Gorga, Perancangan Busana Siap Pakai dengan Tema "Gorga" bagi Kalangan Urban Kelas Atas.

(1)

ABSTRAK

Kehidupan Suku Batak lebih khususnya Batak Toba merupakan tema yang diangkat dalam pembuatan busana ready to wear deluxe. Batak Toba adalah salah satu Suku Batak terbesar yang tinggal di Sumatra Utara. Gaya hidup Suku Toba yang berkelompok dan membentuk suatu kampung yang menyerupai benteng ini menjadikan kehidupan suku terlindung akan ancaman bahaya dari luar. Salah satu keunikan terdapat pada tempat tinggal suku yang dihiasi dengan ukir-ukiran sebagai lambang dari perlindungan dan keamanan bagi orang yang tinggal di dalamnya. Ukiran tersebut dalam Bahasa Batak dikenal dengan istilah “Gorga”, yang selanjutnya dijadikan sebagai judul koleksi busana Tugas Akhir.

Koleksi yang dihasilkan merupakan perpaduan dari berbagai unsur. Ukiran Gorga dengan warna merah hitam serta putih merupakan perlambangan dari karakter warna Batak sebagai bagian dari budaya Indonesia. Kemudian karakter Gorga tersebut dikemas ke dalam gaya busana androgyny yang awalnya muncul di kalangan masyarakat Eropa.

Proses pembuatan koleksi diawali dengan memanfaatkan teknik quilting motif Gorga pada bahan utama. Dilanjutkan dengan memotong bahan material sesuai dengan pola yang telah dibuat. Tahap berikutnya adalah menyatukan potongan-potongan material dasar sesuai dengan desain busana hingga menjadi koleksi ready to wear deluxe yang terdiri dari empat coat bergaya unisex serta bawahan berupa rok dan celana.

Pembuatan busana ready to wear deluxe bertujuan untuk mengangkat budaya Indonesia yang multikultural. Koleksi dengan karakter etnik dan dikemas ke dalam gaya modern ini dipertunjukan kepada mereka yang senang tampil beda dengan jiwa muda yang tinggi, sehingga koleksi ini tidak terhalau oleh gender wanita atau pria serta usia.

Keywords : Gorga, ready to wear deluxe, androgyny , quilting , unisex.


(2)

ABSTRACT

Batak tribal lives especially Batak Toba is the theme which is lifted up in ready to wear deluxe making clothing. Batak Toba is one of tribal which is located on North Sumatra and has become one of the largest tribal. Clustered Toba tribal forming a village that resembles a fortress help them to protect their lives from threat outside. Toba’s carving in traditional house represents the protection and safety that called “Gorga”.

“Gorga” collection combines Indonesia and Europe, “Gorga” carving with red, black color and white is the symbols of Indonesia culture especially Batak Toba and blend with Europe Androgyny touch has become the unity of this design collection.

The process of making the ready to wear deluxe “Gorga” collection starts from quilting the “Gorga” motive on main material. Continue with cutting the material according to the pattern that has made before. The next step is to combine those pieces of the main material with ready to wear deluxe design clothing.

The makings of ready to wear deluxe clothing intend to lift up the multicultural of Indonesia. This design consists of four main unisex coats and two collection of skirt and trousers. The collection for the modern woman shows the side of native and culture with modern touch. This collection is intended to those are happy to look different and high young spirit, this collection never set boundaries for woman and man or even their age.

Keywords: ready to wear deluxe, androgyny, quilting, unisex. ii


(3)

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

ABSTRAK……….……….………i

ABSTRACT………...……….ii

KATA PENGANTAR………..………iii

DAFTAR ISI……….………iv

BAB I : PENDAHULUAN………1

Latar Belakang……….……….……….1

Identifikasi Masalah………..….3

Batasan Masalah ………..………..3

1.1Tujuan Perancangan ...4

1.2Metode Perancangan...5

BAB II : Landasan Teori………...……….6

2.1 Teori Fashion………...……….6

2.1.1 pengertian Trend………..……….7


(4)

