BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Manajemen Kesiswaan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Membentuk Manusia Unggul Berkarakter Melalui Program Manajemen Kesiswaan di SMK Negeri 3 Kendal

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Manajemen Kesiswaan Manajemen kesiswaan merupakan frase yang

  berasal dari gabungan kata, yaitu “Manajemen” dan

  “Siswa”. Menurut arti bahasa, manajemen berarti ketatalaksanaan dan tata kepemimpinan, Manajemen juga berarti kepemimpinan terhadap suatu kelompok guna mencapai tujuan. Sedangkan secara istilah, manajemen berarti ilmu atau seni mengatur pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen juga mengandung arti sebagai usaha pencapaian tujuan yang diinginkan denganmembangun suatu lingkungan yang kondusif terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam sebuah kelompok yang terorganisir.

  Sedangkan siswa adalah peserta belajar atau murid pada tingkat sekolah dasar dan menengah. Siswa juga biasa disebut dengan pelajar. Dengan mendapat awalan k e dan akhiran an menjadi kata “Kesiswaan”, yang mengandung makna lebih khusus. Kesiswaan memiliki arti yang lebih sempit dari kata dasarnya, siswa. Kesiswaan berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan urusan yang berhubungan dengan siswa. Dari pengertian dua kata dasar tersebut diatas, maka Manajemen Kesiswaan dapat dirumuskan sebagai penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai masuk sampai keluarnya peserta didik tersebut dari suatu lembaga pendidikan (Sekolah), Siti Saydatu Syarifa Hakim (2004: 1).

  Manajemen kesiswaaan dapat diartikan sebagai suatu usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah.

  Knezivich mendifinisikan manajemen peserta didik sebagai “Suatu layanan yang memusatkan perhatian kepada pengaturan, pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah ”.

  Jadi secara simpel manajemen peserta didik dapat dipahami sebagai suatu usaha untuk mengatur, mengawasi, dan melayani berbagai hal yang memiliki kaitan dengan peserta didik agar peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran di sekolah, mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai peserta didik tersebut lulus dari sekolah, Knezivich (1961: 36).

  Manajemen kesiswaan dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Yang diatur secara langsung adalah segi-segi yang berkenaan dengan peserta didik secara langsung, dan segi-segi lain yang berkaitan dengan peserta didik secara tidak langsung. Pengaturan terhadap segi-segi lain selain peserta didik dimaksudkan untuk memberikan layanan yang sebaik mungkin terhadap peserta didik, Akhmad Sudajat (2010: 10).

  Manajemen sekolah yag berkarakter baik (mengandung nilai-nilai karakter) adalah pemanfaatan dan pemberdayaan seluruh sumber daya yang dimilii sekolah, melalui proses dan pendekatan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, berdasarkan dan mencerminkan nilai-nilai dan norma-norma yang luhur, baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, berbangsa maupun lingkungan, Budisma (2011: 11).

  Jadi dapat diuraikan bahwa manajemen kesiswaan adalah tata laksana dan tata kemimpinan atau kelompok dalam memimpin suatu kelompok dalam mengatur sumber daya manusia dalam pencapain suatu tujuan yang berkaitan dengan penataan dan pengaturan terhadap segala kegiatan siswa dari awal masuk hingga siswa tersebut tamat belajarnya. tujuan manajemen kesiswaan adalah mengatur berbagai masalah dan kegiatan dalam bidang kesiswaan, agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan baik dan lancar, tertib dan teratur serta dapat mencapai tujuan yang ditargetkan sekolah, memberikan cakupan dan wilayah kerja yang sangat luas pada manajemen kesiswaan.

2.2. Pengertian Manusia Unggul

  Abdurahman Baharudin Wahid (2014: 1) menyatakan bahwa pendidikan karakter untuk Membentuk Manusia Unggul Indonesia, di Abad 21 ini, sama dengan Negara lain saja belumlah cukup, namun harus bisa unggul, lebih dari mereka. Unggul dalam semua bidang, baik itu pendidikan, teknologi, industri, pariwisata, dan lain-lain. Demikian pula semua lini masyarakat juga harus bisa menunjukkan keunggulannya, menjadi pemimpin yang unggul dan menjadi masyarakat yang unggul. Sebenarnya, untuk mencapai predikat unggul ini, tidaklah dapat diraih dengan sekejap mata, atau seperti membalikkan telapak tangan. Meraih predikat unggul ini harus diusahakan dari semua hal yang terkecil dan dimulai sejak dini. Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa dalam pembentukan manusia unggul di Indonesia mempunyai keunggulan disegala sektor kehidupan dan bisa menjadi pemimpin dan masyarakat yang unngul meski dalam meraih hal tersebut tidak sekacap namun perlu proses dan tahapan dalam pencapain manusia unggul yang diinginkannya.

