PERANCANGAN CAMPAIGN PROGRAM SAINTIFIKASI JAMU BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL

PERANCANGAN CAMPAIGN PROGRAM SAINTIFIKASI JAMU BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Tugas Akhir Sebagai Prasyarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Seni Pada Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Jurusan Desain Komunikasi Visual

Disusun oleh:

Muchammad Arief Fathurochman C0707029 JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

ABSTRAK

Muchammad Arief Fathurochman, 2011. Pengantar Tugas Akhir ini berjudul Perancangan Campaign Program Saintifikasi Jamu. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Kampanye merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisasi, secara langsung ditujukan untuk khalayak tertentu, pada periode waktu yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kampanye sangat perlu dilakukan dalam proses memperkenalkan program Saintifikasi Jamu mengingat program ini merupakan terobosan baru dari pemerintah yang bertujuan memberikan landasan ilmiah terhadap keamanan jamu. Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Sehingga diharapkan tingkat penerimaan jamu sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat dapat meningkat. Dan untuk kedepannya jamu diharapkan dapat digunakan sebagai pendamping obat konvensional dan bahkan menjadi pengganti obat konvensional. Dengan pembuktian secara ilmiah ini dapat diketahui data-data keamanan dan khasiat dari jamu ditinjau dari segi keilmuan medis. Program Saintifikasi Jamu dicanangkan oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, dan ditunjuklah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sebagai klinik tipe A sekaligus sebagai pusat pengembangan program Saintifikasi Jamu. Pada perancangan kampanye Saintifikasi Jamu ini, dibagi menjadi 3 tahapan dalam kurun waktu satu tahun. Yang dari ketiga tahapan tersebut merupakan satu kesatuan komunikasi yang terintegrasi. Sehingga penyampaian pesannya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Media promosi yang digunakan merupakan media promosi berbayar dan tidak berbayar pada umumnya (above the line & below the line) , namun dalam beberapa aplikasinya, dibuat perancangan dengan konsep kreatif yang unik, berbeda dari umumnya yang akan meningkatkan awareness di mata masyarakat.

ABSTRACT

Muchammad Arief Fathurochman, 2011. Introduction to the final project is titled Designing Campaign Program Saintifikasi herbal medicine Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. The campaign is an organized communication activities directly aimed at specific audiences, in the period of time to achieve a particular goal. The campaign is to

be done in the process of introducing the program Saintifikasi herbal medicine given the program a new breakthrough of Government aimed at providing the scientific basis of the safety of herbs. Saintifikasi herbal medicine is a scientific proof of herbs through research-based healthcare. So expect the level of acceptance of herbal medicine as a part of the efforts of public health can be improved. And for the future expected to be used as an adjunct to conventional medicine and even be a substitute for conventional medicine. To prove this scientifically knowable data safety and efficacy of herbal medicine reviewed in terms of medical science. Saintificationi herbal medicine programs, administered by the Minister of Health Endang Rahayu Sedyaningsih in Kendal, Central Java, and Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisonal as clinic A type, at the same time as a centre for the development of herbal medicine Saintifikasi program. On the design of this herbal medicine, Saintifikasi campaign was divided into 3 phases in the span of one year. Which of these three stages is a unified communications are integrated. So the message submission can be well received by the public. Media promotions used the media paid and not paid promotion in General (above the line & below the line), but in some applications, created the design with a unique, creative concept differs from the generally that will increase awareness in the public eye.

MOTTO

“SABAR”

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini kupersembahkan bagi:

1. Ayah, Ibu dan kakakku yang kusayang

2. Teman-teman yang telah banyak memberi bantuan, motivasi dan saling berbagi

3. Almamaterku

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

tugas akhir dengan judul: “Perancangan Campaign Program Saintifikasi Jamu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional ”.

Dalam penyusunan pengantar tugas akhir ini, tentunya tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.

2. M. Suharto, M.Sn, selaku ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual.

3. Andreas Slamet Widodo, S.Sn, M.Hum, selaku Pembimbing Tugas Akhir I.

4. Arief Iman Santoso, S.Sn, selaku Pembimbing Tugas Akhir II dan selaku Koordinator Kolokium dan Tugas Akhir.

5. Hermansyah Muttaqin, S.Sn, selaku Penasehat Akademik.

6. Slamet Wahyono, B2P2TO OT.

7. Segenap staf dan karyawan B2P2TO OT.

8. Bapak dan Ibu dosen serta segenap staf karyawan Desain Komunikasi Visual Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih ada kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga pengantar tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Surakarta, 14 Desember 2011

Muchammad Arief Fathurochman NIM.C0707029

DAFTAR TABEL

1. Tabel Program dan Pengembangan ……..………………………….......…. 16

2. Tabel Analisis SWOT ……………………………………..…….…………. 6

3. Tabel tahapan kampanye program Saintifikasi Jamu ……………………..

4. Tabel jadwal kampanye program Saintifikasi Jamu ………………………

38

48

58

59

DAFTAR BAGAN

1. Bagan Struktur Organisasi Balai Besar Litbang TO&OT …………..………. 12

2. Bagan Alur Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional …………………………………………………………………..

3. Bagan Alur tahapan kampanye program Saintifikasi Jamu ………….…… 40

31

33

54

DAFTAR GAMBAR

1. Pembangunan Gedung Laboratorium. ……………..………………....…….

2. Gambar Contoh Iklan dengan Layout Picture Window ……………………. 79

3. Gambar Contoh Iklan dengan Layout Jumble …………………………..….. 80

4. Gambar Contoh Iklan dengan Layout Multi Panel ……………………...…. 80

39

65

66

66

TRADISIONAL 3 tahapan dalam kurun waktu satu tahun. Yang dari ketiga tahapan tersebut merupakan satu kesatuan komunikasi yang terintegrasi.

