Efektivitas Program Pelayanan Sosial Anak Korban Bencana Oleh Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) Di Desa Kutambelin Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo

(1)

1

EFEKTIFITAS PROGRAM PELAYANAN SOSIAL ANAK

KORBAN BENCANA GUNUNG SINABUNG OLEH YAYASAN

KELOMPOK KERJA SOSIAL PERKOTAAN (KKSP) DI DESA

KUTAMBELIN KECAMATAN NAMANTERAN KABUPATEN

KARO

Diajukan Guna Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Kesejahteraan Sosial

Disusun oleh:

DEWI RIRIS NATALIA NABABAN

110902009

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Dewi Riris Natalia Nababan Nim : 110902009

Judul: Efektivitas Program Pelayanan Sosial Anak Korban Bencana oleh Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) di Desa Kutambelin Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo

Medan,April 2015

DOSEN PEMBIMBING

NIP : 19630319 199303 1 001 Drs. Matias Siagian, M.Si, Ph.D

KETUA DEPARTEMEN

NIP : 19710927 1998101 20 001 Hairani Siregar S.Sos, M.SP

DEKAN FISIP USU

NIP : 19680525 199203 1 002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Dewi Riris Natalia Nababan Nim : 110902009

Abstrak

Efektivitas Program Pelayanan Sosial Anak Korban Bencana Oleh Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) di Desa Kutambelin Kecamatan

Namanteran Kabupaten Karo

Bencana alam apapun bentuknya memang tidak dapat dihindari dan dapat terjadi kapan saja. Bencana juga berdampak pada resiko kerugian yang sangat tinggi baik kerusakan infrastruktur, akses informasi dan komunikasi sampai pada jatuhnya korban meninggal. Salah satu korban yang paling membutuhkan perlindungan khusus saat bencana adalah anak. Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi, kerusakan rumah yang mengakibatkan anak mengungsi, gangguan psikologis, kesedihan yang berkepanjangan, lingkungan tidak sehat dapat mempengaruhi perkembangan anak. Padahal, anak berhak atas perlindungan dari lingkungan yang berbahaya. Melihat hal tersebut, KKSP sebagai salah satu lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dibidang informasi dan hak anak turut serta memberikan pelayanan sosial terhadap anak-anak yang mengalami masa sulit termasuk korban bencana gunung Sinabung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas pelaksanaan program pelayanan sosial anak korban bencana oleh yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) di Desa Kutambelin Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo.

Tipe penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan efektivitas pelaksanaan program pelayanan sosial anak korban bencana. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 34 anak korban bencana di Desa Kutambelin Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo. Sementara itu teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel tunggal dan dijelaskan secara kuantitatif menggunakan skala likert. Kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data bahwa efektivitas program pelayanan sosial anak korban bencana oleh Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) di Desa Kutambelin Kecamatan Namanteran Kabupaten Namanteran Kabupaten Karo adalah Netral.

Hasil perhitungan dikatakan netral dilihat dari beberapa pengukuran yang telah dilakukan yaitu dari pemahaman program sebanyak 4,13 , dari ketepatan sasaran sebanyak 2,78, ketepatan waktu sebanyak 1,36 , tercapainya tujuan sebanyak 4,21 , dan perubahan nyata anak asuh rata-rata mengalami perubahan lebih baik. Kata kunci: Efektivitas, Bencana, Pelayanan Sosial


(4)

ii

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name: Dewi Riris Natalia Nababan Nim : 110902009

ABSTRACT

Social Services Children's Program Effectiveness Disaster By Urban Social Foundations Working Group in the Village District of Namanteran Kutambelin

Sub District Karo Regency

Natural disasters of any nature is unavoidable and can occur at any time. Disasters also result in very high losses both infrastructure damage, access to information and communication, until the fall deaths. One of those most in need of special protection during a disaster is a child. Basic needs are not being met, home damage resulting displaced children, psychological disorders, prolonged sadness, unhealthy environment can affect a child's development. In fact, the child is entitled to protection from hazardous environments. To see that things, KKSP as one of the non-governmental organizations in the field of information and the right of children to participate providing social services of children who have a difficult time including Mount Sinabung disaster victims. This study aims to determine the extent to which the effectiveness of social service programs children affected by the foundation of Urban Social Working Group in the Village Kutambelin Namanteran District of Karo.

This type of research is classified as a type of descriptive research that aims to illustrate the effectiveness of the child social services programs. The samples in this study were 34 children victims in the village Kutambelin Namanteran District of Karo. While the techniques of data analysis in this study using the table and described quantitatively using a Likert scale. Conclusions obtained through analysis of the data that the effectiveness of social service programs children affected by the Foundation for Urban Social Working Group in the Village District of Namanteran Kutambelin Namanteran Karo Regency is Neutral.

The result of the calculation is said to be neutral from a few measurements have been carried out on the understanding that the program as much as 4.13, 2.78 of total target accuracy, timeliness as much as 1.36, the achievement of goals as much as 4.21, and a real change in the average foster children better change.


(5)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat kasih karunia-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Puji dan syukur atas kesehatan, kekuatan, kesabaran dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan masa kuliah di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan merampungkan penulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas Program pelayanan sosial anak korban bencana”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini banyak mendapat bantuan dan dukungan baik materil dan moril dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Drs.Badaruddin,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos., M.S.P. selaku ketua Departemen ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, Ph.D. selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih Pak, sudah berkenan membagi ilmunya kepada saya. Semoga ilmu pengetahuan yang Bapak berikan dapat menjadi bekal pembelajaran bagi saya kedepannya. 4. Terima kasih saya ucapkan kepada semua staff pengajar dan staff


(6)

iv

kesempatan untuk membantu saya ketika mengalami kesulitan hingga menghantarkan saya sampai pada akhir penulisan studi ini.

5. Kepada Ibunda Tercinta M br Manurung, wonder woman Tuhan yang terlihat di dunia. Penulis ucapkan terima kasih banyak atas motivasi, kasih sayang dan dukungannya yang telah penulis rasakan. Terimakasih untuk pembelajaran hidup selama ini, terimakasih untuk peranan sebagai ayah dan ibu untuk penulis. Semoga dengan penyelesaian skripsi ini dapat sedikit menyenangkan hati Ibunda Tercinta. Kiranya Tuhan Yesus Senantiasa melindungi dan memberkati.

6. Kepada ke enam (6) abang tercinta Zulvan Erikson Nababan, Goodben Harris Nababan, Jimmycan Hermes Nababan, Leopatra Nababan, Dicky Waldi P Nababan, Eco Beny G.P Nababan. Terimakasi brother’s, untuk dukungan moril dan materi. Jauh dilubuk hati penulis sangat bangga bisa memiliki kalian. Maafkan penulis yang selalu lebih peka pada uang. Semoga Tuhan Yesus melindungi dan memberkati kalian ber enam.

7. Pimpinan Yayasan KKSP- Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak yaitu Bang Muhammad Jailani yang memberi masukan dan motivasi kepada penulis sejak Praktikum Lapangan I, II hingga penelitian skripsi dan seluruh Staff di Yayasan KKSP- Pusat Informasi Pendidikan dan Hak Anak atas kerja samanya selama ini

8. Terimakasih untuk seluruh warga di Desa Kutambelin Kecamatan Namanteran yang telah memberi ruang dan waktu untuk penulis bisa melakukan penelitian. Saya berterima kasih juga kepada adik-adik korban bencana yang menjadi sampel dalam penelitian penulis atas waktunya.


(7)

v

9. Buat Sawitri Manurung, Diella, Mayar dan Evitamala teman seperdopingan terima kasih untuk saling menyemangati dan dukungannya selama kita mengikuti proses bimbingan.

10.Untuk semua teman-teman seperjuangan di Kessos 2011, terimakasih untuk semua kebersamaan yang telah kita lalui bersama-sama selama di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

11.Terimakasih untuk senior dan junior di Kessos atas dukungan dan masukan selama penulis menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial 12.Terimakasih buat sahabat dari orok Sion Hutasoit, Lamminar Siregar dan

Erna Sihombing. Suka duka dan kegilaan kalian tidak akan tergantikan

13.Terimakasih buat Teman SMA ku terkhusus anak-anak batak Juliani Hasibuan dan Riris Noviana semoga semakin bataknese.

14.Terimakasih buat dukungan teman-teman SMP penulis Pandu, Jhon adi, Destria, Puji, Eko, Agus, Sriferi, Ribka, Nita, dan yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih buat dukungannya teman semoga sukses ya.

15.Semua pihak yang belum penulis tuliskan satu persatu, namun berkontribusi atas selesainya skripsi ini. Terima kasih

Semoga Tuhan senantiasa memberikan anugerah dan limpahan berkah untuk membalas segala kebaikan yang sudah penulis dapatkan. Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun, untuk itu diharapkan masukannya.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama bagi kemajuan Ilmu Kesejahteraan sosial kedepannya.


(8)

vi

Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf atas ketidaksempurnaan tersebut.

