GAMBARAN KETERSEDIAAN SANITASI DASAR DI

GAMBARAN KETERSEDIAAN SANITASI DASAR DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA AL-AZHAR CITANGKOLO DESA KUJANGSARI KOTA BANJAR TAHUN 2016

Di susun oleh :

Atika Febriani P

26.13 1018 2012 Didi Suryana

26.08 1005 2012 Anjar Puspitaningrum

26.08 1007 2012 Reyhan Calabro

26.24 1046 2012 Depy Itasari

26.34 1072 2012 Fuchsia Firdausi Zein

26.48 1105 2012 Siti Sahara Andiyanti

PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Stase IKAKOM 1 pada Kepaniteraan Klinik Program Studi Kedokteran

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

GAMBARAN KETERSEDIAAN SANITASI DASAR DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA AL-AZHAR CITANGKOLO DESA KUJANGSARI KOTA BANJAR TAHUN 2016

Atika Febrian P, Didi Suryana, Anjar Puspitaningrum, Reyhan Calabro, Depy Itasari, 1 Fuschsia Firdausi Zein, Siti Sahara Andiyanti 2 , Mamik Setiyawati

1. Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta 2. Pembimbing klinik mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

ABSTRAK

Latar Belakang : Sanitasi lingkungan adalah kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan yang optimum juga. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sanitasi dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al- Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016.

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Al-Azhar

Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar wilayah kerja Puskesmas Langensari 1 pada bulan Maret – 16 April 2016 dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi.

Hasil : Ketersediaan sanitasi dasar Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar masih belum memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan Dinas Kesehatan Kota Banjar. Setiap Pondok Pesantren seharusnya memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan sanitasi mulai dari persyaratan kesehatan lingkungan, persyaratan kesehatan bangunan dan fasilitas sanitasi.

Kesimpulan : Ketersediaan sanitasi dasar Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar masih belum memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan Dinas Kesehatan Kota Banjar mulai dari persyaratan kesehatan lingkungan, persyaratan kesehatan bangunan dan fasilitas sanitasi.

Kata Kunci : Sanitasi dasar, Pondok Pesantren

DESCRIPTION OF AVAILABILITY OF BASIC SANITATION IN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA AL-AZHAR CITANGKOLO, KUJANGSARI VILLAGE, BANJAR CITY 2016

Atika Febrian P, Didi Suryana, Anjar Puspitaningrum, Reyhan Calabro, Depy Itasari, 1 Fuschsia Firdausi Zein, Siti Sahara Andiyanti 2 , Mamik Setiyawati

1. Medical student of the faculty of medication and health Universitas of Muhammadiyah Jakarta. 2. Clinical Instructor of Medical student of the faculty of medication and health Universitas of

Muhammadiyah Jakarta.

ABSTRACT

Background: Environmental sanitation is a condition or state of optimum environment that positively affects the health status of optimum well. The scope of environmental health, among others: housing, disposal of human waste (faeces), water supply, garbage disposal, sewage (wastewater), house farm animals (cage), etc.

Objective : This study aims to describe basic sanitation in Islamic Boarding School Miftahul Huda Al- Azhar Citangkolo, Kujangsari, Banjar 2016.

Methods: This study using descriptive qualitative method and the cross sectional approach. The study was conducted in Islamic Boarding School Miftahul Huda Al-

Azhar Citangkolo, Kujangsari, Banjar Puskesmas Langensari in 1 March - 16 April 2016 by conducting in depth interviews and observation.

Results: The availability of basic sanitation Islamic boarding school Miftahul Huda Al- Azhar Citangkolo Kujangsari Banjar still does not meet the requirements that have been defined Banjar City Health Office. Each Islamic boarding school should meet the requirements relating to sanitation ranging from environmental health requirements, health requirements of building and sanitary facilities.

Conclusion: The availability of basic sanitation Islamic boarding school Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kujangsari Banjar still does not meet the requirements that have been defined Banjar City Health Office ranging from environmental health requirements, health requirements of building and sanitary facilities.

Keywords: Basic Sanitation, Islamic boarding school.

PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

Gambaran Ketersediaan Sanitasi Dasar Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar

Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016

Telah disusun dan dipersiapkan oleh:

Atika Febriani P

Didi Suryana

Anjar Puspitaningrum

Reyhan Calabro

Depy Itasari

Fuchsia Firdausi Zein

Siti Sahara Andiyanti

TELAH DIUJI DAN DIPERTAHANKAN DIHADAPAN DEWAN PENGUJI

..... April 2016

Susunan Dewan Penguji

Pembimbing Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjar

(dr. Mamik Setiyawati) (H. Oman Rohman, S.Sos. M.Kes)

LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui untuk diajukan pada sidang penelitian pada Program Studi Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Pada hari : senin

Tanggal : 24 April 2016

Pembimbing Utama

(dr.Mamik Setiyawati)

13

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa penelitian ini bukan karya yang pernah diajukan atau karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Banjar, April 2016

Team Peneliti

14

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil „alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang masih memberikan nikmat sehat, iman, dan islam sehingga dengan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penelitian yang berjudul “Gambaran Ketersediaan Sanitasi Dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo ” disusun sebagai salah satu syarat untuk meyelesaikan stase IKAKOM 1 dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta pada Program Studi Kedokteran.

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Mamik Setiyawati sebagai dokter pembimbing

2. Seluruh staff Puskesmas Langensari 1

3. Informan di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini

4. Teman-teman yang telah memberikan bantuan dan dukungan.

Dalam penulisan penenelitian ini tentu saja masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna oleh karena itu dengan segala kemudahan hati saran, dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

Alhamdulillahirabbil‟alamin skripsi ini telah selesai, semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Banjar, April 2016

Team Penulis

PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

Gambaran Ketersediaan Sanitasi Dasar Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar

Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016

Telah disusun dan dipersiapkan oleh:

Atika Febriani P

Didi Suryana

Anjar Puspitaningrum

Reyhan Calabro

Depy Itasari

Fuchsia Firdausi Zein

Siti Sahara Andiyanti

TELAH DIUJI DAN DIPERTAHANKAN DIHADAPAN DEWAN PENGUJI

..... April 2016

Susunan Dewan Penguji

Pembimbing Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjar

(dr. Mamik Setiyawati) (H. Oman Rohman, S.Sos. M.Kes)

LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui untuk diajukan pada sidang penelitian pada Program Studi Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Pada hari : senin

Tanggal : 24 April 2016

Pembimbing Utama

(dr.Mamik Setiyawati)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa penelitian ini bukan karya yang pernah diajukan atau karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Banjar, April 2016

Team Peneliti

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil „alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang masih memberikan nikmat sehat, iman, dan islam sehingga dengan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penelitian yang berjudul “Gambaran Ketersediaan Sanitasi Dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo ” disusun sebagai salah satu syarat untuk meyelesaikan stase IKAKOM 1 dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta pada Program Studi Kedokteran.

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

5. Dr. Mamik Setiyawati sebagai dokter pembimbing

6. Seluruh staff Puskesmas Langensari 1

7. Informan di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini

8. Teman-teman yang telah memberikan bantuan dan dukungan.

Dalam penulisan penenelitian ini tentu saja masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna oleh karena itu dengan segala kemudahan hati saran, dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

Alhamdulillahirabbil‟alamin skripsi ini telah selesai, semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Banjar, 2016

Penulis

20

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ....................................................................... 139 Lampiran 2 Surat Penelitian ............................................................................... 140 Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Informan ......................................... 141 Lampiran 4 Lembar Pernyataan Bersedia Menjadi Informan ............................ 142 Lampiran 5 Formulir Penilaian Hygiene Sanitasi Pondok Pesantren ................ 143 Lampiran 6 Transkrip Hasil Wawancara Ketersediaaan Sanitasi Dasar di Pondok

Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016 ...................................................................................... 148

Lampiran 7 Riwayat Hidup Peneliti ................................................................... 165

29

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha peningkatan kesehatan lingkungan yang umumnya dikenal dengan sebutan sanitasi merupakan salah satu tindakan yang dimaksud untuk pemeliharaan

Pengertian sanitasi menurut WHO adalah suatu usaha yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan,

dan kelangsungan hidup. (2) Sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan lingkungan

yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan yang optimum juga. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak

(kandang) dan sebagainya. (3) Di Indonesia sendiri masalah sanitasi terutama sanitasi lingkungan menjadi

salah satu masalah yang masih sulit untuk diatasi. Sebagai bukti dapat dilihat dari jumlah masyarakat indonesia yan hidup dalam sanitasi yang buruk. Terdapat 72.500.000 jiwa yang hidup dalam sanitasi yang buruk, dimana penyebaran masyarakat dengan sanitasi yang buruk ini tersebar 18,2% di perkotaan dan 40% di pedesaan. Kementrian kesehatan menjelaskan bahwa di Indonesia terdapat 266 kota yang masih bermasalah dengan pengelolahan air limbah, 240 kota menghadapi masalahpengelolaan sampah, serta 100 kota masih bermasalah dengan drainase.

