PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF CERDAS BELAJAR BACA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN : Studi Eksperimen Dengan Desain Single Subject Research Terhadap Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III SDLB C Cinta Asih.

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Alimin, Z. (2008). Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan pada Anak

Tunagrahita. [Online]. Tersedia: http://www.z-alimin.blogspot.com [13

Juni 2012]

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud PPTG.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

B. Uno, H dan Lamatenggo, N. (2010). Teknologi Komunikasi dan Informasi

Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hurlock, E. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Erlangga

Kustandi, C. dan Sutjipto, B. (2011). Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mulyanta dan Leong, M. (2009). Toturial Membangun Multimedia Interaktif

Media Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Prasetyo, F H. (2007). Desain dan Aplikasi Media Pembelajaran Dengan

Menggunakan Macromedia Flash MX. Magelang: Ardana Media.

Rahim, F. (2008). Pengajaran membaca di Sekolah Dasar. Jakarta; Bumi Aksara Shakinawati, M. (2010). Penggunaan Multimedia Interaktif Model Tutorial

Dalam Meningkatkan Kosakata Bahasa Inggris Anak Tunarungu. Skripsi

S1 Pada Jurusan PLB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Somantri, T. S . (2005). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama .

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sunanto, J., dkk. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press Tampubolon. (1993). Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Pada Anak.


(2)

Tarigan, H G. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wardani, I.G.A.K, dkk. (2007). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak tunagrahita ringan adalah anak yang mengalami keterlambatan perkembangan kecerdasan, mereka mengalami berbagai macam hambatan. Ketunagrahitaan membawa dampak pada aspek perkembangan. Salah satunya pada aspek perkembangan kognitif. Salah satu aspek kognitif yang sangat penting untuk dikuasai oleh anak adalah kemampuan membaca, karena membaca merupakan tahap penting dalam proses perkembangan anak. Membaca merupakan gerbang pertama untuk menuju proses pembejaran yang lebih kompleks. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi, jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka anak akan mengalami berbagai kesulitan dalam mempelajari bidang studi pada kelas-kelas berikutnya.

Membaca merupakan suatu kegiatan yang mencakup kegiatan mengenal huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi dan maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaannya. Membaca merupakan suatu metode yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan dengan orang lain, yaitu mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis (Tarigan, 2008: 8). Pengajaran membaca sangat penting diberikan untuk semua anak, begitupun untuk anak tunagrahita, karena membaca merupakan pintu gerbang pengetahuan dan merupakan prasyarat agar anak mempelajari atau memahami sesuatu.


(4)

Membaca sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Melalui membaca informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh.

Kegiatan membaca terdiri dari dua tahapan, yaitu tahap membaca permulaan dan tahap membaca lanjut. Tahap awal dalam proses belajar membaca adalah tahap membaca permulaan, tahap membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Tujuan membaca permulaan adalah mengenalkan huruf-huruf kepada siswa sebagai tanda suara atau bunyi dan melatih keterampilan untuk merubah huruf-huruf dalam kata menjadi suara. Pada tahap membaca permulaan harus mendapatkan perhatian khusus dari guru, karena jika pada tahap membaca permulaan tidak diberikan secara optimal, maka pada tahap membaca lanjut akan mengalami hambatan.

Pengajaran membaca permulaan merupakan salah satu bidang pengajaran yang diajarkan pada setiap anak begitupun pada tunagrahita. Proses belajar membaca bagi seorang anak tunagrahita sangat berbeda dengan proses belajar membaca bagi anak pada umumnya. Anak tunagrahita pada dasarnya mempunyai hambatan perkembangan fungsi intelektual, sehingga mengalami hambatan yang berarti dalam proses belajar termasuk dalam proses belajar membaca, seperti yang dikemukaan oleh Abdurahman (2009: 143) bahwa anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak. Mereka mengalami kesulitan dalam hal membaca, menggunakan simbol-simbol berhitung, dan menyerap semua mata pelajaran yang bersifat teoritis.


(5)

Hambatan yang menyebabkan anak tunagrahita mengalami kesulitan membaca tidak hanya karena fungsi intelektualnya saja namun banyak faktor lain juga yang mempengaruhinya.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SLBN Cinta Asih Soreang, pada umumnya anak tunagrahita ringan sudah dapat mengenal huruf namun anak mengalami kesulitan saat anak harus menggabungkan huruf menjadi suku kata maupun kata. Hal ini juga terjadi pada salah satu siswa kelas 3-C berinisial M, ia sudah mampu mengenal dan membedakan huruf namun ketika ia harus menggabungkan huruf menjadi suku kata maupun kata anak belum mampu melakukannya.

Sedangkan dalam kompetensi dasar kelas 3 materi yang harus diberikan kepada siswa adalah membaca nyaring beberapa kalimat sederhana. Jangankan untuk membaca nyaring beberapa kalimat sederhana, membaca suku kata pun anak belum dapat melakukannya. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu upaya dan cara yang tepat yang harus dilakukan guru dalam pengajaran membaca permulaan untuk anak tunagrahita ringan. Tanpa penanganan yang tepat mereka dapat mengalami keterpurukan yang berlebih dalam masalah membaca. Upaya pencegahan terhadap masalah membaca bagi siswa tunagrahita sebaiknya dilakukan sedini mungkin.