Medan, April 2015 Penulis


(9)

vii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 11

1.3 Tujuan Penelitian... 11

1.4 Manfaat Penelitian... 11

1.5 Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bencana ... 13

2.1.1 BencanaAlam ... 15

2.1.2 Bencana Non Alam ... 19

2.1.2 BencanaSosial ... 20

2.2 PelayananSosialAnak ... 23

2.2.1 PelayananSosial ... 23

2.2.2 PengertianAnak ... 25

2.2.3 PerlindunganAnak ... 27

2.2.4 KesejahteraanAnak ... 31


(10)

viii

2.3.1 Pengertian Program ... 34

2.3.2 Program KesejahteraanSosial Anak ... 34

2.4 Efektifitas ... 39

2.4.1 PengertianEfektifitas ... 39

2.4.2 PendekatanEfektifitas ... 42

2.4.2 Efektifitas Pelayanan Sosial ... 43

2.5 Kerangka Pemikiran ... 47

2.6 Defenisi KonsepdanDefenisiOperasional ... 51

2.6.1 DefenisiKonsep ... 51

2.6.2 DefenisiOperasional ... 52

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 55

3.2 Lokasi Penelitian ... 55

3.3 Populasi danSampel ... 56

3.3.1 Populasi ... . 56

3.3.2 Sampel ... 56

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.5 Teknik Analisis Data ... 58

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Yayasan Keompok Kerja Sosial Perkotaan ... 60

4.1.1 Latar Belakang Berdirinya Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) ... 60

4.1.2 Tujuan Yayasan KKSP ... 60

4.1.3 Visi dan Misi Yayasan KKSP ... 61


(11)

ix

4.1.5 Struktur Organisasi Yayasan KKSP... 64

4.1.6 Program Yayasan KKSP ... 66

4.1.7 Jaringan dan Mitra Yayasan KKSP ... 71

4.2 Gambaran Umum Desa Kutambelin Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo... 74

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar ... 77

5.2 Karakteristik Umum Responden ... 78

5.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 78

5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 78

5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 80

5.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 80

5.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 81

5.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Hobby ... 82

5.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Cita-cita ... 83

5.3 Efektifitas Program Pelayanan Sosial Anak Korban Bencana Oleh Yayasan KKSP ... 85

5.3.1 Pemahaman Program ... 85

5.3.2 Ketepatan Sasaran Program ... 92

5.3.3 Ketepatan Waktu ... 100

5.3.4 Tercapainya Tujuan ... 103


(12)

x BAB VIPENUTUP

6.1 Kesimpulan... 131 6.2 Saran ... 132 DAFTAR PUSTAKA


(13)

xi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Data Pengungsi Erupsi Gunung Sinabung ... 4

2. Tabel 2.1 Anak Dalam Situasi Darurat Bencana ... 38

3. Tabel 2.2 Perubahan Nyata ... 54

4. Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 78

5. Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 79

6. Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 80

7. Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 81

8. Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Hobby ... 82

9. Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Cita-cita ... 83

10. Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Informasi Pertama Tentang Program Pelayanan Sosial Anak Korban Bencana ... 85

11. Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Materi Tentang Program Pelayanan Sosial Anak Korban Bencana ... 87

12. Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Informan Materi Tentang Program Pelayanan Sosial Anak Korban Bencana ... 88

13. Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Tujuan Program Pelayanan Sosial Anak Korban Bencana ... 89

14. Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Tentang Jenis Kegiatan Yang Dilaksanakan ... 91

15. Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Jenis Program Dengan Kebutuhan Pasca Bencana ... 92

16. Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Beasiswa Pasca Bencana ... 94 17. Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Prestasi Di Sekolah 94


(14)

xii

18. Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Jenis

Sarana Atau Fasilitas Yang Pernah Diterima Di Pengungsian . 96 19. Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Bantuan Pendidikan Yang

Pernah Diterima ... 97 20. Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Aturan Program

Pelayanan Sosial Anak Korban Bencana ... 98 21. Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Pelayanan Sosial

Anak Antara Jadwal Dengan Pelaksanaan ... 100 22. Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Pelayanan Sosial

Anak Antara Jadwal Dengan Pelaksanaan ... 101 23. Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Durasi Waktu Pelayanan Sosial

Anak Antara Jadwal Dengan Pelaksanaan ... 102 24. Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan

Gizi 4Sehat 5Sempurna ... 104 25. Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan

Seragam Sekolah ... 105 26. Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan

Pakaian Sehari-hari ... 106 27. Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Berupa

Selimut ... 107 28. Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Kenyamanan Responden Saat

Tidur ... 108 29. Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Privasi Anak ... 109 30. Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Air Bersih Dengan


(15)

xiii

31. Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Tempat Tidur 112

32. Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Jumlah Kamar Mandi dengan Kebutuhan ... 113

32. Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Mahir Dalam Keterampilan 114

33. Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Teman Di Lingkungan 115 34. Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Rasa Takut Terhadap Orang Lain ... 116

35. Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan Kelancaran Aktifitas Belajar Mengajar ... 117

36. Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan Ada tidaknya Peningkatan Prestasi ... 118

37. Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan Kebutuhan Pangan ... 121

38. Tabel 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan Kebutuhan Sandang ... 122

39. Tabel 5.36 Distribusi Responden Berdasarkan Kebutuhan Papan ... 123

40. Tabel 5.37 Distribusi Responden Berdasarkan Bakat ... 125

41. Tabel 5.38 Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan Membuat Gelang ... 126

42. Tabel 5.39 Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi ... 127


(16)

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Alur Pemiikiran ... 50 Bagan 4.1 Struktur Organisasi Yayasan KKSP ... 64 Bagan 4.2 Struktur Organisasi Desa Kutambelin ... 76


(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Pembimbing

2. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

3. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Surat Balasan Izin Penelitian dari Yayasan KKSP


(18)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Dewi Riris Natalia Nababan Nim : 110902009

Abstrak

Efektivitas Program Pelayanan Sosial Anak Korban Bencana Oleh Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) di Desa Kutambelin Kecamatan

Namanteran Kabupaten Karo

Bencana alam apapun bentuknya memang tidak dapat dihindari dan dapat terjadi kapan saja. Bencana juga berdampak pada resiko kerugian yang sangat tinggi baik kerusakan infrastruktur, akses informasi dan komunikasi sampai pada jatuhnya korban meninggal. Salah satu korban yang paling membutuhkan perlindungan khusus saat bencana adalah anak. Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi, kerusakan rumah yang mengakibatkan anak mengungsi, gangguan psikologis, kesedihan yang berkepanjangan, lingkungan tidak sehat dapat mempengaruhi perkembangan anak. Padahal, anak berhak atas perlindungan dari lingkungan yang berbahaya. Melihat hal tersebut, KKSP sebagai salah satu lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dibidang informasi dan hak anak turut serta memberikan pelayanan sosial terhadap anak-anak yang mengalami masa sulit termasuk korban bencana gunung Sinabung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas pelaksanaan program pelayanan sosial anak korban bencana oleh yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) di Desa Kutambelin Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo.

Tipe penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan efektivitas pelaksanaan program pelayanan sosial anak korban bencana. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 34 anak korban bencana di Desa Kutambelin Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo. Sementara itu teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel tunggal dan dijelaskan secara kuantitatif menggunakan skala likert. Kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data bahwa efektivitas program pelayanan sosial anak korban bencana oleh Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) di Desa Kutambelin Kecamatan Namanteran Kabupaten Namanteran Kabupaten Karo adalah Netral.

Hasil perhitungan dikatakan netral dilihat dari beberapa pengukuran yang telah dilakukan yaitu dari pemahaman program sebanyak 4,13 , dari ketepatan sasaran sebanyak 2,78, ketepatan waktu sebanyak 1,36 , tercapainya tujuan sebanyak 4,21 , dan perubahan nyata anak asuh rata-rata mengalami perubahan lebih baik. Kata kunci: Efektivitas, Bencana, Pelayanan Sosial


(19)

ii

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name: Dewi Riris Natalia Nababan Nim : 110902009

ABSTRACT

Social Services Children's Program Effectiveness Disaster By Urban Social Foundations Working Group in the Village District of Namanteran Kutambelin

Sub District Karo Regency

Natural disasters of any nature is unavoidable and can occur at any time. Disasters also result in very high losses both infrastructure damage, access to information and communication, until the fall deaths. One of those most in need of special protection during a disaster is a child. Basic needs are not being met, home damage resulting displaced children, psychological disorders, prolonged sadness, unhealthy environment can affect a child's development. In fact, the child is entitled to protection from hazardous environments. To see that things, KKSP as one of the non-governmental organizations in the field of information and the right of children to participate providing social services of children who have a difficult time including Mount Sinabung disaster victims. This study aims to determine the extent to which the effectiveness of social service programs children affected by the foundation of Urban Social Working Group in the Village Kutambelin Namanteran District of Karo.

This type of research is classified as a type of descriptive research that aims to illustrate the effectiveness of the child social services programs. The samples in this study were 34 children victims in the village Kutambelin Namanteran District of Karo. While the techniques of data analysis in this study using the table and described quantitatively using a Likert scale. Conclusions obtained through analysis of the data that the effectiveness of social service programs children affected by the Foundation for Urban Social Working Group in the Village District of Namanteran Kutambelin Namanteran Karo Regency is Neutral.

The result of the calculation is said to be neutral from a few measurements have been carried out on the understanding that the program as much as 4.13, 2.78 of total target accuracy, timeliness as much as 1.36, the achievement of goals as much as 4.21, and a real change in the average foster children better change.


