Perancangan Busana Siap Pakai bagi Masyarakat Urban Memiliki Karakter Edgy dan Craftmanship dengan Tema Urbandigenous.

(1)

ABSTRAK

Crafty merupakan ciri utama yang ingin ditonjolkan dalam pembuatan koleksi busana

dengan judul ‘Urbandigenous’ ini. Urbandigenous berasal dari dua kata yaitu urban yang berarti kota megapolitan dan indigen yang merupakan inspirasi panduan trend 2014. Konsep desain ready to wear ini menggabungkan antara gaya street style urban dengan trend 2014 Tradition Revolution, bertema Demotic dengan sub tema Indigen .

Dalam realisasinya, untuk mendukung inspirasi gaya urban menggunakan material bahan leather untuk memberikan kesan edgy bagi pemakainya, dipadukan dengan benang

wool yang dirajut dengan teknik knitting. Teknik knitting yang digunakan merupakan 100% handmade terinspirasi dari trend 2014 Tradition Revolution dengan sub tema Indigen

sehingga sangat kental dengan sisi craftnya. Siluet yang dimiliki busana A-line dan lurus. Warna-warna yang dipakai menggunakan warna natural yang terinspirasi dari sub tema Indigen pada trend 2014 Tradition Revolution dan warna bold yang terinspirasi dari warna perkotaan. Menggunakan warna coklat, indigo, deep purple, mustard yellow,green, dan maroon.

Pada proses pembuatannya pertama-tama membuat pola sesuai desain, lalu bahan kulit disejajarkan sesuai serat kain. Namun proses yang paling membutuhkan waktu lebih lama adalah pada saat merajut. Setelah rajutan selesai, rajutan dijahit menyatu dengan bahan

leathernya.

Busana ready to wear ini ditargetkan untuk laki-laki dan perempuan usia 20 hingga awal 40 tahunan dengan karakter berjiwa muda, modern, bold, edgy, juga menghargai seni dan craftsmanship. Inspirasi desain yang unik ini diharapkan dapat menjadi desain baru yang unik, lebih fresh dan dapat lebih diminati oleh masyarakat.


(2)

ABSTRACT

Crafty is the main characteristic that highlighted in this manufacture fashion collection with the title 'Urbandigenous'. Urbandigenous derived from two words, that are urban means the mega city and indigen from trend forecasting 2014. This ready to wear design concept is combine between urban street style and Trend Tradition Revolution, themed Demotic with the sub-theme indigen.

In reality, to support urban style the materials used leather to give edgy impression, combined with wool yarn and self knitted techniques. Knitting technique used is 100% handmade inspired trend Tradition 2014 Revolution with a sub theme indigen so very thick with craftmanship side. The silhouette used A-line and straight.

The colors used are natural colors inspired by sub-theme indigen from Trend Forecasting 2014 Tradition Revolution and bold colors inspired by the urban colors. Using brown, indigo, deep purple, mustard yellow, green, and maroon.

In the manufacturing process of first making the appropriate design patterns, then aligned leather fabric fibers. However, most processes require a longer time is when knitting. Once finished knitted, sewn knitted together with leather.

This ready to wear collection is targeted for men and women ages 20 to early 40s with a youthful character, modern, bold, edgy, also appreciate the art and craftsmanship. Inspiration unique design is expected to be a unique new design, more fresh and more in demand by the public.


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….i KATA PENGANTAR………..iii DAFTAR ISI..………..iv DAFTAR LAMPIRAN………vi DAFTAR GAMBAR………...vii DAFTAR BAGAN……….viii

BAB I PENDAHULUAN……….………1

I.1 Latar Belakang…….………..1

I.2 Identifikasi Masalah.….……….2

I.3 Batasan Perancangan…..………2

I.4 Tujuan Perancangan.………..3

I.5 Metode Perancangan………..4

I. 6 Sistematika Penulisan…….………4

BAB II KERANGKA TEORI…….………6

II.1 Teori Fashion………….……….6

II.2 Pengertian Fashion…….………6

II.3 Teori Busana….……….7

II.4 Pengertian Busana….……….8

II.5 Teori Warna………9

II.6 Teknik Knitting………12

BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI……...………15

III.1 Urban sebagai inspirasi gaya………15

III.1.1 Street Fashion………...15

III.1.2 Warna………...15

III.1.3 Leather………..16

III.2 Indigen sebagai panduan Tren 2014……….17

III.2.1 Knit………...17

III.2.2 Material Alam………..18

III.2.3 Warna………...18


(4)

