Arah Kebijakan RKP 2017 Musrenbang Jawa Timur_v1
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
ARAH KEBIJAKAN
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN
TAHUN 2017
Sofyan A. Djalil
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Bappenas
Disampaikan dalam Musrenbang Provinsi Jawa Timur Tahun 2016
Surabaya, 13 April 2016
(2)
DAFTAR ISI
PERUBAHAN KONSTELASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
•
Musrenbang Penyusunan RKP 2017
Slide 4
•
Penegasan Paradigma Perencanaan dan Penganggaran
Slide 5
•
Dasar Hukum Perencanaan
Slide 6
•
Permasalahan Perencanaan dan Penganggaran
Slide 7
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN : MONEY FOLLOW PROGRAM
•
Arahan Presiden Terkait Penyusunan RKP 2017
Slide 9
•
Pendekatan Penyusunan RKP 2017 Slide 10
PENDEKATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
•
Pendekatan Pembangunan: Holistik, Tematik, Integratif
dan Spasial
Slide 12
•
Ilustrasi Perencanaan Terintegrasi
Slide 13-17
RPJMN 2015-2019 SERTA PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN
NASIONAL 2017
•
Visi dan Misi Pembangunan 2015-2019
Slide 19
•
Strategi Pembangunan Nasional
Slide 20
•
Sasaran Pembangunan RPJMN 2015-2019
Slide 21
•
Prioritas Nasional RKP 2017 dan Penekanan
Slide 22 -27
•
Penyelarasan Perencanaan
Slide 28-30
ISU KESENJANGAN & ARAH PENGEMBANGAN PROVINSI JAWA TIMUR
•
Isu Kesenjangan Wilayah Provinsi Jawa Timur
Slide 32
•
Sasaran dan Tema Pembangunan Jawa-Bali
Slide 33
DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA
•
Revolusi Mental
Slide 35
•
Pembangunan Pendidikan
Slide 36
•
Pembangunan Kesehatan
Slide 37
•
Perumahan dan Pemukiman
Slide 38
DIMENSI SEKTOR UNGGULAN
•
Kedaulatan Pangan
Slide 39
•
Kedaulatan Energi
Slide 40
•
Kemaritiman dan Kelautan
Slide 41
•
Pengembangan Kawasan Industri
Slide 42
•
Pengembangan Pariwista
Slide 43
•
Target Ekspor Impor dan Pembangunan Pasar Rakyat
Slide 44
Sebaran dan Potensi Kawasan KI dan KEK
Slide 32-34
DIMENSI PEMERATAAN DAN WILAYAH
•
Konektivitas
Slide 45-47
PENUTUP
•
Penutup
Slide 49-50
•
Jadwal Penyusunan RKP 2017
Slide 51
(3)
PERUBAHAN KONSTELASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL:
Perencanaan Dan Penganggaran
(4)
MUSRENBANG PENYUSUNAN RKP 2017
SEBAGAI FORUM PENYELARASAN
Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan
(Musrenbang)
merupakan
forum
bersama
antarpemangku kepentingan (
stakeholder
) dalam rangka menyusun rencana pembangunan
nasional yang ditujukan untuk mempertemukan
bottom up planning
dengan
top down planning
.
Namun demikian, pelaksanaan Forum Musrenbangnas kadang dianggap sebagai forum yang
bersifat
sere o ial
dengan tidak banyak kesepakatan yang dihasilkan
.
Tidak banyaknya kesepakatan yang tercapai dalam pelaksanaan Musrenbangnas dikarenakan
ketersediaan anggaran yang terbatas, sementara usulan/kebutuhan sangat banyak. Selain itu,
masih adanya proses politik dalam perencanaan yang harus dilalui. Untuk itu, pemerintah daerah
harus menyusun
PRIORITAS PEMBANGUNAN
. Hanya rencana pembangunan yang benar-benar
prioritas saja yang diusulkan dan dibahas dalam forum Musrenbang sehingga pelaksanaannya
dapat berjalan lebih efektif.
Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah harus berperan untuk dapat menjadi
fasilitator dalam mempertajam usulan Kabupaten dan Kota kepada pemerintah pusat. Sehingga
dalam pelaksanaan Musrenbangnas ke depan yang akan dihadiri oleh para Gubernur
se-Indonesia dapat menyampaikan
PRIORITAS PEMBANGUNAN
yang telah dibahas dan disepakati
(5)
Amanat konstitusi menegaskan bahwa
ANGGARAN NEGARA
adalah
INSTRUMEN
untuk
mencapai
tujuan nasional
.
Politik perencanaan dan anggaran negara harus dikendalikan oleh
TUJUAN
yang akan
dicapai (policy driven), dan tidak seharusnya dikendalikan oleh ketersediaan anggaran
(budget driven).
Teknis perencanaan dan anggaran adalah memastikan tujuan pembangunan dapat
dicapai dengan mengoptimalikan seluruh sumber daya (pemerintah, perbankan dan
swasta); dan meningkatkan
EFISIENSI, EFEKTIVITAS
dan
KEADILAN
alokasi pengeluaran
atau belanja pemerintah, penyaluran kredit perbankan dan investasi swasta.
Proses perencanaan dan penganggaran adalah
OPTIMALISASI SUMBERDAYA
(pemerintah, perbankan dan swasta) untuk mencapai tujuan pembangunan, dan
memperbaiki
KUALITAS BELANJA
.
PENEGASAN PARADIGMA
(6)
Slide - 6
DASAR HUKUM PERENCANAAN
UU 25 /2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
•
Pasal 4 ayat 3
RKP merupakan
penjabaran dari RPJM Nasional
, memuat
prioritas pembangunan
, rancangan
kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk
arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga,
kewilayahan dalam bentuk
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif
.
UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah
•
Pasal 263 ayat 4
RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan penjabaran dari RPJMD yang
memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,
prioritas pembangunan daerah
, serta rencana kerja
dan pendanaan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang disusun dengan berpedoman pada
Rencana Kerja pemerintah dan
Program Strategis Nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
UU 17/2003 tentang Keuangan Negara
•
Pasal 12 ayat 2
Penyusunan Rancangan APBN berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah dalam rangka
mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
(7)
Penganggaran selama ini lebih banyak didasarkan pada
Tugas dan Fungsi (
Tusi
)
dari K/L daripada
pencapaian sasaran pembangunan nasional yang efektif dan efisien.
Karena penekanan pada
Tusi
K/L, suatu proyek terpaksa dilakukan oleh berbagai K/L. Tanpa koordinasi
yang efektif, maka suatu bagian proyek yang dikerjakan K/L - A telah selesai, namun bagian lain yang
dikerjakan oleh K/L - B belum dimulai atau bahkan belum ada anggarannya. Contoh: Waduk terbangun,
namun saluran irigasi belum dimulai; sawah tercetak, namun air tidak pernah sampai.
Terjadi inefisiensi anggaran, misalnya
duplikasi program.
Program
yang sama dilaksanakan oleh pada
berbagai K/L dengan tingkat kompetensi dan efektifitas yang berbeda. Contoh: program bedah rumah
dilaksanakan oleh belasan K/L, Program Bansos dilakukan oleh 21 K/L.
Anggaran tidak fokus dan tersebar tipis pada setiap
Tusi
dan cenderung dibagi rata tanpa indikator dan
formula yang tepat. Dana Alokasi Khusus (DAK) Infrastruktur misalnya, cenderung dibagi rata kepada
semua daerah tanpa dikaitkan dengan pembangunan infrastruktur tertentu yang menjadi prioritas
pemerintah.
Perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi dan terpadu adalah kunci untuk mencapai efektifitas
dan efisiensi pelaksanaan program sehingga sasaran dan manfaat pembangunan lebih mudah dapat
tercapai.
PERMASALAHAN
(8)
KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN :
(9)
Setiap Menteri dan Kepala Lembaga wajib mengendalikan anggaran di setiap K/L
yang dipimpinnya. Tidak boleh masalah anggaran hanya diserahkan kepada Biro
Perencanaan.
Anggaran negara harus berorientasi manfaat untuk rakyat dan berorientasi pada
prioritas untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Kebijakan anggaran belanja yang dilakukan tidak berdasarkan
money follow
function
, tetapi
money follow program prioritas
.
Tidak perlu semua tugas dan
fungsi
(tusi)
harus dibiayai secara merata.
Memangkas program yang nomenklaturnya tidak jelas dan tidak ada manfaatnya
bagi rakyat.
Semua nomenklatur Proyek harus jelas, misalnya membeli jaring, membeli benih,
dan seterusnya.
ARAHAN PRESIDEN TERKAIT PENYUSUNAN RKP 2017
(HASIL SIDANG KABINET 10 FEBRUARI 2016)
Dirjen...
Direktur...
Kepala Bagian ...
Kepala Bagian ...
Direktur... Direktur... Sesdirjen...
money follow function
money follow
program prioritas
http://setkab.go.id/bukan-dirjen-ke-bawah-presiden-jokowi-tegaskan-menteri-kendalikan-penggunaan-anggaran/
(10)
PENDEKATAN PENYUSUNAN RKP 2017 :
BAPPENAS SEBAGAI
SYSTEM INTREGATOR
•
Usulan program/kegiatan harus dilaksanakan secara komprehensif sesuai dengan arah pembangunan
serta pencapaian target/sasaran Agenda Prioritas Nasional (NAWA CITA) pada RPJMN 2015-2019. Untuk
itu , usulan program/kegiatan perlu dilakukan secara terpadu dan terintegrasi, baik lintas sektor, lintas
K/L (lintas SKPD), maupun lintas wilayah.
•
Diperlukan
upaya
pengintegrasian
berbagai
Program
Prioritas
dan
Kegiatan
Prioritas
Kementerian/Lembaga ke dalam satu tujuan (goal) yang jelas dan terukur dengan usulan kegiatan dan
pendanaan daerah.
•
Hanya Kementerian PPN/Bappenas (dan Bappeda) yang mempunyai fungsi utama sebagai
koordinator
perencanaan lintas sektor, lintas wilayah, maupun lintas kementerian/lembaga (lintas SKPD)
.
Bappenas (Bappeda Provinsi) akan menjadi integrator setiap K/L (SKPD) dan pemerintah daerah
(Pemerintah Kab/Kota) agar bisa bersinergi dalam menjalankan suatu program.
