.5Kesejahteraan Anak ... 35

2.6Kerangka Pemikiran ... 36

2.7Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional Pelayanan Sosial ... 40

2.7.1 Defenisi Konsep ... 40


(11)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian ... 45

3.2 Lokasi Penelitian ... 45

3.3 Populasi dan Sampel ... 45

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.5 Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil UPT Pelayanan Sosial Anak ... 50

4.1.1 Latar Belakang Lembaga ... 50

4.1.2 Visi dan Misi UPT Pelayanan Sosial Anak ... 51

4.1.3 Sasaran garapan ... 52

4.1.4 Letak dan Kedudukan Panti ... 53

4.1.5 Fungsi UPT Pelayanan Sosial Anak ... 53

4.2 Struktur Panti ... 54


(12)

4.4 Komposisi warga binaan ... 58

4.5 Sarana dan Prasarana ... 62

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Karakteristik Identitas Responden ... 64

5.1.1 Karakteristik responden berdasarkan usia ... 64

5.1.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 65

5.1.3 Karakteristik responden berdasarkan agama ... 66

5.1.4 Karakteristik responden berdasarkan suku ... .. 67

5.1.5 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhi ... . 68

5.1.6 Karakteristik responden berdasarkan uratan bersaudara. ... . 69

5.1.7 Karakteristik responden berdasarkan tahun masuk ... 69

5.1.8 Karakteristik responden berdasarkan alasan menjadi Warga binaan ... 70

5.2 Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Warga Binaan Anak ... 70

5.2.1 Pemahaman Program ... 71

5.2.2 Ketepatan Sasaran ... 78

5.2.3 Ketepatan Waktu ... 84

5.2.4 Tercapainya Tujuan ... 89


(13)

5.3 Analisa Data Kuantitatif Dalam Pelaksanaan Program

Pemberdayaan Warga Binaan ... 102

5.3.1 Pemahaman Program responden dalam pelaksanaan program .... 104

5.3.2 Ketepatan Sasaran responden dalam pelaksanaan program ... 105

5.3.3 Ketepatan Waktu responden dalam pelaksanaan program... 107

5.3.4 Tercapainya Tujuan responden dalam pelaksanaan program ... 108

5.3.5 Perubahan Nyata responden dalam pelaksanaan program ... 110

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 113

6.2 Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Distribusi Responden berdasarkan Usia ... 64

Diagram 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

Diagram 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Agama ... 66

Diagram 5.4 Distribusi Responden berdasarkan Suku ... 67

Diagram 5.5 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 68

Diagram 5.6 Distribusi Responden berdasarkan Tahun Masuk ... 69

Diagram 5.7 Sumber Informasi tentang Program Pemberdayaan Binaan Anak ... 71

Diagram 5.8 Pemahaman Responden tentang Program Pemberdayaan Warga binaan Anak ... 73

Diagram 5.9 Pemahaman Responden tentang Tujuan Program Pemberdayaan warga binan Anak ... 74

Diagram 5.10 Pemahaman Responden terhadap Pemilihan Keterampilan pemberdayaan warga binaan anak ... 76


(15)

Sosial dalam Program pemberdayaan ... 77

Diagram 5.12 Pemahaman Responden tentang kesesuain Instruktur

Dengan program pemberdayaan ... 78

Diagram 5.13 Pemahaman Responden tentang Fasilitas Program

Pemberdayaan warga binaan Anak ... 79

Diagram 5.14 Tanggapan Responden yang berasal dari keluarga tidak

mampu ... 81

Diagram 5.15 Tanggapan Responden yang terkadang mendapatkan

Biaya dari orang tua ... 82

Diagram 5.16 Tanggapan Responden tentang kesesuaian pemberdayaan

Warga binaan Anak ... 83

Diagram 5.17 Tanggapan Responden tentang kesesuaian Pemberdayaan

Dengan minat/bakat responden ... 85

Diagram 5.18 Tanggapan Responden terhadap kesungguhan dalam

Mengikuti program pemberdayaan warga

Binaan Anak ... 86

Diagram 5.19 Tanggapan Responden tentang pemilihan


(16)

Diagram 5.20 Tanggapan Responden tentang Jadwal Program

Pemberdayaan warga binaan Anak ... 89

Diagram 5.21 Tanggapan Responden tentang lama waktu penguasaan

Program keterampilan ... 90

Diagram 5.22 Tanggapan Responden tentang efisiensi waktu ... 91

Diagram 5.23 Tanggapan Responden tentang jadwal program

Pemberdayaan warga binaan sesuai dengan jadwal ... 92

Diagram 5.24 Tanggapan Responden tentang waktu dalam mengusai

Program ... 94

Diagram 5.25 Tanggapan Responden tentang bantuan yang diberikan

lembaga ... 96

Diagram 5.26 Tanggapan Responden tentang melanjutkan

Pendidikan ... 97

Diagram 5.27 Tanggapan Responden tentang prestasi belajar ... 98

Diagram 5.28 Tanggapan Responden tentang manfaat program

Warga binaan Anak ... 100

Diagram 5.29 Tanggapan Responden tentang dukungan keluarga


(17)

Diagram 5.30 Tanggapan Responden tentang Peningkatan

Pengetahuan Responden... 102

Diagram 5.31 Tanggapan Responden tentang kelanjutan program .... 103

Diagram 5.32 Tanggapan Respondententang prestasi responden

Di sekolah ... 104

Diagram 5.33 Tanggapan Responden tentang kemandirian

responden ... 105

Diagram 5.34 Tanggapan Responden tentang peningkatan

Keterampilan ... 106

Diagram 5.35 Tanggapan Responden tentang peningkatan kreatifitas

responden ... 108

Diagram 5.36 Tanggapan Responden tentang harapan responden

Dalam membuka usaha ... 109

Diagram 5.37 Tanggapan Responden tentang membuka Usaha


(18)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Bagan Alur Pemikiran ... 39

Bagan 2 Bagan Sruktur Organisasi UPT Pelayanan Sosial Anak


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Anak di UPT Pelayanan Sosial

Anak dan Lanjut Usia ... 55

Tabel 4.2 Data Anak Binaan 2014 ... 58


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Tabel Penskoran Efektivitas Pelaksanaan Program

Pemberdayaan warga Binaan Anak

Lampiran 3 Surat Keputusan (SK) Komisi Pembimbing Penelitian

Proposal/ Penelitian Skripsi

Lampiran 4 Lembaran Kegiatan Bimbingan Proposal Penelitian/Skripsi

Lampiran 5 Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

Lampiran 6 Surat Izin penelitian

Lampiran 7 Surat Keterangan Izin Penelitian UPT Pelayanan Sosial Anak Dan Lanjut Usia Siboronborong


(21)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Katrina Sinaga

Nim : 110902074

Abstrak

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN WARGA BINAAN ANAK OLEH UPT PELAYANAN SOSIAL ANAK DAN

LANJUT USIA DI KECAMATAN SIBORONGBORONG KABUPATEN TAPANULI UTARA

Persoalan anak terlantar dan kurang mampu merupakan masalah sosial yang masih membelenggu dunia termasuk negara Indonesia. Masalah ini dikhawatirkan membawa dampak yang buruk bagi masa depan bangsa di masa yang akan datang. Pembinaan serta Perlindungan anak adalah salah satu inisiatif UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia untuk membantu anak terlantar dan kurang mampu melalui program pemberdayaan dan bersekolah di sekolah negeri siborongborong.Pemberdayaan yang diberikan adalah berupa keterampilan jok dan salon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan program pemberdayaan warga binaan anak oleh UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara.

