Pengaruh Larutan Tepung Tempe Kedelai (Glycine Max (L.) Merrill) Terhadap Berat Testis dan Gambaran Histologis Mencit Galur Swiss Webster Pada Masa Prepubertal.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH LARUTAN TEPUNG TEMPE KEDELAI (Glycine Max (L.) Merrill) TERHADAP BERAT TESTIS DAN GAMBARAN HISTOLOGIS MENCIT GALUR SWISS WEBSTER

PADA MASA PREPUBERTAL

Daud Sumarto, 2008; Pembimbing I : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes. Pembimbing II : Slyvia Soeng, dr., M.Kes.

Tempe yang terbuat dari kedelai merupakan makanan yang mengandung fitoestrogen yaitu senyawa isoflavon (genistein, daidzein, dan glisitin) yang memiliki struktur serta mekanisme yang menyerupai estrogen sehingga mempunyai sifat estrogenik dan antiestrogenik.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek pemberian larutan tepung tempe kedelai (Glycine max (L) Merrill) terhadap berat testis dan gambaran histologis testis.

Sebanyak 30 mencit galur Swiss Webster dibagi ke dalam lima kelompok, yaitu kontrol positif (Lynoral®), kontrol negatif (aquabidestilata), dan kelompok perlakuan yang masing-masing diberi larutan tepung tempe kedelai dengan dosis 14,13%, 28,27%, dan 56,53% melalui sonde oral, selama 21 hari. Mencit dikorbankan, dilakukan penimbangan testis, dan pembuatan preparat histologis testis. Berat testis dianalisis dengan uji ANAVA dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Preparat histologis dianalisis secara deskriptif, dengan menghitung persentase tubuli seminiferi yang rusak per lima lapang pandang.

Hasil penelitian menunjukkan penurunan berat testis secara signifikan pada kelompok dosis 56,53% dengan kontrol negatif (p<0,05), sedangkan dosis 14,13% dan 28,27% dengan kontrol negatif menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05). Pada pengamatan preparat histologis, didapatkan kelompok dosis yang makin meningkat menyebabkan persentase kerusakan tubuli seminiferi yang makin meningkat.

Kesimpulan dari penelitian adalah pemberian larutan tepung tempe kedelai pada mencit galur Swiss Webster menyebabkan penurunan berat testis dan gambaran histologis testis yang lebih buruk pada masa prepubertal.


(2)

ii ABSTRACT

THE EFFECT OF SOYBEAN TEMPEH POWDER SOLUTION (Glycine Max (L.) Merrill) TREATMENT ON WEIGHT AND HISTOLOGICAL PATTERN OF

SWISS WEBSTER MICE TESTIS IN PREPUBERTY PERIOD

Daud Sumarto, 2008; 1st Tutor : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes. 2nd Tutor : Slyvia Soeng, dr., M.Kes.

Tempeh is a kind of food made of soybean contain fitoestrogen is an isoflavon (genistein, daidzein, and glisitin) which has estrogenic and antiestrogenic characteristic and similar structure and mechanism as estrogen.

The objective of this research was to know the effect of soybean tempeh powder (Glycine Max (L.) Merrill) on the weight and histological pattern of testis. Subject of the research were 30 Swiss Webster mice, divided into five groups; positive control group, negative control group , tempeh powder solution in three different doses, 14.13%, 28.27% and 56.53% orally for 21 days. Mice were killed, their testis were weighed and the histological specimens of testis were made. The weight of testis were analyzed with ANOVA test and Tukey HSD test. The histological specimens of testis were analyzed descriptively, by observing the percentage of the damaged tubuli seminiferi.

The results showed that the reduction weight of testis significantly different in dose 56.53% with negative control (p<0.05), but in doses 14.13% and 28.27% with negative control showed unsignificant differences (p>0.05). In the observation of histological specimen, it showed that increased of doses caused the percentage of the damaged tubuli seminiferi also increased.

The conclusions were soybean tempeh powder solution of Swiss Webster mice could reduce the weight of testis and cause a damage of histological pattern of tubuli seminiferi in prepuberty period.


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena peneliti diberikan kesehatan dan kekuatan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Pengaruh Larutan Tepung Tempe Kedelai (Glycine Max (L.) Merrill) Terhadap Berat Testis Dan Gambaran Histologis Mencit Galur Swiss Webster Pada Masa Prepubertal yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat berlangsung dengan baik dan selesai tepat waktunya berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini peneliti ingin berterimakasih kepada:

1. Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes. selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, memberi ilmu, dan mengoreksi Karya Tulis Ilmiah ini dengan penuh kesabaran.

2. Sylvia Soeng, dr., M.Kes. selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, memberi ilmu, mengoreksi Karya Tulis Ilmiah ini dengan penuh kesabaran.

3. Ellya Rosa Delima, dr., M.Kes. selaku Dosen Penguji Pertama yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk menguji, memberikan masukan, dan mengoreksi Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Teresa Liliana Wargasetia, S.Si., M.Kes. selaku Dosen Penguji Kedua yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk menguji, memberi masukan, dan mengoreksi Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Slamet Santosa dr., M.Kes. selaku Koordinator Sidang yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk menguji, memberi masukan, dan mengoreksi Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. selaku Kepala Bagian Farmakologi yang telah mengizinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian di laboratorium farmakologi.


(4)

iv

7. Hana Ratnawati, dr., M.Kes. selaku Ketua Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kedokteran Dasar Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha (LP2IKD FK-UKM) yang telah mengizinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian di Laboratorium LP2IKD FK-UKM.

8. Khie Kiong, S.Si., M.Si., M.Pharm.Sc., Ph.D, yang telah membagikan ilmunya dan memberikan masukan kepada peneliti.

9. Pak Nana, atas bantuannya dalam membeli mencit dan perhitungan dosis. 10. Pak Kris, atas kesabarannya menunggu peneliti melakukan penelitian

sampai sore hari dan membantu dalam pembelian makanan mencit. 11. Pak Deni, atas bantuannya membuat preparat histologiss.

12. Alfred Tigor, atas bantuannya menyonde mencit.

13. Andreas Bonardo Gultom, Anne, Ardy, dan teman-teman 2007, atas bantuannya dalam pengambilan testis mencit.

14. Levi, atas peminjaman laptop untuk sidang Karya Tulis Ilmiah

15. Billy, Yohannes Indra, Fredy, Oyong, Mario Joseph, dan teman-teman 2005 atas dukungan semangatnya.

16. Teman-teman yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.

17. Kedua orang tua dan kakak kandung, yang telah mendukung pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Peneliti menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna seperti kata pepatah “tiada gading yang tak retak”. Peneliti mengharapkan masukan, kritik, saran yang membangun agar pembuatan Karya Tulis Ilmiah berikutnya bisa lebih baik lagi. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kepentingan bersama. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati.