Untuk membantu anak tunagrahita ringan dalam belajar membaca permulaan diperlukan suatu cara agar dapat mempermudah anak dalam belajar membaca. Salah satunya yaitu dengan menggunakan multimedia interaktif cerdas belajar baca agar dapat mempermudah anak dalam belajar membaca


(6)

permulaan. Multimedia interaktif ini merupakan media pembelajaran terbitan Gramedia yang berisi materi-materi membaca permulaan. Melalui multimedia interaktif ini anak dapat belajar membaca permulaan dengan metode kata lambang, dimana anak akan belajar membaca kata disertai gambar dari kata tersebut, misalnya ketika anak membaca kata “bola” ditunjukan gambar bola kepada anak di atas atau di samping kata tersebut.

Disamping itu penggunaan media yang menyenangkan dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar serta memahami pembelajaran yang diajarkan. Dengan media pembelajaran diharapkan pembelajaran akan lebih efektif.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis sangat tertarik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh multimedia interaktif cerdas belajar baca dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.

B. Identifikasi Masalah

Banyak permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini, maka penulis melakukan identifikasi masalah. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan.

Anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam belajar membaca permulaan.


(7)

2. Metode pembelajaran.

Ketidaktepatan penerapan metode pembelajaran pada anak tunagrahita akan sangat menghambat dalam kemampuan membaca permulaan.

3. Lingkungan belajar.

Lingkungan belajar sangat berpengaruh pada kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita.

4. Media pembelajaran.

Terdapat beberapa media pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran, namun tidak semua media pembelajaran cocok untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca. Ketidaktepatan penggunaan media pembelajaran akan menghambat kemampuan membaca pada anak. 5. Penggunaan multimedia interaktif cerdas belajar baca dapat menjadi

media dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan terhadap anak tunagrahita ringan

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada penggunaan multimedia interaktif cerdas belajar baca untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah penggunaan multimedia interaktif cerdas belajar baca dapat meningkatkan kemampuan anak tunagrahita ringan dalam membaca permulaan ?


(8)

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh penggunaan multimedia interaktif cerdas belajar baca terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan di SLBN Cinta Asih Soreang.

b. Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khususnya ialah:

1) Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan dengan menggunakan multimedia interaktif cerdas belajar baca.

2) Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan dengan menggunakan multimedia interaktif cerdas belajar baca.

2. Kegunaan Penelitian

Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat berguna, adapun kegunaan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan tentang pembelajaran pada siswa tunagrahita kelas III SDLB-C yang ada di lapangan serta menerapkannya pada pembelajaran di sekolah.

b. Bagi institusi lembaga pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan penggunaan multimedia interaktif cerdas belajar baca untuk peneliti dan guru-guru di SLB.


(9)

c. Bagi siswa, diharapkan multimedia interaktif cerdas belajar baca dapat membantu meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca permulaan.


(10)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan subjek tunggal atau Single Subject Research (SSR) yaitu suatu metode yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan yang diberikan . SSR mengacu pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan tentang tingkah laku subjek secara individu. Hal ini memungkinkan untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dan perubahan tingkah laku.

Pola desain eksperimen subjek tunggal yang dipakai dalam penelitian ini adalah desain A-B-A‟. Dimana A (Baseline 1) adalah lambang dari data

garis datar. Yang merupakan suatu kondisi awal kemampuan subjek dalam membaca permulaan sebelum diberi perlakuan atau intervensi. B (Intervensi) adalah untuk data perlakuan atau intervensi, kondisi kemampuan subjek dalam membaca permulaan selama intervensi. Pada tahap ini subjek diberikan intervensi dengan menggunakan multimedia interaktif cerdas belajar baca secara berulang-ulang. A‟ (Baseline 2) merupakan pengulangan kondisi baseline sebagai evaluasi setelah intervensi diberikan.

Didalam disain A-B-A‟ ini terdapat tiga fase yang memiliki tujuan untuk mempelajari besarnya pengaruh dari suatu perlakuan yang diberikan kepada individu dengan membandingkan kondisi baseline sebelum dan sesudah diberikan suatu perlakuan atau intervensi. Dalam hal ini ingin


(11)

diketahui seberapa besar pengaruh penggunaan multimedia interaktif cerdas belajar baca dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan. Adapun secara visual desain A-B-A‟ digambarkan sebagai berikut :

Grafik 3.1 Desain A-B-A’

Berikut adalah penjabaran dari desain A-B-A‟ :

A = Baseline 1, baseline 1 merupakan kondisi awal kemampuan anak

dalam membaca permulaan sebelum diberikan perlakuan atau intervensi. Fase

baseline ini akan dilakukan sampai data yang diperoleh stabil.

B = Intervensi, intervensi adalah kondisi kemampuan anak dalam

membaca permulaan selama memperoleh perlakuan. Fase intervensi ini akan dilakukan sampai data yang diperoleh stabil dengan menggunakan multimedia interaktif cerdas belajar baca.

0 20 40 60 80 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

P E R S E N T A S E ( % ) SESI


(12)

A’ = Baseline 2, baseline 2 merupakan pengulangan kondisi baseline

sebagai evaluasi dari intervensi yang telah diberikan yang bertujuan untuk melihat apakah intervensi yang dilakukan memberikan pengaruh terhadap kemampuan atau keterampilan anak dalam membaca permulaan. Fase

baseline kedua ini akan dilakukan sampai data yang diperoleh stabil. B. Variabel Penelitian

1. Definisi Operasional Variabel

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat, variabel bebas dalam penelitian subjek tunggal dikenal dengan istilah intervesi atau perlakuan. Sedangkan variabel terikat dikenal dengan istilah target behavior atau perilaku sasaran (Sunanto, dkk. 2006: 12).

a. Variabel Bebas

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel

terikat” (Sunanto, dkk. 2006: 12). Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel bebas adalah multimedia interaktif cerdas belajar baca. Multimedia interaktif cerdas belajar baca merupakan media berbasis komputer yang didalamnya terdapat perpaduan antara media audio visual berupa teks, gambar, grafis, foto, audio dan gambar animasi kartun yang dibuat dengan menggunakan perangkat lunak (software) macromedia flash pada komputer. Hofsteter (Mulyanta, 2009: 1) mengemukakan bahwa ;

Multimedia interaktif merupakan media pembelajaran yang memanfaatkan komputer untuk menggabungkan teks, grafik, audio, video, animasi menjadi satu kesatuan dengan link dan tool yang tepat


(13)

sehingga memungkinkan pemakai dapat melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi.