Muchammad Arief Fathurochman 1 Sehingga penyampaian pesannya dapat diterima dengan baik oleh 2 Andreas Slamet Widodo, S.Sn, M.Hum 3 Arief Iman Santosa, S.Sn masyarakat. Media promosi yang digunakan merupakan media

promosi berbayar dan tidak berbayar pada umumnya (above the line & below the line) , namun dalam beberapa aplikasinya, dibuat

ABSTRAK

perancangan dengan konsep kreatif yang unik, berbeda dari umumnya yang akan meningkatkan awareness di mata masyarakat.

2011. Pengantar Tugas Akhir ini berjudul Perancangan Campaign Program Saintifikasi Jamu. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Kampanye merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisasi, secara langsung ditujukan untuk khalayak tertentu, pada periode waktu yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kampanye sangat perlu dilakukan dalam proses memperkenalkan program Saintifikasi Jamu mengingat program ini merupakan terobosan baru dari pemerintah yang bertujuan memberikan landasan ilmiah terhadap keamanan jamu. Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Sehingga diharapkan tingkat penerimaan jamu sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat dapat meningkat. Dan untuk kedepannya jamu diharapkan dapat digunakan sebagai pendamping obat konvensional dan bahkan menjadi pengganti obat konvensional.

Dengan pembuktian secara ilmiah ini dapat diketahui data-data keamanan dan khasiat dari jamu ditinjau dari segi keilmuan medis. Program Saintifikasi Jamu dicanangkan oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah,

dan ditunjuklah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

1 Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual sdwengan NIM

C0707029

2 Dosen pembimbing I

Dosen pembimbing II

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan adalah modal utama kesuksesan. Dengan badan yang sehat, semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan tepat dan cermat. Kesehatan akan menjadi sangat berharga kala seseorang diserang penyakit yang tak kunjung sembuh, dan biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit untuk memperoleh kembali keadaan badan yang sehat seperti sedia kala. Model maupun macam pengobatanpun bervariasi. Dari terapi tradisional hingga pengobatan medis dengan pemanfaatan peralatan yang canggih di dunia kedokteran.

Semua jenis pengobatan tentunya diharapkan adanya kesembuhan, tanpa adanya efek samping. Akan tetapi pengobatan medis dengan obat-obatan kimia, bila dikonsumsi dalam waktu yang lama bisa menimbulkan efek yang tidak baik pada kesehatan. Karena pada dasarnya obat-obat yang digunakan berbahan dasar kimia. Obat tersebut berfungsi sebagai racun untuk membunuh kuman penyakit yang bersarang di tubuh, yang bila pemakaiaanya didalam tubuh berlebihan dapat menimbulkan efek samping. Meskipun efek yang diderita berbeda-beda, mulai dari rasa kantuk dan mual-mual. Akan tetapi tidak sedikit pula yang dari pengobatan medis tersebut justru menimbulkan penyakit yang baru. Seperti pemakaian obat penghilang rasa sakit, yang bila dikonsumsi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan kerusakan hati dan juga kerusakan ginjal.

Salah satu alternatif pengobatan dengan efek samping yang minim adalah dengan penggunaan jamu. Dengan bahan dasar tumbuh-tumbuhan herbal yang diambil dari alam, yang diracik khusus dengan racikan dan takaran yang sesuai tanpa penambahan unsur kimia didalamnya, menjadikan jamu aman untuk dikonsumsi sebagai obat-obatan. Jamu merupakan warisan budaya yang telah terbukti bermanfaat untuk menjaga dan memelihara kesehatan. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa pemanfaatan jamu belum bisa diterima luas dikalangan medis maupun masyarakat luas karena keterbatasan data keamanaan dan khasiatnya. Padahal potensi jamu sebagai bagian upaya kesehatan masyarakat sangat luar biasa, jamu dapat digunakan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan sekaligus untuk pengobatan.

Besarnya animo masyarakat untuk memanfaatkan tanaman obat dan herbal untuk upaya kesehatan, mendorong Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, merintis pembukaan Laboratorium Litbang Obat Herbal. Dan dalam perkembangannya menunjukkan apresiasi masyarakat yang semakin besar, sehingga dicanangkanlah program Saintifikasi Jamu, yaitu program yang memberikan landasan ilmiah penggunaan jamu secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan. Sejumlah dokter terlatih melakukan penelitian kualitatif terkait penggunaan jamu dalam cakupan upaya preventif, promotif, rehabilitatif, dan paliatif oleh pasien mereka.

Saintifikasi Jamu merupakan sebuah program baru yang dicanangkan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Sebagai program baru yang tingkat penerimaannya masih sulit di masyarakat maka program ini memerlukan strategi komunikasi massa (campaign) guna Saintifikasi Jamu merupakan sebuah program baru yang dicanangkan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Sebagai program baru yang tingkat penerimaannya masih sulit di masyarakat maka program ini memerlukan strategi komunikasi massa (campaign) guna

B. Rumusan Masalah

Pokok-pokok permasalahan yang didapat dalam perancangan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi komunikasi yang tepat dalam perancangan kampanye Saintifikasi Jamu yang efektif untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap penggunaan jamu sebagai pengobatan?

2. Media komunikasi apa saja yang efektif digunakan untuk mendukung campaign Saintifikasi Jamu?

C. Tujuan Perancangan

Dari rumusan masalah yang telah diuraikan di atas mengenai program baru Saintifikasi Jamu dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional dapat diambil tujuan perancangan sebagai berikut:

1. Merancang strategi campaign Saintifikasi Jamu yang efektif untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap penggunaan jamu sebagai pengobatan.