Bandung, Januari 2008


(5)

v DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN... .. ii

SURAT PERNYATAAN... ...iii

ABSTRAK ... ...iv

ABSTRACT... ….. v

KATAPENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR DIAGRAM... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 3

1.3Maksud dan Tujuan... 3

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian... 4

1.5.1 Kerangka Pemikiran... 4

1.5.2 Hipotesis Penelitian... 5

1.6Metodologi Penelitian ... 5

1.7Lokasi dan Waktu Penelitian ... 6

1.7.1 Lokasi Penelitian... 6


(6)

vi

Halaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1Sistem Reproduksi Pria ... 7

2.1.1 Organ Reproduksi ... 7

2.1.1.1 Testis ... 7

2.1.1.2 Sel Sertoli ... 10

2.1.1.3 Sel Leydig ... 11

2.1.2 Duktus Ekskretorius ... 12

2.1.3 Kelenjar-Kelenjar Tambahan ... 12

2.1.3.1 Vesicula Seminalis ... 12

2.1.3.2 Glandula Bulbourethralis (Cowper)... 13

2.1.3.3 Glandula Prostat ... 13

2.1.4 Penis ... 14

2.1.5 Skrotum ... 15

2.1.6 Semen... 15

2.2Spermatogenesis... 16

2.3Kedelai ... 23

2.3.1 Taksonomi Kedelai ... 25

2.3.2 Kedelai Sebagai Sumber Isoflavon ... 26

2.4Tempe... 27

2.4.1 Kandungan Gizi Tempe ... 28

2.4.2 Manfaat Gizi Tempe ... 28

2.4.3 Fitoestrogen Genestein Tempe... 32

BAB III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN... 33

3.1Rancangan Penelitian ... 33

3.2Alat-alat dan Bahan-bahan Penelitian... 34

3.2.1 Alat-alat Penelitian... 34

3.2.2 Bahan-bahan Penelitian... 35


(7)

vii

Halaman

3.4Penentuan Besar Sampel ... 36

3.5Variabel Penelitian ... 36

3.6Prosedur Kerja... 37

3.6.1 Pengumpulan Bahan... 37

3.6.2 Persiapan dan Pelaksanaan... 37

3.7Metode Analisis ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1Hasil Penelitian Berat Testis ... 40

4.2Pengujian hipotesis penelitian... 43

4.4.1 Hal-Hal yang Mendukung... 44

4.4.2 Hal-Hal yang Tidak Mendukung ... 44

4.4.3 Kesimpulan ... 44

4.3Hasil Penelitian Preparat Histologis... 44

4.4Pembahasan Hasil Penelitian ... 45

BAB V KESIMPULAN ... 49

5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN... 53


(8)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kategori Mutu Kedelai... 15

Tabel 2.2 Perbandingan Mutu Gizi antara Tempe dan Kedelai ... 26

Tabel 2.3 Komposisi Kimia Tempe Kedelai per 100 gram ... 26

Tabel 4.1 Berat Testis rata-rata ... 40

Tabel 4.2 Uji beda rata-rata Tukey HSD berat testis mencit antar kelompok perlakuan ... 42


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Sistem reproduksi pria... 8

Gambar 2.2 Penampang melintang testis... 9

Gambar 2.3 Preparat histologis testis, yang memperlihatkan bagian-bagian: tunika albuginea, tunika vasculosa, jaringan interstitial ... 10

Gambar 2.4 Preparat sel leydig (biru) dan sel myoid (merah)... 11

Gambar 2.5 Spermatogenesis... 16

Gambar 2.6 Sel-sel spermatogenesis... 17

Gambar 2.7 Bagan spermatozoa ... 20

Gambar 2.8 Mekanisme hormonal pada spermatogenesis... 22

Gambar 2.9 Tanaman Kedelai... 24

Gambar 2.10 Kacang Kedelai ... 25

Gambar 2.11 Tempe... 27


(10)

x

DAFTAR DIAGRAM

Halaman


(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Fiksasi Jaringan ... 53

Lampiran 2 Pembuatan Blok Parafin ... 54

Lampiran 3 Pewarnaan Mayers... 56

Lampiran 4 Perhitungan Dosis... 57

Lampiran 5 Berat Badan Mencit ... 59

Lampiran 6 Berat Testis ... 60

Lampiran 7 Analisis Data... 61

Lampiran 8 Perhitungan Tubuli Seminiferi ... 63

Lampiran 9 Preparat Histologis ... 74


(12)

53 LAMPIRAN 1 FIKSASI JARINGAN

Cara Melakukan Fiksasi Jaringan :

- Sebelum melakukan biopsi harus disiapkan botol yang mempunyai mulut lebar yang telah diisi oleh cairan fiksasi.

- Cairan yang diperlukan biasanya sebanyak 15 sampai 20 kali volume jaringan yang akan difiksasi, paling tidak jaringan yang difiksasi dapat direndam.

- Segera setelah jaringan diangkat dari dalam tubuh, segera masukkan ke dalam cairan.

- Jaringan operasi yang mempunyai ukuran yang besar difiksasi secara utuh guna membantu pemeriksaan makroskopis.

- Pada botol yang berisi jaringan yang difiksasi dicantumkan identitas kelompok mencit tersebut.


(13)

54

LAMPIRAN 2

PEMBUATAN BLOK PARAFIN

Setelah difiksasi masukkan ke dalam kaset logam untuk dibuat blok parafin Cara Melakukannya :

1. Jaringan di dalam kaset logam dimasukkan ke dalam gelas beaker yang berisi larutan buffer formalin 10% sampai terendam. Gelas beaker dengan jaringan dimasukkan ke dalam inkubator dan suhu diatur sekitar 60 0C, selama 1 jam.

2. Jaringan dipindahkan ke dalam gelas beaker lain yang berisi buffer formalin 10% didalam inkubator, 60 0C selama 1 jam.

3. Jaringan dipindahkan ke dalam gelas beaker yang berisi alkohol 70%, didalam inkubator, 60 0C selama ¾ jam.

4. Jaringan dipindahkan ke dalam gelas beaker yang berisi alkohol 80%, didalam inkubator, 60 0C selama ¾ jam.

5. Jaringan dipindahkan ke dalam gelas beaker yang berisi alkohol 95%, didalam inkubator, 60 0C selama 1½ jam.

6. Jaringan dipindahkan ke dalam gelas beaker yang berisi alkohol 100%, didalam inkubator, 60 0C selama 2 jam.

7. Jaringan dipindahkan ke dalam gelas beaker yang berisi acetone, didalam inkubator, 60 0C selama 1½ jam.

8. Jaringan dipindahkan ke dalam gelas beaker yang berisi acetone, didalam inkubator, 60 0C selama 1½ jam.

9. Jaringan dipindahkan ke dalam gelas beaker yang berisi acetone, didalam inkubator, 60 0C selama 2 jam.

10. Jaringan dipindahkan ke dalam gelas beaker yang berisi benzol, didalam inkubator, 60 0C selama ½ jam.

11. Jaringan dipindahkan ke dalam gelas beaker yang berisi benzol, didalam inkubator, 60 0C selama 3 jam.


(14)

55

12. Jaringan dipindahkan ke dalam gelas beaker yang berisi lilin parafin, didalam inkubator, 60 0C selama 3 jam.

13. Jaringan dipindahkan ke dalam gelas beaker yang berisi parafin panas, selanjutnya didinginkan dan segera lilin parafin membeku dan terbentuklah blok parafin dengan jaringan di dalamnya.

Keterangan :

Tahap 3 sampai dengan 9 adalah dehidrasi. Tahap 10 dan 11 adalah tahap clearing. Tahap 12 dan 13 adalah impregnasi. Tahap 14 adalah embedding.