IV.1 Perancangan Umum……….20

IV.1.1 Image Board……….………20

IV.1.2 Konsep………..………....20

IV.1.3 Koleksi Desain……….21

IV.2 Perancangan Khusus………22

IV.2.1 Desain Busana 1………...22

IV.2.2 Desain Busana 2………...22 IV.2.3 Desain Busana 3………...23

IV.2.4 Desain Busana 4………...23

IV.3 Perancangan Detail………...24

IV.3.1 Knit………...24

IV.3.2 Motif pada Leather………...26

IV.3.3 Aksesoris………..26

IV.3.4 Material………....27

BAB V PENUTUP………28

V.1 Kesimpulan………...28

V.2 Saran……….28

DAFTAR PUSTAKA………..29

DATA PENULIS……….30


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Ukuran Model dan Pola Kecil……… 32

Lampiran B : Material……….. 42

Lampiran C : Dokumentasi Busana………. 43

Lampiran D : Gambar Teknik……….. 48

Lampiran E : Illustrasi Fashion……….... 63

Lampiran F : Reka Bahan……… 67

Lampiran G : Proses Pembuatan……….. 68

Lampiran H : Rincian Harga Material……….. 69


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Color Cycle 10

Gambar II.2 Color Image Scale 11

Gambar II.3 Bentuk jahitan knit seperti ‘V’ 12

Gambar II.4 Bentuk jahitan purl, bergelombang 12

Gambar II.5 Motif dasar Stockinette dan Reverse Stockinette 13

Gambar II.6 Motif dasar Garter Stitch 13

Gambar II.7 Motif dasar Seed Stitch 14

Gambar II.8 Motif dasar Double Ribbing 14

Gambar III.1 Gaya Greaser era 1950-an 15

Gambar III.2 Inspirasi warna pedesaan 16

Gambar III.3 Leather 16

Gambar III.4 Indigen 17

Gambar III.5 Motif ropes cable 18

Gambar III.6 Benang wool dari bulu domba 18

Gambar III.7 Warna-warna indigen 19

Gambar IV.1 Image Board 20

Gambar IV.2 Illustrasi koleksi desain 21

Gambar IV.3 Busana 1 22

Gambar IV.4 Busana 2 22

Gambar IV.5 Busana 3 23

Gambar IV.6 Gambar IV.7 Gambar IV.8 Gambar IV.9 Gambar IV.10 Gambar IV.11 Gambar IV.12 Gambar IV.13 Busana 4 Proses Knitting Peralatan merajut Motif pada kulit Aksesoris Sepatu Aksesoris Syal Bahan Kulit Benang Rajut 23 25 25 26 26 26 27 27


(7)

DAFTAR BAGAN


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Melihat dunia fashion yang dinamis, selalu berkembang dan memiliki perubahan seiring berjalannya waktu dan kebutuhan yang meningkat. Desain-desain ready to wear yang sudah banyak di masyarakat diolah lagi menjadi desain yang lebih unik, dan tidak membosankan. Melihat adanya kejenuhan dalam desain-desain ready to wear yang ada di saat sekarang ini, kebutuhan akan sandang yang memiliki gaya baru, unik, tidak serupa dengan desain-desain lainnya menjadi pemicu untuk membuat desain baru yang berbeda dari lainnya. Menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat akan desain-desain busana yang

wearable, berbeda, unik, dan tidak membosankan, maka penulis membuat desain dengan

inspirasi gaya urban yang berciri khas kehidupan masyarakat kota megapolitan dengan warna-warna dan struktural bangunan kota.

Crafty adalah teknik yang diusung dalam trend forecasting bertema Demotic dengan

sub tema Indigen. Sisi crafty dalam sub tema indigen ini memiliki bentuk-bentuk struktural repetitif yang menonjolkan keahlian dan kreatifitas kerajinan tangan. Salah satu teknik crafty yang digambarkan pada sub tema indigen dalam buku trend tersebut adalah macramé, dan crochet. Berkeinginan untuk mengembangkan teknik crafty, penulis mengambil teknik rajut sebagai teknik yang dipakai dalam pembuatan karya TA.