  Jassin H. Tuloli (2011: 11) menyatakan bahwa manusia unggul adalah Memiliki kesadaran tinggi mengenai kemampuan dan kelemahan dirinya. Kelebihan dirinya dia kembangkan semaksimal mungkin dan bermental baja dalam menentukan nasib dirinya sendiri. Masa depan yang ingin dicapai sudah direncanakan lebih dahulu, Sangat percaya atas kemampuan diri sendiri. Tidak ada rasa pesimis, malu, ragu-ragu, apa lagi takut. Berani memulai suatu pekerjaan atau usaha baru. Memiliki internal motivation yang cukup tinggi. Artinya dorongan untuk maju atau sukses bukan karena dimotivasi orang lain dari luar seperti dari teman atau atasan atau pula dari mereka yang sukses, serta menggunakan pertimbangan hati nurani yang baik dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan dan kemaslahatan orang lain.

  Dari uraian diatas bisa dikatakan bahwa manusia bisa dikatakan unngul jika manusia tersebut menyadari kemampuan dan kelemahannnya, manusia yang bisa mengembangkan potensi dengan maksiamal dan merencanakan masa depan dengan akurat dan penuh perhitungan dalam merencanakan masa depannya membuang rasa ragu, malu meningkatkan motivasi dan dorongan yang kuat untuk mencapai hasil yang diinginkannya menjadi manusia unggul. Ari Kurniawan (2013: 1) menyatakan bahwa manusia unggul adalah manusia yang mempunyai berbagai kelebihan. Keunggulannya tidak hanya memiliki satu kelebihan. Melainkan memiliki berbagai . skill yang dibutuhkan Manusia unggul ini selalu berorientasi menjadi yang terdepan. Dan, Manusia unggul pastinya berbeda dengan manusia pada umumnya. Perbedaan manusia unggul umumnya terletak pada kemampuan yang dimiliki baik keahlian dan keunggulan secara moral ataupun akhlak yang baik, keunggulan dalam kompetensinya dan memiliki budi pekerti yang luhur dan akhlak yang mulia dan sesuai norma-norma atau kaidah yang berlaku dalam kehidupan terkecil yaitu keluarga, masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

  Tidak sedikit cara yang dapat digunakan untuk menjadi manusia unggul. Artinya, berbagai cara dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan keunggulan kualitas pribadi. Menciptakan pemikiran yang selalu berorientasi pada inovasi dan menjadi inovator bagi manusia lainnya. Manusia unggul merupakan manusia yang memiliki kualitas yang tentunya tidak dimiliki manusia pada umumnya. Mereka selalu berusaha dan bekerja keras untuk menjadi yang terbaik. Disamping itu, Manusia unggul tentunya memiliki ilmu pengetahuan yang luar biasa. Manusia unggul yang memiliki kemampuan atau kompetensi dibidangnya sehingga apa yang dilakukannya sesuai dengan norma atau kaidah yang berlaku dimasyarakat. Manakala Indonesia memiliki manusia unggul, maka bangsa indonesia mampu bersaing dengan negara-negara maju. Karena manusia unggul dapat mengembangkan ide maupun bakat sehingga mereka mampu menjadi inspirator dan inovator dan memberikan konstribusi yang besar bagi negara kita.

  Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manusia unggul yaitu manusia unggul memiliki kualitas yang tentunya tidak dimiliki manusia pada umumnya. Mereka selalu berusaha dan bekerja keras untuk menjadi yang terbaik. Disamping itu, Manusia unggul tentunya memiliki ilmu pengetahuan yang luar biasa. Manusia unggul yang memiliki kemampuan atau kompetensi dibidangnya sehingga apa yang dilakukannya sesuai dengan norma atau kaidah yang berlaku dimasyarakat.

2.3. Pendidikan karakter

  Istilah karakter sama sekali bukan hal yang baru bagi kita. Ir. Soekarno salah seorang pendiri Republik Indonesia, telah menyatakan tentang pentinganya “Nation And Character Building” bagi negara yang baru merdeka. Konsep membangun karakter juga kembali dikumandangkan oleh Ir. Sekarno era 1960-an dengan istilah “Berdiri Diatas Kaki Sendiri” (berdikari).

  Karakter berasal dari bahasa Yunani Kharakter yang berakar dari diksi “Kharassein” yang berarti memahat atau mengukir (to inscribe/to engrave), sedangkan dalam bahasa latin karakter bermakna membedakan tanda. Dalam Bahasa indonesia, Karakter dapat diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan/tabiat/watak. Karakter American Herritage Dictionary, merupakan kualitas sifat, ciri, atribut, serta kemampuan khas yang dimiliki individu yang membedakannya dari pribadi yang lain (Sri Narwati, 2011: 1).