2.2 Teori Busana………..………..8

2.2.1 Arti Busana………...….8

2.2.2 Prinsip-Prinsip Desain Busana………..………..………10

2.3 Reka Bahan………..…..10

2.3.1 Teknik Quilting………..…….11

2.4 Textile………...…..12

2.4.1 Bahan yang digunakan………..…..13

2.5 Teori warna………..………..14

BAB III : Deskripsi Objek Studi Perancangan……….19

3.1 Deskripsi Objek Studi Perancangan………...19

3.1.1 Gorga………...19

3.1.2 Pola perkampungan……….………19

3.2 Gorga……….……….21

3.2.1 Bahan Cat Pewarna……….…………23

3.2.Jenis Gorga……….………24

3.2.3 Proses Mendirikan Rumah……….…….……28

3.3 Ulos……….….……..30

3.4 Identifikasi Objek Studi……….….……...36

3.4.1 Androgyny Style……….….………...36

3.5 Deskripsi Survey Fungsi………...……….37


(5)

BAB IV : KONSEP PERANCANGAN………..38

4.1 Perancangan Umum ……….….38

4.2 Perancangan Khusus ……….………43

4.2.1 Busana I………..……….43

4.2.2 Busana II……….………45

4.2.3 Busana III……….….………..47

4.2.4 Busana IV………..….……….49

4.3 Perancangan detail………..……….….………..51

4.3.1 Busana I……….….………..…...51

4.3.2 Busana II………..………...53

4.3.3 Busana III……….………….…..55

4.3.4 Busana IV………...……….57

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN……….59

5.1 Kesimpulan……….59

5.2 Saran………...60

DAFTAR PUSTAKA………..61

DATA PENULIS……….62

LAMPIRAN A : Ukuran Model……….………..63

LAMPIRAN B : Material……….………71

LAMPIRAN C : Dokumentasi Busana……….……...75 vii


(6)

LAMPIRAN D : Gambar Teknik……….……79

LAMPIRAN E : Ilustrasi……….…...98

LAMPIRAN F : Reka Bahan………...………..102

LAMPIRAN G : Proses Baju………...………..104

LAMPIRAN H : Rincian Harga………...………..106

LAMPIRAN I : Mind maping………...……….110


(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penulis mengambil rancangan desain tema Demotic dari buku fashion trendforecasting 2014 “Tradition Revolution” dengan subtema totem. Mengangkat bahwa kehidupan suku Batak adalah salah satu suku dan budaya di Indonesia begitu unik dan layak untuk diangkat. Penulis ingin memperkenalkan lebih dalam lagi dengan suku Batak dengan pengambilan “Gorga” sebagai lambang suku Batak Toba sendiri.

Masyarakat Batak khususnya Batak Toba memiliki karakter yang kuat terhadap adat istiadat budaya mereka, kekuatan mereka terhadap leluhur dan keberlangsungan generasi membuat mereka begitu disiplin dalam pelestarian budaya dan kekuatan untuk melindungi seluruh apa yang mereka punya, dengan karakter warna merah, putih, dan hitam menjadi tiga warna khas yang melambangkan kekuatan yang terdapat di ukiran Gorga yang di percaya ialah symbol perlindungan kehidupan mereka. Ukiran Gorga yang terus di pakai dalam setiap alat musik dan tempat tinggal suku batak terus menerus dari generasi ke generasi melambangkan kecintaan mereka terhadap keluarga. Ukiran Gorga tersebut dapat terlihat bahwa karakter budaya dan garis suku Batak begitu kuat dan tegas. Garis yang tercipta dalam Gorga mencerminkan kepercayaan yang kuat dalam pribadi suku Batak Toba.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perancangan busana desainer untuk tugas akhir ini mengangkat tentang motif “Gorga” yang menjadi symbol suku batak toba dan identitas mereka dengan bergulirnya waktu tidak ada lagi sekat pembatas antara pria dan wanita. Adaptasi kehidupan suku Batak Toba yang memiliki sosok wanita pekerja keras dan laki-laki yang tidak kalah bertanggung jawab terhadap keluarga dan suku mereka, maka desainer terdorong untuk membuat suatu busana yang dapat dipakai oleh pria dan wanita di jaman sekarang yang diadaptasi dari pola kehidupan masa lalu suku Batak Toba.

Dalam keterkaitannya dengan hal ini maka desainer memberikan sentuhan trend bergaya androgyny yang lahir di era 1920’s dan terus berkembang setiap tahunnya, hingga mencapai titik puncak kepopuleran pada era 1970’s oleh musisi dan


(8)

2

artist di era itu. Desainer memilih androgyny karna androgyny sendiri ialah style yang tidak mengenal batasan pemakaian oleh pria maupun wanita, tidak ada sekat pembeda dan tidak mengenal batasan identitas diri yang membuat rasa untuk berekspresi lebih besar di banding dengan permasalahan identitas. Androgyny style merupakan gaya yang berkarakter kuat dan masih terasa pengaruhnya di dalam dunia fashion sampai sekarang.

