Pengaruh Minyak Nilam (Oleum pogostemon) Terhadap Ketahanan Wangi Minyak Lavender (Oleum lavandulae) Dalam Sediaan Gel Pengharum Ruangan Memakai Basis Gel Campuran Agar agar dan Xanthan gum

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gel Pengharum Ruangan

Gel pengahrum ruangan adalah pengharum ruangan yang berbentuk gel yang mengandung bahan pewangi. Saat ini dipasaran, produk penghrum ruangan berbentuk gel sangat bevariasi dalam hal aroma, bahan aktif maupun kemasannya. Dengan kemasan yang kecil dan penyimpanan yang mudah menjadikan pengharum berbentuk gel ini lebih praktis dibandingkan dengan pengharum ruangan berbentuk cair yang penggunaanya harus dengan penyemprotan (Poerwadi, et al, 2013). Pengharum ruangan merupakan produk-produk konsumen yang mengurangi bau yang tidak menyenangkan di ruangan tertutup. Bentuk pengharum ruangan di pasaran ada beberapa jenis antara lain, padat, cair, semprot, dan gel. Pengharum berbentuk gel biasanya diletakkan dengan cara digantung atau diletakkan di suatu tempat. Pengharum ruangan terdiri dari dua bahan dasar yaitu, pewangi dan pelarut. Pelarut ada dua jenis yaitu air dan minyak. Biasanya pengharum yang menggunakan bahan dasar minyak dibuat dalam bentuk padat dan cair, sedangkan pengharum berbahan dasar air dibuat dalam bentuk gel. Pengharum ruangan berbentuk gel memiliki kestabilan aroma yang relatif singkat, namun mudah terurai sehingga aman terhadap lingkungan, sedangkan bentuk semprot biasanya menggunakan bahan kimia seperti isobutene, n-butane, propane atau campurannya (Sinurat, 2009).

Pada awalnya pengharum ruangan modern diperkenalkan pada tahun 1948. Fungsinya didasarkan pada teknologi militer untuk dicampurkan dalam insektisida dan diadaptasi ke dalam semprotan bertekanan menggunakan clorofluorocarbon


(2)

(CFC) propelan. Parfum yang berbentuk kabut halus harum akan tetap diam diudara dalam waktu yang panjang. Jenis produk ini menjadi standar industri dan penjualan pengharum ruangan mengalami pertumbuhan yang luar biasa (Anonim, 2009).

Tahun 1986 The National Academy of Sciences AS menentukan pengharum, termasuk didalamnya pengharum ruangan, sebagai salah satu dari enam kategori bahan kimia yang perlu mendapatkan uji kemampuan meracuni saraf. Karena kebanyakan pengharum ruangan bekerja dengan mengganggu daya cium. Pengharum tersebut melapisi saluran hidung dengan selaput minyaknya, atau melepaskan zat pemati saraf pencium. Hampir sepertiga bahan kimia tambahan dalam parfum dan produk wewangian termasuk dalam kategori senyawa beracun. Pemakaian produk pengharum ruangan cenderung tanpa aturan yang jelas. Bebas disemprotkan ke seluruh ruangan duduk, digantung dekat AC, dipasang di dalam mobil. Lalu bahan kimia itu akan secara teratur menguap ke udara, menempel di rambut, pakaian, bahkan diberbagai perabot disekitar kita (Viktor, 2008).

Parfum adalah campuran dari zat pewangi yang dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Zat pewangi tersebut dapat berasal dari minyak atsiri atau dibuat secara sintetis. Parfum memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena dapat memberikan kesenangan hidup, mempengaruhi kejiwaan dan syaraf serta mewangikan bahan yang tidak berbau wangi. Disamping itu parfum berfungsi sebagai obat-obatan, misalnya sebagai obat penenang, demam dan sebagai bahan penolong dalam industri (Ketaren, 1985).


(3)

Parfum dideskripsikan dengan perumpamaan musik yang memiliki tiga “not/notes” yang membentuk harmoni wangian. Masing-masing note tercium seiring waktu dengan dimulai dari impresi pertama dari top note diikuti oleh middle note yang telah mendalam dan base note yang sedikit demi sedikit muncul di akhir. Note-note ini dibuat dengan seteliti mungkin berdasarkan pengetahuan proses evaporasi dari wangian. Di bawah ini adalah penjelasan dari masing-masing notes.