•
Bappenas sedang menyiapkan perencanaan dengan pendekatan holistik-tematik, integratif dan spasial
dalam upaya pencapaian sasaran agenda prioritas nasional agar dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
•
Dalam pendekatan perencanaan tersebut, maka hanya program dan kegiatan Kementerian/Lembaga
yang secara langsung mendukung pencapaian proritas nasional menjadi program dan kegiatan
prioritas.
(11)
PENDEKATAN PEMBANGUNAN DALAM PENYUSUNAN RKP 2017 :
HOLISTIK-TEMATIK, TERINTEGRASI, dan SPASIAL
(12)
PENDEKATAN PEMBANGUNAN :
HOLISTIK, TEMATIK, INTEGRATIF DAN SPASIAL (1/2)
Holistik- Tematik:
Untuk mencapai sasaran prioritas nasional Kedaulatan Pangan,
perlu koordinasi multi kementerian, yaitu antara lain Kementan, KemenPUPR,
Kemen ATR, dan Kemen KLH, KemenPerdagangan serta Pemerintah Daerah.
Integratif:
Pencapaian Kedaulatan Pangan perlu dilakukan secara terintegrasi
melalui peningkatan produktifitas lahan existing, menyetop konversi lahan
produktif, reforma agraria, pencetakan sawah baru, pengembangan pertanian
organik, pengendalian harga dan impor pangan, dan seterusnya (kombinasi
berbagai program/kegiatan).
Spasial:
pembangunan sawah baru misalnya, harus mempertimbangkan lokasi,
(13)
ILUSTRASI PERENCANAAN TERINTEGRASI:
PEMBANGUNAN KEDAULATAN PANGAN
PEMBANGUNAN
KEDAULATAN
PANGAN
1. Peningkatan
Produksi Padi
dan Pangan
Lain
2. Kelancaran
Distribusi
Pangan dan
Akses Pangan
Masyarakat
3. Peningkatan
Mutu Pangan,
Kualitas
Konsumsi
Pangan dan Gizi
4.
Penangangan
Gangguan
terhadap
Produksi
Pangan
Kementan, KemenPUPR, BNPB, BMKGKementan, KKP, Kemenkes, Kementan, KemenPUPR, KKP, KemenATR, KLHK, Kemendes, BMKG, BIG, LAPAN, BPPT, LIPI, BATAN
Kementan, Kemendag, Kemenko Perekonomian, Kemenko PMK,
Kemensos, Kemenhub, KKP, KPPU
LEVEL 1
PRIORITAS
NASIONAL
PROGRAM
PRIORITAS
(14)
PEMBANGUNAN KEDAULATAN PANGAN
Perencanaan Terintegrasi Peningkatan Produksi Padi
1. Peningkatan Produksi Padi dan Pangan Lain 1. Pencetakan Sawah Baru dan Perluasan Areal Pangan Lain 2. Rehabilitasi dan perluasan Jaringan Irigasi, Rehabilitasi DAS Hulu; Pembangunan waduk dan embung 3. Pengendalian konversi lahan padi dan Sertifikasi Lahan (Prona) 4. Teknologi Peningkatan Produktivitas Pertanian 5. Optimasi Lahan dan Pemulihan Kesuburan Lahan 6. Reformasi subsidi pupuk dan benih; pengembanga n Desa Mandiri Benih 7. Bantuan alat dan mesin pertanian-perikanan 8. Perbaikan Statistik Pertanian-Perikanan 9. Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Pertanian/Pe rikanan Kementan, KKP, Kemendiknas, Pemda
Kementan, Kemen PUPR, KLHK, Kemendes, BMKG, Pemda
Kementan, Kemen ATR, BIG, Pemda
Kementan, BPPT, KLHK BPS, Kementan, KKP
Kementan, KKP Kementan, KKP, KLHK, LAPAN, BPPT, BATAN, LIPI
KSP, Kemenko Perekonomian, Kementan, Kemenkeu Kementan, KemenPUPR, KLHK, Pemda
PROGRAM
PRIORITAS
KEGIATAN
PRIORITAS
LEVEL 2
(15)
Program Prioritas
Kegiatan Prioritas
Kementerian
/ Lembaga Program Kegiatan Sasaran Indikator Lokasi
Target 2017
Alokasi
(Juta Rp.) Ket
Peningkatan Produksi Padi dan Pangan Lain Pemanfaatan Lahan Tidur (Optimasi Lahan) Kementerian Pertanian Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian
Memanfaatkan 10.000 ha lahan tidur untuk
pertanian.
Untuk padi = …. Ha Untuk Jagung = …... Ha Lainnya = ……Ha
Termanfaatkan nya 10.000 ha bekas lahan tidur untuk pertanian.
Kabupaten A, B, C, D
Koordinat :
………
10.000 ha
Peningkatan Produksi Padi dan Pangan Lain Pencetakan Sawah Baru Kementerian Pertanian Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian
Tercetaknya 266.700 Ha Sawah Baru Tercetaknya 266,700 Ha Sawah Baru, yang dibuktikan dengan lokasi yang jelas, ada dukungan irigasi sehingga Sawah tersebut dapat dimanfaatkan. Kabupaten A, B,C,D
Koordinat : A
……… B………. C………. D……….
266.700 Ha
MATRIKS PROGRAM PRIORITAS, KEGIATAN PRIORITAS, SERTA PROGRAM DAN
KEGIATAN KEMENTERIAN/LEMBAGA
PRIORITAS NASIONAL: KEDAULATAN PANGAN
Program Prioritas
Kegiatan Prioritas
Penyederhanaan Nomenklatur
Rumah dari kebijakan
(Hanya muncul di dokumen terkait penganggaran)
Menjadi alat ukur kinerja oleh Presiden/Kabinet, untuk itu perlu
(16)
Rencana Penyelesaian Pembangunan 49 Waduk Baru dalam RPJM 2015-2019
PEMBANGUNAN KEDAULATAN PANGAN
Ilustrasi Rencana Pembangunan Bendungan Tahun 2017
TA.2015 13 BENDUNGAN
•Krueng Kreuto (Aceh),
•Logung (Jawa Tengah),
•Raknamo (Nusa Tenggara Timur),
•Lolak (Sulawesi Utara),
•Karian (Banten),
•Bintang Bano (Nusa Tenggara Barat),
•Tanju (Nusa Tenggara Barat),
•Mila (Nusa Tenggara Barat),
•Passeloreng (Sulawesi Selatan),
•Rotiklod (Nusa Tenggara Timur),
•Tapin (Kalimantan Selatan),
•Sei Gong
(Kepulauan Riau),
•Sindangheula (Banten)
RENCANA 2016 8 BENDUNGAN
•Rukoh (Aceh),
•Ciawi (Jawa Barat),
•Sukamahi (Jawa Barat), •Kuwil Kawangkoan (Sulawesi Utara), •Sukoharjo (Lampung),
•Cipanas (Jawa Barat),
•Leuwikeris (Jawa Barat),
•Ladongi (Sulawesi Tenggara)
RENCANA 2017 9 BENDUNGAN
•Bener (Jateng) ,
•Semantok (Jawa Timur),
•Pamakkulu (Sulawesi Selatan),
•Komering II (Sumatera Selatan),
•Sadawarna (Jawa Barat),
•Tiro (Aceh),
•Lausimeme (Sumatera Utara),
•Kolhua (Nusa Tenggara Timur),
•Sidan (Bali)
Kegiatan
2015
2016
2017
2018
2019
Total
Groundbreaking
13
8
9
11
8
49
(17)
PEMBANGUNAN KEDAULATAN PANGAN
Ilustrasi Integrasi Peningkatan Produksi Padi Provinsi Aceh
Kementerian Pertanian: • Cetak sawah: 5.500 ha
• Irigasi Tersier: 5.500 ha
• Desa Mandiri Benih: 20 Desa
• Budidaya jajar legowo: 156 ribu ha
Kementerian Perdagangan: • Pembangunan pasar: 12 unit
Kementerian PUPR:
• Rehabilitasi Irigasi: 4.100 ha
• Pembangunan Irigasi: 2.834 ha
• Pembangunan Waduk: 1 baru (Tiro) dan 2 waduk unit lanjutan (Keureuto dan Rukoh).
• Pembangunan sarpras banjir: 4,5 km.
Kementerian Kelautan dan Perikanan:
• Pengadaan kapal dan alat tangkap ikan: 320 kapal dan 13.510 alat penangkap ikan
• Benih ikan bersertifikat: 2 juta ekor
• Minapolitan: 5 lokasi
BMKG:
• Informasi Iklim: 1 paket
KLHK:
• Pencadangan hutan untuk pangan: 15.309 ha
• Pemanfaatan lahan di bawah tegakan untuk pangan: 1.500 ha
Peningkatan & Rehabilitasi Jaringan Irigasi (tersier) : • Aceh Besar 1.000 ha
• Aceh Jaya 500 ha
• Aceh Timur 2.000 ha
• Aceh Utara 500 ha
• Pidie 1.000 ha
• Piddie Jaya 500 ha
Kuerueto Tiro
Rukoh
Penajaman dan Sinergi
a. Sinergi Antar Kegiatan: Waduk-Pencetakan Sawah-Pembangunan/ Rehabilitasi Jaringan Irigasi sinergi tahapan dan lokasi serta keberadaan petani.
b. Sinergi Antar Sumber Pendanaan: (i) Pusat: Kementan-Kemen PU-Pera; (ii) APBD; (iii) DAK; (iv) Dana Desa.
c. Penajaman pemanfaatan Alsintan di masyarakat efektivitas terhadap peningkatan kualitas dan
(18)
RPJMN 2015-2019
SERTA
(19)
9 PROGRAM
PRIORITAS
NAWACITA
Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberi rasa aman padaseluruh warga negara Membangun tata kelola Pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya
saing di pasar internasional Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik Melakukan revolusi karakter bangsa Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial
VISI PEMBANGUNAN NASIONAL 2015-2019:
"Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong"
Visi ini diwujudkan melalui
7 (tujuh) MISI PEMBANGUNAN
yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga
kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan
mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan
demokratis berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat
jati diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi,
maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan
masyarakat
yang
berkepribadian
dalam
kebudayaan.
