Formulasi Gel Pengharum Ruangan Menggunakan Karagenan dan Xanthan Gum Dengan Minyak Nilam Sebagai Fiksatif dan Minyak Kenanga Sebagai Pewangi
Lampiran 1. Bagan alir pembuatan basis gel (penelitian tahap pertama)
Aquades
Dipanaskan hingga suhu 75°C
Karagenan, Xanthan gum, Natrium benzoat
Dikalibrasi gelas beker 20 mL
Dilarutkan dengan 10 mL akuades panas, aduk hingga homogen
Propilen glikol
Turunkan suhu hingga 650
Aduk hingga homogen, tambahkan sisa akuades sampai batas kalibrasi
Tuangkan dalam cetakan
Bentuk sediaan gel
Akuades
Biarkan pada suhu ruangan hingga mengeras
(2)
Lampiran 2. Bagan alir pembuatan gel pengharum ruangan (penelitian tahap kedua/penelitian utama)
Aquades
Dipanaskan hingga suhu 75°C
Karagenan, Xanthan gum, Natrium benzoat
Dikalibrasi gelas beker 100 mL
Dilarutkan dengan 50 mL akuades panas, aduk hingga homogen
Propilen glikol
Turunkan suhu hingga 650 C
Minyak kenanga, minyak nilam
Aduk hingga homogen
Aduk hingga homogen, tambahkan sisa akuades sampai batas kalibrasi
Tuangkan dalam cetakan
Gel pengharum ruangan
Aquades
Biarkan pada suhu ruangan hingga mengeras
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Lampiran 7. Gambar sediaan gel pengharum ruangan setelah pembuatan
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
(8)
Lampiran 8. Gambar sediaan gel pengharum ruangan setelah penyimpanan selama 4 minggu pada ruangan biasa (suhu kamar)
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
(9)
Lampiran 9. Gambar sediaan gel pengharum ruangan setelah penyimpanan selama 4 minggu pada ruangan kipas
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
(10)
Lampiran 10. Gambar sediaan gel pengharum ruangan setelah penyimpanan selama 4 minggu pada ruangan AC
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
(11)
Lampiran 11. Perhitungan nilai sineresis gel
(%)Sineresis = x100% Mo
Mi Mo−
Keterangan: M0 = berat mula mula Mi = berat akhir Formula G1
Sineresis (%) = x100% Mo
Mi Mo−
= 100%
62 , 47
82 , 45 62 , 47
x
−
= 3,78 Formula G2
Sineresis (%) = x100% Mo
Mi Mo−
= 100%
75 , 41
46 , 40 75 , 41
x
−
= 3,09 Formula G3
Sineresis (%) = x100% Mo
Mi Mo−
= 100%
36 , 45
15 , 44 36 , 45
x
−
(12)
Lampiran 11. (Lanjutan) Formula G4
Sineresis (%) = x100% Mo
Mi Mo−
= 100%
17 , 41
47 , 40 17 , 41
x
−
= 1,70
Formula G5
Sineresis (%) = x100% Mo
Mi Mo−
= 100%
85 , 49
36 , 49 85 , 49
x
−
(13)
Lampiran 12. Tabel hasil nilai sineresis gel
Formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Sineresis (%)
G1 47,62 45,82 3,78
G2 41,75 40,46 3,09
G3 45,36 44,15 2,66
G4 41,17 40,47 1,70
G5 49,85 49,36 0,98
Keterangan:
