KONSEP PENDIDIKAN ISLAM (STUDI PEMIKIRAN MOHAMMAD NATSIR DAN HASAN LANGGULUNG) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

  

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

(STUDI PEMIKIRAN MOHAMMAD NATSIR DAN

HASAN LANGGULUNG)

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

ACHMAD DEDI SETIADI

  

111-12-080

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

  Dr. phil. Asfa Widiyanto, M.Ag., M.A. Dosen IAIN Salatiga Persetujuan Pembimbing

  Lamp. : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara : Achmad Dedi Setiadi

  Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa: Nama : Achmad Dedi Setiadi NIM : 111-12-080 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul : KONSEP PENDIDIKAN ISLAM (STUDI PEMIKIRAN

  MOHAMMAD NATSIR DAN HASAN LANGGULUNG)

  Dengan ini kami mohon skripsi mahasiswa tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan.

  Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.

KEMENTERIAN AGAMA

  Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telp. (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website

  SKRIPSI

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

(STUDI PEMIKIRAN MOHAMMAD NATSIR DAN HASAN

  

LANGGULUNG)

DISUSUN OLEH ACHMAD DEDI SETIADI NIM : 111-12-080

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

  (IAIN) Salatiga, pada tanggal 22 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

  Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.

  Sekretaris Penguji : Dr. phil. Asfa Widiyanto, M.A. Penguji I : Rovi‟in, M.Ag. Penguji II : Supardi, M.A.

  Salatiga, 7 April 2017

  7 Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

  Keguruan Suwardi, M. Pd.

  NIP. 19670121 199903 1 002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Achmad Dedi Setiadi NIM : 111-12-080 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : KONSEP PENDIDIKAN

  ISLAM (STUDI PEMIKIRAN MOHAMMAD NATSIR DAN HASAN LANGGULUNG)

  Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 7 Maret 2017 Yang menyatakan,

  Achmad Dedi Setiadi NIM. 111-12-080

  

MOTTO

َرَخ ْنَم ِللا ِلْيِبَس ِفِ َوُهَ ف ِمْلِعْلِا ِبَلَط ِفِ َج

  

“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu, maka dia berada di jalan

Allah”

(HR. Tirmidzi)

        

Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan

Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat." (QS. Al-

  

Mu’minun: 29)

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia- Nya, karya skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.

  Ayah dan Ibuku tercinta, Bp. Nahrowi dan Ibu Partini serta adikku Rahma yang selalu membimbingku, menghiburku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam kehidupanku.

  2. Dosen Pembimbing Skripsiku, Bp. Dr. phil. Asfa Widiyanto, M.Ag., M.A. yang selalu memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama proses skripsi ini.

  3. yang telah memberikan dukungannya, ijinnya, motivasi, doa dan segala bantuannya baik material maupun non material sehingga proses skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar untuk penempuhan gelar sarjana ini.

  4. Keluarga Besar JQH AL-FURQAN IAIN Salatiga, keluarga Besar Persaudaraan Setia Hati Terate, Pondok Pesantren Al-Gufron Kecandran Salatiga, PAI C IAIN Salatiga, PMII KOMSAT Salatiga, BADKO TPQ Kec. Bawen, keluarga Besar Madrasah Darussalamah Harjosari Bawen, keluarga besar SD Harjosari 01 dan KKG PAI SD Kec. Bawen yang telah memberikan dukungannya, motivasi dan doannya sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.

  5. Keluarga Besar Tim KKN Posko 55 IAIN SALATIGA 2016, Wisnu, Willy, Bu Ani, Dini, Maria, Bu Novi serta Makibao Futsal Club, Tri, Muhaimin, Adit, Didik, Dona, Nawir, Adri, Andre, Dita, Senthe, Wawan, Nyoz, Apit, Fahrurozi, Arafat, Black, Randika, Shokib, Sigit, Ula, Soma, yang selalu menghibur dan memberikan doa serta motivasinya dalam menempuh gelar sarjana ini.

  6. Sahabat-sahabatku, Ika Ervinilia, Tri Hartono, Mubin, Topikin, Datul, Noviana, Rahma, Putri, Raden Sholikin, Ida Afwa, yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi, dan doanya dalam menempuh gelar sarjana ini.

KATA PENGANTAR

  ِمْيِحَّرلا ِنَْحَّْرلا ِللا ِم ْسِب Alhamdulillahirobbil„alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

  Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya telah memberikan kekuatan, petunjuk, dan perlindungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Konsep Pendidikan Islam (Studi Pemikiran Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung). Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan di dalamnya. Selain itu, penulis juga banyak memperoleh bantuan, bimbingan, pengarahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.

  4. Bapak Dr. phil. Asfa Widiyanto, M.Ag., M.A., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  5. Bapak Mohammad Ali Zamroni, M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

  6. Kedua orang tuaku dan adikku yang telah memberikan doa, motivasi, serta dukungan moril dan materil kepada penulis.

  7. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membuka cakrawala keilmuan di bidang pendidikan kepada penulis.

