Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN TES

DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  

Program Studi Psikologi

Oleh:

THEA DAMIANIE

  

NIM : 069114095

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN TES DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA

  Oleh : Thea Damianie NIM : 069114095 Telah disetujui oleh :

  Dosen Pembimbing

  

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN TES DENGAN

MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

Thea Damianie

  

NIM : 069114095

Telah Dipertahankan di depan Panitia Penguji

Pada Tanggal : 21 Januari 2011

Dan dinyatakan memenuhi syarat

  

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap : Tanda Tangan

Ketua : V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si. ………………

  

Sekretaris : A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si. ………………

  

HALAMAN MOTTO

&

PERSEMBAHAN

  Every mistake, every wrong turn Every time I lost my way I didn’t stop didn’t give up Even if sometimes lost hope (Katharine Mcphee) Di dalam hidup ini, semua ada waktunya

Terkadang kita merasa badai datang menyerbu dan doa kita bagai tak

terjawab….. Namun… yakinlah… TUHAN takkan terlambat, juga takkan datang terlalu cepat

DIA akan datang tepat pada waktu NYA dan smua kan dijadikan Nya

indah DIA kan slalu dengar doa mu dan takkan pernah tinggalkan mu DIA kan mengulurkan tangan NYa tepat pada waktu NYA Karna itu TUHAN ajarlah aku bersabar menanti waktu MU

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 16 Februari 2011 Penulis Thea Damianie

  

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN TES

DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA

Thea Damianie

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara kecemasan tes

dengan motivasi berprestasi pada remaja akhir. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah ada hubungan negative antara kecemasan tes dengan motivasi berprestasi pada remaja

akhir. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia 17 hingga 22 tahun

yang berjumlah 107 orang. Penelitian ini menggunakan dua alat pengumpulan data yang berupa

skala psikologis. Skala pertama adalah skala kecemasan tes yang terdiri dari 34 aitem pernyataan

dan skala kedua skala motivasi berprestasi terdiri dari 31aitem pernyataan. Metode statistik yang

digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah Pearson Product Moment. Hasil analisa

statistik menunjukkan adanya korelasi ( r ) sebesar -0,367 dengan probabilitas 0,000 (p<0,01).

Dengan demikian, penelitian ini memiliki korelasi negative antara kecemasan tes dengan motivasi

berprestasi. Artinya, semakin tinggi kecemasan yang dialami maka motivasi berprestasinya akan

semakin rendah. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah kecemasan tes yang dialami maka

motivasi berprestasinya akan semakin tinggi.

  Kata kunci : kecemasan tes, motivasi berprestasi.

  

CORRELATION BETWEEN TEST ANXIETIES

WITH ACHIEVEMENT MOTIVATION

IN STUDENT

  

Thea Damianie

ABSTRACT

  The aim of this research is to examine the correlation between test anxiety and

achievement motivation in youth. The hypothesis which raises in this research is there is a

negative correlation between test anxiety and achievement motivation in youth. The subject of this

research is adolescences that have age 17 till 22 years old amounting to 107 people. This research

used two data collecting appliances which in the form of psychological scale. The first scale is test

anxiety scale that consists from 34 statement items and the second scale is achievement motivation

scale that consists from 31 statement items. Statistical methods that used to analyze was Pearson

Product Moment. Result of statistical analyze show there was correlation ( r ) -0,367 with

probability 0,000 (p<0,01). There for, these researches have a negative correlation between test

anxiety and achievement motivation. That’s mean if the youth had more test anxiety, their

achievement motivation will progressively lower. And so the contrary, if they had a low test

anxiety, the achievement motivation would be increased.

  Keywords : test anxiety, achievement motivation.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Thea Damianie

  Nomor Mahasiswa : 06 9114 095

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Hubungan Antara Kecemasan Tes

Dengan Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan saya

sebagai penulis. Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda

Maria yang selalu menyertai, membimbing, dan menuntun penulis dalam

penyelesaian skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh

gelar sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma.

