ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA KSPPS SYAMIL AMPEL UNTUK MENJAGA KEPUASAN NASABAH TUGAS AKHIR Diajaukan Untuk Memenuhi Tugasdan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL
DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA
KSPPS SYAMIL AMPEL UNTUK MENJAGA
KEPUASAN NASABAH
TUGAS AKHIR
Diajaukan Untuk Memenuhi Tugasdan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
Disusun Oleh
DANANG PRIYAMBODO
NIM 64010150048
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL
DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA
KSPPS SYAMIL AMPEL UNTUK MENJAGA
KEPUASAN NASABAH
TUGAS AKHIR
Diajaukan Untuk Memenuhi Tugasdan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
Disusun Oleh
DANANG PRIYAMBODO
NIM 64010150048
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ Setiap cobaan pasti ada hikmah dibaliknya “ “ Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah
jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang
yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang
pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada
langkah yang kedua” “Kurangilah kesenanganmu di dunia, agar berkurang kedukaanmu diakhirat”PERSEMBAHAN “Sebagai Ungkapan Rasa Syukurku dan Tanda Bukti Kepada Orang Tuaku”
Tugas Akhir ini pertama saya persembahkan kepada Allah SWT, Karena atas izin dan karunia-Nya maka Tugas Akhir ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya, kedua untuk Ibuku tercinta Ibu Nur Hayati, Bapakku tersayang Bapak Adnan
Supomo (Alm), dan adik saya Diyah Insana Ayu Pinanti, serta dosen-dosenku terutama Pembimbingku, Pengelola KSPPS Syamil, dan para Sahabatku yang senantiasa menjadi penyemangat serta menemani disetiap hariku semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Tugas Akhir ini bisa terselesaikan tepat waktu. Semua ini tak lepas dari dukungan, bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang terlibat dalam penulisan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW, beserta keluargannya, para sahabat, tabi‟in dan tabiat serta kepada kita semua umatnya.
Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat meraih gelar ahli Madya Ekonomi Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga dengan judul “Analisis Penerapan Sistem Bagi Hasil Dalam Pembiayaan Mudharabah Pada KSPPS Syamil Ampel Untuk Menjaga Kepuasan Nasabah
”. Penulis mengakui bahwa semua ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Karena itulah penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu. Ungkapan terimakasih terkadang tidak bisa mewakili kata-kata, hingga kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku, Ibu (Nur Hayati) dan Bapak (Alm. Adnan Supomo)
beserta saudara yang telah senantiasa mendoakan, membimbing, mengarahkan, memberi kepercayaan dan dukungan kepada penulis baik materi, moral maupun spiritual.
3. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
4. Bapak Ari Setiawan, S.Pd., M.M selaku Ketua Prodi Jurusan D-III Perbankan Syariah.
5. Bapak Qi Mangku Bahjatulloh, Lc. M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak Dr. Faqih Nabhan, M.M. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang senantiasa sabar membimbing dan mendukung penulis dalam segala bentuk keluh kesah selama penelitian.
7. Bapak Taufikur Rahman, S.E., M.Si. selaku Dosen pembimbing magang di KSPPS Syamil Ampel.
8. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga, khususnya Program Studi Perbankan Syariah D-III yang telah memberikan bekal berbagai teori, ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.
9. Seluruh staff dan karyawan di lingkungan IAIN Salatiga khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam atas segala bentuk bantuannya.
10. Segenap Karyawan KSPPS Syamil Ampel Boyolali yang telah membantu kelancaran kegiatan penelitian ini.
11. Sahabat-sahabat seperjuangan yang menimba ilmu di IAIN Salatiga, khususnya pada Jurusan D-III Perbankan Syariah kelas A dan Kelas B
12. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang dengan senang hati telah membantu dan terlibat, baik dalam kelancaran pelaksanaan kegiatan penelitian maupun dalam penyelesaian penyususnan laporan penelitian ini.
Semoga Allah SWT membalas semua amal baik mereka dengan imbalan yang lebih baik dari yang mereka berikan kepada penulis dan senantiasa diberikan kesehatan, keselamatan dan dilindungi Allah SWT dengan ciptaan-Nya. Penulis menyadari bahwa penulisan dari Tugas Akhir ini jauh dari kata sempurna tapi penulis akan berusaha untuk membuatnya menjadi mendekati sempurna. Saran dan kritik yang diberikan sangat berharga dan membantu dalam proses penelitian selanjutnya. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima kritik serta saran yang bersifat membangun. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi peneliti dan bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Salatiga, 18 Juli 2018 Penulis, Danang Priyambodo NIM. 64010 15 0035
ABSTRAK
Priyambodo, Danang. 2018. Analisis Penerapan Sistem Bagi Hasil Dalam
Pembiayaan Mudharabah Pada Kspps Syamil Ampel Untuk Menjaga Kepuasan Nasabah. Tugas Akhir, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Program Studi DIII Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. Faqih Nabhan, M.M.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab tentang bagaimana penerapan bagi hasil antara nasabah dengan KSPPS Syamil, perkembangan pembiayaan akad
mudharabah di KSPPS Syamil selama tiga tahun terakhir, strategi KSPPS Syamil
untuk mempertahankan kepuasan nasabah/anggota terhadap KSPPS Syamil.Model penelitian kuantitatif bersifat deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus pada objek yang diteliti. Sumber data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data penelitian di lakukan dengan wawancara kepada informan yaitu manajer pusat dan marketing.
Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa penerapan bagi hasil antara nasabah dengan KSPPS Syamil mempunyai kebijakan terhadap anggota baru serta lama dengan ketentuan masing-masing beserta konsekuensi jaminan dan tenggang waktu yang telah disepakati. Perkembangan pembiayaan akad
mudharabah di KSPPS Syamil selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan
dengan prosentase jumlah anggota yaitu tahun 2015 sebesar 54%, tahun 2016 sebesar 46% dan pada tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 43%. Adapun untuk strategi KSPPS Syamil mempertahankan kepuasan nasabah/anggota terhadap KSPPS Syamil dengan memberikan informasi dari mulut ke mulut, pembagian souvenir, bagi hasil yang menarik, waktu penarikan yang tepat, sikap dan penampilan yang menarik.
Kata Kunci: Penerapan Sistem Bagi Hasil, Pembiayaan Mudharabah, KSPPS
Syamil Ampel
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii PENGESAHAN ..................................................................................................... iii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .................................................................... v
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT menurunkan syari‟ah dimuka bumi tujuannya adalah
untuk kesejahteraan manusia. Kesejahteraan disini bukan siapa saja dari segi materi, tetapi juga dari segi spiritual (ruhaniah). Untuk itu, Allah SWT. Sudah memberikan pedoman hidup agar dalam menjalani kehidupan di dunia ini dapat mewujudkan kesejahteraan yang sesungguhnya, lahir dan batin. Salah satu acuan yang sudah menjadi ketetapan adalah bahwa dimana syari‟ah adalah dipraktekkan dalam sehari-hari termasuk dalam bermuamalah keuangan syari‟ah akan mendatangkan kesejahteraan. Sebagaimana disebutkan dalam kaidah fiqih, “ Dimana Syari’ah dipraktekkan, akan ada
kemaslahatan”.
Salah satu filosofi dasar ajaran islam yang diberikan Allah SWT dalam kegiatane konomi dan bisnis, yaitu larangan untuk berbuat curang dan
dzalim , “Laazhlimuna wa la tuzhlamun” (Jangan mendzalimi dan jangan
didzalimi). Misal, disebutkan dalam al- qur‟an dalam surat Al-Baqarah-188,
Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian
yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
Prinsip dasar ini mempunyai implikasi yang sangat luas dalam bidang ekonomi dan bisnis, termasuk dalam praktek perbankan. Salah satu kritik Islam terhadap praktek perbankan konvensional adalah dilanggarnya prinsip
al Kharaj bi al dhaman (hasil usaha muncul bersama biaya) dan prinsip al
ghunma bi al ghurmi (profit muncul bersama resiko). Dan inilah unsur
kedzaliman yang dilakukan perbankan konvensional dalam mengambil bunga.
Dalam perbankan konvensional, seperti pada bunga kredit dan bunga deposito atau tabungan al ghunmu(untung) muncul tanpa adanya risiko (al
ghurmi ), hasil usha (al kharaf) muncul tanpa adanya biaya (dhaman). Al
ghanmu dan al qharaj muncul hanya dengan berjalannya waktu. Padahal
dalam bisnis selalu ada kemungkinan untung dan rugi bahkan loss.
Disini bank konvensional menuntut mendapatkan untung yang fixed
and predetermined tetapi menolak untuk menanggung risikonya (al ghunmuu
bil ghurmi ). Bank konvensional mengharapkan hasil usaha, tetapi tidak
bersedia menanggung biayanya (al kharaj bi al dhaman). Padahal prinsip- prinsip tersebut merupakan prinsip dasar dalam teori keuangan, yakni prinsip bahwa return / profit selalu beriringan dengan resiko (return goes along with risk ).