Tipe penelitian tergolong tipe penelitian deskriptif yang menggambarkan efektivitas pelaksanaan program pemberdayaan warga binaan anak oleh UPT Pelayanaan Sosial Anak dan Lanjut Usia siborongborong. Adapun sampel dalam penelitian ini 20 warga binaan anak. Teknik analisis data menggunakan diagram yang di input dalam SPSS Statistic version 22 dan dijelaskan secara kuantitatif menggunakan skala likert dan. Kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data bahwa efektivitas pelaksanaan program pemberdayaan warga binaan anak oleh UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Efektif.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa program pemberdayaan warga binaan anak efektif dalam beberapa indikator efektifitas. Pemahaman program warga binaan mendapat nilai 0,55 yang dimana program efektif karena warga binaan paham akan program pemberdayaan. Akan tetapi, ketepatan sasaran program kurang efektif dilihat dari nilai 0,15 dikarenakan warga binaan kurang bersungguh-sungguh mengikuti program. Indikator ketepatan waktu efektif dengan nilai 0,58. Indikator tercapainya tujuan dengan nilai 0,75 dan perubahan nyata 0,79. Berdaaarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan warga binaan oleh UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara adalah Efektif.


(22)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE

Katrina Sinaga 110902074

ABSTRACT

Effectiveness of the impementation of empowerment child inmates by UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia in district Siborongborong regency

Tapanuli Utara

The problem of abandoned and disadvantaged children is a social problem that still shackle the world including Indonesia. This problem is feared bad impact for the future of the nation in the future because sometimes disadvantaged children and displaced must be nurtured and be briefed and equipped to realize that the younger generation to lead this nation. Development and Protection of children is one of the initiatives UPT Social Services Child and Elderly to help abandoned children and underprivileged through empowerment and attended public schools in Siborongborong. Empowerment provided isin the form of skill seat and salon. This study aims to determine the effectiveness of the implementation of

development programs by the children of inmates UPT Social Services Child and Elderly Siborongborong North Tapanuli.

Type of studies are descriptive type that describes the effectiveness of the

implementation of empowerment programs by the children of inmates UPT Social Services Child and Elderly Siborongborong. The sample in this study 20 children of inmates. Technical analysis of the data using a single table and entry input data from SPSS Statistic version 22 and explained quantitatif by a Likert scale.

Conclusions obtained through analysis of the data that the effectiveness of the implementation of development programs by the children of inmates UPT Social Services Child and Elderly in District Siborongborong Resident North Tapanuli is Effective. The calculation result is said to be affective from several measurement that have been done on understanding the program as much as 0.55, 0.15 targeting accuracy less affective,timeless as 0.58, from 0.75 as the achievement of

objectives, and of real change as much as 0.79.


(23)

BAB I

PENDAHULUAN.

1.1Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki hak untuk hidup dan mendapatkan kenyamanaan dalam kesejahteraan hidupnya. Hak tersebut merupakan hak yang seharusnya bisa dirasakan serta dinikmati oleh manusia. Ketika seorang manusia lahir kedunia sampai manusia menutup mata, manusia membutuhkan kasih sayang dan perlindungan dari orang-orang. Akan tetapi, tidak banyak orang yang memiliki dan menikmati kehidupan yang layak.

Masalah kemiskinan di dunia membawa dampak pada ketelantaran, ketunaan sosial hingga masalah sosial lainnya. Krisis global membawa dampak di berbagai sektor baik di bidang ekonomi maupun sosial. Jumlah keluarga miskin bertambah karena pencari nafkah utama dari keluarga dimaksud tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehari hari.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, pada September 2014 tercatat 10.356.690 penduduk miskin Indonesia yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Data ini menjelaskan bahwa Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi keempat yang memiliki jumlah masyarakat miskin di Indonesia dibandingkan dengan provinsi padat penduduk yaitu DKI Jakarta dan D.I Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah masyarakat miskin khususnya di Sumatera Utara lebih banyak dibandingkan provinsi padat penduduk lainnya(Badan Pusat Statistik, 2014).


(24)

Meningkatnya jumlah penyandang kemiskinan, dikhawatirkan akan terjadi permasalahan sosial yang lebih besar. Disadari bahwa kemiskinan menjadi masalah mendasar dari kesejahteraan sosial. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik, psikis, sosial dan spritual. Dengan demikian akan terjadi keterlantaran, pemenuhan gizi buruk, pemeliharaan kesehatan yang sangat minim dan bahkan sampai terjadinya eksploitasi, perdagangan anak, dan tindak kekerasan. Lebih jauh lagi dapat berakibat pada terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga, perempuan dan masalah anak.

Lingkungan keluarga merupakan basis awal kehidupan bagi setiap insan dan menjadi tempat utama bagi anak untuk memperoleh hak. Adapun hak anak yaitu hak untuk mempertahankan kelangsungan hidup (survival), hak untuk tumbuh kembang secara wajar (deverlopmental), hak untuk mendapatkan perlindungan (protection), dan hak untuk ikut berpartisipasi membangun masa depannya (participation).

Anak sejak dikandung dan lahir ke dunia, mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Proses biologis yang menentukan baik buruknya seseorang diawali saat anak dilahirkan dan mengalami pertumbuhan. Pada masa ini manusia dibekali dengan akal, dan perilaku yang di mulai sejak anak diajarkan untuk mengenal orang–orang di sekitarnya.

Selama tahun 2013, terdapat indikasi yang menunjukkan bahwa lingkungan keluarga Indonesia masih cenderung diwarnai oleh sejumlah problematika keluarga yang sangat tidak kondusif terhadap masa depan anak Indonesia. Beragam kasus yang melibatkan keluarga masih belum terselesaikan.


(25)

Akan tetapi, banyak anak yang tidak mendapatkan hak yang sama. Anak terlantar merupakan contoh bahwa tidak semua anak mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya dan tidak mendapatkan hak untuk belajar serta bermain. Anak menjadi telantar dikarenakan orang tuanya bercerai, yatim-piatu, konflik, serta bencana alam sehingga tidak memiliki pengawasan orang tua yang dalam arti terlantar.

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menyatakan bahwa tugas pemerintah Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Sesuai dengan amanat Pemerintah dan bangsa Indonesia, maka semua rakyat Indonesia harus mendapatkan perlindungan sosial, wajib bekerjasama membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang adil, makmur serta sejahtera. Akan tetapi, segenap lapisan masyarakat tidak seluruhnya mampu menikmati Kesejahteraan Sosial. Perlindungan sosial yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia tidak bisa dinikmati oleh masyarakat yang kurang mampu. Perlindungan Sosial terhadap Permasalahan Sosial merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah Indonesia dan segenap bangsa Indonesia, termasuk halnya masalah Anak.

Menurut Undang–Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat 2 menyatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Ini menjelaskan bahwa


(26)

anak terlantar sepenuhnya dipelihara oleh pemerintah serta menjamin kehidupan anak terlantar dan kurang mampu untuk dibina, didampingi dan diasuh oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.

Disamping itu masih ada sejumlah Undang-Undang yang memberi arahan untuk pembangunan anak. Sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bahwa penjaminan dan pemenuhan hak-hak anak di bidang keluarga dan pengasuhan alternatif menjadi tanggung jawab bersama orang tua, keluarga, masyarakat, warga sekitar dan negara (Setyawan, 2014).

Anak seharusnya dapat melakukan perannya dan mendapatkan hak untuk memperoleh pendidikan yang baik, ruang gerak untuk bermain, serta perlindungan yang seharusnya didapatkan oleh anak. Akan tetapi yang terjadi saat ini, tidak semua anak mampu menjalani masa pertumbuhannnya dengan baik. Terkadang anak harus memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan, karena orang tua tidak memiliki biaya. Anak memilih untuk membantu orang tuanya dalam mencari nafkah walaupun harus mengotori tangan dengan setumpukan sampah yang bertebaran dijalanan. Selain itu, banyak anak yang dieksploitasi, anak yang mengalami kekerasan dalam keluarga dan lingkungannya sehingga fisik dan psikis anak menjadi terganggu. Seorang anak dimasa usia sekolah harus mengikuti pendidikan di usianya dan kebutuhan akan hal tersebut harus mampu dipenuhi orang tuanya. Namun kenyataan banyak anak yang tidak mampu bersekolah dan melanjutkan pendidikan serta lebih memilih untuk putus sekolah.