  Penulis menyadari banyak kesulitan dan kendala selama penulisan

skripsi ini. Untuk itu pada kesemapatan ini penulis ingin menghaturkan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

  

1. My Saviour Jesus Christ n HIS Holy Mother. Thanks for every bless, miracle,

and always be my light….

  

2. Ibu Dra. Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang memberi ijin untuk melakukan penelitian ini.

  

3. Bapak V. Didik Suryo Hartoko,selaku dosen pemimbing skripsi. Trimaksi

untuk masukan dan diskusi selama bimbingan.

  

4. Ibu Tjipto Susana, makasie yaa bu wat diskusi nya….. trimaksie juga wat Pak

  

6. Pak Gie.... dari pak Gie saya banyak blajar ttg bersyukur dan

kesabaran....makasie untuk senyum dan sapaan slama 4 taon nie, mas Gandung, Mbak Nanik makasie sudah memperlancar dan mau membantu nyiapin berkas- berkas yang penulis perlukan.

  

7. Mas MUjai….. makasie banyak mas Mujz wat candaan, nemeni ngobrol di

lab,dan suara mu yg merdu…. Mas DOni yang slalu ndak sabar waktu penulis dan temen2 rame di ruang baca…. Maksie dah mu ngasi pinjem buku, ngajari presentasi juga…

  

8. Bapak ma Ibu kuw…. Maap yaaa lama lulusnya…… maapin yaa sering buat

marah dan kecewa. Makasie banget dah creeewweeet n g bosen2 nya ngomongin skripsi, trimaksie wat doa dan always supporting me for this 4 years and 5 month…. Aq Cuma bisa ngasi inie wat ucapan Terimakasih….. can’t smile without u bapak ibu quw….

9. Buat adekq satu2 na… makasie yaa dah ngajari aku kerja keras dan ketekunan.

  Much thing that I learn from u....

10. wat ponakan q tersayang… Antonitta Liana Paramitta….^^ Makasie slalu slama di sana…. budhe Santi, budhe Tanti, Budhe Nunik, mbak Sinta, Bening, Cincin, Nesia, Kunti.

  

12. Buat Om Xoxo.. makasie yaa oom kmren diajakin retret…. Aku blajar

banyak dari Oom, budhe, tata, ma ega ttg ketabahan, kesabaran, memaafkan dan menyayangi.

  

13. Buat “spicy”, makasie wat asem, pait, sepet nya persahabatan dan

kebersamaan slama 4 taon nie… T.T (Im gonna missing every moment det we spent 2gther…. nongkrong di perpus sampe diusir…rencana2 jalan yg smpe qt lulus g terlaksana… ^0^) xan slalu dukung aq wat ngerjain skripsweeet .. teman-teminz maksie slama nie kalian setia jadi tempat sampah ku, slalu ngingetin biar g nengok ke belakang, kalian g bosen2 na slalu ingetin aq wat doa dl sblm makan. gara2 kalian skrg q g nitip doa lagi loch…. too much memories that so beautiful dan cant explain one by one…. I love u all…. All of you always be there for me although I never be there for u…..

  Thie n Ina… dari kalian aq belajar MEMAHAMI…. Cece Dian Mey…. Dari kmu aq balajar MENGERTI. Bebek…. Dari kmu aq blajar ttg KETULUSAN,

  

14. Ionk…. Sapi kuw….. makasie slama KKN dah mu nemeni bubu…. Nemeni

jalan2… Iqga…. Makasie yaaa masukannya slama nie….. wait me @ bandung….! Xan berdua ngajari aq tentang arti kesetiaan…. ^^ Fanie… take care disana….. Tara, Rara, Arga, makasie yaaa dah ngajakin aku jalan2 terus…. Yaaa meski banyak g jadinya… tp kalian SOOOOOOO SWEEEEETTT ma aku…. Hwehehehehehhe……

  

15. ViVoi, DOnat, Jelli…. Makasie dah buat kost g sepi… Vie… makasie slalu

ngantar jemput aq… nemeni aq bubuk di kost…. Nemeni abisin malming… nampung aq di kost mu waktu itu thu vie…. yuukkkzz shooppinngg Hehehhe..