Keterkaitan terhadap trend yang selalu berulang maka desainer akan mengolah lagi konsep “Gorga” yang kuno dengan androgyny style yang terus berkembang di setiap tahunnya menjadi suatu busana yang inovatif agar dapat dipakai di era modern sekarang yang menuntut suatu busana yang ready to wear yang berbeda dan bisa memberikan karakter yang kuat terhadap pemakainya.

Androgyny style yang diadaptasikan adalah karakteristiknya yang identik dengan siluet over size dan ciri khas dalam pemakaian coat maupun jas atau blazer yang dipadupadankan dengan pemilihan kain yang tidak mencolok serta bernuansa gelap. Pemakaian busananya pun tidak dibatasi oleh gender dan aturan busana yang ada seperti jas yang kita kenal sebagai busana pria menjadi busana yang digunakan oleh wanita. Meskipun dapat dikenakan oleh pria dan wanita androgyny style juga memiliki karakter sexy sebagai suatu cerminan bahwa mereka sangat ekspresif dalam menampilkan hasrat mereka dalam busana serta hasrat untuk memperlihatkan keindahan siluet tubuh yang mereka anggap patut untuk diekspos.

Berdasarkan rancangan ini maka desainer ingin memberikan sebuah pandangan baru kepada masyarakat bahwa sebuah trend dan gaya hidup yang terjadi di masa lampau bisa menjadi tolak ukur yang bisa di bawa dan dikolaborasi dengan gaya modern era kini yang selalu menuntut daya tarik dan ingin dipandang ekslusif. Maka untuk memenuhi tuntutan tersebut desainer membuat koleksi ready to wear unisex yang dilandaskan oleh androgyny style dengan tema “Gorga” yang menjadi landasan dasar koleksi ini diangkat.

Dengan mengangakat motif Gorga membuat masyarakat tau bahwa banyak hal kecil yang terjadi di masyarakat akan mempengaruhi karakter dan tingkat kepercayaan setiap suku itu berbeda serta lebih mencintai budaya Indonesia dengan memunculkan ukiran serta symbol – symbol suku Batak Toba yang kurang di ekspos oleh designer yang lain. Target market karya busana ini tidak terletak kepada wanita atau pria namun kepada mereka yang memiliki hasrat dalam berekspresif yang tinggi seperti artis, maupun orang yang berkecimpung di dunia entertaint yang bisa


(9)

3

digunakan dalam perfilman, video klip maupun busana sehari-hari dengan usia diantara 23-30 tahun. Di harapkan para pemakainya memiliki karakter yang kuat dan ingin tampil beda.

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menuangkan nuansa etnik Batak Toba yaitu “Gorga” ke dalam koleksi ready to wear yang belum banyak di explore oleh designer lain

2. Menyatukan tema “Gorga” dengan style androgyny yang belum banyak diangkat oleh desainer lain ke dalam busana

3. Bagaimana menghasilkan koleksi dengan tema “Gorga” yang dianggap sebagai suatu budaya kuno dan tua agar diterima di masyarakat modern saat ini

1.3Batasan Masalah

Dari uraian masalah diatas maka terdapat batasan masalah, adapun batasan masalah terdiri dari enam point batasan utama sebagai berikut:

1. Bentuk busana mengambil style androgyny yang di rancangkan untuk pemakaian unisex dan menampilkan sisi kemewahan dengan penggunaan quilting serta ulos si bolang untuk mempertegas kesan Batak namun tetap bernuansa metropolitan atau modern

2. Kelas sosial yang diterapkan untuk wanita dan pria yang memiliki young spirit yang tinggi dan ekspresif terhadap gaya hidup, mereka yang tergolong kelas menengah ke atas

3. Nuansa warna dominan yang digunakan ialah warna abu-abu, biru dan penambahan warna merah serta hitam yang menjadi ciri khas warna batak toba atau disebut dengan “tiga bolit”

4. Inspirasi yang digunakan dibatasi pada pola kehidupan suku Batak Toba dan motif “Gorga” yang melambangkan kuatnya budaya yang di pertahankan oleh suku Batak Toba yang membuat dorongan untuk penulis dalam mengungkapkannya ke dalam busana


(10)

4

5. Material yang digunakan ialah bahan wol satin, material ini di pilih agar menyeimbangkan unsur ulos yang tujuannya ialah memberikan kehangatan untuk tubuh yang memakainya.

