Happy Go Ducky, Perancangan Busana Siap Pakai dengan Tema Happy Go Ducky bagi Kalangan Urban Kelas Atas.

(1)

i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Happy Go Ducky adalah judul yang diambil untuk koleksi rancangan busana ready-to-wear ini. Happy Go Ducky memiliki makna to be cheerful about most all things yang dalam bahasa Indonesia berarti, menjadi bahagia atau gembira dalam segala hal. Happy Go Ducky merupakan koleksi rancangan hasil inspirasi karya seni Rubber Duck yang diciptakan oleh seniman asal Belanda, Florentijn Hofman.

Rubber Duck adalah salah satu karya seni yang diciptakan oleh seniman Florentijn Hofman. Tujuan dari pembuatan karya seni Rubber Duck adalah keinginan seniman untuk menghibur dunia dengan cara membawa kembali kenangan melalui mainan Rubber Duck yang dikenal oleh sebagian besar masyarakat dunia sebagai mainan yang identik dengan masa kecil sehingga menciptakan kesan nostalgia.

Tahapan produksi dimulai dengan proses pengerjaan pola busana yang terdiri dari 4 busana dan proses pengerjaan beberapa motif digital print yang digunakan, setelahnya adalah proses penjahitan serta obras lalu diakhiri dengan proses finishing yaitu fitting, revisi, dan lain-lain. Penggunaan teknik digital printing dengan motif potret Rubber Duck, diharapkan bisa menjadikan koleksi rancangan ini memiliki kesan Fun dan nostalgia pada konsumen.

Koleksi ini dibuat untuk wanita berusia 20 – 27 tahun pada kelas menengah-atas, Busana ini diharapkan bisa memberikan kesan karakter Fun dalam konsep dewasa, berani, dan tegas. Rubber Duck ditujukkan untuk wanita yang ingin menarik perhatian dengan cara yang tidak biasa, layaknya penggunaan warna-warna tegas seperti biru, oranye dan kuning, maupun motif-motif digital print besar dan tidak biasa, dengan garis desain minimalis. Bahan yang digunakan adalah bahan satin bridal. Koleksi ini dibuat sebagai bagian dari busana sehari-hari yang bisa di padu padankan dengan pakaian lain sesuai selera. Rancangan busana ini, ditujukan untuk acara-acara non formal, seperti untuk acara keluarga, pesta, jalan-jalan, dan acara-acara dimana konsumen menginginkan tampilan berbeda.


(2)

ii Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Happy Go Ducky is meant to be a cheerful and happy collection. It is a inspired by the art work of Rubber Duck created by a Dutch artist, Florentijn Hofman. The purpose of the creation of Rubber Duck is the artist’s desire to amuse the world by means of bringing back memories through the Rubber Duck toy which is known by most part of people of the world as a toy that is identical with childhood. Overall, the aim of the artist is to create the nostalgic impression.

Production stage started with designing the pattern for the collection with digital print technique. The next stage is the cutting and sewing process. The whole process is closed by finishing process such as fitting, and adjustment.

This collection is made for women aged 20 – 27 of middle – upper class. It is expected to build an impression of fun, mature, brave, and strict. Rubber Duck is appointed to women who want to be attractive in an extraordinary way, by using bold colors such as blue, orange and yellow, also large and extraordinary digital print motifs with minimalist line of design. The main material is bridal satin, because it is best used for the digital printing technique and also perfect for absorbing ink. The collection is made as a part of daily or everyday clothing which can be mix-matched with the other clothes such as denim jeans or skirt. The design is best suited for non-formal occasions such as family gatherings and parties.


(3)

v Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Perancangan ... 4

1.5 Metode Perancangan ... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 6

1.7 Segmenting, Targeting, Positioning ... 7

1.7.1 Segmenting ... 7

1.7.2 Targeting ... 7

1.7.3 Positioning ... 8

BAB II : KERANGKA TEORI ... 9

2.1 Teori Fashion ... 9

2.1.1 Pengertian Fashion ... 9

2.1.2 Pengertian Style (Gaya) ... 10

2.1.3 Pengertian Tren fashion ... 13

2.1.4 Pengertian Ready-To-Wear dan Haute couture ... 14

2.2 Teori Busana ... 15

2.2.1 Pengertian Busana ... 15

2.2.2 Fungsi Busana ... 17

2.2.3 Siluet Busana ... 20

2.3 Teori Pola dan jahit ... 22


(4)