Multimedia interaktif yang digunakan di dalam penelitian ini menggunakan cd interaktif cerdas belajar baca terbitan Gramedia. Dengan model interaktif seolah-olah terjadi komunikasi dua arah antara anak dengan narator yang membawakan materi pembelajaran. Mutimedia interaktif ini berisi materi membaca permulaan, yang didalamnya terdapat kata dan gambar dari kata tersebut serta suara dari kata tersebut.

Kata-kata yang akan dipelajari untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan ini memiliki pola KVKV, baju, dadu, kuda, topi dll. Tampilan pertama yang muncul adalah gambar-gambar dari kata yang akan dipelajari. Anak diminta untuk mengklik salah satu gambar dari pilihan berbagai macam gambar benda, lalu akan muncul gambar yang dipilih anak dengan suara dan kata dari gambar tersebut contoh, anak mengklik gambar baju lalu akan muncul gambar baju disertai kata dan

suara “baju”. Kemudian tampilan akan berubah menjadi suku kata “ba-ju”

tanpa disertai gambar dari kata tersebut. Slide akan berubah lagi menjadi kata “baju” disertai dengan gambar baju.

Setelah hal tersebut dilakukan berulang kali, anak dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya. Tahap ini berisi satu gambar benda disertai tiga pilihan kata. Salah satu kata yang ditampilkan merupakan nama dari gambar benda tersebut, contoh slide menampilkan gambar dadu yang dibawahnya terdapat kata baju, dagu, buku. Anak diminta untuk


(14)

memasangkan nama benda yang sesuai dengan gambar benda dengan cara mendrag nama benda ke atas gambar benda. Jika anak memasangkan

dengan benar akan terdengar bunyi “tring” dan jika anak memasangkan

dengan kata yang salah akan terdengar bunyi “totet”. b. Variabel terikat

“Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas” (Sunanto, dkk 2006: 12). Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel terikat adalah keterampilan membaca permulaan. Menurut Tarigan (2008: 12) keterampilan membaca permulaan adalah keterampilan mengasosiasikan lambang tulisan sebagai proses mencocokan huruf atau melafalkan yang ditempuh sebagai langkah pertama. Membaca permulaan merupakan prasyarat agar siswa dapat membaca lanjut.

Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan kata-kata yang sering di dengar oleh anak. Kata-kata yang akan dipelajari adalah kata yang memiliki pola sederhana yaitu KVKV. Melalui kata-kata tersebut anak akan belajar untuk membunyikan huruf, suku kata, sampai menjadi kata, kemudian anak akan belajar memaknai kata yang dibacanya dengan bantuan gambar. Keterampilan membaca permulaan ini akan diukur melalui tes hasil belajar. Tes ini berjumlah 20 soal, dimana setiap jawaban benar akan diberi skor 1. Jumlah skor tersebut kemudian akan dirubah kedalam skala persentase.

C. Subjek Penelitian


(15)

kelamin laki-laki berinisial M berusia 10 tahun. Secara fisik subjek seperti anak pada umumnya, subjek mampu berkomunikasi dengan baik, subjek dapat melihat dan mendengar, perkembangan motorik subjek sangat baik, perkembangan emosinya pun cukup baik meskipun terkadang anak cepat bosan dan gampang marah. Dalam hal akademik subjek mengalami kesulitan dalam membaca permulaan, kemamampuan subjek dalam membaca permulaan sangat kurang. Subjek sudah dapat mengenal huruf namun subjek mengalami kesulitan dalam menggabungkan huruf menjadi suku kata maupun kata.

D. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini sudah ditentukan target behavior yang akan diubah yaitu kemampuan membaca permulaan.

1. Fase baseline (A)

Untuk mengetahui kemampuan awal subjek dalam membaca, pada fase awal ini peneliti memberikan soal-soal bacaan berupa kata yang harus dibaca oleh subjek dengan menggunakan kartu kata. Soal yang diberikan kepada subjek sebanyak 20 soal dalam waktu 20 menit. Jika anak menjawab dengan benar, maka anak akan diberi skor 1, jika anak menjawab salah maka akan diberikan skor 0. Setelah semua soal selesai diperiksa, skor benar dijumlahkan kemudian dibagi jumlah soal yaitu 20 kemudian dikalikan 100%. Fase baseline ini akan dilakukan sampai data yang diperoleh stabil.