  

16. Bapak ma ibu kost Zusi Arib…. Makasie sudah memperbolehkan numpang

slama 4 taon…makasie udah jadi pengganti bapak ma ibu yang baaaaaaaaaaaaekkkkkk bgt slama saya di Jgja…. Map udah ngrepotin…..

  Mas Arba ma Dek Irba…. Makasie yaa dari kalian aq blajar sayang ma adekq… ^^ klo g da kalian kost g terasa kaya humzz…. Take care….

17. Wat teman-teman di zusi arib.. Ina.. slamat menikmati kamarq yaa Na… ^^

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………...... i HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… iii

HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN........................................... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA.......................................................... v

  

ABSTRAK……………………………………………………………….. vi

ABSTRACT……………………………………………………………… vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………….... viii

KATA PENGANTAR…………………………………………………… ix

DAFTAR ISI…………………………………………………………...... xiii

DAFTAR TABEL……………………………………………………...... xvii

DAFTAR SKEMA …………………………………………………….. xix

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………….......... xx

BAB I PENDAHULUAN......…………………………………………...

  1

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………

  10 A. Kecemasan Tes…………………………………………………

  10

  

1. Definisi kecemasan…………………………………………

  10

  2. Definisi tes/ ujian…………………………………………… 13

  

3. Kecemasan tes……………………..………………………

  14

  

4. Komponen kecemasan tes..............................………………

  17

  5. Faktor yang mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi ujian……………………………………. 18

B. Motivasi berprestasi……………………………………………..

  20

  1. Definisi motivasi…..………………………………………… 20

  2. Definisi motivasi berprestasi………………………………… 22

  3. Faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi……………. 25

  4. Ciri Individu yang memiliki motivasi berprestasi ..………… 27

  C. Hubungan antara motivasi berprestasi dengan

kecemasan dalam menghadapi ujian pada mahasiswa…………

  29 D. Hipotesis Penelitian.......................................................................

  36

  2. Motivasi Berprestasi ……………………………………….. 38

  

D. Subyek Penelitian………………………………………………... 39

E.Metode Analisis Data dan Alat Pengumpulan Data…………….

  40

  

1. Skala Kecemasan Tes…..……………………………………

  40

  a. Penyusunan aitem…………………………………………. 41

  b. Skoring…………………………………………………….. 41

2. Skala Motivasi Berprestasi………..…………………………. 43

  a. Penyusunan aitem………………………………………….. 43

  b. Skoring…………………………………………………….. 43

F. Uji Coba Alat Ukur………………………………………………. 45

  G. Seleksi Aitem............................................................. ……

  45 H. Validitas dan Reliabilitas………………………………………… 50

  1. Validitas……………………………………………………… 51

  2. Reliabilitas……………………………………………………. 51

I. Metode Analisis Data…………………………………………….. 52

1. Uji Asumsi Data Penelitian………………………………….. 52

  

C.Hasil penelitian…………………………………………………… 56

  1. Deskrpsi data penelitian…………………………………….. 56

  2. Kategorisasi skor skala……………………………………… 58

  a. Kategorisasi Kecemasan tes…………………………….... 58 b. Kategorisasi Motivasi Berprestasi……………………....

  60 D. Analisis hasil penelitian………………………………………….. 61

  1. Uji Asumsi……………………………………………………. 61

a. Uji Normalitas……………………………………………. 61 b. Uji Linearitas……………………………………………..

  62

  2. Uji Hipotesis………………………………………………….. 62 E.Pembahasan………………………………………………………

  64 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………….........

  69 A. Kesimpulan……………………………………………………… 69

B. Saran…………………………………………………………….. 70

  

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 71

LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL Tabel 1 Jumlah Mahasiswa yang Belum Lulus di Tahun Akademik 2009/2010/Genap……………………………………

  6 Tabel 2 Blue Print Skala Kecemasan tes sebelum Try-Out……………………..

  42 Table 3 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi sebelum Try-Out……………….

  44 Table 4 Distribusi Aitem Sahih Dan Gugur Pada Skala Kecemasan Tes………..

  47 Table 5 Blue Print Skala Kecemasan Tes Setelah Uji Coba……………………..

  48 Table 6 Distribusi Aitem Sahih Dan Gugur Pada Skala Motivasi Berprestasi…………………………………………

  49 Tabel 10

Hasil Analisis data deskriptif…………………………………………….. 58

Tabel 11

Kategorisasi Kecemasan Tes……………………………………………… 59

Tabel 12

Kategorisasi Motivasi Berprestasi………………………………………… 60

Tabel 13

Hasil Uji Normalitas Sebaran…………………………………………….. 61

Tabel 14

Hasil Uji Linearitas Hubungan Antar Variabel…………………………… 62

Tabel 15 Hasil Uji Hipotesis……………………………………………………….