2. Menemukan dan merancang media promosi yang efektif untuk mendukung campaign Saintifikasi Jamu.

D. Target Visual

Target visual dari perancangan kampanye ini adalah:

1. Stasionary Set

a. Map

b. Amplop

c. Direct Mail

2. Media Cetak

a. Iklan Koran

b. Brosur

c. Poster

d. Flyer

e. X-banner

f. Road Banner

g. Spanduk

h. Baliho

i. Co-card

3. Merchandising

a. Mug a. Mug

c. Goodie Bag

4. Advertorial

5. Car Branding

6. Kaos

E. Target Market dan Target Audience

1. Target Market Target market dari Program Saintifikasi Jamu dari Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional ini adalah seluruh masyarakat Pulau Jawa.

Segmentasinya:

a. Geografis

: wilayah Pulau Jawa

b. Demografis

1) Usia

: semua umur

2) Jenis Kelamin

: pria dan Wanita

3) Pendidikan

: semua latar belakang pendidikan

4) Sosial ekonomi : semua latar belakang sosial ekonomi

2. Target Audience Segmentasi:

a. Geografis : Masyarakat Kota Karanganyar, Sragen

Solo, Jogja, Boyolali

b. Demografis

1) Usia

: 17 – 60 Tahun

2) Jenis Kelamin

: pria dan wanita

3) Pendidikan

: semua latar belakang pendidikan

4) Sosial ekonomi

: menengah ke atas

c. Psikografis : Orang yang memperhatikan dan peduli dengan kesehatan, serta orang yang

bersikap terbuka (open minded) terhadap hal-hal baru atau alternatif metode penyembuhan selain dengan obat konvensional.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu antara lain :

1. Wawancara Mendalam (In-depth Interviewing) Sumber data yang sangat penting dalam perancangan ini adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan. Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam. Dengan demikian wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open-ended. (Sutopo, 2005:58). Disini wawancara dilakukan dengan bapak Slamet Wahyono selaku Kepala Bidang Informasi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisiomal, untuk mengumpulkan data tentang saintifikasi jamu dan data Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisiomal. Wawancara juga dilakukan dengan beberapa pegawai klinik Hortus Medicus guna melengkapi data yang kurang.

2. Pengamatan (Observasi)

Yakni teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung pada masyarakat di Solo sebagai sampel terhadap gejala- gejala penggunaan jamu sebagai obat. Pengamatan ini dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan didalam situasi buatan yang khusus diadakan.

3. Penelitian Dokumen Salah satu metode pengumpulan data sekunder, metode ini cukup ekonomis, cukup cepat, dan dapat dipercaya. Tahap persiapan dalam penelitian ini akan membantu mengembangkan seluruh strategi penelitian, yang harus dilaksanakan sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut. Dokumen- dokumen yang digunakan berupa buku-buku jamu, buku kampanye dan surat keputusan menteri kesehatan tentang Saintifikasi Jamu.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Perancangan

Kata perancangan berasal dari kata dasar rancang, yang kemudian mendapatkan awalan per- dan akhiran -an. Sehingga terbentuklah kata perancangan. Perancangan dapat diartikan proses, cara, perbuatan merancang, merencanakan segala sesuatu sebagai bagian dari kerangka kerja. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 927)

1. Pengertian perancangan menurut bahasa:

a. DESIGNOSE, dari bahasa latin yang artinya memotong dengan gergaji atau tindakan menakik atau memberi tanda. Maksudnya untuk memberi citra pada obyek tertentu.

b. DESIGNARE, dari Bahasa Perancis yang artinya menandai, memisahkan. Maksudnya menghilangkan kesimpangsiuran.

c. DESIGN, dari Bahasa Inggris yang artinya memikirkan, menggambar rencana, menyusun bagian-bagian menjadi sesuatu yang baru.

2. Proses- proses perancangan Menurut Kotler dan Andreasen antara lain:

a. Menentukan obyektif, misi dan tujuan spesifik organisasi secara luas yang memerlukan peran pemasaran strategis

b. Menilai ancaman dan peluang dari lingkungan luar yang dapat ditunjukkan oleh pemasaran untuk mencapai keberhasilan yang lebih b. Menilai ancaman dan peluang dari lingkungan luar yang dapat ditunjukkan oleh pemasaran untuk mencapai keberhasilan yang lebih

d. Menentukan misi, objektif, dan tujuan spesifik pemasaran untuk periode perencanaan yang akan datang.

e. Merumuskan strategi pemasaran pokok untuk mencapai tujuan yang spesifik.

f. Menempatkan sistem dan struktur organisasi yang perlu dalam fungsi pemasaran agar pelaksanaan strategi yang telah disusun dapat dipastikan.

g. Menetapkan rincian dan taktik untuk untuk melaksanakan strategi pokok dalam masa perencanaan, termasuk jadwal kegiatan, dan tugas tanggung jawab tertentu.

h. Menetapkan patokan untuk mengukur hasil sementara dan hasil akhir program.

i. Melaksanakan program yang telah direncanakan. j. Mengatur kinerja dan mengatur strategi pokok, rincian taktis, atau keduanya jika diperlukan.

B. Tinjauan Kampanye

Kampanye menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti suatu gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi). Kampanye merupakan suatu gerakan yang dilakukan untuk mengubah perilaku sesuatu yang berkenaan Kampanye menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti suatu gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi). Kampanye merupakan suatu gerakan yang dilakukan untuk mengubah perilaku sesuatu yang berkenaan

Menurut Lesie B. Snyder (2002), kampanye komunikasi merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisasi, secara langsung ditujukan untuk khalayak tertentu, pada periode waktu yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Aktivitas komunikasi dalam berkampanye biasanya berkaitan dengan suatu tujuan apa, kepada siapa, dan dalam rangka apa kampanye itu dilaksanakan. Semua dilakukan untuk memotivasi bahkan untuk membujuk khalayak untuk mengikuti sehingga mencapai tujuan dari apa yang dikampanyekan. Lesie B. Snyder membagi jenis-jenis kampanye sebagai berikut:

1. Product-Oriented Campaign Kegiatan dalam kampanye berorientasi pada produk, dan biasanya dilakukan dalam kegiatan komersial kampanye promosi pemasaran suatu peluncuran produk yang baru.