  8. Staf Perpustakaan IAIN Salatiga memberikan ruang ilmu akademik sebagai sumber pengetahuan penulis.

  9. Keluarga Besar JQH Al-Furqan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu dan pengalaman keorganisasian kepada penulis.

  10. Keluarga besar SD Harjosari 01 dan KKG PAI SD Kec. Bawen yang telah memberikan dukungan dan doanya demi kelancaran terselesaikannya skripsi ini.

  11. Keluarga Besar Persaudaraan Setia Hati Terate, Pondok Pesantren Al-Gufron Kecandran Salatiga, PAI C IAIN Salatiga, PMII KOMSAT Salatiga, BADKO TPQ Kec. Bawen, Keluarga Besar Madrasah Darussalamah Harjosari Bawen, rekan-rekan ORETU Harjosari Bawen, PAI C IAIN Salatiga, PMII Salatiga, Makibao Futsal Club yang telah melukis begitu banyak kenangan kepada penulis.

  12. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2012 IAIN Salatiga Ika Ervinilia, Tri Hartono, Mubin, Topikin, Datul, dan lainnya yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

  13. Semua pihak yang terlibat dan dengan ikhlas memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

  Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdoa kepada Allah SWT, semoga amal kebaikan yang tercurahkan diridhoi oleh Allah SWT dengan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.

  Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca. Dengan keterbatasan dan kemampuan, skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

  Salatiga, 7 Maret 2017 Penulis

  Achmad Dedi Setiadi NIM. 111-12-111

  

ABSTRAK

  Setiadi, Achmad Dedi. 2017. Konsep Pendidikan Islam (Studi Pemikiran

  Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung). Skripsi. Jurusan Pendidikan

  Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. phil. Asfa Widiyanto, M.Ag., M.A.

  Kata kunci: pendidikan Islam, tujuan, kurikulum, metode.

  Tujuan penelitian dala skripsi ini ada tiga hal, yaitu : (1) Bagaimana konsep pendidikan Islam Mohammad Natsir?, (2) Bagaimana konsep pendidikan Islam Hasan Langgulung?, (3) Apa saja persamaan dan perbedaan antara konsep pendidikan Islam Mohammad Natsir dengan Hasan Langgulung?

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan metode library research. Karena penelitian di sini adalah kajian pustaka atau literer, maka penulis dalam mengkaji konsep pendidikan Islam pemikiran Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung dengan menggunakan buku-buku karya kedua tokoh tersebut maupun buku-buku karya orang lain yang menceritakan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut.

  Dalam penelitian ini, fokus penelitian konsep pendidikan Islam yang diteliti yaitu pada tujuan pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam serta metode pendidikan yang digunakan. Hasil temuan penulis dalam penelitian ini adalah bahwa Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung memiliki persamaan dalam tujuan pendidikan Islam dimana mendekatkan diri kepada Allah merupakan tujuan tertinggi dalam pendidikan Islam.

  Selain itu, bentuk kurikulum yang digagas kedua tokoh tersebut memiliki persamaan yaitu agar adanya integrasi ilmu agama dan ilmu umum. Akan tetapi, perbedaannya ialah konsep integrasi dari Hasan Langgulung tidak hanya sebatas materi saja, juga berikut komponen kurikulum secara lengkap. Perbedaannya juga terlihat pada metode yang digunakan. Natsir menekankan pentingnya kompetensi seorang guru dalam upayanya mencapai tujuan pendidikan Islam yang dicita- citakan.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ v MOTTO ................................................................................................................ vi PERSEMBAHAN. ................................................................................................ vii KATA PENGANTA ...........................................................................................viii ABSTRAK ............................................................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xiii

  BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1 B.Rumusan Masalah ....................................................................................... 7 C.Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7 D.Kegunaan Penelitian .................................................................................... 8 E.Metode Penelitian ........................................................................................ 9 F.Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 9 G.Penegasan Istilah ......................................................................................... 12 H.Sistematika Penulisan .................................................................................. 15

  BAB II BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR DAN HASAN LANGGULUNG A.Biografi Mohammad Natsir .............................................................................. 17

  1.Latar Belakang Keluarga Mohammad Natsir .............................................. 17

  2.Riwayat Pendidikan Mohammad Natsir ...................................................... 19

  3.Karir Politik Mohammad Natsir .................................................................. 21

  4.Karya IlmiahMohammad Natsir .................................................................. 26 B.Biografi Hasan Langgulung .............................................................................. 28

  1.Latar Belakang Hasan Langgulung .............................................................. 28

  2.Riwayat Pendidikan Hasan Langgulung ...................................................... 28

  3.Riwayat Karir Hasan Langgulung ................................................................ 30

  4.Karya Ilmiah Hasan Langgulung ................................................................. 32

  BAB III GAMBARAN UMUM KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MOHAMMAD NATSIR DAN HASAN LANGGULUNG A.Konsep Pendidikan Islam Mohammad Natsir ................................................... 33