  63

  

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Hubungan Kecemasan Tes dengan Motivasi Berprestasi pada

mahasiswa……………………………………………………… 35

  

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ................................................................................................ 76

Skala Variabel Kecemasan Tes ........................................................................ 77

Skala Variabel Motivasi Berprestasi ................................................................ 80

LAMPIRAN B ................................................................................................ 82

Uji Reliabilitas Butir Skala Kecemasan Tes .................................................... 83

Uji Reliabilitas Butir Skala Motivasi Berprestasi ............................................ 89

LAMPIRAN C ................................................................................................ 97

Skala Kecemasan Tes dan Motivasi Berprestasi

setelah uji coba ................................................................................................ 98

LAMPIRAN D ................................................................................................ 110

Uji Normalitas.................................................................................................. 111

LAMPIRAN E ................................................................................................. 112

Uji Linearitas .................................................................................................. 113

LAMPIRAN F.................................................................................................. 116

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gangguan kecemasan diperkirakan dialami oleh 1 dari 10 orang. Menurut

  data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut. Data tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Bernstein and Shaw (1997), dari penelitian tersebut diperoleh fakta bahwa antara 9 sampai 15 persen remaja di Amerika mengalami gejala kecemasan yang menganggu kegiatan atau rutinitas keseharian mereka. Kecemasan merupakan suatu gangguan yang cenderung stabil, muncul pada pertengahan remaja sampai pertengahan umur 20-an tahun dan kemudian berlangsung sepanjang hidup (Nevid, 2005). Data ini diperkuat dengan data dari Depkes RI (1998) yang menyebutkan bahwa hasil survey yang mereka lakukan di Puskesmas Kecamatan Tambora, Jakarta Barat yang tidak nyata karena hanya berupa bayangan atau perkiraan individu tersebut. Kecemasan itu sendiri diartikan Singer (1980) sebagai kecenderungan untuk mempersepsikan situasi atau kondisi sebagai suatu ancaman atau situasi yang menegangkan (stressful).

  Situasi yang menengangkan yang dialami salah satunya dapat terjadi dalam proses pendidikan. Stuart & Sundeen (1993) yang menyatakan bahwa kecemasan dapat timbul ketika individu menghadapi pengalaman-pengalaman baru seperti peristiwa masuk sekolah. Suryabrata (2002) melihat pendidikan sebagai suatu usaha seorang pendidik yang penuh tanggung jawab untuk membimbing anak-anak mereka menuju kedewasaan. Setiap usaha pendidik tersebut akan mengandung penilaian terhadap hasil usahanya. Penilaian yang dilakukan didapat dari berbagai macam cara salah satunya dengan ujian.

  Ujian menurut Suryabrata (2002) berguna untuk menentukan sampai sejauh mana kemampuan anak didik tersebut. Situasi yang terlalu menegangkan seperti halnya ketika ujian dapat membuat seseorang yang sedang menjalaninya kekhawatiran pada masalah sekolah salah satunya ketika seseorang akan menghadapi ujian atau tes.

  Kecemasan dalam menghadapi tes itu sendiri diartikan Omrod (2006) sebagai suatu perasaan cemas yang berlebih mengenai sebuah tes atau penilaian secara menyeluruh yang dapat diakibatkan karena adanya perasaan dievaluasi dan dinilai atau terkadang merasa diketahui kelemahannya.

  Penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang (2005) menunjukkan bahwa selama masa ujian 46,15% subyek mengalami kecemasan ringan, subyek yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 19,23%, dan sebanyak 34,62% subyek mengalami kecemasan berat. Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa individu akan merasa cemas selama masa ujian.