VISI DAN MISI PEMBANGUNAN 2015
–
2019
1
2
3
4
5
6
7
8
9
(20)
STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL
RKP 2015*)
MELANJUTKAN REFORMASI BAGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI
YANG BERKEADILAN
RKP 2016
MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG
BERKUALITAS
RKP 2017
MEMACU PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN EKONOMI
UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA SERTA MENGURANGI KEMISKINAN DAN
KESENJANGAN ANTARWILAYAH
RKP 2018
Ditentukan dalam proses penyusunan
RKP 2018
RKP 2019
Ditentukan dalam proses penyusunan
(21)
SASARAN PEMBANGUNAN RPJMN 2015-2019
*) Dengan perkembangan keadaan saat ini, target RPJMN 2015-2019 perlu dipertimbangkan kembali
**) Target APBN 2016
***) Indeks baru dengan parameter: gotong royong, toleransi, dan rasa aman. Konsep masih dalam proses penyempurnaan dan
pematangan, termasuk pembahasan variabel, sehingga target masih belum dapat ditetapkan secara kuantitatif.
Sumber: RPJMN 2015-2019
INDIKATOR MAKRO
2014
(BASELINE)
2015
2016
2017
2018*
2019*
Pertumbuhan Ekonomi (%)
(Target Awal RPJMN 2015-2019)
5,0
(5,1)
4,8
(5,8)
5,3
**
(6,6)
5,5-5,9
(7,1)
5,8-6,6
(7,5)
6,4-7,4
(8,0)
Pengangguran (%)
(Target Awal RPJMN 2015-2019)
5,94
(5,6-5,9)
6,18
(5,5-5,8)
5,2-5,5
5,3-5,6
(5,0-5,3)
5,0-5,3
(4,6-5,1)
4,0-5,0
(4,0-5,0)
Angka Kemiskinan (%)
(Target Awal RPJMN 2015-2019)
10,96
(9,0-10,0)
11,13
(9,5-10,5)
9,0-10,0
(9,0-10,0)
9,5-10,5
(8,5-9,5)
8,0-9,5
(7,5-8,5)
7,0-8,0
(7,0-8,0)
Gini ratio (indeks)
(Target Awal RPJMN 2015-2019)
0,41
n.a
0,41
(0,40)
0,39
(0,39)
0,38
(0,38)
0,37
(0,37)
0,36
(0,36)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
73,8
74,8
75,3
75,7
n.a
76,3
(22)
•
Revolusi Mental
•
Pembangunan Pendidikan
•
Pembangunan Kesehatan
•
Pembangunan Perumahan dan Permukiman
DIMENSI PEMBANGUNAN
MANUSIA
•
Kedaulatan Pangan
•
Kedaulatan Energi dan Ketenagalistrikan
•
Kemaritiman dan Kelautan
•
Pariwisata
•
Kawasan Industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
DIMENSI PEMBANGUNAN
SEKTOR UNGGULAN
•
Pemerataan Antarkelompok Pendapatan
•
Perbatasan Negara dan Daerah Tertinggal
•
Pembangunan Perdesaan dan Perkotaan
•
Pengembangan Konektivitas Nasional
•
Reforma Agraria
DIMENSI PEMERATAAN DAN
KEWILAYAHAN
•
Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan
KONDISI PERLU
(23)
Pengarusutamaan Revolusi Mental dalam setiap prioritas dan kegiatan
pembangunan
Mempertahankan anggaran pendidikan dan kesehatan masing-masing
20% APBN dan 5 % APBN (kebijakan pokok antara lain
distribusi guru
yang merata
yang sekaligus akan mengendalikan biaya gaji dan
tunjangan guru yang saat ini sudah sekitar separuh anggaran
pendidikan).
Melanjutkan pembangunan perumahan yang sudah dimulai di APBNP
2015 dengan program sejuta rumah
PENEKANAN DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA
DALAM RKP TAHUN 2017
(24)
Penekanan Sektor Unggulan sudah dimulai sejak APBN
–
P 2015
Kedaulatan Pangan (terutama anggaran Kementerian Pertanian dan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta, Penyertaan
Modal Negara)
Kedaulatan Energi (terutama melalui Penyertaan Modal Negara)
Kemaritiman dan Kelautan (Kementerian Perhubungan dan Kementerian
Kelautan dan Perikanan, serta Penyertaan Modal Negara)
Pariwisata, Kawasan Ekonomi Khusus dan Kawasan Industri : akan
mendapat penekanan lebih lanjut dalam RKP 2017 terutama
pengembangan kawasan ekonomi khusus, kawasan industri dan
pariwisata
PENEKANAN DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
DALAM RKP TAHUN 2017
(25)
Menjamin peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin dalam kondisi perekonomian
yang masih tumbuh antara 5-6% melalui
peningkatan penerima Bantuan Tunai
Bersyarat dalam RKP 2017
dan mempertahankan dukungan unuk mengurangi beban
penduduk miskin dan rentan.
Reforma agraria ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
melalui
pemberian hak milik atas tanah yang meliputi redistribusi tanah dan legalisasi aset
redistribusi tanah seiring dengan meningkatnya
Kepastian Hukum Hak Atas Tanah.
Pembangunan kawasan perbatasan difokuskan pada 2 (dua) sasaran pembangunan yaitu
meningkatkan pertahanan dan keamanan
serta
pengembangan pusat ekonomi
perbatasan
untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pengurangan kesenjangan secara tegas diamanatkan Nawacita ke tiga dengan
membangun dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa serta pengentasan
daerah tertinggal
. Pembangunan Indonesia (
Indonesia sentris
) lebih diutamakan
dibandingkan pembangunan di Jawa (
Jawa Sentris
), walaupun RoI lebih tinggi di Jawa.
Pendulum pembangunan harus banyak bergerak ke luar Jawa.
PENEKANAN DIMENSI PEMERATAAN ANTAR PENDAPATAN DAN WILAYAH
DALAM RKP 2017 (1/2)
(26)
Menekankan
konektivitas antar wilayah dalam RKP 2017
pada penyelesaiaan
proyek-proyek yang akan menurunkan biaya logistik dan mendukung pembangunan kawasan.
Infrastruktur menjadi
motor pengerak pembangunan
untuk mendorong masuknya
investor dengan penguatan sektor riil sehingga akan mempermudah pencapaian cita-cita
dalam membangun tol laut, karena arus barang dan jasa dari jalur tol laut akan terisi
penuh (orang dan) barang-barang produksi lokal.
PENEKANAN DIMENSI PEMERATAAN ANTAR PENDAPATAN DAN WILAYAH
DALAM RKP 2017 (2/2)
(27)
PENEKANAN KONDISI PERLU (POLHUKHANKAM)
DALAM RKP TAHUN 2017
Memenuhi secara bertahap Minimum Essential Forces dengan peran industri
pertahanan dalam negeri yang makin meningkat.
Memantapkan penegakan hukum.
Memantapkan reformasi birokrasi.
Memantapkan konsolidasi demokrasi melalui penguatan aspek-aspek
demokrasi termasuk komunikasi dan informasi publik serta menguatkan
efektivitas diplomasi dalam menjaga stabilitas keamanan kawasan,
perlindungan WNI/BHI, pelaksanaan diplomasi ekonomi dan kerjasama
pembangunan, termasuk Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular.
(28)
PENYELARASAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
DENGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Bagaimana menterjemahkan Sasaran Pokok Pembangunan
Nasional ke dalam Program dan Kegiatan Prioritas,
(29)
PENJABARAN PRIORITAS NASIONAL
KE DALAM URUSAN DAERAH*
(Implementasi UU 23/2014 Pasal 263 (4))
No.
Prioritas Nasional
Program Prioritas
Nasional
Kegiatan Prioritas
Nasional
Urusan Dalam
UU 23/2014
Sub-Urusan Dalam
UU 23/2014
1.
Revolusi Mental
...
...
...
...
5.
Kedaulatan Pangan
Peningkatan Produksi Padi
dan Pangan Lainnya
Rehabilitasi Jaringan Irigasi,
Rehabilitasi DAS Hulu,
Pembangunan Waduk dan
Embung/DAM/Parit
Urusan
Pemerintahan
Bidang Pekerjaan
Umum dan
Penataan Ruang
Sumber Daya Air
Penyaluran Subsidi Benih dan
Pupuk
Urusan
Pemerintahan
Bidang Pertanian
Sarana Pertanian
Kelancaran Distribusi
Pangan Dan Akses Pangan
Masyarakat
Pemantauan dan Pengendalian
Harga Pangan
Urusan
Pemerintahan
Bidang Pangan
Penyelenggaraan
Ketahanan Pangan
Cadangan Pangan Pemerintah
Urusan
Pemerintahan
Bidang Pangan
Penanganan
Kerawanan Pangan
22.
Pertahanan dan
Keamanan
(30)
No.
