UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK (Penelitian Pada Siswa Kelas 8 Di SMP N 11 Semarang Tahun Ajaran 2008/ 2009).

(1)

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN

SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN

KELOMPOK (Penelitian Pada Siswa Kelas 8 Di SMP N

11 Semarang

Tahun Ajaran 2008/ 2009)

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

oleh Wasi Aqnaa Sari

1301404036

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Februari 2009 Yang menyatakan

Wasi Aqnaa Sari NIM. 1301404036


(3)

iii

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FIP UNNES pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 24 Februari 2009 Panitia Ujian:

Ketua Sekretaris

Drs. Hardjono, M.Pd. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd.

NIP. 130781006 NIP. 132205934

Penguji I

Dra. M.Th Sri Hartati, M.Pd.

NIP. 131578121

Penguji I/ Pembimbing I Penguji II/ Pembimbing II

Dr. H. Anwar Sutoyo, M.Pd. Dra. Hj. Awalya, M.Pd.


(4)

iv

(1) Ajarkan sedikit hal dengan apa yang kita ucapkan (teach little by what we say) (2) Ajarkan banyak hal dengan apa yang kita lakukan (teach more by what we do) (3) Ajarkan paling banyak dari bagaimana diri kita pribadi (teach most by what

we are) Persembahan

Ku persembahkan karyaku ini untuk: (1) Ayah dan Ibuku tercinta

(2) Guruku dan (MUA) tercinta (3) Kakakku tercinta (Mas Bebex) (4) Teman-temanku


(5)

v

Disiplin sangat penting khususnya bagi perkembangan siswa dan diperlukan supaya mereka dapat belajar dan berperilaku dengan cara yang dapat diterima lingkungan dimana ia berada. Usia siswa yang masih remaja cenderung memiliki tingkat emosi yang masih labil, mereka belum paham akan keadaan diri mereka sendiri dan lingkungan sekolah sehingga sering kali mereka melanggar peraturan sekolah dengan tidak berperilaku disiplin. Dalam penelitian ini perilaku disiplin siswa akan ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok, sehingga layanan bimbingan kelompok seperti apa yang diharapkan dapat meningkatkan perilaku disiplin siswa di sekolah.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Perilaku Disiplin Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok (Penelitian Pada Siswa Kelas 8 Di SMP N 11 Semarang Tahun Ajaran 2008/ 2009)”. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada tauladan kita Rasulullah SAW.

Penyusun menyampaikan ucapan terimakasih atas bantuan dan kerjasama dari beberapa pihak yang telah berkenan membantu dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:

(1) Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian. (2) Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNNES yang telah memberikan ijin

penelitian.

(3) Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNNES yang telah memberikan ijin penelitian.

(4) Dr. H. Anwar Sutoyo, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I (pertama) yang telah memberikan bimbingan, saran, petunjuk, dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(6)

vi

(6) Dra. M.Th Sri Hartati, M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini.

(7) Bapak Ibu dosen Bimbingan dan Konseling yang selama ini telah memberikan ilmunya.

(8) Kepala sekolah SMP N 11 Semarang (Drs Arief Basuki, S.Pd, MM. ) dan Guru Pembimbing (Dra. Trisnaningsih) yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

(9) Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat dan bantuan. (10) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dan dorongan baik materiel maupun spiritual sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam dunia pendidikan dan bagi pembaca pada khususnya.

Semarang, Februari 2009


(7)

vii

N 11 Semarang Tahun Ajaran 2008/ 2009). Skripsi, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Dr. H. Anwar Sutoyo, M. Pd dan Dra. Hj. Awalya, M. Pd.

Kata kunci: meningkatkan, perilaku disiplin, bimbingan kelompok

Disiplin adalah suatu sikap mengikuti dan menaati semua peraturan dengan tertib dan teratur serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab. Siswa yang berdisiplin mempunyai pemahaman yang baik mengenai sistem perilaku, mempunyai sikap mental, menunjukkan sikap kesungguhan hati dalam menaati tata tertib. Fenomena yang ada di SMP N 11 Semarang masih ada siswa yang memiliki tingkat perilaku disiplin yang rendah, dan layanan bimbingan kelompok akan digunakan untuk meningkatkan perilaku disiplin siswa yang masih rendah. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana layanan bimbingan kelompok yang dapat meningkatkan perilaku disiplin siswa.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan dengan subyek penelitian siswa kelas 8 yang mempunyai kecenderungan perilaku disiplin yang rendah. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus, tiap siklusnya terdiri dari: (1). Penyusunan rencana tindakan, (2). Tindakan, (3). Observasi, (4). Refleksi. Untuk memperoleh data digunakan skala psikologi yaitu skala kedisiplinan, selain itu untuk pelengkap data digunakan pedoman observasi. Adapun untuk menguji validitas dan reliabilitas digunakan rumus korelasi product moment, sedangkan analisanya menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti melalui bimbingan kelompok dengan menggunakan diskusi dan ceramah, pemutaran film, CD audio serta dipadukan dengan outbound mangement training menunjukkan tingkat kenaikan yang signifikan. Setelah pelaksanaan siklus 1 terjadi peningkatan 8,04% dari kondisi awal, setelah siklus 2 terjadi peningkatan 5,40% dari kondisi setelah siklus 1 (13,44% dari kondisi awal), dan terjadi peningkatan 1,08% setelah siklus 3 (14,52% dari kondisi awal), sehingga keseluruhan dari 3 siklus yang dilakukan terjadi peningkatan 14,52% dan semua siswa berada dalam kriteria perilaku disiplin yang tinggi. Perubahan perilaku siswa antara lain memiliki pemahaman terhadap peraturan (tata tertib) sekolah, sikap mental dalam melaksanakan peraturan sekolah dan kesungguhan dalam menaati peraturan sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka disarankan: (1) Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan perilaku disiplin lebih dan dapat memanfaatkan layanan bimbingan kelompok melalui diskusi dan ceramah, serta penggunaan multimedia seperti film dan CD audio dan bimbingan kelompok yang dipadukan dengan outbound management training, (2). Bagi pembimbing: pembimbing dalam meningkatkan perilaku disiplin siswa kelas 8 hendaknya dirancang melalui bimbingan kelompok dipadukan diskusi dan ceramah, serta penggunaan multimedia seperti film, CD audio dan outbound management training, hendaknya memilih multimedia yang menarik dan memberikan nilai positif serta memperhatikan aspek psikologis anak, mengingat bahwa perilaku disiplin siswa sangat penting dan merupakan faktor pendukung keberhasilan pendidikan dan masa depan siswa.


(8)

viii

HALAMAN JUDUL... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.. ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN.. ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.... ... iv

KATA PENGANTAR.. ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI.. ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR.... ... xi

DAFTAR LAMPIRAN. ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan.. ... 4

1.3 Tujuan penelitian. ... 5

1.4 Manfaat Penelitian.... ... 5

1.5 Garis Besar Sistematika Skripsi.... ... 6

2 LANDASAN TEORI 2.1 Disiplin... 8

2.1.1 Pengertian Disiplin. ... 8

2.1.2 Macam-Macam Disiplin.. ... 8

2.1.3 Aspek-Aspek Disiplin. ... 10

2.1.4 Unsur-Unsur Disiplin.. ... 11

2.1.5 Faktor-Faktor Disiplin... 12

2.2 Layanan Bimbingan Kelompok ... 14

2.2.1 Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok.... ... 14

2.2.2 Jenis Layanan Bimbingan Kelompok... ... 14

2.2.3 Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok ... 15

2.2.4 Komponen Layanan Bimbingan Kelompok... 16

2.2.5 Tahap-Tahap Layanan Bimbingan Kelompok ... 18

2.2.6 Teknik Bimbingan Kelompok... 21

2.2.7 Evaluasi dan Tindak Lanjut Bimbingan Kelompok... 25

2.3 Upaya Meningkatkan Perilaku Disiplin Siswa Melalui Bimbingan Kelompok... 27

2.4 Hipotesis Tindakan ... 29

3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Yang Digunakan ... 30

3.2 Subyek Penelitian... ... 32


(9)

ix

3.4.2 Pedoman Observasi ... 39

3.5 Validitas dan Reliabilitas ... 39

3.5.1 Validitas ... 39

3.5.2 Reliabilitas ... 40

3.5.3 Analisis Data ... 41

3.6 Teknik Analisis Data... 41

3.7 Indikator Keberhasilan ... 42

4 HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 43

4.2 Pembahasan ... 70

5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 74

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(10)

x

Tabel halaman

3.1 Penyusunan Rencana Tindakan ... 33

3.2 Rencana Pelaksanaan Tindakan ... 35

3.3 Kriteria Skor Penilaian Skala Kedisiplinan ... 38

3.4 Kriteria Penilaian Tingkat Kedisiplinan ... 38

4.1 Peningkatan perilaku disiplin siswa secara keseluruhan ... 46

4.2 Peningkatan perilaku disiplin siswa secara individu ... 45

4.3 Kondisi awal perilaku disiplin siswa... 46

4.4 Nomor responden dan perubahannya ... 48

4.5 Rencana pelaksanaan tindakan 1 ... 49

4.6 Analisis perorangan pasca siklus 1 ... 51

4.7 Analisis per indikator pasca siklus 1 ... 52

4.8 Rencana pelaksanaan tindakan siklus 2 ... . 57

4.9 Analisis perorangan pasca siklus 2 ... . 58

4.10 Analisis per indikator pasca siklus 2 ... 59

4.11 Rencana pelaksanaan tindakan siklus 3 ... . 63

4.12 Analisis perorangan pasca siklus 3 .... ... 65


(11)

xi

Gambar halaman 3.1 Skema Siklus Tindakan Kelas ... 34 4.1 Grafik Kondisi awal perilaku disiplin secara keseluruhan ... 49


(12)

xii

1. Kisi-kisi skala kedisiplinan ... 78

2. Kisi-kisi uji coba skala kedisiplinan .. ... 80

3. Kisi-kisi pedoman observasi .... ... 82

4. Uji coba skala kedisiplinan ... 84

5. Skala kedisiplinan ... 92

6. Pedoman observasi ... 98

7. Perhitungan validitas dan reliabilitas uji coba skala kedisiplinan ... 100

8. Data hasil pre test skala kedisiplinan . ... 113

9. Hasil skor data skala kedisiplinan tiap siklus ... 119

10.Satuan layanan bimbingan kelompok .... ... 125

11.Evaluasi setelah tindakan . ... 128

12.Laporan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok .. ... 131

13.Materi Layanan bimbingan kelompok .... ... 136

14.Resume kegiatan bimbingan kelompok .. ... 141

15.Daftar hadir bimbingan kelompok ... 146

16.Lembar Bimbingan ... 151

17.Surat ijin peneliltian ... 153


(13)

xiii

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang menerangkan bahwa : Nama : Wasi Aqnaa Sari

NIM : 1301404036

Jurusan : Bimbingan dan Konseling

Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Perilaku Disiplin siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok ( Penelitian Pada Siswa Kelas 8 Di SMP N 11 Semarang Tahun Ajaran 2008/2009)

Yang bersangkutan telah selesai bimbingan dan siap ujian dihadapan Sidang Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Demikian surat ini agar digunakan sebagai mana mestinya.