2. Candidate-Oriented Campaign Kegiatan kampanye yang berorientasi bagi calon (kandidat) untuk kepentingan kampanye politik.

3. Ideologi or Cause- Oriented Campaign Jenis kampanye ini berorientasi yang bertujuan bersifat khusus dan berdimensi perubahan sosial. Dalam proses perancangan sebuah kampanye, agar bisa mendapat hasil yang

sesuai dengan apa yang diharapkan, memerlukan sebuah proses perencanaan yang baik. Perencanaan adalah alat bantu untuk bekerja secara efektif dan efisien . Perencanaan ini diperlukan untuk mendapatkan program taktis yang dapat sesuai dengan apa yang diharapkan, memerlukan sebuah proses perencanaan yang baik. Perencanaan adalah alat bantu untuk bekerja secara efektif dan efisien . Perencanaan ini diperlukan untuk mendapatkan program taktis yang dapat

1. Apa yang ingin saya capai? Apa yang menjadi tujuan kampanye

2. Dengan siapa saya ingin berbicara? Siapa publik dari kampanye

3. Apa yang saya ingin katakan? Pesan apa yang ingin disampaikan dalam kampanye tersebut

4. Bagaimana saya menyampaikannya? Mekanisme yang bisa dipakai untuk menyampaikan pesan.

5. Bagaimana saya tahu saya telah mengerjakannya dengan benar? Evaluasi yang dilakukan setelah program kampanye berlangsung

Dan untuk menjawab pertanyaan di atas ada dua persyaratan utama:

1. Informasi Mengumpulkan dan mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai tugas yang harus dilakukan, riset dan analisis yang mendalam bisa menjadi senjata utama untuk mendapatkan informasi.

2. Strategi Adalah pendekatan keseluruhan untuk suatu program atau kampanye. Strategi adalah faktor pengkoordinasi, prinsip yang menjadi penuntun, ide utama, dan pemikiran dibalik program taktis. Strategi dapat diperoleh atau dirumuskan melalui Informasi dan data-data yang telah terkumpul yang 2. Strategi Adalah pendekatan keseluruhan untuk suatu program atau kampanye. Strategi adalah faktor pengkoordinasi, prinsip yang menjadi penuntun, ide utama, dan pemikiran dibalik program taktis. Strategi dapat diperoleh atau dirumuskan melalui Informasi dan data-data yang telah terkumpul yang

bertema yang terencana dari sebuah merek kepada sasaran yang spesifik melalui beragam alat komunikasi dalam sebuah periode. Ciri-ciri kampanye diantaranya berkesinambungan, sasaran dapat melihat/mendengar/membaca hanya satu tema dari beragam alat komunikasi tersebut. Kampanye adalah keinginan seseorang untuk mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku orang lain dengan daya tarik komunikatif.

Dalam melaksanakan kampanye ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Perkirakan terlebih dahulu kebutuhan, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan dari khalayak sasaran.

2. Rencanakan kampanye secara sistematis.

3. Lakukan evaluasi secara terus-menerus.

4. Gunakan media masa dan komunikasi interpersonal.

5. Pilihlah media masa yang tepat untuk mencapai khalayak sasaran. (Rachmadi, 1994: 135) Sebelum profesional hubungan masyarakat memutuskan bagaimana dan apa yang dikomunikasikan ke satu publik spesifik, situasi dan khalayaknya harus diteliti dan dianalisis. Kampanye hubungan masyarakat biasanya dijalankan menggunakan rumus R-A-C-E (reasearch, analyze, create, dan evaluate). Pada tahap riset, satu tim hubungan masyarakat bisa melakukan jajak pendapat dan survey untuk menentukan sikap khalayak sekarang terhadap sebuah perusahaan, 5. Pilihlah media masa yang tepat untuk mencapai khalayak sasaran. (Rachmadi, 1994: 135) Sebelum profesional hubungan masyarakat memutuskan bagaimana dan apa yang dikomunikasikan ke satu publik spesifik, situasi dan khalayaknya harus diteliti dan dianalisis. Kampanye hubungan masyarakat biasanya dijalankan menggunakan rumus R-A-C-E (reasearch, analyze, create, dan evaluate). Pada tahap riset, satu tim hubungan masyarakat bisa melakukan jajak pendapat dan survey untuk menentukan sikap khalayak sekarang terhadap sebuah perusahaan,

C. Tinjauan Promosi

1. Pengertian Promosi Berdasarkan asal kata promosi yaitu promovera atau dalam bahasa Inggris

yaitu promotion, dapat diterjemahkan menjadi to move forward or advance. Terjemahan secara fungsional adalah merangsang pembelian di tempat (immediately stimulating purchase). (Rhenald Kasali, 1995: 10)

Promosi merupakan salah satu variabel dalam bauran pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk jasa. Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusahaan dengan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian/penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.

2. Bauran Promosi Stanton menyebutkan dalam bukunya, pengertian dari bauran promosi, yaitu

sebagai berikut: “Promotional mix—that is, the combination of advertising, personal selling, sales promotion, and other promotional tools used to help reach the goals of the marketing prog ram.”