(15)

56

LAMPIRAN 3 PEWARNAAN MAYERS

Cara pewarnaan sediaan mayers: 1. Deparafinisasi

a. Dicelup ke dalam xylol I selama 3 menit b. Dicelup ke dalam xylol II selama 3 menit c. Dicelup ke dalam etanol selama 3 menit d. Dicelup ke dalam alkohol 90% selama 3 menit e. Dicelup ke dalam alkohol 80% selama 3 menit 2. Dicuci dengan air mengalir

3. Direndam dengan hematoxylin selama 5 menit 4. Dicuci dengan air mengalir

5. Dicelup dengan asam klorida (HCl) sebanyak 4 celupan 6. Dicuci dengan air mengalir

7. Dicelup dalam litium/ amoniak sebanyak 4 celupan 8. Dicuci dengan air mengalir

9. Dicelup dengan alkohol 80% sebanyak 20 celupan 10. Dicuci dengan air mengalir

11. Direndam dalam eosin selama 5 menit 12. Dicuci dengan air mengalir

13. Dicelup ke dalam alkohol 70% sebanyak 3 celupan 14. Dicelup ke dalam alkohol 80% sebanyak 3 celupan 15. Dicelup ke dalam alkohol 90% sebanyak 3 celupan 16. Dicelup ke dalam etanol sebanyak 3 celupan 17. Dikeringkan

18. Dicelup ke dalam Xylol sebanyak 1 celupan 19. Ditutup dengan deckglass menggunakan perekat.


(16)

57

LAMPIRAN 4 PERHITUNGAN DOSIS

Perhitungan Dosis Tempe

Kadar genistein pada tempe mentah = 277µg/g protein Kadar protein tempe mentah = 17 g/100g tempe Dalam 100 g tempe mentah ada = 17 g x 277µg/g

= 4709 µg Atau dalam 1 gram tempe mentah ada = (4709 : 100) µg

= 47,09 µg genistein

Dosis untuk mencit adalah :

Dosis III : 8,48 g tepung tempe/ 15 ml aquabidestilata = 56,53% Dosis II : 5 g Dosis III/ 5 ml aquabidestilata = 28,27% Dosis I : 2,5 g Dosis III/ 7,5 ml aquabidestilata = 14,13%

Dalam 1 g Dosis III mengandung 0,361 g tempe atau 0,361 g tempe x 47,09 µg genistein = 16,999 µg genistein Dalam 1 g Dosis II mengandung 0,1805 g tempe atau 0,1805 g tempe x 47,09 µg genistein = 8,450 µg genistein Dalam 1 g Dosis I mengandung 0,09025 g tempe atau 0,09025 g tempe x 47,09 µg genistein = 4,250 µg genistein


(17)

58

Faktor Konversi : 287,9

Setelah dikonversikan ke dosis manusia, didapatkan dosis kandungan genestein : Dosis III : 16,999 µg genistein x 287,9 = 4894,0121 µg genistein atau

4894,0121 µg genistein : 47,09 µg genistein = 103,929 g tempe Dosis II : 8,450 µg genistein x 287,9 = 2432,755 µg genistein atau

2432,755 µg genistein : 47,09 µg genistein = 51,662 g tempe Dosis I : 4,250 µg genistein x 287,9 = 1223,575 µg genistein atau


(18)

59

LAMPIRAN 5 BERAT BADAN MENCIT

Berat badan mencit umur 4 minggu (gram) Kontrol

positif

Dosis 14,13%

Dosis 28,27%

Dosis 56,53%

Kontrol negatif

Mencit I 33,31 28,34 29,87 27,24 27,60

Mencit II 27,26 29,00 28,80 27,31 29,64

Mencit III 33,43 26,90 27,92 28,63 30,54

Mencit IV 32,36 31,39 31,82 26,02 27,54

Mencit V 32,43 25,87 33,07 28,42 30,69

Mencit VI 31,05 28,82 31,37 31,00 29,70

Rata-rata 31,64 28,39 30,48 28,10 29,29

Rata-rata keseluruhan


(19)

60

LAMPIRAN 6 BERAT TESTIS

Berat testis sebelah kiri (gram)

Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5 Mencit I 0,0756 0,0598 0,0512 0,0658 0,0580 Mencit II 0,0718 0,0686 0,0608 0,0506 0,0462 Mencit III 0,0616 0,0592 0,0620 0,0606 0,0570 Mencit IV 0,0646 0,0734 0,0768 0,0588 0,0450 Mencit V 0,0730 0,0678 0,0754 0,0498 0,0612 Mencit VI 0,0720 0,0652 0,0590 0,0552 0,0597 Mean 0,069767 0,065667 0,064200 0,056800 0,054517

Berat testis sebelah kanan (gram)

Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5 Mencit I 0,0764 0,0590 0,0512 0,0660 0,0586 Mencit II 0,0720 0,0690 0,0610 0,0500 0,0460 Mencit III 0,0650 0,0592 0,0623 0,0620 0,0542 Mencit IV 0,0652 0,0720 0,0770 0,0600 0,0474 Mencit V 0,0714 0,0680 0,0720 0,0510 0,0630 Mencit VI 0,0720 0,0660 0,0570 0,0552 0,0594 Mean 0,070333 0,065533 0,063417 0,057367 0,054767

Keterangan:

- Kelompok 1 (Kontrol Negatif) dengan perlakuan aquadestilata/oral - Kelompok 2 dengan perlakuan tepung tempe 14,13%/hari/oral - Kelompok 3 dengan perlakuan tepung tempe 28,27%/hari/oral - Kelompok 4 dengan perlakuan tepung tempe 56,53%/hari/oral - Kelompok 5 (Kontrol Positif) dengan perlakuan Lynoral® yang


(20)

61

LAMPIRAN 7 ANALISIS DATA

Oneway

Descriptives Hasil Penelitian

6 ,070050 ,0048854 ,0019945 ,064923 ,075177 ,0633 ,0760 6 ,065600 ,0053915 ,0022011 ,059942 ,071258 ,0592 ,0727 6 ,063817 ,0097261 ,0039707 ,053610 ,074024 ,0512 ,0769 6 ,057083 ,0062467 ,0025502 ,050528 ,063639 ,0503 ,0659 6 ,054733 ,0069793 ,0028493 ,047409 ,062058 ,0461 ,0621 30 ,062257 ,0085553 ,0015620 ,059062 ,065451 ,0461 ,0769 Kelompok1

Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5 Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower BoundUpper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

Hasil Penelitian

1,210 4 25 ,331

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

Hasil Penelitian

,001 4 ,000 5,028 ,004

,001 25 ,000

,002 29 Between Groups

Within Groups Total

Sum of


(21)

62

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Hasil Penelitian Tukey HSD

,0044500 ,0039603 ,793 -,007181 ,016081 ,0062333 ,0039603 ,527 -,005398 ,017864 ,0129667* ,0039603 ,024 ,001336 ,024598 ,0153167* ,0039603 ,006 ,003686 ,026948 -,0044500 ,0039603 ,793 -,016081 ,007181 ,0017833 ,0039603 ,991 -,009848 ,013414 ,0085167 ,0039603 ,231 -,003114 ,020148 ,0108667 ,0039603 ,075 -,000764 ,022498 -,0062333 ,0039603 ,527 -,017864 ,005398 -,0017833 ,0039603 ,991 -,013414 ,009848 ,0067333 ,0039603 ,452 -,004898 ,018364 ,0090833 ,0039603 ,180 -,002548 ,020714 -,0129667* ,0039603 ,024 -,024598 -,001336 -,0085167 ,0039603 ,231 -,020148 ,003114 -,0067333 ,0039603 ,452 -,018364 ,004898 ,0023500 ,0039603 ,975 -,009281 ,013981 -,0153167* ,0039603 ,006 -,026948 -,003686 -,0108667 ,0039603 ,075 -,022498 ,000764 -,0090833 ,0039603 ,180 -,020714 ,002548 -,0023500 ,0039603 ,975 -,013981 ,009281 (J) Kelompok perlakuan

Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5 Kelompok1 Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5 Kelompok1 Kelompok2 Kelompok4 Kelompok5 Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3 Kelompok5 Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4 (I) Kelompok perlakuan

Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5 Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.

Homogeneous Subsets

Hasil Penelitian

Tukey HSDa

6 ,054733 6 ,057083

6 ,063817 ,063817 6 ,065600 ,065600

6 ,070050 ,075 ,527 Kelompok perlakuan Kelompok5 Kelompok4 Kelompok3 Kelompok2 Kelompok1 Sig.

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000. a.