(16)

2. Fase Intervensi (B)

Intervensi dilakukan setelah data pada baseline cenderung stabil. Pada fase intervensi, pengukuran dilakukan sampai data menjadi stabil, setiap sesi dilakukan satu hari dengan waktu 60 menit. Tahap intervensi ini dilakukan dengan menggunakan multimedia interaktif cerdas belajar baca. Materi pertama yang diberikan kepada anak adalah membaca kata dengan metode kata lambang dimana anak akan membaca kata dengan bantuan gambar. Adapun langkah-langkah operasionalnya sebagai berikut :

a. Anak diminta memilih dan mengklik salah satu gambar benda dari 20 macam gambar benda, lalu akan muncul gambar yang dipilih anak. Setelah gambar muncul tampilan akan berubah menjadi kata dari gambar tersebut, misalnya anak mengklik gambar sapi lalu gambar akan berubah menjadi kata atau tulisan „sapi‟

b. Anak diminta untuk membaca kata yang muncul pada layar dengan mengikuti suara dari narator yang membacakan kata tersebut, misalnya narator membaca kata „sapi‟ lalu anak akan mengikutinya

c. Setelah narator membaca kata, tampilan akan berubah menjadi suku kata, anak diminta untuk memmbaca suku kata dengan mengikuti suara dari narator yang membacakan suku kata tersebut.

d. Tampilan akan berubah lagi menjadi kata disertai dengan gambar, anak diminta untuk membaca kata tersebut dengan mengikuti suara dari narator yang membacakan kata tersebut. Misalnya tampilan berubah menjadi kata „sapi‟ disertai dengan gambar sapi lalu anak akan membacanya.


(17)

Hal ini dilakukan berulang kali sampai anak mengklik semua gambar yang ada pada tampilan.

Materi kedua yang diberikan kepada anak adalah mencocokan kata dengan gambar dari kata tersebut, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Anak diminta mengklik menu lanjut, lalu slide akan menampilkan gambar benda dengan tiga pilihan kata, misalnya terdapat gambar baju dengan pilihan kata „baju‟, „baru‟ dan „biru‟.

b. Anak diminta memilih dan mencocokan kata yang sesuai dengan gambar dengan cara mendrag kata yang sesuai dengan gambar ke atas gambar tersebut.

c. Jika anak memilih kata yang benar dan sesuai dengan gambar akan terdengar bunyi tring, dan jika anak memilih kata yang tidak sesuai dengan gambar maka akan terdengat bunyi totet.

Pada setiap pemberian materi, setiap sesi diakhiri dengan pemberian evaluasi dengan menggunakan tes bacaan berupa kata yang harus dibaca oleh anak dengan menggunakan kartu kata . Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai kemampuan anak dalam membaca permulaan yang telah diajarkan melalui multimedia interaktif cerdas belajar baca. Jika anak menjawab dengan benar, maka anak akan diberi skor 1, jika anak menjawab salah maka akan diberi skor 0. Setelah semua soal selesai diperiksa, skor benar dijumlahkan kemudian dibagi jumlah soal yaitu 20 kemudian dikalikan 100%.


(18)

3. Fase Baseline 2 (A‟)

Pada fase baseline 2 ini dilakukan pengukuran kembali seperti pada fase baseline 1 dengan menggunakan format tes dan prosedur pelaksanaan yang sama, hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana intervensi yang dilakukan berpengaruh terhadap subjek . Sehingga peneliti dapat menjawab apakah berhasil atau tidaknya multimedia interaktif cerdas belajar baca dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada subjek penelitian.

E. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen

“Instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data pada suatu penelitian” (Arikunto, 2006: 149) . Instrumen atau alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes.

Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian dan kemampuan atau keterampilan siswa dalam membaca permulaan. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberi tes lisan pada kondisi baseline-1, intervensi, dan baseline-2. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti membuat beberapa langkah untuk mempermudah peneliti dalam mencapai tujuan yaitu :

a. Membuat kisi-kisi

Kisi-kisi adalah gambaran rencana butir-butir soal yang disesuaikan dengan variabel penelitian. Dalam membuat kisi-kisi ini peneliti mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar bahasa


(19)

Indonesia kelas III SDLB-C. Berikut standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indoensia kelas III semester I yang menjadi acuan pembuatan kisi-kisi dalam penelitian ini:

Tabel 3.1

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : III/I SDLB C Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator No Soal Aspek yang Dinilai Jenis Tes Memahami cara membaca kata sederhana Membaca nyaring beberapa kata Membaca nyaring kata berpola KVKV

1-20 Kemampua n membaca permulaan

Lisan

b. Pembuatan Butir Soal.

Pembuatan butir soal disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan pada kisi-kisi soal. Dari tujuan tersebut dibuatlah 20 butir soal.

Table 3.2

FORMAT INSTRUMEN PENELITIAN

Materi No Soal

membaca nyaring

1. Bacalah ! b o l a


(20)

kata berpola KVKV

2. d a d u 3. m e j a 4. k u d a 5. c a b e 6. p a l u 7. s a p i 8. s a p u 9. b a j u 10. r o t i 11. t a l i 12. t o p i 13. r o d a 14. k e j u 15. b i r u 16. b u k u 17. k a k i 18. h a t i 19. g i g i 20. p o t o

c. Kriteria Penilaian Butir Soal

Penilaian digunakan untuk mendapatkan skor pada tahap baseline 1, intervensi dan baseline 2. Penilaiannya adalah skor 1 jika anak dapat


(21)

membaca dengan benar skor 1, dan skor 0 jika anak salah atau tidak dapat membaca.

d. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang akan digunakan. Sehingga dapat diketahui apakah instrumen tersebut layak digunakan atau tidak sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian. Untuk itu, dengan menggunakan instrument yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan kan diperoleh data yang dapat dipercaya kebenarannya.