Bauran promosi adalah kombinasi dari periklanan, penjualan langsung, promosi penjualan, dan alat promosi lain yang digunkan untuk membantu meraih

Bauran promosi (bauran komunikasi pemasaran) merupakan paduan spesifik periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan personal, dan sarana pemasaran langsung yang digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan nilai pelanggan secara persuasif dan membangun hubungan pelanggan. (Kotler, Armstrong, 2008: 116)

Suatu kegiatan promosi yang terdiri dari lima variabel bauran promosi yang meliputi variabel

a. Periklanan (advertising) Semua bentuk terbayar presentasi nonpribadi dan promosi ide, barang, atau jasa dengan sponsor tertentu.

b. Promosi penjualan (sales promotion) Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan produk atau jasa.

c. Hubungan masyarakat (public relation) Membangun hubungan baik dengan berbagai kalangan untuk mendapatkan publisitas yang diinginkan, membangun citra perusahaan yang baik, dan menangani atau menghadapi rumor, berita, dan kejadian tidak menyenangkan.

d. Penjualan personal (personal selling) Presentasi pribadi oleh wiraniaga perusahaan untuk tujuan menghasilkan penjualan dan membangun hubungan pelanggan.

e. Pemasaran langsung (direct marketing) Hubungan langsung dengan konsumen individual yang ditargetkan secara cermat untuk memperoleh respons segera dan membangun e. Pemasaran langsung (direct marketing) Hubungan langsung dengan konsumen individual yang ditargetkan secara cermat untuk memperoleh respons segera dan membangun

D. Tinjauan Brand Activation

Brand Activation adalah salah satu bentuk promosi merek yang mendekatkan dan interaksi merek dengan penggunanya melalui aktivitas pertandingan olahraga, hiburan, kebudayaan, sosial, atau aktifitas publik yang menarik perhatian lainnya. Dalam konsep Connected Marketing seperti yang dikemukakan penulisnya, Justin Kirb dan Paul Marsden, event atau Brand Activation merupakan salah satu hubungan dalam meciptakan buzz marketing atau pembicaraan (word of mouth) yang positif tentang perusahaan, produk atau jasa oleh media dan publik.

Para pemasar menggunakan Brand Activation atau event marketing untuk membina hubungan dengan para konsumen, meningkatkan ekuitas merek, dan memperkuat ikatan dengan dunia perdagangan. Dengan kata lain, keberhasilan event sangat tergantung pada kesesuian antara merek, event, dan pasar sasaran. Karena itu, sebgaimana halnya dengan setiap keputusan komunikasi pemasaran lainnya, titik awal Brand Activation yang efektif adalah menentukan pasar sasaran dan menjelaskan tujuan yang akan dicapai oleh suatu event. Event pemasaran tidak akan bernilai kecuali mencapai tujuan dari event tersebut.

Menurut Hermawan Ka rtajaya dalam bukunya „MarkPlus Strategy”, Menurut Hermawan Ka rtajaya dalam bukunya „MarkPlus Strategy”,

E. Tinjauan Jamu

Sekalipun telah lama hadir di tengah masyarakat, kenyataannya jamu masih berada di pinggiran sistem pelayanan kesehatan. Tidak seperti di China, Korea, Jepang, dan India, pengobatan di Tanah Air masih didominasi terapi konvensional. Di China telah ada terapi integratif (konvensional dan herbal). Peneliti bidang Kimia Organik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Leonardus Broto Sugeng Kardono, mengatakan, sekalipun jamu sudah lama ada, inventarisasi, pendokumentasian, dan pengembangannya relatif lambat dibandingkan negara-negara lain. Pada masa lalu, pembuatan jamu diturunkan secara lisan. Padahal, potensi Indonesia sangat besar. Setidaknya ada 30.000 tanaman berpotensi obat. Sebanyak 3.000 diantaranya sudah tercatat dan sekitar 300 bahan sudah umum digunakan, contohnya kunyit, jahe, temulawak, pegagan, dan sambiloto.

Menurut Ketua Umum Ikatan Dokter Herbal Medik Indonesia Hardhi Pranata, para dokter terbentuk cara pandangnya dengan standar medis konvensional. Walaupun terapi preventif, promotif, rehabilitatif, kuratif, dan paliatif sebetulnya dapat dikembangkan, termasuk menggunakan jamu asal

Jamu juga mempunyai potensi pasar cukup besar. Ketua Asosiasi Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia sekaligus Presiden Direktur Jamu Nyonya Meneer, Charles Saerang mengatakan, penjualan obat herbal di Indonesia tahun 2010 ditargetkan Rp 10 triliun. Realisasi tahun 2009, yaitu sebesar Rp 8,5 triliun. Terdapat 240 – 400 jenis jamu yang diedarkan di dalam negeri dan 80 jenis di antaranya juga diekspor ke Taiwan, Hongkong, dan Arab Saudi.

Jamu adalah obat tradisional Indonesia. Jamu merupakan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang diambil dari alam yang digunakan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit, atau menyembuhkan orang dari penyakit. (Kamus Bahasa Indonesia, 139).

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor 003/menkes/per/I/2010 tentang saintifikasi jamu).

Jamu telah digunakan di Indonesia sejak bertahun-tahun lamanya. Hal ini terbukti antara lain sejak zaman dahulu, sebelum munculnya obat-obat yang berasal dari luar negeri, paling sedikit 300 tahun berselang, nenek moyang kita telah mempergunakan obat asli atau jamu yang diperolehnya dari hutan. (Dr. Seno Sastroamidjojo, 2001)

Sebelum tahun 1942, pengertian dan perhatian terhadap khasiat tumbuh- tumbuhan jamu tersebut di Indonesia, khususnya dikalangan dokter, apoteker, Sebelum tahun 1942, pengertian dan perhatian terhadap khasiat tumbuh- tumbuhan jamu tersebut di Indonesia, khususnya dikalangan dokter, apoteker,

1. Tiap ahli obat-obatan yang memiliki rasa tanggung jawab yang bermutu tinggi, menghendaki obat hasil penyelidikan ilmiah dalam suatu kerjasama yang erat antara para ahli ilmu tumbuhan, ilmu membuat obat (pharmacie), ilmu khasiat obat (pharmacologia), ilmu kimia tumbuhan (biokimia fitokimia) , dan ahli klinis, yang hingga kini kerjasama tersebut belum ada.