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Posisi geografis Indonesia terletak diantara dua benua dan dua samudera, jalur subduksi yang merupakan zone kegempaan dan rangkaian gunung api aktif sehingga selain keindahan alam yang dimiliki, Indonesia juga rentan akan bencana alam yang dapat terjadi kapan saja. Potensi gempa bumi kemungkinan diikuti tsunami dapat mengancam wilayah pesisir dan rangkaian gunung api rawan terhadap bahaya erupsi. Selain itu potensi bencana banjir, kekeringan, kebakaran hutan dan tanah longsor dapat terjadi seiring dengan perubahan iklim. Kerentanan ini dapat mengakibatkan resiko kerugian yang sangat tinggi termasuk kerusakan infrastruktur, akses informasi komunikasi terputus yang merupakan salah satu kunci penting dalam penanganan bencana, sampai pada banyaknya korban meninggal.

Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama (main hazard potency) ini dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa wilayah indonesia dengan zona-zona gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir. Dari indikator-indikator tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi bahaya utama (main hazard potency) yang tingg pukul 09.35 WIB).

Catatan dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukan bahwa ada 28


(21)

2

wilayah di Indonesia yang dinyatakan rawan gempa dan tsunami. Di antaranya Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bagian Selatan, Jawa Timur bagian Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Kemudian Sulawesi utara, Sulawesi tengah, Sulawesi selatan, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak, Yapen dan Fak-Fak di Papua serta Balikpapan Kalimantan Timur.Indonesia juga merupakan jalur The Pasicif Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Cincin api Pasifik membentang diantara subduksi maupun pemisahan lempeng Pasifik dengan lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara dan lempeng Nazca yang bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Membentang mulai dari pantai barat Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat Amerika Utara, melingkar ke Kanada, semenanjung Kamsatschka, Jepang, Indonesia, Selandia baru dan kepulauan di Pasifik Selatan. Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah kurang lebih 240 buah, di mana hampir 70 di antaranya masih aktif

diakses pada tanggal 05 Desember 2014 Pukul 15.30 WIB).

Gempa yang diakibatkan adanya gunung meletus dapat menimbulkan dua jenis bahaya, yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Kedua jenis bahaya ini sama akan berdampak buruk bagi kehidupan. Beberapa dampak yang mungkin terjadi setelah adanya gunung meletus, pertama dampak adanya lava, lahar, dan lontaran material antara lain banyak korban jiwa karena terkena lava atau terseret lahar, adanya kerusakan areal sawah di sekitar gunung, desa sekitar gunung terendam lahar,dan adanya kebakaran hutan di sekitar gunung. Kedua, dampak adanya abu letusan antara lain timbulnya masalah pernapasan, timbulnya kesulitan penglihatan,


(22)

3

adanya pencemaran sumber air bersih, adanya badai listrik, adanya gangguan kerja mesin dan kendaraan bermotor, terjadi kerusakan pada atap-atap rumah, rusaknya lingkungan sekitar gunung, dan adanya kerusakan infrastruktur seperti jalan dan bandara udara (Hartuti, 2009: 112).

Sejak Agustus 2010 Gunung Sinabung pernah meletus hingga saat ini semburan awan panas masih terjadi.Gunung Sinabung tercatat pernah meletus pada tanggal 27 Agustus 2010 pada pukul 18:30 wib, kemudian diikuti tanggal 29 Agustus pukul 0:10 wib, 30 Agustus pukul 06:23 wib, 03 September pukul 04:38 wib dan 17:59 wib, 07 September pukul 0:23 wib terjadi letusan terbesar. Setelah kejadian beberapa letusan tahun 2010 tersebut, Gunung api Sinabung yang merupakan gunung api jenis Strata tersebut oleh Pemerintah dijadikan Gunung Api Tipe A yang harus mendapatkan perhatian khusus berupa pembuatan pos pengamatan. Pos pengamatan gunung api sinabung terletak di Jl. Tiras Bangun, Gg Kayu Bakar, Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo (sekitar 8,5 Km dari puncak). Untuk mengamati gempa vulkanik, di atas gunung api Sinabung telah dipasang sensor seismometer sebanyak 4 unit dan hasil rekaman dikirim ke pos pengamatan. Selain sensos seismometer, di gunung api Sinabung juga telah terpasang secara kontiniu dan datanya terus terkirim melalui gelombang radio ke Pos pengamatan.Tanggal 1-31Agustus 2013. 489 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 24 kali kejadian Gempa Hembusan, 47 kali Gempa Tektonik Lokal (TL), 60 kali kejadian Gempa Tektonik Jauh (TJ). Tanggal 1-14 September 2013. 255 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 16 kali kejadian Gempa Hembusan, 5 kali Gempa Tektonik Lokal (TL), 24 kali kejadian Gempa Tektonik Jauh (TJ). Tanggal 1-14 September 2013. Cuaca cerah-mendung, angin tenang-sedang dari arah barat,


(23)

4

suhu 17-25oC, gunungapi jelas-tertutup kabut, asap putih tebal dengan tinggi asap 100-150 meter. Pukul 02.55 WIB teramati api diam di sekitar puncak diakses pada 07 Desember 2014 20.15 WIB).

Meletusnya Gunung Sinabung membawa dampak yang besar bagi masyarakat sekitar. Semburan awan panas dan lava pijar terus menerus meninngkatkan status Gunung Sinabung. Seiring dengan itu kondisi Sinabung mengakibatkan lebih dari 20 ribu orang harus mengungsi dalam jangka waktu lama. Mereka ditempatkan dibeberapa titik pengungsian. Berikut data pengungsi yang masih tinggal dipengungsian hingga tanggal 08 Desember 2014.

Table 1.1

DATA PENGUNGSI ERUPSI GUNUNG SINABUNG KAB. KARO TGL 07 DESEMBER 2014

Website : www.karokab.go.id Ema

No. POS PENAMPUNGAN ALAMAT KK JIWA

1 GBKP KOTA BERASTAGI Jl.Gundaling 43 160

2 KLASIS GBKP BERASTAGI Jl.Udara 99 264

3 KWK BERASTAGI Jl.udara 78 123

4 GBKPJL.KOTACANE KABANJAHE Jl.Kotacane 195 697 5 PAROKI G.KATOLIK KABANJAHE Jl.Irian 65 248

6 UKA KABANJAHE 2 Ds Ketaren 94 287

7 UKA KABANJAHE 3 Ds Ketaren 35 82

8 SERBA GUNA KNPI Jl.Pahlawan 186 582

Jumlah 795 2443


(24)

5

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa masih banyak warga yang tinggal dipengungsian hingga saat ini. Kondisi darurat memaksakan pengungsi untuk menjalankan proses hidup sementara di pengungsian dengan segala keterbatasan. Selain karena aktifitas Gunung Sinabung yang masih aktif mengeluarkan semburan awan panas kerusakan rumah dan harta benda yang sudah tidak layak dihuni menjadi alasan warga tetap berada di pengungsian. Akibat nyata bagi kehidupan sosial masyarakat jelas terlihat saat mereka harus meninggalkan rumah, kehilangan harta benda karena semburan lava dan awan panas hingga harus kehilangan mata pencaharian dimana sebagian besar penghasilan bergantung pada hasil pertanian.

Salah satu dampak yang sangat terlihat dari bencana Gunung Sinabung adalah kondisi anak. Anak dipandang sebagai korban yang paling membutuhkan perhatian khusus pada saat terjadi bencana, termasuk bencana meletusnya Gunung Sinabung. Anak sebagai generasi muda penerus bangsa akan menjadi pewaris cita-cita perjuangan bangsa serta merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan pembangunan negara.

Anak merupakan periode perkembangan yang khusus karena memiliki kebutuhan psikologis, pendidikan, serta kondisi fisik yang khas dan berbeda dengan orang dewasa. Tahap perkembangan anak mendapat perhatian sangat besar karena dianggap penting. Semua anak terlepas dari tempat tinggal atau status sosial dan ekonomi mereka, memiliki hak untuk dilindungi setiap saat baik pada masa bencana alam. Perlindungan berarti memastikan anak menikmati hak untuk mendapat pendidikan, tempat berlindung, pakaian, nutrisi dan lingkungan yang baik. Sayangnya bentuk perlindungan tersebut masih sulit direalisasikan bagi anak korban bencana khususnya bencana Gunung Sinabung.


(25)

6

Psikolog Indah Kemala dari Unversitas Sumatera Utara mengatakan bahwa setelah terjadi bencana alam baik gempa, banjir, gunung meletus maupun bencana alam lainnya akan berdampak buruk pada psikologis seorang terlebih pada anak-anak. Oleh karena itu korban bencana gunung Sinabung harus mendapatkan pendampingan psikososial guna menormalkan kembali kejiwaan mereka pasca bencana tersebut. Pendampingan psikososial tersebut bertujuan untuk membantu pemulihan kondisi mental dan psikis masyarakat khususnya anak-anak korban bencana sehingga dengan pendampingan psikososial anak-anak pengungsi itu tidak akan mengalami trauma yang berkepanjangan

Menurut hasil penelitian Juli Sinaga tahun 2014 secara psikologis anak mengalami gangguan seperti menjadi lebih sering ketakutan dan gelisah ketika mendengar suara gemuruh dari gunung atau ketika hujan abu menghampiri desa mereka. Selain itu anak juga mengeluh merasa kelelahan karena erupsi yang berkepanjangan sehingga anak-anak harus ikut bolak-balik menjadi korban pengungsian hal ini dikarenakan kondisi Gunung Sinabung yang tidak stabil hingga saat ini.