Semarang. Februari 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Anwar Sutoyo, M. Pd Dra. Hj. Awalya, M .Pd


(14)

1

1.1

Latar Belakang Masalah

Pendidikan diperlukan untuk meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan manusia, sekolah merupakan bagian dari pendidikan. Di sekolah inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik. Pendidikan moral, etika, mental, spiritual dan perilaku positif ditumbuhkan guna membentuk kepribadian siswa, dan para guru serta siswa terlibat secara interaktif dalam proses pendidikan. Sekolah tumbuh dan berkembang melalui nilai disiplin dalam perilaku peserta didiknya, antara lain terdapatnya perilaku patuh pada norma dan peraturan yang ada di sekolah.

Disiplin sangat penting khususnya bagi perkembangan siswa dan diperlukan supaya mereka dapat belajar dan berperilaku dengan cara yang dapat diterima lingkungan dimana ia berada. Kedisiplinan merupakan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku, terutama di lingkungan sekolah (Hurlock 1969: 82). Dengan berdisiplin, rasa malas, tidak teratur dan menentang akan dapat diatasi, sehingga siswa menyadari bahwa dengan disiplin akan mempermudah kelancaran proses pendidikan, dan suasana belajar yang kondusif, serta mereka akan menunjukkan perilaku disiplin yang tinggi dalam dirinya.

SMP N 11 Semarang adalah salah satu sekolah di Semarang yang menerapkan disiplin bagi siswanya. Siswa harus mematuhi segala peraturan yang ada di sekolah. Usia siswa yang masih remaja cenderung memiliki tingkat emosi


(15)

yang masih labil, mereka belum paham akan keadaan diri mereka sendiri dan lingkungan sekolah sehingga sering kali mereka melanggar peraturan sekolah dengan tidak berperilaku disiplin. khususnya dari tiga tingkatan kelas yang ada yaitu kelas delapan.

Siswa kelas delapan menunjukkan perilaku disiplin yang rendah dalam pengamatan yang dilakukan peneliti selama kegiatan PPL dan wawancara sesama guru PPL. Hal ini bisa dilihat dari perilaku siswa seperti berpakaian tidak rapi, membuat gaduh apabila jam pelajaran tidak diisi guru, tidak memperhatikan dan ribut sendiri saat guru menerangkan, berbicara dengan teman saat pelajaran berlangsung, tidak mengerjakan tugas dari guru.

Siswa yang berperilaku tidak disiplin jika dibiarkan maka bisa menghambat proses pembelajaran, siswa yang tidak menyadari pentingnya disiplin maka akan menganggap belajar merupakan hal yang tidak perlu, dengan berperilaku tidak disiplin ini akan menyebabkan siswa tidak bisa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, kegiatan dan proses pendidikan akan terganggu karena siswa yang mempunyai tingkat disiplin yang rendah cenderung senang memberontak, sering membuat masalah, mempengaruhi teman berbuat tidak baik, dan malas belajar, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran sehingga siswa terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya serta terhambat mencapai kesuksesan dalam belajar dan masa depannya.

Pelaksanaan pendidikan di sekolah untuk bisa berproses pada perkembangan siswa yang bermutu, dibutuhkan perilaku disiplin dari peserta didik. Bagian


(16)

pendidikan kedisiplinan di sekolah melalui bimbingan dan konseling yaitu dengan layanan bimbingan kelompok, Layanan bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok (Romlah 2001:3). Bimbingan kelompok di sekolah mengupayakan terselenggaranya pengembangan segenap potensi individu peserta didik secara optimal dengan memanfaatkan berbagai cara dan sarana, agar peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, serta berperilaku disiplin.

Di SMP N 11 Semarang, Layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan perilaku disiplin siswa dilakukan hanya dengan berdiskusi dan ceramah, serta tempat pelaksanaan yang tidak bervariasi atau hanya di dalam kelas atau ruangan, sehingga bimbingan kelompok yang dilaksanakan belum maksimal, dengan adanya perilaku siswa yang tidak disiplin.

Upaya peneliti dalam bimbingan dan konseling yaitu melalui layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan perilaku disiplin siswa, dengan menggunakan cara dan prasarana seperti penggunaan media, metode dan tempat pelaksanaan yang disesuaikan untuk menunjang keberhasilan layanan, sehingga pelaksanaan layanan bimbingan kelompok bisa optimal dan siswa meningkat perilaku disiplinnya.

Perilaku disiplin sangat dibutuhkan dalam pembinaan perkembangan siswa untuk belajar memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, pemberian layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan perilaku disiplin siswa sangat penting, siswa dengan disiplin yang tinggi cenderung lebih mampu


(17)

memperoleh hasil belajar yang baik, siswa akan terdorong untuk melakukan suatu perbuatan yang sesuai norma-norma dan peraturan yang berlaku dan akan mengarahkan diri bagi kehidupan di masa depan, jadi perilaku disiplin akan menyatu dengan seluruh aspek kepribadian seseorang.

Bertolak dari latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul “Upaya Meningkatkan Perilaku Disiplin Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok” (Penelitian pada siswa kelas 8 di SMP N 11 Semarang tahun ajaran 2008/ 2009)”.

1.2

Permasalahan

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yang bisa meningkatkan perilaku disiplin siswa kelas 8 di SMP N 11 Semarang tahun ajaran 2008/ 2009.

Rumusan masalah yang ada di atas dapat dijabarkan dalam pertanyaan yang lebih spesifik sebagai berikut:

(1) Siapa yang harus melakukan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan perilaku disiplin siswa (Apakah peneliti ataukah dibantu oleh guru pembimbing atau konselor) dan prasyarat apa yang harus dipenuhi sehingga bisa melakukan layanan tersebut dengan sebaik-baiknya (Apakah seorang konselor yang dalam kesehariannya berperilaku disiplin atau tidak harus demikian)?


(18)

(2) Siapa saja yang menjadi sasaran dalam pemberian layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan perilaku disiplin siswa (Apakah semua siswa kelas delapan atau siswa kelas delapan yang perilaku disiplinnya rendah)? (3) Cara apa yang digunakan untuk merekrut klien dalam pelaksanaan layanan

bimbingan kelompok untuk meningkatkan perilaku disiplin siswa (Apakah melalui pemanggilan atau siswa datang sendiri)?

(4) Apa yang hendak dicapai dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok? (5) Apa yang dilakukan dalam melaksanakankan tahap-tahap layanan bimbingan

kelompok untuk meningkatkan perilaku disiplin?

(6) Media atau sarana apa saja yang digunakan dalam pemberian layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan perilaku disiplin siswa?

(a) Apakah menggunakan media yang sudah tersedia di sekolah seperti TV dan VCD player atau menggunakan media yang lain?

(b) Apakah anggota kelompok dilibatkan dalam penggunaan media atau tidak? (7) Kapan dan dimana layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan

perilaku disiplin siswa dilaksanakan?

(a) Apakah saat jam di kelas atau diluar jam kelas?

(b) Apakah bimbingan kelompok dilaksanakan di luar kelas atau ruang bimbingan konseling atau di kelas?


(19)

1.3

Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk mengetahui pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan perilaku disiplin siswa kelas 8 di SMP N 11 Semarang tahun ajaran 2008/ 2009.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

(1) Dapat memberikan sumbangan berupa masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya peningkatan perilaku disiplin melalui bimbingan dan konseling.

(2) Memberikan sumbangan berupa masukan mengenai peningkatan perilaku disiplin siswa di sekolah melalui layanan bimbingan kelompok.

1.4.2 Manfaat Praktis (1) Bagi Guru pada umumnya

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan mengenai perilaku disiplin siswa di sekolah.

(2) Bagi Guru BK

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan perilaku disiplin siswa. (3) Bagi Sekolah

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan perilaku disiplin siswa di sekolah.


(20)

1.5

Garis Besar Sistematika Skripsi

Secara garis besar penelitian skripsi ini menggunakan format penulisan sebagai berikut :

Bagian awal, terdiri atas halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

BAB I Pendahuluan, Bab ini berisi : latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan garis besar sistematika skripsi.

BAB II Landasan Teori, Bab ini akan dibahas tentang pengertian disiplin, macam-macam disiplin, aspek-aspek disiplin, unsur-unsur disiplin, faktor-faktor disiplin, pengertian layanan bimbingan kelompok, jenis layanan bimbingan kelompok, tujuan layanan bimbingan kelompok, komponen layanan bimbingan kelompok, tahap – tahap layanan bimbingan kelompok, teknik bimbingan kelompok, evaluasi dan tindak lanjut bimbingan kelompok serta upaya meningkatkan kedisiplinan melalui bimbingan kelompok.

BAB III Metode penelitian, dalam bab ini berisi: pendekatan yang digunakan, subyek penelitian, desain penelitian, metode dan alat pengumpul data, validitas dan reliabilitas, teknik analisis data, dan indikator keberhasilan.

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan, bab ini berisi : hasil-hasil penelitian dan pembahasan.


(21)

2.1. DISIPLIN

2.1.1 Pengertian Disiplin

Istilah disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang menunjuk kepada kegiatan belajar mengajar. Dalam bahasa Inggris “Disciple” yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Sehingga dapat diartikan merupakan kegiatan belajar untuk patuh dan taat pada peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemimpin.

Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang diberlakukan bagi dirinya sendiri. (Lemhanas 1997: 12).

Tu’u (2004: 33) mengemukakan bahwa, disiplin sebagai upaya mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku, serta pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya.

Beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa disiplin adalah suatu sikap mengikuti dan menaati semua peraturan dengan tertib dan teratur serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab.

2.1.2 Macam-macam Disiplin

Menurut Samsudin (1995: 85) disiplin dikelompokkan sebagai berikut:


(22)

(1) Kedisiplinan pribadi yaitu kerelaan untuk mematuhi peraturan pada setiap individu.