Ba itul Māl wat Tamwīl (BMT) merupakan salah satu penyedia jasa
keuangan syariah, oleh sebab itu semua jenis-jenis transaksinya tidak boleh
BMT mengganti instrumen bunga (riba) dengan akad-akad yang diperbolehkan oleh Islam, salah satunya adalah bagi hasil atau
mudhārabah.Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) NO:
15/DSNMUI/IX/2000 tentang prinsip distribusi hasil usaha dalam lembaga keuangan memutuskan bahwa membolehkan menggunakan prinsip bagi hasil (revenue sharing) maupun bagi untung (profit sharing/profit andloss
sharing).1 Dilihat dari segi kemaslahatan pada zaman sekarang ini, MUI
menganjurkan agar sebaiknya pembagian usaha menggunakan prinsip revenue sharing.
Secara sederhana, Revenuesharing merupakan pembagian keuntungan yang belum dikurangi biaya operasional. Adapun profit andloss sharing merupakan pembagian keuntungan yang sudah dibagi dengan biaya operasional. Sedangkan dalam terminologi akutansi sendiri biasanya kata “bagi hasil” diidentikkan dengan penerimaan kotor atau hasil pendapatan yang belum dikurangi biaya operasional dan sebagainya.
Revenue sharing merupakan sebuah sistem yang diadopsi dari sistem
konvensional (non Islam). Di dalam literatur Islam sendiri, secara historis, akad
mudhārabah yang berlaku pada masa nabi adalah praktik bagi laba dan
rugi (profit andloss sharing. Di dalam Islam, tidak mengatur bagaimana penerapan bagi hasil menggunakan sistem revenuesharing.
BMT merupakan lembaga keuangan yang bergerak di sektor mikro, sama persis dengan yang ada di sistem perbankan yang notabenenya lebih kuat administrainya.
Penelitian ini hendak meneliti bagaimana penerapan sistem bagi hasil dalam pembiayaan mudh
ārabah di BMT Syamil. Pentingnya bagi hasil pada
akad
mudhārabah adalah kerjasama usaha dengan kesepakatan pembagian
keuntungan antara pihak yang bertransaksi. Jadi pentingnya bagi hasil pada akad
mudhārabah untuk menjalin kerjasama yang adil, saling
menguntungkan dan sesuai dengan ketentuan syariah sudah benar atau belumkah penerapan bagi hasil pada akad
mudhārabah.
Memastikan sesuatu yang diluar wewenang manusia adalah bentuk kedzaliman. Firman Allah SWT ., dalam surat Luqman 34:
Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal ” (QS. Luqman: 34).
Untuk keluar dari unsur kedzaliman tersebut, maka Keuangan Lembaga Syariah (LKS) termasuk perbankan syari‟ah telah memformulasikan sistem kerja yang dapat menghindari aspek-aspek negatif tidak bekerja atas dasar bunga melainkan atas sistem bagi hasil, antara lain yang dikenal dalam
fiqih mu’amalah sebagai ttransaksi mudharabah.
B. Rumusan Masalah 1.
Bagaimanakah penerapan bagi hasil antara nasabah dengan KSPPS Syamil? 2. Bagaimana perkembangan dalam pembiayaan mudharabah di KSPPS
Syamil selama tiga tahun terakhir? 3. Bagaimana strategi KSPPS Syamil untuk mempertahankan kepeuasan nasabah/anggota terhadap KSPPS Syamil?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan peneliti yang hendak dicapai adalah :
1. Mendiskripsikan penerapan bagi hasil antara nasabah dengan KSPPS Syamil.
2. Mendiskripsikan perkembangan dalam pembiayaan mudharabah di KSPPS Syamil selama tiga tahun terakhir.
3. Mendiskripsikan strategiKSPPS Syamil untuk mempertahankan kepuasan nasabah/anggota terhadap KSPPS Syamil.
D. Manfaat Penelitian
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perbankan syariah khususnya mengenai permasalahan diatas. Serta sebagai syarat kelulusan program diploma III IAIN Salatiga 2. Bagi IAIN Salatiga
Diharapkan dapat dipergunakan untuk memperkaya literatur penelitiantentang akad Al-Mudharabah dalam penetapan bagi hasil. Serta dapat menambah wawasan bagi mahasiswa FEBI IAIN Salatiga.
3. Bagi pembaca Sebagai tambahan informasi, pengetahuan, dan referensi untuk dapat diambil manfaatnya oleh para pembaca.
4. Bagi Objek Penelitian Dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuankebijakan. Dan sebagai bahan pertimbangan dalam pembiayaan
Al-Mudharabah dalam penetapan bagi hasil.
5. Bagi Masyarakat Sebagai tambahan informasi mengenai sistem dan teknik penerapan pembiayaan Al-Mudharabah pada BMT Syamil.
E. Metode Penelitian
Dalam metode penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode serta data yang diperlukan, diantaranya:
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif . Yaitu jenis penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikandan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap danpemikiran orang secara individu maupun secara kelompok.
Berfungsimenetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,melakukan pengumpulan data menilai kualitas data, analisis data,menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Abdul, 2011: 183).
2. Sumber Data a.
Sumber Data Primer Sumber data primer yaitu gambaran tentang aplikasi prinsip bagi hasil dalam akad mudharabah pada BMT Syamil Ampel yang diterapkan, data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Disebut juga data asli atau data baru .
b.
Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkanoleh orang yang melakukan penelitian dari sumber- sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan, buku-buku, laporan-laporan, artikel, jurnal penelitian sebelumnya dan
F. Penegasan Istilah 1. Prinsip Bagi Hasil
Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha.
Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih.
Bagi hasil dalam sistem perbankan syari‟ah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kepada masyarakat, dan di dalam aturan syari‟ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Thardhin) dimasing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.
Sisem bagi hasil yang diterapka n di dalam perbankan syari‟ah terbagi menjadi dua sistem, yaitu; (a). Profit Sharing yaitu sistem bagi hasil yang didasarkan pada hasil bersih dari pendapatan yang diterima atas kerjasama usaha, setelah dilakukan pengurngan-pengurangan atas beban biaya selama proses usaha tersebut. (b). Revenue Sharing adalah sistem bagi hasil yang didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah
Didalam perbankan syari ‟ah Indonesia sistem bagi hasil yang diberlakukan adalah sistem bagi hasil dengan berlandaskan pada sistem Revenue Sharing. Bank syariah dapat berperan sebagai pengelola maupun sebagai pemilik dana, ketika bank berperan sebagai pengelola maka biaya tersebut akan ditanggung oleh bank, begitu pula sebaliknya jika bank berperan sebagai pemilik dana akan membebankan biaya tersebut pada pihak nasabah pengelola dana.
Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syari‟ah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-
mudharabah, al- muzara’ah dan al-musaqah.Namun demikian, prinsip
yang paling banyak dipakai dalam perbankan syari‟ah adalah al-
mudharabah dan almudharabah sedangkan al- muzara’ah dan al-
musaqah dipergunakan untuk pembiayaan pertanian oleh beberapa
Bank islam.Al-musyyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau
lebih utuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan al-mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua belah pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menydiakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. (Muhammad Syafi‟i Antonio,2001:95).
2. epercayaan
Kepercayaan merupakan hal penting yang karena membantu mengatur kompleksitas, membantu mengembangkan kapasitas aksi, meningkatkan kolaborasi dan meningkatkan kemampuan pembelajaran organisasi. Kunci yang sangat penting dalam membangun kepercayaan yang tinggi dalam organisasi adalah pencapaian hasil, bertindak denga integritas, dan pendemonstrasian perhatian.
3. Analisis
Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaryanya (Poerwadarminta, 2006: 37).
4. Akad
Dalam istilah Fiqih, secara umum akad berati sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak seperti wakaf, talak dan sumpah maupun yang muncul dari dua dilakukan dalam sebuah transaksi baik dalam transaksi jual beli, transaksi sewa-menyewa atau dalam sebuah kerjasama.
5. Nasabah
Nasabah adalah orang yang bisa berhubungan dengan bank atau menjadi pelanggan bank dalm hal keuangan (Poerwadarminta, 2006:795).
6. Tingkat
Tingkat adalah berarti proses, kejadian, babakan dan tahap 7.
Simpanan
Simpanan adalah uang nasabah yang dititipkan atau diinvestasikan ke bank. Kata lain ari simpanan adalah rekening atau account. Si pemilik dana disebut penyimpan dan akan diberikan imbalan jasa atas dana yang disimpan di bank tersebut.
G. Teknik Pengambilan data a. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan mencari dan mendapatkan data-data primer dengan melalui data-data dari prasasti-prasasti, naskah- naskahkearsipan (baik dalam bentuk barang cetakan maupun rekaman), data gambar/foto/blue print dan lain sebagainya (Supardi, 2005: 136). sertamencari literatur buku dan internet yang sesuai dengan tema TugasAkhir.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan, perhatian, atau pengawasan.Artinya, mengumpulkan data atau menjaring data dengan melakukan pengamatan terhadap subyek dan atau obyek penelitian secara seksama(cermat dan teliti) dan sistematis (Supardi, 2005: 136). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data berupapengamatan langsung ditempat penelitian ketika melakukan praktek magang untuk memperoleh data secara nyata mengenai akad Al-Mudharabahdan bagi hasilnya pada BMT Syamil.
c. Wawancara
Wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (Sumarsono, 2004: 71). Atau pertemuan dengan seseorang untuk suatu pembicaraan. Pembicaraan itu dilakukan oleh dua belah pihak yang berinteraksi, yaitu yang bertanya disebut dengan interviewer (pewawancara) dan interviewee (yang diwawancarai atau dalam penelitian disebut dengan responden).