1) Uji Validitas

Arikunto (2006: 168) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah “suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur”. Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Maka dari itu validitas instrumen sangat diperlukan dalam suatu penelitian karena validitas juga merupakan ukuran mutu dan kebermaknaan suatu penelitian.

Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) dengan teknik penilai ahli (judgemen). Sugiono (2002: 14) “untuk menguji validitas isi dapat digunakan pendapat para ahli


(22)

untuk menentukan apakah tes tersebut sesuai antara tujuan pembelajaran yang ditetapkan dengan butir soal yang dibuat. Dengan kata lain suatu instrumen telah memenuhi aspek-aspek yang terkandung dalam butir soal yang dibuat. Proses validasinya dengan membandingkan isi tes dengan tabel spesifikasi yang ada kemudian dilakukan penilaian oleh para ahli. Skor hasil validitas diolah dengan menggunakan rumus :

Keterangan:

= Jumlah cocok

� = jumlah ahli penilai P = Presentase

Hasil Expect Judgement oleh beberapa ahli, sebagai berikut : Drs. H. Maman Abdurachman SR, M.Pd : Valid

Engkos Kosim S.Pd : Valid

Dini Handayani S.Pd : Valid

Adapun hasil perhitungan dari validitas dapat dilihat pada lampiran.

2) Uji Reliabilitas

Suatu tes haruslah dapat dipercaya untuk mendapatkan nilai yang diinginkan. Arikunto (2006: 178) mengemukakan bahwa “reliabilitas menunjukan suatu pengertian bahwa instrumen cukup dipercaya untuk

�= �


(23)

digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudahlah

baik”. Instrumen yang sudah dipercaya akan menghasilkan data yang

dipercaya juga. Untuk mengetahui pencatatan data sudah reliabel atau belum, instrumen diujicobakan pada subjek yang sama atau mendekati karakteristik yang sebenarnya, yaitu siswa tunagrahita ringan yang belum mampu untuk membaca.

Uji coba ini akan dilakukan pada 5 subjek di SLB Pambudi Dharma Cimahi. Instrumen yang digunakan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan metode belah dua (spilt half method) ganjil-genap dengan cara menghitung korelasi product moment, yang selanjutnya dilakukan perhitungan dengan teknik Spearmen Brown. Adapun rumus korelasi

product moment seperti di bawah ini :

= � � − (� )(� ) �� 2 ( )2 �� 2 ( )2

Keterangan :

�� = koefisien korelasi n = jumlah siswa

X = jumlah skor butir soal ganjil untuk setiap siswa uji coba Y = jumlah skor butir soal genap tiap siswa uju coba

� = jumlah hasil perkalian XY

Dari hasil uji coba intrumen yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut :

�� = � � − � �


(24)

= 5 277 − (36)(38) 5 � 266−(36)2 (5 294(38)2 = 1385−1368

1330−1296 (1470−1444 )

= 17 34 (26)

= 17

30 = 0,56

Nilai rb ini baru menunjukan reliabilitas setengah tes. Maka untuk menghitung hasil tes secara keseluruhan menggunakan rumus Spearmen

Brown.

r = 2��

1+��

= 2 (0,56)

1+0.56 = 1.12

1.56 = 0,71

Suatu perangkat tes dapat dikatakan reliabel jika telah mencapai sekurang-kurangnya 0,5. Maka dengan itu instrumen penelitian ini sudah dapat dikatakan reliabel karena telah melebihi 0,5 yaitu 0,71.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah tes. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan anak dalam membaca permulaan baik sebelum mendapatkan intervensi, pada saat intervensi, maupun setelah intervensi diberikan. Hal ini dilakukan agar didapat data yang akurat mengenai kemampuan anak dalam membaca permulaan.

Penilaian dilakukan dimana setiap jawaban yang benar akan diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Data yang telah didapat


(25)

dicatat pada lembar penilaian yang telah disiapkan, setelah semua data terkumpul kemudian masing-masing komponen dijumlahkan dan untuk menghitung persentase kemampuan anak dalam membaca permulaan dapat dihitung dengan cara jumlah jawaban yang benar : jumlah soal X 100 %.

Peneliti akan mendapat data-data melalui desain A-B-A‟ dengan pencatatan persentase. Pencatatan persentase yaitu mencatat jumlah jawaban benar dari suatu tes dibandingkan dengan keseluruhan jumlah soal tes kemudian dikalikan dengan 100%.

F. Teknik Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul yang diperoleh dari baseline-1, intervensi, baseline-2 kemudian data diolah dan dianalisis dengan menggunakan ststistik deskriptif dengan tujuan agar memperoleh gambaran data yang lebih jelas tentang hasil intervensi. Statistik deskriptif adalah

Statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. (Sugiyono, 2007: 207).

Tujuan utama analisis data adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran yang ingin diubah. Komponen analisis data pada penelitian ini antara lain:

1. Analisis dalam Kondisi.

Analisis dalam kondisi adalah analisis perubahan dalam suatu kondisi, misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi. Komponen-komponen yang dianalisis adalah:


(26)

a. Panjang kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi, menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan pada tiap kondisi. Panjang kondisi atau banyaknya data dalam kondisi tidak ada ketentuan pasti. Data dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai data menunjukkan kestabilan dan arah grafik yang jelas

b. Kecenderungan Arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi. Untuk membuat garis dilakukan dengan dua metode, yaitu 1) metode tangan bebas (freehand) yaitu membuat garis secara langsung pada suatu kondisi sehingga membelah data sama banyak yang terletak di atas dan di bawah garis tersebut. 2) metode belah tengah (split-middle), yaitu membuat garis lurus membelah data dalam suatu kondisi berdasarkan median.

c. Tingkat Stabilitas (level stability)

Tingkat stabilitas menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan data ini dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean. Jika sebanyak 50% atau lebih data berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean, maka data tersebut dapat dikatakan stabil.