Sedangkan kota yang bermasalah dengan ketiganya sebanyak 52 kota. (4) Berdasarkan laporan dari PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) Indonesia

menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan sanitasi yang buruk. Dimana

dengan negara-neagara berkembang lainnya. (5) Dari permasalahan sanitasi ini lah maka di Indonesia banyak sekali penyakit-

penyakit yang disebabkan oleh sanitasi terutama sanitasi yang buruk. Penyakit infeksi seperti diare, tifoid, penyakit kulit, penyakit kecacingan, dan lain-lain. (6)

Perkiraan kasus kesakitan pertahun di Indonesia akibat sanitasi buruk adalah penyakit diare sebesar 72%, kecacingan 0,85%, scabies 23%, trakhoma 0,14%, Hepatitis A 0,57%, Hepatitis E 0,02% dan malnutrisi 2,5%, sedangkan kasus kematian akibat sanitasi buruk adalah diare sebesar 46%, kecacingan 0,1%, scabies

1,1%, Hepatitis A 1,4% dan Hepatitis E 0,04%. (7) Pondok pesantren merupakan salah satu tempat pendidikan di Indonesia saat

ini berjumlah kurang lebih 40.000. Penyakit menular berbasis lingkungan dan perilaku seperti penyakit kulit masih merupakan masalah kesehatan yang juga dapat

ditemukan di pondok pesantren. (8) Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam

menerima pelajaran-pelajaran agama islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya. Selama ini yang berkembang di masyarakat adalah pondok pesantren merupakan tempat kumuh, kondisi lingkungannya tidak sehat, dan pola kehidupan yang ditunjukkan oleh santrinya seringkali kotor, lusuh dan sama seklai ditinggalkan oleh para santri, yaitu kebiasaan tidur hingga lupa waktu dan pola hidup kotor karena rasa malas untuk bersih-bersih. Santri pesantren gemar sekali bertukar/pinjam-meminjam pakaian, handuk, sarung bahkan bantal, guling, dan

ISPA. (9) Beberapa penyakit yang akan ditemukan pada keadaan sanitasi lingkungan

yang kurang bersih dan kebersihan diri perorangan yang buruk, antara lain skabies, malaria, demam berdarah dengue (DBD) (10),(11)

Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Menurut Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2006 penyakit kulit dan jaringan subkutan berdasarkan prevalensi 10 penyakit terbanyak pada masyarakat Indonesia menduduki peringkat kedua setelah infeksi saluran pernapasan akut dengan jumlah sebanyak 501.280 kasus (3,16%). Selain itu, menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi penyakit kulit seperti skabies di Indonesia sebesar 4,60-12,95% dan

skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. (12)

Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) Kementrian Kesehatan 2010 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit kulit seperti dermatitis di Jawa Barat cukup tinggi, yaitu sebesar 92,7%. Menurut Handoko, angka kejadian penyakit kulit

seperti skabies tertinggi di Jawa Barat dan terendah di Sumatera Utara. (13) Pondok Pesantren aktif yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas

langensari 1, yaitu Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar merupakan salah satu pesantren terbesar yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Langensari 1. Pos kesehatan Pesantren (Poskestren) merupakan salah satu program promosi kesehatan yang diadakan di Pondok Pesantren, namun program tersebut tidak berjalan sesuai yang diharapkan karena kurangnya sumber daya manusia/kader yang melanjutkan kegiatan poskestren, suatu perilaku sadar akan pentingnya sanitasi yang sangat mendukung kesehatan jasmani sehingga

masalah kesehatan santri yang diakibatkan sanitasi lingkungan yang meningkat.