  1.Tujuan Pendidikan Islam ............................................................................. 33

  2.Kurikulum Pendidikan Islam ....................................................................... 45

  3.Metode Pendidikan Islam ............................................................................. 51 B.Konsep Pendidikan Islam Hasan Langgulung ................................................... 56

  1.Tujuan Pendidikan Islam ............................................................................. 56

  2.Kurikulum Pendidikan Islam ....................................................................... 65

  3.Metode Pendidikan Islam ............................................................................. 72

  BAB IV ANALISIS KOMPARATIF KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MOHAMMAD NATSIR DAN HASAN LANGGULUNG A.Perbandingan pada Aspek Tujuan Pendidikan Islam Menurut Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung ............................................... 78

  B.Perbandingan pada Aspek Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung ............................................... 83

  C.Perbandingan pada Aspek Metode Pendidikan Islam Menurut Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung ............................................... 89

  BAB V PENUTUP Kesimpulan ..................................................................................................... 93 Saran ................................................................................................................ 95 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 97

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Riwayat Hidup Penulis 2. Daftar Nilai SKK 3. Nota Pembimbing Skripsi 4. Lembar Konsultasi 5. Pernyataan Publikasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan ialah suatu pembinaan jasmani dan rohani yang menuju

  kepada kesempurnaan dan lengkapnya sifat

  • – sifat kemanusiaan dalam arti yang sesungguhnya (Natsir,1954:85). Dalam setiap perkembangan hidup manusia, pendidikan memiliki peranan penting untuk tujuan utamanya yaitu untuk mencapai kesempurnaan sifat kemanusiaan manusia itu sendiri melalui berbagai keadaan dan cara yang pada akhirnya manusia dapat menemukan tujuan hidupnya.

  Pendidikan bertujuan untuk menimbulkan pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia melalui latihan spiritual, intelektual, rasional diri, perasaan dan kepekaan tubuh manusia, oleh karena itu pendidikan seharusnya memenuhi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya : spiritual, intelektual, imaginatif, fisik, ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun secara kolektif dan memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan.

  Kalau kita melihat kembali pengertian pendidikan Islam maka akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah swt.

  Ini mengandung arti bahwa pendidikan islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran islam dalam berhubngan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia dan di akhirat nanti.

  Esensi pendidikan Islam pada hakikatnya terletak pada kriteria iman dan komitmennya terhadap ajaran agama islam. Hal ini sejalan dan senada dengan definisi pendidikan Islam yang disajikan oleh Ahmad D. Marimba (1974:56) yang menyatakan bahwa “pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum

  • – hukum ajaran Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran
  • – ukuran Islam,” yaitu kepribadian muslim.

  Pendidikan Islam menurut Syed Ali Ashraf dan Syed Sajjad Husein (1986:74) dapat dipahami sebagai : suatu pendidikan yang melatih jiwa murid

  • – murid dengan cara sebegitu rupa sehingga dalam sikap hidup tindakan, keputusan dan pendekatan mereka terhadap segala jenis ilmu pengetahuan, mereka dipengaruhi oleh nilai
  • – nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etis Islam. Mereka dilatih dan mentalnya menjadi begitu
semata-mata untuk memuaskan rasa ingin tahu intelektual mereka atau hanya untuk memperoleh keuntungan materiil saja, melainkan untuk berkembang sebagai makhluk rasional yang berbudi luhur dan melahirkan kesejahteraan spiritual, moral dan fisik bagi keluarga, bangsa dan seluruh umat manusia.

  Berbicara tentang pendidikan Islam, pastilah berbicara tentang konsep pendidikannya. Konsep-konsep pendidikan Islam yang ada saat ini terutama di Indonesia tidak lepas dari konsep-konsep para tokoh pemikir pendidikan Islam Indonesia. Banyak para tokoh pemikir pendidikan Islam di Indonesia yang menyumbangkan pemikirannya untuk kemajuan pendidikan di negeri ini. Diantara tokoh-tokoh pendidikan Islam Indonesia tersebut, penulis mencoba menjabarkan konsep pendidikan Islam menurut Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung, yang dari keduanya memiliki persamaan dan perbedaan konsep pendidikan Islam.

  Terjadinya dinamika pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada saat ini tidak terlepas dari kiprah para tokoh yang menyumbangkan pemikiran dan idenya dalam membangun pendidikan Islam di Indonesia, seperti Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung dua tokoh yangmempunyai reputasi yang sangat besar dalam mengembangkan dunia pendidikan Islam di Indonesia, pandangan yang luas dan wawasan yang dalam terhadap ajaran Islam mempengaruhi pemikiran kedua tokoh dalam memandang persoalan pendidikan Islam. Oleh karena itu sejumlah ide dan pemikiran muncul dari kedua tokoh dalam menata sistem pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam.