(27)

Masalah anak terlantar menjadi permasalahan yang tidak kunjung dapat diselesaikan Pemerintah Indonesia. Di Jawa tengah, empat orang anak ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya. Anak ditelantarkan dan ditampung oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPIPA) Wonosobo. Anak tersebut rata- rata di bawah umur lima tahun. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua sekalipun mampu meninggalkan tanggung jawabnya dalam mendidik, mengasuh, serta memberikan kebutuhan yang layak kepada anak (Solopos, 2012).

Selain kasus penelantaran anak di Jawa Tengah, kasus anak terlantar juga terdapat di Sumatera Utara. Anak perempuan berusia 4 tahun ini dibuang oleh keluarganya di kawasan Deli Serdang, Sumatera Utara. Anak tersebut sering mengalami penyiksaan dari orang tuanya. Bahkan sesaat sebelum ditinggalkan dikawasan penimbunan tanah di Deli Serdang pada Minggu (30/11/2014) lalu, ia mengaku masih ditampar oleh orang tuanya yang sampai saat ini tidak diketahui identitasnya. Saat pertama ditemukan, Rifa dalam kondisi lemah dan demam tinggi. Diduga karena malam sebelumnya anak ini berada di lapangan terbuka dan kelaparan. Pada sekujur tubuhnya ditemukan luka lebam dan goresan yang diduga akibat dipukul. Kasus ini menunjukkan bahwa anak tidak hanya mengalami kekerasan namun anak juga harus menerima kenyataan jika orang tua anak tidak melakukan tanggungjawabnya sebagai orang tua.

Masalah anak terlantar menjadi permsalahan yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Akibat yang ditimbulkan dari anak terlantar yaitu anak tidak mampu mengikuti pendidikan yang seharusnya dilakukan sesuai dengan usia anak. Anak terlantar cenderung lebih memilih bekerja daripada menghabiskan waktu berjam-jam disekolah yang dianggap tidak menghasilkan pendapatan. Apabila persoalan


(28)

ini terus berlanjut, jumlah generasi masa depan akan semakin berkurang. Hal yang ditimbulkan adalah banyaknya anak yang tidak bersekolah dan sering melakukan tindakan kriminal (Gusti, 2015).

Berdasarkan statistik, Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki jumlah anak sekolah yang termasuk tinggi yaitu mencapai sekitar 17.286 anak. Sementara yang tidak melanjutkan sekolah, mencapai lebih dari 78.000 anak. Di Sumatera Utara, menurut Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara, dana anggaran pendidikan 2009 diperkirakan mencapai 2 triliun rupiah lebih. Jumlah tersebut diantaranya untuk penyaluran dan dana bantuan operasional sekolah yang mencapai 1,065 triliun. Pada tahun 2011 jumlah anak usia sekolah diperkirakan mencapai 2,6 juta dari 13 juta penduduk. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa tahun 2014 terdapat perkembangan jumlah Anak usia sekolah tiga kali lipat dari tahun–tahun sebelumnya (Badan Pusat Statistik, 2014).

Ketika situasi ketelantaran anak yatim-piatu dan anak–anak dari keluarga yang kurang mampu terjadi tanpa ada usaha penanggulangan, dikhawatirkan anak akan menjadi frustasi, merasa terhina dan akan berontak terhadap keadaan. Adapun sebagai kompensasinya adalah mereka akan melakukan perbuatan yang menggarah pada tingkah laku menyimpang yang dapat mengganggu dirinya sendiri, orang lain maupun masyarakat karena kurangnya pendidikan yang mereka dapatkan.

Sebagai wujud konkrit usaha dan kepedulian pemerintah dalam menanggulangi masalah ini, pemerintah mendirikan Lembaga Sosial Kesejahteraan Anak seperti Pelayanan Sosial Anak yang menjadi tempat bagi


(29)

anak terlantar dan kurang mampu. Program ini memiliki fungsi sebagai tempat penampungan bagi anak. Anak diberikan makan dan minum setiap hari serta diberikan biaya pendidikan, tempat penampungan serta pelayanan alternatif yang mampu menggantikan fungsi keluarga, sehingga gangguan keluarga dapat dibatasi semaksimal mungkin dan anak akan merasa hidup dalam lingkungan keluarga sendiri.

Salah satu lembaga pemerintah yang memberikan Pembinaan bagi anak terlantar dan kurang mampu adalah UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Siborongborong. Lembaga ini merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, yang secara khusus memberikan pelayanan, pembinaan dan pengurangan angka putus sekolah (buta aksara) bagi anak terlantar dan kurang mampu sesuai dengan undang –undang No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1979 No. 32).

Selama menjadi warga binaan di UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia, anak mendapatkan proses sosialisasi atas nilai-nilai hidup dalam bermasyrakat, nilai keagaamaan, adat istiadat, dan pendidikan. Anak dipersiapkan secara mental dan sosial untuk mampu hidup di masyarakat dan mencapai cita-citanya sebagai penerus masa depan bangsa.

Sesuai dengan Undang–Undang No. 4 tahun 1979 Kesejahteraan Anak mengatakan bahwa, tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis dan sosial anak merupakan tanggung jawab utama orang tua. Namun, anak–anak yang tidak memiliki orang tua mempunyai hak untuk diasuh oleh negara dan


(30)

lembaga lain. UPT Pelayanan Sosial Anak Siborongborong memiliki tugas dalam memberikan pelayanan dan pembinaan bagi warga binaan anak dalam menjalankan fungsi di masyarakat.

Program yang diberikan oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Siborongborong adalah menjadikan anak mandiri, mendapatkan pendidikan sesuai umur dan wajib belajar dari pemerintah serta memberikan keterampilan berbentuk usaha yang diharapkan mampu menjadi bekal keterampilan anak dimasa depan.

Program pemberdayaan yang diberikan oleh UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Siborongborong diikuti oleh semua warga binaan anak. Keterampilan yang ditawarkan kepada anak juga meliputi dua keterampilan yakni Keterampilan Jok untuk warga binaan Pria dan Keterampilan Salon untuk warga binaan wanita.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Warga Binaan Anak oleh UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, adapun masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah Pelaksanaan Program Pemberdayaan Warga Binaan Anak oleh UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia di Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara sudah efektif ?”.


(31)

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan progam pemberdayaan warga binaan anak yang dilakukan dan diselenggarakan oleh UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia di Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

a. Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah dapat memberikan kemampuan bagi penulis dalam mengembangkan penulisan karya ilmiah mengenai pelaksanaan program Pemberdayaan warga anak binaan di UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia , dengan kemampuan yang diperoleh penulis.

b. Hasil penelitian dapat diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak- pihak yang terlibat didalam pelaksanaan program pemberdayaan anak binaan.

c. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam hal referensi bagi peneliti yang melakukan penelitian sehubungan dengan masalah ini.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memahami dan mengetahui isi skripsi ini, penulis menyajikan penelitian ini dalam enam bab yang memiliki sistematika sebagai berikut :


(32)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Efektivitas.

Efektivitas adalah unsur mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan oleh organisasi. Efektivitas merupakan pengukuran tecapainya suatu tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini efektivitas menekankan bagaimana menemukan program, tujuan, pekerjaan atau target yang benar untuk dilaksanakan sehingga tujuan akhir dapat tercapai secara maksimal ( Handayaningrat, 1982:5).

Menurut Sondang P. Siagian, Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, saran dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai, tidaknya sasaran yang telah ditetapkan bersama. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektifitasnya (Siagian, 2001:24).

Efektivitas merupakaan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi atau sumbangan output terhadap pencapaian tujuan maka semakin efektif organisasi, program maupun kegiatan. Efektivitas berfokus pada outcome atau hasil program atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan (Mahmudi,2005:92).