1. Top notes

Wangi yang langsung tercium ketika parfum disemprotkan. Top notes mengandung molekul yang ringan dan kecil yang dapat berevaporasi cepat. Top note membentuk impresi pertama dari parfum. Minyak lemon adalah salah satu minyak atsiri yang termasuk top notes.

2. Middle notes

Wangi yang muncul setelah top notes mulai memudar. Middle note mengandung “inti” dari parfum dan juga bertindak sebagai topeng bagi base note yang sering kali tidak tercium enak pada pertama kalinya, namun menjadi enak seiring waktu. Notes ini juga sering disebut heart note. Minyak atsiri yang termasuk dalam kategori middle notes adalah minyak lavender, minyak sereh wangi, dan minyak kenanga.

3. Base notes

Wangi dari sebuah parfum yang muncul seiring memudarnya middle notes. Base dan middle notes adalah tema wangian utama dari sebuah parfum. Base notes memberikan kedalaman yang solid dari parfum. Kandungan dari notes ini biasanya kaya dan dalam, dan tidak tercium setidaknya sampai 30 menit


(4)

pemakaian. Wangi top dan middle notes terpengaruhi oleh wangi dari base notes. Minyak nilam termasuk dalam kategori base note (Sarbini, 2006).

2.1.1 Jenis-jenis pengharum ruangan dan zat yang dikandung

Di pasaran ada berbagai jenis pewangi. Ada yang padat (biasanya pewangi yang diperuntukkan untuk toilet dan lemari), ada yang cair, gel, dan ada juga yang semprot. Sementara penggunaannya ada yang diletakkan begitu saja, ditempatkan dibibir AC dan kipas angin. Zat pewangi yang beredar di pasaran, yakni yang berbahan dasar air dan berbahan dasar minyak. Pewangi berbahan dasar air umumnya memiliki kestabilan aroma (wangi) relatif singkat (sekitar 3-5 jam). Itulah mengapa pewangi berbahan dasar air relatif lebih aman bagi kesehatan dibandingkan pewangi berbahan dasar minyak. Memang, pewangi berbahan dasar minyak lebih tahan lama sehingga harga jualnya bisa lebih mahal. Pewangi jenis ini biasanya menggunakan beberapa bahan pelarut/cairan pembawa, diantaranya isoparafin, diethyl phthalate atau campurannya. Sementara jenis pewangi yang disemprotkan umumnya mengandung isobutene, n-butane, propane dan campurannya. Untuk bentuk gel disertai kandungan bahan gum. Adapun zat aktif aroma bentuk ini umumnya berupa campuran zat pewangi, seperti limonene, benzyl asetat, linalool, sitronellol, ocimene, dan sebagainya (Viktor, 2008). 2.1.2 Kandungan zat kimia yang tidak boleh ada dalam pengharum ruangan

Pada prinsipnya semua zat pewangi beresiko terhadap kesehatan, terutama pada mereka yang berada pada kondisi rentan, seperti ibu hamil, bayi, dan anak-anak, ataupun orang yang sangat sensitif terhadap zat-zat pewangi. Sekitar 80 % zat pewangi belom teruji keamanannya terhadap manusia. Adapun pewangi yang sudah dilarang The International Fragrance Asosiation (IFRA) diantaranya


(5)

pewangi yang mengandung musk ambrette, geranyl nitrile, dan 7 methyl coumarin. Sedangkan yang berbentuk gel dilarang bila mengandung zat-zat pengawet yang berbahaya bagi kesehatan, seperti formaldehid dan methylchloroisothiozilinone (Viktor, 2008).

Gel pengharum ruangan disusun oleh beberapa macam bahan di antaranya adalah bahan dasar pembentuk gel, bahan tambahan, bahan pewangi, dan bahan penahan wangi. Bahan dasar pembentuk gel yang digunakan dalam penelitian ini adalah agar-agar dan xanthan gum, kemudian bahan tambahan yang digunakan adalah propilen glikol dan sodium benzoat. Sedangkan bahan pewangi yang digunakan adalah minyak lavender dan bahan penahan wangi minyak nilam. 2.2 Agar-Agar

Agar-agar adalah polisakarida yang terdapat pada berbagai ganggang laut juga dibentuk oleh galaktosa tapi mengandung gugus sulfat. Pemakaiannya yang sangat luas dalam industri makanan dan kosmetik karena sifatnya yang sangat mudah dibuat menjadi gel yang jernih (Sulaiman,1995). Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan membentuk kisi–kisi yang menahan molekul-molekul air sehingga terbentuk sistem koloid padat-cair (Anonim, 2010).