Pada perkembangannya di Indonesia, rajut mulai popular di tahun 2000-an. Akan tetapi produk rajut masih terbatas pada, sweater, topi, syal dimana produk tersebut hanya mengandalkan teknik rajut biasa saja, tanpa memberikan sentuhan seni di dalamnya. Produk rajut yang banyak beredar di masyarakat pun pada umumnya menggunakan teknik rajut mesin, masih jarang yang menggunakan teknik rajut tangan. Kebanyakan orang yang membuat rajutan tangan hanya akan digunakan untuk kebutuhan sendiri. Bertolak dari perkembangan rajut di Indonesia tersebut, penulis ingin mendesain karya yang wearable, berbeda, unik, dan tidak membosankan dengan memanfaatkan rajut handmade bersama paduan bahan lainnya.

Dalam pembuatan busana ready to wear ini kesan crafty yang didapat berasal rajutannya yang dibuat 100% handmade dengan bahan benang gradasi di mix dengan bahan

leather yang memberikan sentuhan urban. Campuran antara material, siluet, dan warna yang


(9)

yellow, green, dan maroon ini cocok digunakan untuk perempuan usia dari 20 hingga awal 40

tahunan. Berkarakter berjiwa muda, berani, edgy, juga menghargai seni dan craftsmanship. Diharapkan dari penerapan inspirasi pada desain, koleksi busana akan lebih fresh, edgy dan

stylish saat dipakai.

I.2 Identifikasi Masalah

Dalam perancangan ‘Urbandigenous’ ditemukan adanya beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana desain busana ready to wear yang memiliki nilai crafty rajut (teknik

handmade dengan waktu produksi yang lama) menjadi busana siap pakai yang

umumnya memiliki waktu produksi yang lebih cepat.

2. Bagaimana busana rajut yang pada umumnya dipakai di daerah beriklim sub tropis dapat diterima dan dipakai di tempat yang beriklim tropis, terutama di daerah perkotaan.

3. Bagaimana penggunaan material pada busana yang menggunakan bahan natural seperti wool, leather, dan kanvas dapat diterima dan dipakai oleh target market usia 20-40 tahun di daerah beriklim tropis.

I.3 Batasan Perancangan

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan dan diidentifikasikan di atas, berikut akan dirumuskan pokok-pokok yang akan dianalisis dan dijadikan dasar acuan dalam menghasilkan koleksi busana ready to wear :

1. Produk desain rajut handmade ini dapat menjadi produk ‘order by client’ atau ‘made

to measure’ dalam bentuk tampilan busana ready to wear.

2. Teknik rajut yang digunakan lebih menonjolkan struktural motif rajut dengan tingkat kepadatan benang yang lebih diperbesar sehingga waktu pengerjaan lebih cepat, dan dapat dipakai di daerah beriklim tropis.

3. Penggunaan bahan wool dalam rajutan dapat digunakan sebagai outwear busana seperti sweater, dan juga dapat digunakan sebagai pakaian primer seperti dress dengan tingkat kepadatan benang yang diperbesar agar tidak terlalu rapat. Material seperti leather dan kanvas juga digunakan karena flexible digunakan di iklim tropis dan sub tropis.


(10)

4. Warna-warna dalam desain menggunakan campuran antara warna natural yang terinspirasi dari trend 2014 Indigen dan warna-warna khas urban seperti warna lampu lampu perkotaan dan lalu lintas jalan.

5. Pada koleksi rancangan, selain dari warna khas perkotaan inspirasi urban diterapkan pada gaya street stylenya dengan menggunkan material leather, dan indigen dengan menggunakan material natural yang menonjolkan bentuk-bentuk struktural

I.4 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan busana ready to wear ini adalah sebagai berikut:

1. Mendesain produk rajut yang menggunakan kombinasi bahan lain, yaitu leather. 2. Mendesain busana ready to wear dimana busananya dapat dipadu padankan dengan

kondisi cuaca yang memungkinkan.

3. Mendesain produk ‘order by client’ dalam bentuk busana ready to wear yang lebih unik, kreatif, crafty, dan tidak banyak beredar di pasaran.

4. Membuat desain busana ready to wear yang memiliki karakter. Desain ini cocok dengan karakter yang edgy, modern, bold dan crafty untuk target market perempuan dan laki-laki usia 20-40 tahun. Menawarkan tampilan busana ready to wear yang unik, terlihat muda, fresh, dan edgy.


(11)

I.5 Metode Perancangan

Bagan I.1 Metode Tahapan Produksi (Sumber: Dokumen Pribadi)

I.6 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan Tugas Akhir ini terdiri dari sub bab pada setiap bab yang

menjelaskan mengenai inspirasi hingga rancangan koleksi desain dalam pembuatan busana Tugas Akhir, yang disusun sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, isi bab ini menjelaskan tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan perancangan, metode perancangan, dan sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI, isi bab ini menjelaskan tentang teori fashion, pengertian fashion, pengertian tren, teori busana, pengertian busana, fungsi busana, bentuk busana, pengertian dari busana ready to wear, dan teori warna.