Prestasi belajar anak mengalami penurunan. Penurunan dalam keseharian pada proses belajar mungkin tidak terlalu signifikan tetapi penurunan itu dapat terlihat jelas dan nyata dalam rapor semester masing-masing anak. Ketidaknyamanan anak dalam proses belajar mengajar pasca erupsi Gunung Sinabung karena proses renovasi yang belum selesai dan masih berlanjutnya semburan abu vulkanik mengakibatkan fokus belajar anak di sekolah setiap harinya mengalami gangguan. Sebelumnya sekolah terbengkalai, seketika proses belajar terhenti karena erupsi yang


(26)

7

terus menerus. Pemerintah mencoba memperbaiki kondisi tersebut dengan memindahkan anak-anak ke sekolah di Kabanjahe, tetapi itupun tidak sepenuhnya berjalan efektif, karena anak-anak belum bisa beradaptasi dengan suasana sekolah yang mereka tumpangi dan perubahan jam belajar yang dimulai dari pukul 14.00 WIB.

Keadaan diatas akan berpengaruh pada kondisi psikologis mereka seperti timbulnya kecemasan, stres, ketakutan, serta trauma yang dapat mengancam jiwa anak–anak dan akan mempengaruhi kehidupan di masa dewasa nanti. Kejadian traumatik menjadi sebuah stress bagi masyarakat termasuk juga anak - anak, stress yang sangat berat, yang meliputi keterlibatan seluruh indra, dapat merubah imunitas tubuh anak. Hal ini terjadi sebagai sebuah respon untuk beradaptasi terhadap lingkungan sekitar yang berubah. Sebagai korban bencana gunung Sinabung anak berada dalam tekanan traumatik dan ketakutan sehingga berakibat pada kondisi psikis anak, susah menerima kenyataan serta dapat mengubah paradigma mereka dalam menghadapi masalah menjadi lebih mudah menyerah. Investasi masalah ini akan dirasakan kemudian dan dapat memunculkan disfungsi sosial anak. Disfungsi sosial anak memunculkan banyaknya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan ini menjadi kajian kesejahteraan sosial.

Fakta di lapangan ketika penulis menjalankan proses praktikum I dan II menunjukkan bahwa realisasi segala bentuk perlindungan terhadap anak masih sangat minim. Sebagai contoh seorang anak mengonsumsi makanan yang telah disediakan pihak logistik tanpa memperhatikan kadar gizi untuk seorang anak. Pada awal meletusnya Gunung Sinabung hingga selang beberapa bulan makanan di pengungsian masih layak untuk dikonsumsi anak karena banyaknya sumber bantuan dan perhatian dari berbagai kalangan baik pemerintah maupun non pemerintah akan


(27)

8

tetapi, seiring dengan meredupnya isu tentang meletusnya Gunung Sinabung, makanan di pengungsian pun semakin tidak diperhatikan, lingkungan bermain anak sekitar pengungsian penuh lumpur disebabkan hujan deras, sampai kepada kekurangan peralatan mandi, minimnya penyediaan air bersih terjadi setelah mulai meredanya pemberitaan tentang Gunung Sinabung. Padahal dalam UU perlindungan anak menjamin pemenuhan kebutuhan dasar yang terdiri atas pangan, sandang, pemukiman, pendidikan, kesehatan, belajar dan berkreasi, jaminan keamanan dan persamaan perlakuan, pemenuhan kebutuhan khusus bagi anak cacat dan anak yang mengalami gangguan psikososial.

Perkembangan anak juga tidak terlepas dari perubahan emosi. Perkembangan emosi pada masa kanak-kanak awal adalah meningkatnya kemampuan pemahaman emosi diri dan orang lain dimana mereka belajar mengenai penyebab dan konsekuensi dari perasaan perasaan yang dialami (Kuebli, Ridgeway, Waters & Kuczac, Denham, dalam Santrock, 2007: 17).

Dampak sosial yang diderita para pengungsi relatif bermacam-macam, yang jelas ditengah lingkungan penampungan yang serba terbatas, maka kondisi kesehatan mereka niscaya merosot drastis. Kasus sakit dan penyakit sangat tinggi, khususnya penyakit yang biasa terjangkit akibat kondisi lengkungan hidup yang buruk, sepertii kista, diare, sakit kulit, TBC. Anak-anak balita yang semestinya sangat membutuhkan makanan dan gizi yang cukup, mereka tak jarang menjadi terlantar dan mengalami serangan penyakit kurang gizi akut (Suyanto, 2010: 314).

Persoalan ini yang menjadi pertanyaan untuk implementasi pelayanan sosial yang sudah diatur didalam peraturan-peraturan pemerintah. Menurut UU No.24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana pasal 26 disebutkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelindungan sosial dan rasa amankhususnya bagi kelompok


(28)

9

masyarakat rentan bencana, mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilandalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan penanggulangan bencana, berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya, melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang diatur atas pelaksanaan penanggulangan bencana. Namun pada kenyataannya banyak anak sebagai kelompok rentan bencana belum mendapatkan hak sebagaimana tercantum dalam undang-undang tersebut.

Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat. Anak dalam situasi darurat sebagaimana dimaksud salah satunya adalah anak yang menjadi pengungsi.Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi pengungsi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum humaniter. Perlindungan khusus bagi anak korban bencanadilaksanakan melalui:pemenuhan kebutuhan dasar yang terdiri atas pangan, sandang, pemukiman, pendidikan, kesehatan, belajar dan berekreasi, jaminan keamanan, dan persamaan perlakuan, pemenuhan kebutuhan khusus bagi anak yang menyandang cacat dan anak yang mengalamigangguan psikososial seperti yang tercantum dalam UU NO.23 tahun 2002 perlindungan anak pasal 59, 60,61 dan 62. Realitasnya undang-undang ini belum sepenuhnya dapat dilaksanakan sebagaimana keadaan anak yang menjadi korban bencana Gunung Sinabung. Kondisi ini mematahkan isi undang-undang yang menjamin perlindungan sosial. Demikian kondisi implementasi peraturan pemerintah dan tugas-tugas lembaga pemerintahan terkait dengan penangggulangan pemberian perlindungan sosial khususnya anak.


(29)

10

Pada bulan Maret 2014 penulis terjun langsung ke Desa Kutambelin untuk mengantar bantuan kepada masyarakat desa dalam bentuk sembako dan alat tulis untk anak-anak di desa tersebut. Desa ini terletak pada jarak 5 kilometer dari puncak Gunung Sinabung. Desa Kutambelin merupakan salah satu desa yang pada saat erupsi terjadi masyarakatnya beberapa kali diungsikan dan dikembalikan lagi ke desanya karena erupsi gunung Sinabung yang tidak stabil. Desa Kutambelin juga merupakan desa yang ikut serta dalam program-program bantuan baik pemerintah maupun non pemerintah karena terkena dampak meletusnya gunung Sinabung.

Salah satu yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan dan informasi hak anak, Kepedulian dengan anak-anak yang berada dalam masa sulit dan kemudian melaksanakan program-programberkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, khususnya anak-anak adalah yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP). KKSP memberikan pelayanan sosial termasuk kebutuhan-kebutuhan yang menunjang pertumbuhan anak dengan bekerja sama dengan beberapa institusi maupun masyarakat yang ingin membantu anak korban bencana gunung Sinabung. Pelayanan sosial yang dilakukan juga terkait dengan gangguan psikis yang rentan dialami anak saat berada dalam kondisi bencana, memulihkan kondisi anak yang mengalami trauma dan menjalankan bantuan tunai bersyarat kerjasama dengan Kementerian Sosial Rebupik Indonesia.

Malihat hal tersebut tujuan utama KKSP adalah memberikan perlindungan, membimbing dan memberikan latihan-latihan keterampilan. Sebagai contoh melaksanakan program psikososial sebagai suatu program yang diberikan kepada anak–anak secara langsung dalam upaya untuk menciptakan kembali kebahagiaan anak pasca bencana dan juga menjalankan program bantuan tunai bersyarat sebagai salah satu program pemberian bantuan anak bekerjasama dengan Kementerian Sosial


(30)

11

RI. Pelayanan sosial ini dilaksanakan sejak Maret 2013 hingga sekarang pada tahap penyelesaian.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melihat “Efektifitas pelayanan sosial anak korban bencana gunung Sinabung oleh yayasan KKSP di desa Kutambelin Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo”.

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, Penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut sejauhmana tingkat efektifitas program pelayanan sosial anak korban bencana Gunung Sinabung oleh Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) di Desa Kutambelin Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo?

1.3. Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat efektifitas program pelayanan sosial anak korban bencana gunung sinabung yang dilaksanakan oleh yayasan KKSP di desa Kutambelin Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo.

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka: a. Pengembangan teori-teori tentang pelayanan sosial anak melalui program

pelayanan sosial anak korban bencana

b. Pengembangan model pelayanan sosial anak agar lebih efektif dalam meningkatkan kesejahteraan anak


(31)

12 1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika Penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Berisikan tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian.


(32)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bencana

Menurut UU No. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Penyelenggaraan penanggulang bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.Upaya penanggulangan bencana tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah di tingkat pusat dan daerah, dengan berbagai wewenang dan kewajiban yang harus dijalankannya.