  Sedangkan pendidikan karakter untuk menciptakan manusia unggul menurut David Elkind & Fredy Sweet dalam (Sri Narwanti, 2011: 15), menyatakan pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “Character education is is deliberate effort to help people

understand, care about, and act upon core ethical values.

  

When we think about the kind of character we want for

our children, it is clear that we want m to able to judge

what is right, care deeply about what is right, and then do

what they believe to be right, even in the face of pressure

from without and temptation from wthin ”.

  Thomas Lickona dalam (Heri Gunawan 2012: 23) menyatakan pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya.

  Menurut Mendiknas dalam (Heri Gunawan, 2012: 32), menyatakan terdapat sembilan pilar karakter yaitu: a.

  Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya.

  b.

  Kemandirian dan tanggung jawab.

  c.

  Kejujuran/amanah dan diplomatis.

  d.

  Hormat dan santun.

  e.

  Dermawan dan suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama.

  f.

  Percaya diri dan pekerja keras.

  g.

  Kepemimpinan dan keadilan.

  h.

  Baik dan rendah hati. i.

  Karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan.

  Menurut T. Ramli dalam (Heri Gunawan, 2012: 24) menyatakan pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk anak supaya menjadi manusia yang baik, warga sekolah yang berpijak pada dasar manusia itu sendiri.

  Menurut Masnur Muslich (2013: 5) dalam bukunya “Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional” dapat dirangkum sebagai berikut: Pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga institusi, pendidikan karakter mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian dan simbol-simbol yang dipraktekan oleh warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah, budaya sekolah merupakan ciri khas karakter atau watak.

  Thomas Lickona dalam (Masnur Muslich, 2013: 75), menyakan pendidikan karakter yang benar harus melibatkan aspek knowing the good (moral knowing)

  

aspek kognitif, desiring the good atau loving the good

(moral feeling) aspek afektif, dan acting the good (moral

action) atau (moral behaviour).

  Tahapan pengembangan karakter menurut menurut Heri Gunawan (2012: 38), dalam bukunya “Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi” a.

  

Moral knowing (Pengetahuan Moral), berhubungan dengan

bagaimana seorang mengetahui sesuatu nilai yang pendidikan karakter yang dijabarkan dalam 6 sub komponen, yaitu: (a) moral awareness (kesadaran moral), (b) knowing moral values (pengetahuan nilai moral), (c) perspective-taking (memahami sudut pandang lain), (d)

  moral reasoning (penalaran moral), (e) decision-making (membuat keputusan), (f) self-knowledge (pengetahuan diri).

  b.

  Moral feeling (sikap moral), yang menjadi tahapan selanjutnya pada komponen karakter yang dijabarkan menjadi 6 sub yaitu: (a) Conscience (nurani), (b) Self-esteem (harga diri), (c) Empathy (empati), (d) Loving the good (cinta kebaikan), (e) Self-control (kontrol diri) dan (f) Humility (rendah hati).

  c.

  

Moral action (perilaku moral), dibangun atas 3 tahapan

yang dijabarkan sebagai berikut: (a) Competence (kompetensi), (b) Will (keinginan) dan (c) Habit (kebiasaan).

  Jadi manusia unggul yang berkarakter adalah manusia yang mempunyai integritas untuk menjadi contoh oleh orang lain. Manusia yang mempunyai berbagai kelebihan. Keunggulannya tidak hanya memiliki satu kelebihan. Melainkan memiliki berbagai skill yang dibutuhkan. Manusia unggul mempunyai potensi yang sesuai dengan peraturan, norma yang sesuai dengan karakter yang baik dan selalu berorientasi menjadi yang terdepan, karena manusia unggul pastinya berbeda dengan manusia pada umumnya wawasan. Yang mempunyai sikap (attitudes), perilaku (behaviour), motivasi (motivations) dan ketrampilan (skill) dengan mengaplikasikan nilai kebaikan pada dirinya, pada sesama, lingkungannya, bangsa dan negara. Mengoptimalkan potensi yang dimiliki disertai dengan kesadaran pada penanaman nilai-nilai karakter pada dirinya.

2.4. Penelitian yang relevan

  Bahwa masalah yang dihadapi dalam penelitian ini belum pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu. Jika penelitian ini pernah dilakukan oleh peneliti lain ada perbedaan terhadap penelitian yang lain, diantaranya.

  Jati, Ira Puspita (2012) Pendidikan Karakter Jujur di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang. Master’s

  Thesis, IAIN Walisongo. Hasil penelitiannya meliputi: Persoalan karakter bangsa sering kali menjadi sorotan masyarakat.