(2) Kedisiplinan sosial yaitu sikap mental masyarakat untuk memenuhi tugas kewajiban masing-masing secara taat dan sadar.

(3) Kedisiplinan nasional yaitu kesadaran dan ketaatan setiap warga Negara untuk melaksanakan norma-norma atau peraturan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berbagai macam disiplin menuntut orang yang bersangkutan bertanggungjawab dengan kepatuhan terhadap keputusan, perintah atau perlakuan yang diberlakukan bagi suatu sistem dimana ia berada. Seseorang yang dalam hatinya telah tertanam kedisiplinan akan terdorong untuk melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai dengan norma-norma dan peraturan yang berlaku dimana ia berada. Sikap dan perbuatan yang selalu taat pada peraturan yang berlaku tersebut merupakan perwujudan dari perilaku disiplin, jadi perilaku disiplin akan menyatu dengan seluruh aspek kepribadian seseorang.

Jenis perilaku disiplin menurut Lembaga Ketahanan Nasional (1997: 14) adalah sebagai berikut:

(1) Takwa kepada Tuhan YME

(2) Kepatuhan dinamis artinya bukan kepatuhan yang mati dalam mewajibkan seseorang untuk patuh

(3) Kesadaran artinya adanya kepatuhan yang sudah menyatu dengan hati dan perbuatan


(23)

(5) Sikap mental yang menyatu dalam diri, artinya kepatuhan yang sudah dijabarkan dalam setiap perilaku dan perbuatan, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga yang bertanggung jawab terhadap bangsa dan Negara

(6) Keteladanan artinya setiap orang harus dapat menjadi teladan atau contoh yang baik bagi orang lain

(7) Keberanian dan kejujuran artinya sikap yang tidak mendua, yaitu sikap tegas dan lugas dalam menerapkan aturan atau sanksi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, seseorang dikatakan memiliki kedisiplinan apabila:

(1) Melakukan suatu pekerjaan atau berperilaku dengan tertib dan teratur. (2) Sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditetapkan.

(3) Dikerjakan dengan penuh kesadaran dan tidak ada paksaan. 2.1.3 Aspek-aspek Disiplin

Menurut Prijodarminto (1994: 23-24) ada 3 aspek disiplin yaitu sebagai berikut:

(1) Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dan latihan pengendalian pikiran dan pengendalian watak.

(2) Pemahaman yang baik mengenai sistem atau perilaku, norma, kriteria, dan standar yang sedemikian rupa sehingga pemahaman tersebut memberikan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan akan norma, aturan, kriteria dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan.

(3) Sikap kelakuan secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

Disiplin itu lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang pada sistem nilai budaya yang telah ada didalam masyarakat, ada unsur yang membentuk


(24)

disiplin yaitu sikap yang telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada didalam masyarakat.

Disiplin akan tumbuh dapat dibina melalui latihan-latihan pendidikan, penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu. Disiplin akan mudah ditegakkan bila muncul dari kesadaran diri, peraturan yang ada dirasakan sebagai sesuatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan dirinya dan sesama, sehingga akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju arah disiplin diri.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa aspek disiplin adalah mempunyai pemahaman yang baik mengenai sistem perilaku, mempunyai sikap mental, menunjukkan sikap kesungguhan hati, bertanggung jawab, mampu mengendalikan diri dan konsisten. Dalam penelitian ini aspek yang diambil yaitu pemahaman siswa terhadap peraturan, mempunyai sikap mental dan kesungguhan terhadap adanya peraturan yang harus dilakukan.

2.1.4 Unsur-unsur Disiplin

Menurut Hurlock (1969: 84-91) ada beberapa unsur disiplin yaitu sebagai berikut:

(1) Peraturan

Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk perilaku. Pola tersebut dapat ditetapkan oleh guru dan sebagainya, tujuannya adalah untuk membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui bersama dalam kelompok, rumah, sekolah dalam situasi tertentu.


(25)

(2) Hukuman

Hukuman menurut para ahli pendidikan dipandang mempunyai tiga peranan penting dalam membantu anak menjadi insan bermoral, fungsinya yaitu:

(a) Fungsi pertama adalah menghalangi, hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat.

(b) Hukuman mempunyai fungsi mendidik, yakni menyadarkan anak bahwa setiap perbuatan itu mempunyai konsekuensi.

(c) Hukuman mempunyai fungsi memberi motivasi anak untuk menghindari kesalahan.

(3) Penghargaan

Penghargaan yang diberikan orang tua kepada anak-anak sebenarnya tidak perlu selalu berupa materi, tetapi dapat juga berupa kata-kata, pujian, senyuman, tepukan punggung dan sebagainya.

(4) Konsisten

Konsisten berarti keseragaman atau tingkat kestabilan, konsisten harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Harus ada konsisten dalam peraturan, hukuman dan juga penghargaan, supaya anak tidak bingung, kalau tidak konsisten anak tidak dapat tahu mana yang baik dan benar (boleh dilakukan) dan mana yang salah (tidak boleh dilakukan).

2.1.5 Faktor-faktor Disiplin

Tu’u (2004: 48-50) menyebutkan bahwa,ada beberapa faktor disiplin, yaitu sebagai berikut:


(26)

(1) Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya, selain itu kesadaran diri menjadi motif kuat terwujudnya disiplin.

(2) Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya.

(3) Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

(4) Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan. Selain itu ada beberapa faktor lain lagi yang dapat berpengaruh pada pembentukkan disiplin individu yaitu:

(1) Teladan

Perbuatan dan tindakan kerap kali lebih besar pengaruhnya dibanding dengan kata-kata, jadi keteladanan sangat penting bagi perilaku disiplin siswa. Dalam disiplin di sekolah, semua insan yang ada didalamnya mengembangkan kepengikutan dan ketaatan yang lahir dari kesadaran dirinya sehingga terbentuk jiwa disiplin yang dapat menjadi contoh.

(2) Lingkungan Berdisiplin

Seseorang dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan, bila berada di lingkungan berdisplin, seseorang dapat terbawa oleh lingkungan tersebut. Peraturan-peraturan yang ditaati dan dipatuhi adalah yang berlaku dalam lingkungan tersebut, dengan tujuan menciptakan lingkungan kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan.


(27)

(3) Latihan Disiplin

Disiplin dapat dicapai dan dibentuk melalui proses latihan dan kebiasaan, untuk membentuk suatu sikap hidup, perbuatan dan kebiasaan dalam mengikuti, menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku.

Melakukan disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya dalam praktik-praktik kehidupan sehari-hari, maka disiplin akan terbentuk dalam diri seseorang. Pembiasaan disiplin di sekolah, dengan aturan yang dirasakan sebagai sesuatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan, bisa berkembang menjadi kebiasaan yang berpengaruh positif bagi kehidupan siswa di masa depan

2.2 Layanan Bimbingan Kelompok

2.2.1 Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Gazda dalam Prayitno dan Amti Erman (2004: 309). bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Menurut Romlah (2001: 3). Layanan bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Sedangkan menurut Prayitno, Bimbingan Kelompok diartikan sebagai upaya untuk membimbing kelompok-kelompok siswa agar kelompok itu menjadi besar, kuat dan mandiri ( Prayitno, 1995: 61).

Jadi dapat dipahami bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan sebuah layanan yang berupaya memberikan bantuan kepada siswa agar mampu menyusun


(28)

rencana dan keputusan yang tepat dalam suasana kelompok, sehingga nantinya dapat berguna untuk menunjang aktivitas dalam kehidupannya.

2.2.2 Jenis Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995: 71-72) dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok dikenal kelompok bebas dan kelompok tugas:

(1) Bimbingan kelompok bebas

Dalam kegiatannya para anggota bebas mengemukakan segala pikiran dan perasaan dalam kelompok. Selanjutnya apa yang disampaikan mereka dalam kelompok itulah yang menjadi pokok bahasan kelompok

(2) Bimbingan kelompok tugas

Bimbingan kelompok tugas ini arah dan isi kegiatannya diarahkan kepada penyelesaiannya suatu tugas. Tugas yang dikerjakan kelompok itu berasal dari pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu tugas untuk selanjutnya dibahas dan diselesaikan oleh anggota kelompok.

2.2.3 Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (2004: 2-3) tujuan diadakannya bimbingan kelompok di sekolah ada dua, yaitu tujuan umum dan khusus:

(1) Tujuan Umum

Secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi siswa menjadi lebih efektif melalui prosedur kelompok. Suasana kelompok yang berkembang dalam bimbingan kelompok itu dapat merupakan wahana dimana masing-masing yang dihadapinya.


(29)

(2) Tujuan khusus

Secara khusus bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap menunjang yang diwujudkan dalam tingkah laku yang efektif, yaitu dengan:

(a) Melatih murid-murid untuk berani mengemukakan pendapat dihadapan umum.

(b) Melatih murid-murid untuk bersikap terbuka dan tenggang rasa dalam kelompok.

(c) Melatih murid-murid untuk dapat membina keakraban bersama teman-temannya dan dengan teman lain di luar kelompok pada umumnya.

(d) Melatih murid-murid untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan kelompok.

(e) Melatih murid-murid untuk memperoleh ketrampilan sosial.

(f) Membantu murid-murid untuk mengenali dan memahami dirinya dalam berhubungan dengan orang lain.

2.2.4 Komponen Layanan Bimbingan Kelompok

Prayitno (1995: 27-36) mengemukakan adanya tiga komponen penting dalam kelompok antara lain:

(1) Suasana kelompok

Saling berhubungan antar anggota kelompok sangat diutamakan. Dalam saling hubungan yang dinamis antar anggota kelompok, masing-masing anggota kelompok berkepentingan untuk bergulat dengan suasana antar hubungan itu sendiri, khususnya suasana perasaan yang tumbuh dalam


(30)

kelompok tersebut. Suasana perasaan tersebut meliputi rasa diterima atau ditolak, rasa cinta dan dibenci, rasa berani dan takut, yang semua itu menyangkut sikap, reaksi dan tanggapan saling hubungan mereka dalam kelompok.

Para ahli menyebutkan lima hal yang hendaknya diperhatikan dalam menilai apakah kehidupan sebuah kelompok adalah baik atau kurang baik, yaitu:

(a) Saling hubungan yang dinamis antar anggota kelompok. (b) Tujuan bersama.

(c) Hubungan antara besarnya kelompok (banyak anggota) dan sifatnya kegiatan kelompok.