  Mohammad Natsir yang selain dikenal sebagai pejuang kemerdekaan, beliau merupakan tokoh politisi muslim yang sudah terkenal di masyarakat luas karena kiprah politiknya yang tidak hanya di dalam negeri saja, tetapi dunia juga mengenal tokoh Indonesia ini. Beliau juga termasuk tokoh pemikir muslim di Indonesia yang sudah banyak menuangkan pemikiran-pemikirannya dalam beberapa karyanya terutama dalam bidang pendidikan Islam di Indonesia.

  Sedangkan Hasan Langgulung merupakan tokoh pemikir pendidikan Islam yang sudah melalang buana dalam dunia pendidikan tidak hanya di Indonesia, bahkan hingga mancanegara. Dari pengalamannya tersebut melahirkan beberapa rumusan mengenai konsep pendidikan Islam.

  Suatu rumusan konsep pendidikan maupun tujuannya harus mempunyai subyektifitas dari yang merumuskannya, artinya setiap pemikiran dari seorang tokoh pasti menggambarkan tokoh tersebut, contohnya seperti tokoh pemikir pendidikan Islam yang seringkali mengaitkan tujuan suatu pendidikan dengan kebahagiaan yang abadi setelah kehidupan dunia, yakni kebahagiaan di akhirat. Sedangkan jika dilihat dari pendidikan umum, biasanya hanya berorientasi pada masalah kehidupan dunia, seperti pekerjaan yang akan didapat setelah menyelesaikan pendidikan.

  Berdasarkan uraian diatas yang merupakan gambaran untuk memperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik lagi mengenai konsep pendidikan Islam, maka penulis tertarik untuk membahas masalah ini dalam sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul

  “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM (STUDI PEMIKIRAN MOHAMMAD NATSIR DAN HASAN LANGGULUNG)” B. Rumusan Masalah

  Pembahasan kajian dalam skripsi ini untuk terfokus hanya kepada pembahasan tentang konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Natsir dan Hasan Langgulung yang meliputi tujuan, kurikulum dan metode pendidikan.

  Dari latar belakang dan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa Konsep Pendidikan Islam Mohammad Natsir? 2.

  Apa Konsep Pendidikan Islam Hasan Langgulung? 3. Apa Persamaan dan Perbedaan Konsep Pendidikan antara M. Natsir dan

  Hasan Langgulung? C.

   Tujuan Penelitian

  Setiap penelitian tentu memiliki tujuan dan kegunaan, maka tujuan penelitian ini adalah :

  1. Untuk mendeskripsikan Konsep Pendidikan Islam Mohammad Natsir.

  2. Untuk mendeskripsikan Konsep Pendidikan Islam Hasan Langgulung.

  3. Untuk mendeskripsikan Persamaan dan Perbedaan Konsep Pendidikan antara M. Natsir dan Hasan Langgulung.

D. Kegunaan Penelitian

  Dari penelitian ini diharapkan nantinya akan memberi manfaat, adapun manfaatnya sebagai berikut:

  1. Secara teoritis a.

  Memberi kejelasan secara teoritis tentang konsep pendidikan Islam dari Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung.

  b.

  Menambah dan memperkaya keilmuan di dunia pendidikan Islam.

  c.

  Memberi sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan bagi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Pendidikan Agama Islam di IAIN Salatiga.

  d.

  Memberikan manfaat dan menambah khasanah keilmuan terutama dalam memahami kajian keislaman serta dapat digunakan untuk menambah literatur bagi khazanah ilmiah dunia pendidikan.

  2. Secara praktis a.

  Menambah wawasan bagi penulis dalam mengetahui konsep pendidikan Islam menurut Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung b.

  Memberikan manfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri tentang konsep pendidikan Islam.

  c.

  Menambah khazanah keilmuan bagi para praktisi pendidikan dalam mengkaji konsep pendidikan Islam.

  d.

  Memberikan manfaat bagi praktisi pendidikan untuk dapat mengembangkan konsep pendidikan Islam yang lebih baik.

E. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (library research), karena yg dijadikan objek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil pemikiran.

2. Sumber Data a.

  Sumber Primer Sumber primer disini adalah data yang penulis ambil dari karya tulis asli dari tokoh yang dibahas dalam penulisan sekripsi ini. Yang diantaranya adalah sebagai berikut:

  1) Mohammad Natsir, 1954, Capita Selecta, Jakarta:

  Bulan Bintang 2)

  Mohammad Natsir, 1947, Islam dan Aqal Merdeka, Jakarta: Media Da‟wah. 3)

  Mohammad Natsir, 1980, Islam Sebagai Ideologi, Jakarta: Penyiaran Ilmu.

  4) Hasan Langgulung, 2004, Manusia dan Pendidikan, Jakarta : PT. Pustaka Al Husna Baru.

  5) Hasan Langgulung, 2002, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Al Husna Zikra.

  6) Hasan Langgulung, 1988, Pendidikan Islam

  Menghadapi Abad ke 21, Jakarta: PT. Pustaka Al Husna.

  b.

