PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MENGAPLIKASIKAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI SISWA
i
PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATA PELAJARAN MENGAPLIKASIKAN KETERAMPILAN
DASAR KOMUNIKASI SISWA KELAS X AP 1
SMK PGRI 1 MEJOBO KUDUS
TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Arif Bagus Wibowo NIM 7101408153
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
(2)
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Suhermini, M. Si Ismiyati, S.Pd. M.Pd
NIP. 194807121976032001 NIP. 198009022005012002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi
Dra. Nanik Suryani, M.Pd NIP. 195604211985032001
(3)
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Tanggal :
Penguji Skripsi
Drs. Ade Rustiana, M.Si NIP. 196801021992031002
Anggota I Anggota II
Dra. Suhermini, M. Si Ismiyati, S.Pd. M.Pd
NIP. 194807121976032001 NIP. 198009022005012002
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Dr. S. Martono, M.Si. NIP.196603081989011001
(4)
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Februari 2013
Arif Bagus Wibowo NIM. 7101408153
(5)
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Hidup itu adalah sebuah pembelajaran
Pembelajaran yang baik adalah belajar dari pengalaman (Arif Bagus Wibowo)
Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Kedua orang tuaku beserta keluarga
besarku yang selalu mendoakan dan memberi semangat kepadaku. 2. Almamater UNNES.
(6)
vi PRAKATA
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam atas segala nikmat yang telah diberikan kepada makhuk-Nya karena dengan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi Siswa Kelas X AP 1 SMK PGRI 1 Mejobo Kudus Tahun ajaran 2012/2013”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad S.A.W yang telah mengantarkan umatnya kepada zaman yang terang benderang.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang mendukung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor UNNES yang telah memberikan kesempatan belajar di UNNES.
2. Dr. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi yang memberi kesempatan menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi UNNES.
3. Dra. Hj. Nanik Suryani, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi yang mendukung kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dra. Suhermini, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan bimbingan.
(7)
vii
5. Ismiyati, S.Pd. M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan bimbingan.
6. Tata Usaha Fakultas Ekonomi yang telah melayani administrasi.
7. Drs. Joko Waluyo, selaku Kepala SMK PGRI 1 Mejobo Kudus yang telah memberi ijin untuk mengadakan penelitian di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus. 8. Dra. Wiwiek Dwiyanti, selaku guru pengampu mata pelajaran mengaplikasikan
keterampilan dasar komunikasi yang telah membantu selama penelitian.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung dan berperan dalam membantu penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, peneliti selanjutnya serta dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya dunia pendidikan.
Semarang, Februari 2013
(8)
viii SARI
Wibowo, Arif Bagus. 2013. “Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi Siswa Kelas X AP 1 SMK PGRI 1 Mejobo Kudus Tahun ajaran 2012/2013”. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. Suhermini, M. Si. Pembimbing II: Ismiyati, S.Pd. M.Pd.
Kata kunci: Contextual Teaching Learning, Hasil Belajar
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada mata pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi masih cenderung menggunakan metode ceramah tanpa variasi. Hal tersebut mengakibatkan suasana pembelajaran dikelas jauh dari menyenangkan dan menggairahkan. Selain itu siswa juga dinilai kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, terlihat dari masih sedikitnya siswa yang berani mengemukakan pendapat. Keaktifan siswa yang sangat kurang tersebut mengakibatkan hasil evaluasi siswa juga kurang maksimal. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi pada siswa kelas X AP 1 SMK PGRI 1 Mejobo Kudus?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi pada siswa kelas X AP di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X AP 1 SMK PGRI 1 Mejobo Kudus sejumlah 42 siswa. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan tes. Teknik analisis datanya menggunakan deskriptif presentase.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh skor pengamatan kinerja guru pada siklus I sebesar 66% dan pada siklus II 80% dan untuk aktivitas siswa mengalami kenaikan dari siklus I yang dalam kategori cukup dan pada siklus II meningkat pada kategori baik. Peningkatan aktivitas belajar siswa ini tidak lepas dari refleksi hasil aktivitas belajar siswa pada siklus I. Hasil dari refleksi pada siklus I juga mempengaruhi peningkatan hasil tes pada siklus II. Terbukti dari ketuntasan siswa pada siklus I yaitu 66,67% dan pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 85,71%.
Simpulan dalam penelitian ini berdasarkan hasil pengamatan kinerja guru dan aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada kompetensi dasar Mengidentifikasi Proses Komunikasi mengalami peningkatan secara konsisten yang diikuti peningkatan hasil belajar. Saran dalam penelitian ini yaitu guru diharapkan tidak hanya menjalankan proses belajar mengajar dengan teori saja, melainkan teori-teori tersebut diterapkan langsung
(9)
ix ABSTRACT
Wibowo, Arif Bagus. 2013. The Implementation of Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach to Improve Students‟ Learning Outcomes in The Application of Communication Basic Skills Subject of Class AP X in SMK PGRI 1 Mejobo Kudus in the Academic Year of 2012/2013. Final Project, Economics Education Department, Faculty of Economics, Semarang State University. First Advisor: Dra. Suhermini, M. Si., Second advisor: Ismiyati, S.Pd. M.Pd.
Key words: Contextual Teaching and Learning, Learning Outcomes
The learning process in The Application of Communication Basic Skills Subject usually uses traditional method without any variation. Therefore, the learning condition in the classroom is not fun and exciting. Moreover, the students are less active in participating the learning process; because only a few students who express the opinions. The lack of students‟ activity makes students‟ evaluation not maximum. The statement of the problem in this study is: "Does the implementation of Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach improve the learning outcomes in The Application of Communication Basic Skills Subject in class AP X in SMK PGRI 1 Mejobo Kudus?"
The subjects of this study were 42 AP X students in SMK PGRI 1 Mejobo Kudus. The study consisted of two cycles; each cycle held two meetings. The data were collected by using observation and tests. The data analysis uses percentage descriptive.
The result of observation showed that the teacher‟s performance in the first cycle was 66% and 80% in the second cycle, the students‟ activities was from 61% in first cycle increased up to 73% in the second cycle. The improvement of students‟ learning activities could not be separated from the reflection of students‟ learning activities in the first cycle. Students‟ mastery was also increasing. It was 66.67% in the first cycle and increased up to 85.71% in the second cycle.
The conclusion of this research is CTL Approaches can improve consistently students‟ learning outcome in The Application of Communication Basic Skills Subject. It is suggested that teachers can improve their discipline, and use more various learning methods such as; CTL Approach. The students are also expected to be more active in the learning process to achieve the learning objectives.