Berdasarkan pandangan tersebut dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan sejauh mana suatu program atau aktivitas dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan tujuan serta


(34)

target yang direncanakan organisasi. Dalam hal ini ada ketentuan terhadap waktu pelayanan yang diberikan. Apabila program atau kegiatan tersebut tidak sesuai dengan tujuan serta sasaran yang disepakati maka program atau kegiatan tidak dilakukan secara efektif.

Efektivitas dan efisiensi adalah dua hal yang berbeda. Efektivitas adalah melakukan hal yang benar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Efisiensi merupakan melakukan suatu kegiatan yang dilakukan secara benar. Dalam hal ini efektivitas suatu program dapat menimbulkan sasaran atau tujuan yang telah disepakati bersama dapat terwujud dan dilaksanakan dengan baik maupun tidak.

Efektifitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam melaksanakan program–program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas–tugas pokok atau untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Dalam mengukur Efektivitas suatu program atau kegiatan perlu diperhatikan beberapa indikator, yaitu:

a. Pemahaman program

b. Ketepatan sasaran

c. Tepat waktu


(35)

e. Perubahan nyata ( Sutrisno, 2007: 125-126)

2.2 Pemberdayaan

2.2.1 Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari empowerment dalam bahasa Inggris. Shardlow (1998 : 32) mengatakan pada intinya : pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.

Pemberdayaan adalah suatu hal yang bertujuan meningkatkan keberdayaan dari mereka yang dirugikan sehingga membutuhkan akses dalam memenuhi hidupnya. Pemberdayaan merupakan upaya memberi keberanian dan kesempatan pada individu untuk mengambil tanggung jawab perorangan guna meningkatkan dan memberikan kontribusi pada tujuan organisasi. Pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut (Sumodiningrat, Gunawan, 2002) ; pertama, upaya itu harus terarah. Ini yang secara populer disebut pemihakan. Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya. Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu


(36)

mempunyai beberapa tujuan, yakni agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara individu. Pendekatan kelompok ini paling efektif dan dilihat dari penggunaan sumber daya yang lebih efisien.

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu–individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas–tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses (Suharto 2009 :59-60).


(37)

2.2.2 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang ingin dicapai.

2.2.3 Tahap-tahap Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat memiliki tahap-tahap dalam proses kegiatan atau program. Tahapan-tahapan pemberdayaan menurut Rukmianto terbagi atas beberapa tahapan yaitu :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini, kegiatan atau program memiliki dua tipe tahap persiapan yang harus dikerjakan seperti :

a. Penyiapan petugas, yaitu adanya tenaga pemberdayaan masyarakat yang mampu menjalankan suatu program atau kegiatan.

b. Penyiapan lapangan, merupakan syarat dalam suksesnya suatu program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara non-direktif.

2. Tahap pengkajian

Pada tahap pengkajian, proses yang dilakukan adalah secara individual seperti tokoh-tokoh masyarakat, dan kelompok masyarakat. Pada tahap ini,


(38)

petugas sebagai agen berusaha mengidentifikasikan masalah (kebutuhan yang diperlukan), serta sumber yang dimiliki klien.

3. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan

Petugas sebagai agent of change secara partisipasif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang dihadapi dan cara mengatasinya. Dalam hal ini diharapkan, masyarakat mampu memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang akan dilakukan.

4. Tahap performulasian rencana aksi

Pada tahap ini, Petugas dan masyarakat membayangkan dan menuliskan rencana jangka pendek suatu program dan kegiatan serta cara dalam mencapai tujuan dan kesepakatan.

5. Tahap pelaksanaan program dan kegiatan

Tahap pelaksanaan program dan kegiatan adalah tahap yang paling penting dalam proses pemberdayaan. Program dan kegiatan yang telah direncanakan dengan baik dapat melenceng dalam proses pelaksanaannya di lapangan bila tidak ada kerjasama antara petugas dan warga masyarakat maupun kerjasama antar warga, pertentangan antara kelompok warga yang dapat menghambat pelaksanaan program atau kegiatan.

6. Tahapan evaluasi

Dalam tahapan ini, pengawasan suatu tenaga pemberdayaan masyarakat memberikan evaluasi suatu program atau kegiatan yang melibatkan masyarakat. Keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan membentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan


(39)

internal. Sehingga dalam jangka panjang akan membentuk sistem dalam masyarakat yang mandiri dengan pemanfaatan sumber daya.

7. Tahap terminasi

Ini adalah tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran (Rukmianto, 2002: 182-195).

2.3 Anak

2.3.1 Pengertian Anak

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1tahun) usia bermain/oddler (1- 2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satuu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. (Hurlock, 1980: 45)

Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dijelaskan bahwa Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Kemudian menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, juga menjelaskan tentang pengertian anak yaitu sebagai berikut:

“Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut demi kepentingannya.”


(40)

2.3.2 Hak-hak Anak

Undang-undang No.23 tahun 2002 memuat 20 hak–hak anak yang diatur oleh undang-undang tersebut. Setiap anak memiliki hak yaitu:

1. Untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

2. Atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan 3. Untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai

dengan tingkat kecerdasan usianya, dalam bimbingan orang tua.

4. Untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya.

5. Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagi anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spritual dan sosial.

7. Memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

8. Selain hak anak sebagimana dimaksud, khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa,


(41)

sedang bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.

9. Menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

10. Untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, beriman, bereaksi dan berkreasi sesuai denga minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi perkembangan diri. 11. Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi,

bantuan sosial dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.

12. Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain maupun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:

a. Diskriminasi b. Eksploitasi c. Penelantaran

d. Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan e. Ketidakadilan,

f. Perlakuan salah lainnya.

13. Untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.


(42)

14. Untuk memperoleh perlindungan dari:

a. Penyalahgunaan dalam kegiatan politik b. Pelibatan dalam sengketa bersenjata c. Pelibatan dalam kerusuhan sosial

d. Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan e. Pelibatan peperangan

15. Memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

16. Memperoleh kebebasan sesuai hukum

17. Penangkapan, penahanan atau tindak pidana penjara anak hanya dilakuakan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.

18. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk:

a. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa.

b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.

c. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang obyektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.

19.Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.

20.Setiap anak menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.


(43)

Undang-undang ini juga mengatur bahwa dalam hal orang tua, wali, atau pengasuh anak tidak diperbolehkan melakukan segala bentuk perlakukan sebagaimana dimaksud yaitu melakukan diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan dan penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah lainnya. (Samawati, 2012:80-83).

2.3.3 Masalah sosial anak

Masalah sosial anak adalah anak yang mengalami permasalahan sosial yang diakibatkan oleh anak rawan yang dapat diartikan sebagai suatu situasi, kondisi dan tekanan yang menyebabkan belum atau tidak terpenuhinya hak-haknya dan dilanggar hak-haknya. Anak akan tersisih dari kehidupan normalnya dan terganggu proses tumbuh kembangnya secara wajar. Sering menjadi korban situasi sosial, terekploitasi dan mengalami diskriminasi, serta perlakuan salah oleh lingkungannya (Suyanto, 2003:4).

Anak yang memiliki masalah sosial menimbulkan beberapa masalah sosial. Masalah sosial yang terjadi pada anak :

1. Anak terlantar

2. Putus sekolah

3. Anak yang dilacurkan

4. Anak jalanan

5. Anak perempuan korban pelecehan dan kekerasan seksual


(44)

7. Anak korban pedofilia

8. Pengungsi Anak

9. Putus Sekolah

Dan pada umumnya anak yang menjadi warga binaan di penelitian yang telah diteliti adalah anak terlantar dan putus sekolah.

2.3.3.1 Anak Terlantar

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat 2 dikatakan bahwa Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembangan serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dalam hal ini anak merupakan suatu hal yang harus dijaga, dilindungi, serta diberikan perhatian yang khusus dalam mempersiapkan anak sebagai penerus bangsa.