6. Target market yang dituju 23-30 tahun dan tidak terbatas oleh gender pria atau wanita. Sekelompok orang yang ingin tampil beda dan senang dalam berekspresi serta memiliki hasrat dalam berekspresif yang tinggi seperti artis, maupun orang yang berkecimpung di dunia entertaint yang bisa digunakan dalam perfilman, video klip maupun busana sehari-hari.

1.4 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan “Gorga” yang diharapkan desainer adalah sebagai berikut:

1. Memperkenalkan Gorga sebagai warisan budaya Batak Toba melalui koleksi busana ready to wear ke masyarakat umum

2. Menghasilkan koleksi busana yang dapat digunakan pria maupun wanita

3. Motif di eksplor kembali dengan perwujudan dalam busana yang akan dipakai sehari-hari yang akan membuat masyarakat lebih mengenal dan dekat dengan budayanya dan memotivasi masyarakat untuk mengeksplor motif dan symbol yang ada di suku Batak Toba maupun suku di Indonesia lainnya.


(11)

5 1.5 Metode Perancangan

Pra Produksi Produksi Pasca Produksi

Observasi Pola Finalisasi

Penentuan Konsep Material Pemotretan

Ilustrasi Reka Bahan Portofolio


(12)

59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari keseluruhan proses perancangan tugas akhir berjudul “Gorga” maka kesimpulan yang didapat adalah :

Proses ini telah memberikan hasil yang maksimal dan inovasi-inovasi baru untuk membuat sesuatu yang berbeda. Penyampaian konsep dapat tercermin dengan baik pada koleksi busana, dengan ditunjang pemilihan warna, material yang digunakan, sampai detail manipulating fabric busana itu sendiri.

Berdasarkan penelitian dan fakta yang ada, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang konsumtif dan selektif. Hal tersebut menyebabkan tingkat kesadaran masyarakat untuk bersikap kritis akan penerimaan sesuatu yang baru. Apabila ingin diterima di masyarakat, sesuatu yang baru itu harus memiliki sebuah keunikan (nilai tambah, nilai yang baik dari pada sebelumnya), cara penyampaian yang tidak biasa juga dapat mempengaruhi masyarakat akan suatu hal baru, dan mengubah persepsi yang lama.

Dalam menciptakan sebuah trend fashion yang baru, ada beberapa tahap yang harus di lakukan dalam perancangan penyampaian pesan kepada masyarakat, yaitu mengkondisikan keadaan masyarakat saat ini, setelah itu kita baru dapat menyampaikan atau menciptakan pesan yang dibuat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Baru setelah itu memberikan pengingat yang diharapkan dapat menjadi gaya hidup baru yang dapat diterima di masyarakat. Penciptaan dan proses penerimaan masyarakat dilakukan secara perlahan-lahan dengan menonjolkan image

artis-artis terlebih dahulu. Hal tersebut akan mempengaruhi image trend yang aan dilihat oleh masyarakat. Setelah melakukan berbagai macam proses perencanaan dan perancangan, penulis berhasil mengolah inspirasi dan menciptakan ide dan konsep perancangan yang dapat menjadi inovasi dalam dunia fashion.


(13)

60

Dalam inovasi ini ditemukan kesimpulan:

1. Ketika pembuatan quilt berlangsung kain harus benar-benar

dibentangkan agar tidak terjadi kerutan di bagian permukaan baju 2. Ketika ingin membuat pola pada busana untuk quilt, dianjurkan

memakai pensil warna dibandingkan kapur jahit karna kapur jahit tidak bisa dihapus dan menyebabkan busana terkesan kotor

5.2 Saran

Perkembangan zaman mempengaruhi alur fashion. Fashion menjadi semakin luas dan memiliki banyak aliran, membuat masyarakat memiliki lebih banyak pilihan. Pilihan yang banyak ini dapat mengakibatkan, masyarakat menjadi pasif karena terlalu banyak pilihan yang mereka konsumsi tanpa mereka cerna terlebih dahulu apa yang mereka konsumsi itu. Di saat seperti ini, desainer memiliki sebuah kewajiban untuk menciptakan sebuah terobosan yang baru dalam fashion dan menciptakan trend

yang penuh dengan inovasi-inovasi yang menarik, sehingga setiap perancangan yang dilakukan akan memberikan hasil yang positif dan maksimal kepada kedua pihak, baik desainer mau pun masyarakat fashion. Desainer berharap laporan ini dapat memberikan manfaat, informasi, dan motivasi bagi semua desainer fashion, baik desainer muda dan desainer profesional.