vi Universitas Kristen Maranatha

2.3.2 Tusuk Dasar Menjahit ... 30

2.3.3 Kampuh Dasar Jahitan ... 31

2.4 Teori Tekstil ... 32

2.4.1 Teori Reka Bahan ... 33

2.5 Teori Desain ... 34

2.5.1 Unsur-unsur Desain ... 35

2.5.2 Prinsip Desain ... 37

2.6 Warna pada Busana ... 40

BAB III : DESKRIPSI OBJEK STUDI PERANCANGAN ... 43

3.1 Asylum sebagai tema tren fashion 2014... 43

3.2 Profil seniman ... 44

3.3 Rubber Duck sebagai Inpirasi motif pada Rancangan busana ... 47

3.4 Minimalis sebagai Gaya Busana Rancangan Happy Go Ducky ... 50

3.5 Digital Printing sebagai Teknik Reka Bahan yang digunakan ... 51

3.6 Ready-To-Wear sebagai Jenis Busana ... 51

BAB IV : KONSEP PERANCANGAN ... 53

4.1 Perancangan Umum... 53

4.1.1 Image Board ... 53

4.1.2 Narasi Konsep ... 53

4.2 Perancangan Khusus ... 54

4.2.1 Desain Busana I ... 55

4.2.2 Desain Busana II ... 56

4.2.3 Desain Busana III ... 57

4.2.4 Desain Busana IV ... 58

4.3 Perancangan Detail ... 59

4.3.1 Digital Printing ... 59

4.3.2 Sepatu ... 64

4.3.3 Aksesoris ... 65

4.3.4 Tas ... 65


(5)

vii Universitas Kristen Maranatha

BAB V : PENUTUP ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

DATA PENULIS ... 71


(6)

viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tabel Metode Perancangan ... 5

Gambar 2.1 Ilustrasi Eccentric Style ... 11

Gambar 2.2 Ilustrasi Romantic Style ... 11

Gambar 2.3 Ilustrasi Classic Style ... 12

Gambar 2.4 Ilustrasi Sporty Style ... 12

Gambar 2.5 Ilustrasi Minimalist Style ... 13

Gambar 2.6 Siluet busana wanita ... 20

Gambar 2.7 Tabel ukuran badan ... 24

Gambar 2.8 Pola dasar easy fitting bodice block ... 26

Gambar 2.9 Pola dasar Basic Flat Overgarment Blocks ... 27

Gambar 2.10 Pola Rok ... 28

Gambar 2.11 Pola Celana ... 30

Gambar 2.12 Kain Satin ... 32

Gambar 2.13 Warna Komplementer atau kontras ... 41

Gambar 3.1 subtema kitsch garden pada buku tren 2014 Tradition Revolution ... 43

Gambar 3.2 Foto seniman asal belanda Florentijn Hofman ... 44

Gambar 3.3 foto karya seni fat monkey ... 45

Gambar 3.4 foto karya seni Big Yellow Rabbit ... 46

Gambar 3.5 foto karya seni Muskart ... 47

Gambar 3.6 foto karya seni look-out-rabbit ... 47

Gambar 3.7 karya seni patung Rubber Duck oleh seniman Florentijn Hofman ... 48

Gambar 3.8 Gaya fashion minimalis ... 50

Gambar 3.9 Foto proses digital printing ... 51

Gambar 4.1 Image Board ... 53

Gambar 4.2 Ilustrasi Fashion I ... 55

Gambar 4.3 Ilustrasi Fashion II ... 56

Gambar 4.4 Ilustrasi Fashion III ... 57

Gambar 4.5 Ilustrasi Fashion IV ... 58


(7)

ix Universitas Kristen Maranatha

Gambar 4.7 Hasil Scan Pola busana ... 61

Gambar 4.8 Proses Pengaturan Motif Desain Busana I dan II ... 62

Gambar 4.9 Proses Pengaturan Motif Desain Busana III dan IV ... 63

Gambar 4.10 Hasil Akhir Digital Print ... 64

Gambar 4.11 Sepatu ... 65

Gambar 4.12 Aksesoris penunjang pakaian ... 65

Gambar 4.13 Tas Kardus ... 66


(8)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A : UKURAN MODEL DAN POLA KECIL... 72

LAMPIRAN B : MATERIAL ... 86

LAMPIRAN C : DOKUMENTASI BUSANA ... 87

LAMPIRAN D : GAMBAR TEKNIK ... 100

LAMPIRAN E : ILUSTRASI FASHION ... 114

LAMPIRAN F : REKA BAHAN ... 118

LAMPIRAN G : PROSES PEMBUATAN ... 119

LAMPIRAN H : RINCIAN HARGA ... 121


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dalam siklus hidupnya tidak dapat melepaskan diri dari busana. Busana merupakan salah satu penunjang yang digunakan manusia agar bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama manusia. Busana bisa menunjukan siapa pemakainya, bahkan dengan tanpa disadari orang-orang yang berinteraksi dengan satu sama lain akan secara tidak langsung menafsirkan penampilan tersebut menjadi sebuah pesan, mengenai gambaran identitas seseorang. Pentingnya peran busana, pakaian, dan perhiasan dalam komunikasi telah dipandang memiliki suatu fungsi komunikatif. Busana, pakaian, dan penampilan adalah bentuk komunikasi artifaktual.

Busana memiliki kaitan erat dengan fashion. Jika berbicara mengenai fashion maka busana, aksesoris, perhiasan dan gaya busana akan senantiasa terlintas dalam benak orang-orang yang membicarakannya. Kata fashion memiliki berbagai macam makna bagi semua orang. Bagi sebagian, fashion diartikan sebagai gaya berpakaian yang mengikuti tren terbaru. Sedangkan untuk sebagian lainnya, fashion tidak hanya diartikan sebagai ‘berpakaian’ saja namun lebih dari itu.