Menurut Undang –undang No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak mengatakan bahwa tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis dan sosial anak merupakan tanggung jawab orang tua. Undang–undang tersebut juga mengatakan anak–anak yang tidak memiliki orang tua mempunyai hak untuk diasuh oleh negara atau lembaga lain.

Faktor penyebab terjadi Anak Terlantar :

1. Tidak adanya orang tua

2. Orang tua bercerai


(45)

4. Bencana alam.

Anak terlantar sesungguhnya adalah anak-anak yang termasuk kategori anak rawan atau anak-anak membutuhkan perlindungan khusus (Children in need of special protection). Dalam buku Pedoman Pembinaan Anak Terlantar yang dikeluarkan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur (2001) disebutkan bahwa yang disebut anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab tidak dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.

Seorang anak dikatakan terlantar, bukan sekedar karena sudah tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau kedua orang tuanya. Tetapi, terlantar disini juga dalam pengertian ketika hak–hak anak untuk tumbuh kembang secara wajar, untuk memperoleh pendidikan yang layak, dan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai, tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidakmengertian orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan (Suyanto Bagong, 2003:213).

Ciri-ciri anak terlantar:

1. Mereka biasanya berusia 5-18 tahun, dan merupakan anak yatim, piatu, atau anak yatim piatu.

2. Anak terlantar acap kali adalah anak yang lahir dari hubungan seks diluar nikah dan kemudian mereka tidak ada yang mengurus karena orang tuanya tidak siap secara psikologis maupun ekonomi untuk memelihara anak yang dilahirkannya.


(46)

3. Anak yang kelahirannya tidak direncanakan atau tidak diingankan oleh kedua orang tuanya atau keluarga besarnya, sehingga cenderung rawan diperlakukan salah.

4. Meski kemiskinan bukan satu–satunya penyebab anak ditelantarkan dan tidak pula keluarga miskin akan menelantarkan anaknya. Tetapi, bagaimanapun harus diakui bahwa tekanan kemiskian dan kerentanan ekonomi keluarga akan menyebabkan kemampuan mereka memberikan fasilitas dan memenuhi hak anaknya menjadi terbatas.

5. Anak yang berasal dari keluarga yang broken home, korban perceraian orang tuanya, anak yang hidup ditengah kondisi keluarga yang bermasalah–pemabuk, kasar, korban PHK, terlibat Narkotika dan sebagainya.

2.3.3.2 Anak Putus Sekolah

Dalam Konvensi Hak Anak yang telah di ratisifikasi oleh Pemerintah Indonesia sebenarnya telah disebutkan dan diakui bahwa anak–anak pada hakekatnya berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan mereka seyogyanya tidak terlibat dalam aktivitas ekonomi secara dini. Namun demikan, akibat tekanan kemiskinan, kurangnya animo orang tua terhadap arti penting pendidikan, dan sejumlah faktor lain , maka secara sukarela maupun terpaksa anak menjadi salah satu sumber pendapatan keluarga yang penting.


(47)

Menurut hasil kajian Sukamdinata (dalam Suyanto, 2010:342) faktor utama penyebab anak putus sekolah adalah kesulitan ekonomi atau karena orang tua tidak mampu menyediakan biaya bagi sekolah anak–anaknya. Disamping itu, tidak jarang terjadi orang tua meminta anaknya berhenti sekolah karena mereka membutuhkan tenaga anaknya untuk membantu pekerjaan orang tua.

Secara garis besar, karakteristik anak yang putus sekolah adalah:

1. Berawal dari tidak tertib mengikuti pelajaran disekolah, terkesan memahami belajar hanya sekedar kewajiban masuk kelas, dan mendengarkan guru berbicara tanpa dibarengi dengan kesungguhan untuk mencerna pelajaran secara baik.

2. Akibat prestasi yang rendah, pengaruh keluarga, atau karena pengaruh teman sebaya, kebanyakan anak yang putus sekolah selalu ketinggalan pelajaran dibanding teman–teman sekelasnya.

3. Kegiatan belajar dirumah tidak tertib, dan tidak disiplin, terutama karena tidak didukung oleh upaya pengawasan dari pihak orang tua.

4. Perhatian terhadap pelajaran kurang dan mulai didominasi oleh kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran.

5. Kegiatan bermain dengan teman-teman sebayanya meningkat pesat.

6. Mereka yang putus sekolah kebanyakan berasal dari keluarga ekonomi lemah, dan berasal dari keluarga yang tidak teratur .


(48)

Sebagian Anak terlantar dan Anak putus sekolah yang kurang mampu, terutama anak yatim atau yatim piatu, umumnya tinggal di panti dan hidup dibawah asuhan pengelola panti. Di dalam panti mereka diberikan perawatan dan penjagaan oleh pekerja sosial baik panti milik pemerintah Indonesia (UPT Dinas Kesejahteraan dan Sosial) serta lembaga swasta lainnya.

2.3.4 Warga Binaan Anak

Warga binaan adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang mendapat pelayanan dan binaan oleh suatu lembaga untuk meningkatkan kemndirian dan dapat menjalankan keberfungsian sosialnya. Warga binaan anak adalah warga binaan penyandang masalah kesejahteraan sosial khusus anak yang mendapatkan pelayanan dan binaan oleh suatu lembaga untuk meningkatkan kemandirian dan dapat menjalankan keberfungsian sosial anak kelak di masyarakat dan lingkungannya.

2.3.5 Perlindungan Anak

Perlindungan anak merupakan upaya agar setiap anak tidak dirugikan, bersifat melengkapi hak-hak lain,dan menjamin bahwa anak akan menerima apa yang dibutuhkan agar dapat hidup berkembang dan tumbuh dengan wajar.

Pembangunan dan perlindungan anak sangat diperlukan dalam mewujudkan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan, mewujudkan pembangunan dan perlindungan anak untuk melaksanakan komitmen pemerintah di tingkat Internasional dalam pemenuhan hak anak sebagaimana yang telah diratifikasi dengan Keputusan Pemerintah No.36 Tahun 1990 tentang Konvensi Hak Anak.


(49)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014, perlindungan anak merupakan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh kembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Upaya perlindungan anak perlu dilakukan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berusia 18 (delapan belas) tahun.

2.4 Pelayanan Sosial

2.4.1 Pengertian Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan lingkungan sosialnya. Pelayanan sosial disebut juga sebagai pelayanan kesejahteraan sosial. Menurut Walter Friedlander, kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari usaha–usaha sosial dan lembaga–lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan secara penuh, serta mempertinggi kesejahteraan selaras dengan kebutuhan–kebutuhan keluarga dan masyarakat.( Wibhawa dkk, 2010 : 24).

Dari defenisi di atas dapat dijelaskan bahwa :

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem atau “organized system” yang berintikan lembaga –lembaga dan pelayanan sosial.


(50)

2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti singkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan dan kesehatan, dan juga relasi –relasi sosial dengan lingkungannya.

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan “kemampuan individu” baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya.

Dalam Undang–Undang No. 11 tahun 2009 tentang Ketentuan –ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial Pasal 1, dijelaskan bahwa: “Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan materiil, spritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.

Berdasarkan defenisi diatas, dapat diketahui bahwa :

1. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.

2. Pelayanan Sosial dalam arti sempit atau juga pelayanan kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya.


(51)

Semakin tersebarnya dan dipraktekannya secara universal pelayanan sosial, maka pelayanan yang ditujukan kepada golongan masyarakat yang membutuhkan pertolongan khusus.