Agar-agar adalah istilah umum yang lebih berkaitan dengan ciri-ciri gel. Agar terdiri atas fraksi yang mengandung sulfat disebut agarosa dan fraksi yang tidak mengandung sulfat disebut agaropektin. Agarosa dapat membentuk gel, sedangkan agaropektin tidak dapat membentuk gel. Agar bersifat anionik, dapat membentuk gel yang jernih (Cahyadi, 2009).


(6)

Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan pemantap, bahan penolong atau pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel. Kelebihan ini digunakan dalam beberapa industri antara lain industri makanan, seperti dalam pembuatan jelly dan permen (Anonimous, 1999).

Agar-agar digunakan dalam pembuatan makanan, yaitu berfungsi sebagai stabilizer. Dalam industri farmasi agar-agar berguna sebagai kultur bakeri. Dalam industri kosmetik digunakan dalam pembuatan salep, cream, sabun, dan pembersih muka atau lotion. Beberapa indusri lain menggunakan agar-agar sebagai bahan tambahan, misalnya dalam beberapa proses pada industri kertas, tekstil, fotografi, semir sepatu, pengalengan ikan atau daging (Aslan, 1991)

Agar-agar tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas. Pada suhu 32-39 0C berbentuk bekuan (solid) dan tidak mencair pada suhu di bawah 85

0

C. Apabila dilarutkan dalam air panas dan didinginkan, agar-agar bersifat seperti gelatin, padatan lunak dengan banyak pori-pori di dalamnya sehingga bertekstur 'kenyal'. Sifat inilah yang menarik perhatian sehingga banyak olahan makanan mnggunakan agar-agar (Aslan, 1991).

Agar-agar merupakan senyawa ester asam sulfat dari senyawa galaktan, tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas dengan membentuk gel. Agar-agar diekstraksi dari ganggang laut yang berasal dari kelompok Rhodophyceae, seperti Gracilaria dan Gelidium. Beberapa jenis Gracilaria yang bernilai ekonomi tinggi yang tumbuh di perairan Indonesia antara lain Gracilaria gigas, Gracilaria verrucosa, dan Gracilaria lichenoides. Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan pemantap, penstabil, pengemulsi, pengisi, penjernih, pembuat gel, dan lain-lain. Beberapa industri yang memanfaatkan sifat


(7)

kemampuan membentuk gel dari agar-agar adalah industri makanan, farmasi, kosmetik, kulit, fotografi, dan sebagai media penumbuh mikroba. Industri produksi agar-agar di Indonesia menggunakan metode yang melibatkan ekstraksi rumput laut dengan pelarut asam pada suhu tinggi. (Fitri, et al., 2008).

Beberapa jenis rumput laut penghasil agar di Indonesia adalah Gelidium rigidum, Rhodymenia ciliata, Gelidiella sp dan Gracilaria sp. Selama ini pemanfaatan Gelidium rigidum sebagian besar masih diekspor dalam bentuk rumput laut kering atau sebagai campuran bahan baku industri agar di dalam negeri (Subaryono, et al., 2008).

2.3 Xanthan Gum

Xanthan gum adalah polisakarida alami yang dihasilkan melalui fermentasi dekstrose dengan bakteri xanthomonas seperti xanthomonas campestris, xanthomonas malvacearum dan xanthomonas axonopodi. Xanthan gum adalah asam polimer terbuat dari sub unit pentasaccharide membentuk tulang punggung selulosa dengan trisakarida rantai samping terdiri dari mannose (β 1,4) dan asam glukuronat (β 1,2) (Padmaja et al, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi xanthan gum dipengaruhi oleh sumber nitrogen yang berbeda. Produksi xanthan meningkat dengan konsentrasi ekstrak ragi meningkat, karena serapan nitrogen difasilitasi. oleh PH optimum (Fuke et al, 2013).