(10)
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... ... iii
PERNYATAAN ... ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ... v
PRAKATA ... ... vi
SARI ... ... viii
ABSTRACT ... ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... ... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ... ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... ... 1
1.2 Rumusan Masalah... ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... ... 5
(11)
xi
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
2.1 Pengertian Belajar ... 6
2.2 Prinsip-prinsip Belajar ... 7
2.3 Pengertian Hasil Belajar ... 8
2.4 Manfaat Hasil Belajar ... 8
2.5 Pendekatan dalam Pembelajaran ... 10
2.6 Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 13
2.6.1Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 13
2.6.2Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) di kelas ... 15
2.6.3Peran Guru dan Siswa dalam CTL ... 16
2.6.4Langkah-langkah Penggunaan CTL ... 17
2.6.5Strategi Pembelajaran CTL ... 17
2.7 Kerangka Berpikir ... 18
2.8 Penelitian Terdahulu ... 21
2.9 Hipotesis Penelitian ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian ... 23
3.2 Variabel Penelitian ... 24
3.3 Prosedur Penelitian ... 25
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29
3.4.1 Sumber Data ... 29
(12)
xii
3.4.3 Cara Pengambilan Data ... 30
3.4.4 Metode Pengumpulan Data ... 30
3.5 Analisis Uji Coba Instrumen ... 31
3.6 Metode Analisis Data ... 39
3.7 Indikator Keberhasilan ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1. Hasil Penelitian ... 43
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 43
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ... 44
4.1.2.1Perencanaan... 44
4.1.2.2Pelaksanaan Tindakan ... 45
4.1.2.2.1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I, Pertemuan 1 . 45 4.1.2.2.2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I, Pertemuan 2 . 47 4.1.2.3Pengamatan ... 48
4.1.2.4Refleksi ... 69
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II ... 70
4.1.3.1Perencanaan... 70
4.1.3.2Pelaksanaan Tindakan ... 71
4.1.3.3Pengamatan ... 72
4.1.3.4Refleksi ... 94
4.2. Pembahasan ... 96
(13)
xiii
5.1 Simpulan ... 101
5.2 Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 104
(14)
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Data Observasi Hasil Belajar Siswa ... 3
2.1. Penelitian Terdahulu ... 21
3.1. Data Persentase Hasil Belajar Siswa ... 23
3.2. Data Validitas Soal ... 33
3.3. Data Tingkat Kesukaran Soal ... 36
3.4. Data Daya Beda Soal ... 38
3.5. Kriteria Deskriptif Presentase ... 41
4.1. Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 48
4.2. Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 1 observer 1 ... 49
4.3. Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 2 observer 1 ... 50
4.4. Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 3 observer 1 ... 51
4.5. Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 4 observer 1 ... 52
4.6. Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 5 observer 1 ... 52
4.7. Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 6 observer 1 ... 53
4.8. Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 7 observer 1 ... 54
4.9. Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 8 observer 1 ... 55
4.10 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 9 observer 1 ... 55
4.11 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 10 observer 1 ... 56
4.12 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 1 observer 2 ... 57
(15)
xv
4.14 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 3 observer 2 ... 59
4.15 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 4 observer 2 ... 60
4.16 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 5 observer 2 ... 60
4.17 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 6 observer 2 ... 61
4.18 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 7 observer 2 ... 62
4.19 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 8 observer 2 ... 63
4.20 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 9 observer 2 ... 63
4.21 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 10 observer 2 ... 64
4.22 Data Hasil Belajar Sebelum dan Sesudah Siklus I ... 65
4.23 Data hasil observasi kinerja guru siklus I observer 1 ... 66
4.24 Data hasil observasi kinerja guru siklus I observer 2 ... 68
4.25 Data Hasil aktivitas siswa siklus II ... 73
4.26 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 1 observer 1 ... 74
4.27 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 2 observer 1 ... 75
4.28 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 3 observer 1 ... 76
4.29 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 4 observer 1 ... 76
4.30 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 5 observer 1 ... 77
4.31 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 6 observer 1 ... 78
4.32 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 7 observer 1 ... 79
4.33 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 8 observer 1 ... 79
4.34 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 9 observer 1 ... 80
(16)
xvi
4.36 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 1 observer 2 ... 82
4.37 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 2 observer 2 ... 83
4.38 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 3 observer 2 ... 83
4.39 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 4 observer 2 ... 84
4.40 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 5 observer 2 ... 85
4.41 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 6 observer 2 ... 86
4.42 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 7 observer 2 ... 86
4.43 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 8 observer 2 ... 87
4.44 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 9 observer 2 ... 88
4.45 Data hasil observasi aktivitas siswa indikator 10 observer 2 ... 89
4.46 Data Hasil Belajar Sebelum dan Sesudah Siklus II ... 90
4.47 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Observer 1 ... 91
(17)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Model Kerangka Berpikir... 20
(18)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Nama Siswa Kelas Kelas X AP 1 ... 107
2 Soal Uji Coba Instrument ... 108
3 Analis Uji Coba Instrumen ... 120
4 Perhitungan Validitas Soal ... 132
5 Perhitungan Daya Beda Soal ... 134
6 Perhitungan Reliabilitas ... 135
7 Perhitungan Tingkat Kesukaran ... 136
8 Daftar Kelompok ... 137
9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 139
10 Soal Evaluasi Siklus I ... 147
11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 152
12 Soal Evaluasi Siklus II ... 160
13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 165
14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa siklus II ... 170
15 Lembar Observasi Kinerja Guru ... 175
15 Daftar Nilai Siswa Sebelum Tindakan ... 176
16 Daftar Nilai Siklus I dan Siklus II ... 177
17 Surat Keterangan Dosen Ahli (Profesional Judgement) ... 179
(19)
xix
19 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 181 20 Validasi Abstrak Dosen Ahli ... 182 21 Dokumentasi Foto Selama Proses Pembelajaran ... 183
(20)
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan kegiatan pembelajaran adalah untuk mencapai hasil belajar yang telah ditetapkan. Hasil belajar dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, melalui hasil belajar dapat diketahui sejauh mana keberhasilan dari proses pembelajaran, sehingga dapat menjadi acuan atau tolok ukur untuk proses pembelajaran selanjutnya.
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pencapaian hasil belajar yang maksimal perlu diupayakan dengan berbagai cara, diantaranya dengan penerapan model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan salah satu unsur dalam proses pembelajaran. Suprijono (2009: 46 dan 78), menjelaskan bahwa ”melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide”.”Pondasi utama pembelajaran yang baik adalah konstruktivisme. Bertitik tolak pada proposisi konstruktivisme dikembangkan berbagai model pembelajaran yaitu model pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif dan pembelajaran berbasis masalah. Aplikasi model pembelajaran berhubungan erat dengan
(21)
2
pendekatan pembelajaran. Pendekatan yang cocok untuk pembelajaran berbasis konstruktivisme adalah kontekstual”.
Bandono (2008) mengungkapkan:
“Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya”.
Penerapan pendekatan ini dalam pembelajaran diharapkan mampu mengatasi masalah yang sering ditemui dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tradisional (konvensional), sehingga akan tercipta suatu pembelajaran yang efektif yang mampu meningkatkan minat serta pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Kenyataan yang ada tidak sesuai harapan, guru tetap bertahan pada tradisi lama. Guru memberi tugas kepada siswa setelah masuk kelas untuk mencatat materi yang akan disampaikan oleh guru, setelah itu guru memberikan sedikit ceramah tentang materi pelajaran.
Berdasarkan observasi awal di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus diketahui guru mata pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi telah mengelola proses pembelajaran di kelas secara maksimal dengan mengkolaborasikan metode ceramah dengan sedikit metode tanya jawab. Guru berusaha menjaga interaksi dengan siswa dengan harapan siswa mengikuti
(22)
pembelajaran dengan baik. Guru menggunakan media yang ada untuk menyampaikan materi pelajaran, salah satunya dengan papan tulis.
Siswa juga terlihat berusaha mengikuti proses pembelajaran dengan baik yaitu dengan cara memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru namun, ada beberapa siswa yang memang kurang memperhatikan penjelasan dari guru hal ini mungkin dikarenakan siswa jenuh dengan proses pembelajaran atau dimungkinkan memang siswa kurang memahami tentang apa yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut juga tidak terlepas dari input siswa di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus. Sistem penerimaan siswa baru di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus belum begitu ketat. Hal ini ditunjukkan dengan syarat penerimaan siswa yang hanya menggunakan surat keterangan lulus dari sekolah asal dan proses penyeleksian siswa baru yang hanya melalui tes tertulis saja, sehingga dalam proses pembagian jurusan belum diseleksi dengan maksimal.
Hasil belajar untuk mata pelajaran belum sesuai dengan yang diharapkan. Masih banyak siswa yang belum memenuhi KKM yang diterapkan di sekolah. Berikut hasil nilai ulangan harian mata pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi pada siswa kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus.
(23)
4
Tabel 1.1 Data Observasi Hasil Belajar Siswa Kelas Jumlah
Kriteria
Tuntas Tidak tuntas
Jumlah % Jumlah %
X AP 1 42 25 59,52% 17 40,48%
X AP 2 43 27 62,79% 16 37,21%
Sumber: Daftar nilai ulangan harian kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK PGRI 1 Mejobo Kudus tahun ajaran 2012/2013. Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran SMK PGRI 1 Mejobo Kudus mempunyai dua kelas yaitu X AP 1 dan X AP 2. Perinciannya adalah 1) kelas X AP 1 sejumlah 42 siswa dengan jumlah kriteria tuntas 25 siswa sebesar (59,52%) dan jumlah kriteria tidak tuntas 17 siswa sebesar (40,48%), dan 2) kelas X AP 2 sejumlah 43 siswa dengan jumlah kriteria tuntas 27 siswa sebesar (62,79%) dan jumlah kriteria tidak tuntas 16 siswa sebesar (37,21%).