(d) Itikad dan sikap terhadap orang lain. (e) Kemampuan mandiri.

(2) Anggota kelompok

Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok. Tanpa anggota tidaklah mungkin asa kelompok. Kegiatan ataupun kehidupan kelompok itu sebagian besar didasarkan atas peranan para anggota kelompok, dan bahkan lebih dari itu. Dalam batas tertentu suatu kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa kehadiran pemimpin kelompok sama sekali. Secara ringkas peranan anggota kelompok sangatlah menentukan. Lebih tegasnya dapat dikatakan bahwa anggota kelompok justru merupakan badan dan jiwa kelompok itu.


(31)

Peranan yang hendaknya dimainkan anggota kelompok agar dinamika kelompok itu benar-benar seperti apa yang diharapkan adalah:

(a) Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok.

(b) Mencurahkan segenap perasaan dan melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.

(c) Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama. (d) Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan

baik.

(e) Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam kegiatan kelompok. (f) Mampu berkomunikasi secara terbuka.

(g) Berusaha membantu anggota kelompok yang lain.

(h) Memberi kesempatan anggota yang lain untuk juga menjalankan peranannya. (i) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.

(3) Pemimpin kelompok

Pemimpin kelompok dalah orang yang mampu menciptakan suasana sehingga para anggota kelompok dapat belajar bagaimana mengatasi masalah-masalah mereka sendiri.

Peranan pemimpin kelompok dalam layanan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut :

(a) Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan ini meliputi,


(32)

baik hal – hal yang bersifat isi dari yang dibicarakan maupun mengenai proses kegiatan itu sendiri.

(b) Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota-anggota kelompok maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasana perasaan yang dialami oleh anggota kelompok.

(c) Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus ke arah yang dimaksudkan, maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan itu. (d) Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang

berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok.

(e) Pemimpin kelompok diharapkan mampu mengatur lalu lintas kegiatan kelompok, pemegang aturan permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerja sama serta suasana kebersamaan. Selain itu juga diharapkan bertindak sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di dalam kelompok itu tidak merusak ataupun menyakiti satu orang atau lebih anggota kelompok. (f) Sifat kerahasiaan dari kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian

yang timbul di dalamnya juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok. 2.2.5 Tahap-tahap Layanan Bimbingan Kelompok

Kegiatan bimbingan kelompok berlangsung dalam beberapa tahap. Menurut Prayitno (1995: 40) ada empat tahap kegiatan yang perlu dilalui dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, yaitu tahap pembentukan, peralihan, kegiatan, pengakhiran atau penutup. Tahap itu dapat diuraikan sebagai berikut:


(33)

(1) Tahap pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan dan perlibatan dari anggota kedalam kelompok dengan tujuan agar anggota memahami maksud bimbingan kelompok. Pemahaman anggot kelompok akan memungkinkan anggota kelompok aktif berperan dalam kegiatan bimbingan kelompok, yang selanjutnya dapat menimbulkan minat pada diri mereka untuk mengikutinya. Pada tahap ini bertujuan untuk menumbuhkan suasana saling mengenal, percaya, menerima dan membantu teman-teman yang ada dalam kelompok.

Pemimpin kelompok harus mampu merangsang dan menetapkan keterlibatan anggota kelompok dalam suasana yang diinginkan. Selain itu pemimpin kelompok harus mampu merangsang seluruh anggota kelompok untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok. Pada tahap ini pemimpin kelompok dapat aktif menjelaskan tujuan kegiatan, menumbuhkan rasa saling mengenal, menumbuhkan sikap saling percaya dan menerima yang dimulai dari pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok.

(2) Tahap peralihan

Tahap ini merupakan tahap transisi dari tahap pembentukan ke tahap kegiatan. Dalam menjelaskan kegiatan apa yang akan dilaksanakan pemimpin kelompok dapat menegaskan jenis kegiatan bimbingan kelompok tugas atau bebas. Setelah jelas kegiatan apa yang harus dilakukan, maka tidak akan muncul keragu-raguan atau belum siapnya anggota dalam melaksanakan kegiatan dan manfaat-manfaat yang akan diperoleh setiap


(34)

anggota kelompok. Pada tahap ini pemimpin kelompok perlu menawarkan kepada anggota kelompok tentang kesiapan untuk mengikuti kegiatan selanjutnya, yaitu dengan menbuka diri secara wajar dan tepat.

(3) Tahap kegiatan

Tahap ini merupakan tahap inti dalam bimbingan kelompok dengan suasana yang ingin dicapai, yaitu terbatasnya secara tuntas permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok dan terciptanya suasana untuk mengembangkan diri anggota kelompok, baik yang menyangkut pengembangan kemampuan berkomunikasi, mengajukan pendapat, menanggapi pendapat dengan terbuka, sabar dan tenggang rasa, maupun menyangkut pemecahan masalah yang dikemukakan dalam kelompok.

Pada tahap ini pula kegiatan bimbingan kelompok akan tampak secara jelas, apakah kegiatan yang dilaksanakan adalah kelompok bebas atau tugas, apakah kegiatan yang dilaksanakan adalah kelompok bebas atau kelompok tugas, sehingga rangkaian kegiatannya disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok yang bersangkutan.

(4) Tahap pengakhiran

Pada tahap ini terdapat dua kegiatan, yaitu penilaian (evaluasi) dan tindak lanjut (follow up). Tahap ini merupakan tahap penutup dari keseluruhan rangkaian pertemuan kegiatan bimbingan kelompok dengan tujuan telah tercapainya suatu pemecahan masalah oleh kelompok tersebut. Dalam kegiatan kelompok berpusat pada penjelasan dan penjelajahan tentang kemampuan anggota kelompok untuk menerapkan hal-hal yang telah


(35)

diperoleh melalui layanan bimbingan kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pemimpin kelompok berperan untuk memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompo tersebut. Pada tahap ini pemimpin kelompok menciptakan suasana yang menyenangkan dan mengesankan, sehingga semua anggota kelompok merasa memperoleh manfaat yang besar dalam kegiatan tersebut serta adanya keinginan untuk mengadakan kegiatan lagi.

Pemimpin kelompok dapat mengkoordinir anggota kelompok untuk menyampaikan kesan-kesan dan tanggapan serta pembahasan kegiatan lanjutan apabila benar-benar efektif dengan memberikan manfaat bagi para anggota dan pemimpin kelompok.

2.2.6 Teknik Bimbingan Kelompok

Penggunaan teknik dalam layanan bimbingan kelompok selain untuk memfokuskan pada tujuan yang ingin dicapai, dapat juga digunakan untuk membuat suasana yang terbangun dalam kegiatan bimbingan kelompok lebih bervariasi dan tidak membuat jenuh para peserta untuk mengikutinya, seperti yang diungkapkan oleh Romlah (2001: 86) Bahwa, teknik bukan merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pemilihan dan penggunaan masing-masing teknik tidak dapat lepas dari kepribadian konselor, guru atau pemimpin kelompok. Jadi teknik bimbingan kelompok selain sebagai alat untuk mencapai tujuan, untuk penggunaan dan pemilihan juga harus disesuaikan dengan karakteristik konselor atau pemimpin kelompok.


(36)

Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok, yaitu seperti yang disebutkan oleh Romlah (2001: 87) antara lain: pemberian informasi, diskusi kelompok, pemecahan masalah (problem solving), permainan peranan (role playing), permainan simulasi (simulation games), karyawisata (field trip), penciptaan suasana kekeluargaan (home room).

Dari beberapa teknik di atas, tidak semuanya akan digunakan dalam kegiatan bimbingan kelompok untuk meningkatkan perilaku disiplin siswa, beberapa teknik yang digunakan adalah teknik yang sekiranya dapat membantu meningkatkan perilaku disiplin, dari kriteria di atas ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk meningkatkan perilaku disiplin antara lain:

(1) Teknik pemberian informasi

Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.

Keuntungan teknik pemberian informasi antara lain, dapat melayani banyak orang, tidak membutuhkan banyak waktu, tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas dan mudah dilaksanakan bila dibanding dengan teknik lain. Sedangkan kelemahannya antara lain, sering dilaksanakan secara monolog, individu yang mendengarkan kurang aktif, memerlukan ketrampilan berbicara agar bisa menarik.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, pada saat memberikan informasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:


(37)

(a) Pertimbangan dalam memilih teknik pemberian informasi, agar cara yang dipakai adalah cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan individu yang dibimbing.

(b) Mempersiapkan bahan informasi dengan sebaik-baiknya.

(c) Usahakan menyiapkan bahan yang dapat dipelajari sendiri oleh pendengar atau siswa.

(d) Usahakan melakukan variasi penyampaian agar pendengar menjadi lebih aktif.

(e) Gunakan alat bantu yang dapat memperjelas pengertian pendengar terhadap bahan yang disampaikan.

(2) Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin. Didalam melaksanakan bimbingan kelompok, diskusi kelompok tidak hanya untuk memecahkan masalah, tetapi juga untuk memperjelas persoalan, serta untuk mengembangkan pribadi.

Dinkmeyer dan Munro dalam Romlah (2001: 89) menyebutkan tiga macam tujuan diskusi kelompok yaitu: (1) untuk mengembangkan diri sendiri, (2) untuk mengembangkan kesadaran diri, (3) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar manusia.


(38)

Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan kelompok yang penting, karena hampir semua teknik bimbingan kelompok menggunakan diskusi sebagai cara kerjanya, melalui proses kelompok.

(3) Teknik pemecahan masalah

Teknik pemecahan masalah merupakan suatu proses kreatif dimana individu menilai perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungannya, dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan dan nilai hidupnya.

Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana memecahkan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis yaitu:

(a) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah

(b) Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah (c) Mencari alternatif pemecahan masalah

(d) Menguji masing-masing alternatif

(e) Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan (f) Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai.

(4) Permainan peranan

Bennett dalam Romlah (2001: 99) mengemukakan bahwa permainan peranan adalah suatu alat belajar yang menggambarkan ketrampilan-ketrampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya.


(39)

Permainan peranan yang akan digunakan yaitu sosiodrama, yang merupakan permainan peranan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang lain, tingkat konflik-konflik yang dialami dalam pergaulan sosial (Winkel 1997: 470).

Melalui dramatisasi para pemain memproyeksikan sikap, perasaan dan tingkah laku dari orang yang diperankan, masalah yang ditekankan dan dimainkan berkaitan dengan masalah sosial yang dialami individu. Dengan kegiatan ini siswa diharapkan dapat memproyeksikan sikap, perasaan dan pikiran, sehingga benar-benar dapat berfungsi sebagai alat bimbingan.