Dewasa ini busana tidak hanya dianggap sebagai kebutuhan primer, melainkan juga sebagai salah satu bentuk mengikuti tren fashion. Hal ini mengubah cara pandang setiap pemakai busana menjadi lebih peka terhadap apa yang sedang menjadi tren saat ini. Perkembangan tren busana juga menjadikan busana tidak hanya terbatas pada bentuk atau siluet tertentu, inspirasi busana pun tidak lagi terpaku pada nilai atau bentuk-bentuk yang telah ada. Sehingga, gaya desain fashion saat ini memiliki keberagaman yang amat banyak, dengan berbagai ciri khas, siluet, motif, tekstil hingga warna-warna nya.

Inspirasi rancangan busana telah berkembang menjadi sesuatu yang tidak terbatas pada siluet serta adaptasi dari gaya busana lampau yang diangkat kembali. Segala bentuk visual apapun bisa menjadi sumber inspirasi bagi desain atau


(10)

2 Universitas Kristen Maranatha

rancangan busana. Sumber inspirasi ini membantu perancang busana dalam menciptakan fitur-fitur desain tertentu dalam sebuah rancangan busana, seperti bentuk dalam menjahit atau pola dan motif pakaian. Seiring berjalannya waktu inspirasi busana kini juga bisa datang dari mengangkat isu-isu tertentu yang berada di lingkungan masyarakat sekitar maupun isu global, seperti sosial-budaya, politik, hukum, ekonomi, pertahanan & keamanan, ilmu pengetahuan alam, sastra, hingga seni rupa.

Perancangan busana dengan mengangkat isu tertentu tidak hanya bertujuan sebagai bagian dari tren maupun hanya untuk mengangkat sisi komersil dari sebuah tren atau isu tersebut, Hal ini juga bisa saja sebagai bentuk aspirasi, apresiasi maupun provokasi seorang perancang pada isu tersebut.

Sebuah koleksi busana juga bisa saja terinspirasi dari beragam benda yang terdapat disekitar kita. Benda dengan bentuk tertentu juga memiliki nilai estetik yang cukup, dapat saja diangkat menjadi sebuah koleksi busana. Benda-benda tersebut bisa berupa barang-barang yang tidak memiliki hubungan dengan dunia fashion hingga benda seni atau karya seni yang diwujudkan menjadi sebuah inspirasi atau ide tertentu oleh seorang perancang.

Tema koleksi rancangan Happy Go Ducky adalah hasil inspirasi dari pengangkatan benda karya seni Rubber Duck. Rubber Duck merupakan hasil karya seni ciptaan seniman asal Belanda, Florentijn Hofman, yang diciptakan pada tahun 2007. Karya seni Rubber Duck diciptakan untuk menyebarkan rasa nostalgia, perdamaian serta kebahagiaan lewat hal sederhana yang berkaitan dengan nilai memori personal dan kenangan masa kecil. Happy Go Ducky merupakan penafsiran penulis dengan harapan dapat menciptakan kembali ruang nostalgia saat masa kanak-kanak kepada target market yaitu wanita Pra-dewasa. Koleksi ini mengambil tema Asylum dari buku tren fashion Tradition Revolution 2014 dengan Subtema, Kitsch Garden.

Koleksi ini ditujukan untuk wanita berusia 20 – 27 tahun pada kelas menengah-atas, menyukai busana dengan karakter menyenangkan atau Fun, berani, dan tegas dengan sedikit kesan quirky. Busana ini diperuntukan bagi wanita yang ingin menarik perhatian dengan cara yang menyenangkan dan tidak biasa, layaknya paduan color-blocking warna-warna tegas seperti biru, kuning dan oranye, maupun


(11)

3 Universitas Kristen Maranatha

motif-motif digital print besar dengan garis desain minimalis serta siluet longgar atau semi-oversized. Kata kunci Fun pada koleksi ini di artikan dalam konsep kedewasaan, dimana diibaratkan bahwa target market yang dituju, pada masa kanak-kanak nya memiliki mainan berupa Rubber Duck dan koleksi ini merupakan sebuah cerminan nostalgia yang diharapkan bisa membawa kembali kenangan pada masa itu.

1.2 Identifikasi Masalah

Pada perancangan koleksi Happy Go Ducky ini ditemukan beberapa masalah yang ditemui sebagai berikut :

1. Rancangan busana Ready-to-wear umumnya menggunakan teknik digital printing dengan motif-motif seperti bunga dan sulur, sehingga terkesan monoton.

2. Belum banyaknya pengolahan atau komposisi motif Rubber duck (Bebek) dalam busana ready-to-wear sehingga pantas untuk digunakan oleh kalangan usia 20 – 27 tahun.