(27)

d. Tingkat Perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan antar dua data. Tingkat perubahan data dalam kondisi merupakan selisih antar data pertama dan data terakhir

e. Jejak Data (data path)

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu menaik, menurun, dan mendatar

f. Rentang

Rentang merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir. Rentang memberikan informasi yang sama pada analisis tentang tingkat perubahan (level change)

2. Analisis antar Kondisi

Analisis antar kondisi yaitu perubahan data antara dua kondisi, misal kondisi baseline (A) ke kondisi intervensi (B). Komponen-komponen analisis antar kondisi meliputi:

a. Variabel yang diubah

Dalam analisis data antar kondisi sebaiknya variabel terikat atau perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku. Analisis ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya

Dalam analisis data antar kondisi, perubahan kecenderungan arah garfik antara kondisi baseline dan intervensi menunjukkan makna


(28)

perubahan perilaku sasaran (target behavior) yang disebabkan oleh intervensi. Kemungkinan kecenderungan grafik antar kondisi adalah 1) mendatar ke mendatar, 2) mendatar ke menaik, 3) mendatar ke menurun, 4) menaik ke menaik, 5) menaik ke mendatar, 6) menaik ke menurun, 7) menurun ke menaik, 8) menurun ke mendatar, 9) menurun ke menurun. Sedangkan makna efek tergantung pada tujuan intervensi

c. Perubahan Stabilitas dan Efeknya

Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data. Data dikatakan stabil apabila data tersebut menujukkan arah (mendatar, menaik, dan menurun) secara konsisten.

d. Perubahan Level Data

Perubahan level data yaitu menunjukkan seberapa besar data berubah. Tingkat perubahan data antar kondisi ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada kondisi pertama (baseline) dengan data pertama pada kondisi berikutnya (intervensi). Nilai selisih ini menggambarkan seberapa besar terjadinya perubahan perilaku akibat pengaruh intervensi. e. Data yang Tumpang Tindih (overlap)

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi adalah terjadinya data yang sama pada kedua kondisi tersebut. Data yang tumpang tindih menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi, semakin banyak data yang tumpang tindih semakin menguatkan dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi. Misalnya, jika data pada suatu kondisi baseline lebih dari 90% yang tumpang tindih pada kondisi


(29)

intervensi. Hal ini memberikan isyarat bahwa pengaruh intervensi terhadap perubahan perilaku tidak dapat diyakinkan.

Dalam penelittian ini data disajikan dengan menggunakan statistik deskriptif yang berbentuk grafik. Hal ini bertujuan untuk mempermudah memahami data, adakah peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita sedang setelah diberikan perlakuan tertentu dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan multimedia interaktif cerdas belajar baca.

Dalam membuat grafik terdapat komponen-komponen dasar yang harus dipenuhi, seperti yang dikemukakan oleh Sunanto (2005: 36-37), yaitu ;

1) Absis, adalah sumbu X merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan variabel bebas (mislanya sesi, hari, tanggal)

2) Ordinat, adalah sumbu Y merupakan sumbu vertical yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat (misalnya persen, frekuensi, durasi)

3) Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y sebagai titik awal satuan variabel bebas dan terikat.

4) Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan Y yang menunjukkan ukuran (mislanya : 0%, 25%, 50%, 75%).

5) Label kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen mislanya baseline atau intervensi.

6) Garis perubahan kondisi yaitu garis vertical yang menunjukkan adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya.

7) Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan multimedia interaktif cerdas belajar baca berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan awal subjek M dalam membaca permulaan sebelum menggunakan multimedia interaktif cerdas belajar baca sangat rendah, akan tetapi setelah menggunakan multimedia interaktif cerdas belajar baca kemampuan membaca permulaan subjek M mengalami peningkatan.

Hasil yang diperoleh setelah dilakukan penelitian pada fase baseline 1 (A1) data mean yang diperoleh sebesar 10%. Mean level pada fase intervensi (B) adalah sebesar 73,75% dan mean level pada fase baseline 2 (A2) adalah sebesar 71,25%. Jika dilihat dari data mean pada fase baseline 2 (A2) anak menunjukan peningkatan dibandingkan data mean pada fase baseline 1 (A1), maka dari itu hasil peningkatan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan adalah adalah sebesar 71,25%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut :


(31)

1. Bagi Guru

Multimedia interaktif cerdas belajar baca dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang menyenangkan bagi anak dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan, namun tidak semua materi membaca permulaan yang ada dalam multimedia ini cocok untuk anak tunagrahita ringan, oleh karena itu peneliti merekomendasi agar guru dapat memilih materi yang sesuai dengan kebutuhan anak, sehingga multimedia interaktif cerdas belajar baca dapat membantu guru dalam menyampaikan materi membaca permulaan sebagai upaya peningkatan kemampuan anak dalam membaca permulaan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang berkenan untuk mengangkat kembali dengan permasalahan yang sama, dapat meneliti permasalahan ini dengan metode yang berbeda. Misalnya dengan metode eksperimen murni atau dengan metode peneletian SSR dengan desain penelitian yang berbeda yaitu desain A-B-A-B. Penelitian ini juga dapat dilakukan dengan metode penelitian kualitatif mengenai pengembangan multimedia interaktif dalam upaya peningkatan kemampuan membaca permulaan.