(5) Permainan simulasi

Menurut Adams dalam Romlah (2001: 109) menyatakan bahwa permainan simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya. Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan gabungan antara tenik permainan peranan dan tenik diskusi.

Cara melaksanakan permainan simulasi yaitu dengan memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

(a) Menyediakan alat permainan beserta kelengkapannya (b) Fasilitator menjelaskan tujuan permainan

(c) Menentukan pemain, pemegang peran, dan penulis (d) Menjelaskan aturan permainan


(40)

(e) Bermain dan berdiskusi (f) Menyimpulkan hasil diskusi

(g) Menutup permainan dan menentukan waktu dan tempat bermain berikutnya. 2.2.7 Evaluasi dan Tindak Lanjut Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995: 81) bahwa penilaian kegiatan bimbingan kelompok tidak ditunjukkan kepada “hasil belajar” yang berupa penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh peserta, melainkan diorientasikan kepada perkembangan pribadi siswa, semua ini dan yang diungkapkan oleh peserta merupakan isi penilaian yang sebenarnya.

Penilaian terhadap kegiatan bimbingan dapat dilakukan secara tertulis, baik melalui esai, daftar cek, maupun yang lain. Secara tertulis para peserta diminta mengungkapkan perasaannya, pendapatnya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap berbagai hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan kelompok, maupun yang kemungkinan keterlibatan mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya. Kepada peserta juga dapat diminta untuk mengemukakan baik lisan maupun tertulis, tentang hal-hal yang paling berharga ataupun yang kurang mereka senangi selama kegiatan berlangsung.

Dalam penilaian terhadap kegiatan bimbingan kelompok dan hasil-hasilnya tidak bertolak dari kriteria “benar salah”, namun berorientasi pada perkembangan positif yang terjadi pada diri peserta kegiatan. Lebih jauh penilaian terhadap layanan tersebut lebih bersifat penilaian “dalam proses” yang dilakukan dengan: (1) Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung. (2) Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas.


(41)

(3) Mengungkapkan kegunaan layanan bagi mereka, dan persoalan mereka sebagai hasil keikutsertaan mereka.

(4) Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan kegiatan lanjutan.

(5) Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan layanan. Hasil akhir penilaian tersebut di atas berupa diskripsi yang menyangkut aspek proses dan isi penyelenggaraan bimbingan kelompok, baik yang menyangkut penyelenggaraan itu sendiri maupun pribadi pesertanya.

Hasil penilaian kegiatan layanan perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kemajuan para peserta dan penyelenggaraan layanan. Dalam analisis perlu ditinjau kembali secara cermat, seperti pertumbuhan dan jalannya dinamika kelompok, peranan dan aktivitas sebagai peserta, homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok, kedalaman dan keluasan pembahasan, kemungkinan keterlaksanaan alternatif pemecahan masalah yang dimunculkan dalam kelompok, dampak pemakaian teknik tertentu, dampak keyakinan penerapan teknik-teknik baru, perlunya narasumber, dan lain sebagainya.

Analisis tentang kemungkinan dilanjutkan pembahasan topik atau masalah yang telah dibahas, dengan melihat seberapa jauh hal itu perlu dan berguna, dan mempersiapkan secara langsung terkait dengan pemikiran tentang topik atau permasalahan baru yang mungkin dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Usaha tindak lanjut mengikuti arah dan hasil analisis tersebut di atas. Tindak lanjut itu dilaksanakan melalui pertemuan bimbingan kelompok atau melalui bentuk-bentuk layanan lainnya. Tindak lanjut yang berupa kegiatan layanan atau


(42)

kegiatan lainnya memerlukan perencanaan dan persiapan tersendiri dengan mengikutsertakan secara aktif siswa yang bersangkutan dan sumber-sumber lain yang diperlukan.

Adapun arah, bentuk dan isi kegiatan tindak lanjut ini tidak lain adalah untuk sepenuhnya memberikan pelayanan secara tuntas kepada siswa. Dengan adanya upaya tindak lanjut, maka pelayanan terhadap siswa menjadi optimal.

2.3

Upaya Meningkatkan Perilaku Disiplin Siswa Melalui

Bimbingan Kelompok

Pelaksanaan bimbingan kelompok dapat digunakan dalam peningkatan perilaku disiplin siswa, layanan ini dapat melatih siswa untuk dapat bersikap terbuka dalam kelompok, dapat mengendalikan diri dalam kegiatan kelompok, melatih untuk bertenggang rasa dengan orang lain, melatih untuk memperoleh ketrampilan sosial, membantu siswa untuk mengenali dan memahami dirinya sehubungan dengan orang lain. Semua itu merupakan tujuan khusus dari layanan bimbingan kelompok, dan ini berkaitan dengan perilaku disiplin siswa.

Beberapa materi yang terdapat dalam pemberian layanan bimbingan kelompok, yang dapat digunakan dalam rangka meningkatkan perilaku disiplin siswa, adapun materi tersebut seperti tata krama di sekolah, pengembangan hubungan sosial, kedisiplinan di sekolah, tata tertib di sekolah dan pemahaman diri siswa, yang semua digunakan untuk menumbuhkan pemahaman siswa dalam meningkatkan perilaku disiplin.


(43)

Penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian sebelumnya, yang membuktikan bahwa layanan bimbingan kelompok mampu meningkatkan perilaku disiplin siswa. Adapun penelitiannya antara lain Wahyu Munandar yang berjudul “Efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Perkembangan Moral Remaja Pada siswa kelas VIII SMP N 3 Ungaran Tahun Ajaran 2005/ 2006”. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa adanya peningkatan perkembangan moral dari siswa setelah diberi layanan bimbingan kelompok. Perilaku dengan Perkembangan moral yang baik, akan mencerminkan nilai-nilai dan tanggungjawab pada diri siswa menjadi lebih berdisiplin.

Penelitian lain yang membuktikan efektifitas layanan bimbingan kelompok juga dilakukan oleh Dwi Astika Aryati yang berjudul “Efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok Bidang Sosial Untuk mengurangi perilaku agresif Remaja Pada Siswa Kelas VIII SMP Tengku Umar Semarang Tahun Ajaran 2006/2007”. Dalam penelitian ini memberikan gambaran bahwa dengan layanan bimbingan kelompok mampu menurunkan perilaku agresif siswa dari hasil sebelum perlakuan adalah 266,2 dan setelah diberi perlakuan Menjadi 122,53. hal ini membuktikan terjadi penurunan perilaku agresif siswa setelah diberi layanan bimbingan kelompok, sebagaimana kita ketahui bahwa siswa yang berperilaku agresif cenderung ingin selalu melanggar peraturan dan tidak berperilaku disiplin.

Penelitian yang dilakukan oleh Cipto Suwarno dengan judul “Keefektifan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Menumbuhkan Sikap Prososial Bagi Siswa Kelas VIII SMP N Wiradesa Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2005/2006”. Dari penelitian ini juga memberikan bukti bahwa dengan


(44)

layanan bimbingan kelompok mampu menumbuhkan sikap prososial siswa, dengan skor yang tadinya 3,26 meningkat menjadi 3,80. ini berarti bahwa bimbingan kelompok dapat pula meningkatkan perilaku disiplin pada siswa.

Sesuai penjelasan di atas, merupakan berbagai bukti dan upaya, yang memberikan gambaran bahwa dengan layanan bimbingan kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku disiplin siswa. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian dalam upaya meningkatkan perilaku disiplin siswa dengan berbagai teknik seperti yang dikelaskan di atas melalui layanan bimbingan kelompok.

2.4

.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian tentang perilaku disiplin dan bimbingan kelompok di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan, yaitu melalui Layanan Bimbingan Kelompok “yang baik” efektif untuk meningkatkan perilaku disiplin siswa kelas 8 di SMP N 11 Semarang Tahun Ajaran 2008/ 2009.


(45)

30

3.1 Pendekatan Yang Digunakan

Pendekatan yang digunakan sesuai dengan latar belakang masalah dan tujuan dari penelitian ini, adalah penelitian tindakan (action research). Alasan peneliti menggunakan metode penelitian tindakan, karena jawaban yang ingin dicari dari penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan bimbingan kelompok yang dapat meningkatkan perilaku disiplin siswa. Untuk mendapatkan jawaban tentang pelaksanaan bimbingan kelompok yang tepat tersebut, perlu dilakukan uji coba berupa tindakan dari peneliti.

Jenis data yang harus dikumpulkan oleh peneliti secara sistematis adalah jenis data-data primer dan sekunder, misalnya data hasil pengukuran menggunakan skala psikologis, data berupa gambar, dokumen dan lain-lain, yang akan memudahkan peneliti untuk menganalisisnya. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian tindakan.

Penelitian tindakan menurut Ebbut dalam Kasbolah (2001: 45) merupakan studi sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. Kegiatan ini dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. sedangkan Ruseffendi (1994: 29) menjelaskan bahwa penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan atau kemampuan dan


(46)

pendekatan baru dalam memecahkan persoalan-persoalan yang ada di sekolah melalui penggunaan metode ilmiah.

Penelitian tindakan melalui kegiatan bimbingan kelompok diharapkan dapat memperbaiki kualitas proses belajar untuk berperilaku disiplin bagi siswa, sehingga untuk pelaksanaannya perlu dilakukan tindakan dan refleksi dari peneliti. Selain itu desain penelitian tindakan ini bertujuan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain (Suryabrata 2005: 94). Ketrampilan-ketrampilan baru dalam layanan bimbingan kelompok ini akan dikembangkan oleh peneliti melalui pelaksanaan tindakan dan refleksi dalam penelitian.

Kelemahan yang ada pada penelitian tindakan ini menurut Madya (2006: 48-50) yaitu:

(1) Kelemahan yang berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dalam teknik dasar penelitian tindakan oleh pihak peneliti.

(2) Kelemahan yang berkaitan dengan waktu, karena penelitian tindakan memerlukan komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya.

(3) Kesulitan yang berhubungan dengan konsepsi proses kelompok, proses kelompok dapat berjalan dengan baik jika pemimpin kelompok demokratis.

Usaha dari peneliti untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah:

(1) Untuk mengatasi kelemahan yang berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dalam teknik dasar penelitian tindakan, peneliti berupaya


(47)

mempelajari pendekatan penelitian tindakan melalui konsultasi dengan dosen pembimbing dan mempelajari buku referensi.