  Sumber Sekunder Diantaranya:

  1) Abudin Nata. 2005, Tokoh-Tokoh Pembaruan

  Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2)

  Thohir Luth. 1999, M. Natsir: Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta: Gema Insani Press. 3)

  Ramayulis dan Syamsul Nizar. 2005. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Quantum Teaching. 4)

  Saidan. 2011. Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Antara Hasan Al-Banna dan Mohammad Natsir.

  Kementerian Agama RI.

3. Teknik pengumpulan data

  Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research). Penelitian ini dilakukan dengan bertumpu pada data kepustakaan tanpa diikuti dengan uji empirik. Jadi, studi pustaka disini adalah studi teks yang seluruh substansinya diolah secara filosofis dan teoritis (Muhajir, 1996: 158-159).

  Ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk mengumpulkan data, satu sama lain memiliki fungsi yang berbeda.

  Teknik yang peling tepat digunakan adalah yang sesuia dengan tujuan penelitian, jenis data serta keadaan sumber informasi penelitian. Maka dari itu, teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah telaah dokumen atau telaah kepustakaan, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, internet dan sebagainya (Arikunto, 1992:200).

4. Analisis Data

  Melihat objek penelitian nuku-nuku atau literatur, maka penekitian inin menggunakan teknik analisa dengan cara deskriptif, filosofis, kontekstual dan kritik a.

  Metode Analisa Content atau isi. Analisis isi merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi (Noeng Muhadjir, 1992:76). Menurut Burhan Bungin, analisis isi adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi (proses penarikan kesimpulan berdasarkan pertimbangan yang dibuat sebelumnya atau pertimbangan umum; simpulan) yang dapat ditiru (Replicabel), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya (Bungin, 2001: 172- 173). b.

  Metode Analisa Historis, dengan metode ini penulis bermaksud untuk menggambarkan sejarah biografis Muhammad Natsir yang meliputi riwayat hidup, pendidikan, karir politik, serta karyakaryanya (Bakker, 1990: 70).

  c.

  Metode analisa deskriptif, yaitu suatu metode yang menguraikan secara teratur seluruh konsepsi dari tokoh yang dibahas dengan lengkap tetapi ketat (Sidarto, 1997: 100).

F. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekaburan dalam penafsiran judul, maka perlu dikemukakan maksud dari kata-kata dan istilah yang dipakai dala judul skripsi ini agar dapat dipahami secara konkrit dan lebih oprasional. Adapun batasan istilah tersebut adalah :

  1) Konsep

  Konsep berarti “rancangan, ide atau pengertian diabstraksikan dari peristiwa konkrit (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998:205).

  2) Pendidikan Islam

  Pendidikan Islam ialah: “segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam” (Achmadi, 1992:20).

F. Tinjauan Pustaka

  Dalam penelitian ini penulis mencoba menggali dan memahami beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk membandingkan, dan menambah wawasan dalam menyusun skripsi ini. Ada beberapa skripsi yang membahas mengenai konsep pendidikan dari Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung.

  Penelitian yang terkait dengan pemikiran pendidikan Mohammad Natsir telah banyak dilakukan, penelitian-penelitian tersebut nantinya juga akan penulis gunakan sebagai sumber penulisan skripsi ini.

  Dalam penelitian yang ditulis oleh saudara Mahfur yang berjudul “Konsep Pendidikan Islam Menurut Mohammad Natsir” dapat disimpulkan bahwa pendidikan harus dapat membawa manusia mencapai tujuan hidupnya, yaitu menghambakan diri kepada Allah. Pendidikan Islam harus berlandaskan ketauhidan kepada Allah serta memiliki akhlakul karimah sebagai karakter Pendidikan Islam.

  Dalam penelitian yang ditulis oleh saudara Al-Juhra yang berjudul “Konsep Pendidikan Islam di Indonesia Menurut Muhammad Natsir” dapat disimpulkan bahwa pendidikan integralistik yang dikemukakan oleh Muhammad Natsir adalah berdasarkan tauhid dan untuk menjadikan manusia misi kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Konsep yang dipegang adalah bahwa kemajuan yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam tidaklah diukur dengan penguasaan atau supremasi atas segala kepentingan duniawi saja, akan tetapi juga melihat sampai dimana kehidupan duniawi memberikan aset untuk kehidupan di akhirat kelak.

  Hidayatul Muslimah dalam skripsinya yang berjudul “Muhammad Natsir dan Pemikirannya tentang Demokrasi” mengemukakan tentang demokrasi theistik yang dibangun oleh Natsir atas dasar konsep ijtihad, syura, dan ijma‟, ketiga konsep tersebut menurutnya dapat diwujudkan ke dalam bentuk parlemen yang anggotanya dipilih oleh seluruh rakyat. Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Mukafi yang berjudul “KONSEP PENDIDIKAN

  INTEGRAL (Studi Terhadap pemikiran Muhammad Natsir dan Muhammad Iqbal)” mengemukakan bahwa pendidikan itegral adalah model pendidikan yang memadukan antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Dengan pendidikan integral tercipta anak didik yang mementingkan rohani dan jasmani.