Dalam penanggulangan bencana dapat diterapkan suatu sistem manajemen bencana, yang di dalamnya terdapat komponen :

1. Legislasi 2. Kelembagaan 3. Pendanaan 4. Perencanaan 5. IPTEK

6. Penyelenggaraan

Masing-masing komponen tersebut akan saling bersinergi untuk menghasilkan tindakan yang sistematis dan mampu meminimalkan dampak dari bencana yang ditimbulkan.


(33)

14

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam.

Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada.

Banyak pengertian atau defenisi tentang “bencana” yang pada umumnya merefleksikan karakteristik tentang gangguan terhadap pola hidup manusia, dampak bencana bagi manusia, dampak terhadap struktur social, kerusakan pada aspek pemerintahan, bangunan dan lain-lain serta kebutuhan masyarakat yang diakibatkan oleh bencana (Nurjanah, 2012: 10).

Defenisi lain menurut Internasional strategy for disaster reduction (UN-ISDR-2002, 24), bencana adalah suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena ulah manusia terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta bendadan kerusakan lingkungan, kejadian ini terjadi diluar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya (Nurjanah, 2012: 11).

Berdasarkan defenisi bencana dari UN-ISDR yang sebagaimana disebutkan diatas, dapat digeneralisasi bahwa untuk dapat disebut “bencana”harus dipenuhi beberapa criteria/kondisi sebagai berikut:

1. Ada peristiwa


(34)

15

3. Terjadi secara tiba-tiba (sudden) akan tetapi dapat juga terjadi secara perlahan-lahan/bertahap (slow)

4. Menimbulkan hilangnya jiwa manusia, harta benda, kerugian social-ekonomi, kerusakan lingkungandan lain-lain

5. Berada diluar kemampuan masyarakat untuk menanggulanginya.

Bencana erupsi gunung Sinabung yang terjadi beberapa waktu yang lalu memenuhi beberapa kriteria/kondisi dari defeenisi bencana terutama hal tersebut diyakini menimbulkan korban jiwa manusia, kerusakan,kerugian harta benda.

2.1.1. Bencana Alam

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor.

Bencana alam juga dapat diartikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh gejala alam.Sebenarnya gejala alam merupakan gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada bumi.Namun, hanya ketika gejala alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya (kepemilikan, harta dan benda), kita baru dapat menyebutnya sebagai bencana.

Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Bencana alam geologis

Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen). Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.


(35)

16

Salah satu peristiwa yang dikategorikan sebagai bencana alam adalah gempa bumi. Gempa bumi dapat digolongkan menjadi beberapa kategori, yaitu berdasarkan proses terjadinya, bentuk episentrumnya, kedalamana hiposentrumnya, jaraknya, dan lokasinya.

Menurut proses terjadinya, gempa bumi dapat diklasifikasikan menjadi lima anatara lain:

a. Gempa Tektonik, yaitu gempa yang terjadi akibat adanya tumbukan lempeng-lempeng di lapisan litosfer kulit bumi oleh tenaga tektonik. b. Gempa vulkanik, yaitu gempa yang terjadi akibat aktivitas gunung berapi.

Oleh karena itu, gempa ini hanya dapat dirasakan di sekitar gunung berapi saat akan meletus, saat letusan dan setelah terjadi letusan.

c. Gempa runtuhan atau longsoran, yaitu gempa yang terjadi karena adanya runtuhan tanah atau batuan. Lereng gunung atau pantai yang curam memiliki energy potensial yang besar untuk runtuh. Gempa ini sering terjadi di kawasan tambang akibat runtuhnya dinding atau terowongan pada tambang-tambang bawah tanah sehingga dapat menimbulkan getaran di sekitar daerah runtuhan. Gempa ini mempunyai dampak yang tidak begitu membahayakan. Namun, dampak yang berbahaya justru akibat dari timbunan batuan atau tanah longsor itu sendiri.

d. Gempa jatuhan, yaitu gempa yang terjadi akibat adanya benda langit yang jatuh ke bumi, misalnya meteor. Seperti kita ketahui bahwa ada ribuan meteor atau batuan yang bertebaran mengelilingi orbit bumi. Sewaktu-waktu meteor tersebut jatuh ke atmosfer bumi, bahkan kadang sampai ke permukaan bumi. Getaran ini disebut gempa jatuhan. Gempa seperti ini jarang sekali terjadi.


(36)

17

e. Gempa buatan, yaitu gempa yang memang sengaja dibuat oleh manusia. Suatu percobaan peledakan nuklir bawah tanah atau laut dapat menimbulkan getaran bumi yang dapat tercatat oleh seismograf seluruh permukaan bumi terganrung dengan kekuatan ledakan, sedangkan ledakan dinamit di bawah permukaan bumi juga dapat menimbulkan getaran namun efek getarannya sangat lokal (Hartuti: 2009)

Peristiwa lainnya yang dikategorikan sebagai bencana alam dan belakangan terjadi secara berkepanjangan di Sumatera Utara adalah erupsi gunung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Erupsi di definisikan sebagai letusan gunung berapi atau semburan sumber minyak dan uap panas dari dalam bumi.Secara umum Erupsi adalah pelepasan magma, gas, abu ke atmosfer atau ke permukaan bumi pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 10.00 WIB).

Erupsi gunung berapi terjadi jika ada pergerakan atau aktivitas magma dari dalam perut bumi menuju ke permukaan bumi.Secara umum, erupsi di bedakan menjadi 2, yaitu Erupsi eksplosif dan Erupsi efusif.

1. Erupsi Eksplosif adalah proses keluarnya magma, gas atau abu disertai tekanan yang sangat kuat sehingga melontarkan material padat dan gas yang berasal dari magma maupun tubuh gunung api ke angkasa. Erupsi eskplosif inilah yang terkenal sebagai letusan gunung berapi. Letusan ini terjadi akibat tekanan gas yang teramat kuat. Contoh erupsi eksplosif adalah letusan gunung krakatau, letusan gunung merapi,dll.

2. Erupsi Efusif (Non Eksplosif) yaitu peristiwa keluarnya magma dalam bentuk lelehan lava. Erupsi elusif terjadi karena tekanan gas magmatiknya tidak


(37)

18

seberapa kuat, sehingga magma kental dan pijar dari lubang kepundan hanya tumpah mengalir ke lereng-lereng puncak gunung itu

Macam-macam Erupsi

a. Erupsi sentral, yaitu letusan gunung api yang letusannya melalui sebuah lubang kepundan sebagai pusat letusannya.

b. Erupsi linier atau celah, yaitu letusan melalui celah-celah atau retakanretakan. Erupsi linier menghasilkan lava cair dan membentuk plato

c. Erupsi areal, yaitu letusan melalui lubang yang sangat luas. Erupsi ini masih

diragukan kejadiannya di bumi pukul 10.00 WIB).

2. Bencana alam klimatologis

Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang disebabkan oleh faktor angin dan hujan.Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami hutan (bukan oleh manusia).Gerakan tanah (longsor) termasuk juga bencana alam, walaupun pemicu utamanya adalah faktor klimatologis (hujan), tetapi gejala awalnya dimulai dari kondisi geologis (jenis dan karakteristik tanah serta batuan dan sebagainya).

3. Bencana alam ekstra-terestrial

Bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar angkasa, contoh : hantaman/impact meteor. Bila hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi.


(38)

19 2.1.2. Bencana Non Alam

Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit (UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 3).

Klasifikasi bencana non alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Kegagalan Teknologi / Konstruksi

Menurut ‘Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia’, kegagalan teknologi diartikan sebagai semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian, dan kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi dan/atau industri (Bakornas PBP, 2005).

Penyebab bencana kegagalan teknologi, antara lain: kebakaran, kegagalan/kesalahan desain keselamatan pabrik, kesalahan prosedur pengoperasian pabrik, kerusakan komponen, kebocoran reaktor nuklir, kecelakaan transportasi (darat, laut, dan udara), sabotase atau pembakaran akibat kerusuhan, dan dampak ikutan dari bencana alam (gempa bumi, banjir, longsor, dan sebagainya).Bencana kegagalan teknologi pada skala yang besar akan dapat mengancam kestabilan ekologi secara global.

2. Epidemi

Epidemi, Wabah adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang. Epidemologi adalah penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam periode waktu tertentu, dengan laju melampaui laju ekspektasi /dugaan yang


(39)

20

didasarkan pada pengalaman mutakhir. Dengan kata lain merupakan wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. (http://id.wikipedia.org/wiki/wabah, diakses pada tanggal 01 Februari 2015, Pukul 15:57 wib). Pada skala besar, epidemi atau wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita penyakit dan korban jiwa. Beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi di Indonesia dan sampai sekarang masih harus terus diwaspadai antara lain demam berdarah, malaria, flu burung, anthraks, busung lapar dan HIV/AIDS. Wabah penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi penyebarannya, sehingga kejadian yang pada awalnya merupakan kejadian lokal dalam waktu singkat bisa menjadi bencana nasional yang banyak.

Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular.Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya.Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut.

2.1.3. Bencana Sosial

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan terror (UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 4).


(40)

21

Bencana sosial antara lain berupa kerusuhan sosial dan konflik sosial dalam masyarakat yang sering terjadi.Klasifikasi bencana sosial berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Kerusuhan atau Konflik Sosial

Kerusuhan atau Konflik Sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi huru-hara/kerusuhan atau perang atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku, ataupun organisasi tertentu.