2. Para ahli tersebut diatas, pada umumnya tidak pernah merasa terpaksa membuat, mengusahakan, dan mempergunakan tumbuhan sebagai obat.

3. Belum ada instansi khusus yang bertugas menetapkan benar tidaknya pemberitahuan baik buruknya jamu dalam berbagai prospectus.

4. Pada lazimnya tiap orang hanya suka menempuh jalan yang gampang saja termasuk dalam pengobatan

Berhubungan dengan tersebut di atas, jamu asli Indonesia lambat laun terdesak kesamping. Dan kini terkesan teramat jauh. Pola pikir yang berkembang di masyarakat tentang susahnya harus mencari dulu di hutan, kemudian harus meramu bahan-bahan tersebut, serta harus dengan susah payah mencari gaandik dan pipisan (alat penggiling obat dari batu) mengakibatkan masyarakat hanya menempuh jalan yang mudah saja. Mereka lebih memilih membeli di warung- warung yang kala itu banyak dimiliki oleh orang-orang Tionghoa dan kadang obat-obat tersebut lebih manjur dibanding jamu buatan sendiri.

Pada tahun 1940 atas permintaan V(Vereneging) I (Indonesia) G (Genesskundigen) didalam kongres VIG ke-II di Solo, beberapa tokoh yang menekuni bidang kedokteran dan herbal, Soeryadarma, Kartadireja, Saleh (dari Pada tahun 1940 atas permintaan V(Vereneging) I (Indonesia) G (Genesskundigen) didalam kongres VIG ke-II di Solo, beberapa tokoh yang menekuni bidang kedokteran dan herbal, Soeryadarma, Kartadireja, Saleh (dari

Pada akhirnya kongres para dokter Indonesia tersebut mengeluarkan resolusi bahwa “VIG (Perkumpulan Dokter Indonesia) berpendapat bahwa perlu sekali

obat-obat asli Indonesia dan cara pemakaiannya, yang masih dipergunakan dalam mas yarakat Indonesia, selekas mungkin dipelajari dengan seksama.” Akan tetapi resolusi tersebut belum sampai ke tahap pelaksanaan. Karena pada masa perang dunia ke-II, VIG diubah menjadi Pertabin, (Persatuan Tabib Indonesia, cikal bakal Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Dan resolusi yang dikeluarkan sebelumnya tidak mendapat perhatian yang serius.

Kemudian pada masa pendudukan jepang, obat-obat asli Indonesia itu menarik perhatian “Poetera”. Di gedung pertemuannya dalam pasar malam

Jakarta (1943) dipamerkan berbagai obat asli Indonesia dan segala sesuatu yang berkaitan dengan jamu. Pada tanggal 20 juli 1943, atas permintaan Poetera hal tersebut dimuat dalam surat kabar Pembangunan berupa Seruan “Poetera” Bagian Kesehatan Tentang Pembuatan Jamu.

Seruan yang dikeluarkan oleh Poetera tersebut menjadi tonggak berkembangnya penelitian-penelitian tentang khasiat obat-obat asli Indonesia dan Seruan yang dikeluarkan oleh Poetera tersebut menjadi tonggak berkembangnya penelitian-penelitian tentang khasiat obat-obat asli Indonesia dan

Tak berapa lama berselang, atas anjuran Departemen Research Nasional RI di Yogyakarta diselenggarakan seminar nasional penggalian sumber alam Indonesia untuk farmasi yang diketuai oleh Prof. Dr. M. Sutopo dari Surabaya, yang kemudian mendapatkan beberapa keputusan penting berkenaan dengan obat- obat asli Indonesia. Dan hingga saat ini penggalian potensi jamu sebagai upaya kesehatan masyarakat masih terus berlangsung. Proses ini diperkuat oleh Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010 tentang saintifikasi jamu yang berpusat di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Tawang Mangu.

F. Tinjauan Saintifikasi

Guna memasyarakatkan jamu tradisional, pemerintah berupaya menyaintifikasi jamu dengan melibatkan para dokter. Dokter menjadi ikon kesehatan yang dapat mengangkat harkat jamu dan penggunaannya. Program Saintifikasi dicanangkan oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Agus Purwandianto mengatakan, saintifikasi itu memberikan landasan ilmiah penggunaan jamu secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan. Sejumlah dokter terlatih melakukan penelitian kualitatif terkait penggunaan jamu Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Agus Purwandianto mengatakan, saintifikasi itu memberikan landasan ilmiah penggunaan jamu secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan. Sejumlah dokter terlatih melakukan penelitian kualitatif terkait penggunaan jamu

Berdasarkan surat Keputusan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor 003/menkes/per/I/2010 tentang saintifikasi jamu. Yang dimaksud dengan Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Sehingga diharapkan tingkat penerimaan jamu sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat dapat meningkat. Dan untuk kedepannya jamu diharapkan dapat digunakan sebagai pendamping obat konvensional dan bahkan menjadi pengganti obat konvensional. Dengan pembuktian secara ilmiah ini dapat diketahui data-data keamanan dan khasiat dari jamu ditinjau dari segi keilmuan medis.

Tujuan dari Saintifikasi Jamu ini sendiri adalah:

1. Memberikan landasan ilmiah (envidence based) penggunaan jamu secara empiris melalui penelitian berbasis layanan kesehatan.

2. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam rangka upaya preventif, promotif, rehabilitatif, dan paliatif melalui penggunaan jamu.