Berdasarkan permasalahan di atas perlu dilakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi Siswa Kelas X AP 1 SMK PGRI 1 Mejobo Kudus Tahun Ajaran 2012/2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi pada siswa kelas X AP 1 SMK PGRI 1 Mejobo Kudus?”
(24)
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi pada siswa kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui tentang penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam upaya meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi kelas X AP 1 SMK PGRI 1 Mejobo Kudus.
1.4.2Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti dapat memberi pengalaman baru mengenai penerapan pendekatan pembelajaran yang inovatif dan juga sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang mungkin muncul saat mengajar kelak.
b. Bagi instansi sebagai alternatif pemecahan masalah pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa tidak hanya nilai tetapi juga keterampilan.
(25)
6 BAB II
LANDASAN TEORI
2.2 Pengertian Belajar
“Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu, dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis” (Rifa‟I dan Chatarina, 2009:82).
Suparno (2000:2) menyatakan:
Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. Perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan faktor kelelahan (fatigue), kematangan, ataupun karena mengkonsumsi obat tertentu. Belajar juga dihasilkan melalui kegiatan-kegiatan meniru hal-hal yang diamati di lingkungan; misalnya seseorang yang belajar bagaimana cara makan dengan menggunakan pisau dan garpu, maka cara yang paling efektif untuk melakukannya adalah melalui peniruan perilaku orang-orang yang sedang makan menggunakan sendok dan garpu, meniru adalah pekerjaan yang sangat efektif di dalam proses belajar.
Prawiradilaga (2008: 132), “belajar merupakan proses berpikir, terjadi secara internal dalam diri seseorang untuk memahami atau mendalami suatu
(26)
kemampuan atau kompetensi atau keahlian tertentu baik yang kasat mata maupun yang abstrak”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk mendapatkan suatu hasil belajar berupa kemampuan yang akan terwujud dalam perubahan tingkah laku individu tersebut secara permanen, dan kemampuan tersebut bisa diperoleh salah satunya dengan meniru.
2.3 Prinsip - Prinsip Belajar
Belajar juga memiliki beberapa prinsip. Prinsip-prinsip belajar menurut Rifa‟i (2009: 96) yaitu:
1. Informasi verbal
Informasi ini dapat diperoleh melalui tiga cara yaitu: a)
dikomunikasikan kepada siswa, b) dipelajari oleh siswa sebelum memulai belajar baru, dan c) dilacak dari memori, karena informasi itu telah dipelajari dan disimpan di dalam memori selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun yang lalu.
2. Kemahiran intelektual
Siswa harus memiliki berbagai cara dalam mengerjakan sesuatu, terutama yang berkaitan dengan simbol-simbol bahasa dan lainnya, untuk mempelajari hal-hal baru. Kemahiran intelektual ini bisa digunakan pada saat-saat nanti saat siswa mengalami hal itu. Siswa akan ingat tentang apa yang mereka lakukan terdahulu ketika ditanya akan tahu karena pernah melakukannya.
3. Strategi
Setiap aktivitas belajar memerlukan pengaktifan strategi belajar dan mengingat. Siswa harus mampu menggunakan strategi untuk menghadirkan stimulasi yang kompleks. Seorang guru akan menggunakan beberapa strategi agar apa yang mereka sampaikan pada siswa dapat dipahami.
(27)
8
Suprijono (2009:4), prinsip-prinsip belajar meliputi: 1) prinsip belajar adalah perubahan perilaku;
2) belajar merupakan proses, belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai; dan
3) belajar merupakan bentuk pengalaman, pengalaman pada dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. 2.4 Pengertian Hasil Belajar
“Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar” (Rifa‟I, 2009:85). Gagne dalam Suprijono (2009:5-6) hasil belajar berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Kamampuan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Berdasarkan pendapat diatas pengertian hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar berupa pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.
(28)
2.5 Manfaat Hasil Belajar
Manfaat hasil belajar menurut Suharsimi (2009(b) : 6-8) adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru melalui diadakannya penilaian. Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan menilai ini ada dua kemungkinan:
a. Memuaskan
Hasil yang memuaskan bagi siswa dan hal itu menyenangkan, tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain waktu, akibatnya siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat, agar lain kali mendapat hasil yang lebih memuaskan.
b. Tidak Memuaskan
Siswa akan berusaha lebih giat ketika memperoleh hasil yang kurang memuaskan sehingga lain kali tidak terulang lagi.
2. Bagi Guru
a. Hasil penilaian yang diperoleh guru dapat digunakan untuk mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil menguasai bahan. Guru dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa-siswanya yang belum berhasil.
b. Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepet bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran diwaktu yang akan dating tidak perlu diadakan perubahan.
c. Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum, jika sebagian besar siswa memperoleh angka yang jelek pada penilaian yang diadakan mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode yang kurang tepat. 3. Bagi Sekolah
a. Hasil belajar merupakan cermin kualitas suatu sekolah. Penilaian guru dapat digunakan unttuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya dan untuk mengetahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum.
(29)
10
b. Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang.
c. Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun, dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh siswa.
2.6 Pendekatan dalam Pembelajaran
Penerapan suatu metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar memerlukan pendekatan tertentu. Pendekatan pembelajaran tidak terlepas dari pengertian pendekatan itu sendiri. Pendekatan yang menjadi pokok bahasan adalah pendekatan dalam pembelajaran.
Sudrajat (2008) mengenai pendekatan dalam pembelajaran mengemukakan: Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Pendekatan dalam belajar mengajar pada dasarnya adalah melakukan proses belajar mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses mengalami untuk memperoleh pemahaman. Pendekatan ini mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan berhasil-tidaknya belajar yang diinginkan.
Peningkatan mutu belajar mengajar sebenarnya tidak terlepas dari pendekatan dalam mengajar karena berhasil tidaknya hasil
(30)
mengajar dapat dilihat dari mutu lulusan, dari produknya, atau proses belajar-mengajar yang dapat dikatakan berhasil, menghasilkan banyak lulusan dan bermutu tinggi, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta yang memadai, ditambah lagi jika prosesnya menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat kerja yang besar, dan percaya pada diri sendiri. Peningkatan kualitas belajar mengajar dengan menciptakan pendekatan pembelajaran yang tepat adalah salah satu jalan yang perlu dilakukan untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan diatas.
Beberapa pendekatan pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya seperti yang dikemukakan oleh Sugandi (2008: 119-136), beberapa pendekatan utama dalam pembelajaran antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), yaitu konsep pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif baik fisik, psikis, maupun emosinya dalam proses pembelajaran.
2. Pendekatan Keterampilan Proses, menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana mengelola perolehannya, sehingga dipahami dan dapat dipakai sebagai bekal untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya di masyarakat. Dalam kurikulum, maka cara yang digunakan adalah sekedar menyampaikan.
3. Belajar Tuntas (Mastery Learning), yaitu proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajar dikuasai dengan tuntas (dikuasai sepenuhnya oleh siswa). Pendekatan ini merupakan strategi pengajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok (group based approach).
4. Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching), adalah adanya upaya guru untuk mengorkestrasikan (pengubahan, penyelarasan, pemberdayaan komunitas belajar mengajar) berbagai interaksi dalam proses pembelajaran menjadi cahaya yang melejitkan prestasi siswa, dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara
(31)
12
dan alat yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah dan alami.
5. Pembelajaran Berbasis Portofolio, merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur, karena menyadari proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup, portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu. 6. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning),
tujuan dari pendekatan ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sebagai individual, anggota keluarga, anggota masyarakat dan anggota bangsa.