Perspektif konflik lebih menekankan sifat pluralistik dari masyarakat dan ketidakseimbangan distribusi kekuasaan yang terjadi diantara berbagai kelompoknya. Karena kekuasaan yang dimiliki oleh kelompok-kelompok elite, maka kelomok-kelompok itu juga memiliki kekuasaan untuk menciptakan peraturan, khususnya hukum yang dapat melayanai kepentingan-kepentingan mereka. Berkaitan dengan hal itu, perspektif konflik memahami masyarakat sebagai kelomok-kelompok dengan berbagai kep[entingan yang bersaing dan akan cenderung saling berkonflik. Melalaui persaingan itu, maka kelompok-kelompok dengan kekuasaan yang berlebih akan menciptakan hukum dan aturan-aturan yang menjamin kepentingan mereka dimenangkan (Quinney, dalam Narwoko dan Suyanto, 2007: 117).

Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi kerawanan akibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan, hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik. Semakin marak dan meluasnya konflik akhir-akhir ini, serta munculnya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI akibat dari ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan. Apabila kondisi ini tidak dikelola


(41)

22

dengan baik akhirnya akan berdampak pada disintegrasi bangsa. Permasalahan merupakan suatu pertanda menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat.

Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik yang bernuansa SARA ini sangat kompleks sebagai akibat akumulasi permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan yang saling tumpang tindih, apabila tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan bijaksana untuk menanggulangi sampai pada akar permasalahannya maka akan menjadi problem yang berkepanjangan.

2. Terorisme / Sabotase

Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi teror tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil (http://id.wikipedia.org/wiki/terorisme, diakses pada tanggal 01 Februari 2015, Pukul 17:20 wib).

Aksi teror/sabotase adalah semua tindakan yang menyebabkan keresahan masyarakat, kerusakan bangunan, dan mengancam atau membahayakan jiwa seseorang/banyak orang oleh seseorang/golongan tertentu yang tidak bertanggung jawab.Aksi teror/sabotase biasanya dilakukan dengan berbagai alasan dan berbagai jenis tindakan seperti pemboman suatu bangunan/tempat tertentu, penyerbuan tiba-tiba suatu wilayah, tempat, dan sebagainya.Aksi teror/sabotase sangat sulit dideteksi atau diselidiki oleh pihak berwenang karena direncanakan seseorang/golongan secara diam-diam/rahasia.Bencana aksi teror/sabotase pada suatu tempat, wilayah, maupun daerah tidak dapat diperkirakan karena hal itu terjadi secara tiba-tiba dan dalam waktu yang singkat


(42)

23

tanggal 01 Februari 2015, Pukul 17:20 wib).

2.2 Pelayanan Sosial Anak 2.2.1 Pelayanan sosial

Salah satu bidang pembangunan kesejahteraan sosial yang penting sesuai dengan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 dan merupakan salah satu tugas pokok Kementerian Sosial adalah memberikan pelayanan dalam rangka rehabilitasi sosial dan juga perlindungan sosial terhadap PMKS. Rehabilitasi sosial dilaksanakan melalui Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial (Ditjen Yanrehsos) yang kedudukan,tugas, dan fungsinya diatur dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 82/HUK/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial, yaitu menyelenggarakan, memfasilitasi, dan mengendalikan pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada para penyandang masalah ketelantaran, kecacatan, dan ketunaan sosial.

Alfred J.Khan memberikan pengertian pelayanan sosial sebagai berikut: “Pelayanan sosial terdiri dari program-program yang diadakan tanpa mempertimbangkan kriteria pasar untuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat serta kemampuan perorangan untuk pelaksanaan fungsi-fungsinya, untuk memperlancar kemampuan menjangkau dan menggunakan pelayanan-pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada dan membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran” (Khan, dalam Soetarso, 1982: 34).


(43)

24

Luasnya konsepsi mengenai pelayanan-pelayanan sosial sebagaimana yang dikemukakan Romanyshyn (1971) Pelayanan-pelayanan sosial bukan hanya sebagai usaha memulihkan, memelihara dan meningkatkan kemampuan berfungsi social individu dan keluarga, melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya kolektivitas seperti kelompok-kelompok sosial, organisasi, serta masyarakat (Romanyshyn, dalam Nurdin, 1989: 50)

Fungsi pelayanan sosial dapat dibagi menjadi berbagai cara, tergantung kepada tujuan pembagian itul. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan fungsi pelayanan sosial sebagai berikut:

a. Perbaikan secara progresif pada kondisi-kondisi kehidupan orang b. Pengembangan terhadap perubahan sosial dan penyesuaian diri

c. Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan pembangunan

d. Penyediaan struktur-struktur institusional untuk pelayanan-pelayanan yang terorganisir lainnya (Soetarso, 1982: 41).

Bentuk-bentuk pelayanan sosial sesuai dengan fungsi-fungsinya adalah sebagai berikut:

a. Pelayanan akses yang mencakup pelayanan informasi, rujukan pemerintah, nasehat dan partisipasi. Tujuannya adalah membantu orang agar dapat mencapai atau menggunakan pelayanan yang tersedia

b. Pelayanan terapi yang mencakup pertolongan dan terapi atau rehabilitasi, termasuk didalamnya perlindungan dan perawatan, misalnya pelayanan yang diberikan oleh badan-badan yang menyediakan konseling pelayanan kesejahteraan anak, pelayanan kesejahteraan sosial mendidik, dan sekolah perawatan bagi orang-orang jompo dan lanjut usia


(44)

25

c. Pelayanan sosialisasi dan pengembangan, misalnya taman penitipan bayi dan anak, keluarga bencana, pendidikan keluarga, pelayanan reaksi bagi pemudah dan masyarakat yang dipusatkan atau community centre (Nurdin, 1989: 50).

2.2.2 Pengertian Anak

Menurut UU No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pengertian anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak merupakan makhluk sosial, yang membutuhkan pemeliharaan, kasih saying dan tempat bagi perkembangannya. Anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiriyang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak.Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya. Menurut Konvensi Hak Anak Pasal 1, anak berarti setiap manusia yang berusia dibwah delapan belas tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku untuk anak-anak, kedewasaan telah dicapai lebih cepat.

Anak merupakan asset yang menentukan kelangsungan hidup, kualitas, kejayaan keluarga, kelompok, komunitas dan bangsa yang perlu dididik serta dipelihara agar tumbuh kembangnya berjalan dengan baik. Masa depan bangsa ada ditangan anak-anak masa kini, aleh karena itu mereka perlu dipersiapkan sejak masa prenatal hingga masa dewasa atau masa produktif. Agar setiap anak sejahtera dan mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik, fisik, mental maupun social, perlu dilakukan upaya perlindungan yang memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya tanpa diskriminasi.


(45)

26

Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan seorang perempuan dan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak.Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional.Anak adalah asset bangsa. Masa depan bangsa dan Negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak sekarang. Semakin baik kepribadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa. Begitu pula sebaliknya, apabila kepribadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa dimasa yang akan datang. Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang panjang dalam rentang kehidupan.Bagi kehidupan anak, masa kanak-kanak seringkali dianggap tidak ada akhirnya, sehingga mereka tidak sabar menunggu saat yang didambakan yaitu pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan lagi anak-anak tapi orang dewasa.

Menurut the Minimum Age Conventionnomor 138 (1973), pengertian anak adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sebaliknya dalam Convention on the rights of the child (1989) yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui Keppres nomor 39 tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah. Sementara itu UNICEF mendefenisikan anak sebagai penduduk yang berusia 0 sampai dengan 18 tahun. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 04 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, mennyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan undang-undang perkawinan menetapkan batas usia 16 tahun ( Huraerah, 2006: 31)


(46)

27

Pengakuan terhadap anak secara internasional dilakukan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui suatu konvensi pada tahun 1989 (UNICEF). Prinsip-prinsip yang dianut dalam konvensi hak anak adalah

a. Non Diskriminasi, artinya semua hak yang diakui dan terkandung dalam KHA (Konvensi Hak Anak)harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun. Prinsip ini merupakan pencerminan dari prinsip universalitas HAM.

b. Yang terbaik bagi anak (Best Interest Of The Child), artinya dalam semua tindakan yang menyangkut anak, maka apa yang terbaik bagi anak haruslah menjadi pertimbangan yang utama.

c. Kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Survival and Development), artinya bahwa hak hidup yang melekat pada diri setiap anak harus diikuti dan bahwa hak anak atas kelangsungan hidup dan perkembangannya harus dijamin. Prinsip ini mencerminkan prinsip indivisibility HAM.

d. Penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child). Maksudnya bahwa pendapat anak, terutama yang menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya, perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan keputusan.

2.2.3. Perlindungan anak

Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2012 pasal 28 perlindungan social dimaksudkan untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan dan kerentanan social seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan


(47)

28

dasar minimal. Dalam pasal 29 juga dijelaskan dalam hal guncangan dan kerentanan sosial akibat bencana.

Anak yang ada dalam kandungan perempuan dianggap sebagai telah dilahirkan.Bilamana juga kepentingan si anak menghendakinya atau berarti bayi dalam kandungan ibu haruslah telah dianggap sebagai insane atau individu demi perlindungan dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak anak dalam kandungan baik secara adat maupun agama telah dilakukan atau dibiasakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia.