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan pihak pada objek penelitian yaitu Ketua KSPPS, Kepala Bagian Pembiayaan, dan Customer Service mengenai implementasi dalam pembiayaan Al-Mudharabah dan penerapan bagi hasil pada BMT Syamil Ampel.
H. Sistematika Penulisan
Supaya memudahkan dalam memperoleh suatu gambaran dan arahan yang sederhana secara menyeluruh mengenai Analisis Penerapan Sistem Bagi Hasil Pada Akad Mudharabah Untuk Menjaga Kepercayaan Nasabah maka secara garis besar pokok-pokok uraian dan isi dari penelitian ini penulis terlebih dahulu membuat sistematika penulisan yang dimaksudkan untuk mempermudah pembahasan sehingga hasil yang diinginkan tercapai dengan jelas. Adapun sistematika penulisan ini meliputi :
Bab I pendahuluan. Dalam bab ini, penulis mendeskripsikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, penelitian terdahulu, sistematika penulisan.
Bab II landasan teori. Bab ini membahas tentang telaah pustaka yang berisi landasan teoritis dan terhadap masalah-masalah yang dipilih. Bab III laporan obyek penelitian. Bab ini membahas tentang penyajian gambaran umum mengenai objek penulisan tugas akhir misi struktur organisasi, tugas dan wewenang produk-produk, serta perkembangan di BMT SYAMIL Ampel.
Bab V penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan saran-saran yang didasarkan pada kesimpulan yang ada.
BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka Menurut penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang
membahas mengenai penerapan sistem bagi hasil pada akad mudharabah yang telah dilakukan oleh Rahandhita (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Perlakuan akuntansi untuk pembiayaan padaperbankan syariah dengan akad mudharabah terkait dengan keuntungan, pada saat nasabah memperolehkeuntungan atas usaha yang dikelolanya, maka PTBank Syariah Mandiri Cabang Jember akan mengakui pendapatan bagi hasil pada saat terjadinya hak bagihasil sesuai nisbah (pembagian bagi hasil) yang telahdisepakati bersama pada saat awal perjanjian. Bagiankeuntungan bagi pihak bank tidak dibayarkan oleh nasabah, maka pihak bank akan mengakuinya sebagaipiutang jatuh tempo kepada
mudharib (nasabah).Sedangkan terkait dengan kerugian, PT Bank
SyariahMandiri Cabang Jember akan mengakui kerugian padaperiode terjadinya kerugian dan akan mengurangipembiayaan mudharabah.
Perlakuan akuntansi untukpembiayaan pada perbankan syariah dengan akadmusyarakah terkait dengan bagi hasil yaitu pengakuankeuntungan pembiayaan musyarakah sesuai dengannisbah yang telah disepakati bersama, namunpengakuan kerugian pembiayaan
musyarakah tentang pelunasan atas pembiayaandan piutang yang timbul dari akad
musyarakah , makaPT Bank Syariah Mandiri Cabang Jember
membuatpenyisihan kerugian dan piutang musyarakah yangakan timbul dari transaksi musyarakah dibentuksebesar estimasi kerugian pembiayaan
musyarakah dan piutang yang tak tertagih.Perlakuan akuntansi pendapatan
pada PT BankSyariah Mandiri baik mudharabah dan musyarakahtelah dapat memenuhi ketentuan PSAK No. 105 dan106 tentang bagi hasil.
Menurut Susana dan Prasetyanti (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Penyaluran pembiayaan mudharabah disalurkanke segala sektor perekonomian yang dapatmemberikan keuntungan dan melarang penyaluranuntuk usaha yang mengandung unsur tidak halal.Pembiayaan mudharabah disalurkan untuk jenisusaha pertanian, perdagangan, konstruksi, danjasa-jasa usaha lainnya. PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Malang dalam melakukan analisispembiayaan pada dasarnya sudah tepat dan sesuaidengan pedoman analisis pembiayaan yangberdasarkan prinsip syariah, yaitu melakukan analisisyang mendalam atas ikhtikad dan kemampuanserta kesanggupan nasabah untuk mengembalikanpembiayaan sesuai dengan yang telah diperjanjikansebelumnya.Pengambilan keputusan pembiayaan ini didasarkanpada analisis 6C (character, capacity, capital,collateral,
condition of economy, constrains ) dandalam mewujudkannya dituangkan aspek jaminan.Bank Muamalat berimplementasi kepadakoperasi karyawan, KPRI, dan BMT. Bank Muamalat Muamalattidak langsung melakukan pembiayaan kepadawirausaha untuk meminimalis risiko, nasabah yangmengajukan pembiayaan tidak hanya dianalisiskoperasi tetapi Bank Muamalat juga ikut turuntangan dalam menganalisis. Dalam suatu pembiayaanada yang disebut margin. Margin adalah merupakanpersentase keuntungan yang diharapkan dalamsatu tahun. Dalam suatu pembiayaan margintersebut dikalikan dengan pendapatan rata-ratabulanan mitra kerja dalam satu tahun, kemudianbesarnya taksiran pendapatan atas pembiayaan dibagidengan total pembiayaan untuk mengetahuinisbah bagi hasil bank. Untuk nisbah bagi hasil nasabah dapat diketahui dengan cara 100% - nisbah bagi hasil bank.