3. Gaya desain fashion yang mengangkat kesan gembira, berani, sekaligus atraktif umumnya masih belum banyak digunakan pada kalangan wanita pra-dewasa – dewasa

1.3 Batasan Masalah

Permasalahan yang terdapat sehubungan dengan dibuatnya koleksi rancangan Happy Go Ducky, yaitu dibatasi pada :

1. Inspirasi konsep rancangan busana yang mengangkat karya seni Rubber Duck, dimana seluruh busana menggunakan motif digital print dari potret karya seni Rubber Duck itu sendiri, Kemungkinan opini yang muncul adalah koleksi rancangan busana memiliki kesan terlalu kekanak-kanakan.

2. Siluet yang digunakan adalah siluet semi-oversized, dengan begitu bentuk pakaian akan memiliki volume sedikit lebih longgar dan tingkat kebesaran yang tinggi, sehingga akan menjadi kendala untuk sebagian pemakai yang memiliki badan kecil.


(12)

4 Universitas Kristen Maranatha

3. Pada busana memiliki dominan warna ke arah cerah-tegas, seperti biru, kuning, dan oranye.

4. Penggunaan teknik digital printing mengharuskan penggunaan kain dan pemeliharaan diperlakukan secara khusus, sehingga harga menjadi relatif mahal. 5. Bahan yang digunakan adalah satin bridal dengan tekstur licin.

1.4 Tujuan Perancangan

Koleksi Happy Go Ducky memiliki beberapa tujuan perancangan guna menjadikan nya sebagai salah satu alternatif rancangan busana ready-to-wear yang ada sekarang, sebagai berikut :

1. Koleksi rancangan busana ini ditujukan untuk para wanita dengan karakter ceria, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, berani untuk tampil beda dalam konsep dewasa, dan menginginkan kesan atraktif dengan cara menampilkan sesuatu yang menonjol di muka umum.

2. Menciptakan koleksi busana dengan tema konsep yang mengutamakan titik fokus pada penggunaan motif print berupa komposisi potret Rubber Duck yang tidak biasa dan baru, sehingga diharapkan bisa memberikan tampilan berbeda dan tidak monoton dari koleksi-koleksi yang sudah ada dipasaran.

3. Happy Go Ducky dibuat sebagai koleksi yang mengutamakan kenyaman serta

kesan ceria dan gembira dengan menggunakan siluet semi oversized diharapkan pengguna bisa bergerak aktif tanpa menghilangkan daya tarik utama, yaitu kesan lucu yang ditimbulkan oleh Rubber Duck dari rancangan koleksi ini.


(13)

5 Universitas Kristen Maranatha 1.5 Metode Perancangan

Gambar 1.1 Tabel Metode Perancangan Sumber: Dokumentasi Pribadi


(14)

6 Universitas Kristen Maranatha 1.6 Sistematika Penulisan

Dalam pembuatan Laporan tugas akhir ini berisikan 4 bab, diantara nya:

BAB I, menjelaskan gambaran mengenai koleksi rancangan Happy Go Ducky, serta berisi mengenai penting nya busana sebagai salah satu nilai estetika manusia dalam hidupnya, dan fungsi-fungsi busana lainnya, dengan tambahan penjelasan mengenai pengambilan inspirasi dalam perancangan busana juga menjelaskan mengenai tren apa yang diambil sebagai inspirasi rancangan ini. Identifikasi masalah menjelaskan mengenai masalah apa dan mengapa masyarakat butuh rancangan busana ini. Tujuan perancangan yang menjabarkan mengapa koleksi Happy Go Ducky diciptakan. Serta sistematika penulisan yang menjabarkan isi ringkas dari setiap bab.

BAB II, menjelaskan mengenai teori busana, dengan isi berupa penjelasan singkat mengenai pengertian busana, fungsi busana dan pengelompokan busana, teori fashion, teori desain serta termasuk ke dalam kriteria busana apakah koleksi Happy Go Ducky.

BAB III, mengulas tentang deskripsi objek studi perancangan dengan penjelasan berupa, tema tren 2014 yang diambil, penjelasan mengenai profil seniman Florentijn Hofman, penjabaran mengenai sejarah mainan Rubber Duck yang merupakan inspirasi motif dari rancangan busana ini, pengertian gaya minimalis serta penjelasan mengenai digital printing.

BAB IV, mengulas mengenai konsep perancangan, yang menjelaskan mengenai perancangan umum koleksi Happy Go Ducky. Di dalam nya terdapat penjabaran mengenai inspirasi koleksi, konsep, Image board, penjelasan kesatuan serta inti dari rancangan busana Happy Go Ducky, perancangan detail busana, Serta penjabaran proses pengerjaan dan pengaturan motif Rubber Duck.