G1 : Formula karagenan dan xanthan gum dengan perbandingan 30:70 G2 : Formula karagenan dan xanthan gum dengan perbandingan 40:60 G3 : Formula karagenan dan xanthan gum dengan perbandingan 50:50 G4 : Formula karagenan dan xanthan gum dengan perbandingan 60:70 G5 : Formula karagenan dan xanthan gum dengan perbandingan 70:30
(14)
Lampiran 13. Contoh lembar penilaian uji kesukaan (hedonic test)
Lampiran 6.Tabel penguapan zat cair pertiga hari selama 30 hari (gram) Lembar Penilaian Uji Kesukaan (Hedonic Test) Nama :
Umur :
Instruksi : Berikan pendapat anda tentang bentuk, warna dan aroma sediaan gel pengharum ruangan yang di uji, kemudian berilah tanda centang () pada salah satu kolom (SS/S/CS/KS/TS) yang tersedia
Sediaan
Penilaian
SS S CS KS TS
F1 F2 F2 F2 Keterangan :
SS = Sangat Suka, Nilai 5 S = Suka, Nilai 4
CS = Cukup Suka, Nilai 3 KS = Kurang Suka, Nilai 2 TS = Tidak Suka, Nilai 1
F1 = Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 = Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 = Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 = Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
(15)
Lampiran 14. Rumus perhitungan nilai uji kesukaan (hedonic test)
Untuk menghitung nilai kesukaan rata-rata dari setiap panelis digunakan rumus sebagai berikut:
•
n Xi X
n i
∑
==
•
(
)
n X Xi S
n i
∑
−=
2 2
• 2
S S=
• P(X −(1,96.S/ n)≤µ ≤(X +(1,96.S/ n)≅95% Keterangan :
n : Banyak panelis
S2 : Keseragaman nilai kesukaan
1,96 : Koefisien standar deviasi pada taraf 95%
X : Nilai kesukaan rata-rata
Xi : Nilai dari panelis ke i, dimana i = 1,2,3,…,n S : Simpangan baku nilai kesukaan
P : Tingkat kepercayaan µ : Rentang nilai
(16)
Lampiran 15. Tabel hasil uji kesukaan (hedonik) pemilihan wangi terbaik dari 4 sediaan dengan memvariasikan minyak nilam
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Panelis Formula
F1 F2 F3 F4
1 5 4 5 5
2 4 4 4 4
3 4 4 4 4
4 4 4 3 5
5 4 2 4 4
6 5 4 5 4
7 3 3 4 4
8 4 4 4 5
9 5 5 4 4
10 2 2 2 2
11 3 3 4 2
12 3 2 3 4
13 4 4 4 4
14 5 4 3 2
15 4 4 4 5
16 4 4 3 2
17 4 3 3 2
18 4 3 3 3
19 4 4 4 3
20 4 3 3 3
21 4 4 4 4
22 5 4 3 2
23 4 4 4 4
24 4 4 4 3
25 4 3 3 3
(17)
Lampiran 16. Perhitungan hasil uji kesukaan (hedonik) pemilihan wangi terbaik dari 4 sediaan dengan memvariasikan minyak nilam
Formula F1 • n Xi X n i
∑
= = 4 25 100 25 4 .... 4 4 4 5 = = + + + + + = •(
)
n X Xi S n i∑
− = 2 2(
) (
) (
) (
)
(
)
48 , 0 25 12 25 4 4 .... 4 4 4 4 4 4 45 2 2 2 2 2
= = − + + − + − + − + − = • 2 S S = 69 , 0 48 , 0 = = S S
• P(X −(1,96.S/ n)≤µ ≤(X −(1,96.S/ n)
) 27 , 4 73 , 3 ( ) 27 , 0 4 ( ) 27 , 0 4 ( ) 25 / 69 , 0 . 96 . 1 ( 4 ( ) 25 / 69 , 0 . 96 , 1 ( 56 , 4 ( ≤ ≤ + ≤ ≤ − − ≤ ≤ − µ µ µ P P P
(18)
Lampiran 16. (Lanjutan) Formula F2 • n Xi X n i
∑
= = 56 , 3 25 89 25 3 .... 4 4 4 4 = = + + + + + = •(
)
n X Xi S n i∑
− = 2 2(