Perlindungan anak adalah suatu hasil interaksi karena adanya interelasi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu apabila kita mengetahui adalanya terjadi perlindungan anak yang baik atau buruk, tepat atau tidak tepat maka kita harus memperhatikan fenomena mana yang relevan yang mempunyai peran penting dalam terjadinya kegiatan perlindungan anak (Gosita, 2004: 12)

Pengertian perlindungan anak didalam UU No,23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak diartikan sebagai segala kegiatan untuk menjamindan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pada dasarnya anak harus dilindungi karena anak mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap seluruh penyelenggara Perlindungan Anak yaitu orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan Negara. Sudah barang tentu masing-masing mempunyai peran dan fungsinya yang berbeda dimana secara keseluruhan, satu sama lain saling terkait dibawah pengertian perlindungan sebagai payungnya.

Konsep perlindungan anak mencakup dalam empat kelompok permasalahan yaitu perlindungan aspek sosial budaya, ekonomi, politik atau hukum dan pertahanan


(48)

29

keamanan. Dalam aspek sosial budaya, tidak boleh ada paksaan atas anak yang berdalih adat istiadat atau tradisi yang mengganggu atau menghambat pertumbuhan si anak menjadi manusia berkualitas. Dalam aspek ekonomi tidak ada pekerja anak atau buruh anak yang bekerja tidak sesuai dengan persyaratan kerja bagi anak-anak. Aspek politik atau hokum tidak boleh ada peraturan perundangan yang mengindahkan harkat dan martabat anak dalam penghukuman serta perlakuan terhadap anak bermasalah harus selalu diutamakan kepentingan pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai manusia yang baik.Sedangkan dalam aspek pertahanan keamanan, anak harus dilindungi dari penyalahgunaan di dalam segala naspek pertahanan keamanan, anak harus dilindungi dari penyalahgunaan di dalam segala bentuk kejahatan seperti prostitusi dan perdagangan anak (Supatmi dan Puteri, 1999: 109-110).

Adapun empat prinsip perlindungan anak meliputi: a. Anak yang tidak dapat berjuang sendiri

Salah satu prinsip yang digunakan dalam perlindungan anak sebagai modal utama kelangsungan hidup manusia, bangsa, dan keluarga.Untuk itu hak-haknya harus dilindungi.Anak tidak dapat melindungi sendiri hak-hak-haknya banyak pihak yang mempengaruhi kehidupannya.Negara dan masyarakat berkepentingan untuk mengusahakan perrlindungan hak-hak anak.

b. Kepentingan terbaik anak (the best interest of the child)

Demi kepentingan terbaik anak merupakan falsafah utama dibalik konvensi hak anak adalah bahwa anak juga setara, sebagai manusia mereka memiliki nilai melekatyang sama seperti orang dewasa. Penegasan tentang hak anak menyoroti penekanan bahwa masa kanak-kanak sangat berharga bagi anak belakangan ini bukan semata-mata periode pelatihan untuk menuju kehidupan


(49)

30

manusia dewasa. Adanya gagasan bahwa anak-anak memiliki setara mungkin terdengar seperti kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi tetapi sesungguhnya merupakan pemikiran radikal yang sama sekali dihargai pada saat ini.

Perlindungan anak dapat diselenggarakan dengan baik dengan menganut prinsip yang menyatakan kepentingan terbaik anak harus dipandang sebagai

of promount importance (memperoleh prioritas tertinggi) dalam setiap keputusan yang menyangkut anak. Tanpa prinsip ini perjuangan untuk melindungi anak akan mengalami banyak batu sandungan. Prinsip the best interest of the child digunakan karena dalam banyak hal anak sebagai korban disebabkan ketidaktahuan karena usia perkembangannya.the best interest of the childmerupakan salah satu prinsip yang terkandung dalam KHA sebgaimana telah diadopsi dalam prinsip-prinsip penyelenggaraan perlindungan anak selain dari non diskriminasi, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan serta penghargaan terhadap pendapat anak. Kepentingan yang terbaik bagi anak dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan legislative dan badan yudikatif maka kepentingan terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama (penjelasan pasal 2 UU No.23 tahun 2002) c. Ancangan daur kehidupan ( Life-Circleapproach)

Perlindungan anak mengacu pada pemahaman perlindungan harus dimulai sejak dini dan terus menerus.Janin yang berada dalam kandungan perlu dilindungi dengan gizi, termasuk yodium dan kalsium yang baik melalui ibunya. Jika ia lahir maka diperlukan air susu ibu dan pelayanan kesehatan


(50)

31

primer dengan memberikan pelayanan imunisasi dan lain-lain, sehingga anak terbebas dari berbagai kemungkinan cacat dan penyakit.

d. Lintas sektoral

Nasib anak tergantung dari berbagai factor mikro maupun makro yang langsung maupun tidak langsung. Kemiskinan, perencanaan kota dan segala penggusuran, system pendidikan yang menekankan hapalan dan bahan-bahan yang tidak relevan, komunitas yang penuh dengan ketidakadilan dan sebagainya tidak dapat ditangani oleh sector, terlebih keluarga atau anak itu sendiri. Perlindungan terhadap anak adalah perjuangan yang membutuhkan sumbangan semua orang di semua tingkatan (Irwanto, 1997: 4).

2.2.4. Kesejahteraan anak

Defenisi kesejahteraan social menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik jasmani, rohani maupun social. Dasar dari undang-undang ini mengacu kepada pasal 34 UUD 1945, yang menyatakan fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Apabila ketentuan pasal 34 UUd 1945 ini diberlakukan secara konsekuen, maka kehidupan fakir miskin dan anak terlantar akan terjamin.

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun social.Sementara usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan social yang ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama terpenuhinya kebutuhan pokok anak (Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 pasal 1).


(51)

32

Pada pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979, juga disebutkan hak-hak anak sebagai berikut:

a. Anak berhak akan kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang didalam keluarga maupun didalam asuhan khusus untuk tumbuh kembang secara wajar.

b. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa untuk menjadi warga Negara yang baik dan berguna.

c. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.

d. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.

Walter A Friedlander (dalam Nurdin, 1989: 29) menerangkan bahwa kesejahteraan social merupakan system yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok agar dapat mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan social yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat.

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 menegaskan bahwa kesejahteraan social adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan social warha Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Adapun penyelenggaraan kesejahteraan social yang dilakukan merupakan suatu upaya yang terarah, terpadu, an berkelanjutan yang


(52)

33

dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan social guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga Negara yang meliputi rehabilitasi social, jaminan social, pemberdayaan social, dan perlindungan social. Arthur Dunham mengemukakan kesejahteraan social sebagai suatu bidang usaha manusia dimana didalamnya terdapat berbagai macam badan dan usaha social yang tujuannya meningkatkan kesejahteraan dari segi social pada bidang-bidang kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian social, waktu senggang, standart-standart kehidupan dan hubungan-hubungan social. Pelayanan kesejahteraan social memberikan perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas dan kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas dimana pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan (Nurdin, 1989: 28-29).

Melihat konsepsi kesejahteraan social ternyata masalah-masalah social dirasakan begitu berat dan mengganggu perkembangan masyarakat sehingga diperlukan sistem pelayanan social yang lebih teratur. Dengan kata lain bahwa pelayanan sosial diberikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan berfungsi sosial individu, kelompok ataupun masyarakat. Maka pelayanan kesejahteraan sosial adalah pelayanan yang memungkinkan untuk member kesempatan kepada orang-orang dari golongan yang tidak dapat memanfaatkan adanya golongan yang tidak dapat memanfaatkan adanya pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, perumahan dan sebgainya (Nurdin, 1989: 28).


(53)

34 2.3 Program Kesejahteraan Sosial Anak 2.3.1 Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Program adalah produk yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perencanaan, program dapat juga diartikan sebagai pelayanan tertulis mengenai:

a. Situasi wilayah

b. Masalah yang dihadapi c. Tujuan yang ingin dicapai

d. Cara mencapai tujuan, yaitu perencanaan kerja yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang dilakukan, siapa saja yang melakukan, bagaimana cara melakukan dan dimana hal tersebut dilakukan.

Perencanaan program merupakan upaya perumusan, pengembangan, dan pelaksanaan program-program. Disebutkan pula bahwa perencanaan program merupakan proses yang berkelanjutan melalui semua warga masyarakat, penyuluhan, dan para ilmuwan untuk memusatkan pengetahuan dan keputusan-keputusan dalam mencapai pembangunan yang lebih terarah dan mantap (Martinez, dalam Setiana. 2005: 70).

2.3.2 Program Kesejahteraan Sosial Anak

Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak, yang meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan dasar,anaksesibilitas pelayanan sosial


(54)

35

dasar, peningkatan potensi diri dan kreativitas anak, penguatan orang tua/keluarga dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak.

Kebijakan pelayanan sosial anak pada masa lalu cenderung dilaksanakan secara sektoral/fragmentaris, jangkauan pelayanan sosial terbatas, reaktif merespon masalah yang aktual, fokus pada pelayanan berbasis institusi/panti sosial, serta belum adanya rencana strategis nasional yang dijadikan acuan bagi pemangku kepentingan dalam mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan anak. Untuk itu pada masa yang akan datang diperlukan kebijakan dan program kesejahteraan sosial anak yang terpadu dan berkelanjutan, serta dapat menjangkau seluruh anak yang mengalami masalah sosial, melalui sistem dan program kesejahteraan sosial yang melembaga dan profesional dan mengedepankan peran dan tanggung jawab keluarga dan masyarakat.