(14)

61

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR BUKU UNTUK PUSTAKA :

Brown, Carol. 2010. Fashion & Textiles : The Essential Careers Guide. United Kingdom : Laurence King Publishing L.td

Praz, Mario. 1996. The Romantic Agony. Firenze : Sansoni

Seeling, Charlotte. 1999. Fashion : The Century of The Designer 1900-1999. Italy : Konemann

DAFTAR SITUS UNTUK PUSTAKA :

Insani, rizki. 2011. Teori Fashion. Artikel Online,

http://anthropologymeetssomething.tumblr.com/post/5634170619/fashion-sebagai-pencitraan-diri-dan-representasi-status. Diakses pada tanggal 26 maret 2014.

Rika, Nugraha. Teori busana. Artikel Online,

http://www.scribd.com/doc/83293880/Teori-Busana. Diakses pada tanggal 26 maret 2014.

Harimurti, Nadiswara, Chandra. 2008. Artikel Online, Eksplorasi Material Kulit Untuk Produk Fashion.

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-chandranan-30566. Diakses pada tanggal 26 maret 2014.


(1)

digunakan dalam perfilman, video klip maupun busana sehari-hari dengan usia diantara 23-30 tahun. Di harapkan para pemakainya memiliki karakter yang kuat dan ingin tampil beda.

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menuangkan nuansa etnik Batak Toba yaitu “Gorga” ke dalam koleksi ready to wear yang belum banyak di explore oleh designer lain

2. Menyatukan tema “Gorga” dengan style androgyny yang belum banyak diangkat oleh desainer lain ke dalam busana

3. Bagaimana menghasilkan koleksi dengan tema “Gorga” yang dianggap sebagai suatu budaya kuno dan tua agar diterima di masyarakat modern saat ini

1.3Batasan Masalah

Dari uraian masalah diatas maka terdapat batasan masalah, adapun batasan masalah terdiri dari enam point batasan utama sebagai berikut:

1. Bentuk busana mengambil style androgyny yang di rancangkan untuk pemakaian unisex dan menampilkan sisi kemewahan dengan penggunaan quilting serta ulos si bolang untuk mempertegas kesan Batak namun tetap bernuansa metropolitan atau modern

2. Kelas sosial yang diterapkan untuk wanita dan pria yang memiliki young spirit yang tinggi dan ekspresif terhadap gaya hidup, mereka yang tergolong kelas menengah ke atas

3. Nuansa warna dominan yang digunakan ialah warna abu-abu, biru dan penambahan warna merah serta hitam yang menjadi ciri khas warna batak toba atau disebut dengan “tiga bolit”

4. Inspirasi yang digunakan dibatasi pada pola kehidupan suku Batak Toba dan motif “Gorga” yang melambangkan kuatnya budaya yang di pertahankan oleh suku Batak Toba yang membuat dorongan untuk penulis dalam mengungkapkannya ke dalam busana


(2)

4

5. Material yang digunakan ialah bahan wol satin, material ini di pilih agar menyeimbangkan unsur ulos yang tujuannya ialah memberikan kehangatan untuk tubuh yang memakainya.

6. Target market yang dituju 23-30 tahun dan tidak terbatas oleh gender pria atau wanita. Sekelompok orang yang ingin tampil beda dan senang dalam berekspresi serta memiliki hasrat dalam berekspresif yang tinggi seperti artis, maupun orang yang berkecimpung di dunia entertaint yang bisa digunakan dalam perfilman, video klip maupun busana sehari-hari.

1.4 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan “Gorga” yang diharapkan desainer adalah sebagai berikut:

1. Memperkenalkan Gorga sebagai warisan budaya Batak Toba melalui koleksi busana ready to wear ke masyarakat umum

2. Menghasilkan koleksi busana yang dapat digunakan pria maupun wanita

3. Motif di eksplor kembali dengan perwujudan dalam busana yang akan dipakai sehari-hari yang akan membuat masyarakat lebih mengenal dan dekat dengan budayanya dan memotivasi masyarakat untuk mengeksplor motif dan symbol yang ada di suku Batak Toba maupun suku di Indonesia lainnya.