(22)

63

LAMPIRAN 8

PERHITUNGAN TUBULI SEMINIFERI

Kelompok Kontrol Negatif Kanan

Mencit 1 Mencit 4 Baik = 11

Buruk= 2

Baik = 7 Buruk= 4 Baik = 7

Buruk= 0 Baik = 10

Buruk= 3

Baik = 7 Buruk= 7

Mencit 2 Baik = 17 Buruk= 4

Baik = 3 Buruk= 10 Baik = 14

Buruk= 2 Baik = 16

Buruk= 2

Baik = 18 Buruk= 7

Mencit 3 Baik = 7 Buruk= 2

Baik = 7 Buruk= 3 Baik = 11

Buruk= 2 Baik = 8

Buruk= 1

Baik = 4 Buruk= 6

Baik = 14 Buruk= 0

Baik = 6 Buruk= 20 Baik = 23

Buruk= 5 Baik = 30

Buruk= 0

Baik = 12 Buruk= 0

Mencit 5 Baik = 0 Buruk= 9

Baik = 12 Buruk= 4 Baik = 5

Buruk= 0 Baik = 0

Buruk= 9

Baik = 13 Buruk= 0

Mencit 6 Baik = 11 Buruk= 5

Baik = 11 Buruk= 7 Baik = 12

Buruk= 6 Baik = 9

Buruk= 3

Baik = 13 Buruk= 10


(23)

64

Kelompok Dosis 14,13% Kanan

Mencit 1

Mencit 4 Baik = 19

Buruk= 7

Baik = 21 Buruk= 5 Baik = 28

Buruk= 4 Baik = 2

Buruk= 14

Baik = 20 Buruk= 0

Mencit 2 Baik = 12 Buruk= 10

Baik = 19 Buruk= 10 Baik = 32

Buruk= 4 Baik = 29

Buruk= 4

Baik = 24 Buruk= 9

Mencit 3 Baik = 9 Buruk= 8

Baik = 19 Buruk= 7 Baik = 26

Buruk= 3 Baik = 20

Buruk= 2

Baik = 17 Buruk= 7

Baik = 12 Buruk= 11

Baik = 8 Buruk= 21 Baik = 24

Buruk= 4 Baik = 12

Buruk= 16

Baik = 6 Buruk= 10

Mencit 5 Baik = 3 Buruk= 9

Baik = 9 Buruk= 6 Baik = 14

Buruk= 4 Baik = 14

Buruk= 5

Baik = 9 Buruk= 5

Mencit 6 Baik = 7 Buruk= 15

Baik = 10 Buruk= 7 Baik = 12

Buruk= 3 Baik = 19

Buruk= 3

Baik = 10 Buruk= 13


(24)

65

Kelompok Dosis 28,27% Kanan

Mencit 1 Mencit 4

Baik = 4 Buruk= 12

Baik = 5 Buruk= 17 Baik = 14

Buruk= 10 Baik = 7

Buruk= 5

Baik = 4 Buruk= 18

Mencit 2 Baik = 12 Buruk= 7

Baik = 10 Buruk= 9 Baik = 33

Buruk= 5 Baik = 14

Buruk= 6

Baik = 13 Buruk= 15

Mencit 3 Baik = 0 Buruk= 23

Baik = 0 Buruk= 24 Baik = 26

Buruk= 6 Baik = 0

Buruk= 20

Baik = 0 Buruk= 28

Baik = 7 Buruk= 14

Baik = 11 Buruk= 7 Baik = 16

Buruk= 6 Baik = 8

Buruk= 9

Baik = 13 Buruk= 9

Mencit 5 Baik = 3 Buruk= 17

Baik = 5 Buruk= 15 Baik = 19

Buruk= 6 Baik = 2

Buruk= 22

Baik = 0 Buruk= 25

Mencit 6 Baik = 0 Buruk= 9

Baik = 7 Buruk= 8 Baik = 17

Buruk= 3 Baik = 0

Buruk= 19

Baik = 14 Buruk= 8


(25)

66

Kelompok Dosis 56,53% Kanan

Mencit 1 Mencit 4

Baik = 0 Buruk=18

Baik = 0 Buruk=12 Baik = 8

Buruk= 9 Baik = 0

Buruk= 12

Baik = 10 Buruk= 3

Mencit 2 Baik = 0 Buruk= 22

Baik = 0 Buruk= 16 Baik = 4

Buruk= 17 Baik = 0

Buruk= 23

Baik = 0 Buruk= 13

Mencit 3 Baik = 0 Buruk= 11

Baik = 2 Buruk= 13 Baik = 6

Buruk= 13 Baik = 14

Buruk= 3

Baik = 5 Buruk= 10

Baik = 1 Buruk= 18

Baik = 5 Buruk= 11 Baik = 8

Buruk= 19 Baik = 0

Buruk= 11

Baik = 6 Buruk= 6

Mencit 5 Baik = 4 Buruk= 14

Baik = 7 Buruk= 7 Baik = 9

Buruk= 13 Baik = 6

Buruk= 18

Baik = 2 Buruk= 15

Mencit 6 Baik = 4 Buruk= 9

Baik = 5 Buruk= 10 Baik = 3

Buruk= 16 Baik = 0

Buruk= 13

Baik = 15 Buruk= 8


(26)

67

Kelompok Kontrol Positif Kanan

Mencit 1 Mencit 4

Baik = 12 Buruk= 12

Baik = 4 Buruk= 20 Baik = 9

Buruk= 25 Baik = 8

Buruk= 25

Baik = 3 Buruk= 9

Mencit 2 Baik = 0 Buruk= 20

Baik = 4 Buruk= 13 Baik = 6

Buruk= 15 Baik = 7

Buruk= 13

Baik = 7 Buruk= 18

Mencit 3 Baik = 4 Buruk= 24

Baik = 0 Buruk= 23 Baik = 8

Buruk= 37 Baik = 7

Buruk= 24

Baik = 9 Buruk= 21

Baik = 20 Buruk= 3

Baik = 7 Buruk= 20 Baik = 21

Buruk= 6 Baik = 5

Buruk= 16

Baik = 9 Buruk= 16

Mencit 5 Baik = 5 Buruk= 25

Baik = 5 Buruk= 16 Baik = 30

Buruk= 8 Baik = 28

Buruk= 3

Baik = 0 Buruk= 22

Mencit 6 Baik = 0 Buruk= 15

Baik = 6 Buruk= 13 Baik = 9

Buruk= 12 Baik = 6

Buruk= 19

Baik = 2 Buruk= 20


(27)

68

Kelompok Kontrol Negatif Kiri

Mencit 1 Mencit 4

Baik = 20 Buruk= 9

Baik = 12 Buruk= 5 Baik = 22

Buruk= 0 Baik = 9

Buruk= 8

Baik = 15 Buruk= 12

Mencit 2 Baik = 12 Buruk= 0

Baik = 15 Buruk= 2 Baik = 32

Buruk= 0 Baik = 18

Buruk= 5

Baik = 12 Buruk= 0

Mencit 3 Baik = 18 Buruk= 10

Baik = 17 Buruk= 7 Baik = 23

Buruk= 0 Baik = 15

Buruk= 6

Baik = 12 Buruk= 14

Baik = 9 Buruk= 6

Baik = 15 Buruk= 5 Baik = 30

Buruk= 0 Baik = 12

Buruk= 7

Baik = 12 Buruk= 5

Mencit 5 Baik = 0 Buruk= 10

Baik = 5 Buruk= 9 Baik = 19

Buruk= 0 Baik = 7

Buruk= 6

Baik = 12 Buruk= 1

Mencit 6 Baik = 0 Buruk= 14

Baik = 15 Buruk= 2 Baik = 28

Buruk= 8 Baik = 19

Buruk= 4

Baik = 18 Buruk= 4


(28)