Xanthan gum berupa bubuk berwarna krem yang dengan cepat larut dalam air panas atau air dingin membentuk larutan kental yang tidak tiksotrofik. Xanthan gum pada konsentrasi rendah larutannya kental, pada perubahan suhu terjadi sedikit perubahan kekentalannya. Xanthan gum dinyatakan aman digunakan


(8)

dalam pangan sebagai pengemulsi, pengental, dan pendorong buih pada pangan (Tranggono, dkk, 1989). Penggunaan xanthan gum pada produk pangan ini sangat luas, antara lain untuk industri rerotian. Kemampuan xanthan gum untuk berikatan kompleks dengan pati dapat menurunkan retrogradasi sehingga meningkatkan masa simpan produk rerotian dan adonan yang disimpan beku (Winarno, 1990).

Xanthan gum dapat membentuk larutan kental pada konsentrasi rendah (0,1% – 0,2%). Pada konsentrasi 2% - 3% terbentuk gel. Xanthan gum dapat dicampur dengan protein atau polisakarida lain. Xanthan gum ini membentuk film yang liat dan lentur (Deman, 1997). Xanthan gum ini memiliki banyak kelebihan dengan jenis gum lainnya yaitu memiliki viskositas tinggi pada konsentrasi gum yang rendah, memiliki viskositas yang relatif stabil pada pengaruh pH dan suhu (Winarno, 1994).

2.4 Minyak Nilam

Tanaman nilam merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang segi empat. Daun kering tanaman ini disuling untuk mendapatkan minyak nilam yang banyak digunakan dalam berbagai kegiatan industri. Fungsi utama minyak nilam sebagai bahab baku pengikat (fiksatif) dari komponen kanndungan utamanya, yaitu patchouli alcohol (C15H26) dan wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama (Mangun, 2006).

Minyak nilam merupakan salah satu komoditi ekspor Indonesia. Standar mutu sangat diperlukan terutama untuk komoditi ekspor, dan minyak nilam sebagai salah satu jenis minyak atsiri mempunyai standar mutu yang telah ditetapkan. Diindonesia produksi minyak nilam ditujukan untuk ekspor, dan


(9)

standar mutunya ditetapkan dan diawasi oleh balai penelitian bogor. Minyak nilam Indonesia teruama diekspor ke Jepang, Amerika, Prancis dan Singapur (Ketaren, 1985).

Selain sebagai pengikat wangi pada parfum, sabun dan kosmetika serta sebagai pestisida ternyata minyak nilam berkhasiat sebagai antibiotik dan antiradang karena dapat menghambat pertumbuhan jamur dan mikroba. Dapat digunakan juga untuk deodorant, obat batuk, asma, sakit kepala, sakit perut, bisul dan herpes (Daniel, 2012).

Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan minyak nilam (Patchouly oil). Minyak ini banyak dipergunakan dalam industri kosmetik, parfum, sabun, anti septik, dan insektisida. Keunggulan minyak nilam dalam industri parfum yakni bersifat fiksatif yaitu kemampuannya dalam mengikat minyak lainnya sehingga harumnya dapat bertahan lama dan hingga kini belum dapat dibuat secara sintetik (Kadir, 2011).

Nilam termasuk salah satu tanaman yang cukup penting peranannya, sebagai sumber devisa negara dan pendapatan petani. Saat ini terdapat tiga varietas unggul (Tapaktuan, Sidikalang, dan Lhokseumawe) yang telah dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) yang unggul dalam produk minyak (290-375 kg/ha) dengan kadar patchouli alkohol 32–33%.. Tapaktuan unggul dalam produksi dan kadar patchouli alkohol, Lhokseumawe kadar minyaknya tinggi dan Sidikalang toleran terhadap penyakit layu bakteri dan nematoda (Setiawan, et al., 2013).


(10)

2.5 Minyak Lavender

Minyak lavender merupakan salah satu minyak atsiri yang dikenal sejak bertahun-tahun yang lampau, terutama diegara-negara eropa. Minyak ini diperoleh dari bunga segar tanaman lavender dengan metoda penyulingan uap atau ekstraksi dengan pelarut (Ketaren, 1985).