2.4.2 Fungsi–fungsi Pelayanan Sosial

Bentuk–bentuk pelayanan sosial sesuai dengan fungsi–fungsinya adalah sebagai berikut :

a) Pelayanan akses yang mencakup pelayanan informasi, rujukan pemerintah, nasehat, dan partisipasi. Tujuannya membantu orang agar dapat mencapai tujuan dengan menggunakan pelayanan yang tersedia.

b) Pelayanan terapi yang mencakup pertolongan dan terapi atau rehabilitasi, termasuk didalamnya perlindungan dan perawatan. Misalnya pelayanan yang diberikan oleh badan–badan yang menyediakan konseling pelayanan anak, lanjut usia, pelayanan sosial mendidik, dan sekolah perawatan bagi orang–orang jompo dan lanjut usia.

c) Pelayanan sosialisasi dan pengembangan, misalnya taman penitipan bayi dan anak, keluarga bencana, pendidikan keluarga, pelayanan reaksi bagi pemuda dan masyarakat dan masyarakat yang dipusatkan atau community centre (Nurdin, 1989:50).

Pada umumnya pelayanan sosial diklasifikasikan sebagi berikut:

a. Kesejahteraan keluarga


(52)

c. Pelayanan penitipan bayi

d. Pelayanan Kesejahteraan Anak

e. Pelayanan Rehabilitasi bagi Penyalahgunaan NAPZA

f. Pelayanan kepada lanjut usia

g. Pelayanan rehabilitasi bagi penderita cacat dan pelanggar hukum

h. Pelayanan bagi para migran dan pengungsi

i. Kegiatan kelompok bagi para remaja

j. Pekerjaan Sosial Medis

k. Pusat–pusat pelayanan kesejahteraan sosial masyarakat

l. Pelayanan Sosial yang berhubungan dengan proyek–proyek perumahan.

2.4.3 Dasar-dasar Pelayanan Sosial

Dalam Undang –undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial disebut sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yaitu organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraaan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

Panti Sosial atau lembaga Kesejahteraan Sosial memiliki posisi strategis, karena memiliki posisi strategis, karena memiliki tugas dan tanggungjawab mencakup 4 kategori, yaitu :


(53)

1. Bertugas dalam mencegah timbulnya permasalahan sosial penyandang dengan melakukan deteksi dan pencegahan sedini mungkin.

2. Bertugas melakukan rehabilitasi sosial untuk memulihkan rasa percaya diri, dan tanggung jawab terhadap diri dan keluarganya, dan meningkatkan kemampuan kerja fisik dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung kemandirian di masyarafkat.

3. Memberikan pelayanan pemakanan sesuai dengan standar gaji pembinaan fisik, agama, psikologis, sosial dan pendidikan disekolah bagi anak sekolah usia sekolah, agar mampu berperan aktif di lingkungan masyarakat.

4. Bertugas untuk mengembalikan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) ke masyarakat melalui penyiapan sosial, penyiapan masyarakat agar mengerti dan menerima kehadiran kembali dan membantu penyaluran ke berbagi sektor kerja dan usaha produktif.

5. Melakukan pengembangan individu dan keluarga, seperti mendorong peningkatan taraf hidup kesejahteraan pribadi, meningkatkan rasa tanggungjawab sosial untuk berpartisipasi aktif di tengah masyarakat, mendorong partispasi masyrakat untuk menciptakan iklim ytang mendun kung pemulihan dan memfasilitasi dukungan psiko-sosial dari keluarga.

Fungsi Teknis yang diberikan sebuah lembaga Pelayanan Sosial adalah sebagai berikut:


(54)

b. Konsultasi

c. Pelayanan penampungan pengasramaan dan perawatan serta pendidikan

d. Pembinaan fisik dan mental

e. Bimbingan sosial secara individu , kelompok dan masyarakat.

f. Penyiapan dan pelaksanaan pemberian sandang dan pangan sesuai standart gaji.

g. Pelayanan kesehatan bagi warga binaan

h. Penyiapan dan pelaksanaan penyaluran kembali ke keluarga, masyarakat/ lingkungan kerja usaha (resosialisasi)

Sedangkan fungsi utamanya, antara lain sebagai : pusat lembaga pelayanan kesejahteraan sosial, pusat pengembangan kesempatan kerja, pusat informasi kesejahteraan sosial, lembaga pendidikan.

2.4.4 Standar Pelayanan Sosial dalam Panti

Standar panti sosial adalah ketentuan yang memuat kondisi dan kinerja tertentu bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial dan lembaga pelayanan sosial lainnya yang sejenis. Standarisasi panti telah dituangkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Sosial RI Nomor : 50/HUK/2004 tentang standarisasi Panti Sosial atau Pedoman Akreditasi Panti Sosial, sebagai landasan untuk menetapkan standar pelayanan dalam panti.


(55)

Ada dua macam standar panti sosial, yaitu standar umum dan standar khusus. Standar umum adalah ketentuan yang memuat kondisi dan kinerja tertentu yang perlu dibenahi bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial atau lembaga pelayanan sosial lainnya yang sejenis sesuai dengan karakteristik panti sosial.

Standar umum panti sebagaimana yang dimaksud adalah :

1. Kelembagaan

a. Legalitas Organisasi, mencakup bukti legalitas dari instansi yang berwenang dalam rangka memperoleh perlindungan dan pembinaan profesionalnya.

b. Visi dan Misi, memiliki landasan yang berpijak pada visi dan misi.

c. Organisasi dan tata kerja, memiliki struktur organisasi tata kerja dalam rangka penyelenggaraan

2. Sumber Daya Manusia, mencakup 2 aspek yaitu:

a. Aspek penyelenggaraan panti, terdiri dari 3 unsur :

a) Unsur Pimpinan, yaitu kepala panti dan kepala –kepala unit yang ada dibawahnya

b) Unsur Operasional, meliputi pekerja sosial, instruktur, pembimbing rohani, dan pejabat fungsional lainnya.

c) Unsur Penunjang, meliputi pembina asrama, pengasuh, juru masak, petugas kebersihan, satpam dan sopir.


(56)

b. Pengembangan personil panti

Panti Sosial memiliki program pengembangan Sumber Daya Manusia

3. Sarana dan Prasarana meliputi :

a. Pelayanan Teknis, mencakup peralatan assesment, bimbingan sosial, keterampilan fisik dan mental.

b. Perkantoran, memiliki ruang kantor, ruang pertemuan (aula), ruang tamu, kamar mandi, WC, peralatan kantor seperti alat komunikasi, alat transportasi dan tempat penyimpanan dokumen.

c. Umum, memiliki ruang makan, ruang tidur, mandi dan cuci, kerapihan diri, belajar, kesehatan, dan peralatan lainnya.

4. Pembinaan

Memiliki anggaran yang berasal dari sumber tetap maupun sumber tidak tetap.

5. Pelayanan Sosial Dasar

Pelayanan Sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan sehari –hari klien, meliputi: makan, tempat tinggal, pakaian, pendidikan dan kesehatan.

6. Monitoring dan evalusi meliputi:

a. Monev Proses, yakni penilaian terhadap proses pelayanan yang diberikan kepada klien


(57)

b. Monev Hasil, yakni monitoring dan evaluasi terhadap klien, untuk melihat tingkat pencapaian dan keberhasilan klien setelah memperoleh proses pelayanan (Sitompul, 2011)

2.5 Kesejahteraan Anak

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan hperkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Hal ini diatur dalam undang–undang No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. Dalam undang-undang ini dinyatakan bahwa bahwa anak memiliki hak sebagai berikut :

a. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang di dalam keluarga maupun didalam asuhan khusus untuk tumbuh kembang yang wajar.

b. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna.

c. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan

d. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan secara wajar (Rahmadhani, 2014: 32).


(58)

2.6 Kerangka Pemikiran

Pada zaman ini, masalah anak yang ditelantarkan menjadi persoalan yang banyak diperbincangkan di media massa seperti koran, televisi dan radio. Anak terlantar yang tidak memiliki keluarga harus mampu memenuhi kebutuhan hidup dan mencari nafkah sendiri melalui mengemis, mengamen, berjualan koran dan sebagainya. Selain daripada hal itu, anak terlantar yang sering disebut anak jalanan mencari rezeki dengan mencopet serta merampok di daerah padat penduduk yang memiliki tempat–tempat yang ssering dikunjungi orang–orang.