BAB III OBJEK STUDI, isi bab ini menjelaskan objek studi tentang urban, mulai dari gaya, ciri khas, hingga kehidupan masyarakat di kota megapolitan.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN, isi bab ini menjelaskan tentang perancangan umum meliputi konsep perancangan, mood board, perancangan khusus, dan perancangan detail fashion. Uraian mendetail mengenai konsep, mood board, warna, siluet, garis yang dirancang untuk menunjang koleksi busana ready to wear ini.


(12)

BAB V KESIMPULAN, isi bab ini memberikan kesimpulan tentang hasil

pembahasan dan proses pengerjaan serta berisikan saran yang dapat memperbaiki atau lebih mengembangkan desain ini.


(13)

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Rajutan dapat lebih diolah lagi dari pada desain-desain dari teknik yang sudah ada. Bahan kulit pun tidak harus selalu hanya berbahan kulit polos saja, bisa di campur dengan bahan lain, seperti kain dan benang seperti koleksi desain yang dirancang penulis.

Percampuran bahan yang jarang terpikirkan oleh banyak orang, menjadikan koleksi desain busan ready to wear ini unik, modern, dan edgy.

V.2 Saran

Management waktu sangat diperlukan dalam pembuatan busana rajut, terutama rajut

tangan yang produknya tergolong handmade. Motif dapat diperkaya dengan banyak mengeksplore teknik merajut.

Bahan kulit tidak bisa dilepas jahitannya bila terjadi kesalahan, karena akan

meninggalkan bekas lubang. Oleh sebab itu, untuk menjahit bahan kulit, harus benar-benar sesuai dengan pola, dan teliti saat menjahit agar tidak terjadi kesalahan.

Sebelum dijahit dengan mesin, bahan kulit harus ditempel dengan double tape dan lem latex terlebih dahulu, agar tidak mengkerut, dan tidak memanjang.


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Kobayashi, Shigenobu. 1991. Color Image Scale. New York: Kosdansha International Susana, Lusi. 2009. Rajut Knitting. Surabaya: Gramedia

Chie, Kose. 2011. 500 Knitting Pattern World. Jepang: Sun Tory www.wikipedia.org/wiki/Greaser_(subculture)

en.m.wikipedia.org/wiki/Urban_culture www.urbandictionary.com/define en.m.wikipedia.org/wiki/Streetwear


(1)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA-2 yellow, green, dan maroon ini cocok digunakan untuk perempuan usia dari 20 hingga awal 40

tahunan. Berkarakter berjiwa muda, berani, edgy, juga menghargai seni dan craftsmanship. Diharapkan dari penerapan inspirasi pada desain, koleksi busana akan lebih fresh, edgy dan

stylish saat dipakai.

I.2 Identifikasi Masalah

Dalam perancangan ‘Urbandigenous’ ditemukan adanya beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana desain busana ready to wear yang memiliki nilai crafty rajut (teknik

handmade dengan waktu produksi yang lama) menjadi busana siap pakai yang

umumnya memiliki waktu produksi yang lebih cepat.

2. Bagaimana busana rajut yang pada umumnya dipakai di daerah beriklim sub tropis dapat diterima dan dipakai di tempat yang beriklim tropis, terutama di daerah perkotaan.

3. Bagaimana penggunaan material pada busana yang menggunakan bahan natural seperti wool, leather, dan kanvas dapat diterima dan dipakai oleh target market usia 20-40 tahun di daerah beriklim tropis.

I.3 Batasan Perancangan

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan dan diidentifikasikan di atas, berikut akan dirumuskan pokok-pokok yang akan dianalisis dan dijadikan dasar acuan dalam menghasilkan koleksi busana ready to wear :

1. Produk desain rajut handmade ini dapat menjadi produk ‘order by client’ atau ‘made to measure’ dalam bentuk tampilan busana ready to wear.

2. Teknik rajut yang digunakan lebih menonjolkan struktural motif rajut dengan tingkat kepadatan benang yang lebih diperbesar sehingga waktu pengerjaan lebih cepat, dan dapat dipakai di daerah beriklim tropis.