(32)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR GAMBAR... .. ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MULTIMEDIA INTERAKTIF CERDAS BELAJAR BACA ... 8

A. Konsep Dasar Anak Tunagrahita ... 8

1. Pengertian Anak Tunagrahita... 8

2. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 9

3. Dampak Ketunagrahitaan Terhadap Perkembangan Membaca . 10 B. Konsep Dasar membaca Permulaan ... 11

1. Pengertian Membaca ... 11

2. Pengertian Membaca Permulaan ... 13

C. Multimedia Interaktif Cerdas Belajar Baca ... 14

1. Media Pembelajaran ... 14

2. Manfaat dan Kontribusi Media Dalam Pembelajaran ... 16

a. Manfaat Media Pembelajaran ... 16

b. Kontribusi Media Pembelajaran... 16

3. Multimedia Interaktif Cerdas Belajar Baca ... 17

D. Penelitian Yang Relevan ... 20

E. Kerangka Berfikir ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Metode Penelitian ... 25

B. Variabel Penelitian ... 27


(33)

a. Variabel Bebas ... 27

b. Variabel Terikat ... 29

C. Subjek Penelitian ... 30

D. Prosedur Penelitian ... 30

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 33

1. Instrumen ... 33

2. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Teknik Pengolahan Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

1. Hasil Baseline-1 (A-1) ... 45

2. Hasil Intervensi (B) ... 46

3. Hasil Baseline-2 (A-2) ... 48

B. Analisis Data ... 50

1. Analisis dalam Kondisi ... 50

2. Analisis antar Kondisi ... 60

C. Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Rekomendasi ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(34)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian... 34

Tabel 3.2 Format Instrumen Penelitian ... 35

Tabel 4.1 Data Baseline 1 (A-1) ... 45

Tabel 4.2 Data Intervensi (B) ... 47

Tabel 4.3 Data Baseline 2 (A-2) ... 48

Tabel 4.4 Data Panjang Kondisi ... 50

Tabel 4.5 Data Estimasi Kecenderungan Arah ... 52

Tabel 4.6 Data Kecenderungan Stabilitas ... 56

Tabel 4.7 Data Kecenderungan Jejak ... 57

Tabel 4.8 Level Stabilitas dan Rentang ... 58

Tabel 4.9 Level Perubahan... 58

Tabel 4.10 Hasil Analisis Visual dalam Kondisi ... 59

Tabel 4.11 Data Jumlah Variabel Diubah ... 60

Tabel 4.12 Data Kecenderungan Arah dan Efeknya ... 60

Tabel 4.13 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 61

Tabel 4.14 Data Perubahan Level ... 62

Tabel 4.15 Data Presentase Overlap ... 64


(35)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Desain A-B-A ... 29

Grafik 4.1 Hasil Baseline 1 (A-1) ... 46

Grafik 4.2 Hasil Intervensi (B) ... 47

Grafik 4.3 Hasil Baseline 2 (A-2) ... 49

Grafik 4.4 Perkembangan Kemampuan Operasi Hitung Pengurangan... 50

Grafik 4.5 Estimasi Kecenderungan Arah ... 51

Grafik 4.6 Kecenderungan Stabilitas Baseline 1 (A-1) ... 53

Grafik 4.7 Kecenderungan Stabilitas Intervensi (B) ... 54

Grafik 4.8 Kecenderungan Stabilitas Baseline 2 (A-2) ... 55

Grafik 4.9 Data Overlap A-1 dan B ... 63


(1)

67

Pupu Fauziah, 2012

Penggunaan Multimedia Interaktif Cerdas Belajar Baca Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Tunagrahita Ringan

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan multimedia interaktif cerdas belajar baca berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan awal subjek M dalam membaca permulaan sebelum menggunakan multimedia interaktif cerdas belajar baca sangat rendah, akan tetapi setelah menggunakan multimedia interaktif cerdas belajar baca kemampuan membaca permulaan subjek M mengalami peningkatan.

Hasil yang diperoleh setelah dilakukan penelitian pada fase baseline 1 (A1) data mean yang diperoleh sebesar 10%. Mean level pada fase intervensi (B) adalah sebesar 73,75% dan mean level pada fase baseline 2 (A2) adalah sebesar 71,25%. Jika dilihat dari data mean pada fase baseline 2 (A2) anak menunjukan peningkatan dibandingkan data mean pada fase baseline 1 (A1), maka dari itu hasil peningkatan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan adalah adalah sebesar 71,25%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut :


(2)

68

1. Bagi Guru

Multimedia interaktif cerdas belajar baca dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang menyenangkan bagi anak dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan, namun tidak semua materi membaca permulaan yang ada dalam multimedia ini cocok untuk anak tunagrahita ringan, oleh karena itu peneliti merekomendasi agar guru dapat memilih materi yang sesuai dengan kebutuhan anak, sehingga multimedia interaktif cerdas belajar baca dapat membantu guru dalam menyampaikan materi membaca permulaan sebagai upaya peningkatan kemampuan anak dalam membaca permulaan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang berkenan untuk mengangkat kembali dengan permasalahan yang sama, dapat meneliti permasalahan ini dengan metode yang berbeda. Misalnya dengan metode eksperimen murni atau dengan metode peneletian SSR dengan desain penelitian yang berbeda yaitu desain A-B-A-B. Penelitian ini juga dapat dilakukan dengan metode penelitian kualitatif mengenai pengembangan multimedia interaktif dalam upaya peningkatan kemampuan membaca permulaan.