Permasalahan ini menjadi hal yang sangat sulit dipecahkan oleh pemerintah Indonesia. Anak yang merupakan aset bangsa menjadi tidak terkendali ketika anak tidak diasuh serta di lindungi oleh sebuah keluarga. Hal yang terjadi adalah anak menjadi jahat, tidak memiliki nilai dan moral yang baik dan mengacu pada tindakan–tindakan negatif yang menimbulkan keresahan bagi masyarakat serta anak menjadi musuh negara ketika anak memiliki perilaku yang merugikan negara.

Sebagaimana diketahui bahwa anak adalah penerus masa depan bangsa, maka pemerintah memberikan perlindungan serta hak yang seharusnya diterima oleh seluruh anak di Indonesia. Pemerintah memberikan perlindungan kepada anak dan perlindungan bagi anak agar anak tidak mendapatkan permasalahan sosial serta memberikan kemandirian untuk anak terlantar agar kemudian hari anak mampu menjalankan fungsinya di masyarakat.

Pelayanan Sosial yang memberikan perlindungan serta kemandirian bagi anak adalah Pelayanan Sosial Anak Siborongborong. Anak yang memiliki kriteria


(59)

anak terlantar akan ditampung di Pelayanan Sosial dan diberikan keterampilan serta pengasramaan agar anak bisa melanjutkan pendidikannya sesuai dengan usia sekolah anak. Pelayanan Sosial Anak memberikan pelayanan pemakanan sesuai dengan standart gizi, memberikan pembinaan fisik, agama, sosial, pendidikan serta keterampilan bagi anak usia sekolah, agar mampu berperan aktif di lingkungan sekolah.

Dalam meningkatkan pendidikan dan keterampilan khususnya anak berumur sekolah yang putus sekolah dibutuhkan tempat atau wadah bagi anak agar anak mampu melanjutkan sekolahnya dan menemukan keterampilan yang mampu menambahkan minat anak dalam berkreasi di masa depan. Hal yang dilakukan adalah memberikan sekolah gratis di seluruh sekolah negeri dan memberikan bimbingan keterampilan bagi anak yang dibinan dalam lembaga pelayanan sosial dalam bidang anak.

Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Siborongborong adalah salah satu lembaga yang memberikan program keterampilan dalam memberikan minat anak binaan untuk menggali sumber daya anak. Anak binaan diberikan bebas biaya sekolah di sekolah negeri yang ada baik tingkat SD, SMP, SMA/SMK, sehingga anak tidak terbeban dengan biaya sekolah. Dalam Pelayanan Sosial Anak diberikan tempat atau wadah bagi anak yang terlantar sebuah pengasramaan sebagai tempat tinggal anak selama dibina di pelayanan sosial. Hal ini dilakukan agar anak tidak tinggal dijalanan dan bisa dilindungi baik secara internal dan eksternal.


(60)

Melihat keefektivan program pemberdayaan warga binaan anak di Pelayanan Sosial Anak , dapat dilihat dari indikator (Sutrisno, 2007:125-126) agar mencapai keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan kegiatan yaitu:

1. Pemahaman program, yaitu dilihat dari sejauh mana klien dapat memahami dan mengetahui program pemberdayaan warga binaan anak melalui keterampilan yang diberikan oleh Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Siborongborong.

2. Tepat Sasaran, yaitu dilihat apakah anak sudah diberikan pemahaman pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan program yang dilakukan

3. Tepat waktu, yaitu dilihat dari apakah penggunaan waktu untuk program pemberdayaan keterampilan bagi anak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

4. Tercapainya tujuan, yaitu dilihat dari cara pencapaian tujuan yang telah ditetapkan Pelayanan Sosial bagi anak.

5. Perubahan nyata, yaitu dilihat bagaimana suatu kegiatan yang dilakukan memberikan dampak dan memberikan perubahan nyata bagi anak ataupun klien.

Skematisasi kerangka pemikiran merupakan transformasi narasi yang merenagkan hubungan atau konsep-konsep atau variabel-variabel penelitian menjadi sesuatu yang berbentuk skema, artinya yang ada hanyalah perubahan cara penyajian dari narasi menjadi skema


(61)

(Siagian,2011: 132). Untuk itu skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 1

Bagan Alur Pikir

UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Siborongborong

Indikator Efektivitas Pelaksanaan Program dilihat dari:

1. Pemahaman Program 2. Tepat sasaran

3. Tepat waktu 4. Tujuan dan manfaat 5. Perubahan Nyata

Efektif Tidak Efektif

Warga Binaan Anak

Keterampilan Jok (Warga Binaan Anak Laki-laki)

Keterampilan Salon (Warga Binaan Anak Perempuan)


(62)

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.7.2 Defenisi Konsep

Konsep adalah bagian vital dari metodologi penelitian, karena apabila konsep penelitain dibagun secara asal-asalan maka akan mengacaukan bagian vital lainnya. Konsep juga dibangun dengan maksud agar masyarakat lmiah maupun konsumen penelitian memahamin apa yang dimaksud dengan pengertian variabel, indikator, parameter, maupun skala pengukuran yang dikehendaki peneliti dalam penelitiannya(Bungin, 2001: 73).

Dalam suatu penelitian, defenisi konsep menunjukkan bahwa si peneliti ingin membatasi salah pengertian akan konsep yang diteliti. Peneliti memberikan gambaran kepada pembaca peneltian itu dengan menggunakan konsep sesuai dengan yang diinginkan dan yang dimaksudkan oleh si Peneliti, defenisi konsep merupakan pengertian terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136-138).

Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri–ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan hal–hal yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompok objek–objek atau peristiwa yang mempunyai ciri–ciri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan mendefenisikan istilah–istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009: 112).


(63)

Memahami pengertian mengenai konsep–konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Efektivitas dalam penelitian ini adalah tercapainya tujuan ataupun sasaran yang telah disepakati oleh pembuat program yang hasil dari preogram tersebut berjalan baik ataupun tidak.

2. Pemberdayaan dalam penelitian ini adalah suatu program yang memiliki tujuan dalam hal meningkatkan keberdayaan dari mereka yang tidak mampu melakukan suatu kegiatan yang tidak bisa mereka lakukan sehingga mereka harus mengembalikan keberfungsian sosial mereka.Dalam hal ini, pemberdayaan yang diberikan kepada warga binaan adalah keterampilan yang diikuti oleh warga binaan anak di UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Siborongborong. Keterampilan dibagi atas 2 Keterampilan berdasarkan jenis kelamin warga binaan anak.

3. Masalah sosial anak dalam penelitian ini adalah Masalah sosial anak adalah anak yang mengalami permasalahan sosial yang diakibatkan oleh anak rawan yang dapat diartikan sebagai suatu situasi, kondisi dan tekanan yang menyebabkan belum atau tidak terpenuhinya hak-haknya dan dilanggar haknya.

4. Warga binaan anak dalam penelitian ini adalah warga binaan penyandang masalah kesejahteraan sosial khusus anak yang mendapatkan pelayanan dan binaan dari suatu lembaga untuk


(64)

meningkatkan kemandirian dan dapat menjalankan keberfungsian sosial anak kelak di masyarakat dan lingkungannya.

5. Pelayanan sosial dalam penelitian ini adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan lingkungan sosialnya. Pelayanan sosial disebut juga sebagai pelayanan kesejahteraan sosial.

6. Pelayanan sosial anak dalam penelitian ini adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan lingkungan sosialnya. Pelayanan sosial disebut juga sebagai pelayanan kesejahteraan sosial yang dimana pelayanan yang dilakukan di khususkan kepada anak.