3. Penggunaan bahan wool dalam rajutan dapat digunakan sebagai outwear busana seperti sweater, dan juga dapat digunakan sebagai pakaian primer seperti dress dengan tingkat kepadatan benang yang diperbesar agar tidak terlalu rapat. Material seperti leather dan kanvas juga digunakan karena flexible digunakan di iklim tropis dan sub tropis.


(2)

4. Warna-warna dalam desain menggunakan campuran antara warna natural yang terinspirasi dari trend 2014 Indigen dan warna-warna khas urban seperti warna lampu lampu perkotaan dan lalu lintas jalan.

5. Pada koleksi rancangan, selain dari warna khas perkotaan inspirasi urban diterapkan pada gaya street stylenya dengan menggunkan material leather, dan indigen dengan menggunakan material natural yang menonjolkan bentuk-bentuk struktural

I.4 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan busana ready to wear ini adalah sebagai berikut:

1. Mendesain produk rajut yang menggunakan kombinasi bahan lain, yaitu leather. 2. Mendesain busana ready to wear dimana busananya dapat dipadu padankan dengan

kondisi cuaca yang memungkinkan.

3. Mendesain produk ‘order by client’ dalam bentuk busana ready to wear yang lebih unik, kreatif, crafty, dan tidak banyak beredar di pasaran.

4. Membuat desain busana ready to wear yang memiliki karakter. Desain ini cocok dengan karakter yang edgy, modern, bold dan crafty untuk target market perempuan dan laki-laki usia 20-40 tahun. Menawarkan tampilan busana ready to wear yang unik, terlihat muda, fresh, dan edgy.


(3)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA-4 I.5 Metode Perancangan

Bagan I.1 Metode Tahapan Produksi (Sumber: Dokumen Pribadi)

I.6 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan Tugas Akhir ini terdiri dari sub bab pada setiap bab yang

menjelaskan mengenai inspirasi hingga rancangan koleksi desain dalam pembuatan busana Tugas Akhir, yang disusun sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, isi bab ini menjelaskan tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan perancangan, metode perancangan, dan sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI, isi bab ini menjelaskan tentang teori fashion, pengertian fashion, pengertian tren, teori busana, pengertian busana, fungsi busana, bentuk busana, pengertian dari busana ready to wear, dan teori warna.

BAB III OBJEK STUDI, isi bab ini menjelaskan objek studi tentang urban, mulai dari gaya, ciri khas, hingga kehidupan masyarakat di kota megapolitan.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN, isi bab ini menjelaskan tentang perancangan umum meliputi konsep perancangan, mood board, perancangan khusus, dan perancangan detail fashion. Uraian mendetail mengenai konsep, mood board, warna, siluet, garis yang dirancang untuk menunjang koleksi busana ready to wear ini.


(4)

BAB V KESIMPULAN, isi bab ini memberikan kesimpulan tentang hasil

pembahasan dan proses pengerjaan serta berisikan saran yang dapat memperbaiki atau lebih mengembangkan desain ini.


(5)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA-28

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Rajutan dapat lebih diolah lagi dari pada desain-desain dari teknik yang sudah ada. Bahan kulit pun tidak harus selalu hanya berbahan kulit polos saja, bisa di campur dengan bahan lain, seperti kain dan benang seperti koleksi desain yang dirancang penulis.

Percampuran bahan yang jarang terpikirkan oleh banyak orang, menjadikan koleksi desain busan ready to wear ini unik, modern, dan edgy.

V.2 Saran

Management waktu sangat diperlukan dalam pembuatan busana rajut, terutama rajut

tangan yang produknya tergolong handmade. Motif dapat diperkaya dengan banyak mengeksplore teknik merajut.

Bahan kulit tidak bisa dilepas jahitannya bila terjadi kesalahan, karena akan

meninggalkan bekas lubang. Oleh sebab itu, untuk menjahit bahan kulit, harus benar-benar sesuai dengan pola, dan teliti saat menjahit agar tidak terjadi kesalahan.

Sebelum dijahit dengan mesin, bahan kulit harus ditempel dengan double tape dan lem latex terlebih dahulu, agar tidak mengkerut, dan tidak memanjang.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Kobayashi, Shigenobu. 1991. Color Image Scale. New York: Kosdansha International Susana, Lusi. 2009. Rajut Knitting. Surabaya: Gramedia

Chie, Kose. 2011. 500 Knitting Pattern World. Jepang: Sun Tory www.wikipedia.org/wiki/Greaser_(subculture)

en.m.wikipedia.org/wiki/Urban_culture www.urbandictionary.com/define en.m.wikipedia.org/wiki/Streetwear