Bedasarkan data dari Badan Pengobatan Umum Puskesmas Langensari 1 pada tahun 2014 jumlah pasien dari Pondok Pesantren Al-Azhar citangkolo sebanyak 155 orang. Dari 155 santri yang berobat 40 orang menderita penyakit kulit dengan persentase 25%, lalu pada tahun 2015 jumlah pasien dari Pondok Pesantren Al- Azhar citangkolo sebanyak 194 orang dimana santri yang mengalami penyakit kulit adalah 59 orang dengan persentase 30%. Dari data ini dapat diketahui bahwa angka kejadian penyakit kulit di Pondok Pesantren mengalami peningkatan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran sanitasi dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al- Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran sanitasi dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al- Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran kesehatan lingkungan meliputi lokasi dan lingkungan termasuk halaman di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016.

b. Untuk mengetahui gambaran kesehatan bangunan yang meliputi lantai, dinding, atap dan talang, langit-langit, tangga, pintu, jendela, pencahayaan, kondisi ruang, kamar tidur dan ventilasi di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016.

c. Untuk mengetahui gambaran fasilitas sanitasi yang meliputi air bersih, tempat wudhu, sarana pembuangan air limbah, toilet/kamar mandi/urinoir, sarana pembuangan sampah, ruang makan, dapur dan bebas jentik nyamuk di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

a. Dinas Kesehatan Kota Banjar

Memberikan informasi gambaran ketersediaan sanitasi dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar terkait peningkatan kejadian penyakit kulit menular di Pondok Pesantren.

b. Puskesmas Langensari 1 Kota Banjar

1. Mendapatkan data tambahan mengenai sanitasi dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar.

2. Memberikan masukan bagi Puskesmas Langensari 1 mengenai upaya untuk meningkatkan sanitasi dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar.

c. Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar. Memberikan masukan bagi instansi Pondok Pesantren Miftahul Huda Al- Azhar Citangkolo Kota Banjar mengenai upaya untuk meningkatkan sanitasi dasar.

d. Peneliti Menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan khususnya mengenai sanitasi lingkungan dan dampaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

A. Tinjauan Pustaka

1. Sanitasi

a. Definisi sanitasi

Menurut WHO sanitasi adalah suatu usaha yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan,

dan kelangsungan hidup. (2) Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk

menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan manusia. (14)

b. Upaya Sanitasi Dasar

Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air

limbah. (14)

1. Penyediaan Air Bersih Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak diperhatikan maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu kesehatan manusia. untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari

kegiatan industri dan kegiatan lainnya. (15) Berdasarkan

Kesehatan RI No. 416/MenKes/Per/IX/1990, yang dimaksud air bersih adalah air bersih

Peraturan

Menteri

tinggal di perkotaan maupun di perdesaan. (16) Sarana sanitasi air adalah bangunan beserta peralatan dan

perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan membagi- bagikan air bersih untuk masyarakat. Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu PAM, sumur gali, sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam , tempat penampungan air hujan, penampungan mata air, dan perpipaan.

Sirkulasi air, pemanfaatan air, serta sifat-sifat air memungkinkan terjadinya pengaruh air terhadap kesehatan. Secara khusus, pengaruh air

terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. (17)

a. Manfaat Air Pemanfaatan air untuk berbagai keperluan adalah

1) Untuk keperluan air minum.

2) Untuk kebutuhan rumah tangga I (cuci pakaian, cuci alat dapur,

dan lain-lain).

3) Untuk kebutuhan rumah tangga II (gelontor, siram-siram

halaman)

4) Untuk konservasi sumber baku PAM.

5) Taman Rekreasi (tempat-tempat pemandian, tempat cuci

tangan).

6) Pusat perbelanjaan (khususnya untuk kebutuhan yang dikaitkan dengan proses kegiatan bahan-bahan/ minuman, WC dan lain- lain).

7) Perindustrian I (untuk bahan baku yang langsung dikaitkan dalam proses membuat makanan, minuman seperti the botol, coca cola, perusahaan roti dan lain-lain).

8) Pertanian/ irigasi

9) Perikanan.

b. Syarat Air Bersih Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi

dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas. (16)

1) Syarat Kuantitatif Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar.

Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan

21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter. (18)

2) Syarat Kualitatif Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan

Kualitas Air. (17)

1. Parameter Fisik

Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah.

a. Bau

Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air.

b. Rasa

Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.

c. Warna

Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang tidak mau menggunakannya.

Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warnapun dapat berasal dari buangan industri.

d. Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan.

e. Suhu

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran/pipa, mikroorganisme pathogen tidak mudah

f. Jumlah Zat Padat Terlarut

Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab

masalah tersebut.

2. Parameter Mikrobiologis

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari- hari harus bebas dari bakteri pathogen.

Bakteri golongan coli tidak merupakan bakteri golongan pathogen, namum bakteri ini merupakan indikator

dari pencemaran air oleh bakteri pathogen.

3. Parameter Radioaktifitas

Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel

4. Parameter Kimia

Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), Arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya.

Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (Netral) untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9.

c. Pengaruh air bagi Kesehatan Air dalam keadaan manusia, selain memberikan manfaat yang menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan. air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit

perut (17) Penyakit yang dapat ditularkan melalui air (19) :

1. Water Borne Disease

Water Borne Disease Adalah penyakit yang di tularkan langsung melalui air minum, dimana air minum tersebut mengandung kuman pathogen dan terminum oleh manusia maka dapat menimbulkan penyakit. Penyakit- penyakit tersebut antara lain adalah penyakit cholera, Thypoid, Hepatitis infektiosa , Dysentri dan Gastroentritis.

2. Water Washed Disease

Water Washed Disease Adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan hygiene perseorangan dan air bagi kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup maka penularan penyakit-penyakit tertentu pada manusia dapat dikurangi. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan, diantaranya adalah penyakit infeksi saluran pencernaan. Salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan adalah diare, penularannya bersifat fecal-oral.

3. Water Based Disease

Water Based Disease Adalah penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit yang sebagian besar siklus hidupnya di air seperti Schistosomiasis . Larva schistoma hidup di dalam keong air. Setelah waktunya larva ini akan mengubah bentuk menjadi

4. Water Related Insect Vectors

Water Related Insect Vectors Adalah penyakit yang di tularkan melalui vektor yang hidupnya tergantung pada air misalnya malaria, demam berdarah, filariasis, yellow fever dan

sebagainya.

2. Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban) Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan. Pembuangan Kotoran manusia dalam ilmu kesehatan lingkungan dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, pada umumnya disebut latrine,

jamban atau kakus. (20) Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi

yang cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain ; thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang dan pita),

schistosomiasis dan sebagainya. (20)

Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Pembuangan kotoran harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban tersebut sehat jika memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban.

2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.

3. Tidak mengotori air tanah disekitarnya.

4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang lainnya.

5. Tidak menimbulkan bau.

6. Mudah digunakan dan dipelihara

7. Desainnya sederhana

8. Murah

3. (14) Pembuangan Air Limbah Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan

mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi.

Dalam kehidupan sehari-hari pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara menyalurkan air limbah tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa diolah

a. Sarana pembuangan limbah Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi

persyaratan teknis sebagai berikut: (21)

1) Tidak mencemari sumber air bersih.

2) Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk.

3) Tidak menimbulkan bau.

4) Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan

b. Dampak dari Pencemaran Limbah Pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap

lingkungan dan kesehatan masyarakat. Beberapa akibatnya yaitu (19) :

1) Akibat Terhadap Lingkungan Air buangan limbah dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap air permukaan, tanah atau lingkungan hidup dan terkadang dapat dapat menimbulkan bau serta pemandangan yang tidak menyenangkan.

2) Akibat Terhadap Kesehatan Masyarakat

Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga lainnya dan juga dapat menjadi media transmisi penyakit seperti cholera, thypus dan lainnya.

4. Pengelolaan Sampah Para ahli kesehatan masyarakat menyebutkan sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi ataupun sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

sendirinya. (20) Pengelolaan sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan

pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. (20)

a) Penyimpanan sampah Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnakan) dan untuk itu perlu disediakan tempat yang berbeda untuk macam dan jenis sampah tertentu.maksud dari pemisahan dan penyimpanan disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya.

Syarat-syarat tempat sampah antara lain :

1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah.

2. Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.

3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

b) Pengumpulan Sampah Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing- masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. oleh sebab itu setiap rumah tangga atau institusi harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah, kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (TPA).