(2) Untuk mengatasi kelemahan yang berkenaan dengan waktu, peneliti melakukan penjadwalan dan kesepakatan dengan partisipan penelitian secara sistematis.

(3) Untuk mengatasi kelemahan yang berhubungan dengan konsepsi proses kelompok, peneliti melakukan proses penelitian secara demokratis dengan pelibatan partisipan dari awal sampai akhir dan dan membuat variasi dalam kegiatan kelompok.

Upaya untuk meminimalisir kelemahan dalam penelitian tindakan ini, diharapkan proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan dapat berjalan dengan baik.

3.2 Subyek Penelitian

Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas 8 (delapan) SMP N 11 Semarang Tahun Ajaran 2008/ 2009. Tidak semua siswa dijadikan partisipan hanya sejumlah siswa yang memiliki kecenderungan perilaku disiplin rendah yang akan dijadikan partisipan. Harapannya siswa yang memiliki kecenderungan perilaku disiplin rendah, setelah terlibat dalam treatment yang dilakukan peneliti, menjadi semakin meningkat perilaku disiplinnya.


(48)

3.3 Desain Penelitian

3.3.1 Penyusunan Rencana Tindakan

Penyusunan rencana tindakan yang dilakukan oleh peneliti, akan disajikan pada tabel 1 berikut:

Tabel 3.1 Penyusunan Rencana Tindakan

No. Kegiatan Uraian Kegiatan

1. Identifikasi dan perumusan masalah

•Melakukan pengambilan data awal perilaku disiplin yang rendah. •Melakukan analisis dan diagnosis

terhadap faktor – faktor penyebab perilaku disiplin yang rendah. 2. Menetapkan hipotesis

tindakan

•Menentukan alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perilaku disiplin.

3. Menetapkan partisipan

•Menetapkan partisipan yang akan dilibatkan dalam penelitian tindakan, yaitu anggota yang memiliki

kecenderungan perilaku disiplin yang rendah.

4. Menyusun rencana tindakan

•Membuat rencana tindakan bimbingan kelompok pada setiap siklusnya.


(49)

3.3.2 Pelaksanaan Tindakan

Proses pelaksanaan penelitian tindakan ini sebagai suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan, penelitian ini memberi kesempatan peneliti untuk melaksanakan tindakan melalui tahap-tahap beberapa siklus agar berfungsi efektif. Langkah-langkah dalam penelitian tindakan ini saling berhubungan, langkah-langkahnya adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi tindakan. Dari sini dapat digambarkan dalam skema siklus sebagai berikut:

Siklus I Siklus 2 siklus 3

Tindakan

Observasi 3

Gambar 3.1 Skema Siklus Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui beberapa siklus sesuai kebutuhan, antara siklus satu, dua dan tiga saling menunjang, siklus kedua dilaksanakan setelah ada hasil penelitian siklus pertama, siklus ketiga dilaksanakan setelah ada hasil penelitian siklus kedua dan seterusnya sampai ada peningkatan perilaku disiplin pada partisipan.

Adapun rencana tindakan dari setiap siklusnya disajikan pada tabel berikut:

Rencana 2 Rencana 3

Siklus 2

Rencana 1

Siklus 1

Refleksi 2 Tindakan 2 Refleksi 3 Refleksi 1 Tindakan 1

Observasi 2 Observasi 1

Siklus 3


(50)

Tabel 3.2 Rencana Pelaksanaan Tindakan

Rencana Tindakan Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti 1.Melakukan pemeriksaan

awal tentang kondisi perilaku disiplin siswa dan faktor-faktor penyebabnya.

• Atas dasar kondisi awal tersebut, peneliti

memberikan materi layanan bimbingan kelompok dengan topik tugas.

• Metode 1 ceramah dan diskusi kelompok • Melakukan observasi

• Refleksi peningkatan kedisiplinan siswa 2. Pelaksanaan

Tindakan 1

• Memberikan layanan bimbingan kelompok dengan materi yang dibahas bersama dalam diskusi

kelompok.

3. Observasi 1 • Selama pelaksanaan tindakan 1, peneliti melakukan observasi sekaligus evaluasi. Observasi dilakukan terhadap aspek-aspek kedisiplinan partisipan. Observasi dilakukan untuk kepentingan evaluasi hasil tindakan 1, untuk kepentingan ini dilakukan pula post test.

4. Refleksi 1 • Mendasarkan hasil observasi dan evaluasi, maka dilakukan perbaikan atau revisi terhadap

kelemahan-kelemahan dari pelaksanaan tindakan 1. 1. Rencana Tindakan 2 • Berdasarkan pada hasil evaluasi siklus 2, maka

peneliti membuat rencana tindakan 2 yaitu bimbingan kelompok dengan menggunakan multimedia.

2. Pelaksanaan Tindakan 2

• Memberikan layanan bimbingan kelompok dengan memanfaatkan media CD audio dan melihat film. • Melakukan post test pada akhir siklus 2.

3. Observasi 2 • Observasi dilakukan untuk kepentingan evaluasi hasil tindakan 2.

4. Refleksi 2 • Mendasarkan hasil obsrvasi dan evaluasi, maka dilakukan perbaikan atau revisi terhadap

kelemahan-kelemahan dari pelaksanaan tindakan 2. 1. Rencana Tindakan 3 • Berdasarkan pada hasil evaluasi siklus 2, maka

peneliti membuat rencana tindakan 3 berupa bimbingan kelompok dengan mendatangkan trainner.

• Melakukan observasi. 2. Pelaksanaan

Tindakan 3

• Melakukan layanan bimbingan kelompok dengan mendatangkan trainner.

3. Observasi 3 • Perbaikan-perbaikan pada siklus 3 mengatasi kelemahan yang ditemukan pada siklus 2. 4. Refleksi 3 • Kedisiplinan siswa mengalami peningkatan.


(51)

3.4 Metode Dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan:

3.4.1 Skala Psikologi

Skala psikologi yang digunakan berupa skala kedisiplinan. Skala kedisiplinan diberikan pada saat pree-test dan post-test. Skala kedisiplinan pree-test diberikan pada saat sebelum dilakukan tindakan bertujuan untuk mengetahui kondisi awal dari subyek yang berkenaan dan dilaksanakan pada siswa kelas delapan yang berjumlah 40, untuk menjaring atau merekrut sejumlah anggota bimbingan kelompok, dengan skor 15 siswa yang terendah. Setelah didapatkan anggota bimbingan kelompok, selanjutnya dilaksanakan pemberian treatment. Sedangkan post-test diberikan pada saat setelah dilakukan tindakan pada tiap siklusnya, untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan kedisiplinan setelah diberikan tindakan.

Skala psikologi sebagai skala untuk pengukuran bidang psikologi. Skala psikologi merupakan alat ukur aspek psikologis atau atribut afektif. Menurut Azwar (2005: 5) dalam skala psikologi dapat mengungkap tentang:

(1) Data yang diungkap berupa konsep psikologis yang menggambarkan kepribadian individu.

(2) Pertanyaan sebagai stimulus tertentu pada indikator perilaku guna memancing jawaban yang berupa refleksi dari keadaan subyek secara sadar, pertanyaan yang diajukan memang dirancang untuk mengumpulkan sebanyak mungkin indikasi dari aspek kepribadian yang lebih abstrak.

(3) Responden tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan dari pertanyaan.

(4) Respon terhadap skala psikologi diberi skor lewat penskalan.


(52)

(5) Skala psikologi hanya diperuntukkan untuk mengungkap atribut tunggal.

Karakteristik dalam skala psikologi sebagai alat ukur menurut Azwar, (2005: 3-4) adalah:

(1) Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.

(2) Atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku, sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem.

(3) Respon subyek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”. Tetapi semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.

Ada empat alternatif jawaban dalam skala kedisiplinan siswa, penggunaan empat jawaban yaitu untuk menghindari atau menghilangkan jawaban ragu-ragu, sehingga obyek yang akan memilih jawaban sesuai dengan kondisi obyek. Pernyataan dalam skala menggunakan kecenderungan favourable dan unfavourable, yaitu pernyataan diberikan pada obyek berdasarkan jawaban yang dipilih, yang mendukung dan yang tidak mendukung obyek, dan akan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Kriteria skor penilaian skala kedisiplinan Skor Penilaian Jawaban atau pilihan

favourable unfavourable, Sangat sesuai (SS)

Sesuai (S)

Tidak sesuai (TS) Sangat tidak sesuai (STS)

1 2 3 4

4 3 2 1


(53)

Penggolongan kriteria siswa yang memiliki perilaku disiplin yaitu, sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah, menggunakan penilaian dengan skor standar (Azwar 2001: 163). Pemberian nilai yang menggunakan skor standar dilakukan dengan mengubah skor hasil skala psikologi kedisiplinan kedalam bentuk penyimpangannya dari mean, dalam satuan deviasi standar. Dalam hal ini suatu pedoman pemberian nilai yang merupakan norma ditentukan terlebih dahulu, norma yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Tingkat Kedisiplinan Kelas Interval Kriteria

1,00 – 1,75 Sangat Rendah (D) 1,76 – 2,50 Rendah (C)

2,51 – 3,25 Tinggi (B)

3,26 – 4,00 Sangat Tinggi (A)

Adapun kisi-kisi dari skala kedisiplinan dapat dilihat pada lampiran 1. 3.4.2 Pedoman Observasi

Selain menggunakan skala kedisiplinan untuk memperoleh data, diperlukan pula observasi. Observasi merupakan kegiatan pemuatan perhatian terhadap obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto 2006 : 156). Observasi dalam penelitian ini digunakan sebagai pelengkap atau pendukung terhadap data yang diperoleh melalui tes skala kedisiplinan.

Hasil observasi selanjutnya dicatat dalam bentuk diskripsi. Diskripsi ini meliputi hal-hal yang nyata pada saat pengamatan berlangsung. Selain diskripsi,


(54)

peneliti juga memberikan komentar seperlunya, serta interpretasi dan analisa terhadap apa yang diamati.

Adapun kisi-kisi dari pedoman observasi dapat dilihat pada lampiran 3.

3.5 Validitas dan Reliabilitas

3.5.1 Validitas

Rumus yang digunakan untuk menguji validitas skala kedisiplinan adalah yang digunakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi Product Moment (Arikunto 2006: 170).

Rumus Product Moment adalah sebagai berikut :

(

)( )

(

)

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

− − − = Y Y N X X N Y X XY N rxy

Keterangan :

xy

r : Koefisen korelasi antara X dan Y

Y

: Jumlah skor masing-masing item

X

: Jumlah skor masing- masing item

XY

: Jumlah skor seluruh item

N : Jumlah subyek

2

Y


(55)

2

X

: Kuadrat dijumlah skor tiap item.