(15)

7 Universitas Kristen Maranatha 1.7 Segmenting, Targeting, Positioning

1.7.1 Segmenting Demografi :

- Usia : (18 – 25 tahun, 25 – 35 tahun) - Jenis Kelamin : Perempuan

- Pekerjaan : Periklanan, Perbankan, Desain, Seni, Media, dan lain-lain. - Pendidikan : minimal S1

- Penghasilan : > Rp. 5.000.000 per bulan - Kelas Sosial : Menengah – Atas

Geografi :

- Domisili : Jakarta dan Bandung - Suhu : Tropis, cenderung hangat

Psikografis :

Koleksi ini ditujukan untuk wanita yang memiliki gaya hidup seperti, memiliki rasa percaya diri, kepribadian terbuka, menyenangkan, mengikuti tren, memiliki gaya tersendiri, gemar membaca majalah fashion dan mengikuti perkembangan fashion, senang hang out di tempat seperti Paris van Java Bandung, dan Mall Kelapa Gading Jakarta, senang menghadiri pesta dan menjadi pusat perhatian, serta lebih menyukai berbelanja pakaian di butik.

1.7.2 Targeting

Koleksi ini ditujukan untuk wanita berusia 20 – 27 tahun, dari kelas sosial menengah – atas, dengan penghasilan mulai Rp. 5.000.000 perbulan dan memiliki anggaran untuk berbelanja pakaian setiap bulan nya sebanyak kurang lebih Rp. 1.000.000. Konsumen memiliki atau telah menempuh pendidikan minimal S1 dari berbagai macam bidang dan jurusan, misalnya, perbankan, komunikasi, desain, seni dan lain-lain. Wanita yang menggunakan koleksi ini adalah wanita dengan karakter Fun, menyukai warna tegas, tidak menyukai detail berlebihan pada busana, berani tampil beda, ceria, gembira, percaya diri, dan menginginkan tampilan atraktif yang tidak biasa.


(16)

8 Universitas Kristen Maranatha 1.7.3 Positioning

Koleksi Happy Go Ducky merupakan koleksi rancangan busana ready-to-wear dengan menonjolkan teknik digital printing sebagai salah satu daya tarik utama nya. Selain daripada itu, koleksi Happy Go Ducky memiliki keunikan berupa pengangkatan potret Rubber Duck yang kemudian dijadikan sebagai motif digital print dengan cara dikomposisikan sedemikian rupa sehingga busana dari koleksi ini diharapkan memiliki kesan fun, lucu dan membawa kesan menyenangkan bagi siapa saja yang memakai maupun orang-orang yang melihatnya, dimana dapat juga dimanfaatkan sebagai busana show stopper.


(17)

67 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Happy Go Ducky merupakan koleksi busana ready-to-wear dengan tema nostalgia terhadap mainan Rubber Duck serta ingin memunculkan kesan fun dengan konsep dewasa pada busana nya, koleksi ini mengangkat salah satu karya seni ciptaan seniman asal belanda, Florentijn Hofman, yaitu Rubber Duck. Penggunaan potret Rubber Duck sebagai motif digital print dirancang untuk menampilkan koleksi yang memiliki kesan, berani, tegas, atraktif dan fun.

Koleksi busana ready-to-wear ini dibuat sebagai rancangan busana dengan motif digital print yang cukup berbeda dari busana ready-to-wear yang ada saat ini. Pengolahan komposisi motif Rubber Duck pada koleksi busana ini menciptakan kesan nostalgia dan mengundang senyuman bagi siapa saja yang melihatnya, dengan cara membawa orang-orang kepada kenangan masa kecil. Realisasi perancangan busana, dimulai dari siluet, reka bahan, serta pendukung penampilan, berupa aksesoris, sepatu dan tas dibuat berdasarkan satu kesatuan konsep yang menjadi daya tarik utama pada koleksi ini, yaitu Rubber Duck. Karakteristik busana dengan kesan berani, tegas dan aktraktif ditampilkan melalui penggunaan warna-warna cerah yang saling bertolak belakang, seperti biru, oranye dengan warna pendukung dari Rubber Duck yang berwarna kuning.

Hasil akhir dari perancangan busana ini memiliki hasil akhir sesuai dengan target yang ingin dituju yaitu menciptakan busana dengan kesan berani, fun dan berbeda, serta ditujukan bagi mereka yang ingin terlihat menonjol dalam keramaian. selain daripada itu, perancang ingin menonjolkan rancangan nya sebagai sesuatu yang berbeda dan dapat diingat selalu oleh orang lain, melalui penggunaan motif digital print berupa Rubber Duck. Serta memberikan koleksi busana Ready-To-Wear yang berbeda dari yang lain, terutama bagi kalangan yang menginginkan tampilan dengan ciri khas tertentu.


(18)

68 Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Setidaknya terdapat beberapa hal yang menjadi kendala dan perlu diperhatikan dalam proses perancangan dan produksi koleksi busana Happy Go Ducky. Pada proses awal perancangan, salah satu kendala yang dihadapi adalah pemilihan siluet busana yang tepat, dimana penafsiran konsep fun dengan konsep kedewasaan dan kesan keseluruhan pada image board harus terlihat menjadi satu kesatuan diseluruh desain busana. Pemilihan motif digital print berupa potret Rubber Duck juga merupakan salah satu hal penting yang patut di perhatikan. Jika motif dibuat terlalu ramai dan saling bertumpuk, maka vocal point pada busana bisa hilang karena terlalu ramai dan menghilangkan fokus utama nya, maka solusi yang dipilih, motif digital print yang digunakan dibuat menjadi motif tunggal berukuran besar dengan sedikit permainan komposisi dan penempatan di posisi tertentu pada permukaan busana serta bagian bawahan busana dibuat polos tanpa motif digital print. Sehingga vocal point busana berupa motif Rubber Duck semakin kuat terlihat.