  Remaja yang mengalami kecemasan menurut Bernstein (1996) akan beresiko mengalami underachievement yang ditunjukkan dengan tidak adanya motivasi berprestasi dan merasa tidak berharga yang ditunjukkan dengan perilaku tidak mencerminkan adanya motivasi berprestasi dalam diri seseorang oleh karena itulah underachievement yang dialami seseorang dapat berpengaruh pada motivasi berprestasi.

  Motivasi berprestasi merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang untuk dapat meraih prestasi atau cita-citanya. Winkel (1991) menegaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi akademik yang setinggi mungkin demi penghargaan kepada diri sendiri. Remaja yang memiliki motivasi berprestasi akan mampu mengembangkan kemampuan dirinya karena motivasi akan mempengaruhi perilaku seseorang terutama dalam pencapaian suatu tujuan.

  Hurlock (1992) mengungkapkan remaja yang kurang berminat pada pendidikan biasanya menunjukkan tendensi menjadi orang yang berprestasi rendah, melakukan sesuatu dengan tidak maksimal atau sesuai dengan kemampuannya, dan sering membolos yang merupakan ciri dari individu yang tidak memiliki motivasi berprestasi. Pendapat Hurlock tersebut tidak berbeda yang kemampuannya rendah tapi memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, akan lebih baik prestasinya dibandingkan dengan mereka yang kemampuannya superior dengan motivasi berprestasi yang rendah. Dengan demikian, individu yang memiliki motivasi berprestasi akan melakukan segala macam upaya untuk dapat meraih prestasi mereka, termasuk dengan pemanfaatan fasilitas seperti perpustakaan. Penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2006) dan Munif (2007) juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara keaktifan mahasiswa dalam menggunakan perpustakaan dengan prestasi belajarnya. Seseorang yang tidak memiliki atau yang motivasi berprestasinya rendah juga dapat mempengaruhi lamanya masa studi.

  Indikasi rendahnya motivasi berprestasi juga ditemukan di Universitas Sanata Dharma. Hal ini ditunjukkan dari kurangnya kesadaran para mahasiswa untuk memanfaatkan fasilitas perpustakaan. Pihak perpustakaan sempat memblokir beberapa website karena sebagian besar penggunanya menggunakan waktu yang ada untuk membuka situs-situs yang diblokir tersebut dibandingkan

  Tabel 1 Jumlah Mahasiswa yang Belum Lulus di Tahun Akademik 2009/2010/Genap

  Angkatan Jumlah Lama Kuliah Mahasiswa (dalam tahun )

  2001

  8

  9

  2002

  23

  8

  2003

  35

  7

  2004

  42

  6

  2005

  57

  5

  2006

  91

  4 Catatan. Diambil dari “Sekretariat Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, 2010

  Di sisi lain, ada perbedaan asumsi yang dimiliki peneliti dengan pendapat beberapa ahli seperti yang telah dijabarkan sebelumnya. Peneliti berasumsi bahwa kecemasan yang dialami seseorang dalam menghadapi suatu tes muncul karena target nilainya, dan semakin terdorong untuk mengerjakan tugas dengan sebaik- baiknya agar apa yang ditakutkan tidak menjadi kenyataan. Albin (2003) juga memiliki pendapat yang sama. Albin berpendapat bahwa kecemasan dapat memberi pengaruh yang positif ketika individu yang mengalami kecemasan itu menjadi merasa lebih bergairah atau menjadi bersemangat.

  Namun, asumsi yang dimiliki penulis bertentangan dengan uraian yang telah dijabarkan sebelumnya serta berbeda dengan pendapat Klausmeier (1985) yang menyatakan bahwa orang yang memiliki kecemasan tes yang rendah dapat membantu usaha pencapaian prestasi namun individu yang memiliki kecemasan tinggi akan merasa khawatir akibat tidak mampu mengerjakan dengan baik. Begitupula dengan Hilgard (1975) yang berpendapat bahwa subjek dengan tingkat kecemasan rendah biasanya berprestasi lebih tinggi daripada subjek dengan tingkat kecemasan tinggi.

  Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas disimpulkan bahwa kecemasan yang dialami mahasiswa muncul karena adanya tes atau

  B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara kecemasan tes dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa?

  C. TUJUAN PENELITAN

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecemasan tes dengan motivasi berprestasi pada mahasiwa di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis :

  1. Manfaat Teoritis

  2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai peran kecemasan tes dan motivasi berprestasi dalam dunia pendidikan. Bagi para mahasiswa yang akan menghadapi ujian dapat menyadari dan mengatasi kecemasan tes mereka sedini mungkin.

BAB II LANDASAN TEORI A. KECEMASAN TES

1. Kecemasan

  Kecemasan atau “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik. Konsep kecemasan memegang peranan yang sangat mendasar dalam teori-teori tentang stres dan penyesuaian diri (Lazarus, 1961). Chaplin (2002) dalam Kamus Psikologi mengartikan kecemasan sebagai perasaan campuran antara ketakutan dan keprihatinan mengenai rasa-rasa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut.

  Ahli lain, Taylor (1995) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi

  11

  ketegangan atau kegugupan. Menurut Freud (dalam Arndt, 1974) menyatakan bahwa kecemasan dapat berperan sebagai fungsi ego yang berperan untuk memperingatkan individu mengenai kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.

  Arndt (1974) berdasarkan teori Murray menungkapkan bahwa sumber kecemasan pada dasarnya terbentuk dari adanya pertentangan antar need.

  Sumber kecemasan tersebut di bagi dalam 3 sumber, antara lain : (1) Menghindar dari terluka (harmavoidance) (2) Menghindari teracuni (infavoidance) (3) Menghindar dari disalahkan (blamavoidance)

  Sumber-sumber kecemasan tersebut apabila tidak segera teratasi akan termanifestasi dalam empat hal berikut ini :

  12

  dan lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan peningkatan detak jantung, respirasi, ketegangan otot dan tekanan darah.

  d. Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang berlebihan.

  Kecemasan dapat membuat seseorang memiliki peraaan inferiority, mudah marah, benci terhadap orang lain dan diri sendiri (Wolman & Stricker, 1994). Namun, pada kondisi tertentu kecemasan dapat memotivasi seseorang untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Kecemasan akan memperingatkan adanya bahaya yang memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Apabila ditinjau dari definisi tersebut, kecemasan memiliki fungsi adaptif (Kaplan & Grebb, 1997) karena dapat mengarahkan seseorang untuk mengambil langkah yang diperlukan agar bahaya atau akibatnya dapat diringankan. Contohnya siswa yang cemas menghadapi ujian akan berusaha mati-matian untuk belajar lebih giat. Contoh lain, orang yang cemas hendak

  13

  merasa cemas, kapan dan dimana saja ketika individu tersebut menganggap sesuatu yang berbahaya akan menimpa dirinya.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu pengalaman subjektif yang dapat mengakibatkan suatu perasaan tidak nyaman yang diakibatkan oleh obyek yang tidak nyata. Kecemasan tersebut dapat termanifestasi dalam fungsi kognitif, afektif, motorik, dan somatisasi.

2. Tes atau Ujian

  Sudjana (2005) mendefinisikan ujian sebagai hasil belajar siswa yang merupakan akibat dari proses belajar siswa selama menjalani pendidikannya.

  Shadily (2002) memandang ujian sebagai suatu pemeriksaan mengenai pengetahuan, keahlian atau kecerdasan seseorang untuk diperkenankan atau tidak mengikuti pendidikan tingkat tertentu.

  Mahmud (1998) suatu penilaian yang dilakukan sebagai tes hasil dari

  14

  b. Sumatif : dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat hasil yang telah dicapai para siswa pada waktu yang telah ditentukan.

  c. Penempatan : untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasan belajar. Dapat dikatakan ujian ini berorientasi pada kesiapan seseorang dalam menghadapi program baru dan kecocokan program dengan kemampuan seseorang.

  d. Diagnostik : dilakukan untuk menelusuri kelemahan-kelemahan khusus yang dimiliki sehingga dapat segera di atasi.

  e. Selektif : bertujuan untuk keperluan seleksi seperti pemilihan jurusan atau penerimaan karyawan ataupun siswa.