  Sedangkan penelitian-penelitian yang mengulas tentang pemikiran Hasan Langgulung diantaranya adalah skripsi yang ditulis oleh Taufiq yang berjudul “PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT HASAN LANGGULUNG DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI”. Dalam skripsi tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan potensi, masalah belajar, dan pembinaan mental merupakan gejala-gejala dalam proses pendidikan, salah satunya dengan bebas berekspresi dalam mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki, yang tentunya tidak terlepas dari nilai-nilai Islam.

  Kemudian skripsi yang ditulis oleh Maya Yuningsih yang berjudul “KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM MENURUT HASAN LANGGULUNG (TELAAH ISLAMISASI ILMU)”. Dalam skripsi tersebut penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan Islamisasi ilmu menurut Hasan Langgulung yaitu dengan cara merumuskan konsep kurikulum, komponen kurikulum, prinsip kurikulum, jenis dan jenjang kurikulum dalam pendidikan Islam.

  Penelitian yang lain yaitu skripsi yang ditulis oleh Trisno yang berjudul “GURU AGAMA DALAM PERSPEKTIF HASAN LANGGULUNG”. Dalam skripsi ini penulis menyimpulkan bahwa guru harus profesional, mempunyai amanat dari kedua orang tua peserta didik dan kewajiban yang sama dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kemudian tesis yang berjudul “KONSEP MANUSIA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN LANGGULUNG” yang ditulis oleh saudara Amri menyimpulkan bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah untuk mencipta manusia sebagai

  „abid (penyembah Allah) dan khalifatullah fiy al-ardh.

  Demikianlah beberapa penelitian yang membahas tentang pemikiran Muhammad Natsir dan Hasan Langgulung, meskipun beberapa penelitian telah mengkaji tentang pendidikan Islam, tetapi belum ada penelitian yang membandingkan pemikiran kedua tokoh tersebut seperti penelitian yang dilakukan oleh penulis.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

  Sistematika pembahasan dalam penulisan ini memuat 5 (lima) bab, yang antara bab satu dengan bab berikutnya mempunyai keterkaitan yang saling mengisi terhadap subtansi yang ada. Adapun rincian sistematis penulisan ini sebagai berikut:

  Bab I, berisi tentang pendahuluan. Merupakan uraian umum latar belakang penelitian. Pada bab ini dibahas beberapa sub bab, yakni: latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  Bab II, berisi tentang biografi dan setting sosial. Sesuai dengan judul skripsi maka pembahasan pada bab ini berisi: latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, karir politik dan hasil karya dari Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung.

  Bab III, penulis menyajikan hasil penelitian tentang temuan penelitian dan penyajian data, yaitu gambaran umum tentang konsep pendidikan Islam yang meliputi Tujuan, Kurikulum dan Metode Pendidikan dari Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung yang dilakukan peneliti guna mengumpulkan data .

  Bab IV, Pada bab ini, penulis akan memaparkan analisis atas meliputi Tujuan, Kurikulum dan Metode Pendidikan dari Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung serta relevansi pemikiran tersebut.

  Bab V, merupakan penutup. Pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah, saran, dan kata penutup.

BAB II BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR DAN HASAN LANGGULUNG A. BIOGRAFI MOHAMMAD NATSIR 1. Latar Belakang Keluarga Mohammad Natsir M. Natsir merupakan anak dari pasangan Mohammad Idris Sutan Saripado dan Khadijah. Ayahnya bekerja sebagai seorang pegawai rendah

  yang pernah menjadi juru tulis pada kantor kontroler di Maninjau dan sipir penjara di Sulawesi selatan. Beliau lahir di Jembatan Berukir, Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatra Barat, pada hari Jumat‟ 17 Jumadil Akhir 1326 Hijriah, bertepatan dengan 17 Juli 1908 Masehi. Orang tua M. Natsir dikaruniai empat anak yang salah satunya bernama Mohammad Natsir dan ketiga saudara kandungnya bernama Yukinan, Rubiah dan Yohanusun (Luth, 1999: 22).

  Karena pekerjaan ayahnya, Ramayulis dan Nizar (2005:305) menjelaskan bahwa M. Natsir sering berpindah-pindah begitu juga dengan pendidikannya. Ia beberapa kali pindah sekolah saat menginjak sekolah di

  (HIS). Pada akhirnya M. Natsir lulus dari HIS

  Holland Islands School

  Pemerintah di Padang. Kemudian melanjutkan pendidikan MULO di Padang juga dan AMS di Bandung. Setelah lulus M. Natsir mendirikan Lembaga Pendidikan Islam, di sinilah ia bertemu dengan Putri Nur Nahar.

  Lebih lanjut Thohir Luth (1999:26) menguraikan kehidupan kehidupan keluarga M. Natsir. Beliau melangsungkan pernikahannya dengan Putri Nur Nahar yang merupakan guru Taman Kanak-kanak Pendidikan Islam. Mereka menikah pada tanggal 20 Oktober 1934. Pernikahan dilaksanakan dengan sederhana saja. Tamu-tamu makan di langgar yang terletak di depan rumah tempat pernikahan dilangsungkan.