Dalam penggunaan material, hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan warna oranye sebagai bahan aksen polos pada busana agar sesuai dengan konsep. Penggunaan bahan satin bridal sebagai kain untuk digital printing memiliki tekstur licin dan kesan jatuh yang berbeda dengan kain yang tidak sejenis, maka pada akhirnya penggunaan bahan seluruhnya menggunakan bahan satin bridal, sedangkan untuk pemilihan warna oranye dilakukan juga dengan cara digital, yaitu melalui pencarian lewat palet warna dengan bantuan software komputer, lalu dicetak lewat digital printing.

Pada proses penjahitan, dibutuhkan kerapihan dan ketelitian, karena siluet busana yang terbilang sederhana dan tidak memiliki banyak hiasan, sehingga kerapihan jahitan akan sangat terlihat dibagian luar, maka dalam proses penjahitan harus dilakukan dengan serapih mungkin, agar busana terlihat sempurna.


(19)

69 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Noe’man, A. Irvan et. al. 2013. Trend Forecasting 2014: Tradition Revolution.

Rawamangun: BD+A Desi

Ernawati., Izwerni., dan Nelmira, Weni. 2008. Tata busana untuk SMK Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Ernawati., Izwerni., dan Nelmira, Weni. 2008. Tata busana untuk SMK Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Ernawati., Izwerni., dan Nelmira, Weni. 2008. Tata busana untuk SMK Jilid 3. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Welters, Linda dan Lillethun, Abby. 2007. The Fashion Reader. New York, Oxford: Berg Publisher.

Schwaab, Catherine. 2011. Talk About Fashion. New York: Random House.

Niessen, Sandra (eds). 2003. Re-Orienting Fashion: The Globalization of Asian dress. Oxford: Berg.

Barnard, Malcolm. 1996.Fashion sebagai Komunikas (Fashion as Communication).Yogyakarta & Bandung: Jalasutra.

Soekarno. 2012. Buku Penuntun Membuat Pola Busana Tingkat Dasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Poespo, Goet. 2000. Aneka Celana (Pants). Yogyakarta: KANISIUS.

Aldrich, Winifred. 2008. Metric Pattern Cutting for Women’s Wear (fifth edition). Oxford, United Kingdom: Blackwell Publishing.

Hines, Tony dan Bruce, Margaret. 2007. Fashion Marketing (Contemporary Issues). Amerika Serikat: Elsevier.

Poespo, Goet. 2009. A to Z istilah Fashion. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Scully, Kate. 2012. Colour Forecasting For Fashion. London: Laurence King Publishing LTD.


(20)

70 Universitas Kristen Maranatha

Riyanto, Arifah A dan Zulbahri, Liunir. 2009. Modul Dasar busana.

file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR.../Modul_Dasar_Busana.pdf

(Diunduh 30 Desember 2013)

Bharathiar University. 2014. Fashion Designing and Sewing Technology. www.b-u.ac.in/sde_book/fashion_sew.pdf‎

(Diunduh pada 9 Maret 2014).

Tersiisky, Donna. 2004. The Elements and Principles Of Design. nwrain.net/~tersiisky/design/design.pdf‎

(diunduh 24 Maret 2014).

Hartley, Jo. 2009. The Psychology of Colour (Issue 1). Inggris: The University of

York.

(Diunduh 23 Maret 2014)

Cerrato, Herman. 2012. The Meaning of Colors.

www.hermancerrato.com/graphic.../color.../the-meaning-of-colors-book....‎

(Diunduh 9 Maret 2014).

Hofman, Florentijn. 2014. Information About Florentijn Hofman.

(Diunduh 24 Februari 2014).

Meyer, LL. 2006. Rubber Ducks and Their Significance in Contemporary American

Culture. The Journal of American Culture, Theme Issue, Volume 29, Number 1.

(Diunduh 18 Maret 2014).

VanEenoo, Cedric. 2011. Minimalism in Art and Design: Concept, influences,

implications and perspective.

www.academicjournals.org/article/article1379761934_vanEenoo.pdf‎

(Diunduh 25 Maret 2014).

Ventus, Gracia. 2013. Defining Minimalism in Fashi

(Diakses 25 Maret 2014).