Program
Prioritas
Nasional
Kegiatan Prioritas
Nasional
Urusan
Sub-Urusan
Program SKPD
Kegiatan SKPD
SKPD
Penangungjawab
Prioritas Nasional : Kedaulatan Pangan
5. Peningkatan Produksi Padi dan Pangan Lainnya Rehabilitasi Jaringan Irigasi, Rehabilitasi DAS Hulu, Pembangunan Waduk dan Embung/DAM/Parit Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Sumber Daya Air Program
Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumberdaya Lainnya Pembangunan embung dan bangunan penampungan air lainnya Dinas Pekerjaan Umum (Urusan Wajib) Penyaluran Subsidi Benih dan Pupuk
Urusan
Pemerintahan Bidang Pertanian
Sarana Pertanian Program Peningkatan
Produksi Pertanian/ Perkebunan
Penyediaan Sarana Produksi Pertanian / Perkebunan Dinas Pertanian (Urusan Pilihan) Kelancaran Distribusi Pangan Dan Akses Pangan Masyarakat Pemantauan dan Pengendalian Harga Pangan Urusan Pemerintahan Bidang Pangan Penyelenggaraan Ketahanan Pangan Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/ Perkebunan) Penanganan daerah rawan pangan Dinas Pertanian (Urusan Pilihan)
PEMETAAN PROGRAM PRIORITAS NASIONAL KE DALAM
(31)
ISU KESENJANGAN DAN ARAH PENGEMBANGAN
PROVINSI JAWA TIMUR
(32)
RATIO GINI PROVINSI 2014
< 0,35
Kep. Bangka Belitung 0,30 Maluku Utara 0,32 Sumatera Utara 0,32 Aceh 0,33 Jambi 0,33 Sumatera Barat 0,33 Maluku 0,33
0,35 - 0,40
Kalimantan Tengah 0,35 Sulawesi Barat 0,35 Lampung 0,35 Riau 0,35 Kalimantan Timur 0,35 Nusa Tenggara Timur 0,36 Kalimantan Selatan 0,36 Bengkulu 0,36 Jawa Timur 0,37 Sulawesi Tengah 0,37 Nusa Tenggara Barat 0,38 Jawa Tengah 0,38 Banten 0,39 Kalimantan Barat 0,39 Kepulauan Riau 0,40 Sumatera Selatan 0,40
> 0,40
Gorontalo 0,41 Papua 0,41 Jawa Barat 0,41 Bali 0,41 Sulawesi Utara 0,41 Sulawesi Tenggara 0,41 DI Yogyakarta 0,42 Sulawesi Selatan 0,42 DKI Jakarta 0,43 Papua Barat 0,44
RATIO GINI PROVINSI 2013
< 0,35
Kep. Bangka Belitung 0,31 Maluku Utara 0,32 Aceh 0,34
0,35 - 0,40
Sumatera Utara 0,35 Jambi 0,35 Nusa Tenggara Timur 0,35 Kalimantan Tengah 0,35 Sulawesi Barat 0,35 Sumatera Barat 0,36 Kepulauan Riau 0,36 Lampung 0,36 Jawa Timur 0,36 Nusa Tenggara Barat 0,36 Kalimantan Selatan 0,36 Riau 0,37 Kalimantan Timur 0,37 Maluku 0,37 Sumatera Selatan 0,38 Bengkulu 0,39 Jawa Tengah 0,39 Banten 0,40 Bali 0,40 Kalimantan Barat 0,40
> 0,40
Jawa Barat 0,41 Sulawesi Tengah 0,41 Sulawesi Utara 0,42 DKI Jakarta 0,43 Sulawesi Selatan 0,43 Sulawesi Tenggara 0,43 Papua Barat 0,43 DI Yogyakarta 0,44 Gorontalo 0,44 Papua 0,44
ISU KESENJANGAN DI JAWA TIMUR
KESENJANGAN ANTAR INDIVIDU
•
Kesenjangan antar individu di Provinsi Jawa Timur
tergolong sedang, ditunjukkan dengan Gini Ratio 0,37.
Nilai ratio ini mengalami peningkatan di tahun 2014
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 0,36.
•
Peran ekonomi Provinsi Jawa Timur menurun dari
14,43 (tahun 2010) menjadi 14,40 (tahun 2014)
Provinsi Distribusi PDRB 2010
Distribusi PDRB
2014 Perubahan
DKI JAKARTA 15.66 16.46 ( 0.80)
JAWA BARAT 13.21 12.95 (-0.26)
JAWA TENGAH 9.08 8.65 (-0.43)
DI YOGYAKARTA 0.94 0.87 (-0.07)
JAWA TIMUR 14.43 14.40 (-0.03)
BALI 1.37 1.46 (0.10)
BANTEN 3.95 4.04 (0.09)
(33)
SASARAN PEMBANGUNAN
(34)
(35)
DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA
REVOLUSI MENTAL
PROGRAM PRIORITAS
SASARAN
Penegakan Hukum dan Kelembagaan Politik
Penerapan Gerakan Aparat Menuju Indonesia Ramah di 34 Provinsi
Rekomendasi harmonisasi dan simplifikasi undang-undang yang ditindaklanjuti K/L/D sebesar 100%
Fasilitasi penguatan ruang dialog untuk pendidikan politik warga di 6 Provinsi
Menurunnya jumlah kecelakaan lalu lintas dibanding tahun sebelumnya (%)
Reformasi Birokrasi Pemerintahan
Meningkatnya Indeks kepuasan masyarakat atas mutu pelayanan persetujuan, perizinan, dan fasilitas penanaman modal di PTSP Pusat menjadi 3,2 dari skala 4
(minimal B)
Penerapan fasilitas kesehatan yang menerapkan sistem rujukan pelayanan kesehatan online (puskesmas dan RS) di puskesmas dan rumah sakit
Opini WTP bagi 25 Provinsi dan 250 Kab/Kota
Kemandirian Ekonomi dan Daya Saing Bangsa
Fasilitasi pemberdayaan KUMKM di daerah untuk mendukung revolusi mental
Peningkatan kontribusi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional menjadi sebesar 92,40%
Peningkatan pemahaman dunia usaha terkait nilai-nilai persaingan usaha yang sehat menjadi sebesar 60%
Peneguhan Jati Diri dan Karakter Bangsa
Penerapan pendidikan karakter di 12.611 SMA, 4.364 SMK dan 950 SMLB
Revitalisasi 5 taman budaya di 5 Provinsi
Terbentuknya 40 Model SRA di 20 provinsi (Provinsi Sumut, Sumbar, Sumsel, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Sulsel, Sultra, Gorontalo, Maluku, Malut, Papua, Papua Barat)
Peningkatan kualitas Pengelolaan dan Pembinaan Pendidikan di 34 Provinsi melalui penerapan kurikulum yang berlaku
Daya Rekat Sosial dalam Penyelenggaraan dialog lintas agama di 1.500 kecamatan
(36)
DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN :
Distribusi dan sertifikasi guru
Aceh 92.055 38.161 1:11 Sumut 178.927 96.015 1:18 Riau 86.416 37.912 1:16 Kepri 22.211 7.346 1:17 Sumbar 82.994 47.107 1:15 Jambi 46.501 22.302 1:15 Bengkulu 30.001 15.231 1:14 Sumsel 101.601 44.200 1:17 Lampung 178.927 96.015 1:16 Babel 15.013 7.977 1:19 DKI Jakarta 82.038 51.450 1:22 Banten 98.556 46.505 1:22 Jateng 349.653 207.041 1:17 Jabar 385.019 206.915 1:22 DIY 46.042 30.041 1:15 Jatim 406.571 231.178 1:16 Bali 48.717 28.125 1:18 NTB 73.624 31.501 1:13 NTT 88.958 26.048 1:16 Kalbar 57.949 25.347
1:18 Kalteng 39.638 19.608 1:14 Kaltara 8.904 3.476 1:16 Kalsel 52.265 26.071 1:14 Kaltim 44.595 21.811 1:16 Sulsel 127.829 67.545 1:15 Sultra 45.755 22.419 1:14 Sulut 35.472 23.403 1:15 Sulbar 21.414 8.279 1:15 Sulteng 47.219 20.289 1:14 Gorontalo 17.408 8.648 1:15 Malut 19.357 6.429 1:15 Maluku 30.906 12.212 1:14 Papua 28.086 9.414 1:22 Papua Barat 12.336 4.248 1:18
Sumber: Kemdikbud, 2015
PENYEDIAAN TUNJANGAN PROFESI GURU (TPG) TAHUN 2016 PER PROVINSI
(untuk Guru di bawah Koordinasi Kemdikbud)
Nama Provinsi
Jumlah Guru Jumlah Guru Bersertifikasi
dan menerima TPG Rasio Guru:Murid
Legenda:
Permasalahan:
1. Distribusi guru tidak merata yang ditunjukkan dengan rasio guru:murid yang sudah sangat kecil (tidak efisien).
Rasio guru:murid sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan adalah 1:32 untuk SD/MI dan 1:36 untuk SMP/MTs dan SMA/SMK/MA.
2. Selisih jumlah guru yang belum tersertifikasi masih besar dan sangat berpengaruh terhadap penambahan alokasi anggaran untuk membayar TPG.
Untuk memenuhi UU No. 14 tahun 2015 tentang Guru dan Dosen masih terdapat >
Usulan 2017:
1. Tidak menambah jumlah guru, baik PNS, maupun guru honor. 2. Penambahan sertifikasi dan tunjangan profesi guru harus dilakukan
secara sangat selektif.