  Pertemuan Natsir dan Putri Nur Nahar sebenarnya telah berlangsung bahkan sejak mereka bekerja di Lembaga Pendidikan Islam. Pergaulan selama dua tahun sesama pengasuh Pendidikan Islam, menambah perkenalan sebelumnya tatkala keduanya sama-sama aktif di JIB, telah mengeratkan kedua insan yang sama-sama tulus mengabdikan hidupnya bagi kemajuan umat Islam. Natsir wafat pada tanggal 6 Februari 1993, bertepatan dengan tanggal 14 Sya‟ban 1413 H, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dalam usia 85 tahun. Berita wafatnya menjadi berita utama diberbagai media cetak dan elektronik. Berbagai komentar muncul, baik dari kalangan kawan seperjuangan maupun lawan politiknya karena saat itu beliau merupakan politikus yang dikenal banyak orang. Ada yang bersifat pro terhadap kepemimpinannya dan ada pula yang bersifat kontra. Mantan Perdana Menteri Jepang yang diwakili oleh Nakadjima, menyampaikan bela sungkawa atas kepergian Natsir dengan ungkapan, “Berita wafatnya Natsir terasa lebih dahsyat dari jatuhnya bom atom di Hirosima” (Luth, 1999: 26).

2. Riwayat Pendidikan Mohammad Natsir

  Usia delapan tahun M. Natsir memasuki sekolah formal di tempat ayahnya bertugas sehari-hari yaitu sebuah sekolah yang didirikan Belanda yang bernama Hollands Islands School (HIS) yang diperuntukkan bagi anak demang atau anak pegawai pemerintahan saat itu. Beruntung M. Natsir dapat diterima di sekolah itu sekalipun ia anak pegawai rendahan. Hanya saja ia tidak sampai selesai ataupun sampai menamatkan pendidikannya di sekolah tersebut, sebab tidak lama sesudah itu ia pindah lagi bersama ayahnya ke Kota Padang dan kemudian bersekolah di HIS Adabiah Padang (Saidan, 2011:141).

  Selama lima bulan pertama di Padang, ia melewati kehidupan dengan perjuangan berat. Ia memasak nasi, mencuci pakaian sendiri, dan mencari kayu bakar di pantai. Kehidupan yang berat tersebut dilalui dengan senang hati. Keadaan ini melatih kemandirian M. Natsir dalam menjalani kehidupan.

  Kemudian ia dipindahkan ke HIS Pemerintah di Solok oleh ayahnya setelah beberapa bulan sekolah di Padang. Ia langsung duduk di kelas yang dianggap prioritas atas pertimbangan kepintarannya. Di Solok inilah ia pertama kali belajar bahasa Arab dan mempelajari hukum fikih kepada Tuanku Mudo Amin yang dilakukannya pada sore hari di Madrasah Diniyah dan mengaji Al- Qur‟an pada malam harinya (Luth, 1999: 22).

  Saidan (2011:143) menjelaskan bahwa setelah menamatkan pendidikan di HIS Pemerintah kota Padang, Mohammad Natsir melanjutkan pendidikannya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)

  • – setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama(SMP) - sampai tamat. Kemudian setelah mengantongi ijazah dengan nilai yang cukup memuaskan, ia melanjutkan pendidikan ke Algememe Midelbare School (AMS) di Bandung. Di kota bandung inilah bermula sejarah panjang ia alami karena ia bertemu dengan sorang tokoh yang cukup terkenal saat itu bernama Ahmad Hasan pendiri Persis yang oleh M. Natsir sendiri mengakui bahwa, ia banyak terpengaruh dengan pemikiran tokoh ini.

  Dalam usia 22 tahun, Mohammad Natsir telah memperoleh ijazah AMS yang sudah memungkinkannya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, apalagi dengan nilai yang cukup tinggi. Ia telah mendapatkan kesempatan untuk mendapat beasiswa, akan tetapi ditolaknya tawaran tersebut. Bekerja sebagai guru yang mengajar di salah satu MULO yang ada di Bandung menjadi pilihannya saati itu. Profesi sebagai guru ia tekuni selama bertahun- tahun, bahkan melalui kiprahnya sebagai guru itu ia dapat menyalurkan pemikirannya yang selama ini terpendam dalam dirinya, yaitu keinginan untuk mengintegrasikan ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum, karena pengajaran agama di sekolah-sekolah umum saat itu sungguh sangat sedikit bahkan kurang dapat perhatian (Saidan, 2011).

  Saidan (2011) juga mengutip pernyataan Mohammad Natsir seperti yang tertera dalam karyanya “Politik Melalui Jalur Dakwah”, tokoh yang ditengarai dan dikenal sebagai integrator Negara Kesatuan Republik

  “Saya mulai mengajar di sekolah MULO. Salah satu muridnya ialah Dahlan Djambek yang belakangan terlibat PRRI. Saya mengajar karena terdorong untuk mengajar agama. Tidak dikasih gaji apa-apa.