(3)

Pupu Fauziah, 2012

Penggunaan Multimedia Interaktif Cerdas Belajar Baca Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Tunagrahita Ringan

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR GAMBAR... .. ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MULTIMEDIA INTERAKTIF CERDAS BELAJAR BACA ... 8

A. Konsep Dasar Anak Tunagrahita ... 8

1. Pengertian Anak Tunagrahita... 8

2. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 9

3. Dampak Ketunagrahitaan Terhadap Perkembangan Membaca . 10 B. Konsep Dasar membaca Permulaan ... 11

1. Pengertian Membaca ... 11

2. Pengertian Membaca Permulaan ... 13

C. Multimedia Interaktif Cerdas Belajar Baca ... 14

1. Media Pembelajaran ... 14

2. Manfaat dan Kontribusi Media Dalam Pembelajaran ... 16

a. Manfaat Media Pembelajaran ... 16

b. Kontribusi Media Pembelajaran... 16

3. Multimedia Interaktif Cerdas Belajar Baca ... 17

D. Penelitian Yang Relevan ... 20

E. Kerangka Berfikir ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Metode Penelitian ... 25

B. Variabel Penelitian ... 27


(4)

a. Variabel Bebas ... 27

b. Variabel Terikat ... 29

C. Subjek Penelitian ... 30

D. Prosedur Penelitian ... 30

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 33

1. Instrumen ... 33

2. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Teknik Pengolahan Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

1. Hasil Baseline-1 (A-1) ... 45

2. Hasil Intervensi (B) ... 46

3. Hasil Baseline-2 (A-2) ... 48

B. Analisis Data ... 50

1. Analisis dalam Kondisi ... 50

2. Analisis antar Kondisi ... 60

C. Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Rekomendasi ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(5)

Pupu Fauziah, 2012

Penggunaan Multimedia Interaktif Cerdas Belajar Baca Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Tunagrahita Ringan

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian... 34

Tabel 3.2 Format Instrumen Penelitian ... 35

Tabel 4.1 Data Baseline 1 (A-1) ... 45

Tabel 4.2 Data Intervensi (B) ... 47

Tabel 4.3 Data Baseline 2 (A-2) ... 48

Tabel 4.4 Data Panjang Kondisi ... 50

Tabel 4.5 Data Estimasi Kecenderungan Arah ... 52

Tabel 4.6 Data Kecenderungan Stabilitas ... 56

Tabel 4.7 Data Kecenderungan Jejak ... 57

Tabel 4.8 Level Stabilitas dan Rentang ... 58

Tabel 4.9 Level Perubahan... 58

Tabel 4.10 Hasil Analisis Visual dalam Kondisi ... 59

Tabel 4.11 Data Jumlah Variabel Diubah ... 60

Tabel 4.12 Data Kecenderungan Arah dan Efeknya ... 60

Tabel 4.13 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 61

Tabel 4.14 Data Perubahan Level ... 62

Tabel 4.15 Data Presentase Overlap ... 64


(6)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Desain A-B-A ... 29

Grafik 4.1 Hasil Baseline 1 (A-1) ... 46

Grafik 4.2 Hasil Intervensi (B) ... 47

Grafik 4.3 Hasil Baseline 2 (A-2) ... 49

Grafik 4.4 Perkembangan Kemampuan Operasi Hitung Pengurangan... 50

Grafik 4.5 Estimasi Kecenderungan Arah ... 51

Grafik 4.6 Kecenderungan Stabilitas Baseline 1 (A-1) ... 53

Grafik 4.7 Kecenderungan Stabilitas Intervensi (B) ... 54

Grafik 4.8 Kecenderungan Stabilitas Baseline 2 (A-2) ... 55

Grafik 4.9 Data Overlap A-1 dan B ... 63


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN PENDEKATAN LEARNING BY DOING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

3 7 37

PENERAPAN METODE SUKU KATA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

0 1 31

PENGARUH MEDIA KARTU KATA FOKUS WARNA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN: Single Subject Research (SSR) PadaSiswa SLB BC ARAS.

3 21 117

PENGARUH MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KATA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN: Penelitian Eksperimen dengan Desain Single Subject Research pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas IV di SLB-B/C Bina Mandiri Bogor.

1 1 35

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

5 13 24

PENGARUH MEDIA ULAR TANGGA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN SISWA TUNAGRAHITA RINGAN : Single Subject Research Kelas II SDLB dalam Peningkatan Kemampuan Penjumlahan Sampai 10 di SLB C YPLB Majalengka.

0 1 38

PENGGUNAAN METODE FONIK DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN: Single Subject Research Pada Siswa Kelas III SDLB di SLB Purnama Asih Bandung.

10 36 36

PENGGUNAAN PERMAINAN HARTA KARUN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PRASYARAT MATEMATIKA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C SUMBERSARI BANDUNG:Studi Eksperimen Single Subject Research Terhadap Siswa Tunagrahita Ringan Kelas 2.

1 3 29

PENGGUNAAN MEDIA PAPAN CONGKAK HITUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DALAM OPERASI HITUNG PENGURANGAN : Studi Eksperimen Dengan Desain Single Subject Research Terhadap Siswa Tunagrahita Ringan Kelas IV SDLB C Purnama Asih.

1 6 26

PENGGUNAAN PENDEKATAN PENGALAMAN BAHASA (LANGUAGE-EXPERIENCE APPROACH) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA :Penelitian Eksperimen dengan Single Subject Research pada Anak Berkesulitan Belajar Membaca Kelas

4 12 33