69

Kelompok Dosis 14,13% Kiri

Mencit 1 Mencit 4

Baik = 9 Buruk= 10

Baik = 13 Buruk= 6 Baik = 24

Buruk= 3 Baik = 13

Buruk= 4

Baik = 13 Buruk= 3

Mencit 2 Baik = 0 Buruk= 13

Baik = 11 Buruk= 3 Baik = 33

Buruk= 6 Baik = 0

Buruk= 17

Baik = 6 Buruk= 9

Mencit 3 Baik = 9 Buruk= 4

Baik = 6 Buruk= 0 Baik = 13

Buruk= 1 Baik = 12

Buruk= 0

Baik = 11 Buruk= 4

Baik = 8 Buruk= 9

Baik = 10 Buruk= 4 Baik = 15

Buruk= 5 Baik = 11

Buruk= 2

Baik = 20 Buruk= 4

Mencit 5 Baik = 13 Buruk= 4

Baik = 0 Buruk= 7 Baik = 18

Buruk= 6 Baik = 10

Buruk= 0

Baik = 11 Buruk= 5

Mencit 6 Baik = 12 Buruk= 0

Baik = 17 Buruk= 6 Baik = 8

Buruk= 9 Baik = 15

Buruk= 7

Baik = 11 Buruk= 5


(29)

70

Kelompok Dosis 28,27% Kiri

Mencit 1 Mencit 4

Baik = 4 Buruk= 13

Baik = 5 Buruk= 12 Baik = 8

Buruk= 14 Baik = 8

Buruk= 8

Baik = 6 Buruk= 7

Mencit 2 Baik = 8 Buruk= 11

Baik = 8 Buruk= 11 Baik = 13

Buruk= 19 Baik = 4

Buruk= 19

Baik = 9 Buruk= 19

Mencit 3 Baik = 0 Buruk= 23

Baik = 5 Buruk= 14 Baik = 4

Buruk= 14 Baik = 8

Buruk= 23

Baik = 5 Buruk= 10

Baik = 12 Buruk= 9

Baik = 21 Buruk= 11 Baik = 7

Buruk= 35 Baik = 17

Buruk= 7

Baik = 24 Buruk= 6

Mencit 5 Baik = 6 Buruk= 8

Baik = 10 Buruk= 11 Baik = 10

Buruk= 18 Baik = 10

Buruk= 5

Baik = 18 Buruk= 8

Mencit 6 Baik = 10 Buruk= 8

Baik = 0 Buruk= 10 Baik = 4

Buruk= 8 Baik = 9

Buruk= 2

Baik = 15 Buruk= 6


(30)

71

Kelompok Dosis 56,53% Kiri

Mencit 1 Mencit 4

Baik = 3 Buruk= 13

Baik = 10 Buruk= 7 Baik = 6

Buruk= 23 Baik = 5

Buruk= 17

Baik = 5 Buruk= 17

Mencit 2 Baik = 7 Buruk= 13

Baik = 9 Buruk= 0 Baik = 4

Buruk= 13 Baik = 0

Buruk= 9

Baik = 5 Buruk= 5

Mencit 3 Baik = 4 Buruk= 18

Baik = 8 Buruk= 12 Baik = 9

Buruk= 16 Baik = 7

Buruk= 12

Baik = 6 Buruk= 8

Baik = 10 Buruk= 5

Baik = 11 Buruk= 14 Baik = 8

Buruk= 6 Baik = 4

Buruk= 9

Baik = 6 Buruk= 9

Mencit 5 Baik = 5 Buruk= 8

Baik = 19 Buruk= 11 Baik = 8

Buruk= 15 Baik = 8

Buruk= 5

Baik = 8 Buruk= 13

Mencit 6 Baik = 9 Buruk= 10

Baik = 3 Buruk= 15 Baik = 2

Buruk= 15 Baik = 7

Buruk= 13

Baik = 17 Buruk= 5


(31)

72

Kelompok Kontrol Positif Kiri

Mencit 1 Mencit 4

Baik = 4 Buruk= 9

Baik = 2 Buruk= 10 Baik = 6

Buruk= 10 Baik = 6

Buruk= 14

Baik = 6 Buruk= 13

Mencit 2 Baik = 1 Buruk= 17

Baik = 2 Buruk= 19 Baik = 13

Buruk= 2 Baik = 6

Buruk= 12

Baik = 4 Buruk= 11

Mencit 3 Baik = 5 Buruk= 9

Baik = 7 Buruk= 11 Baik = 4

Buruk= 8 Baik = 3

Buruk= 14

Baik = 4 Buruk= 9

Baik = 4 Buruk= 18

Baik = 2 Buruk= 18 Baik = 10

Buruk= 15 Baik = 10

Buruk= 9

Baik = 8 Buruk= 15

Mencit 5 Baik = 3 Buruk= 8

Baik = 8 Buruk= 11 Baik = 15

Buruk= 16 Baik = 2

Buruk= 13

Baik = 7 Buruk= 10

Mencit 6 Baik = 4 Buruk= 10

Baik = 10 Buruk= 4 Baik = 8

Buruk= 16 Baik = 2

Buruk= 8

Baik = 5 Buruk= 9


(32)

(33)

Tubuli Seminiferi sebelah kiri yang berkriteria baik (%)

Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5

Mencit I 69,64 73,47 36,47 27,36 30

Mencit II 92,71 51,02 34,71 38,46 29,89

Mencit III 69,67 85,00 20,76 34,00 31,08

Mencit IV 77,23 72,73 54,36 47,56 31,19

Mencit V 62,32 70,03 51,92 48,00 37,63

Mencit VI 71,43 75,58 52,78 39,58 38,16

Mean 73,83 71,31 41,83 39,16 33,00

Tubuli Seminiferi sebelah kanan yang berkriteria baik (%)

Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5

Mencit I 72,41 75,00 35,42 28,57 28,35

Mencit II 73,12 75,82 66,13 4,21 23,30

Mencit III 72,55 77,12 20,47 33,07 17,83

Mencit IV 77,27 50,00 55,00 23,53 50,41

Mencit V 57,69 62,82 25,44 29,47 47,89

Mencit VI 64,37 58,59 44,71 32,53 22,54

Mean 69,57 66,56 41,20 25,23 31,72

Keterangan:

- Kelompok 1 (Kontrol Negatif) dengan perlakuan aquadestilata/oral - Kelompok 2 dengan perlakuan tepung tempe 14,13%/hari/oral - Kelompok 3 dengan perlakuan tepung tempe 28,27%/hari/oral - Kelompok 4 dengan perlakuan tepung tempe 56,53%/hari/oral - Kelompok 5 (Kontrol Positif) dengan perlakuan Lynoral® yang


(34)

74

LAMPIRAN 9 PREPARAT HISTOLOGIS

Kelompok Kontrol Negatif

Testis sebelah kanan Testis sebelah kiri

Kelompok Dosis 14,13%


(35)

75

Kelompok Dosis 28,27%

Testis sebelah kanan Testis sebelah kiri

Kelompok Dosis 56,53%

Testis sebelah kanan Testis sebelah kiri

Kelompok Kontrol Positif


(36)

76

RIWAYAT HIDUP

Nama : Daud Sumarto

NRP : 0310059

Tempat dan tanggal lahir : Banjarmasin, 8 Desember 1985

Alamat : Jl. Ahmad Yani Km.7,6 No. 76 Banjarmasin (Komplek Puri Permata)

Riwayat Pendidikan :

• TK Santa Maria, Banjarmasin, tahun lulus 1991 • SDK Santa Maria, Banjarmasin, tahun lulus 1997 • SMPK Santa Maria, Banjarmasin, tahun lulus 2000 • SMUK Santo Albertus, Malang, tahun lulus 2003

• Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2003-sekarang

Karya Tulis Ilmiah yang pernah dibuat:

• Keberadaan Escherichia coli Sebagai Indikator Sanitasi Air Pada Penampungan Air Di Kantin Universitas Kristen Maranatha

• Evaluasi Proses Belajar Mengajar Dosen-Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha (FK-UKM) Semester Ganjil Tahun Akademik 2005/2006


(37)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kedelai merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan (golongan Leguminoceae). Terdapat dua spesies kedelai yang biasa dibudidayakan, yaitu kedelai putih (Glycine max) dan kedelai hitam (Glycine soja). Kedelai putih (berwarna kuning, agak putih, atau hijau) merupakan tanaman asli Asia subtropik, seperti Cina dan Jepang Selatan sedangkan kedelai hitam (berwarna hitam) berasal dari Asia tropik, seperti Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Wikipedia, 2006).

Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai di Indonesia dalam bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Tempe merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang berasal dari fermentasi kapang (jamur) Rhizopus oligosporus atau Rhizopus oryzae. Tempe dapat terbuat dari kedelai, biji-bijian, jenis kacang-kacangan lainnya, ampas tahu, ampas kelapa, bahkan ampas kacang ijo. Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg (Wikipedia, 2006). Sekarang tempe telah dikonsumsi di seluruh dunia. Tempe mempunyai keunggulan-keunggulan yaitu penting untuk pemenuhan gizi, kandungan senyawanya aktif, teknologi pembuatannya yang sederhana, harganya murah, mempunyai citarasa yang enak dan mudah dimasak, bahkan kini tempe telah digunakan kaum vegetarian di seluruh dunia sebagai alternatif pengganti daging.


(38)

2

Universitas Kristen Maranatha

Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif. Tempe kaya akan serat, kalsium, vitamin B dan zat besi (Wikipedia, 2006). Setiap 100 g tempe segar menyumbang 10,9 g protein bagi tubuh. Angka ini lebih dari 25% kebutuhan protein per hari yang dianjurkan bagi orang dewasa. Sebanyak 65% protein tempe yang dikonsumsi dapat dimanfaatkan secara maksimal. Setelah proses fermentasi, jumlah nitrogen terlarutnya meningkat 0,5 - 2,5% dan jumlah asam amino bebasnya meningkat 1-85 kali lipat dibandingkan dengan saat masih berwujud kacang kedelai. Berdasarkan susunan asam aminonya, tempe mempunyai kadar lisin yang tinggi, tetapi metionin-sistinnya rendah (Johan Agfi, 2005).

Infertilitas merupakan masalah kesehatan reproduksi yang bersifat global. Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan sepasang suami istri untuk menjadi hamil setelah satu tahun melakukan hubungan intim tanpa menggunakan alat-alat proteksi (Allan et al, 2004). Riwayat penyakit dahulu harus ditanyakan sebelum melakukan pemeriksaan fisik misalnya kehamilan sebelumnya, penggunaan kontrasepsi, penyakit yang berat, kelainan kongenital, kebiasaan merokok, penyalahgunaan obat-obatan, penyakit menular seksual, dan frekuensi hubungan seksual. Pemeriksaan fisik dilakukan bila ada indikasi gangguan tyroid atau hypothalamus-hypofisis, syndrome cushing, galactorrhoea dan hirsutism. Untuk mengetahui infertilitas pada pria dilakukan analisis semen yang meliputi volume, densitas, moltilitas, dan bentuk spermatozoa. Sepertiga kasus infertilitas pada wanita disebabkan karena kelainan endokrin, disfungsi hormon jarang dijumpai (Allan et al, 2004).

Menurut Dr Sheena Lewis di Queen's University, Belfast, konsumsi kedelai berlebihan pada pria memiliki hubungan yang buruk dengan kualitas spermatozoa (BBC News, 2007).


(39)

3

Universitas Kristen Maranatha

Profesor Lynn Fraser dari King’s College London, mempelajari pengaruh

genistein (zat yang ditemukan pada tanaman polong-polongan seperti kedelai) terhadap sperma dalam sebuah larutan yang dibuat semirip mungkin dengan kondisi yang terdapat pada alat reproduksi wanita. Dalam satu jam sperma ketiga telah kehilangan kesempatan membuahi sel telur. Hal tersebut berarti genestein mendorong sperma untuk melakukan reaksi acrosome secara prematur. Acrosome

adalah ujung sperma yang terdiri atas enzim yang dibutuhkan untuk menembus kulit luar sel telur sesaat sperma berhasil menempel di dinding sel telur (http://www.pikiran-rakyat.com, 2008).

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah pemberian tepung tempe kedelai (Glycine max (L) Merrill) dapat menurunkan berat testis mencit galur Swiss Webter pada masa prepubertal.

Apakah pemberian tepung tempe kedelai (Glycine max (L) Merrill) dapat mengubah gambaran histologis testis mencit galur Swiss Webter pada masa prepubertal.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh larutan tepung tempe kedelai (Glycine max (L) Merillr) terhadap sistem reproduksi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian larutan tepung tempe kedelai (Glycine max (L) Merrill) terhadap berat testis dan gambaran histologis testis mencit galur Swiss Webster pada masa prepubertal.


(40)

4

Universitas Kristen Maranatha

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat Akademis Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar mahasiswa mengetahui efek fitoestrogen di dalam larutan tepung tempe kedelai (Glycine max (L) Merr) terhadap berat testis dan gambaran histologi mencit galur Swiss Webster.

Manfaat Praktis Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar masyarakat mengetahui pengaruh pemberian larutan tepung tempe kedelai (Glycine max (L) Merr) terhadap struktur dan fungsi sistem reproduksi terutama pria.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Salah satu kandungan gizi yang terdapat dalam tempe adalah isoflavon. Senyawa isoflavon terdiri dari genistin, daidzin, dan glisitin. Fitoestrogen merupakan senyawa isoflavon yang memiliki struktur dan mekanisme yang mirip dengan estrogen sehingga mempunyai sifat estrogenik dan antiestrogenik. Pada saat kadar estrogen dalam tubuh rendah maka genistein dan daidzein berfungsi sebagai estrogen. Sebaliknya, pada saat kadar estrogen dalam tubuh tinggi maka genestein dan daidzein akan berfungsi sebagai antiestrogenik (Head, 2001). Estrogen merupakan hormon steroid sehingga dalam mekanisme kerjanya membutuhkan reseptor. Terdapat dua tipe reseptor estrogen yaitu Estrogen Receptor tipe (ER ) dan Estrogen Receptor tipe (ER ). Estrogen dapat mempengaruhi aktivitas spermatogenesis melalui efek balik negatif terhadap sintesis hormon gonadotropin oleh hipofisis. Pemberian estrogen maupun senyawa mirip estrogen mengakibatkan perubahan sekresi gonadotropin yang dalam jangka waktu lama dapat mempengaruhi aksi hipothalamus-hipofisis-testis. Pemaparan estrogen yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan sekresi GnRH, yang pada akhirnya akan mempengaruhi FSH, LH, dan testosteron.


(41)

5

Universitas Kristen Maranatha

Pemaparan estrogen berlebihan akan mengakibatkan gangguan perkembangan struktur dan fungsi alat reproduksi pria sehingga terjadi pembentukan spermatozoa dengan kualitas yang tidak baik (O’Donnell.Liza et al, 2001).

Menurut Goya H.O. et al (2003), pemberian Diethylstilbestrol (DES) pada mencit jantan selama masa neonatal dapat mengubah pola pergerakan sperma, fertilitas sperma, tingkah laku seksual, menurunkan berat testis, dan menurunkan jumlah sperma di dalam epididimis (NCBI, 2003).