) (
) (
) (
)
(
)
562 , 0 25 07 , 14 25 56 , 3 3 .... 56 , 3 4 56 , 3 4 56 , 3 4 56 , 34 2 2 2 2 2
= = − + + − + − + − + − = • 2 S S = 75 , 0 562 , 0 = = S S
• P(X −(1,96.S/ n)≤µ ≤(X −(1,96.S/ n
) 85 , 3 26 , 3 ( ) 29 , 0 56 , 3 ( ) 29 , 0 56 , 3 ( ) 25 / 75 , 0 . 96 . 1 ( 56 , 3 ( ) 25 / 75 , 0 . 96 , 1 ( 56 , 3 ( ≤ ≤ + ≤ ≤ − + ≤ ≤ − µ µ µ P P P
(19)
Lampiran 16. (Lanjutan) Formula F3 • n Xi X n i
∑
= = 64 , 3 25 91 25 3 .... 3 4 4 5 = = + + + + + = •(
)
n X Xi S n i∑
− = 2 2(
) (
) (
) (
)
(
)
47 , 0 25 76 , 11 25 64 , 3 3 .... 64 , 3 3 64 , 3 4 64 , 3 4 2 , 45 2 2 2 2 2
= = − + + − + − + − + − = • 2 S S = 68 , 0 47 , 0 = = S S
• P(X −(1,96.S/ n)≤µ ≤(X −(1,96.S/ n
) 90 , 3 38 , 3 ( ) 26 , 0 64 , 3 ( ) 26 , 0 64 , 3 ( 25 / 68 , 0 . 96 . 1 ( 64 , 3 ( ) 25 / 68 , 0 . 96 , 1 ( 64 , 3 ( ≤ ≤ + ≤ ≤ − − ≤ ≤ − µ µ µ P P P
(20)
Lampiran 16. (Lanjutan) Formula F4 • n Xi X n i
∑
= = 48 , 3 25 87 25 3 .... 5 4 4 5 = = + + + + + = •(
)
n X Xi S n i∑
− = 2 2(
) (
) (
) (
)
(
)
04 , 1 25 24 , 26 25 48 , 3 3 .... 48 , 3 5 48 , 3 4 48 , 3 4 48 , 35 2 2 2 2 2
= = − + + − + − + − + − = • 2 S S = 02 , 1 04 , 1 = = S S
• P(X −(1,96.S/ n)≤µ ≤(X −(1,96.S/ n
) 88 , 3 08 , 3 ( ) 40 , 0 48 , 3 ( ) 40 , 0 48 , 3 ( ) 25 / 02 . 1 . 96 . 1 ( 48 , 3 ( ) 25 / 02 , 1 . 96 , 1 ( 48 , 3 ( ≤ ≤ + ≤ ≤ − + ≤ ≤ − µ µ µ P P P
(21)
Lampiran 17. Tabel penurunan bobot gel pengharum ruangan
Perlakuan Formula Bobot (gram)
Awal Minggu 1
Minggu 2
Minggu
3 Minggu 4 Ruangan
suhu kamar
F1 89,23 81,86 72,03 80,72 50,02 F2 89,56 81,15 70,27 78,46 46,26 F3 88,31 78,64 67,92 76,91 43,27 F4 88,62 76,45 65,81 74,26 37,19 Ruangan
suhu kamar
yang diberi kipas
F1 94,49 83,52 63,96 42,66 21,53 F2 92,86 80,43 60,03 38,54 18,31 F3 95,17 69,14 45,54 27,13 15,13 F4 94,57 66,32 34,60 20,31 13,81
Ruangan AC
F1 91,59 81,57 72,01 57,34 44,84 F2 91,29 80,14 70,49 53,67 40,13 F3 90,47 76,65 65,01 46,73 34,84 F4 89,29 73,28 61,50 40,53 31,41 Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
(22)
Lampiran 18. Perhitungan persen total penguapan zat cair gel pengharum ruangan
Persen total penguapan zat cair = M0−M4
M0 × 100%
Keterangan : M4 = bobot gel pengharum ruangan minggu ke-4 M0 = bobot awal gel pengharum ruangan
Perhitungan persentase total penguapan zat cair pada ruangan suhu kamar Formula F1 = 100% 43,94%
23 , 89
02 , 50 23 ,
89 − =
x
Formula F2 = 100% 48,37% 56
, 89
46,26
-89,56 =
x
Formula F3 = 100% 51,00% 31
, 88
43,27 -88,31
=
x
Formula F4 = 100% 58,03% 62
, 88
37,19
-88,62 =
x
Perhitungan persentase total penguapan zat cair pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas
Formula F1 = 100% 77,21% 49
, 94
21,53
-94,49 =
x
Formula F2 = 100% 80,28% 86
, 92
18,31
-92,86 =
x