Nancy wells. 2009. Runway 101: What is the difference between Ready-to-Wear and

Couture

(Diakses 18 Maret 2014)

Hofman, Florentijn. 2013. Rubber Duck Project. (diakses pada 20 Maret 2014)


(1)

7 Universitas Kristen Maranatha

1.7 Segmenting, Targeting, Positioning 1.7.1 Segmenting

Demografi :

- Usia : (18 – 25 tahun, 25 – 35 tahun) - Jenis Kelamin : Perempuan

- Pekerjaan : Periklanan, Perbankan, Desain, Seni, Media, dan lain-lain. - Pendidikan : minimal S1

- Penghasilan : > Rp. 5.000.000 per bulan - Kelas Sosial : Menengah – Atas

Geografi :

- Domisili : Jakarta dan Bandung - Suhu : Tropis, cenderung hangat

Psikografis :

Koleksi ini ditujukan untuk wanita yang memiliki gaya hidup seperti, memiliki rasa percaya diri, kepribadian terbuka, menyenangkan, mengikuti tren, memiliki gaya tersendiri, gemar membaca majalah fashion dan mengikuti perkembangan fashion, senang hang out di tempat seperti Paris van Java Bandung, dan Mall Kelapa Gading Jakarta, senang menghadiri pesta dan menjadi pusat perhatian, serta lebih menyukai berbelanja pakaian di butik.

1.7.2 Targeting

Koleksi ini ditujukan untuk wanita berusia 20 – 27 tahun, dari kelas sosial menengah – atas, dengan penghasilan mulai Rp. 5.000.000 perbulan dan memiliki anggaran untuk berbelanja pakaian setiap bulan nya sebanyak kurang lebih Rp. 1.000.000. Konsumen memiliki atau telah menempuh pendidikan minimal S1 dari berbagai macam bidang dan jurusan, misalnya, perbankan, komunikasi, desain, seni dan lain-lain. Wanita yang menggunakan koleksi ini adalah wanita dengan karakter Fun, menyukai warna tegas, tidak menyukai detail berlebihan pada busana, berani tampil beda, ceria, gembira, percaya diri, dan menginginkan tampilan atraktif yang tidak biasa.


(2)

8 Universitas Kristen Maranatha

1.7.3 Positioning

Koleksi Happy Go Ducky merupakan koleksi rancangan busana ready-to-wear dengan menonjolkan teknik digital printing sebagai salah satu daya tarik utama nya. Selain daripada itu, koleksi Happy Go Ducky memiliki keunikan berupa pengangkatan potret Rubber Duck yang kemudian dijadikan sebagai motif digital print dengan cara dikomposisikan sedemikian rupa sehingga busana dari koleksi ini diharapkan memiliki kesan fun, lucu dan membawa kesan menyenangkan bagi siapa saja yang memakai maupun orang-orang yang melihatnya, dimana dapat juga dimanfaatkan sebagai busana show stopper.


(3)

67 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Happy Go Ducky merupakan koleksi busana ready-to-wear dengan tema nostalgia terhadap mainan Rubber Duck serta ingin memunculkan kesan fun dengan konsep dewasa pada busana nya, koleksi ini mengangkat salah satu karya seni ciptaan seniman asal belanda, Florentijn Hofman, yaitu Rubber Duck. Penggunaan potret Rubber Duck sebagai motif digital print dirancang untuk menampilkan koleksi yang memiliki kesan, berani, tegas, atraktif dan fun.

Koleksi busana ready-to-wear ini dibuat sebagai rancangan busana dengan motif digital print yang cukup berbeda dari busana ready-to-wear yang ada saat ini. Pengolahan komposisi motif Rubber Duck pada koleksi busana ini menciptakan kesan nostalgia dan mengundang senyuman bagi siapa saja yang melihatnya, dengan cara membawa orang-orang kepada kenangan masa kecil. Realisasi perancangan busana, dimulai dari siluet, reka bahan, serta pendukung penampilan, berupa aksesoris, sepatu dan tas dibuat berdasarkan satu kesatuan konsep yang menjadi daya tarik utama pada koleksi ini, yaitu Rubber Duck. Karakteristik busana dengan kesan berani, tegas dan aktraktif ditampilkan melalui penggunaan warna-warna cerah yang saling bertolak belakang, seperti biru, oranye dengan warna pendukung dari Rubber Duck yang berwarna kuning.

Hasil akhir dari perancangan busana ini memiliki hasil akhir sesuai dengan target yang ingin dituju yaitu menciptakan busana dengan kesan berani, fun dan berbeda, serta ditujukan bagi mereka yang ingin terlihat menonjol dalam keramaian. selain daripada itu, perancang ingin menonjolkan rancangan nya sebagai sesuatu yang berbeda dan dapat diingat selalu oleh orang lain, melalui penggunaan motif digital print berupa Rubber Duck. Serta memberikan koleksi busana Ready-To-Wear yang berbeda dari yang lain, terutama bagi kalangan yang menginginkan tampilan dengan ciri khas tertentu.