(37)
DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA
PEMBANGUNAN KESEHATAN : Permasalahan Utama Pembangunan Kesehatan
31 RS 46 RS 12 RS 13 RS 19 RS 13 RS
Indikator Tipe RS Sumatera Jawa Bali Nusra Kalimantan Sulawesi Maluku
Papua Total
RS Rujukan Regional 31 RS 46 RS 12 RS 13 RS 19 RS 13 RS 110 RS RS Rujukan Nasional 3 RS 5 RS 1 RS 2 RS 2 RS 1 RS 14 RS RS Provinsi 7 RS 1 RS 2 RS 3 RS 4 RS 3 RS 20 RS
Permasalahan:
Pelayanan kesehatan masih cenderung pada upaya kuratif
Tenaga kesehatan kurang merata
Akses dan mutu pelayanan kesehatan belum optimal
Rencana 2017:
Upaya promotif & preventif lintas sektor: Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
Penempatan nakes: Nusantara Sehat di DTPK
Peningkatan kapasitas sistem rujukan RS
Rumah Sakit
RS Nasional:
14 Prov
RS Provinsi:
20 Prov
RS Regional:
33 Prov
RS Pratama:
26 Kab
Pelayanan Kesehatan
Bergerak:
128 Kab
Rencana Penempatan Tenaga Kesehatan
PTT di DTPK:
43.917 orang
Nusantara Sehat di DTPK dan DBK:
•
Berbasis tim
= 260 tim
•
Berbasis individu
= 15.150 orang
Wajib Kerja Sarjana Dokter Spesialis di luar
Pulau Jawa:
1.600 orang
(38)
Slide - 38
DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA
PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
+ Pemenuhan SPP Kota Layak Huni di 2 kab/kota
PU-PR
+ Konservasi danau dan sumber air di 2 kab/kota
PP dan PA
+ Kajian sanitasi dan air bersih yang responsif gender di 2 kab/kota
+ Sarpras air baku 11 m3/det di 2 kab/kota + IPAL kawasan di 2
kab/kota
+ IPAL komunal di 12 kab/kota
SOSIAL
+ Rehabilitasi RTLH keluarga miskin perdesaan di 3 kab/kota + Drainase di 2 kab/kota + Rehabilitasi RTLH keluarga
miskin perkotaan di 7 kab/kota + IPLT di 6 kab/kota
+ Rehabilitasi RTLH keluarga
miskin pesisir dan perbatasan di 5 kab/kota
+ TPA di 5 kab/kota
+ TPST 3R Komunal di 10 kab/kota
+ Fasilitasi SPAM PDAM di 4 kab/kota
+ SPAM Perkotaan dan Regional
+ SPAM Perdesaan
(39)
DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
KEDAULATAN PANGAN
Kementerian PUPR:
Rehabilitasi Irigasi: 77,264 ha
Pembangunan Irigasi: 105 ha
Pembangunan Waduk: 3 unit lanjutan, 1 unit baru
Pengendalian Banjir: 7,47 km
Kementerian Perdagangan:
Pembangunan pasar: 17 unit
Kementerian Pertanian:
Irigasi Tersier: 40.000 ha
Desa Mandiri Benih: 20 Desa
Budidaya jajar legowo: 534.000 Ha
BMKG:
Informasi Iklim: 1 paket
KLHK:
Pencadangan hutan untuk pangan: - ha
Kementerian Kelautan dan
Perikanan:
Pengadaan kapal: 212 Unit
Alat tangkap ikan: 6.274 unit
Benih ikan bersertifikat: 12 Juta ekor
Minapolitan: 13 lokasi
(40)
DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
Kedaulatan Energi : Rasio Elektrifikasi
Aceh 97,41% Sumut 96,68% Sumbar 90,45% Riau 92,97% Sumsel 88,30% Bengkulu 92,36% Babel 99,22% Lampung 91,10% Jakarta 99,77% Banten 98,19% Jabar Jateng 94,97% Jambi 90,78% Bali 93,33% Kalbar 90,25% Kalsel 92,52%
Kaltim & Kaltara
95,19% Sulut 93,50% Sulteng 87,82% Sulsel 93,23% Malut 96,36% Maluku 91,65% Papua 69,46% KATEGORI > 70 % 50 - 70 % < 50 %
Sulbar 87,01% Kepri 86,95% Sultra 82,79% Papua Barat 89,09% Kalteng 83,08% Gorontalo 87,32% 40
SASARAN & REALISASI RASIO ELEKTRIFIKASI NASIONAL (%)
60.000 70.000 80.000 90.000 100.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
67.15
72.95 76.56
80.51 84.35
87.35 90.2
92.75 95.15 97.35
(41)
DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
Kemaritiman dan Kelautan : Pembangunan Pelabuhan Tanjung Perak
•
Pada 2015, arus
bongkar muat
barang sebesar
16,78 juta ton, atau naik sebesar 0,85% dari
tahun 2014.
•
Khusus untuk arus
petikemas
tahun 2015 3,12 juta
TEUs, atau terjadi kenaikan sebesar 0,5% dari
Surabaya, Jawa Timur
Dermaga Mirah: lenght 640 m; draft -6 MLWS
Dermaga Jamrud Utara: lenght 1.200 m; draft -11 MLWS Dermaga Internasional TPS: lenght 1.000 m; draft -11 MLWS Dermaga Internasional TTL: lenght 500 m; draft -14 MLWS Rp 12,7 Triliun
Pembangunan Terminal Teluk Lamong (2015-2019):
Pembangunan dermaga curah kering dan penambahan dermaga peti kemas Pembangunan CY dan lapangan penumpukan curah cair
Pengadaan peralatan (STS, ASC, CTT, SC, conveyor dan docking system) Pembangunan power plant dan pengembangan sistem IT
Pengembangan Terminal Berlian (2015-2019) Pengembangan Terminal Petikemas Surabaya:
Pendalaman kolam, revitalisasi dan penambahan alat bongkar muat
Pembangunan Java Integrated Industrial & Port Estate (JIIPE), Manyar (2014-2016); Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak Eksisting:
Pengembangan terminal mirah 2015-2019 (car terminal, CY, pengadaan crane darat)
Pengadaan peralatan bongkar muat di Terminal Jamrud dan Nilam 2015-2018 (HMC, HPC, dan CC)
Pembangunan gudang di Jamrud dan storange tank di Nilam
Pengembangan Pelindo Marine Service 2015 – 2019 (pengadaan 15 unit kapal tunda)
Revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya dan Maintenance Dreging (2014-2016)
Lokasi
Rencana Kondisi Eksisting
Total Investasi
(42)
DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
Kawasan Industri: Gresik
KI GRESIK
Java Integrated Industrial & Port Estate
CPO, Alat Berat dan Otomotif Terintegrasi
dengan Pelabuhan
Luas 1,500 Ha Pelindo II & AKR
Pembebasan dan Pematangan Lahan Pembangunan Kawasan Komersial dan Perkantoran Pembangunan Pelabuhan Pembangunan Waste & Water Treatment Plant KEM PERINDUSTRIAN PEMDA KEM ATR KEM PERINDUSTRIAN Pembangunan Water Treatment Plant kapasitas 844 L/detik KEM PERINDUSTRIAN KEM PERHUBUNGAN KEM BUMN KEM PERINDUSTRIAN
INDUSTRIAL ALLOCATION
• Heavy industry
• CPO based industry
• Medium industry
• Light industry
• Automotive industry SEA PORT ALLOCATION
• Coal stockyard
• Multi purpose liquid bulk
• Container & general cargo
• car terminal
1 Nama Kawasan JIIPE
2 Investor PT. Pelindo II dan PT. AKR
3 Lokasi Kab. Gresik
4 Luas (Ha) 1.500
5 Kapasitas (Tenant) 1.119
6 Listrik (MVA) 225
7 Air Baku (l/dtk) 844
8 Tenaga Kerja (Jw) 123.750
(43)
DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
Pengembangan Pariwisata: Bromo
–
Tengger - Semeru
• Peningkatan Pelayanan di bandara
Juanda Surabaya
• Peningkatan Pelayanan Bandara
Abdurrahman Saleh Saleh melalui Pengadaan Mobil PKP-PK Foam Tender Type IV
• Angkutan umum menuju kawasan
Peningkatan pelayanan di pelabuhan Tanjung Tembaga
• Pembangunan jaringan SPAM Kawasan MBR untuk kawasan kumuh Tulusrejo dan Kota Lama Kota Malanga
• Kualitas jalan menuju kawasan
• Pembangunan Jalan Jolo Sutro – Sendang Biro
• Pembangunan Jalan Balekambang – Kedungsalam
•Core : Destinasi wisata pegunungan
•Supporting : Destinasi wisata situs peninggalan sejarah
Produk
•Utama : Malaysia, Taiwan, Singapura, Jepang, USA
•Potensial : Inggris, Hongkong, Belanda, Jerman, Brunei
Pasar
•DW : TN Gunung Bromo, Alun-alun Kota, Batu, Candi Singosari, Perkebunan teh Wororejo, TN Gunung Bromo-Tengger – Semeru, Ranu Pane, Ranu Kumboro, Ranu Klakah, Ranu Bedali, Ranu Pakis, Pantai Papuma, Pantai Bentar, Candi Semeru Agung, Candi Jabung, Kawah Ijen
•Aksesibilitas
•Udara: Bandara Internasional Juanda (Surabaya) dan Abdul Rahman Saleh (Malang)
•Laut : Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya) dan Tanjung Tembaga (Probolinggo)
•Darat : Stasiun kereta api Malang, Surabaya, Pasuruan, dan Probolinggo. Hub utama menuju pintu masuk BTS adalah Probolinggo dan Pasuruan
•Fasilitas Pariwisata (tour base) : Surabaya, Pasuruan
Komponen
Destinasi
(44)
TARGET REALISASI PMA & PMDN, EKSPOR NONMIGAS, DAN PEMBANGUNAN PASAR RAKYAT 2017
PROVINSI JAWA TIMUR
Komoditas Utama
1. Logam mulia (perhiasan)
2. Olahan tembaga
3. Produk Minyak Kelapa Sawit
Kota Blitar
Pasar Pon (Tipe A) Rp. 12 M
Kab. Probolinggo
Pasar Leces (Tipe A) Rp. 12 M
Kab. Malang
Pasar Wajak II (Tipe A) Rp. 12 M
Kab. Pamekasan
Pasar Keppo (Tipe A) Rp. 12 M
Kab. Lumajang
Pasar Rindu Agung (Tipe A) Rp. 12 M
Kab. Mojokerto
Pasar Tanjung (Tipe B)Rp. 6 M
Pasar yang sedang dibangun Th. 2016
DAK