Mekanisme sistem atau cara pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh partisipan masyarakat produksi sampah, khusunya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah perdesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampahnya umumnya dibakar atau dijadikan pupuk.

c) Pemusnahan Sampah

Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain :

1. Ditanam ( landfill ) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukan dan ditimbun dengan sampah.

2. Dibakar ( incenarator ) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar didalam tengku pembakaran.

3. Dijadikan pupuk ( composting ) yaitu pengelolaan sampah menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk.

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negative terhadap masyarakat dan lingkungan. Adapun

pengaruh-pengaruh tersebut antara lain: (19)

a. Terhadap Kesehatan Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menyediakan tempat yang baik bagi vektor-vektor penyakit yaitu serangga dan binatang- binatang pengerat untuk mencari makan dan berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menimbulkan penyakit.

b. Terhadap Lingkungan

1. Dapat menggangu estetika serta kesegaran udara lingkungan masyarakat akibat gas-gas tertentu yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme.

2. Debu-debu yang berterbangan dapat menggangu mata serta pernafasan.

3. Bila terjadi proses pembakaran dari sampah maka asapnya dapat menggangu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara karena ada asap di udara.

4. Pembuangan sampah ke saluran-saluran air akan menyebabkan estetika yang terganggu, memyebabkan pendangkalan saluran serta mengurangi kemampuan daya aliran saluran.

5. Dapat menyebabkan banjir apabila sampah dibuang ke saluran yang daya serap alirannya sudah menurun.

6. Pembuangan sampah ke selokan atau badan air akan menyebabkan terjadinya pengotoran badan air.

Sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu :

a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah

dibagi menjadi :

1. Sampah an-organik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.

2. Sampah organik adalah sampah yang umumnya dapat membusuk, misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.

b. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar

1. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya.

2. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca dan sebagainya.

5. Pencahayaan Pencahayaan Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya alami dan cahaya buatan. Yang perlu diperhatikan, pencahayaan jangan sampai menimbulkan kesilauan. a) Pencahayaan alamiah Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan melalui jendela, celah maupun bagian lain dari rumah yang terbuka, selain untuk penerangan, sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu. Suatu cara sederhana menilai baik tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam sebuah rumah adalah: baik, bila jelas membaca dengan huruf kecil, cukup; bila samar-samar bila membaca huruf kecil, kurang; bila hanya huruf besar yang terbaca, buruk; bila sukar membaca huruf besar. b) Pencahayaan buatan Penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan, seperti lampu minyak tanah, listrik dan

sebagainya. (22)

6. Ventilasi Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan. Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat-syarat, diantaranya :

a. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan.

b. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap kendaraan, dari pabrik, sampah, debu dan lainnya.

c. Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua lubang jendela berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses aliran udara lebih lancar.

7. Ruangan Sehat Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat ruangan sehat adalah :

1. Langit-langit Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta mudah dibersihkan.

2. Dinding Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi oleh

13 lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap naik sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih tidak berlumut.

3. Lantai Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin, stabil waktu dipijak, permukaan lantai mudah dibersihkan. Lantai tanah sebaiknya tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik. Untuk mencegah masuknya air ke dalam

rumah, sebaiknya lantai ditinggikan ± 20 cm dari permukaan tanah. (23)

4. Pembagian ruangan / tata ruang Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan fungsinya. Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah :

a. Ruang untuk istirahat / tidur Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua dengan kamar tidur anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang cukup dengan luas ruangan sekurangnya 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari

2 orang agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan.

b. Ruang dapur Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap

c. Kamar mandi dan jamban keluarga Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu lubang ventilasi untuk berhubungan

dengan udara luar.

c. Penyakit yang berhubungan dengan sanitasi buruk.

1. Berdasarkan Agen penyakit

a. Bakteri

1) Kolera adalah penyakit diare akut yang disebabkan oleh

infeksi usus karena bakteri vibrio cholera.

2) Demam Tifoid (Typhoid Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi, ditandai dengan demam insidius yang berlangsung lama dan kambuhan.

3) Diare adalah suatu kondisi kesehatan yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Bakteri penyebab diare yang sering menyerang adalah bakteri Entero Pathogenic Escherichia Coli (EPEC).