Tujuan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) adalah terwujudnya pemenuhan hak dasar anak dan perlindungan terhadap anak dari penelantaran, eksploitasi, dan diskriminasi sehingga tumbuh kembang, kelangsungan hidup dan partisipasi anak dapat terwujud. Sasaran PKSA yang akan dicapai dalam periode RPJMN II (Tahun 2010-2014) adalah:

1. Meningkatnya presentase anak dan balita terlantar, anak jalanan, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dengan kecacatan dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus untuk memperoleh akses pelayanan sosial dasar

2. Meningkatnya persentase orang tua / keluarga yang bertanggung jawab dalam pengasuhan dan perlindungan anak

3. Menurunnya persentase anak yang mengalami masalah social 4. Meningkatnya lembaga kesejahteraan sosial yang menangani anak


(55)

36

5. Meningkatnya Pekerja Sosial Profesional, Tenaga Kesejahteraan Sosial dan relawan sosial di bidang pelayanan kesejahteraan sosial anak yang terlatih

6. Meningkatnya pemerintah daerah (kabupaten/kota) yang bermitra dan berkontribusi melalui APBD dalam pelaksanaan PKSA

7. Meningkatnya produk hukum perlindungan hak anak yang diperlukan untuk landasan hukum PKSA.

Sasaran penerima manfaat dibagi dalam 5(lima) kelompok, meliputi:

a. Anak balita terlantar dan/atau membutuhkan perlindungan khusus (5 tahun ke bawah)

b. Anak terlantar/tanpa asuhan orang tua (6 - 18 tahun), meliputi anak yang mengalami perlakuan salah dan diterlantarkan oleh orang tua/ keluarga atau anak kehilangan hak asuh dari orang tua/ keluarga

c. Anak terpaksa bekerja di jalanan (6-18tahun), meliputi anak yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja di jalanan, anak yang bekerja dan hidup di jalanan

d. Anak berhadapan dengan hukum (6-18tahun), meliputi anak diindikasikan melakukan pelanggaran hukum, anak yang mengikuti proses peradilan, anak yang berstatus diversi, dan anak yang telah menjalani masa hukuman pidana serta anak yang menjadi korban perbuatan pelanggaran hokum

e. Anak dengan kecacatan (0-18tahun) meliputi anak dengan kecacatan fisik, anak dengan kecacatan mental, anak dengan kecacatan ganda

f. Anak yang memerlukan perlindungan khusus lainnya (6-18tahun), meliputi anak dalam situasi darurat, anak korban perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak korban eksploitasi, anak dari


(56)

37

kelompok minoritas dan terisolasi serta dari komunitas adat terpencil, anak yang menjadi korban penyalahgunaaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA), serta anak yang terinfeksi HIV/AIDS.

1. Komponen program

Program Kesejahteraan Sosial untuk Anak Memerlukan Perlindungan Khusus (PKS-AMPK) dirancang sebagai upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak yang membutuhkan perlindungan khusus, yang meliputi:

a. Dukungan layanan perlindungan serta akses ke layanan rehabilitatif dan reintegrasi bagi anak yang membutuhkannya, diberikan untuk mendukung proses penyelamatan; pemulihan fisik, psikis, dan sosial sebagai persiapan reintegrasi anak dengan keluarga.

b. layanan bantuan/dukungan pemenuhan kebutuhan dasar bagi anak selama proses pemulihan dan reintegrasi, yang meliputi:

1. Layanan kesejahteraan sosial berupa bimbingan psikososial dan motivasi membangun minat untuk mengikuti sistem pendidikan

2. Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pemenuhan akan makanan bergizi/ nutrisi dan penyediaan alat-alat sekolah.

3. Layanan pendidikan berupa bridging course dan remedial

Selain itu pelayanan kesejahteraan sosial PKS-AMPK juga diberikan dalam bentuk tambahan:

c. Penguatan kemampuan orang tua/keluarga dalam menjalankan kewajibannya melindungi dan mengasuh anak


(1)

132

d. Tercapainya tujuan program pelayanan sosial anak korban bencana oleh Yayasan Kelompok Kerja Sosial Anak Korban Bencana adalah efektif dengan jumlah rata-rata 4,21

e. Perubahan nyata program pelayanan sosial anak korban bencana oleh Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) adalah efektif

Berdasarkan hasil dari kelima kategori (pemahaman program, ketepatan sasaran, ketepatan waktu, tercapainya tujuan, dan perubahan nyata) tersebut dapat dilihat dengan nilai rata-rata pelaksanaan program pelayanan sosial anak korban bencana adalah netral. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program pelayanan sosial anak korban bencana oleh Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) di Desa Kutambelin Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo adalah netral dengan nilai 3,12.

6.2Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran peneliti adalah sebagai berikut:

a. Disarankan kepada Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) sebagai penyelenggara program pelayanan sosial anak korban bencana untuk terus melakukan peningkatan sosialisasi sehingga anak korban bencana bisa memahami tujuan program pelayanan sosial anak korban bencana.

b. Disarankan kepada Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) sebagai penyelenggara program pelayanan sosial anak korban bencana untuk terus melakukan peningkatan intensitas hubungan dan komunikasi dengan anak korban bencana agar tidak hanya melalui pertemuan saja tetapi juga menggunakan media sosial dan internet agar yayasan lebih cepat mengetahui


(2)

133

perkembangan ataupun kendala berjalannya program pelayanan sosial anak korban bencana.

c. Disarankan kepada orangtua anak korban bencana agar bekerja sama dalam mendukung pelaksanaan program pelayanan sosial anak korban bencana, karena program pelayanan sosial anak korban bencana ini bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar, menghasilkan pengetahuan baru dibidang keterampilan, meningkatkan prestasi anak dan juga meningkatkan hubungan baik atau interaksi anak dengan teman dilingkungan.

d. Kepada penyelenggara program pelayanan sosial anak korban bencana yaitu Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan disarankan untuk menempatkan tenaga professional seperti psikolog dan pekerja sosial dalam pendampingan anak korban bencana agar tujuan program yang sudah direncnakan dapat tercapai.

e. Disarankan kepada Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) sebagai penyelenggara program pelayanan sosial anak korban bencana untuk melakukan evaluasi terhadap seluruh kegiatan yang sudah dijalankan dalam program pelayanan sosial anak korban bencana guna perbaikan untuk kegiatan selanjutnya.


(3)

134

DAFTAR PUSTAKA

Bakornas PBP. 2005. Assistance to Internally Displaced Persons (IDPs) in Indonesia. Jakarta

Cunningham, J. Barton. 1978. PTO (Petunjuk Teknis Operasional) Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Masyarakat .

Gosita, Arif. 2004. Relevansi Victimologi dengan Pelayanan Terhadap Para Korban Perkosaan. Jakarta: PT.Intermesa

Hartuti, Evi Rine. 2009. Buku Pintar Gempa. Yogyakarta: DIVA press

Handayaningrat, Soewarno. 1982. Pengantar Studi Imu Administrasi dan Manajem en. Gunung Agung

Huraerah, Abu. 2012. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuansa Cendikia

Irwanto. 2007. Perlindungan Anak, Prinsip, dan Persoalan Mendasar. Bandung: Nuansa

Mahmudi. 2005. Managemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Akademi Managemen Perusahaan YKPN

Nurjanah, Siswanto BP, R. Sugiharto, Dede Kuswanda, Adi Koesoema. 2012. Manajemen Bencana. Jakarta: ALFABETA

Narwoko, J.Dwi dan Bagong Suyanto. 2007. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana

Nurdin, Fadhil. 1989. Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial. Bandung: Penerbit Angkasa


(4)

135

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial: Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan: GrasindoManoratama

Santrock, Jhon W. 2009. Psikologi Anak jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sears, Jonathan dan L.Anne. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima. Jakarta: PenerbitErlangga

Supatmi dan Puteri, Ni Made, Mimik. 1999. Masalah Perlindungan Anak (Kumpulan Karangan). Jakarta: Akademika Pressisindo

Soetarso. 1982. Pelayanan Sosial dan Kebijakan Sosial. STKS Bandung: Universitas Sumatera Utara

Setiana, Lucie. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia

Sinaga, Juli. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak Korban Bencana Erupsi Gunung Sinabung Di Desa Kutambelin Kecamatan

Namanteran Kabupaten Karo. [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara, Ilmu Kesejahteraan Sosial

Sumarnugroho. 1989. Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: PT.Harindita cetak ke 2

Sutrisno, Edy. 2007. Budaya Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sumber lainnya:


(5)

136

Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia No.39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

Sumber Online

WIB

pada tanggal 05 Desember 2014 Pukul 15.30 WIB

http://www.ibnurusydy.com/sejarah-letusan-dan-pengamatan-gunung-api-sinabung/ diakses pada 07 Desember 2014 20.15 WIB

www.karokab.go.id Email Desember 2014 pukul 11..30 WIB

pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 10.00 WIB

15:57 wib


(6)

137

17:20 wib

tanggal 01 Februari 2015, Pukul 17:20 wib

http://www.kumpulan-teori-efektivitas.html diakses tanggal 21Desember 2014 pukul 22.10 WIB

Desember 2014 pukul 13.36