Formula F3 = 100% 84,10% 17
, 95
15,13
-95,17 =
x
Formula F4 = 100% 85,39% 57
, 94
13,81
-94,57 =
(23)
Lampiran 18. (Lanjutan)
Perhitungan persentase total penguapan zat cair pada ruangan AC Formula F1 = 100% 51,04%
59 , 91
44,84
-91,59 =
x
Formula F2 = 100% 56,04% 29
, 91
40,13
-91,29 =
x
Formula F3 = 100% 61,48% 47
, 90
34,84 -90,47
=
x
Formula F4 = 100% 64,82% 29
, 89
31,41
-89,29 =
(24)
Lampiran 19. Tabel persentase total penguapan zat cair gel pengharum ruangan
Ruangan Uji Total penguapan zat cair (%)
F1 F2 F3 F4
Suhu kamar 43,94 48,37 51,00 58,03
Suhu kamar yang diberi kipas
77,21 80,28 84,10 85,39
AC 51,04 56,04 61,48 64,82
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
(25)
Lampiran 20. Perhitungan persentase bobot gel sisa dari sediaan gel pengharum ruangan
Persen bobot gel sisa = bobot gel minggu ke−n ( Mn )
bobot gel minggu ke−0 (M0) × 100%
Keterangan : Mn = bobot gel saat penimbangan
M0 = bobot awal gel pengharum ruangan
Perhitungan persentase bobot gel sisa pada ruangan suhu kamar Formula F1 % 05 , 56 % 100 23 , 89 02 , 50 4 % 53 , 68 % 100 23 , 89 15 , 61 3 % 72 , 80 % 100 23 , 89 03 , 72 2 % 74 , 91 % 100 23 , 89 86 , 81 1 = = = = = = = = x Minggu x Minggu x Minggu x Minggu Formula F2 % 65 , 51 % 100 56 , 89 26 , 46 4 % 01 , 65 % 100 56 , 89 23 , 58 3 % 46 , 78 % 100 56 , 89 27 , 70 2 % 60 , 90 % 100 56 , 89 15 , 81 1 = = = = = = = = x Minggu x Minggu x Minggu x Minggu
(26)
Lampiran 20. (Lanjutan) Formula F3 % 00 , 49 % 100 31 , 88 27 , 43 4 % 19 , 61 % 100 31 , 88 04 , 54 3 % 91 , 76 % 100 31 , 88 92 , 67 2 % 04 , 89 % 100 31 , 88 64 , 78 1 = = = = = = = = x Minggu x Minggu x Minggu x Minggu Formula F4 % 96 , 41 % 100 62 , 88 19 , 37 4 % 83 , 57 % 100 62 , 88 25 , 51 3 % 26 , 74 % 100 62 , 88 81 , 65 2 % 26 , 86 % 100 62 , 88 45 , 76 1 = = = = = = = = x Minggu x Minggu x Minggu x Minggu
Perhitungan persentase bobot gel sisa pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas Formula F1 % 78 , 22 % 100 49 , 94 53 , 21 4 % 14 , 45 % 100 49 , 94 66 , 42 3 % 68 , 67 % 100 49 , 94 96 , 63 2 % 39 , 88 % 100 49 , 94 52 , 83 1 = = = = = = = = x Minggu x Minggu x Minggu x Minggu
(27)
Lampiran 20. (Lanjutan) Formula F2 % 71 , 19 % 100 86 , 92 31 , 18 4 % 50 , 41 % 100 86 , 92 54 , 38 3 % 64 , 64 % 100 86 , 92 03 , 60 2 % 61 , 86 % 100 86 , 92 43 , 80 1 = = = = = = = = x Minggu x Minggu x Minggu x Minggu Formula F3 % 89 , 15 % 100 17 , 95 13 , 15 4 % 50 , 28 % 100 17 , 95 13 , 27 3 % 85 , 47 % 100 17 , 95 54 , 45 2 % 64 , 72 % 100 17 , 95 14 , 69 1 = = = = = = = = x Minggu x Minggu x Minggu x Minggu Formula F4 % 60 , 14 % 100 57 , 94 81 , 13 4 % 47 , 21 % 100 57 , 94 31 , 20 3 % 58 , 36 % 100 57 , 94 60 , 34 2 % 12 , 70 % 100 57 , 94 32 , 66 1 = = = = = = = = x Minggu x Minggu x Minggu x Minggu