Negara penghasil minyak lavender yang utama didunia adalah Prancis. Minyak yang dihasilkan negara tersebut mempunyai mutu terbaik, dibandingkan minyak lavender dari negara lain. Serta mempunyai aroma manis yang khas. Beberapa daerah diprancis selatan memproduksi minyak lavender yang mempunyai kadar ester lebih tinggi dari minyak lavender dari negara lainnya (Ketaren, 1985).

Minyak lavender sangat berguna juga untuk digunakan terhadap stimulasi sistem syaraf, hipnotik, sedatif, dan obat penenang. Selain itu, ia memiliki kegunaan yang berguna pengobatan untuk dermatologis dan ruam kulit, serta kuat sebagai antiseptik dan efek antibiotik (membunuh bakteri). minyak lavender digunakan dalam parfum dan aromaterapi, dan digunakan dalam sabun, deterjen, dan produk kosmetik (Baydar dan Kara, 2013).

Mutu minyak lavender ditentukan terutama berdasarkan jumlah kadar esternya (linalyl asetat). Minyak bunga tanaman lavandula officinalis var. delphinensis mempunyai kadar kadar ester sebesar 50-55%. Sedangkan minyak yang diperoleh dari Lavandula latifolia mengandung ester yang tinggi dapat diusahakan secara perkebunan didataran rendah dengan mutu dan rendemen minyak yang dihasilkan cukup baik. Rendemen minyak yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara kondisi iklim, cuaca, ketinggian tempat


(11)

tumbuh, metode panen, tingka kesegaran bunga (segar atau kering) dan metode penyulingan.

a. Iklim mempengaruhi rendemen minyak. Bunga yang dipanen pada musim kemarau atau dibawah matahari terik menghasilkan rendemen minyak lebih tinggi dibandingkan dengan panen sewaktu hari mendung atau hujan

b. Permulaan menjelang akhir musim panen bunga menghasilkan rendemen lebih rendah dibandingkan dengan musim panen besar

c. Ketinggian tempat tumbuh tanaman, juga mempengaruhi rendemen. tanaman lavender liar yang tumbuh pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut, menghasilkan minyak sebesar 500 gram per 100 gram bunga, sedangkan pada ketinggian 1400 meter, hanya menghasilkan minyak sekitar 300-400 gram.

Komposisi kimia yang utama dalam minyak lavender adalah linalool dan linalool asetat dengan jumlah sekitar 30-60 persen dari total berat minyak. Minyak lavender yang diperoleh dengan ekstraksi menggunakan pelarut menguap, mengandung komponen kimia, antara lain : ester dari linalool, teruta ma lonalool asetat, koumarin yang berkadar empat kali lebih besar dari pada kadar koumarin dalam minyak hasil sulingan (Ketaren, 1985).

Menghirup lavender meningkatkan frekuensi gelombang alfa dan keadaan ini diasosiasikan dengan bersantai (relaksasi). Selain itu lavender juga berguna untuk mengurangi sakit kepala, stres, frustasi, mengobati kepanikan, mereda histeria, serta mengobati insomnia. Lavender juga membantu penyembuhan depresi, gelisah, susah tidur dan sakit kepala. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji efek penggunaan aromaterapi Lavender pada Lansia yang mengalami


(12)

gangguan tidur. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar dalam mengembangkan manajemen gangguan tidur yang bersifat jangka panjang (Rusca, at al, 2009).

Lavender sebagai aromaterapi memberikan efek relaksasi dan sedasi. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan bentuk rancangan one group pretest-posttest design selama Januari - April 2013 dengan sampel yang dipilih secara purposive sampling. Analisa data dengan uji paired t-test. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,001 berarti ada perbedaan intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit untuk menerapkan pemberian aromaterapi lavender pada pasien pasca operasi (Nuraini, at al, 2013).

2.6 Propilen Glikol

Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus molekul C3H8O2 dan berat molekul 76,10 (Depkes RI, 1995). Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan higroskopik. Propilen glikol dapat dicampur dengan air, dengan etanol (95%) dan dengan kloroform, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah dan dengan minyak lemak (Depkes RI, 1979).