  Pendidikan karakter untuk sekolah menengah kejuruan (SMK) Drs. Nur Kholiq, M.Pd (2012) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembuatan rumusan model pendidikan karakter untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Jepara dengan menggunakan pendekatan norma-norma dan kearifan lokal Kota Jepara.

  Agam Bayu Suyanto (2008), upaya membentuk pribadi yang berkarakter dan berintegrasi melalui pendidikan karakter Pendidikan karakter untuk generasi berkarakter unggul. Hasil penelitiannya meliputi: pembentukan karakter berintegritas.

  Budisma (2011), pendidikan karakter secara terpadu melalui manajemen sekolah. Hasil penelitiannya meliputi: Merencanakan, melaksanakan, mengawasi pelaksanaan pendidikan karakter disekolah.

  Implementasi pendidikan karakter berbasis pondok pesantren dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Ali Maksum tahun 2014.

  Penelitian yang dilakukan beberapa peneliti diatas menunjukkan bahwa dengan pendidikan karakter adalah suatu upaya untuk mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab beradasarkan Pancasila. Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa.

  Pada penelitian yang dilakukan penulis memfokuskan pada program kesiswaan untuk membentuk manusia unggul berkarakter untuk mengembangkan perilaku baik siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan agar siswa dapat mencermikan karakter yang baik. Pada hakekatnya, pendidikan karakter dapat diintegrasikan melalui mata pelajaran, pengembangan diri dan kultur sekolah. Dalam meningkatkan pendidikan karakter pada siswa melalui srategi yang berfokus pada pengembangan kultur sekolah. Kultur sekolah merupakan keyakinan, kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai yang dipegang bersama oleh seluruh warga sekolah. Kultur sekolah sendiri juga diimplementasikan melalui kegiatan rutin sekolah, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian pada kegiatan tersebut akan disisipkan nilai-nilai karakter.

2.5. Kerangka Berpikir

  Setiap institusi pendidikan memiliki tujuan utama berupa terciptanya mutu pendidikan yang berkualitas, karena pendidikan adalah elemen penting dalam pembangunan bangsa karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia. Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuh kembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Pendidikan dipandang berperan dalam mengatasi krisis moral karena pendidikan merupakan usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya.

  Pendidikan karakter merupakan suatu upaya untuk mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab beradasarkan Pancasila. Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa dapat dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar yang terintegrasi pada setiap mata pelajar, harus mengandung karakter di dalamnya. Kultur sekolah merupakan suatu nilai, kebiasaan-kebiasaan, norma, ritual, yang dilaksanakan dalam lingkungan sekolah dan dipraktikan oleh seluruh warga sekolah. Melalui sekolah siswa dapat belajar menjadi pribadi yang baik, karena sekolah tidak hanya dituntut menjadikan siswanya menjadi anak yang memiliki segudang prestasi, melainkan juga memiliki sikap, perilaku yang baik dan menjadi kebanggaan bagi orang tua dan sekolah. Sekolah diharapkan dapat menanamkan karakter pada diri siswa. Nilai-nilai karakter yang ada dapat ditumbuhkan melalui visi, dan misi sekolah. Visi, misi SMK Negeri 3 Kendal yaitu unggul dalam prestasi, beretos kerja tinggi, berwawasan religi dan kebangsaan, maka nilai-nilai yang ditumbuhkan religius, tanggung jawab, jujur, dan disiplin.

Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir Pendidikan karakter

  

Mata pelajaran Kesiswaan Pengembangan Diri

1.

   Kesadaran diri 2. Disiplin 3. Tanggung jawab 4. kompensasi Pembudayaan dan Pembiasaan 1. Pengkondisian 2. Kegiatan rutin 3. Pembentukan mental & fisik 4. Penghargaan Karakter

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Gangguan Listrik di PLN Kalimantan Barat dengan Fitting Sinusoids

0 0 28

BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pelatihan Guru PPKn Berwawasan Pluralisme

0 0 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pelatihan Guru PPKn Berwawasan Pluralisme

0 0 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Diklat Guru Sosiologi SMA Tentang Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal

0 0 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Diklat Guru Sosiologi SMA Tentang Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal

0 1 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kunjungan Kelas dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru SMPN 2 Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

0 0 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kunjungan Kelas dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru SMPN 2 Boja Kecamatan Boja Kabupaten

0 0 10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kunjungan Kelas dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru SMPN 2 Boja Kecamatan Boja

0 0 40

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kunjungan Kelas dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru SMPN 2 Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

0 1 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Tunjangan Profesi Guru Di SMP Negeri 1 Pageruyung Kabupaten Kendal

0 0 18