Menurut Sriyati dan Yusitha (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.
Pengakuan akuntansi atas Bagi Hasil untuk Deposito Mudharabah pada PT BPRS Bangun Drajat Warga telah sesuai dengan PSAK No. 105. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kecenderungan pengakuan akuntansi atas Bagi Hasil untuk Deposito Mudharabah yang berada dalam kategori tinggi yaitu 80%.
2. Pengukuran akuntansi atas Bagi Hasil untuk Deposito Mudharabah
pengukuran akuntansi atas Bagi Hasil untuk Deposito Mudharabah yang berada dalam kategori tinggi yaitu 73%.
3. Penyajian akuntansi atas Bagi Hasil untuk Deposito Mudharabah pada PT BPRS Bangun Drajat Warga telah sesuai dengan PSAK No. 105. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kecenderungan penyajian akuntansi atas Bagi Hasil untuk Deposito Mudharabah yang berada dalam kategori tinggi yaitu 93%.
4. Pengungkapan akuntansi atas Bagi Hasil untuk Deposito
Mudharabah pada PT BPRS Bangun Drajat Warga telah sesuai
dengan PSAK No. 105. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kecenderungan pengungkapan akuntansi atas Bagi Hasil untuk Deposito Mudharabah yang berada dalam kategori tinggi yaitu 60%.
Menurut Aswad (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa PerbankanSyariah sebagai financial intermediary institutions dalamoperasionalnya menghindari transaksi riba dan menggiatkan bagihasil baik kontrak mudharabah maupun musyarakah. Bank syariahsebagai financial intermediary institutions tidak hanya berusahamemaksimalkan expected utility pemegang sahamnya, tapi jugamemerhatikan (pengguna dana)
expected utility
entrepreneurdeposannya.Selain itu, penerapan skema bagi hasil sebagai dapatdiketahui dengan pasti melainkan melihat laba rugi yang akanterjadi nanti. Dalam menentukan rasio nisbah dikenal dengan 1)Revenue sharing
System ; 2) Groos Profit System; dan 3) ProfitSharing System. Namun
dengan kondisi obyektif perekonomiankita sekarang Revenue Sharing
System yang dipakai dalam banksyariah. Revenue Sharing digunakan
karena modelnya sederhanadan mudah baik pemilik dana maupun pengelola dana.Kendala yang diasumsikan dalam penerapan bagi hasil denganpraktik assymetric information, berupa adverse selection maupunmoral hazard dapat diantisipasi dengan incentive
compatibleconstraint. Sebagaimana yang dikembangkan dalam
mengatasikendala-kendala tersebut. dengan mencakup, 1) higher stake of
net work; 2) high operating risk firms have heigher leverage; 3)lower
fraction of unobservable cash-flow; dan 4) lower fraction ofnon
controllable costs.Menurut Nuraini (2014) dalam menyatakan bahwa Setelah dilakukan perhitungan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Perhitungan yang dilakukan oleh BMT belum sesuai dengan PSAK No.105.
2. Pembagian nisbah antara BMT dengan PSAK No.105 berbeda.
Pembagiannisbah dari BMT sebesar 30% : 70%, yaitu 30% diberikan kepada shahibulmaal (nasabah) dan 70% diberikan
shahibul maal (nasabah) dan 40% diberikan kepada mudharib (bank).
3. Penentuan bagi hasil antara perhitungan BMT dengan perhitunganmenggunakan PSAK No.105 terdapat perbedaan pada bagi hasil yang harusditerima oleh nasabah. Ini disebabkan karena perbedaan pembagian nisbahyang diberikan oleh BMT dengan PSAK No.105 B.
Kerangka Teori 1. Baitul Maal Wat Tamwill Baitul Maal Wat Tamwiil atau biasa dikenal dengan sebutan
BMT, dari segi bahasa atau bila diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia yang benar berarti rumah uang dan (rumah) pembiayaan, sehingga bila diartikan secara terpisah, Baitul Maal adalah rumah uang. Namun bukanlah yang dimaksud dengannya dalam tulisan ini adalah demikian. Baitul Maal adalah lembaga keuangan berorientasi sosial keagamaan yang kegiatan utamanya menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infaq dan sshadaqah (ZIS) berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan Alquran dan Sunnah Rasul-Nya. Karena berorientasi sosial keagamaan, ia tidak dapat dimanipulasi untuk kepentingan bisnis atau mencari laba (profit).