2.7.2 Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah unsur penelitian yang memberitashukan bagaiamana cara merngukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasioanal penelitian adalah semacam petunjuk pelaksanakan berupa tata cara untuk mengukur variabel( Nasution, 2001: 17).

Defenisi Operasional adalah langkah lanjutan dalam perumusan defenisi konsep. Defenisi konsep ditujukan untuk mengethaui keseragaman pemahan tentang konsep-konsep baik berupa obyek peristiwa maupun fenomena yang diteliti, sehingga defenisi operasional ditujukan dalam upaya transformasi konsep ke dalam dunia nyata sehingga dapat diobservasi ( Siagian, 2011 : 141).


(65)

Adapun indikator dalam penelitian ini adalah

a. Bentuk –bentuk pemberdayaan oleh Pelayanan Sosial Anak.

1. Pendidikan

2. Spritual

3. Bakat dan keterampilan

4. Bantuan Sosial

5. Kemandirian

6. Kasih Sayang

b. Efektivitas pelaksanaan program pemberdayaan warga binaan anak , diukur oleh indikator:

1. Pemahaman Progam meliputi:

a.Sumber informasi mengenai program pemberdayaan

b.Pengetahuan mengenai program pemberdayaan warga binaan anak

c.Pemahaman responden setelah mendapatkan informasi tentang program

d.Pengenalan akan sasaran dan program

2.Tepat sasaran meliputi:

a.Klien menerima dan menjalankan bantuan


(66)

c. Penerima bebas biaya sekolah

3.Tepat Waktu meliputi:

a.Frekuensi awal pelaksanaan program sampai akhir pelaksanaan program

b.Keberlangsungan program

4. Tercapainya tujuan meliputi:

a.Perkembangan kegiatan

b.Terpenuhinya tujuan

c.Kemudahan akses bagi warga binaan anak

5. Perubahan nyata, meliputi:

a. Penerapan program warga binaan dalam berkreasi jika diluar dan di dalam panti


(67)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitain deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan dan mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur–unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi berlangsung (Siagian, 2011: 52).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Siborongborong. Panti Pelayanan Sosial Anak terletak di Jalan Tugu No.61 Kelurahan Pasar Siborongborong Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara. Penulis mengambil lokasi penelitian di UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Siborongborong dikarenakan ketertarikan penulis untuk mengetahui bagaimana aktivitas serta Pogram Pemberdayaan di UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Siborongborong.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi diartikan sebagai sekumpulan obyek, benda, peristiwa atau individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian ( Siagian, 2011: 115). Populasi tidak sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi


(1)

a.Sesuai

b.Kurang sesuai c.Tidak sesuai d.Lainnya

22.Apakah saudahkra bersungguh-sungguh dalam mengikuti program pemberdayaan warga binaan sesuai dengan keterampilan saudara? a.Sungguh-sungguh

b.Kurang sungguh-sungguh c.Tidak Sungguh-sungguh d.Lainnya

23.Siapa yang memilih dan menentukan jenis program pemberdayaan kepada warga binaan anak yang saudara ikuti?

a.Diri Sendiri

b.Staff/Pegawai/Pekerja Sosial c.Keluarga

d.Lainnya

2.3Ketepatan Waktu

24.Apakah program pemberdayaan warga binaan anak berupa keterampilan dilaksanakan sesui dengan jadwal yang telah ditentukan? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak


(2)

25.Berapa lama waktu saudara untuk mengikuti program pemberdayan warga binaan melalui keterampilan dalam sehari?

a.2 jam b.3 jam c.4 jam d.Lainnya

26.Apakah waktu yang diberikan tersebut menurut saudara sudah memadai yang?

a.Memadai

b.Kurang memadai c.Tidak memadai d.Lainnya

27.Apakah pelaksanaan program pemberdayaan yang diberikan yang diberikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan?

a.Sesuai

b.Kurang sesuai c.Tidak sesuai d.Lainnnya

28.Berapa lama saudara menguasai program? a.3-4 bulan

b.4-5 bulan c.5-6 bulan d.Lainnya


(3)

2.4Tercapainya Tujuan

29.Bentuk bantuan pendidikan apa yang diberikan UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia kepada saudara?

a. Pembebasan Uang sekolah

b. Pembebasan biaya buku sekolah c. Perlengkapan sekolah

d. Lainnya

30.Apakah saudara sudah mampu melanjutkan pendidikan saudara yang dahulu sulit untuk melanjutkan pendidikan karena kurang mampu setelah menjadi anak binaan?

a. Ya

b. Ragu-ragu c. Tidak

d. Lainnya

31.Sejak saudara dibina di UPT Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia, apakah prestasi belajar saudara meningkat?

a. Meningkat b. Biasa saja c. Menurun d. Lainnya

Alasan : ... 32.Apakah adanya program pelatihan bermanfaat bagi saudara?

a.Sesuai


(4)

c.Tidak sesuai d.Lainnya

33.Apakah keluarga mendukung saudara dalam mengikuti keterampilan? a.Ya

b.Kadang-kadang c.Tidak

d. Lainnya

34.Setelah mengikuti program ini, apakah pengetahuan saudara meningkat?

a.Meningkat

b.Kurang meningkat c.Tidak meningkat d.Lainnya

35.Menurut saudara apakah program pemberdayaan warga binaan anak ini perlu dilanjutkan?

a.Perlu

b.Kurang perlu c.Tidak perlu d.Lainnya

2.5Perubahan Nyata

36.Setelah menjadi warga binaan anak di UPT Pelayanan Sosial Anak dan lanjut usia,

apakah prestasi saudara disekolah meningkat? a.Meningkat


(5)

b.Kurang meningkat c.Tidak meningkat d.Lainnya

37.Setelah saudara mengikuti program pemberdayaan warga binaan anak apakah kemandirian saudara semakin meningkat?

a.Meningkat

b.Kurang meningkat

c.Tidak meningkat

d.Lainnya

38.Setelah menjadi warga binaan anak, apakah pengetahuan saudara teentang keterampilan yang saudara ikuti meningkat?

a.Meningkat

b.Kurang meningkat

c.Tidak meningkat

d.Lainnya

39.Setelah mengikuti program pemberdayaan apakah kreatfitas saudara meningkat?

a.Meningkat


(6)

c.Tidak meningkat

d.Lainnya

40.Setelah saudara mengikuti program keterampilan, apakah saudara memiliki harapan dalam membuka usaha sesuai keterampilan saudara?

a.Ya

b.Ragu-ragu

c.Tidak

d.Lainnya

41.Apakah saudara akan melanjutkan pendidikan saudara sambil membuka usaha sesuai keterampilan saudara?

a.Ya

b.Ragu-ragu

c.Tidak


Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pematang Siantar

4 96 133

Efektivitas Pelaksanaan Program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) Oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

4 94 116

Efektivitas Pelaksanaan Otonomi Daerah Pada Kabupaten Tapanuli Selatan Ditinjau Dari Undang-Undang No. 32 Tahun 2004.

8 98 97

Efektivitas Pelayanan Sosial UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Siborong-borong bagi Lanjut Usia Di Kabupaten Tapanuli Utara

8 97 75

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelayanan Sosial Terhadap Penyandang Tuna Daksa Oleh Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Medan.

17 80 89

Respon Warga Binaan Terhadap Program Panti Sosial Karya Wanita Parawasa Berastagi

1 115 108

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PEMBANGUNAN PERDESAAN DI KECAMATAN SIBORONGBORONG KABUPATEN TAPANULI UTARA.

0 5 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Efektivitas. - Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Warga Binaan Anak Oleh Upt Pelayanan Sosial Anak Dan Lanjut Usiadi Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah - Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Warga Binaan Anak Oleh Upt Pelayanan Sosial Anak Dan Lanjut Usiadi Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 10

Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Warga Binaan Anak Oleh Upt Pelayanan Sosial Anak Dan Lanjut Usiadi Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 20