Menurut Penelitian Sliwa L (2005) pemberian kacang kedelai dapat mempengaruhi produktivitas mencit. Secara histologis dapat mengganggu proses spermatogenesis, epitel tubulus seminiferus menjadi lebih gelap dan mudah terkelupas, jumlah spermatozoa mengalami penurunan, dan terjadi peningkatan makrofag di daerah interstitial (NCBI, 2005).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Pemberian larutan tepung tempe kedelai (Glycine max (L) Merrill) dapat menurunkan berat testis dan mengubah gambaran histologis testis mencit galur

Swiss Webster.

1.6Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium yang bersifat longitudinal prospektif dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang bersifat komparatif. Data yang diukur adalah berat testis mencit (gram). Analisis data menggunakan Uji Analisis Varians (ANAVA) satu arah dilanjutkan dengan Uji beda rata-rata Tukey HSD dengan tingkat kepercayaan 95%. Preparat histologis testis dilihat dengan mikroskop cahaya dan dianalisis secara deskriptif.


(42)

6

Universitas Kristen Maranatha

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kedokteran Dasar (LP2IKD) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Jalan Surya Sumantri No. 65 Bandung

1.7.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama periode bulan Januari 2007 sampai dengan bulan Desember 2007.


(43)

49 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

• Pemberian larutan tepung tempe kedelai dapat menurunkan berat testis

mencit galur Swiss Webster pada masa prepubertal.

• Pemberian larutan tepung tempe kedelai dapat mengubah gambaran

histologis testis mencit galur Swiss Webster pada masa prepubertal menjadi lebih buruk.

5.2 Saran

• Perlu penelitian lebih lanjut untuk membandingkan efek pemberian larutan

tepung tempe kedelai pada mencit prepubertal, pubertal, dan pasca pubertal terhadap sistem reproduksi.

• Perlu penelitian lebih lanjut untuk membandingkan efek pemberian larutan

tepung tempe kedelai hasil olahan Puslitbang Gizi dan Makanan

Departemen Kesehatan Bogor dengan larutan tepung tempe kedelai olahan masyarakat terhadap sistem reproduksi.

• Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui zat-zat lain yang terdapat

dalam larutan tepung tempe kedelai yang dapat mempengaruhi sistem reproduksi.


(44)

50 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto. 2005. Kedelai. Jakarta:Penebar Swadaya. Halaman 6-15, 85-96

Allan G., Michael J.M., Robert A.C., Denis St.J.O’Reilly., Michael J.S., James S.2004, Clinical Biochemistry. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier

Anonymous.

http://www.jawaban.com/news/health/detail.php?id_news=070626140546& offx=0. Diunduh pada tanggal 15 oktober 2007

Anonymous. 2005.

http://209.85.175.104/search?q=cache:nt7PoBCFjh0J:www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0605/30/cakrawala/sekitarkita.htm+genestein&hl=id &ct=clnk&cd=10&gl=id. Diunduh pada tanggal 10 Pebruari 2008

BBC. Soya ‘link’ to male infertility.

http://news.bbc.co.uk/2/hi/uk_news/northern_ireland/3513607.stm. Diunduh pada tanggal 17 Desember 2007

Burkitt H.G., Young B., Heath J.W. 1995. Sistem Reproduksi Pria. Buku Ajar & Atlas Wheater Histologi Fungsional. Edisi 3. Jakarta:EGC. Halaman 323-334

Eroschenko V.P. 2003. Sistem Reproduksi Pria. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Edisi 9. Jakarta:EGC. Halaman 279-294

Fermentek Bioteknologi. http://www.fermentek.co.il/genistein.htm. Diunduh pada tanggal 21 November 2007

Fisher J.S., Turner K.J., Brown D., Sharpe R.M. 1999. Effect of neonatal

exposure to estrogenic compounds on development of the excurrent ducts of the rat testis through puberty to adulthood. Environ Health Perspect,

107(5):397-405

Goyal H.O., Robateau A., Braden T.D., Williams C.S., Srivastava K.K., Ali K. 2003. Neonatal estrogen exposure of male rats alters reproductive functions at adulthood. Biol reprod., 68(6):2081-91


(45)

51

Universitas Kristen Maranatha

Guyton A.C., Hall.J.E. 1997. Fungsi Reproduksi dan Hormonal Pria (dan

Kelenjar Pineal). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 9. Jakarta:EGC.

Halaman 1265,1278-1279

Ilpo H., Andrzej B. 2001. Perspective: Male Reproduction. Endocrinology, 142(6): 2178-2183

Johan Agfi. 2005.

http://www.mail-archive.com/kolom@yahoogroups.com/msg02023.html. Diunduh pada tanggal 15 Oktober 2007

Junqueira L.C., Carneiro J., Kelly R.O. 1995. Sistem Reproduksi Pria.Histologi Dasar. Jakarta:EGC

Nilson S., Makela S., Treutes E., Tujague M., Thomsen J., Andersson G., et al. 2001. Mechanism of Estrogen Action. Physiol Rev,81: 1535-1565

Liza O’Donnell, Kirsten M.Robertson, Margaret E. Jones, Evan R.Simpson. 2001.

Estrogen and Spermatogenesis.Endocrine Reviews, 22(3): 289-318

Liza O’Donnell, Kirsten M.Robertson, Margaret E. Jones, Evan R.Simpson. 2002. The Phenotype of the Aromatase Knockout Mouse Reveals Dietary

Phytoestrogens Impact Significantly on Testis Function. Endocrinology, 143(8):2913-2921

Pustekkom. 2004.

http://www.dikmenum.go.id/e-learning/bahan/kelas3/images/GAMETOGENESIS.swf. Diunduh pada tanggal 14 November 2007

Razzak.A.H., Wais.S.A. 2002. The infertile couple: a cohort study in Duhok, Iraq. http://www.emro.who.int/publications/emhj/0802_3/infertility.htm. Diunduh pada tanggal 31 Desember 2007

Sliwa L. 2005. The influence of soybean riches of phytoestrogens diet in mouse testis histological structure. Folia Med Cracov, 26(1-2):121-31

Snell. Richard S. 1998. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:EGC. Edisi 3. Bagian 2. Halaman 35-111


(46)

52

Universitas Kristen Maranatha

Suyanto Pawiroharsono. 2001. Prospek dan manfaat isoflavon untuk kesehatan.

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/042001/pus-2 .htm. Diunduh pada pada tanggal 18 November 2007

Suryo. 2001. Reproduksi. Genetika Manusia. Yogyakarta:Gajah Mada Univerity

Press. Halaman 64

University of Kansas Medical Center. 1996.

http://www.kumc.edu/instruction/medicine/anatomy/histoweb/male/male.ht m. Diunduh pada tanggal 22 Okober 2007

Wetson A Price Foundation. 2003. Dangers of dietary isoflavones at levels above

those found in traditional diets.

http://www.westonaprice.org/soy/dangersisoflavones.html. Diunduh pada tanggal 11 Desember 2006

Wikipedia. 2007. http://en.wikipedia.org/wiki/Spermatogenesis. Diunduh pada tanggal 5 Oktober 2007

Wikipedia. 2007. http://en.wikipedia.org/wiki/Testis. Diunduh pada tanggal 15 Oktober 2007

Wisnu Cahyadi. 2007. Kedelai: Khasiat dan Teknologi. Jakarta:Bumi Aksara. Edisi 1. halaman 3-14, 40-57


(1)

5

Pemaparan estrogen berlebihan akan mengakibatkan gangguan perkembangan struktur dan fungsi alat reproduksi pria sehingga terjadi pembentukan spermatozoa dengan kualitas yang tidak baik (O’Donnell.Liza et al, 2001).