  Saya juga mengajar kursus pegawai kereta api. Bentuk pengajarannya sistem diskusi. Ketika saya melihat sekolah-sekolah kita sama sekali kosong dari pengajaran agama, saya berniat membentuk pendidikan modern yang sejalan dengan pendidikan agama. Kemudian saya dirikan sekolah pendidikan Islam (Pendis). Dengan gaya Muhammadiyah, tidak begitu beda. Cuma kami lebih praktis. Misalnya, waktu itu, kami mempelopori sholat jum‟at di sekolah. Juga mengajarkan kesenian untuk menghaluskan perasaan. Saya yang mengajar main bola, tapi, ya tidak gila-gilaan. Yang mengajar punya mot ivasi perjuangan.” 3.

  Karir Politik Mohammad Natsir Mohammad Natsir mulai aktif dibidang politik dengan melibatkan diri sebagai anggota Persatuan Islam Indonesia (PII) cabang Bandung. Pada tahun

  1940-1942, Natsir menjabat ketua PII, dan pada tahun 1942-1945, ia merangkap jabatan sebagai Kepala Biro Pendidikan Kota Jakarta yang merupakan Perguruan Tinggi Islam pertama yang berdiri paska kemerdekaan. Karir politik Natsir pasca kemerdekaan diawali sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), yang berlangsung dari tahun 1945-1946.

  Kemudian menjadi Menteri Penerangan Republik Indonesia pada cabinet Syahrir ke-1 dan ke-2 serta cabinet Hatta ke-1. Dari tahun 1949 sampai 1958 ia diangkat menjadi ketua Masyumi, hingga partai ini dibubarkan.

  Puncak karir Natsir dalam bidang politik terjadi ketika Natsir diangkat sebagai Perdana Menteri Republik Indonesia (1950-1951). Dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 1955 Natsir terpelih menjadi anggota Dewan

  Perwakilan Rakyat (DPR), dan dari tahun 1956-1957, ia menjadi anggota Konstituante Republik Indonesia (Nata, 2005: 77).

  Sebagai pemimpin politik Islam, M Natsir telah memberikan seluruh tenaga dan fikirannya bagi kepentingan seluruh umat Islam di Indonesia pada khususnya dan pada seluruh rakyat Indonesia pada umumnya. Dengan munculnya pemikiran untuk menyatukan masing-masing Negara bagian untuk bersatu kembali dalam Negara kesatuan RI. Yang telah dibicarakan terlebih dahulu dalam Dewan Pimpinan Partai Masyumi.

  Mosi Integral disampaikan M. Natsir dalam Sidang Dewan Perwakilan RIS pada tanggal 3 April 1950. Dari mosi integral inilah kemudian lahir proklamasi kedua yang dikumandangkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1950 di Istana Merdeka, Jakarta. Dengan demikian, M.

  Natsir ditunjuk sebagai pembentuk cabinet karena ia dengan Masyumi mempunyai konsepsi untuk menyelamatkan Republik melalui konstitusi.

  Bahkan, menurut A.H. Nasution, ide M. Natsir ini kemudian dijadikan doktrin ABRI, sebab ide itu sesuai dengan doktrin tentara, yang tidak hanya bertempur, tetapi terus menggali dukungan rakyat. Mosi integral merupakan debut politik M. Natsir yang amat cemerlang yang sampai sekarang Indonesia menjadi satu dan kokoh. Yang mana mosi ini dikenal dengan “Mosi Integral M. Natsir” (Luth, 1999: 48).

  Natsir tidak digunakan lagi dalam pemerintahan, bahkan partai Masyumi yang dipimpinnya dibubarkan karena perbedan pandangan tentang Islam sebagai dasar Negara. Pada puncak konflik antara keduanya, Natsir juga melibatkan diri dalam gerakan opososi, Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatra. Tokoh-tokoh ini menyatakan bahwa pemerintahan Soekarno telah menyeleweng dari Undang-Undang Dasar 1945, yang mengakibatkan Natsir dan kawan-kawannya ditangkap dan dimasukkan kedalam penjara. Ketika Pemerintahan Orde Baru muncul Natsir juga tidak diberikan tempat untuk ikut memimpin negeri ini. Beliau tersingkir bukan karena keraguan orang terhadap kredibilitas dan kemampuannya, akan tetapi karena masalah idiologi pula yang menyebabkan pemerintahan Orde Baru tidak menginginkannya.

  Keberaniannya mengoreksi Pemerintahan Orde Baru dan ikut menandatangani Petisi 50 pada tanggal 5 Mei 1980, Menyebabkan M.

  Natsir dicekal ke luar negeri tanpa melewati proses pengadilan. Pencekalan ini pun terus berlangsung tanpa ada proses hukum yang jelas dari Pemerintahan Orde Baru, dan ini berjalan hingga M.Natsir dipanggil ke hadirat Allah SWT (Luth, 1999: 26).