Kab Bangkalan Kab Bojonegoro
Kab Blitar Kab Gresik
Kab Bondowoso Kab Jember
Kab Madiun Kab Jombang
Kab Magetan Kab Kediri
Kab Ngawi Kab Lamongan
Kab Pacitan Kab Malang
Kab Pamekasan Kab Mojokerto
Kab Sampang Kab Nganjuk
Kab Tulungagung Kab Pasuruan
Kab Trenggalek Kab Probolinggo
Kab Situbondo Kab Sidoarjo
Kab Lumajang Kab Tuban
Kab Ponorogo Kota Kediri
Kab Sumenep Kota Madiun
Kota Batu Kota Malang
Kota Probolinggo Kota Mojokerto
Kota Pasuruan Kab Madiun
Kota Blitar Kab Ngawi
Kab Banyuwangi
Pasar yang sedang dibangun Th. 2016
TP
Kab. Bangkalan Kab. Tuban Kab. Sampang Kab. Probolinggo Kota Malang Kab. Situbondo Kab. Pamekasan Kab. Lamongan Kab. Sidoarjo Kab. Pacitan Kab. Tulung Agung Kab. Ponorogo
Kab. Tuban
Pasar Jatirongo (Tipe B) Rp. 6 M
Kab. Jombang
Pasar Cukir (Tipe A) Rp. 12 M
Kab. Situbondo
Pasar Mimbaan (Tipe B) Rp. 6 M
Kab. Trenggalek
Pasar Panggul (Tipe B) Rp. 6 M
Kab. Pacitan
Pasar Punung (Tipe B) Rp. 6 M
Kota Blitar
Pasar Gembul (Tipe B) Rp. 6 M
Kab. Tulung Agung
Pasar Campur Darat (Tipe A) Rp. 12 M
Kab. Bondowoso
Pasar Agropolitan (Tipe B) Rp. 6 M
Kab. Ngawi
Pasar Paron (Tipe A) Rp. 12 M
Kab. Blitar
Pasar Kanigoro (Tipe B) Rp. 6 M
Kab. Banyuwangi
Pasar Induk (Tipe A) Rp. 12 M
•
Realisasi Investasi:
Rp. 84,2 Triliun
•
Kontribusi terhadap
Nasional:
13,18%
•
Nilai:
USD 18,17 miliar
•
Kontribusi terhadap
nasional:
11,87%
TARGET EKSPOR NONMIGAS
Tahun 2017
TARGET REALISASI INVESTASI
(PMA dan PMDN) Tahun 2017
(45)
DIMENSI PEMBANGUNAN ANTARWILAYAH
Konektivitas : Pembangunan Infrastruktur
(46)
DIMENSI PEMBANGUNAN ANTARWILAYAH
Konektivitas : Pengembangan Konektivitas Jalur Kereta Api Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa
BANDUNG Jawa Barat JAKARTA SERANG SURABAYA SEMARANG DKI Banten Jawa Tengah Jawa Timur YOGYAKARTADIY Merak Bogor Sukabumi Cikampek Padalarang Cirebon Banjar Kroya Tegal Purwokerto Pekalongan Solo Madiun Kertosono Blitar Malang Bangil Sidoarjo Bojonegoro Jember Banyuwangi Bojonegoro Gambringan Bojonegoro Gundih Prupuk Kutoarjo BANDUNG Jawa Barat JAKARTA SERANG SURABAYA SEMARANG DKI Banten Jawa Tengah Jawa Timur YOGYAKARTADIY Merak Bogor Sukabumi Cikampek Padalarang Cirebon Banjar Kroya Tegal Purwokerto Pekalongan Solo Madiun Kertosono Blitar Malang Bangil Sidoarjo Bojonegoro Jember Banyuwangi Bojonegoro Gambringan Bojonegoro Gundih Prupuk Kutoarjo Madiun - Wonokromo Solo - Madiun Kutoarjo - Yogya - Solo Purwokerto
-Kroya - Kutoarjo Cirebon - Prupuk Prupuk- Purwokerto Wonokromo - Surabaya CIREBON SURABAYA KROYA KUTOARJO YOGYAKARTA SOLO MADIUN
56 km 76 km 64 km 25 km 37 km
PRUPUK PURWOKERTO
75 km 27 km 59 km
PARON
70 km 40 km
MOJOKERTO WONOKROMO 7 km NGANJUK KERTOSONO 40 km 49 km
Jalur ganda KA yang telah beroperasi sampai tahun 2014 261 km Jalur ganda KA yang dalam tahap konstruksi sampai tahun 2016 171 km Rencana pembangunan jalur ganda KA tahun 2017-2019 177 km
Panjang Jalur KA Lintas Selatan Jawa (Cirebon – Yogyakarta – Surabaya) 609 km
Permasalahan
•
Secara umum permasalahan lahan dapat
ditangani, apabila dana terpenuhi di 2017, maka
2019 diharapkan dapat rampung
•
Alokasi pagu indikatif 2017 Rp. 3,5 T (termasuk
pengadaan lahan)
Tindak lanjut
•
Perlu percepatan pelaksanaan konstruksi
Gambaran Proyek
•
Dari panjang jalur sekitar 609 km, telah
beroperasi 43 %, 28 % sedang konstruksi, dan
29 % rencana akan diselesaikan di 2019
Lokasi
•
Lintas Purwokerto
–
Kroya
–
Kutoarjo,
•
Lintas Solo
–
Madiun
–
Kertosono
–
Wonokromo
•
Kebutuhan alokasi TA 2017 Rp. 5,2 Triliun
•
Kebutuhan pengadaan lahan Rp 250 Milyar
(47)
DIMENSI PEMBANGUNAN ANTARWILAYAH
Konektivitas : Pembangunan Jalan Tol
WILAYAH/TRANS Panjang
(km)
Konstruksi S.D 2014 (Km)
Rencana Dibangun dan Diopersikan (Tahun/Km)
2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL
Sumatera 2.865 301 - 5 74 73 40 192
Jawa 2.815 1.279 132 118 110 265 197 821 a. Jabodetabek 530 231 - 1 36 22 47 106 b. Trans Jawa 1.187 811 116 90 48 223 98 575 c. Non Trans Jawa 1.098 237 16 27 26 20 51 140
Kalimantan 99 37 - 10 12 11 - 33
Bali 229 10 - - - -
Sulawesi 107 25 - 4 4 6 - 14
Jakarta
Bandung Surabaya Medan
Lhokseumawe
Dumai Pekanbaru Padang Jambi
Palembang Bengkulu Lampung Balikpapan Samarinda Manado Solo Semarang SUMATERA 2.865 Km 2017:74 Km JAWA 2.815 Km 2017: 110 Km
KALIMANTAN 99 Km
2017: 12 Km SULAWESI 107 Km 2017: 4 Km
Gambaran Proyek
• Proyek prioritas untuk pembangunan jalan tol tahun 2017 meliputi tol Trans Sumatera, tol Trans Jawa, tol Cisumdawu, tol Balikpapan-Samarinda, dan tol Manado-Bitung
• Target pembangunan jalan tol 2015-2019 sesuai RPJMN adalah 1000 km. Untuk tahun 2017 target pembangunan jalan tol adalah sepanjang 200 km sehingga panjang jalan tol secara kumulatif pada tahun 2017 adalah 468 km.
NO RUAS JALAN TOL DIBANGUN PEMERINTAH PJG (KM)
1 Solo-Mantingan-Ngawi Seksi I & II 14,2 2 Ngawi-Kertosono Seksi IV 23,07 3 Cileunyi-Sumedang-Dawuan Seksi II 3,00 4 Medan-Kualanamu-Tb. Tinggi Seksi I 12,8 5 Akses Tanjung Priok 16,07 6 Manado-Bitung Seksi I 4,00 7 Balikpapan-Samarinda Seksi I & V 12,00
TOTAL 85,15
NO RUAS JALAN TOL DIBANGUN BADAN USAHA PJG (KM)
1 Pejagan-Pemalang Seksi III 10,4 2 Gempol-Pasuruan Seksi II 7,59 3 Medan-Kualanamu-Tb. Tinggi Seksi II 43,9 4 Cinere-Jagorawi Seksi II 5,50 5 Depok-Antasari Seksi I 3,61 6 Bekasi-Cawang-Kampung Melayu Seksi I 11,00 7 Ciawi-Sukabumi Seksi I 15,35 8 Bakauheuni-Terbanggi Besar** 17,00
TOTAL 114,35
Permasalahan & Tindak Lanjut
• Terdapat kebutuhan anggaran untuk pengadaan lahan TA 2016 sebesar Rp. 14,8 Triliun (diharapkan melalui APBN P 2016) dan kebutuhan untuk TA 2017 sebesar Rp.12,3 Triliun.
• Tahun 2017 rencana dibangun dan dioperasikan sepanjang 200 Km (masih dibawah target RPJMN sepanjang 253 Km dengan pertimbangan kesiapan lahan)
• Tahun 2017 dialokasikan sebesar Rp. 8 Triliun
• Jika TA 2016 Dana Lahan tidak dapat terpenuhi, maka masih terdapat kekurangan pemenuhan pendanaan lahan sebesar Rp. 19,1 Triliun
(48)
(49)
PENUTUP (1/2)
Pendekatan secara holistik, tematik, terintegrasi, dan spasial dalam perencanaan pembangunan
mampu mendukung pencapaian tujuan pembangunan mulai dari perencanaan, penganggaran,
hingga pelaksanaan.
Kementerian PPN/Bappenas (dan Bappeda) yang mempunyai kapasitas teknis dengan fungsi utama
sebagai
koordinator perencanaan lintas sektor, lintas K/L (lintas SKPD) dan lintas wilayah.
Oleh
karena itu Bappenas (Bappeda) bertindak sebagai
system integrator
dan
resource allocator
antar
K/L (SKPD) dan pemerintah daerah (pemerintah Kabupaten/Kota) agar sinergi bisa tercapai.
Untuk mendukung prioritas nasional, maka diharapkan dalam pembahasan dengan SKPD dilakukan
pendekatan:
Money follow function
diubah menjadi
Money follow program
.
Dalam arti fokus anggaran
hanya pada program-program yang sudah terbukti manfaatnya. Program-program lain akan
minimal alokasinya
Pengujian pada setiap program/kegiatan:
Apakah proyek ini perlu?
Apakah proyek ini perlu sekarang?
Apakah produksi dan tenaga kerja dalam negeri dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam
proyek ini?
(50)
Dalam pembahasan dengan masing-masing Kabupaten/Kota dan antarwilayah di Jawa Timur perlu
diperhatikan:
Pendetailan perencanaan yang lebih fokus dan terintegrasi dari program/kegiatan prioritas nasional
(lokus kegiatan/proyek berikut kesiapan yang diperlukan)
Perkuatan DAK yang
proposal based approach
dengan lebih meningkatkan keterkaitan alokasi DAK
dengan pencapaian sasaran-sasaran program/proyek prioritas nasional
Pengenalan perencanaan berbasis sistem integrasi untuk Kabupaten/Kota
Oleh karena itu, Bappeda memiliki peran yang sangat penting dalam pengalokasi anggaran untuk
kegiatan prioritas pembangunan nasional. Pola alokasi anggaran tidak semata-mata atas usulan SKPD
berdasarkan Tugas dan Fungsi, namun berdasarkan prioritas program yang bermanfaat untuk
mendukung pencapaian sasaran agenda prioritas pembangunan.