Menurut Goya H.O. et al (2003), pemberian Diethylstilbestrol (DES) pada mencit jantan selama masa neonatal dapat mengubah pola pergerakan sperma, fertilitas sperma, tingkah laku seksual, menurunkan berat testis, dan menurunkan jumlah sperma di dalam epididimis (NCBI, 2003).

Menurut Penelitian Sliwa L (2005) pemberian kacang kedelai dapat mempengaruhi produktivitas mencit. Secara histologis dapat mengganggu proses spermatogenesis, epitel tubulus seminiferus menjadi lebih gelap dan mudah terkelupas, jumlah spermatozoa mengalami penurunan, dan terjadi peningkatan makrofag di daerah interstitial (NCBI, 2005).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Pemberian larutan tepung tempe kedelai (Glycine max (L) Merrill) dapat menurunkan berat testis dan mengubah gambaran histologis testis mencit galur Swiss Webster.

1.6Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium yang bersifat longitudinal prospektif dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang bersifat komparatif. Data yang diukur adalah berat testis mencit (gram). Analisis data menggunakan Uji Analisis Varians (ANAVA) satu arah dilanjutkan dengan Uji beda rata-rata Tukey HSD dengan tingkat kepercayaan 95%. Preparat histologis testis dilihat dengan mikroskop cahaya dan dianalisis secara deskriptif.


(2)

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kedokteran Dasar (LP2IKD) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Jalan Surya Sumantri No. 65 Bandung

1.7.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama periode bulan Januari 2007 sampai dengan bulan Desember 2007.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

• Pemberian larutan tepung tempe kedelai dapat menurunkan berat testis mencit galur Swiss Webster pada masa prepubertal.

• Pemberian larutan tepung tempe kedelai dapat mengubah gambaran histologis testis mencit galur Swiss Webster pada masa prepubertal menjadi lebih buruk.

5.2 Saran

• Perlu penelitian lebih lanjut untuk membandingkan efek pemberian larutan tepung tempe kedelai pada mencit prepubertal, pubertal, dan pasca

pubertal terhadap sistem reproduksi.

• Perlu penelitian lebih lanjut untuk membandingkan efek pemberian larutan tepung tempe kedelai hasil olahan Puslitbang Gizi dan Makanan

Departemen Kesehatan Bogor dengan larutan tepung tempe kedelai olahan masyarakat terhadap sistem reproduksi.

• Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui zat-zat lain yang terdapat dalam larutan tepung tempe kedelai yang dapat mempengaruhi sistem reproduksi.


(4)

Adisarwanto. 2005. Kedelai. Jakarta:Penebar Swadaya. Halaman 6-15, 85-96

Allan G., Michael J.M., Robert A.C., Denis St.J.O’Reilly., Michael J.S., James S.2004, Clinical Biochemistry. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier

Anonymous.

http://www.jawaban.com/news/health/detail.php?id_news=070626140546& offx=0. Diunduh pada tanggal 15 oktober 2007

Anonymous. 2005.

http://209.85.175.104/search?q=cache:nt7PoBCFjh0J:www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0605/30/cakrawala/sekitarkita.htm+genestein&hl=id &ct=clnk&cd=10&gl=id. Diunduh pada tanggal 10 Pebruari 2008

BBC. Soya ‘link’ to male infertility.

http://news.bbc.co.uk/2/hi/uk_news/northern_ireland/3513607.stm. Diunduh pada tanggal 17 Desember 2007

Burkitt H.G., Young B., Heath J.W. 1995. Sistem Reproduksi Pria. Buku Ajar & Atlas Wheater Histologi Fungsional. Edisi 3. Jakarta:EGC. Halaman 323-334

Eroschenko V.P. 2003. Sistem Reproduksi Pria. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Edisi 9. Jakarta:EGC. Halaman 279-294

Fermentek Bioteknologi. http://www.fermentek.co.il/genistein.htm. Diunduh pada tanggal 21 November 2007

Fisher J.S., Turner K.J., Brown D., Sharpe R.M. 1999. Effect of neonatal

exposure to estrogenic compounds on development of the excurrent ducts of the rat testis through puberty to adulthood. Environ Health Perspect,

107(5):397-405

Goyal H.O., Robateau A., Braden T.D., Williams C.S., Srivastava K.K., Ali K. 2003. Neonatal estrogen exposure of male rats alters reproductive functions at adulthood. Biol reprod., 68(6):2081-91


(5)

51

Guyton A.C., Hall.J.E. 1997. Fungsi Reproduksi dan Hormonal Pria (dan Kelenjar Pineal). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 9. Jakarta:EGC. Halaman 1265,1278-1279

Ilpo H., Andrzej B. 2001. Perspective: Male Reproduction. Endocrinology, 142(6): 2178-2183

Johan Agfi. 2005.

http://www.mail-archive.com/kolom@yahoogroups.com/msg02023.html. Diunduh pada tanggal 15 Oktober 2007

Junqueira L.C., Carneiro J., Kelly R.O. 1995. Sistem Reproduksi Pria.Histologi Dasar. Jakarta:EGC

Nilson S., Makela S., Treutes E., Tujague M., Thomsen J., Andersson G., et al. 2001. Mechanism of Estrogen Action. Physiol Rev, 81: 1535-1565

Liza O’Donnell, Kirsten M.Robertson, Margaret E. Jones, Evan R.Simpson. 2001. Estrogen and Spermatogenesis.Endocrine Reviews, 22(3): 289-318

Liza O’Donnell, Kirsten M.Robertson, Margaret E. Jones, Evan R.Simpson. 2002. The Phenotype of the Aromatase Knockout Mouse Reveals Dietary

Phytoestrogens Impact Significantly on Testis Function. Endocrinology, 143(8):2913-2921

Pustekkom. 2004.

http://www.dikmenum.go.id/e-learning/bahan/kelas3/images/GAMETOGENESIS.swf. Diunduh pada tanggal 14 November 2007

Razzak.A.H., Wais.S.A. 2002. The infertile couple: a cohort study in Duhok, Iraq. http://www.emro.who.int/publications/emhj/0802_3/infertility.htm. Diunduh pada tanggal 31 Desember 2007

Sliwa L. 2005. The influence of soybean riches of phytoestrogens diet in mouse testis histological structure. Folia Med Cracov, 26(1-2):121-31

Snell. Richard S. 1998. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:EGC. Edisi 3. Bagian 2. Halaman 35-111


(6)

Suyanto Pawiroharsono. 2001. Prospek dan manfaat isoflavon untuk kesehatan. http://www.tempo.co.id/medika/arsip/042001/pus-2 .htm. Diunduh pada pada tanggal 18 November 2007

Suryo. 2001. Reproduksi. Genetika Manusia. Yogyakarta:Gajah Mada Univerity Press. Halaman 64

University of Kansas Medical Center. 1996.

http://www.kumc.edu/instruction/medicine/anatomy/histoweb/male/male.ht m. Diunduh pada tanggal 22 Okober 2007

Wetson A Price Foundation. 2003. Dangers of dietary isoflavones at levels above

those found in traditional diets.

http://www.westonaprice.org/soy/dangersisoflavones.html. Diunduh pada tanggal 11 Desember 2006

Wikipedia. 2007. http://en.wikipedia.org/wiki/Spermatogenesis. Diunduh pada tanggal 5 Oktober 2007

Wikipedia. 2007. http://en.wikipedia.org/wiki/Testis. Diunduh pada tanggal 15 Oktober 2007

Wisnu Cahyadi. 2007. Kedelai: Khasiat dan Teknologi. Jakarta:Bumi Aksara. Edisi 1. halaman 3-14, 40-57