4) Disenteri adalah diare berdarah yang disebabkan oleh shigella .

b. Virus

1. Hepatitis A adalah penyakit yang ditandai dengan demam, malaise, anoreksia, nausea dan gangguan abdominal serta

2. Hepatitis E adalah penyakit yang secara gejala klinis mirip Hepatitis A, yang disebabkan oleh virus Hepatitis E famili Caliciviridae .

3. Gastroenteritis adalah penyakit yang ditandai dengan demam,muntah dan berak cair, disebabkan oleh Rotavirus dan sering menyerang anak – anak.

c. Parasit

1) Cacing

a) Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides dengan sedikit gejala bahkan tanpa gejala sama sekali. Cacing yang keluar bersama kotoran adalah sebagai tanda awal adanya infeksi.

b) Hookworms atau penyakit cacing tambang adalah infeksi parasit kronis yang muncul dengan berbagai gejala, gejala terbanyak adalah anemia. Penyakit ini disebabkan oleh Necator americanus atau Ancylostoma duodenale .

c) Schistosomiasis adalah infeksi oleh cacing trematoda yang hidup pada pembuluh darah vena. Penyebab penyakit adalah Schistisoma mansoni.

2) Protozoa Giardiasis adalah infeksi protozoa pada usus halus bagian atas, yang disebabkan oleh Giardia intestinalis .

3) Jenis lain

a) Scabies adalah parasit pada kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei sejenis kutu.

b) Trachoma adalah Conjuncivitis yang disebabkan oleh infeksi Chlamydia trachomatis , yang disebarkan oleh

Musca sorbens (24) sejenis lalat.

2. Berdasarkan rantai penularan

a) Waterborne Disease adalah penyakit yang penularannya melalui air yang terkontaminasi oleh pathogen dari penderita atau karier. Contoh penyakit diare, disenteri, kolera, hepatitis dan demam typhoid.

b) Water-washed Disease adalah penyakit yang ditularkan melalui kontak dari orang ke orang karena kurangnya kebersihan diri dan pencemaran air. Contoh penyakit skabies dan trakhoma.

c) Water-based adalah penyakit yang ditularkan melalui air sebagai perantara host . Contoh penyakit Shistosomiasis .

d) Water-related insect vector adalah penyakit yang ditularkan oleh serangga yang hidup di air atau dekat air. Contoh penyakit

Dengue, malaria, (25) Trypanosoma .

2. Pondok Pesantren

Menurut asal katanya pesantren berasal dari kata ”santri” yang mendapat imbuhan awalan ”pe” dan akhiran ”an” yang menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Terkadang pula pesantren dianggap sebagai gabungan dari kata ”santri” (manusia baik) dengan suku kata ”tra” (suka menolong) sehingga kata pesantren dapat diartikan tempat pendidikan manusia baik-

baik .(26) Pesantren juga dikenal dengan tambahan istilah pondok yang dalam arti

kata bahasa Indonesia mempunyai arti kamar, gubug, rumah kecil dengan menekankan kesederhanaan bangunan atau pondok juga berasal dari bahasa Arab ”Fundũq” yang berarti ruang tidur, wisma, hotel sederhana, atau mengandung arti tempat tinggal yang terbuat dari bambu .(26)

Pesantren atau lebih dikenal dengan istilah pondok pesantren dapat diartikan sebagai tempat atau komplek para santri untuk belajar atau mengaji ilmu pengetahuan agama kepada kiai atau guru ngaji, biasanya komplek itu berbentuk asrama atau kamar-kamar kecil dengan bangunan apa adanya yang menunjukkan kesederhanaannya.

ELEMEN-ELEMEN PONDOK PESANTREN

Dhofier mengungkapkan, lembaga pendidikan pesantren memiliki beberapa elemen dasar yang merupakan ciri khas dari pesantren itu sendiri, elemen itu

adalah (27) :

1. Pondok atau asrama

2. Tempat belajar mengajar, biasanya berupa Masjid dan bisa berbentuk lain.

3. Santri

4. Pengajaran kitab-kitab agama, bentuknya adalah kitab-kitab yang berbahasa arab dan klasik atau lebih dikenal dengan istilah kitab kuning

5. Kiai dan ustadz.

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan kerangka teori maka kerangka konsep dari penelitian ini yaitu: Skema 2.1 Kerangka Konsep