(51)
JADWAL PENYUSUNAN RKP 2017
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nov
Des
•Sinkronisasi Data Dokumen Perencanaan dan Penganggaran
•Penetapan Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan
•Sidang Kabinet Rancangan Awal RKP & Pagu Indikatif
•SKB MPPN/Ka Bappenas tentang dan MenKeu tentang Rancangan Awal RKP dan Pagu Indikatif
•Rakorbangpus
Multi – Pihak
Tiga Pihak
•Penyusunan Rencana Kerja K/L
•Musrenbangprov
•Rangkaian Musrenbangnas
•Sidang Kabinet Rancangan Akhir RKP
•Perpres RKP
•Penelaahan RKA-KL
•Penyusunan Draft Nota Keu dan RUU APBN
•Rancangan RKP
•Penyampaian Rancangan RKP dan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal ke DPR
•Pembicaraan Pendahuluan
• Lanjutan Pertemuan Tiga Pihak
• SKB MPPN/Ka. Bappenas dan MenKeu tentang Pagu Anggaran K/L
•Ratas Kerangka Ekonomi Makro dan Resource Envelope
•Kepres Alokasi Anggaran
•Finalisasi DIPA
•Kepres APBN
•Kepres RKP
•Pembahasan Nota Keuangan dan RUU APBN
•Penetapan UU APBN
•Surat Menkeu tentang Kesepakatan
Pemerintah - DPR
•Penelaahan RKA K/L
•Penyampaian dan Pembahasan Nota Keuangan dan RUU APBN
(52)
(53)
(54)
Arah Kebijakan
Penegakan Hukum dan Kelembagaan Politik
1. Penegakan hukum dan disiplin aparat Pemerintah, penegak hukum dan masyarakat
2. Harmonisasi dan simplifikasi peraturan perundangan untuk mendorong kreatifitas masyarakat
3. Penanganan perkara yang transparan dan memuaskan 4. Pendidikan dan penghormatan etika dalam berpolitik Reformasi Birokrasi Pemerintahan
1. Layanan publik prima (cepat, mudah, ringkas , transparan, dan Birokrasi yang responsif)
2. Program Pembangunan dan belanja pemerintah didasarkan azas manfaat, bermutu, efisien dan efektif
3. Penerapan disiplin, reward & punishment dan sistem merit dalam birokrasi
Peningkatan Kemandirian Ekonomi dan Daya Saing Bangsa
1. Peningkatan Etos Kerja (kerja keras, kreatif , dan professional) serta mendorong semangat inovasi dan kewirausahaan
2. Penumbuhan budaya konsumen cerdas dan cinta produk dalam negeri
3. Internalisasi nilai-nilai persaingan yang sehat (cooperate and compete, bekerja berorientasi hasil bermutu dan nilai tambah)
Peneguhan Jati Diri dan Karakter Bangsa
1. Pendidikan berbasis karakter (percaya diri, disiplin, jujur dan kerja keras)
2. Lingkungan pendidikan yang menyenangkan dan bebas dari intimidasi
dan kekerasan (bullying free school environment)
3. Pendidikan agama dan etika yang mengajarkan akhlak mulia (keutuhan keluarga, kesalehan sosial, dan toleransi)
4. Peningkatan jiwa patriot, suka menolong, dan cinta tanah air Peningkatan Peran Lembaga, Keluarga dan Media Publik
1. Ruang publik yang ramah dan bebas dari penyebaran kebencian
REVOLUSI MENTAL
Sasaran dan Arah Kebijakan
Sasaran
2014 (Baselin
e)
2015 2016 2017 2019
1. Meningkatnya Integritas
Indeks Perilaku Anti Korupsi (Skala 1-5) 3,61 3,59 3,63 3,70 3,75
Indeks Penegakan Hukum Berkualitas (Skala 0-1) 0,3 0,4 0,4 0,4 0,4
Persentase aparatur Pemerintah/ Penegak Hukum yang mendapat sanksi
karena melanggar disiplin dan/atau pelanggaran hukum *) *) *) *) *)
Persentase kepuasan publik atas penanganan perkara 50% 55% 60% 75% 90%
Efektivitas pendidikan karakter di sekolah dan perguruan tinggi *) *) *) *) *)
Peningkatan kualitas, penurunan beban dan jumlah peraturan
perundang-undangan *) *) *) *) *)
Efektivitas belanja pemerintah (manfaat, biaya dan kualitas) *) *) *) *) *) 2. Meningkatnya Etos Kerja
Peningkatan kualitas pelayanan publik di K/L, Legislatif, dan Pemerintah
Daerah *) *) *) *) *)
Peningkatan produktivitas masyarakat (efisiensi dunia usaha, jumlah
wiraswasta, hasil riset, publikasi ilmiah) n.a 50.000 Orang
Tunjangan profesi guru yang berbasis kinerja *) *) *) *) *)
Peningkatan kontribusi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah
tangga nasional n.a 92,3% 92,5% 92,7% 93,1%
Peningkatan semangat persaingan yang sehat (cooperate and compete) n.a 40% 50% 60% 75%
Perilaku hidup bersahaja, hemat, bersih dan sehat 30% 40% 50% 60% 80%
3. Meningkatnya Gotong Royong
Indeks Pembangunan Masyarakat (toleransi, gotong royong, rasa aman) 0,55
(2012) *) *) *) *)
Berkurangnya jumlah konflik/kekerasan di kalangan masyarakat - <5 <5 <5 <5
Persentase ruang publik bermuatan negatif (penyebar kebencian,
radikalisme dan pornografi) 100% 100% 100% 100% 100%
(55)
REVOLUSI MENTAL
Perencanaan Terintegrasi
(56)
REVOLUSI MENTAL
Ilustrasi Perencanaan Terintegrasi Penegakan Hukum dan Kelembagaan Politik
(57)
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
Sasaran dan Arah Kebijakan
Sasaran 2014
(Baseline) 2015 2016 2017 2019
Rata-rata lama sekolah penduduk usia di atas 15 tahun 8,2
tahun 8,3 tahun 8,5 tahun 8,6 tahun 8,8 tahun
Rata-rata angka melek aksara penduduk usia di atas 15
tahun
94,1% (2013)
94,8% 95,1% 95,4% 96,1 %
Prodi perguruan tinggi minimal berakreditasi B 50,4%
(2013)
55,9% 58,8% 61,8% 68,4 %
Persentase SD/MI berakreditasi minimal B 68,7% 73,9% 76,5% 79,0% 84,2%
Persentase SMP/MTs berakreditasi minimal B 62,5% 68,7% 71,8% 74,8% 81,0%
Persentase SMA/MA berakreditasi minimal B 73,5% 77,2% 79,1% 80,9% 84,6%
Pesentase Kompetensi Keahlian SMK berakreditasi minimal
B
48,2% 53,8% 56,6% 59,4% 65,0%
Rasio APK SMP/MTs antara 20% penduduk termiskin dan
20% penduduk terkaya
0,85 (2012)
0,86 0,87 0,88 0,90
Rasio APK SMA/SMK/MA antara 20% penduduk termiskin
dan 20% penduduk terkaya
0,53 (2012)
0,58 0,58 0,59 0,60
Nilai Test PISA dan Ranking (dari 65 Negara) **
- Matematika (Ranking 64 dari 65 Negara) - Sains (Ranking 64 dari 65 Negara)
- Membaca (Ranking 60 dari 65 Negara)
(2012) 375 382 396 n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. (2018) 427; 50 438; 50 446; 45
Tingkat integritas Lingkungan Pendidikan -SD-PT- (tidak
menyontek, bebas dari jual beli ijazah, sertifikat palsu, plagiarisme).
n.a.* n.a.* n.a.* n.a.* n.a.*
Persentase Pendidikan menyenangkan dan bebas intimidasi
dan kekerasan (bullying free environment).
n.a.* n.a.* n.a.* n.a.* n.a.*
Kurikulum dan Proses pembelajaran yang progresif sesuai
kebutuhan zaman.
n.a.* n.a.* n.a.* n.a.* n.a.*
Pendidikan Agama dan etika yang menumbuhkan Akhlak
Mulia.
n.a.* n.a.* n.a.* n.a.* n.a.*
Arah Kebijakan:
1. Meningkatkan akses dan kualitas layanan pendidikan dasar, serta memperluas dan meningkatkan
pemerataan, akses, kualitas dan relevansi pendidikan menengah
2. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penguatan penjaminan mutu pendidikan, pengembangan kurikulum dan pelaksanaannya, serta penguatan sistem penilaian pendidikan yang komprehensif dan kredibel
3. Meningkatkan profesionalisme, kualitas, pengelolaan dan penempatan guru
4. Revitalisasi LPTK secara menyeluruh untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan keguruan
5. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan masyarakat dan layanan pendidikan anak usia dini 6. Meningkatkan kualitas pendidikan vokasi serta
pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja 7. Meningkatkan akses, kualitas, relevansi, dan daya
saing pendidikan tinggi
Keterangan: *) Akan diarusutamakan dan merupakan Indikator Kinerja Kunci Revolusi Mental
Kebijakan Terkait Revolusi Mental
1. Meningkatkan kualitas dan efektivitas pendidikan
karakter dan budaya bangsa
2. Lingkungan pendidikan yang berintegritas, bebas
intimidasi dan kekerasan
(58)
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
Perencanaan Terintegrasi
(59)
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
Penyediaan Guru yang Berkualitas dan Merata
(60)
PEMBANGUNAN KESEHATAN
Sasaran dan Arah Kebijakan
Arah Kebijakan
1. Memperkuat upaya promotif dan preventif
2. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan
• Pembiayaan kesehatan.