3. Meningkatkan kegiatan penelitian kualitatif terhadap pasien dengan penggunaan jamu.

4. Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Saintifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan hanya dapat

dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang telah mendapatkan izin atau dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang telah mendapatkan izin atau

Fasilitas pelayanan kesehatan saintifikasi jamu yang dimaksud di atas dapat diselenggarakan oleh Pemerintah atau Swasta. Fasilitas-fasilitas tersebut meliputi:

1. Klinik pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan.

2. Klinik jamu

3. Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T)

4. Balai Kesehatan Tradisional masyarakat (BKTM)/ Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM).

5. Rumah Sakit yang ditetapkan. Fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan atau klinik-klinik tersebut harus

memiliki izin dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kota setempat. Izin yang dimaksud diberikan selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali selama klinik tersebut memenuhi persyaratan.

Persyaratan-persyaratan yang dimaksud mengelompokkan klinik-klinik saintifikasi jamu yang ada menjadi 2 (dua) tipe klinik, yaitu:

1. Klinik Jamu Tipe A

Klinik jamu tipe A harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Ketenagaan yang meliputi

1) Dokter sebagai penanggung jawab

2) Asisten Apoteker

3) Tenaga kesehatan komplementer alternatif lainnya sesuai kebutuhan

4) Diploma (D3) pengobat tradisional dan atau pengobat tradisional ramuan yang tergabung dalam Asosiasi Pengobat Tradisional yang diakui Departemen Kesehatan.

5) Tenaga administrasi

b. Sarana, yang meliputi:

1) Peralatan medis

2) Peralatan jamu

3) Memiliki ruanggan:

a) Ruang tunggu

b) Ruang pendaftaran dan rekam medis (medical record)

c) Ruang konsultasi/pelaksanaan penelitian

d) Ruang pemeriksaan/tindakan

e) Ruang peracikan jamu

f) Ruang penyimpanan jamu

g) Ruang diskusi

h) Ruang laboratorium sederhana

i) Ruang apotek jamu

2. Klinik Jamu tipe B

a. Ketenagaan yang meliputi:

1) Dokter sebagai penangguing jawab

2) Tenaga kesehatan komplementer alternatif lainnya sesuai kebutuhan

3) Diploma (D3) pengobat tradisional dan atau pengobat tradisional ramuan yang tergabung dalam Asosiasi Pengobat Tradisional yang diakui Departemen Kesehatan.

4) Tenaga administrasi

b. Sarana, yang meliputi:

1) Peralatan medis

2) Peralatan jamu

3) Memiliki ruangan:

a) Ruang tunggu

b) Ruang konsultasi/pelaksanaan penelitian/tindakan/dan rekam medis (medical record)

c) Ruang peracikan jamu

Di Indonesia sendiri sudah ada Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia yang telah berdiri sejak Juni 2009 dan telah diakui oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Perhimpunan itu juga menyiapkan kurikulum herbal bagi dokter yang tertarik masuk ke program saintifikasi jamu dan diharapkan nantinya terbentuk klinik-klinik herbal.

Anggota Persatuan Dokter Herbal Medik Indonesia Cabang Jateng dr. Lily Kresnowaty menuturkan, selain sebagai dokter konvensional, dokter ini nantinya juga memiliki keahlian menjadi dokter herbal. Setelah dianggap kompeten, dokter tersebut dapat mengeluarkan resep jamu sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan. Pedoman tersebut memuat jamu mana saja yang dapat digunakan Anggota Persatuan Dokter Herbal Medik Indonesia Cabang Jateng dr. Lily Kresnowaty menuturkan, selain sebagai dokter konvensional, dokter ini nantinya juga memiliki keahlian menjadi dokter herbal. Setelah dianggap kompeten, dokter tersebut dapat mengeluarkan resep jamu sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan. Pedoman tersebut memuat jamu mana saja yang dapat digunakan

1. Surat Tanda Registrasi (STR) dari konsil Kedokteran Indonesia untuk dokter atau dokter gigi, STRA untuk apoteker dan surat izin/registrasi dari Kepala Dinas Kesehatan Propinsi bagi tenaga kesehatan lainnya.

2. Memiliki surat izin praktik bagi dokter atau dokter gigi dan surat izin kerja/surat izin praktik bagi tenaga keehatan lainnya dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota setempat.

3. Memiliki surat bukti registrasi sebagai tenaga pengobat komplementer alternatif (SBR-TPKA) dari Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.

4. Memiliki surat tugas sebagai tenaga pengobat komplementer alternatif (ST- TPKA/SIK-TPKA) dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Setelah kesemua persyaratan tersebut dimiliki, para dokter atau dokter gigi

dan tenaga kesehatan lain dapat membangun sebuah klinik herbal sendiri, dan mengeluarkan resep-resep berbahan dasar jamu. Saintifikasi jamu merupakan hal yang penting di tengah pasar terbuka.

BAB III IDENTIFIKASI DATA

A. Profil Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Obat dan Obat Tradisional

1. Sejarah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional bermula dari suatu kebun koleksi tanaman berkhasiat obat yang bernama Usaha Tanaman Obat-obatan Lawu Complex Hortus Medicus Tawangmangu yang dirintis oleh R.M. Santosa (almarhum) dibantu oleh Prof. DR. Sutarman. Pada tahun 1948 Hortus Medicus menjadi cabang dari laboratorium Pharmacoterapie Klaten, dan 16 September 1951 diresmikan oleh Wakil Presiden RI Pertama Bapak Dr. M. Hatta.

Hortus Medicus pada awal berdiri bertugas menanam dan mempelajari tanaman obat sub-tropis. Antara tahun 1950 samapai 1956 telah dicobakan lebih dari 100 jenis tanaman yang berasal dari luar negeri. Pada tanggal 1 Juni 1955 Hortus Medicus di bawah pengelolaan Lembaga Farmakoterapi dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 26124/Sekdj, sehingga selain tempat menanam tanaman obat juga menjadi lembaga penyelidikan tanaman obat.