Pemilihan pendekatan pembelajaran harus relevan dengan tujuan dan harus tampak baik dalam perencanaan pembelajaran maupun situasi pembelajaran di kelas, laboratorium maupun di lapangan. Apapun model pendekatan yang digunakan dalam suatu proses pembelajaran, pada akhirnya siswa harus mampu memperoleh pengertian tentang konsep keilmuan yang dipelajari. Penerapan pendekatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar harus memungkinkan para siswa memahami arti pelajaran yang mereka pelajari karena pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) mengajak para siswa membuat hubungan-hubungan yang mengungkapkan makna, CTL memiliki potensi untuk membuat para siswa berminat belajar.
Pendekatan kontekstual tidak sulit diterapkan pada kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan ini sangat cocok diterapkan untuk mengatasi masalah pembelajaran terutama
(32)
dalam membangun minat belajar dan pemahaman siswa seperti yang terjadi pada pembelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi di kelas X AP SMK PGRI 1 Mejobo Kudus.
2.7 Pendekatan Contextual Teaching and Learning 2.6.1Pengertian Contextual Teaching and Learning
“Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara dan tenaga kerja” (Trianto, 2010:104).
Berdasarkan Suprijono (2009:85-88), menyatakan bahwa penerapan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu 1) konstruktivisme (constructivism), 2) menemukan
(inquiry), 3) bertanya (questioning), 4) masyarakat-belajar (learning community), 5) pemodelan (modeling), 6) refleksi (reflection), dan 7) penilaian autentik (authentic assesment). Adapun tujuh komponen tersebut sebagai berikut:
1) Konstruktivisme (constructivism)
Belajar berdasarkan konstruktivisme adalah “mengkonstruksi” pengetahuan. Pengetahuan dibangun melalui proses asimilasi dan akomodasi (pengintegrasian pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan penyesuaian struktur kognitif dengan
(33)
14
informasi baru) maupun dialektika berpikir thesa-antithesa-sinthesa.
Belajar berbasis konstruktivisme menekankan pemahaman pada pola dari pengetahuan. Belajar dalam konstruktivisme menekankan pada pertanyaan “mengapa”.
2) Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, penyimpulan.
3) Bertanya (questioning)
Pembelajaran kontekstualdibangun melalui dialog interaktif melalui tanya jawab oleh keseluruhan unsur yang terlibat dalam komunitas belajar. Kegiatan bertanya penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Bertanya adalah proses dinamis, aktif, dan produktif. Bertanya adalah pondasi dari interaksi belajar mengajar.
4) Masyarakat Belajar (learning community)
Pembelajaran kontekstual menekankan arti penting pembelajaran sebagaiproses sosial, melalui interaksi dalam komunitas belajar proses dan hasil belajar menjadi lebih bermakna. Hasil belajar diperoleh dari hasil kolaborasi dan berkooperasi, dalam praktiknya “masyarakat belajar” terwujud dalam pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas bekerja sama dengan kelas paralel, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, bekerja sama dengan masyarakat.
5) Pemodelan (modeling)
Pembelajaran kontekstual menekankan arti penting pendemonstrasian terhadap hal yang dipelajari siwa. Pemodelan memusatkan pada arti penting pengetahuan procedural, melalui pemodelan siswa dapat meniru terhadap hal yang dimodelkan.
(34)
6) Refleksi (reflection)
Refleksi adalah bagian penting dalam pembelajaran kontekstual. Refleksi merupakan upaya untuk melihat kembali, mengorganisir kembali, menganalisis kembali, dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari.
7) Penilaian Autentik ( authentic assessment)
Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan pembelajaran.
Beberapa pendapat di atas menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang bermakna. Komponen-komponen pembelajaran yang ditawarkan dalam pendekatan Contextual Teaching and Learning sangat membantu guru mengaktifkan siswa dalam belajar. Keaktifan siswa dalam setiap pembelajaran diharapkan mampu untuk memaknai apa manfaat belajar bagi mereka, sehingga siswa menemukan minat mereka dalam pembelajaran.
2.6.2Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) di Kelas Menurut Sardiman (2007:222) menyatakan:
”Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa untuk mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas agar kelas menjadi kondusif untuk belajar siswa. Jadi pengetahuan atau keterampilan itu ditemukan sendiri oleh siswa bukan terpusat hanya pada guru”.
(35)
16
Pembelajaran kontekstual menuntut siswa untuk lebih kreatif sehingga mampu menggali informasi yang terkait dengan pembelajaran secara mandiri. Karakteristik dalam pembelajaran yang menggunakan CTL dapat mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman, artinya pengetahuan yang diperoleh dalam proses pembelajaran harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehingga tampak adanya perubahan perilaku siswa.
2.6.3Peran Guru dan Siswa dalam Contextual Teaching and Learning (CTL) Setiap guru dalam proses pembelajaran kontekstual perlu memahami tipe belajar dalam dunia siswa, guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa. Sanjaya (2006 : 263) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi setiap guru dan siswa dalam menggunakan pendekatan CTL, antara lain :
1) Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keleluasan pengalaman yang dimilikinya. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian peran guru bukanlah sebagai instruktur atau „‟penguasa‟‟ yang memaksakan kehendak, melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. 2) Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru
dan memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa.
(36)
3) Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan demikian peran guru adalah membantu agar setiap siswa mempu menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya.
4) Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi), dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi (mempermudah) agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.
2.6.4Langkah-langkah Penggunaan Contextual Teaching and Learning (CTL) Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah, sebagaimana dijabarkan oleh Trianto (2010:111) yang secara garis besar langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak belajar lebih bermakna dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) 5) Hadirkan model dalam contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. 2.6.5Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih dan dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi berupa urut-urutan kegiatan yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan tertentu. Berdasarkan
(37)
18
Suprijono (2009:84) menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual, yang disingkat dengan REACT, yaitu:
1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajari bermakna.
2) Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, siswa berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru dari apa yang dipelajarinya.
3) Applying, belajar menekan kepada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya. 4) Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif
melalui belajar berkelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif.
5) Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
2.8 Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran di kelas, agar dapat diserap oleh siswa dengan baik dan memperoleh hasil belajar yang optimal, guru harus dapat menentukan metode pembelajaran yang tepat. Metode yang sering diterapkan oleh guru mata pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi adalah metode konvensional atau metode ceramah tanpa variasi.
Mengaplikasikan Keterampilan dasar Komunikasi yang selama ini dianggap sebagai mata diklat kurang bermanfaat, karena siswa tidak terbiasa berfikir kritis, analitis, argumentatif. Hal ini disebabkan penyajian materi yang kurang menarik, strategi pembelajaran yang cenderung tradisional dan siswa
(38)
tidak mengetahui apa sebenarnya yang mereka pelajari, serta apapula manfaatnya.
Siswa akan merasa tertarik dengan pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi dengan ikut serta dalam mempraktikan langsung pada kehidupan sehari-hari, hal ini akan menambah motivasi siswa untuk belajar. Untuk itu perlu adanya pendekatan kontekstual guna memberdayakan siswa dalam pembelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi.
Pokok bahasan Mengidentifikasi proses Komunikasi dengan menggunakan pendekatan CTL karena belajar pada hakekatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan, oleh karena itu pengetahuan yang diperoleh memiliki makna (Real World Learning). Belajar merupakan proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh, yang bukan hanya perkembangan intelektual saja akan tetapi juga mental dan emosi. Belajar secara kontekstual adalah belajar bagaimana anak menghadapi persoalan.