(28)
Lampiran 21. Tabel hasil perhitungan persentase bobot gel sisa pengharum ruangan
Ruangan
uji Formula Bobot sisa (%)
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Ruangan
suhu kamar
F1 91,74 80,72 68,53 56,05
F2 90,60 78,46 65,01 51,65
F3 89,04 76,91 61,19 49
F4 86,26 74,26 57,83 41,96
Ruangan suhu kamar
yang diberi kipas
F1 88,39 67,68 45,14 22,78
F2 86,61 64,64 41,50 19,71
F3 72,64 47,85 28,50 15,89
F4 70,12 36,58 21,47 14,60
Ruangan AC
F1 89,05 78,62 62,60 48,95
F2 87,78 77,21 58,79 43,95
F3 84,72 71,85 51,65 38,51
F4 82,06 68,87 45,39 35,17
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
(29)
Lampiran 22. Contoh lembar penilaian uji ketahanan wangi
Lampiran 6.Tabel penguapan zat cair pertiga hari selama 30 hari (gram) Lembar Penilaian Uji Ketahanan Wangi
Nama : Umur :
Instruksi : Berikan pendapat anda tentang aroma wangi sediaan gel pengharum ruangan yang di uji dengan cara membandingkannya dengan gel pengharum ruangan yang baru dibuat, kemudian berilah tanda centang () pada salah satu kolom (SW/AW/CW/KW/TW) yang tersedia
Sediaan
Penilaian
SW AW CW KW TW
F1 F2 F3 F4 Keterangan :
SW = Sama Wangi, Nilai 5 AW = Agak Wangi, Nilai 4 CW = Cukup Wangi, Nilai 3 KW = Kurang Wangi, Nilai 2 TW = Tidak Wangi, Nilai 1
F1 = Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 = Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 = Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 = Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
(30)
Lampiran 23. Hasil uji ketahanan wangi pada ruangan suhu kamar Minggu 1
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Panelis Formula
F1 F2 F3 F4
1 3 4 3 3
2 4 3 3 2
3 2 3 3 2
4 3 3 4 5
5 3 4 3 3
6 2 4 3 1
7 5 5 4 4
8 4 4 5 2
9 3 4 4 5
10 4 4 4 3
11 4 3 2 3
12 5 4 4 3
13 5 3 3 3
14 4 3 3 2
15 5 4 3 2
16 4 4 4 4
17 4 3 3 3
18 5 5 3 3
19 5 3 3 3
20 4 4 3 3
21 4 5 3 3
22 4 3 3 2
23 5 4 3 3
24 5 4 4 3
25 3 4 3 3
(31)
Lampiran 23. (lanjutan)
Contoh perhitungan hasil uji ketahanan wangi pada ruangan suhu kamar Minggu 1 Formula F1 • n Xi X n i
∑
= = 96 , 3 25 99 25 3 .... 3 2 4 3 = = + + + + + = •(
)
n X Xi S n i∑
− = 2 2(
) (
) (
) (
)
(
)
83 , 0 25 96 , 20 25 96 , 3 3 .... 96 , 3 3 96 , 3 2 96 , 3 4 96 , 33 2 2 2 2 2
= = − + + − + − + − + − = • 2 S S = 91 , 0 83 , 0 = = S S
• P(X −(1,96.S/ n)≤µ ≤(X −(1,96.S/ n)
) 31 , 4 60 , 3 ( ) 35 , 0 96 , 3 ( ) 35 , 0 96 , 3 ( ) 25 / 91 , 0 . 96 . 1 ( 96 , 3 ( ) 25 / 91 , 0 . 96 , 1 ( 96 , 3 ( ≤ ≤ + ≤ ≤ − − ≤ ≤ − µ µ µ P P P
(32)
Lampiran 23. (lanjutan) Minggu 2
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Panelis Formula
F1 F2 F3 F4
1 3 3 3 2
2 4 4 3 3
3 4 3 3 2
4 4 4 3 3