Indonesia, Hortus Medicus dialihkan pengelolaannya ke BPU Farmasi Negara dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 32521/Kab/BPU/63 tanggal 8 Juni 1963, dengan kegiatan utama pada usaha produksi simplisia-simplisia secara komersial.

Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 208/Kab/B.VII tanggal 25 Juli 1968, Hortus Medicus diserahkan kembali pengelolaannya kepada Departemen Kesehatan RI cq. Direktorat Jenderal Farmasi. Selanjutnya berdasarkan SK Direktur Jenderal Farmasi Depkes RI Nomor 4246/Dir.Jend/SK/68 tanggal 8 November 1968, Hortus Medicus pengelolaannya diserahkan kepada Lembaga Farmasi Nasional Jakarta. Kegiatan Hortus Medicus kembali sebagai lembaga yang menangani penanaman dan penyelidikan tanaman obat.

Perubahan induk organisasi terjadi lagi dengan dikeluarkannya surat keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Depkes RI Nomor 4500/A/75 tanggal 9 Juli 1975, Hortus Medicus pengelolaannya dikembalikan dari Lembaga Farmasi Nasional kepada Direktorat Pengawasan Obat Tradisionil Dit. Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Jakarta. Atas dasar pertimbangan bahwa Hortus Medicus Tawangmangu adalah tempat penelitian tanaman obat, maka sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 149/Menkes/SK/IV/78 tanggal 28 April 1978 Hortus Medicus Tawangmangu diubah namanya menjadi Balai Penelitian Tanaman Obat yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat Penelitian Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

tentang perubahan perumusan kedudukan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Kesehatan, maka Balai Penelitian Tanaman Obat menjadi Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, di bawah pembinaan teknis fungsional oleh Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi dan Obat Tradisional.

Dengan perkembangan yang ada pada saat ini telah dilakukan reorganisasi di lingkungan Departemen Kesehatan termasuk Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 9 tahun 2005, bahwa struktur organisasi dalam Badan Litbang di lingkungan Departemen hanya terdiri dari 4 puslitbang. Bertitik tolak dari Penpres tersebut maka dalam perkembangannya Puslitbang Farmasi dan Obat Tradisional tidak lagi terdapat dalam struktur baru Badan Litbang Kesehatan dan berganti menjadi Puslitbang Biomedis dan Farmasi. Dan dengan Permenkes No. 491/Menkes/Per/VII/2006 BPTO meningkat statusnya menjadi Balai Penelitian Tanaman Obat menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional yang diharapkan akan lebih mendekatkan area litbang obat tradisional ke bagian hulunya yaitu tanaman obat sehingga mampu memberikan hasil yang maksimal.

Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional merupakan situs resmi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu.

2. Lokasi

Balai Besar Litbang TO OT terletak di pusat pariwisata Tawangmangu di lereng Gunung Lawu perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur pada ketinggian 1200 m dpl. Beralamat di Jl. Raya Lawu No 11 Desa Kalisoro Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.

Telp. 0271 697010 Fax. 0271 697451

E mail. [email protected]

3. Visi dan Misi

a. Visi Menjadi Institusi Unggulan dan Referensi Nasional dalam Bidang Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional.

b. Misi Menghasilkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta informasi penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional yang berkualitas berdasarkan Kaidah Ilmiah dan Etika.

4. Tugas dan Fungsi Pokok

Tugas dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional adalah melaksanakan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Dan dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Balai Besar Litbang TO OT menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: Tugas dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional adalah melaksanakan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Dan dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Balai Besar Litbang TO OT menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

pelaksanaan,

evaluasi

penelitian dan/atau pengembangan di bidang tanaman obat dan obat tradisional.

b. Pelaksanaan eksplorasi, inventarisasi, identifikasi, adaptasi, dan

koleksi plasma nutfah tanaman obat.

c. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi konservasi dan

pelstarian plasma nutfah tanaman obat.

d. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi standarisasi

tanaman obat dan bahan baku obat tradisional.

e. Pelaksanaan pengembangan jejaring kerjasama dan kemitraan di

bidang tanaman obat dan obat tradisional.

f. Pelaksanaan kajian dan diseminasi informasi tanaman obat dan obat tradisional.

g. Pelaksanaan pelatihan teknis di bidang pembibitan, budidaya, pasca panen, analisa, koleksi spesimen tanaman obat serta uji keamanan dan kemanfaatan obat tradisional.

h. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

5. Struktur Organisasi

Kesehatan No. 491/Menkes/Per/VII/2006 Balai Besar Litbang TO&OT dipimpin oleh pejabat eselon IIB yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Litbang Kesehatan.

Susunan Organisasi Balai Besar Litbang TO&OT terdiri dari : Susunan Organisasi Balai Besar Litbang TO&OT terdiri dari :

b. Bidang Program Kerjasama dan Informasi Melaksanakan penyusunan perencanaan, koordinasi, pelaksanaan dan evaluasi program dan anggaran, kerjasama dan kemitraan, pemyediaan dan desiminasi informasi serta evaluasi dan pelaporan.

c. Bidang Pelayanan Penelitian Melaksanakan koordinasi pelaksanaan dan evaluasi pelayanan penelitian.

d. Instalasi Merupakan fasilitas penunjang penyelenggaraan litbang dibidang TO dan OT.

e. Kelompok Fungsional Peneliti Melakukan kegiatan sesuai jabatan fungsional peneliti berdasar peraturan perundang undangan yang berlaku.

Bagan 1. Struktur Organisasi Balai Besar Litbang TO&OT

6. Kelompok Program Penelitian