Pertama, membantu baituttamwil dalam menyediakan kas
untuk alokasi pembiayaan non-komersial ardh al-Hasan. Kedua, menyediakan cadangan penyisihan penghapusan pembiayaan macet akibat kebangkrutan usaha nasabah baituttamwil yang berstatus al-
gharim . Ketiga, dengan kiprahnya yang nyata dalam usaha-usaha
peningkatan bidang kesejahteraan sosial seperti pembiayaan bea siswa, santunan kesehatan, sumbangan pembangunan sarana umum dan peribadatan, serta lainnya, ia dapat membantu baituttamwil dalam mensukseskan kegiatan promosi produk-produk penghimpunan dana (funding) dan penyaluran kepada masyarakat (lending).
Dr. Yusuf Qardhawi, ilmuan muslim kontemporer asal Mesir yang karyanya banyak dirujuk mahasiswa dan para ilmuwan muslim lainnya di seluruh dunia, ketika memaparkan pandangannya mengenai
Baitul Maal menjelaskan bahwa dalam negara Islam, Baitul Maal
terbagi empat :
Pertama, Baitul Maal khusus untuk zakat. Di sini disimpan
semua penghasilan zakat. Baitul maal ini mempunyai sistem kerja sendiri. Ia bertugas mengumpulkan dan membagikan zakat kepada beberapa sektor yang sudah dibatasi sesuai dengan tingkat kebutuhan.
Kedua, Baitul maal khusus untuk menghimpun hasil jizyah
(upeti) dalam kharaj (pajak hasil bumi) yang diamil dari kalangan non-
kharaj , dipungut dari mereka sebagai padanan Zakat dan brbagi
shadaqah yang dipungut dari umat islam, seperti derma, zakat fitrah,
dan denda akibat ketidaksempurnaan melakukan ibadah. Atas pajak yang mereka keluarkan, kaum muslimin wajib menjaga dan mengayomi meraka tanpa membebaninya dengan wajib militer. Kharaj adalah pajak hasil bumi tahunan seperti yang diterapkan Umar terhadap tanah pertanian di Irak dan lainnya.
Ketiga,Baitul Maal khusus untuk hasil rampasan perang (al-
Ghanimah ) dan barang temuan (al-luqathah). Kebijaksanaan ini
diterapkan bagi mereka yang berpendapat bahwa kedua hal ini tidak dikenai zakat dan tidak pula wajib dibagikan kepada mereka yang berhak.
Keempat, Baitul Maalkhusus untuk barang-barang tidak
bertuan, yaitu harta benda yang tidak jelas pemiliknya. Termasuk juga ke dalam kategori iini harta yng tidak ada ahli warisnya.
Dari uraian yang dikemukakan Dr. Yusuf Qardhawi di atas dapat ditarik kesimpulam bahwa Baitul Maal adalah lembaga ekonomi berorientasi sosial keagamaan yang kegiata utamanya menampung harta masyarakat dari berbagi sumber termasuk (terutama) Zakat, dan menyalurkan untuk tujuan mewujudkan kemaslahatan umat dan bangsa dalam arti selua-luasnya. Adapun Baitul Maal BMT adalah jenis lain sempit, yakni sebatas menhimpun dana Zakat, infaq dan shadaqah yang dimungkinkan dalam kerangka manajemen BMT.
Yang dimaksud Baituttamwiil adalah lembaga keuangan yamg kegiatan utamanya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan (simpanan) maupun deposito dan menyalutkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah melalui mekanisme yang lazimdalam dunia perbankan. Dengan demikian perlu ditegaskan bahwa untuk bisa disebut BMT, sebuah lembaga keuangan de facto harus memiliki 2 unit usaha sekaligus dalam bidang pengelolaan ZIA dan perbankan syari‟ah. Bila salah satunya tidak ada, maka bukanlah yang demikian disebt sebagai BMT tetapi Baitul Maal saja atau Baittamwiil saja. Keduanya merupakan suatu sistem dalam wadah BMT yang bekerja sinergi dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pengingkaran terhadap prinsip ini dapat berakibat fatal dan berimplikasi serius secara negatif terhadap keutuhan jati diri BMT sebagai lembaga mikro keuangan syariah.
Siapapun tidak berhak mengklaim lembaganya sebagai BMT bila de
facto Baitul Maal nya tidak ada, dan atau Baituttamwiilnya tidak
tunduk mengikuti prinsip syaiah. (Makhalul Ilmi Hal:65)
2. Sejarah Perkembangan BMT
Berikut adalah perkembangan BMT di Indonesia : a.