5 4 4 3 3
6 3 4 4 4
7 4 3 3 2
8 4 3 3 2
9 5 4 3 4
10 4 4 4 4
11 3 3 3 2
12 3 4 4 3
13 3 3 2 2
14 4 4 4 4
15 3 3 3 3
16 5 4 3 4
17 4 3 2 2
18 4 4 3 4
19 5 3 4 3
20 5 4 3 2
21 5 4 3 2
22 3 3 2 2
23 4 4 4 4
24 4 3 4 3
25 4 4 3 3
(33)
Lampiran 23. (lanjutan) Minggu 2 Formula F1 • n Xi X n i
∑
= = 92 , 3 25 98 25 4 .... 4 4 4 3 = = + + + + + = •(
)
n X Xi S n i∑
− = 2 2(
) (
) (
) (
)
(
)
47 , 0 25 84 , 11 25 92 , 3 4 .... 92 , 3 4 92 , 3 4 92 , 3 4 92 , 33 2 2 2 2 2
= = − + + − + − + − + − = • 2 S S = 68 , 0 47 , 0 = = S S
• P(X −(1,96.S/ n)≤µ ≤(X −(1,96.S/ n)
) 10 , 4 65 , 3 ( ) 26 , 0 92 , 3 ( ) 26 , 0 92 , 3 ( ) 25 / 68 , 0 . 96 . 1 ( 92 , 3 ( ) 25 / 68 , 0 . 96 , 1 ( 92 , 3 ( ≤ ≤ + ≤ ≤ − − ≤ ≤ − µ µ µ P P P
(34)
Lampiran 23. (lanjutan) Minggu 3
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Panelis Formula
F1 F2 F3 F4
1 3 3 2 2
2 4 3 2 2
3 4 3 4 3
4 3 3 2 2
5 4 3 2 1
6 4 3 2 1
7 4 2 3 3
8 4 4 4 4
9 3 3 3 3
10 4 3 2 3
11 4 3 2 2
12 2 2 2 2
13 3 2 3 1
14 3 4 4 3
15 4 3 2 2
16 4 4 4 4
17 4 2 3 1
18 2 3 3 1
19 4 3 3 2
20 4 3 3 3
21 3 3 3 3
22 4 4 3 3
23 4 3 4 2
24 3 3 2 2
25 4 3 2 3
(35)
Lampiran 23. (lanjutan) Minggu 3 Formula F1 • n Xi X n i
∑
= = 56 , 3 25 89 25 4 .... 3 4 4 3 = = + + + + + = •(
)
n X Xi S n i∑
− = 2 2(
) (
) (
) (
)
(
)
41 , 0 25 16 , 10 25 56 , 3 4 .... 56 , 3 3 56 , 3 4 56 , 3 4 56 , 33 2 2 2 2 2
= = − + + − + − + − + − = • 2 S S = 63 , 0 41 , 0 = = S S
• P(X −(1,96.S/ n)≤µ ≤(X −(1,96.S/ n)
) 80 , 3 31 , 3 ( ) 24 , 0 56 , 3 ( ) 24 , 0 56 , 3 ( ) 25 / 63 , 0 . 96 . 1 ( 56 , 3 ( ) 25 / 63 , 0 . 96 , 1 ( 56 , 3 ( ≤ ≤ + ≤ ≤ − − ≤ ≤ − µ µ µ P P P
(36)
Lampiran 23. (lanjutan) Minggu 4
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Panelis Formula
F1 F2 F3 F4
1 2 2 1 1
2 2 2 2 2
3 3 2 2 1
4 2 1 1 2
5 1 1 1 1
6 2 2 1 1
7 2 2 2 2
8 2 2 2 2
9 2 1 2 1
10 1 1 1 1
11 3 2 2 1
12 2 1 1 1
13 2 2 2 2
14 2 1 1 1
15 2 2 2 2
16 1 1 2 1
17 2 2 1 1
18 2 2 2 2
19 2 2 1 1
20 1 1 1 1
21 2 2 2 2
22 2 1 1 1
23 2 1 2 1
24 2 2 1 1
25 2 1 1 1
(37)
Lampiran 23. (lanjutan) Minggu 4 Formula F1 • n Xi X n i
∑
= = 92 , 1 25 48 25 2 .... 2 3 2 2 = = + + + + + = •(
)
n X Xi S n i∑
− = 2 2(
) (
) (
) (
)
(
)
2336 , 0 25 48 , 5 25 92 , 1 2 .... 92 , 1 2 92 , 1 3 92 , 1 2 92 , 12 2 2 2 2 2
= = − + + − + − + − + − = • 2 S S = 48 , 0 2336 , 0 = = S S
• P(X −(1,96.S/ n)≤µ ≤(X −(1,96.S/ n)
) 10 , 2 73 , 1 ( ) 18 , 0 92 , 1 ( ) 18 , 0 92 , 1 ( ) 25 / 48 , 0 . 96 . 1 ( 92 , 1 ( ) 25 / 48 , 0 . 96 , 1 ( 92 , 1 ( ≤ ≤ + ≤ ≤ − − ≤ ≤ − µ µ µ P P P
(38)
Lampiran 24. Hasil uji ketahanan wangi pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas
Minggu 1
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Panelis Formula
F1 F2 F3 F4
1 3 3 4 4
2 3 4 4 4