(4)

68 Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

Setidaknya terdapat beberapa hal yang menjadi kendala dan perlu diperhatikan dalam proses perancangan dan produksi koleksi busana Happy Go Ducky. Pada proses awal perancangan, salah satu kendala yang dihadapi adalah pemilihan siluet busana yang tepat, dimana penafsiran konsep fun dengan konsep kedewasaan dan kesan keseluruhan pada image board harus terlihat menjadi satu kesatuan diseluruh desain busana. Pemilihan motif digital print berupa potret Rubber Duck juga merupakan salah satu hal penting yang patut di perhatikan. Jika motif dibuat terlalu ramai dan saling bertumpuk, maka vocal point pada busana bisa hilang karena terlalu ramai dan menghilangkan fokus utama nya, maka solusi yang dipilih, motif digital print yang digunakan dibuat menjadi motif tunggal berukuran besar dengan sedikit permainan komposisi dan penempatan di posisi tertentu pada permukaan busana serta bagian bawahan busana dibuat polos tanpa motif digital print. Sehingga vocal point busana berupa motif Rubber Duck semakin kuat terlihat.

Dalam penggunaan material, hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan warna oranye sebagai bahan aksen polos pada busana agar sesuai dengan konsep. Penggunaan bahan satin bridal sebagai kain untuk digital printing memiliki tekstur licin dan kesan jatuh yang berbeda dengan kain yang tidak sejenis, maka pada akhirnya penggunaan bahan seluruhnya menggunakan bahan satin bridal, sedangkan untuk pemilihan warna oranye dilakukan juga dengan cara digital, yaitu melalui pencarian lewat palet warna dengan bantuan software komputer, lalu dicetak lewat digital printing.

Pada proses penjahitan, dibutuhkan kerapihan dan ketelitian, karena siluet busana yang terbilang sederhana dan tidak memiliki banyak hiasan, sehingga kerapihan jahitan akan sangat terlihat dibagian luar, maka dalam proses penjahitan harus dilakukan dengan serapih mungkin, agar busana terlihat sempurna.


(5)

69 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Noe’man, A. Irvan et. al. 2013. Trend Forecasting 2014: Tradition Revolution.

Rawamangun: BD+A Desi

Ernawati., Izwerni., dan Nelmira, Weni. 2008. Tata busana untuk SMK Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Ernawati., Izwerni., dan Nelmira, Weni. 2008. Tata busana untuk SMK Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Ernawati., Izwerni., dan Nelmira, Weni. 2008. Tata busana untuk SMK Jilid 3. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Welters, Linda dan Lillethun, Abby. 2007. The Fashion Reader. New York, Oxford: Berg Publisher.

Schwaab, Catherine. 2011. Talk About Fashion. New York: Random House.

Niessen, Sandra (eds). 2003. Re-Orienting Fashion: The Globalization of Asian dress. Oxford: Berg.

Barnard, Malcolm. 1996.Fashion sebagai Komunikas (Fashion as Communication).Yogyakarta & Bandung: Jalasutra.

Soekarno. 2012. Buku Penuntun Membuat Pola Busana Tingkat Dasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Poespo, Goet. 2000. Aneka Celana (Pants). Yogyakarta: KANISIUS.

Aldrich, Winifred. 2008. Metric Pattern Cutting for Women’s Wear (fifth edition). Oxford, United Kingdom: Blackwell Publishing.

Hines, Tony dan Bruce, Margaret. 2007. Fashion Marketing (Contemporary Issues). Amerika Serikat: Elsevier.

Poespo, Goet. 2009. A to Z istilah Fashion. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Scully, Kate. 2012. Colour Forecasting For Fashion. London: Laurence King Publishing LTD.


(6)

70 Universitas Kristen Maranatha Riyanto, Arifah A dan Zulbahri, Liunir. 2009. Modul Dasar busana.

file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR.../Modul_Dasar_Busana.pdf

(Diunduh 30 Desember 2013)

Bharathiar University. 2014. Fashion Designing and Sewing Technology. www.b-u.ac.in/sde_book/fashion_sew.pdf‎

(Diunduh pada 9 Maret 2014).

Tersiisky, Donna. 2004. The Elements and Principles Of Design. nwrain.net/~tersiisky/design/design.pdf‎

(diunduh 24 Maret 2014).

Hartley, Jo. 2009. The Psychology of Colour (Issue 1). Inggris: The University of

York.

(Diunduh 23 Maret 2014)

Cerrato, Herman. 2012. The Meaning of Colors.

www.hermancerrato.com/graphic.../color.../the-meaning-of-colors-book....‎

(Diunduh 9 Maret 2014).

Hofman, Florentijn. 2014. Information About Florentijn Hofman.

(Diunduh 24 Februari 2014).

Meyer, LL. 2006. Rubber Ducks and Their Significance in Contemporary American

Culture. The Journal of American Culture, Theme Issue, Volume 29, Number 1.

(Diunduh 18 Maret 2014).

VanEenoo, Cedric. 2011. Minimalism in Art and Design: Concept, influences,

implications and perspective.

www.academicjournals.org/article/article1379761934_vanEenoo.pdf‎

(Diunduh 25 Maret 2014).

Ventus, Gracia. 2013. Defining Minimalism in Fashi

(Diakses 25 Maret 2014).

Nancy wells. 2009. Runway 101: What is the difference between Ready-to-Wear and

Couture

(Diakses 18 Maret 2014)

Hofman, Florentijn. 2013. Rubber Duck Project. (diakses pada 20 Maret 2014)