Skala kedisiplinan yang telah diuji coba dengan jumlah item sebanyak 94, diperoleh 72 item yang dinyatakan valid dan sisanya atau sebanyak 22 item tidak valid yaitu item nomor 6, 10, 12, 14, 17, 19, 24, 31, 35, 37, 46, 49, 51, 54, 56, 59, 69, 76, 81, 84, 88, 92. Instrumen skala kedisiplinan yang digunakan dalam penelitian adalah yang telah dinyatakan valid dengan jumlah 72 item.

Adapun kisi-kisi dari uji coba skala kedisiplinan dan uji coba skala kedisiplinan dapat dilihat pada lampiran 2 dan 4.

3.5.2 Reliabilitas

Untuk memperoleh dan mengukur reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha (Arikunto 2006: 196). Rumus Alpha tersebut ialah sebagai berikut :

⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ −

=

2

2 11 1 1 t b k k r δ δ

Keterangan :

11

r : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan

2

δb : Jumlah varian butir

2

t


(56)

3.5.3 Analisis Data

Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif. Rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:

% = n/ N x 100 Keterangan:

N = nilai yang diperoleh N = jumlah seluruh nilai (Ali 1993: 186).

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis semua data yang diperoleh berkaitan dengan meningkatnya perilaku disiplin untuk kemudian didiskriptifkan. Analisis kuantitatif dipergunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari skala perilaku disiplin yang dilakukan setelah pemberian tindakan pada setiap siklusnya.

Analisis diskripsi prosentase digunakan untuk mengetahui gambaran peningkatan kedisiplinan siswa baik sebelum maupun sesudah diberi layanan bimbingan kelompok. Kriteria tersebut dapat diperoleh dengan cara menentukan skor tertinggi (empat) dikurangi skor terendah (satu), maka diperoleh tiga, kemudian dibagi banyaknya interval yang akan dibuat (empat). Maka diperoleh 0,75 angka itu dijadikan sebagai panjang interval.


(57)

3.7 Indikator Keberhasilan

Keberhasilan penelitian tindakan ini diukur dengan indikator sekurang-kurangnya 75% jumlah siswa mengalami peningkatan kedisiplinan dalam kategori > 2,51-4,00.


(58)

43

4.1

Hasil Penelitian

Layanan bimbingan kelompok yang dilakukan untuk meningkatkan perilaku disiplin siswa, merupakan penelitian tindakan yang pelaksanaannya melalui beberapa siklus, yaitu siklus 1, siklus 2 dan siklus 3. Penelitian ini tergolong sebagai penelitian kolaboratif, karena dalam pelaksanaannya diperlukan kerjasama terpadu antara peneliti dengan pihak-pihak yang terkait.

Langkah-langkah yang ditempuh adalah menetapkan aspek-aspek yang diteliti, upaya yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan penelitian yang sudah ditetapkan, serta melakukan pengamatan dan mencatat hasilnya, yang semuanya terkait dengan bagaimana upaya meningkatkan perilaku disiplin siswa melalui layanan bimbingan kelompok.

Siswa kelas 8 SMP N 11 Semarang tahun ajaran 2008/ 2009 yang terlibat dalam penelitian mengalami peningkatan perilaku disiplin setelah diberi tindakan bimbingan kelompok yang melalui siklus 1, siklus 2 dan siklus 3. Setelah pelaksanaan siklus 1 terjadi peningkatan 8,04% dari kondisi awal, setelah siklus 2 terjadi peningkatan 5,40% dari kondisi setelah siklus 1 (13,44% dari kondisi awal), dan terjadi peningkatan 1,08% setelah siklus 3 (14,52% dari kondisi awal), sehingga keseluruhan dari 3 siklus yang dilakukan terjadi peningkatan 14,52%.


(59)

Peningkatan tersebut membuktikan bahwa melalui layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan perilaku disiplin siswa.

Kondisi awal perilaku disiplin siswa menunjukan 28 orang termasuk kategori tinggi dan 12 orang termasuk kategori rendah. Partisipan dalam penelitian ini adalah sejumlah 12 orang siswa yang memiliki kategori perilaku disiplin rendah dan 3 orang siswa yang memiliki kategori tinggi. Kolaborasi antara siswa dengan kategori perilaku disiplin tinggi dan rendah ini dilakukan agar terjadi proses transfer informasi atau pengetahuan dari siswa yang berkategori perilaku disiplin tinggi kepada siswa yang berkategori perilaku disiplin rendah, dan ternyata kolaborasi ini berpengaruh pada hasil penelitian. Siswa yang berkategori perilaku disiplin tinggi setelah memperoleh beberapa tindakan tetap berada pada kategori tinggi, dan siswa yang memiliki kategori perilaku disiplin rendah meningkat menjadi tinggi. Selain itu pada kondisi awal juga terdapat 11 indikator kedisiplinan dari 16 indikator yang masih rendah, indikator yang masih rendah dari partisipan bimbingan kelompok ini dikembangkan menjadi tinggi agar perilaku disiplin dapat ditingkatkan. Peningkatan dari siswa yang berperilaku disiplin rendah menjadi tinggi inilah yang menjadikan hasil penelitian ini meningkat. Peningkatan perilaku disiplin siswa dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


(60)

Tabel 4.1 Peningkatan Perilaku Disiplin Siswa secara keseluruhan

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Aspek Kondisi

awal Jumlah % Jumlah % Jumlah %

% Total

Indikator 1 181 196 8,29 203 3,57 225 10,84 22,7

Indikator 2 157 161 2,55 172 6,83 172 0 9,38

Indikator 3 143 156 9,09 167 7,05 166 -0,59 15,55

Indikator 4 150 164 9,33 168 2,44 167 -0,59 11,18

Indikator 5 211 229 8,53 248 8,29 245 -1,21 15,61

Indikator 6 116 123 6,03 125 1,63 126 0,8 8,46

Indikator 7 191 203 6,28 209 2,95 208 -0,48 8,75

Indikator 8 176 190 7,95 200 5,26 202 1 14,21

Indikator 9 100 109 9 117 7,34 118 0,85 17,19

Indikator 10 141 153 8,51 166 8,49 167 0,60 17,6

Indikator 11 174 190 9,19 201 5,79 203 0,99 15,97

Indikator 12 137 152 10,95 162 6,58 165 1,85 19,38

Indikator 13 206 232 12,62 246 6,03 244 -0,81 17,84

Indikator 14 153 155 1,30 156 0,65 161 3,20 5,15

Indikator 15 179 192 7,26 197 2,60 198 0,50 10,36

Indikator 16 173 191 10,40 210 9,95 212 0,95 21,3

Total 2588 2796 8,04 2947 5,40 2979 1,08 14,52

Selain terjadi peningkatan secara keseluruhan, secara individu juga terjadi peningkatan. Pada kondisi awal terdapat 12 orang yang memiliki perilaku disiplin rendah dan 3 orang yang berkategori tinggi, setelah melalui siklus 1 masih terdapat 5 orang yang memiliki kecenderungan perilaku disiplin rendah, sisanya termasuk kategori tinggi. Hasil setelah siklus 2 masih terdapat 1 orang yang memiliki kecenderungan perilaku disiplin rendah dan sisanya sudah tergolong tinggi. Hasil pasca siklus 3 menunjukan bahwa kelima belas partisipan mencapai kecenderungan perilaku disiplin yang tinggi. Gambaran tentang peningkatan perilaku disiplin siswa secara individu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


(61)

Responden R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 Skor Awal 183 182 181 177 174 179 174 170 176 174 172 176 165 157 151

Kriteria T T T R R R R R R R R R R R R

Skor Siklus 1

193 197 208 183 191 179 175 179 180 187 184 188 179 186 187

Kriteria T T T T T R R R R T T T R T T

Skor Siklus 2

203 207 214 186 207 192 176 194 184 199 199 198 196 207 185

Kriteria T T T T T T R T T T T T T T T

Skor Siklus 3

206 208 211 196 209 196 183 198 185 196 195 200 196 209 185

Kriteria T T T T T T T T T T T T T T T

4.1.1 Keadaan Awal

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu skala psikologi, sebagaimana telah diuraikan pada bab 3, dengan alat pengumpul data berupa skala kedisiplinan. Sebelum skala kedisiplinan diberlakukan pada responden, terlebih dahulu diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya (perhitungan validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 7). setelah skala kedisiplinan diberlakukan pada siswa kelas 8 D sejumlah 40 orang siswa, diperoleh hasil kondisi awal perilaku disiplin siswa sebanyak 28 (70%) orang berada pada kategori tinggi dan 12 (30%) orang berada pada kategori rendah. Gambaran perilaku disiplin saat kondisi awal seperti terlihat pada tabel sebagai berikut:


(62)

Tabel 4.3 Kondisi Awal Perilaku Disiplin Siswa Perilaku Disiplin No. Kode

Jumlah % Kriteria

1 R-14 206 71,53 Tinggi

2 R-35 205 71,18 Tinggi

3 R-26 203 70,49 Tinggi

4 R-28 203 70,49 Tinggi

5 R-06 202 70,14 Tinggi

6 R-25 201 69,79 Tinggi

7 R-17 200 69,44 Tinggi

8 R-27 198 68,75 Tinggi

9 R-24 194 67,36 Tinggi

10 R-21 192 66,67 Tinggi

11 R-02 192 66,67 Tinggi

12 R-07 191 66,32 Tinggi

13 R-30 191 66,32 Tinggi

14 R-12 190 65,97 Tinggi

15 R-15 190 65,97 Tinggi

16 R-31 189 65,63 Tinggi

17 R-03 189 65,63 Tinggi

18 R-09 188 65,28 Tinggi

19 R-32 188 65,28 Tinggi

20 R-22 187 64,93 Tinggi

21 R-13 186 64,58 Tinggi

22 R-19 186 64,58 Tinggi

23 R-20 185 64,24 Tinggi

24 R-33 185 64,24 Tinggi

25 R-04 184 63,89 Tinggi

26 R-36 183 63,54 Tinggi

27 R-18 182 63,19 Tinggi

28 R-29 181 62,85 Tinggi

29 R-37 177 61,46 Rendah

30 R-40 174 60,42 Rendah

31 R-38 179 62,15 Rendah

32 R-10 174 60,42 Rendah

33 R-16 170 59,03 Rendah

34 R-05 176 61,11 Rendah

35 R-01 174 60,42 Rendah

36 R-23 172 59,72 Rendah

37 R-34 176 61,11 Rendah

38 R-39 165 57,29 Rendah

39 R-08 157 54,51 Rendah

40 R-11 151 52,43 Rendah


(63)

Kondisi awal perilaku disiplin secara keseluruhan lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Grafik 4.1 Kondisi Awal Perilaku Disiplin secara keseluruhan

0 5 10 15 20 25 30

Tinggi Rendah Sangat Rendah

Tinggi Rendah

Sangat Rendah

Mendasarkan pada hasil kondisi awal perilaku disiplin siswa, bahwa masih terdapat 12 orang yang masuk kategori rendah, oleh karena itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan perilaku disiplin siswa melalui layanan bimbingan kelompok.