Penelitian ini terbagi menjadi dua siklus, yang masing-masing siklus terdapat tahapan-tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi, yang tiap akhir siklus dilakukan evaluasi pada masing-masing siswa. Penerapan metode CTL pada pokok bahasan Mengidentifikasi Proses
(39)
20
Komunikasi ini diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai standar ketuntasan belajar. Pencapaian ketuntasan ini dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa dalam pokok bahasan Mengidentifikasi Proses Komunikasi. Berdasarkan uraian di atas, jalannya pemikiran dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut :
Latar Belakang Masalah
1. Rendahnya minat belajar siswa mata pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar komunikasi 2. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran
3. Metode pembelajaran masih konvensional 4. Belum tampak siswa berfikir kritis
5. Prestasi belajar masih rendah
I N P U T
Pemecahan Masalah
Solusinya dengan menerapkan metode pembelajaran CTL sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar
TINDAKAN
O U T P U Siswa lebih antusias dan aktif dalam pembelajaran
sehingga pemahaman yang dimiliki siswa meningkat
Hasil belajar Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi meningkat (siswa lebih bersemangat dan prestasi belajar meningkat)
(40)
2.9 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Contextual Teaching and Learning: Preparing Student for the New Economy
(Berns dan Erickson, 2001)
Pembelajaran dengan model kontekstual merupakan cara terbaik mengajar untuk hasil belajar siswa yang lebih tinggi, pembelajaran kontekstual dapat
menjadikan siswa
mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi ekonomi global dan pasar yang kompetitif, perubahan sifat pekerjaan dan kemajuan teknologi.
2.
Teaching and Learning: Mapping the Contextual Influences.
(Hall dan Kidman, 2004)
Peta konseptual dalam pembelajaran kontekstual dapat menjadikan siswa memiliki totalitas kegiatan belajar dan hasil belajar yang tinggi
3. Implementasi Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar
(Nurdin, 2009)
Konsep pendekatan CTL yang diterapkan dapat menjadikan hasil belajar siswa meningkat
4. Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas III IPS 1 SMA Negeri 1 Randublatung pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2004/2005.
(Juremi, 2004)
Hasil belajar ekonomi kelas III IPS 1 SMA Negeri 1 Randublatung pada semester 1 tahun ajaran 2004/2005 mengalami peningkatan yang cukup signifikan setelah kegiatan pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL.
(41)
22
2.10 Hipotesis Penelitian
“Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul” (Suharsimi, 2006:71). Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu ”Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi pada siswa kelas X AP SMK PGRI 1 Mejobo Kudus”.
(42)
23
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus yang beralamat di Jalan. Jend. Sudirman Golantepus Mejobo Kudus. SMK PGRI 1 Mejobo Kudus memiliki 5 program keahlian yaitu Akuntansi, Pemasaran, Administrasi Perkantoran ( AP ), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) dan Teknik Komputer Jaringan ( TKJ ). Jumlah kelas yang terdapat di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus untuk program Keahlian Administrasi Perkantoran terdapat 2 kelas dengan jumlah 85 siswa.
Tabel 3.1 Data Persentase Hasil Belajar Siswa
No. Kelas Jumlah Siswa
Persentase
Tuntas Tidak Tuntas
1. X AP 1 42 59,52% 40,48%
2. X AP 2 43 62,79% 37,21%
Sumber : SMK PGRI 1 Mejobo Kudus tahun ajaran 2012/2013
Penelitian tindakan kelas ini dikhususkan pada kelas X AP 1 karena 1) pada kelas X AP 1 (59,52%) memiliki nilai rata-rata ketuntasan yang lebih rendah daripada kelas X AP 2 (62,79%) pada mata pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi, 2) kurang adanya keterlibatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran, dan 3) pembagian kelas-kelas di sekolah tersebut tidak didasarkan atas ranking nilai atau prestasi tetapi dilakukan secara
(43)
24
acak, menggunakan buku pegangan yang sama, kurikulum yang sama, dan guru yang mengajarpun sama sehingga memiliki kualifikasi yang sama pula. 3.2 Variabel Penelitian
Ada beberapa variabel yang akan diteliti antara lain : a. Variabel Siswa
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru pada pokok bahasan mengidentifikasi proses komunikasi, untuk mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran serta mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar.
b. Variabel Guru
Pengamatan aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran CTL.
Proses kegiatan tersebut merupakan satu siklus, adapun langkah-langkah yang akan dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan persiapan yang dilakukan sehubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang meliputi identifikasi masalah melalui observasi awal, merencanakan
(44)
kegiatan pembelajaran, membuat perangkat pembelajaran, alat evaluasi dan pengadaan instrumen yang terkait dengan pelaksanaan penelitian. 2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan merupakan suatu kegiatan dilaksanakannya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang sebelumnya.
3. Pengamatan
Pengamatan merupakan suatu kegiatan mengamati jalannya pelaksanaan untuk memantau sejauh mana efek tindakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL.
4. Refleksi
Refleksi meliputi kegiatan : analisis, sintesis, penafsiran, menjelaskan dan menyimpulkan, dalam tahap ini hasil observasi dikumpulkan dan dianalisa. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan digunakan untuk memperbaiki pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
3.3 Prosedur penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dua siklus, setiap siklus merupakan alur suatu proses kegiatan penelitian. Suharsimi (2009(a):117) ”kegiatan pokok pelaksanaan penelitian tindakan kelas meliputi empat tahap yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi”. Hasil dari refleksi
(45)
26
pada siklus I jika terlihat adanya kekurang sempurnaan, maka dilakukan siklus II untuk menyempurnakan siklus I.
Adapun prosedur dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Persiapan
Kegiatan yang dilakukan adalah :
a) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran pada pokok bahasan mengidentifikasi proses komunikasi dengan pendekatan CTL. b) Meminta bantuan guru untuk mengajar.
c) Mempersiapkan bahan pengajaran sebelum bertemu siswa, menyiapkan sumber belajar, dan bahan tugas untuk siswa.
d) Menyusun tugas siswa. e) Membuat instrumen.
f) Menyusun pembentukan kelompok diskusi .
g) Membuat lembar pengamatan untuk mengamati keaktifan siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi.
2. Langkah-langkah penelitian
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dua siklus yaitu : Siklus I
(46)
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai pedoman dalam proses pembelajaran.
2) Meminta bantuan guru untuk mengajar.
3) Menyiapkan tugas yang akan dikerjakan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL.
4) Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL.
5) Membuat lembar observasi untuk siswa. 6) Menyusun kelompok belajar siswa. 2. Pelaksanaan
1) Guru menjelaskan rencana pelaksanaan pembelajaran CTL pada pokok bahasan mengidentifikasi proses komunikasi.
2) Guru menggali pengetahuan awal siswa tentang komunikasi. 3) Guru membagi siswa dalam kelompok.
4) Guru memberikan permasalahan kepada siswa yang akan dipraktikkan sendiri oleh siswa, bersama dengan teman kelompoknya siswa diharapkan menemukan sendiri dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya, dilanjutkan dengan menarik kesimpulan sementara.
5) Mempresentasikan hasil kesimpulan sementara, kemudian melakukan diskusi klasikal untuk memberikan evaluasi kepada siswa.
(47)
28
6) Mengembangkan rasa ingin tahu siswa dengan mengembangkan teknik bertanya.
7) Bersama dengan guru menarik kesimpulan.
8) Penutup yaitu menutup dari semua kegiatan yang telah dilaksanakan.
9) Guru melakukan penilaian yang sebenarnya. 3. Pengamatan/observasi
Pada tahap ini aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dipantau untuk mengetahui kemampuan afektif dan psikomotorik siswa dan lembar observasi guru untuk mengamati kinerja guru. 4. Refleksi
Pada tahap ini guru menganalisis hasil tes, hasil pengamatan aktivitas siswa dan kinerja guru untuk penyempurnaan pada siklus selanjutnya Siklus II
Siklus II merupakan penyempurnaan dari siklus I, sehingga kekurangan dalam siklus I diperbaiki dalam siklus II, sedangkan kelebihan dalam siklus I untuk tetap dipertahankan. Langkah-langkah dalam siklus II mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan pada dasarnya sama dengan siklus I. Perbedaan siklus I dan siklus II ada pada refleksi.
(48)
Refleksi pada siklus II menggunakan instrumen soal yang berbeda dengan siklus I. Hasil tes pada siklus II selanjutnya dilakukan perbandingan dengan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I baik mengenai pencapaian skor maupun ketuntasan hasil belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan siklus I dan II, dapat digambarkan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas pada gambar dibawah ini:
Gambar 3.1, Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas
SIKLUS I
SIKLUS II
Sumber : Model Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi, 2009(a):16) Pelaksanaan Perencanaan
a
Observasi
Refleksi
d
c Pengamatan
Pelaksanaan
e Perencanaan
Refleksi
h
Pengamatan g
b
(49)
30
3.4 Metode pengumpulan data 3.4.1 Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa SMK PGRI 1 Mejobo Kudus Jurusan Adminisrasi Perkantoran.