Propilen glikol dapat berfungsi sebagai pengawet, antimikroba, disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin, dan kosolven yang dapat bercampur dengan air. Sebagai pelarut atau kosolven, propilen glikol digunakan dalam konsentrasi 10-30% larutan aerosol, 10-25% larutan oral, 10-60% larutan parenteral dan 0-80% larutan topikal. Propilen glikol digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi, industri makanan maupun kosmetik, dan dapat


(13)

dikatakan relatif non toksik. Dalam formulasi atau teknologi farmasi, propilen glikol secara luas digunakan sebagai pelarut, pengekstrak dan pengawet makanan dalam berbagai sediaan farmasi parenteral dan non parenteral (Rowe et al. 2003).

Sifat propilen glikol hampir sama dengan gliserin hanya saja propilen glikol lebih mudah melarutkan berbagai jenis zat. Sama seperti gliserin fungsi propilen glikol adalah sebagai humektan, namun fungsi dalam formula krim adalah sebagai pembawa emulsi sehingga emulsi menjadi lebih stabil. Propilen glikol dapat berfungsi sebagai humektan pada sediaan salep digunakan pada konsentrasi 15% (Rowe et al. 2003).

2.7 Sodium Benzoat

Sodium benzoat dikenal juga dengan nama natrium benzoat. Fungsi sodium benzoat adalah sebagai bahan pengawet untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme (jamur) yang merugikan. Batas atas penggunaan sodium benzoat yang diijinkan adalah sebesar 0,1% di Amerika Serikat, sedangkan untuk negara -negara lain berkisar antara 0,15-0,25%. Untuk -negara--negara Eropa batas benzoat berkisar antara 0,015-0,5%. Sodium benzoat lebih disukai dalam penggunaannya karena 200 kali lebih mudah larut dibandingkan asam benzoat. Sekitar 0,1% umumnya cukup untuk pengawetan pada produk yang telah dipersiapkan untuk diawetkan dan disesuaikan ke pH 4,5 atau dibawahnya. Pasar utama dari sodium benzoat adalah dalam pengawetan soft drink, minuman sirup fruktosa jagung yang tinggi. Sodium benzoat jarang digunakan sebagai pengawet dalam acar, saus, dan jus buah. Sodium benzoat juga digunakan dalam pembuatan obat dengan tujuan pemeliharaan (batas atas 1,0% dalam larutan obat) (Anonim, 2012b).


(1)

dalam pangan sebagai pengemulsi, pengental, dan pendorong buih pada pangan (Tranggono, dkk, 1989). Penggunaan xanthan gum pada produk pangan ini sangat luas, antara lain untuk industri rerotian. Kemampuan xanthan gum untuk berikatan kompleks dengan pati dapat menurunkan retrogradasi sehingga meningkatkan masa simpan produk rerotian dan adonan yang disimpan beku (Winarno, 1990).

Xanthan gum dapat membentuk larutan kental pada konsentrasi rendah (0,1% – 0,2%). Pada konsentrasi 2% - 3% terbentuk gel. Xanthan gum dapat dicampur dengan protein atau polisakarida lain. Xanthan gum ini membentuk film yang liat dan lentur (Deman, 1997). Xanthan gum ini memiliki banyak kelebihan dengan jenis gum lainnya yaitu memiliki viskositas tinggi pada konsentrasi gum yang rendah, memiliki viskositas yang relatif stabil pada pengaruh pH dan suhu (Winarno, 1994).

2.4 Minyak Nilam

Tanaman nilam merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang segi empat. Daun kering tanaman ini disuling untuk mendapatkan minyak nilam yang banyak digunakan dalam berbagai kegiatan industri. Fungsi utama minyak nilam sebagai bahab baku pengikat (fiksatif) dari komponen kanndungan utamanya, yaitu patchouli alcohol (C15H26) dan wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama (Mangun, 2006).

Minyak nilam merupakan salah satu komoditi ekspor Indonesia. Standar mutu sangat diperlukan terutama untuk komoditi ekspor, dan minyak nilam sebagai salah satu jenis minyak atsiri mempunyai standar mutu yang telah ditetapkan. Diindonesia produksi minyak nilam ditujukan untuk ekspor, dan


(2)

standar mutunya ditetapkan dan diawasi oleh balai penelitian bogor. Minyak nilam Indonesia teruama diekspor ke Jepang, Amerika, Prancis dan Singapur (Ketaren, 1985).