Pada mulanya adalah Baitul Maal Nama Baitul Maal berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata
bait
artinya “rumah”, dan al-maal yang “harta”, Baitul Maal berarti rumah untuk mengumpulkan atau meyimpan harta. Baitul
Maal adalah suatu lembaga atau pihak (al jihat) yang mempunyai
tugas khusus mengenai segala harta umat, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran negara. Dengan demikian, munculnya nama
Baitul Maal pada masa itu adalah terkait dengan urusan negara
berkenaan dengan pengelolaan harta baik berupa uang maupun barang sebagaimana Rasulullah SAW.
Pengertian Baitul Maal yang sekarang, khususnya di Indonesia menjadi menyempit. BMT lebih diartikan sebagai lembaga sosial untuk menyalurkan zakat, infaq, dan shadaqah atau sebagai lembaga amil saja, dengan pelaksanaannya tidak hanya pemerinth saja, tapi swasta juga dapat melakukannya. Pelaksanaan
Baitul Maal oleh pemerintah kita kenal dengan nama BAZIS (Cokrohadisumarto,dkk.2016:3).
b.
Baitul Maal dikembangkan dengan kelengkapannya sebagai Baitul Tamwil, tahapannya sebagai berikut: mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syariah bagi usaha kecil. Dipilihnya badan hukum koperasi tampaknya sebagai pilihan yang dianggap paling tepat untuk memenuhi aspek legalitasnya, sementara secara generik umat lebih menyebutnya sebagai Baitut Tamwil (BT) Teknosa. Pada tahun 1988 menyusul munculnya Koperasi Ridho Gusti, dan tahun 1992 muncul lembaga yang menggabungkan nama Baitul Maal dan Tamwil, dengan BMT Insani Kamil. Mulai pada masa inilah secara sadar kuat lebih mengenal BMT sebagai lembaga keuangan mikro syari‟ah yang memberikan layanan keuangan umat baik untuk sosial (sebagai amil), fungsi Baitul Maal dan layanan komersial atau niaga, dengan fungsi Baitul Tamwil (cokrohadikusmarto, dkk,2016:4-5).
3. Dasar Hukum BMT
BMT pada masa ini yang kita kenal beroperasi di Indonesia berdasarkan kegiatan operasionalnya sebagai sebuah lembaga keuangan dengan prinsip sistem perbankan syari‟ah, yang kemudian diadobsi dan diilegalkan oleh pemerintah melalui Departemen Koperasi dan UKMK sebagai departemen terkait dengan Keputusan Menteri Koperasi UKMK No.91/Kep/M.UKMK/IX/2004. Masa tumbuh dan berkembangnya BMT ini, semakin meneguhkan dan memberikan keyakinan umat bahwa BMT adalah lembaga umat yang lembaga keuangan syari‟ah yang dituntut untuk profesional (cokrohadikusumo, dkk, 2016: 5-6).
Namun, sejak adanya Undang-Undang No 1 Tahun 201 tentang lembaga keuangan Mikro (LKM), status kelembagaan bdan hukum BMT. BMT menjadi suatu permasalahan tersendiri yang membebani BMT. BMT yang udah ada saat ini kebanyakan adalah berbadan hukum koperasi dengan segala usaha kecil menengah dan cakupan luas usaha meliputi beberapa kota/kabupaten, bahkan lintas propinsi. Namun, dengan pengaturan BMT sebagai LKM sebagaimana dalam UU No. 1 Tahun 2013, keluasan ckupan usaha BMT menjadi dibatasi.
Bila ingin melebarkan usahanya ke kota/kabupaten lain, maka BMT harus bertransformasi menjadi bank. (Masyitoh,2014:19).
4. Konsep Dasar BMT
Dai hasil telaah dokumen konsep dasar BMT sekaligus beberapa teori yang mendukung ditemukan beberapa kategori yang dapat dimunculkan sebagai bahan perbandingan dari ketiga konsep dasar BMT yang dikaji dan juga sebagai bahasan pengkajian operasional kerja di lapangan. Menurut Yunus (2009 : 61-62) kategori- kategori tersebut adalah : a.
Ruang Gerak dan Model Organisasi Ruang gerak BMT menyangkut persoalan dibidang kerja yang adalah meliputi karakteristik dan struktur organisasi tidak terlepas dari visi, misi dan tujuan yang akan dicapai oleh organisasi yang berssangkutan.
5. Prinsip dan Produk Inti BMT
Baitul Maal yang sudah mengalami penyempitan arti ditengah
masyarakat ini hanya memiliki prinsip sebagai penghimpun dan penyalur dana zakat, infaq, dan shadaqah, dalam arti bahwa Baitul
Maal