3.4.2 Jenis data
Dalam penelitian tindakan kelas ini, ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti, yaitu :
1) Data kuantitatif, berupa hasil tes siswa yang digunakan untuk mengetahui kondisi awal untuk kemampuan kognitif, nilai tes dan ketuntasan belajar siswa.
2) Data kualitatif, berupa lembar pengamatan. Data ini digunakan untuk mengetahui keaktifan guru dan siswa selama jalannya penelitian.
3.4.3 Cara pengambilan data
1) Data tentang kondisi awal siswa diambil dari nilai ulangan harian pokok bahasan sebelumnya.
2) Hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari pemberian evaluasi atau tes tertulis setiap akhir siklus.
3) Data tentang hasil belajar siswa ranah psikomotor diambil dengan cara memberikan evaluasi kepada siswa yang digunakan sejauh mana model pembelajaran kontekstual dapat mencapai standar ketuntasan belajar yang ditetapkan.
(50)
3.4.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Tes
Digunakan untuk mendapatkan informasi tentang data kognitif siswa. Tes ini diberikan kepada kelas yang diteliti dan hasil pengolahan datanya digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
2) Nontes
Untuk mengetahui sejauh mana perubahan perilaku dan sikap dalam pembelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi dengan pendekatan CTL.
Data nontes diperoleh melalui kegiatan berikut : a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa secara individu dan kelompok pada saat mengikuti proses pembelajaran dengan pendekatan CTL. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi siswa.
b. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang daftar nama siswa, daftar hasil belajar siswa dan data lain yang digunakan untuk kepentingan penelitian.
(51)
32
3.5 Analisis Uji Coba Instrumen 1. Analisis Validitas
”Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat” (Suharsimi, 2006:168).
Perangkat tes valid, jika dilakukan uji validitas, dimana untuk uji validitas tersebut dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Validitas isi dilakukan dengan cara menelaah soal secara teoritis dengan dosen pembimbing dan ahli bidang studi (expert judgement). Hasil dari penelaahan soal dangan ahli bidang studi di ujikan kembali dengan menggunakan Microsoft Excel.
Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus korelasi
product-moment yaitu:
(52)
keterangan:
rxy: koefisien korelasi antara X dan Y X : skor tiap butir soal Y : skor total yang benar dari tiap subjek N : jumlah peserta tes
Harga rxy yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel product-moment dengan taraf signifikan 5%. Harga rhitung> rtabel, maka butir soal yang diuji bersifat valid. Hasil perhitungan uji validitas dapat dilihat pada tabel 3.2
(53)
34
Tabel 3.2
No rxy rtabel Kriteria No rxy rtabel Kriteria 1 0.658 0.301 Valid 26 0.465 0.301 valid 2 0.650 0.301 Valid 27 0.538 0.301 valid 3 0.474 0.301 Valid 28 0.657 0.301 valid
4 0.416 0.301 Valid 29 0.222 0.301 TIDAK
5 0.561 0.301 Valid 30 0.388 0.301 valid 6 0.513 0.301 Valid 31 0.348 0.301 valid 7 0.341 0.301 Valid 32 0.511 0.301 valid 8 0.222 0.301 TIDAK 33 0.356 0.301 valid
9 0.499 0.301 Valid 34 0.269 0.301 TIDAK
10 0.756 0.301 Valid 35 0.536 0.301 valid 11 0.584 0.301 Valid 36 0.434 0.301 valid 12 0.343 0.301 Valid 37 0.461 0.301 valid 13 0.667 0.301 Valid 38 0.340 0.301 valid 14 0.627 0.301 Valid 39 0.644 0.301 valid 15 0.283 0.301 TIDAK 40 0.477 0.301 valid 16 0.591 0.301 Valid 41 0.21039 0.301 TIDAK 17 0.573 0.301 Valid 42 0.49843 0.301 valid 18 0.367 0.301 Valid 43 0.42101 0.301 valid 19 0.567 0.301 Valid 44 0.50056 0.301 valid 20 0.702 0.301 Valid 45 0.50907 0.301 valid
(54)
V a l i
ditas Soal 21 0.392 0.301 Valid
22 0.310 0.301 Valid 23 0.649 0.301 Valid 24 0.430 0.301 Valid 25 0.717 0.301 Valid
(55)
36
2. Analisis Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Suharsimi, 2006:178). Untuk mengetahui reliabilitas tes obyektif dihitung menggunakan rumus K-R 20 yaitu:
keterangan:
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = p - 1)
n : banyaknya item
S : standar deviasi dari tes (akar dari varians) (Suharsimi, 2009:100)
(56)
Kriteria harga r11 tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga rtabel dengan taraf signifikansi 5%, jika harga rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa soal tersebut adalah soal yang reliabel.
Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang berjumlah 45 soal pilihan ganda diperoleh nilai reliabilitas soal sebesar 0,960. Nilai ini merupakan nilai yang bersifat reliabel, sebab nilai reliabilitas (r11) yang diperoleh lebih
besar dari rtabelyaitu 0,301. 3. Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit, karena soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha dalam pemecahannya sedangkan soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk memecahkannya. Soal- soal dalam kriteria sukar dan mudah didiskusikan kembali dengan dosen ahli. Tingkat kesulitan soal ditentukan dengan rumus:
Keterangan:
P : Indeks kesulitan
(57)
38
JS : Jumlah seluruh peserta tes. (Suharsimi, 2009:208) Kriteria yang menunjukkan tingkat kesulitan soal adalah: 0,00 < P ≤ 0,30 dikategorikan soal sukar
0,30 < P ≤ 0,70 dikategorikan soal sedang 0,70 < P ≤ 1,00 dikategorikan soal mudah
Hasil analisis tingkat kesukaran soal pada uji coba soal diperoleh 3 soal dikaterogrikan sukar, 41 soal dikategorikan sedang dan 1 soal dikategorikan mudah. Rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Tingkat Kesukaran Soal
No TK Kriteria
1 0.419 Sedang
2 0.465 Sedang
3 0.465 Sedang
4 0.488 Sedang
5 0.512 Sedang
6 0.488 Sedang
7 0.581 Sedang
8 0.512 Sedang
9 0.488 Sedang
10 0.419 Sedang
11 0.535 Sedang
(58)
13 0.442 Sedang
14 0.488 Sedang
15 0.419 Sedang
16 0.419 Sedang
17 0.302 Sedang
18 0.395 Sedang
19 0.372 Sedang
20 0.442 Sedang
21 0.256 Sukar
22 0.488 Sedang
23 0.419 Sedang
24 0.465 Sedang
25 0.465 Sedang
No TK Kriteria
26 0.465 Sedang
27 0.558 Sedang
28 0.558 Sedang
29 0.535 Sedang
30 0.628 Sedang
31 0.605 Sedang
32 0.721 Mudah
33 0.698 Sedang
34 0.581 Sedang
35 0.535 Sedang
36 0.163 Sukar
37 0.395 Sedang
38 0.372 Sedang
39 0.419 Sedang
40 0.326 Sedang
41 0.256 Sukar
42 0.442 Sedang
43 0.395 Sedang
44 0.465 Sedang
(59)
40
4. Analisis Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D.
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah: Dengan
keterangan:
D : Daya beda soal (indeks diskriminasi).
PA : Proporsi peserta didik kelompok atas yang menjawab benar. PB : Proporsi peserta didik kelompok bawah yang menjawab benar. JA : Banyaknya peserta kelompok atas.
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah.
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar.
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar.
Kriteria soal-soal yang dipakai sebagai instrumen berdasarkan daya pembedanya diklasifikasikan sebagai berikut:
(60)
0,20 < D ≤ 0,40 maka daya pembedanya cukup. 0,40 < D ≤ 0,70 maka daya pembedanya baik. 0,70 < D ≤ 1,00 maka daya pembedanya baik sekali.