Siswa yang memiliki kecenderungan perilaku disiplin rendah sejumlah 12 orang, dan rencananya semua akan dilibatkan dalam penelitian, peneliti juga melibatkan 3 orang siswa yang mempunyai kecenderungan perilaku disiplin tinggi. Hal ini peneliti lakukan agar terjadi proses transfer informasi dari siswa yang memiliki kecenderungan perilaku disiplin tinggi kepada siswa yang mempunyai perilaku disiplin rendah. 15 orang yang akan menjadi partisipan dalam penelitian ini kemudian diberi pemahaman, dan disarankan mengikuti kegiatan bimbingan kelompok yang akan peneliti lakukan, sehingga sejumlah 15 orang siswa inilah yang menjadi anggota kelompok dalam penelitian. Berikut ini


(64)

nomor-nomor responden saat pengambilan data, dan perubahan nomornya setelah memasuki siklus dalam penelitian yang disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4 Nomor Responden dan Perubahannya

No. Nomor Responden Kondisi Awal Nomor Responden Saat Penelitian

1 R-36 R-01

2 R-18 R-02

3 R-29 R-03

4 R-37 R-04

5 R-40 R-05

6 R-38 R-06

7 R-10 R-07

8 R-16 R-08

9 R-05 R-09

10 R-01 R-10

11 R-23 R-11

12 R-34 R-12

13 R-39 R-13

14 R-08 R-14

15 R-11 R-15

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus 1

Siklus 1 dalam penelitian ini memberikan tindakan yaitu bimbingan kelompok dengan metode ceramah dan diskusi. Peneliti memberikan materi dengan topik tugas yang bertujuan untuk mengarahkan pemahaman akan kedisiplinan, metode ini juga akan melatih untuk berpendapat, melatih kesabaran, menghargai dan menghormati pendapat dan sebagainya. Lebih jelasnya rencana pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


(65)

Tabel 4.5 Rencana Pelaksanaan Tindakan siklus 1 Pertemuan Materi

Kegiatan

Isi/ Bentuk Kegiatan Aspek yang diharapkan

meningkat Pertemuan 1 Kedisiplinan ƒ Menjelaskan tentang

pentingnya disiplin. ƒ Melakukan proses

diskusi untuk saling bertukar pendapat, kemudian

membandingkan dengan evaluasi dirinya.

ƒ Berlatih untuk saling memperbaiki perilakunya. Pemahaman akan kedisiplinan dan perilaku disiplin siswa.

Pertemuan 2 Tata tertib dan tata krama siswa

ƒ Menjelaskan tentang pentingnya tata tertib dan tata krama. ƒ Melakukan proses

diskusi untuk saling bertukar pendapat, kemudian

membandingkan dengan evaluasi dirinya.

ƒ Berlatih untuk saling memperbaiki

perilakunya.

Pemahaman akan tata tertib dan tata krama serta perilaku disiplin siswa.

Setelah melakukan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Pelaksanaan Tindakan

Waktu : 15 dan 22 Januari 2009 Tempat : Ruang mushola

Jumlah Siswa : 15 orang Jalannya tindakan :


(66)

Peneliti membina hubungan baik (rapport) terlebih dahulu dengan menanyakan kondisi mereka setelah mengikuti pelajaran, kemudian membuka kegiatan dengan memberi “salam”, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan maksud diadakannya penelitian tersebut.

(b) Kegiatan Inti

Peneliti memberikan permainan sebelum memulai kegiatan inti, sebagai perkenalan supaya terjalin suasana yang lebih akrab, setelah itu peneliti mulai mengajak siswa mendiskusikan atau membahas tentang disiplin, tata tertib dan tata krama. Diskusi yang dilakukan seputar apa, arti penting dan upaya yang perlu dilakukan agar siswa dapat meningkat perilaku disiplinnya. Siswa awalnya masih terlihat malu-malu untuk mengemukakan pendapat, namun setelah peneliti memberi motivasi agar mereka dapat mengeluarkan pendapat secara terbuka, mereka akhirnya mampu saling berdiskusi.

(c) Penutup

Peneliti memberikan permainan ringan setelah kegiatan inti selesai dan mengakhiri kegiatan, setelah itu peneliti memberikan lembar evaluasi untuk mengetahui sejauh mana penyerapan materi dari setiap tindakan. Setelah melalui dua tindakan dalam siklus satu ini, pada akhir siklus peneliti juga memberikan skala kedisiplinan kepada anggota kelompok untuk diisi sebagai evaluasi peningkatan kedisiplinan.

(2) Observasi

Peneliti melakukan observasi sendiri melalui pengamatan selama kegiatan berlangsung dengan pedoman observasi, dan memberi lembar evaluasi materi


(67)

bimbingan kelompok untuk mengetahui sejauh mana penyerapan materi. Siswa sudah mampu menyerap materi dengan baik walaupun masih ada beberapa siswa yang masih belum memahami dengan baik. Hasil pengamatan melalui pedoman observasi yang peneliti peroleh selama kegiatan yaitu siswa mampu mengeluarkan pendapatnya masing-masing, dan menjadi lebih paham tentang konsep-konsep kedisiplinan setelah diskusi dengan yang lain.

(3) Refleksi

Peneliti melakukan refleksi setelah melaksanakan tindakan siklus 1, yaitu dengan melaporkan hasil evaluasi setelah siklus 1 berdasarkan analisis skala kedisiplinan. Evaluasi peningkatan perilaku disiplin dilakukan dengan memberikan post test pada akhir kegiatan bimbingan kelompok pada siklus 1, dengan alat tes atau skala kedisiplinan yang telah disediakan (lampiran 2). Hasil tindakan layanan bimbingan kelompok yang didasarkan pada tes akhir pada partisipan sebanyak 15 orang dengan melakukan analisis yaitu:

(a) Analisis Perorangan

Jumlah skor dari 16 indikator pada skala kedisiplinan dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6 Analisis Perorangan Pasca Siklus 1 Responden R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15

Skor Awal 183 182 181 177 174 179 174 170 176 174 172 176 165 157 151

Skor Siklus

1 193 197 208 183 191 179 175 179 180 187 184 188 179 186 187


(68)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa terjadi kenaikan perolehan skor pada tiap siswa, namun masih ada 5 siswa yang berada dalam kategori perilaku disiplin yang masih rendah, sedangkan 10 siswa lainnya sudah masuk dalam kategori perilaku disiplin yang tinggi

(b) Analisis per indikator

Hasil analisis per indikator pada skala kedisiplinan pasca siklus 1 dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7 Analisis per indikator pasca siklus 1 Siklus 1

Aspek Kondisi awal

Jumlah %

Indikator 1 181 196 8,29

Indikator 2 157 161 2,55

Indikator 3 143 156 9,09

Indikator 4 150 164 9,33

Indikator 5 211 229 8,53

Indikator 6 116 123 6,03

Indikator 7 191 203 6,28

Indikator 8 176 190 7,95

Indikator 9 100 109 9

Indikator 10 141 153 8,51

Indikator 11 174 190 9,19

Indikator 12 137 152 10,95

Indikator 13 206 232 12,62

Indikator 14 153 155 1,30

Indikator 15 179 192 7,26

Indikator 16 173 191 10,40

Total 2588 2796 8,04

Berdasarkan tabel di atas, dapat diperoleh data yaitu sebagai berikut: • Indikator 1 (Mengetahui tentang peraturan yang berlaku di sekolah), kondisi


(1)

LAPORAN PELAKSANAAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Sekolah : SMP N 11 Semarang Hari/ Tanggal: Senin/ 20 Januari 2009

Anggota : 15 siswa Praktikan : Wasi Aqnaa Sari

No. Hari/ Tanggal Waktu Sasaran Kegiatan

Kegiatan Layanan

Materi Kegiatan Evaluasi

1 2 3 4 5 6 Hasil Proses

1.

2.

Rabu, 22 Januari 2009

Kamis, 23 Januari 2009 12.20 08.20 15 siswa 15 siswa Layanan bimbingan kelompok Layanan bimbingan kelompok Pengembangan tata krama dan tata tertib bagi siswa.

Film “ketika hukum ditegakkan”

• Laiseg: Siswa memahami tujuan adanya tata krama dan tata tertib.

• Laiseg: Siswa mengetahui isi cerita dari pemutaran film

• Kegiatan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan lancar, siswa mampu mengekspresikan kemampuannya dalam kegiatan ini. • Kegiatan bimbingan

kelompok ini berjalan lancar, siswa dapat

menikmati menonton film yang diputar dengan tenang.

Semarang, 20 Januari 2009 Praktikan

Wasi Aqnaa Sari NIM. 1301404036


(2)

LAPORAN PELAKSANAAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Sekolah : SMP N 11 Semarang Hari/ Tanggal: Senin/ 26 Januari 2009

Anggota : 15 siswa Praktikan : Wasi Aqnaa Sari

No. Hari/ Tanggal Waktu Sasaran Kegiatan

Kegiatan Layanan

Materi Kegiatan Evaluasi

1 2 3 4 5 6 Hasil Proses

1.

2.

Rabu, 28 Januari 2009

Kamis, 29 Januari 2009 13.30 08.20 15 siswa 15 siswa Layanan bimbingan kelompok Layanan bimbingan kelompok CD audio “wisdom and success” Training Kedisiplinan (outbound management training)

• Laiseg: Siswa mengetahui isi dari CD yang diputar.

• Laiseg: Siswa mengetahui

pelaksanaan kegiatan dalam outbound kedisiplinan.

• Kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan lancar, siswa dapat menikmati pemutaran CD audio dengan tenang.

• Kegiatan bimbingan kelompok dengan outbound training ini berjalan lancar, siswa dapat menikmati dan


(3)


(4)


(5)


(6)