(3)

1.5 Metode Perancangan

Pra Produksi Produksi Pasca Produksi

Observasi Pola Finalisasi

Penentuan Konsep Material Pemotretan

Ilustrasi Reka Bahan Portofolio


(4)

59 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari keseluruhan proses perancangan tugas akhir berjudul “Gorga” maka kesimpulan yang didapat adalah :

Proses ini telah memberikan hasil yang maksimal dan inovasi-inovasi baru untuk membuat sesuatu yang berbeda. Penyampaian konsep dapat tercermin dengan baik pada koleksi busana, dengan ditunjang pemilihan warna, material yang digunakan, sampai detail manipulating fabric busana itu sendiri.

Berdasarkan penelitian dan fakta yang ada, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang konsumtif dan selektif. Hal tersebut menyebabkan tingkat kesadaran masyarakat untuk bersikap kritis akan penerimaan sesuatu yang baru. Apabila ingin diterima di masyarakat, sesuatu yang baru itu harus memiliki sebuah keunikan (nilai tambah, nilai yang baik dari pada sebelumnya), cara penyampaian yang tidak biasa juga dapat mempengaruhi masyarakat akan suatu hal baru, dan mengubah persepsi yang lama.

Dalam menciptakan sebuah trend fashion yang baru, ada beberapa tahap yang harus di lakukan dalam perancangan penyampaian pesan kepada masyarakat, yaitu mengkondisikan keadaan masyarakat saat ini, setelah itu kita baru dapat menyampaikan atau menciptakan pesan yang dibuat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Baru setelah itu memberikan pengingat yang diharapkan dapat menjadi gaya hidup baru yang dapat diterima di masyarakat. Penciptaan dan proses penerimaan masyarakat dilakukan secara perlahan-lahan dengan menonjolkan image

artis-artis terlebih dahulu. Hal tersebut akan mempengaruhi image trend yang aan dilihat oleh masyarakat. Setelah melakukan berbagai macam proses perencanaan dan perancangan, penulis berhasil mengolah inspirasi dan menciptakan ide dan konsep perancangan yang dapat menjadi inovasi dalam dunia fashion.


(5)

Dalam inovasi ini ditemukan kesimpulan:

1. Ketika pembuatan quilt berlangsung kain harus benar-benar dibentangkan agar tidak terjadi kerutan di bagian permukaan baju 2. Ketika ingin membuat pola pada busana untuk quilt, dianjurkan

memakai pensil warna dibandingkan kapur jahit karna kapur jahit tidak bisa dihapus dan menyebabkan busana terkesan kotor

5.2 Saran

Perkembangan zaman mempengaruhi alur fashion. Fashion menjadi semakin luas dan memiliki banyak aliran, membuat masyarakat memiliki lebih banyak pilihan. Pilihan yang banyak ini dapat mengakibatkan, masyarakat menjadi pasif karena terlalu banyak pilihan yang mereka konsumsi tanpa mereka cerna terlebih dahulu apa yang mereka konsumsi itu. Di saat seperti ini, desainer memiliki sebuah kewajiban untuk menciptakan sebuah terobosan yang baru dalam fashion dan menciptakan trend

yang penuh dengan inovasi-inovasi yang menarik, sehingga setiap perancangan yang dilakukan akan memberikan hasil yang positif dan maksimal kepada kedua pihak, baik desainer mau pun masyarakat fashion. Desainer berharap laporan ini dapat memberikan manfaat, informasi, dan motivasi bagi semua desainer fashion, baik desainer muda dan desainer profesional.


(6)

61

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR BUKU UNTUK PUSTAKA :

Brown, Carol. 2010. Fashion & Textiles : The Essential Careers Guide. United Kingdom : Laurence King Publishing L.td

Praz, Mario. 1996. The Romantic Agony. Firenze : Sansoni

Seeling, Charlotte. 1999. Fashion : The Century of The Designer 1900-1999. Italy : Konemann

DAFTAR SITUS UNTUK PUSTAKA :

Insani, rizki. 2011. Teori Fashion. Artikel Online,

http://anthropologymeetssomething.tumblr.com/post/5634170619/fashion-sebagai-pencitraan-diri-dan-representasi-status. Diakses pada tanggal 26 maret 2014.

Rika, Nugraha. Teori busana. Artikel Online,

http://www.scribd.com/doc/83293880/Teori-Busana. Diakses pada tanggal 26 maret 2014.

Harimurti, Nadiswara, Chandra. 2008. Artikel Online, Eksplorasi Material Kulit Untuk Produk Fashion.

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-chandranan-30566. Diakses pada tanggal 26 maret 2014.