  Kesimpulan yang dapat ditarik dari definisi para ahli di atas adalah ujian atau tes merupakan suatu penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang setelah melalui suatu proses belajar mengajar.

3. Kecemasan Tes

  15

  yang berlebihan mengenai sebuah tes atau penilaian secara menyeluruh. Sena, Lowe, dan Lee (2007) mendefinisikan kecemasan tes sebagai suatu respon fisiologis, kognitif, dan tingkah laku yang mendorong perasaan negatif dalam situasi yang dinilai. Sui (dalam Sena, Lowe, dan Lee; 2007) mendefinisikan kecemasan tes sebagai suatu ketidakmampuan untuk berfikir atau mengingat dan kesulitan untuk membaca dan memahami kalimat atau petunjuk yang mudah dalam ujian.

  Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kecemasan tes merupakan suatu perasaan tegang, takut, khawatir yang dialami individu ketika menghadapi proses penilaian. Respon kecemasan yang dialami seseorang pada saat mengalami kecemasan tes dapat termanifestasikan dalam bentuk fisiologis, kognitif, maupun tingkah lakunya. Kecemasan dalam menghadapi ujian ini berdasarkan definisinya menurut Spielberger (1988) dikategorikan dalam jenis trait anxiety yang merupakan karakteristik kepribadian yang stabil dan dapat berpengaruh dalam seluruh aspek kehidupan

  16 Klausmeier (1985) mengungkapkan bahwa orang yang memiliki

  kecemasan tes yang rendah dapat membantu usaha pencapaian prestasi namun individu yang memiliki kecemasan tinggi akan merasa khawatir akibat tidak mampu mengerjakan dengan baik. Hal tersebut akan berpengaruh pada konsentrasi pengerjaan tes sehingga tidak mampu mengerjakan dengan baik.

  Pendapat tersebut dipertegas oleh Eysenck (1992) yang mengemukakan bahwa kecemasan tes dibagi dalam 2 jenis, yaitu: a. t (Tension Driving Variety) yaitu ketegangan yang tidak terlalu tinggi sehingga dapat membantu seseorang melakukan sesuatu termasuk belajar.

  b. T (Tension Interfere Variety) yaitu ketegangan yang tinggi yang berakibat pada penurunan konsentrasi belajar, dapat berpengaruh pula pada rendahnya motivasi berprestasi.

  Karakteristik mahasiswa yang memiliki kecemasan tes menurut Elliot dan Kratochwill (2000) antara lain : a. Melihat ujian sebagai situasi yang sulit.

  17 Rasa tidak berdaya yang muncul pada saat tes dapat mengakibatkan

  kecemasan tes yang muncul karena mau tidak mau, individu tetap harus menyelesaikan tes tersebut. Pada dasarnya kecemasan ini berupa isi pikiran apakah individu yang bersangkutan akan dapat menyelesaikan tes yang dihadapinya dengan baik atau tidak, apakah ia akan berhasil atau gagal, lulus atau tidak lulus dalam tes tersebut.

  Berdasarkan uraian pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan dalam menghadapi ujian adalah suatu perasaan tertekan, tegang, atau khawatir yang dirasakan oleh seseorang ketika menghadapi suatu ujian atau tes. Kecemasan tes termasuk dalam jenis trait anxiety yang dapat berpengaruh mulai dari sebelum, pada waktu, dan setelah tes berlangsung. Dengan demikian dalam penelitian ini definisi kecemasan tes yang digunakan adalah kecemasan yang dialami mahasiswa ketika menghadapi ujian atau tes.