A. Persyaratan Kesehatan Lingkungan

1. Lokasi

2. Lingkungan termasuk halaman

B. Persyaratan Kesehatan Bangunan

1. Lantai

2. Dinding

3. Atap dan talang

7. Jendela Formulir Penilaian

8. Pencahayaan

9. Kondisi ruang Hygiene Sanitasi Pondok

10. Kamar tidur Pesantren Dinas

11. Ventilasi Kesehatan Kota Banjar

C. Fasilitas sanitasi

1. Air bersih

2. Tempat wudhu

3. Sarana pembuangan air limbah

4. Toilet/kamar mandi/ urinoir

5. Sarana pembuangan sampah

6. Ruang makan

7. Dapur

8. Bebas jentik nyamuk

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif kualitatif dengan metode cross sectional, yaitu suatu subjek penelitian hanya diobservasikan sekali saja dan pengukuran dilakukan pada suatu saat saja tanpa

menindaklanjut terhadap pengukuran yang dilakukan. (28) Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompuk manusia, suatu objek,

suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisa secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. (29) Menurut Bodgan dan Taylor dalam Moleong, metodologi kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisa dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pertimbangan waktu, tenaga dan biaya mendasari bentuk riset terpancang atau tunggal, artinya pengumpulan data sudah diarahkan sesuai dengan tujuan dan panduan pertanyaan di dalamnya sudah dibatasi lebih dulu aspek-aspek yang dipilihnya. Bentuk penelitian ini akan mampu menangkap berbagai informasi kualitatif tentang bagaimana penerapan ketersediaan sanitasi dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Alzhar Citagkolo Desa Kujangsari secara mendalam berupa ucapan, tulisan dan perilaku yang diamati dari orang-orang yang menjadi sasaran

penelitian. (29)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Pondok Pesantren Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar wilayah kerja Puskesmas Langensari 1 pada bulan Maret – 16 April 2016.

C. Sumber Informasi

Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan (30) social situation atau obyek penelitian. Pertimbangan

penelitian sampel bukan berdasarkan aspek keterwakilan populasi dalam sampel. Pertimbangannya lebih pada kemampuan sampel (informan) untuk memasok informasi selengkap mungkin. Penentuan sampel penelitian tidak secara random. Oleh karena itu sampel ditentukan secara purposive (sengaja) menurut kriteria tertentu. Ukuran sampel tidak menjadi persoalan, namun yang terpenting adalah kelengkapan data. Prinsip dalam penentuan sampel penelitian ini yaitu kesesuaian ( approriteness) dan kecukupan ( adequacy). Jadi tidak ada proses pengambilan sampel dari populasi tertentu. Peneliti menggunakan istilah informan untuk menyebut sampel dalam penelitian ini sebagai orang yang menjadi sumber informasi. Adapun kriteria yang peneliti tetapkan untuk pemilihan informan dalam penelitian ini disesuaikan dengan komponen ketersediaan sanitasi dasar yaitu ketua sarana dan prasarana yang betugas mengkoordinasi sistim sarana dan prasarana di Pondok Pesantren ditambah informan tambahan yang merupakan anggota bidang sarana dan prasarana Pondok Pesantren dan santri sebagai pengguna fasilitas di Pondok Pesantren

Miftahul Huda Al-Azhar. Secara garis besar yang menjadi informan penelitian adalah :

1 ketua umum Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren

2 Anggota Sarana dan Prasarana Pondon Pesantren

2 Santri di Pondok Pesantren

D. Instrumen dan Cara Penelitian

1. Instrumen Penelitian

a. Pendoman Wawancara Pendoman wawancara digunakan untuk memandu pewawancara agar mendapatkan informasi yang lengkap dan sesuai tujuan penelitian. Peneliti membuat pedoman wawancara dengan mengacu pada pedoman penilaian sanitasi dasar yang dibuat oleh Dinas Kesehatan Kota Banjar.

b. Alat Perekam Suara Alat perekam suara digunakan untuk merekam pembicaraan saat wawancara mendalam. Tujuannya agar tidak ada informasi yang tertinggal pada saat peneliti melakukan transkrip wawancara. File hasil rekaman suara berupa file berformat MP3.

2. Cara Pengambilan Data Informasi atau data dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Kata-kata atau tindakan orang-orang yang diamati dan diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman suara, video maupun pengambilan

gambar .(29) Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua sumber, sebagai berikut :