3 5 3 3 2
4 5 4 5 4
5 4 3 3 3
6 3 2 4 3
7 4 5 3 3
8 4 4 4 3
9 4 3 2 2
10 4 3 3 3
11 3 4 3 4
12 5 4 3 3
13 5 5 4 4
14 4 4 3 3
15 5 4 3 3
16 3 4 3 4
17 4 4 3 2
18 5 4 3 3
19 4 4 4 4
20 5 3 4 3
21 4 3 4 4
22 3 4 4 3
23 5 3 4 4
24 4 3 3 4
25 4 3 4 3
(39)
Lampiran 24. (lanjutan)
Contoh perhitungan hasil uji ketahanan wangi pada ruangan suhu kamar yang diberi kipasMinggu 1
Formula F1 • n Xi X n i
∑
= = 08 , 4 25 102 25 4 .... 5 5 3 3 = = + + + + + = •(
)
n X Xi S n i∑
− = 2 2(
) (
) (
) (
)
(
)
5536 , 0 25 84 , 13 25 08 , 4 4 .... 08 , 4 5 08 , 4 5 08 , 4 3 08 , 43 2 2 2 2 2
= = − + + − + − + − + − = • 2 S S = 74 , 0 5536 , 0 = = S S
• P(X −(1,96.S/ n)≤µ ≤(X −(1,96.S/ n)
) 09 , 5 78 , 3 ( ) 29 , 0 08 , 4 ( ) 29 , 0 08 , 4 ( ) 25 / 74 , 0 . 96 . 1 ( 08 , 4 ( ) 25 / 74 , 0 . 96 , 1 ( 08 , 4 ( ≤ ≤ + ≤ ≤ − − ≤ ≤ − µ µ µ P P P
(40)
Lampiran 24. (lanjutan) Minggu 2
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Panelis Formula
F1 F2 F3 F4
1 3 3 2 2
2 4 3 3 3
3 3 3 3 3
4 2 2 2 2
5 3 3 3 3
6 3 3 2 2
7 4 3 2 1
8 4 3 2 1
9 4 3 2 1
10 3 2 2 1
11 3 3 3 3
12 3 2 2 2
13 3 2 3 2
14 3 2 1 1
15 2 2 2 2
16 4 3 3 3
17 4 3 2 2
18 3 2 1 1
19 3 3 3 3
20 3 3 2 2
21 2 3 2 3
22 3 2 3 2
23 4 3 2 2
24 3 4 1 1
25 3 3 3 3
(41)
Lampiran 24. (lanjutan) Minggu 2 Formula F1 • n Xi X n i
∑
= = 16 , 3 25 79 25 3 .... 2 3 4 3 = = + + + + + = •(
)
n X Xi S n i∑
− = 2 2(
) (
) (
) (
)
(
)
3744 , 0 25 36 , 9 25 16 , 3 3 .... 16 , 3 2 16 , 3 3 16 , 3 4 16 , 33 2 2 2 2 2
= = − + + − + − + − + − = • 2 S S = 61 , 0 3744 , 0 = = S S
• P(X −(1,96.S/ n)≤µ ≤(X −(1,96.S/ n)
) 39 , 3 92 , 2 ( ) 23 , 0 16 , 3 ( ) 23 , 0 16 , 3 ( ) 25 / 61 , 0 . 96 . 1 ( 16 , 3 ( ) 25 / 61 , 0 . 96 , 1 ( 16 , 3 ( ≤ ≤ + ≤ ≤ − − ≤ ≤ − µ µ µ P P P
(42)
Lampiran 24. (lanjutan) Minggu 3
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Panelis Formula
F1 F2 F3 F4
1 2 2 2 2
2 2 2 2 1
3 3 1 1 1
4 2 1 1 1
5 2 2 1 1
6 2 1 2 1
7 1 1 1 1
8 2 1 2 1
9 2 1 2 2
10 1 1 1 1
11 1 1 1 1
12 2 1 1 1
13 2 1 1 1
14 1 1 1 1
15 2 1 2 2
16 1 1 1 1
17 2 1 2 1
18 2 1 2 1
19 2 1 1 1
20 2 2 1 1
21 1 1 1 1
22 1 2 1 1
23 1 1 1 1
24 2 1 2 1
25 2 1 1 1
(43)
Lampiran 24. (lanjutan) Minggu 3 Formula F1 • n Xi X n i
∑
= = 72 , 1 25 43 25 2 .... 2 3 2 2 = = + + + + + = •(
)
n X Xi S n i∑
− = 2 2(
) (
) (
) (
)
(
)
2814 , 0 25 04 , 7 25 72 , 1 2 .... 72 , 1 2 72 , 1 3 72 , 1 2 72 , 12 2 2 2 2 2
= = − + + − + − + − + − = • 2 S S = 53 , 0 2814 , 0 = = S S
• P(X −(1,96.S/ n)≤µ ≤(X −(1,96.S/ n)
) 92 , 1 51 , 1 ( ) 20 , 0 72 , 1 ( ) 20 , 0 72 , 1 ( ) 25 / 53 , 0 . 96 . 1 ( 72 , 1 ( ) 25 / 53 , 0 . 96 , 1 ( 72 , 1 ( ≤ ≤ + ≤ ≤ − − ≤ ≤ − µ µ µ P P P
(44)
Lampiran 25. Hasil uji ketahanan wangi pada ruangan AC Minggu 1