• Penyediaan, distribusi, dan mutu
farmasi, alkes, dan makanan
• Penguatan pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan
• Penguatan sistem informasi,
manajemen dan litbang kesehatan
• Penyediaan, persebaran dan kualitas
SDM kesehatan
3. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat 4. Meningkatkan pelayanan keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi Kebijakan terkait Revolusi Mental:
Meningkatkan respons pelayanan
kesehatan (cepat, tepat, bersahabat)
Efektivitas program preventif (Gerakan
Masyarakat Sehat)
Penegakan hukum dan disiplin (etika
kedokteran, standar rumah sakit, dll)
No Sasaran Baseline
(2014) 2015 2016 2017 2019
1 Meningkatnya Status Kesehatan Ibu, Anak dan Gizi Masyarakat
a. Menurunnya Angka kematian ibu (AKI), diukur dengan proksi: 346
(SP, 2010) n.a n.a n.a 306
• Persalinan di fasilitas kesehatan (persen) 70,4 (2013) 75,0 77,0 79,0 85,0
• Kunjungan Antenatal (K4) (persen) 70,4 (2013) 72,0 74,0 76,0 80,0
b. Menurunnya Angka kematian bayi (AKB), diukur dengan proksi: 32 (2012) n.a n.a n.a 24
• Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) (persen) 71,3 (2013) 75,0 78,0 81,0 90,0
c. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak
baduta (bawah dua tahun) (persen) 32,9 (2013) 31,3 30,5 29,6 28,0
d. Angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) 2,60 (2012) 2,37 2,36 2,33 2,28
2 Menurunnya Penyakit Menular dan Tidak Menular
a. Prevalensi HIV (persen) 0,46 (2014) <0,5 <0,5 <0,5 <0,5
b. Prevalensi Tuberkulosis per 100.000 penduduk 297 (2013) 280 271 262 245
c. Prevale si erokok pada usia ≤ 18 tahu perse 7,2 (2013) 6,9 6,4 5,9 5,4
d. Prevalensi tekanan darah tinggi (persen) 25,8 (2013) 25,0 24,6 24,2 23,4
e. Prevalensi obesitas pada penduduk usia 18+ tahun (persen) 15,4 (2013) 15,4 15,4 15,4 15,4
3 Meningkatnya Perlindungan Finansial
a. Penduduk yang menjadi peserta BPJS-Kesehatan (persen) 51,8
(Okt, 2014) 60,0 68,0 77,0 Min. 95
4 Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan a. Jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang
tersertifikasi akreditasi nasional 10 (2014) 94 190 287 481
b. Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80 persen imunisasi
dasar lengkap pada bayi 71,2 (2013) 75,2 80,2 85,2 95,2
c. Jumlah puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga
kesehatan 1.015 (2013) 1.200 2.000 3.000 5.600
(61)
PEMBANGUNAN KESEHATAN
Perencanaan Terintegrasi
(62)
PEMBANGUNAN KESEHATAN
Penguatan Promotif dan Preventif Gerakan Masyarakat Sehat
(63)
Sasaran 2014
(BASELINE) 2015 2016 2017 2019
Akses Air Minum Layak 70% 70,25% 77% 84% 100%
Akses Sanitasi Layak
69,42% Akses Layak: 61,08% Akses Dasar: 8,34% 72,2% Akses Layak: 62,4% Akses Dasar: 9,8% 77,4% Akses Layak: 66,3% Akses Dasar: 11,1% 83,2% Akses Layak: 70,7% Akses Dasar: 12,4% 100% Akses Layak: 85% Akses Dasar: 15% Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan 38.431 Ha (Kondisi kumuh 100%) 38.431 Ha (Kondisi kumuh 85%) 38.431 Ha (Kondisi kumuh 70%) 38.431 Ha (Kondisi kumuh 45%) 38.431 Ha (Kondisi kumuh 0%) Kekurangan Tempat Tinggal (Backlog)
Berdasarkan Perspektif Menghuni *
7,6 Juta 7 Juta 6,5 Juta 6 Juta 5 Juta
Arah Kebijakan:
1. Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan
rendah terhadap hunian yang layak, aman, dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai
2. Menjamin ketahanan air melalui peningkatan
pengetahuan perubahan sikap dan perilaku dalam pemanfaatan air minum
dan pengelolaan sanitasi
3. Penyediaan infrastruktur produktif dan
manajemen layanan melalui penerapan manajemen asset
4. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi
yang dilakukan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat
5. Peningkatan Efektivitas dan efisiensi pendanaan
infrastruktur air minum dan sanitasi
PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
Sasaran dan Arah Kebijakan
Kebijakan terkait Revolusi Mental:
1. Masyarakat peduli lingkungan (Reduce, Reuse,
Recycle;hemat air, penangan sampah, lingkungan sanitasi bersih dan sehat)
2. Penegakan hukum dan disiplin (tata ruang,
(64)
PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
Perencanaan Terintegrasi
(65)
PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
Fasilitasi Penyediaan Hunian Baru dan Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU) Pendukung
LEVEL 2
(66)
Sasaran 2014
(baseline) 2015 2016 2017 2019
Produksi DN untuk Kedaulatan Pangan
Produksi Pangan Utama:
- Padi (Juta Ton) 70,6 75,0 76,2 77,0 82,0
Produksi Pangan Lainnya/Diversifikasi Pangan:
- Jagung (Juta Ton) 19,1 19,8 21,4 22,4 24,1
- Kedelai (Juta Ton) 0,92 0,98 1,50 1,90 2,60
- Produksi Gula (Juta Ton) 2,6 2,6* 2,8 3,0 3,8
Produksi Sumber Protein:
- Daging Sapi (Juta Ton) 0,45 0,42* 0,59 0,64 0,76
- Ikan (Juta ton) 10,6 13,6 14,8 16,0 18,8
Pembangunan, Peningkatan dan Rehabilitasi Irigasi:
- Pembangunan Jaringan irigasi air permukaan , air tanah dan rawa (Juta ha, kumulatif)
8,90 9,08 9,17 9,52 9,89
- Rehabililtasi dan Peningkatan jaringan irigasi permukaan, air tanah dan rawa (Juta ha)
2,71
(2010-2014) 0,48** 0,30** 0,64**
3,01 (2015-2019) - Pembangunan irigasi tambak (Ribu ha,
kumulatif) 189,75 195,58 203,48 229,45 304,75
- Pembangunan waduk (groundbreaking)
16
(on going) 13 8 9
49 (2015-2019)
Untuk 3 tahun pertama: fokus pada swasembada padi
* Angka Sementara; ** Angka Tahunan
Arah Kebijakan:
1. Peningkatan ketersediaan pangan melalui penguatan kapasitas produksi DN: Padi: (i) penyelesaian pengamanan lahan
berkelanjutan (menahan konversi sawah) dan perluasan sawah
baru 1 juta ha dan jaringan irigasi; (ii) revitalisasi penyuluhan dan sistem perbenihan-1.000 desa berdaulat benih dan 1.000 desa pertanian organik
2. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan: (i)
pembangunan gudang dengan fasilitas pasca panen; pengendalian pengaturan impor yang efektif; (ii) penguatan cadangan pangan dan stabilisasi harga pangan; (iii) pengembangan sistem logistik ikan
3. Meningkatkan perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat: (i) konsumsi protein: telur, ikan, dan daging, sayur dan buah; (ii) penggunaan pangan lokal non beras
4. Mitigasi gangguan terhadap kedaulatan pangan: benih adaptif perubahan iklim, sekolah iklim dan asuransi pertanian
PEMBANGUNAN KEDAULATAN PANGAN
Sasaran dan Arah Kebijakan
Kebijakan terkait Revolusi Mental:
1. Penurunan pemborosan air, pupuk, pestisida serta Food Waste
di meja makan
2. Mendorong kreativitas dan inovasi
3. Mendorong diversifikasi produksi/konsumsi pangan yang sehat 4. Penegakan hukum dan disiplin
(67)
PEMBANGUNAN KEDAULATAN PANGAN
Perencanaan Terintegrasi
(68)
PEMBANGUNAN KEDAULATAN PANGAN
Perencanaan Terintegrasi Peningkatan Produksi Padi
(69)
Arah Kebijakan:
1. Meningkatkan produksi energi primer (minyak, gas dan batubara): lapangan baru, IOR/EOR, pengembangan gas non konvensional (shale gas dan CBM)
2. Meningkatkan Cadangan Penyangga dan Operasional Energi: (i) cadangan energi pemerintah; (ii) pengadaan kontrak jangka menengah dan panjang untuk Sumber Daya energi
3. Meningkatkan peranan energi baru terbarukan dalam bauran energi: (i) insentif, pemberian subsidi, dan harga yang tepat; (ii) pemanfaatan bahan bakar nabati
4. Meningkatkan Aksesibilitas: (i) mendorong penggunaan Sumber Daya energi untuk penggunaan setempat; (ii) pemanfaatan gas kota; (iii) konversi BBM ke BBG
5. Peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi: (i)
pengembangan insentif dan mekanisme pendanaan untuk
teknologi hemat/efisiensi energi; (ii) audit energi; (iii) peningkatan peran perusahaan layanan energi (ESCO)
6. Meningkatkan pengelolaan subsidi energi yang lebih transparan dan tepat sasaran
7. Pemanfaatan optimum Sumber Daya Energi Terbarukan
Sasaran 2014
(baseline) 2015 2016 2017 2019
Rasio Elektrifikasi 84,1% 88,5% 90,2% 91,1% 96,6%
Konsumsi Listrik Perkapita (Kwh) 843 914 985 1.058 1.200
Peningkatan Produksi Sumber Daya Energi:
Minyak Bumi (ribu BM/hari) 789 788 830 780 700
Gas Bumi (ribu SBM/hari) 1.455 1.194 1.155 1.175 1.295
Batubara (juta Ton) 458 393 419 413 400
Penggunaan Dalam Negeri (DMO):
Gas bumi Dalam Negeri 57% 59% 61% 62% 64%
Batubara Dalam Negeri 16,6% 20,3% 26,5% 29,3% 60,0%
Pembangunan FSRU/ Regasifikasi
(unit) 2 1 2 1 2
Jaringan pipa gas (kumulatif, km) 11.960 13.458 15.330 15.364 18.322
Pembangunan SPBG (unit) 13 18 30 25 15
Jaringan gas kota (lokasi/SR)) * 5/16.949** 2/8.000** 33/121.000 46/271.500 48/374.000
Porsi EBT dalam Bauran Energi (%) 6 10 13 15 16
* Merupakan target tahunan: 2014 dan 2015 angka realisasi. Peningkatan sambungan rumah termasuk kerjasama dengan
PEMBANGUNAN KEDAULATAN ENERGI
Sasaran dan Arah Kebijakan
Kebijakan terkait Revolusi Mental:
1. Penguatan tata kelola (good governance) sumberdaya energi
2. Pemanfaatan energi secara efisien
3. Pelayanan BUMN energi yang memuaskan pelanggan 4. Penambangan yang ramah lingkungan
(70)
PEMBANGUNAN KEDAULATAN ENERGI
Perencanaan Terintegrasi
(71)
PEMBANGUNAN KEDAULATAN ENERGI
Perencanaan Terintegrasi Pembangunan EBT dan Konservasi Energi
(1)
PENINGKATAN EKSPOR NON-MIGAS
Perencanaan Terintegrasi
LEVEL 1
(2)
REFORMASI BIROKRASI
Perencanaan Terintegrasi
LEVEL 2
(3)
REFORMASI FISKAL
Sasaran dan Arah Kebijakan
(4)
REFORMASI FISKAL
Sasaran dan Arah Kebijakan
(5)
REFORMASI FISKAL
Perencanaan Terintegrasi
LEVEL 1
(6)
REFORMASI FISKAL
Perencanaan Terintegrasi
LEVEL 2