Selain sebagai pengikat wangi pada parfum, sabun dan kosmetika serta sebagai pestisida ternyata minyak nilam berkhasiat sebagai antibiotik dan antiradang karena dapat menghambat pertumbuhan jamur dan mikroba. Dapat digunakan juga untuk deodorant, obat batuk, asma, sakit kepala, sakit perut, bisul dan herpes (Daniel, 2012).

Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan minyak nilam (Patchouly oil). Minyak ini banyak dipergunakan dalam industri kosmetik, parfum, sabun, anti septik, dan insektisida. Keunggulan minyak nilam dalam industri parfum yakni bersifat fiksatif yaitu kemampuannya dalam mengikat minyak lainnya sehingga harumnya dapat bertahan lama dan hingga kini belum dapat dibuat secara sintetik (Kadir, 2011).

Nilam termasuk salah satu tanaman yang cukup penting peranannya, sebagai sumber devisa negara dan pendapatan petani. Saat ini terdapat tiga varietas unggul (Tapaktuan, Sidikalang, dan Lhokseumawe) yang telah dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) yang unggul dalam produk minyak (290-375 kg/ha) dengan kadar patchouli alkohol 32–33%.. Tapaktuan unggul dalam produksi dan kadar patchouli alkohol, Lhokseumawe kadar minyaknya tinggi dan Sidikalang toleran terhadap penyakit layu bakteri dan nematoda (Setiawan, et al., 2013).


(3)

2.5 Minyak Lavender

Minyak lavender merupakan salah satu minyak atsiri yang dikenal sejak bertahun-tahun yang lampau, terutama diegara-negara eropa. Minyak ini diperoleh dari bunga segar tanaman lavender dengan metoda penyulingan uap atau ekstraksi dengan pelarut (Ketaren, 1985).

Negara penghasil minyak lavender yang utama didunia adalah Prancis. Minyak yang dihasilkan negara tersebut mempunyai mutu terbaik, dibandingkan minyak lavender dari negara lain. Serta mempunyai aroma manis yang khas. Beberapa daerah diprancis selatan memproduksi minyak lavender yang mempunyai kadar ester lebih tinggi dari minyak lavender dari negara lainnya (Ketaren, 1985).

Minyak lavender sangat berguna juga untuk digunakan terhadap stimulasi sistem syaraf, hipnotik, sedatif, dan obat penenang. Selain itu, ia memiliki kegunaan yang berguna pengobatan untuk dermatologis dan ruam kulit, serta kuat sebagai antiseptik dan efek antibiotik (membunuh bakteri). minyak lavender digunakan dalam parfum dan aromaterapi, dan digunakan dalam sabun, deterjen, dan produk kosmetik (Baydar dan Kara, 2013).

Mutu minyak lavender ditentukan terutama berdasarkan jumlah kadar esternya (linalyl asetat). Minyak bunga tanaman lavandula officinalis var. delphinensis mempunyai kadar kadar ester sebesar 50-55%. Sedangkan minyak yang diperoleh dari Lavandula latifolia mengandung ester yang tinggi dapat diusahakan secara perkebunan didataran rendah dengan mutu dan rendemen minyak yang dihasilkan cukup baik. Rendemen minyak yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara kondisi iklim, cuaca, ketinggian tempat


(4)

tumbuh, metode panen, tingka kesegaran bunga (segar atau kering) dan metode penyulingan.

a. Iklim mempengaruhi rendemen minyak. Bunga yang dipanen pada musim kemarau atau dibawah matahari terik menghasilkan rendemen minyak lebih tinggi dibandingkan dengan panen sewaktu hari mendung atau hujan

b. Permulaan menjelang akhir musim panen bunga menghasilkan rendemen lebih rendah dibandingkan dengan musim panen besar

c. Ketinggian tempat tumbuh tanaman, juga mempengaruhi rendemen. tanaman lavender liar yang tumbuh pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut, menghasilkan minyak sebesar 500 gram per 100 gram bunga, sedangkan pada ketinggian 1400 meter, hanya menghasilkan minyak sekitar 300-400 gram.