Bila D negatif berarti semua tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknnya dibuang saja.
(Suharsimi, 2009:217-218).
Berdasarkan perhitungan uji coba daya beda, diperoleh hasil, dapat di lihat pada tabel 3.4 dibawah ini :
Tabel 3.4 Daya Beda Soal
No D Kriteria
1 0.539 B
2 0.537 B
3 0.444 B
4 0.303 C
5 0.348 C
6 0.489 B
7 0.206 C
8 0.348 C
9 0.489 B
10 0.539 B
11 0.487 B
12 0.297 C
13 0.584 B
14 0.489 B
15 0.260 C
16 0.632 B
17 0.405 B
18 0.214 C
(61)
42
20 0.584 B
21 0.221 C
22 0.396 C
23 0.446 B
24 0.351 C
25 0.537 B
No D Kriteria
26 0.444 B
27 0.626 B
28 0.626 B
29 0.208 C
30 0.297 C
31 0.251 C
32 0.385 C
33 0.247 C
34 0.392 C
35 0.394 C
36 0.225 C
37 0.400 B
38 0.355 C
39 0.539 B
40 0.450 B
41 0.128 J
42 0.398 C
43 0.214 C
44 0.444 B
(62)
3.6 Metode Analisis Data
Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa sesudah tindakan.
Data dapat dihitung sebagai berikut:
1. Merekapitulasi nilai ulangan harian sebelum dilakukan tindakan dan nilai tes diakhir siklus I dan siklus II.
2. Menghitung nilai rerata atau persentase hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar sesudah tindakan pada siklus I dan siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar.
Nilai rata-rata siswa dicari dengan rumus:
N
X
X
(Sudjana, 2009 : 109) Keterangan :
X : Nilai rerata N : Banyaknya siswa
(63)
44
3. Data tentang hasil belajar kognitif siswa dihitung dengan menggunakan rumus sabagai berikut:
S = R
dengan pengertian:
S = skor yang diperoleh
R = right (jawaban yang benar) (Suharsimi, 2009(b): 168) 4. Data Observasi
a. Data hasil observasi keaktifan siswa
Data observasi digunakan untuk menilai kemampuan aktivitas belajar siswa. Untuk menghitung hasil observasi keaktifan siswa menggunakan rumus sebagai berikut:
Dalam menentukan interval persentase untuk menentukan kategori data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Nilai tertinggi = x(skor tertinggi) b. Nilai terendah = x(skor terendah)
c. Rentangan = x(skor tertinggi) – x(skor terendah)
d. Jarak interval antara kategori mulai dari sangat kurang (SK) sampai dengan sangat baik (SB) menggunakan rumus:
(64)
Berdasarkan perhitungan di atas, tabel dan kriteria persentase adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kriteria Deskriptif Persentase
No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase 1 x – x(skor tertinggi) Sangat Baik - -
2 x – x Baik - -
3 x – x Cukup - -
4 x – x Kurang - -
5 x(skor terendah) – x Sangat Kurang - -
Keterangan :
x(skor terendah) = Interval terendah x(skor tertinggi) = Interval tertinggi Frekuensi = Jumlah responden
(65)
46
Persentase = Jumlah responden yang dipersentasekan sesuai kategorinya.
Jumlah “x” disesuaikan dengan jumlah butir pernyataan tiap variabel atau indikator.
b. Data hasil observasi kinerja guru
Data hasil observasi kinerja guru ini diambil dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru untuk memperoleh data tentang kegiatan guru pada saat menerapkan pendekatan pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam kegiatan pembelajaran. 3.7 Indikator Keberhasilan
Indikator dalam penelitian ini adalah ”apabila secara keseluruhan siswa dalam satu kelas mencapai ketuntasan belajar siswa sebesar 75% dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar sebesar 75%” (Mulyasa, 2005:101). Kenyataan yang ada, Kriteria Ketuntasan Minimal yang diterapkan di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus untuk Mata Pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi adalah 75.
(66)
47 4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus yang beralamat di Jalan. Jend. Sudirman Golantepus Mejobo Kudus. SMK PGRI 1 Mejobo Kudus terletak di pinggir perkotaan. SMK PGRI 1 Mejobo Kudus memiliki 5 program keahlian yaitu Akuntansi, Pemasaran, Administrasi Perkantoran (AP), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) dan Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Jumlah kelas yang terdapat di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus untuk program keahlian administrasi perkantoran untuk kelas X terdapat 2 kelas dengan jumlah 85 siswa.
Penentuan objek penelitian ini diawali dengan melihat kondisi awal subjek penelitian melalui observasi dan wawancara dengan guru pada jurusan administrasi perkantoran. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan salah satu guru di Jurusan Administrasi Perkantoran dari beberapa mata pelajaran yang diajarkan, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa yang masih rendah yaitu pada mata pelajaran mengaplikasikan keterampilan dasar komunikasi dilihat dari hasil ulangan siswa yang nilainya masih belum
(67)
48
mencapai KKM. KKM untuk mata pelajaran mengaplikasikan keterampilan dasar komunikasi di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus adalah 75.
Penelitian ini menggunakan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Pada setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan Rabu, 19 September 2012 dan pertemuan kedua dilaksanakan kamis, 20 September 2012. Siklus II pertemuan pertama dilaksanakan Rabu 26 September 2012 dan pertemuan kedua dilaksanakan Kamis, 27 September 2012. Pada kedua siklus guru melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar berdasarkan pada perencanaan yang telah dibuat.
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I 4.1.2.1 Perencanaan
Tahap perencanaan ini dilakukan persiapan yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran mengaplikasikan keterampilan dasar komunikasi menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning, yang berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Langkah ini merupakan upaya memperbaiki kelemahan dalam kegiatan pembelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi yang telah berlangsung selama ini. Perencanaan tersebut meliputi:
(68)
1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disajikan.
2. Menyusun alur model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
mengenai kompetensi dasar Mengidentifikasi Proses Komunikasi.
3. Menyusun instrumen yang akan digunakan, antara lain: lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru serta menyusun soal untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang mata pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi.
4. Menyediakan alat/media dan sumber belajar. 4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan
4.1.2.2.1Pelaksanaan Tindakan Siklus I, pertemuan I
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan antara lain secara klasikal guru menyampaikan tentang cara kerja metode kontekstual yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran. Langkah pertama diawali dengan apersepsi untuk mengingat kembali materi lalu yang masih ada kaitannya dengan materi yang akan dipelajari. Selanjutnya memberikan pengetahuan yang bermakna dan relevan dengan memberi penjelasan tentang garis besar materi komunikasi serta memperlihatkan contoh proses berkomunikasi dengan cara memberikan pemodelan proses berkomunikasi.
(69)
50
Pembelajaran dilakukan dengan menetapkan metode CTL dan guru membagi siswa menjadi 7 kelompok, masing-masing kelompok terbagi menjadi 6 orang. Pembentukan anggota kelompok ditentukan oleh guru berdasarkan nomor urut absen siswa, sebagian siswa menjadi marah-marah karena tidak suka dengan teman kelompoknya dan meminta kepada guru untuk memilih kelompoknya sendiri. Guru berusaha memberikan pengertian kepada siswa dengan memberikan penjelasan bahwa semua adalah teman dan tidak boleh saling membeda-bedakan. Untunglah siswa dapat segera mengerti dan menjalankan perintah yang diberikan guru.