4. Komponen Kecemasan Menghadapi Tes

  18

  komponen kekhawatiran dianggap sebagai komponen yang menentukan kinerja seseorang dalam mengerjakan tes. Sehingga komponen ini paling berpengaruh karena dapat menurunkan kinerja dalam situasi evaluatif.

  b. Komponen Emosional Komponen ini masuk dalam komponen afektif yang menggambarkan respon dari rasa tegang, takut, dan khawatir, serta reaksi fisiologis yang tidak enak pada situasi ujian (Spielberger, 2004).

  c. Komponen Gangguan Tugas Secara Menyeluruh Komponen ini merupakan respon kecemasan yang mengganggu atau menghambat penyelesaian tugas dan menjadi reaksi dari pengertian kecemasan yang tidak digolongkan dalam kategori khawatir dan emosional. Misalnya adanya hambatan dalam berfikir mengenai fakta yang tidak diketahui, memikirkan hal yang tidak berhubungan dengan tes, dan menjadi penghambat dalam menyelesaikan tes.

  19

  masa depan dan keraguan dalam pengambilan keputusan juga dapat menyebabkan munculnya kecemasan.

  Berikut adalah poin-poin yang dapat menjadi penyebab munculnya kecemasan menghadapi ujian menurut Gunarsa (1990): a. Tidak familiar dengan bentuk ujian.

  Model penilaian yang berbeda dapat berpengaruh pada kecemasan seseorang, misalnya individu tersebut terbiasa dengan bentuk ujian pilihan ganda namun di ujian yang sedang dihadapi berupa ujian lisan.

  b. Merasa tidak menguasai topik permasalahan yang menjadi objek tes.

  Ketika seseorang merasa bahwa dirinya tidak mampu atau merasa tidak menguasai suatu bidang maka kecemasannya akan semakin tinggi pula.

  c. Gangguan lingkungan seperti suhu ruangan panas, atau ruangan ramai, Suasana yang terlalu ramai, suhu yang terlalu panas atau dingin dapat mempengaruhi konsentrasi seseorang. Ketika individu merasa tidak nyaman maka dia juga akan mengalami kecemasan.

  20

  e. Standar prestasi yang terlalu tinggi dibanding kemampuan yang dimiliki mahasiswa yang mengakibatkan perasaan rendah diri atau kecenderungan menginginkan kesempurnaan, Tingginya standar tanpa menyadari kemampuan diri dan apabila kemudian individu tersebut gagal, kondisi tersebut dapat memunculkan suatu perasaan tidak nyaman terhadap diri sendiri. f.Kekurangsiapan mahasiswa dalam menghadapi tes, Ketidaksiapan dalam menghadapi tes juga dapat menimbulkan kecemasan.

  Ketidaksiapan ini dapat muncul akibat kurang persiapan fisik, psikologis, maupun perlatan yang akan digunakan dalam mengerjakan tes nanti.

  g. Pola fikir dan persepsi mahasiswa yang negatif terhadap situasi atau diri sendiri.

  Selalu berpikir pada kemungkinan terburuk juga dapat meningkatkan kecemasan. semakin seseorang terfokus pada hal negatif yang kemungkinan terjadi, semakin kuat kecemasan yang dirasakan.

  21

  didasari dengan adanya suatu kebutuhan. Oktariningtyas (2009) berpendapat bahwa motif dapat muncul pada waktu seseorang mengalami saat yang dirasakan mendesak atau muncul pada waktu seseorang memiliki kebutuhan yang sangat mendesak.

  Frezca (2010) mendefinisikan motivasi sebagai suatu dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi dapat membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan mampu mempertahankan perilaku. Sedangkan menurut Woolfolk (1995) motivasi diartikan sebagai suatu keadaan internal atau dari dalam dirinya yang menggerakkan, mengarahkan, dan mempertahankan suatu perilaku.

  Motivasi merupakan pendorong bagi perbuatan seseorang yang menyangkut persoalan mengapa dan apa tujuan seseorang melakukan suatu kegiatan. Motivasi merupakan seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong timbulnya kekuatan pada diri individu; sikap yang dipengaruhi untuk pencapaian suatu tujuan (Wulyo, 1990).

  22

2. Definisi Motivasi Berprestasi

  McClelland (Matlin, 1987) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai :

  ”the desire to strive for success in situation involving in standard of excellence” .

  yang dapat diartikan sebagai : hasrat atau keinginan untuk meraih sukses pada suatu situasi dengan meningkatkan standar dari kesempurnaan.