Komposisi kimia yang utama dalam minyak lavender adalah linalool dan linalool asetat dengan jumlah sekitar 30-60 persen dari total berat minyak. Minyak lavender yang diperoleh dengan ekstraksi menggunakan pelarut menguap, mengandung komponen kimia, antara lain : ester dari linalool, teruta ma lonalool asetat, koumarin yang berkadar empat kali lebih besar dari pada kadar koumarin dalam minyak hasil sulingan (Ketaren, 1985).

Menghirup lavender meningkatkan frekuensi gelombang alfa dan keadaan ini diasosiasikan dengan bersantai (relaksasi). Selain itu lavender juga berguna untuk mengurangi sakit kepala, stres, frustasi, mengobati kepanikan, mereda histeria, serta mengobati insomnia. Lavender juga membantu penyembuhan depresi, gelisah, susah tidur dan sakit kepala. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji efek penggunaan aromaterapi Lavender pada Lansia yang mengalami


(5)

gangguan tidur. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar dalam mengembangkan manajemen gangguan tidur yang bersifat jangka panjang (Rusca, at al, 2009).

Lavender sebagai aromaterapi memberikan efek relaksasi dan sedasi. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan bentuk rancangan one group pretest-posttest design selama Januari - April 2013 dengan sampel yang dipilih secara purposive sampling. Analisa data dengan uji paired t-test. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,001 berarti ada perbedaan intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit untuk menerapkan pemberian aromaterapi lavender pada pasien pasca operasi (Nuraini, at al, 2013).

2.6 Propilen Glikol

Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus molekul C3H8O2 dan berat molekul 76,10 (Depkes RI, 1995). Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan higroskopik. Propilen glikol dapat dicampur dengan air, dengan etanol (95%) dan dengan kloroform, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah dan dengan minyak lemak (Depkes RI, 1979).

Propilen glikol dapat berfungsi sebagai pengawet, antimikroba, disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin, dan kosolven yang dapat bercampur dengan air. Sebagai pelarut atau kosolven, propilen glikol digunakan dalam konsentrasi 10-30% larutan aerosol, 10-25% larutan oral, 10-60% larutan parenteral dan 0-80% larutan topikal. Propilen glikol digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi, industri makanan maupun kosmetik, dan dapat


(6)

dikatakan relatif non toksik. Dalam formulasi atau teknologi farmasi, propilen glikol secara luas digunakan sebagai pelarut, pengekstrak dan pengawet makanan dalam berbagai sediaan farmasi parenteral dan non parenteral (Rowe et al. 2003).

Sifat propilen glikol hampir sama dengan gliserin hanya saja propilen glikol lebih mudah melarutkan berbagai jenis zat. Sama seperti gliserin fungsi propilen glikol adalah sebagai humektan, namun fungsi dalam formula krim adalah sebagai pembawa emulsi sehingga emulsi menjadi lebih stabil. Propilen glikol dapat berfungsi sebagai humektan pada sediaan salep digunakan pada konsentrasi 15% (Rowe et al. 2003).

2.7 Sodium Benzoat

Sodium benzoat dikenal juga dengan nama natrium benzoat. Fungsi sodium benzoat adalah sebagai bahan pengawet untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme (jamur) yang merugikan. Batas atas penggunaan sodium benzoat yang diijinkan adalah sebesar 0,1% di Amerika Serikat, sedangkan untuk negara -negara lain berkisar antara 0,15-0,25%. Untuk -negara--negara Eropa batas benzoat berkisar antara 0,015-0,5%. Sodium benzoat lebih disukai dalam penggunaannya karena 200 kali lebih mudah larut dibandingkan asam benzoat. Sekitar 0,1% umumnya cukup untuk pengawetan pada produk yang telah dipersiapkan untuk diawetkan dan disesuaikan ke pH 4,5 atau dibawahnya. Pasar utama dari sodium benzoat adalah dalam pengawetan soft drink, minuman sirup fruktosa jagung yang tinggi. Sodium benzoat jarang digunakan sebagai pengawet dalam acar, saus, dan jus buah. Sodium benzoat juga digunakan dalam pembuatan obat dengan tujuan pemeliharaan (batas atas 1,0% dalam larutan obat) (Anonim, 2012b).