Guru memberikan tugas masing-masing kelompok untuk mendiskusikan pengertian komunikasi dan unsur dari komunikasi menurut pendapat mereka masing-masing kepada setiap kelompok untuk diselesaikan sesuai dengan pengalaman sehari-hari siswa dengan bimbingan guru. Selanjutnya hasil diskusi dipresentasikan, sedangkan kelompok yang lain memperhatikan dan diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipresentasikan. Selesai berdiskusi hasil tugas dari salah satu kelompok dibahas bersama-sama. Dalam pembahasan bersama ada kelompok lain yang ramai sendiri karena merasa pekerjaannya sudah benar, guru memberikan penjelasan untuk menghargai orang walaupun dirinya merasa sudah benar, kemudian dilanjutkan proses pembelajaran, guru meluruskan
(70)
konsep yang masih keliru dan menguatkan materi-materi yang penting. Siswa mendengar, mencatat informasi dari guru, mencocokkan informasi guru dengan buku. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi. Selesai memberi tindakan guru menutup pelajaran. 4.1.2.2.2Pelaksanaan Tindakan Siklus I, pertemuan II
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan antara lain secara klasikal guru menyampaikan tentang cara kerja metode konstekstual yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran kemudian diawali dengan apersepsi untuk mengingat kembali materi lalu yang masih ada kaitannya dengan materi yang akan dipelajari dan menjelaskan materi tentang mengidentifikasi proses komunikasi.
Guru memberikan tugas masing-masing kelompok untuk mendiskusikan tentang proses dan lambang dari komunikasi kepada setiap kelompok untuk diselesaikan sesuai dengan pengalaman sehari-hari siswa dengan bimbingan guru, kemudian hasil diskusi dipresentasikan, sedangkan kelompok yang lain memperhatikan dan diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipresentasikan. Selesai berdiskusi hasil tugas dari salah satu kelompok dibahas bersama-sama. Dalam pembahasan bersama ada kelompok lain yang ramai sendiri karena merasa pekerjaannya sudah benar, guru memberikan penjelasan untuk menghargai orang walaupun dirinya
(71)
52
merasa sudah benar, kemudian dilanjutkan proses pembelajaran, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa, setelah siswa selesai mengerjakan soal, guru meluruskan konsep yang masih keliru dan menguatkan materi-materi yang penting. Siswa mendengar, mencatat informasi dari guru, mencocokkan informasi guru dengan buku. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi.
4.1.2.3 Pengamatan
Hasil pengamatan siklus I dicatat dalam lembar observasi yang telah dipersiapkan. Pengamatan siklus I diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Hasil observasi siswa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada siklus I dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Rata-rata Kategori Keseluruhan
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
43 – 50 Sangat Baik 0 0.0%
35 – 42 Baik 5 10.7%
27 – 34 Cukup 34 79.8%
19 – 26 Kurang 4 9.5%
(72)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan hasil observasi aktivitas siswa, terlihat bahwa 4 siswa (10,7%) dinyatakan dalam kategori baik, 34 siswa (79,8%) dinyatakan dalam kategori cukup, dan 4 siswa (9,5%) dinyatakan dalam kategori kurang. Secara umum aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dinyatakan dalam kategori cukup.
Adapun deskripsi per indikator untuk lembar pengamatan aktivitas siswa pada observer1 adalah sebagai berikut:
a. Perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan
Indikator perhatian siswa terhadap materi terdiri dari 5 kriteria, dengan interval skor tertinggi 5 dan interval skor terendah 1. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa sebagian besar perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan terbilang baik. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan
interval skor Kategori Frekuensi Persentase
5 Sangat Baik 4 9.5%
4 Baik 7 16.7%
3 Cukup 16 38.1%
2 Kurang 12 28.6%
(1)
Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I
No Nama Observer Indikator Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Dra. Wiwiek Dwiyanti 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 34
2 Hery Krismanto, S.Pd 3 4 3 3 4 2 3 3 4 3 32
Rata-rata 3.5 3.5 3.5 3 3.5 2.5 3 3.5 3.5 3.5 33
Siklus II
No Nama Observer Indikator Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Dra. Wiwiek Dwiyanti 5 4 5 4 3 3 3 4 4 4 39
2 Hery Krismanto, S.Pd 4 4 5 4 3 4 4 5 5 3 41
Rata-rata 4.5 4 5 4 3 3.5 3.5 4.5 4.5 3.5 40
NO Aspek yang diamati Siklus 1 Siklus 2
1 Keterampilan guru dalam membuka pelajaran 3.5 4.5
2 Guru menyampaikan tujuan dan indikator pembelajaran 3.5 4 3 Kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran 3.5 5 4 Keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning 3 4
5 Kemampuan guru dalam mengelola waktu 3.5 3
6 Kemampuan guru dalam mengelola kondisi kelas 2.5 3.5 7 Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya 3 3.5 8 Kemampuan guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas 3.5 4.5 9 Kemampuan guru dalam menjawab pertanyaan siswa 3.5 4.5
10 Kemampuan guru dalam menutup pelajaran 3.5 3.5
(2)
DAFTAR NILAI SIKLUS I DAN SIKLUS II SISWA KELAS X AP 1 SMK PGRI 1 MEJOBO KUDUS
No. Nama Siswa Siklus I Siklus II
Nilai Nilai Predikat
1 Anisa Ratnawati Azizah 93 Kompeten 88 Kompeten 2 Anita Narsiana Dewi 86 Kompeten 80 Kompeten 3 Aprilia Damayanti 66 Belum Kompeten 84 Kompeten 4 Bella Qonatus Staini 74 Belum Kompeten 92 Kompeten
5 Desi Muji Rahayu 92 Kompeten 88 Kompeten
6 Dewi Wulandari 80 Kompeten 80 Kompeten
7 Diah Lailatun Ni'mah 80 Kompeten 88 Kompeten 8 Dian Suci Oktaviana 66 Belum Kompeten 68 Belum Kompeten
9 Divya Anggraeni 92 Kompeten 88 Kompeten
10
Diah Ayu Khusnul
Khotimah 86 Kompeten
96
Kompeten 11 Duwi Lianawati 60 Belum Kompeten 68 Belum Kompeten 12 Dyah Ayu Rahmatul Ulya 80 Kompeten 80 Kompeten 13 Eka Mungkarsih 74 Belum Kompeten 84 Kompeten
14 Erlita Damayanti 88 Kompeten 80 Kompeten
15 Ferina Ananda Putri 80 Kompeten 84 Kompeten
16 Fifi Anitalia 86 Kompeten 88 Kompeten
17 Finda Dwi Oktaviani 72 Belum Kompeten 74 Belum Kompeten
18 Ida Mursida 60 Belum Kompeten 84 Kompeten
19 Ika Sofifanti 86 Kompeten 92 Kompeten
20 Indah Putri Senanjung 60 Belum Kompeten 80 Kompeten
21 Istiqomah 60 Belum Kompeten 80 Kompeten
22 Kholifatun Khasanah 78 Kompeten 88 Kompeten 23 Luvi Noviari 54 Belum Kompeten 62 Belum Kompeten
(3)
25 Mega Ayu Amarta Putri 72 Belum Kompeten 76 Kompeten 26 Nadya Leviana Ulfa 80 Kompeten 96 Kompeten
27 Nita Noven Sari 80 Kompeten 84 Kompeten
28 Nita Susanti 80 Kompeten 88 Kompeten
29 Noor Hidayah 88 Kompeten 96 Kompeten
30 Oka Awalia 52 Belum Kompeten 60 Belum Kompeten 31 Rahayu Dwi Handayani 80 Kompeten 80 Kompeten
32 Lina Septiana 80 Kompeten 84 Kompeten
33 Roidlotul Mufarikhah 80 Kompeten 92 Kompeten 34 Rosita Agustina 66 Belum Kompeten 80 Kompeten 35 Sala Desifa Tussalim 88 Kompeten 96 Kompeten 36 Septi Dwi Liyantini 66 Belum Kompeten 72 Belum Kompeten 37 Shofiyulloh Wahyu Hidayah 86 Kompeten 84 Kompeten 38 Sintia Dewi Mawadah 88 Kompeten 96 Kompeten
39 Siti Maesaroh 80 Kompeten 92 Kompeten
40 Siti Sholikhah 93 Kompeten 92 Kompeten
41 Tika Agustina Damayanti 88 Kompeten 89 Kompeten 42 Tri Sulistyaningsih 86 Kompeten 88 Kompeten Rata-rata Kelas 77,71 Kompeten 88,02 Kompeten
(4)
(5)
(6)