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Panelis Formula
F1 F2 F3 F4
1 4 4 4 4
2 5 4 4 3
3 4 4 3 3
4 3 3 2 2
5 4 4 3 4
6 5 2 3 4
7 2 4 2 2
8 4 4 3 4
9 4 4 4 3
10 4 3 3 3
11 4 5 4 4
12 5 5 4 3
13 5 4 3 2
14 4 4 4 4
15 4 3 4 3
16 5 4 3 3
17 4 4 4 4
18 4 3 3 2
19 5 4 3 3
20 5 4 4 4
21 4 4 4 4
22 4 3 4 3
23 4 4 3 3
24 5 4 2 3
25 4 4 3 3
(45)
Lampiran 25. (lanjutan)
Contoh perhitungan hasil uji ketahanan wangi pada ruangan AC Minggu 1 Formula F1 • n Xi X n i
∑
= = 20 , 4 25 105 25 4 .... 3 4 5 4 = = + + + + + = •(
)
n X Xi S n i∑
− = 2 2(
) (
) (
) (
)
(
)
48 , 0 25 00 , 12 25 20 , 4 4 .... 20 , 4 3 20 , 4 4 20 , 4 5 20 , 44 2 2 2 2 2
= = − + + − + − + − + − = • 2 S S = 70 , 0 48 , 0 = = S S
• P(X −(1,96.S/ n)≤µ ≤(X −(1,96.S/ n)
) 47 , 4 92 , 3 ( ) 27 , 0 20 , 4 ( ) 27 , 0 20 , 4 ( ) 25 / 70 , 0 . 96 . 1 ( 20 , 4 ( ) 25 / 70 , 0 . 96 , 1 ( 20 , 4 ( ≤ ≤ + ≤ ≤ − − ≤ ≤ − µ µ µ P P P
(46)
Lampiran 25. (lanjutan) Minggu 2
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Panelis Formula
F1 F2 F3 F4
1 4 4 3 4
2 4 3 4 3
3 4 3 3 2
4 4 3 2 2
5 5 4 3 4
6 4 2 2 2
7 3 4 4 3
8 5 4 3 2
9 4 4 4 3
10 4 4 2 2
11 4 4 3 2
12 4 4 3 4
13 4 4 3 3
14 4 3 2 2
15 5 4 3 2
16 4 4 4 4
17 4 3 3 4
18 4 3 4 3
19 3 3 3 3
20 4 3 3 3
21 3 4 3 3
22 4 3 2 2
23 3 3 2 2
24 4 4 4 4
25 4 3 3 3
(47)
Lampiran 25. (lanjutan) Minggu 2 Formula F1 • n Xi X n i
∑
= = 96 , 3 25 99 25 4 .... 4 4 4 4 = = + + + + + = •(
)
n X Xi S n i∑
− = 2 2(
) (
) (
) (
)
(
)
2784 , 0 25 96 , 6 25 96 , 3 3 .... 96 , 3 4 96 , 3 4 96 , 3 4 96 , 34 2 2 2 2 2
= = − + + − + − + − + − = • 2 S S = 52 , 0 2784 , 0 = = S S
• P(X −(1,96.S/ n)≤µ ≤(X −(1,96.S/ n)
) 16 , 4 75 , 3 ( ) 20 , 0 96 , 3 ( ) 20 , 0 96 , 3 ( ) 25 / 52 , 0 . 96 . 1 ( 96 , 3 ( ) 25 / 52 , 0 . 96 , 1 ( 96 , 3 ( ≤ ≤ + ≤ ≤ − − ≤ ≤ − µ µ µ P P P
(48)
Lampiran 25. (lanjutan) Minggu 3
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Panelis Formula
F1 F2 F3 F4
1 3 3 2 2
2 3 3 3 3
3 2 2 2 2
4 4 3 2 2
5 4 1 2 1
6 4 3 2 1
7 3 2 3 2
8 3 3 3 3
9 2 2 2 2
10 3 2 2 1
11 3 2 3 2
12 3 3 2 2
13 3 3 3 3
14 4 3 2 2
15 2 2 2 2
16 2 2 2 2
17 2 2 1 1
18 3 3 2 2
19 3 2 1 1
20 4 3 2 2
21 2 2 2 2
22 4 3 2 3
23 3 2 3 2
24 2 2 2 2
25 3 2 2 1
(49)
Lampiran 25. (lanjutan) Minggu 3 Formula F1 • n Xi X n i
∑
= = 96 , 2 25 74 25 3 .... 4 2 3 3 = = + + + + + = •(
)
n X Xi S n i∑
− = 2 2(
) (
) (
) (
)
(
)
5184 , 0 25 96 , 12 25 96 , 2 3 .... 96 , 2 4 96 , 2 2 96 , 2 3 96 , 23 2 2 2 2 2
= = − + + − + − + − + − = • 2 S S = 72 , 0 5184 , 0 = = S S
(50)
) 24 , 3 67 , 2 ( ) 28 , 0 96 , 2 ( ) 28 , 0 96 , 2 ( ) 25 / 72 , 0 . 96 . 1 ( 96 , 2 ( ) 25 / 72 , 0 . 96 , 1 ( 96 , 2 ( ≤ ≤ + ≤ ≤ − − ≤ ≤ − µ µ µ P P P
Lampiran 25. (lanjutan) Minggu 4
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Panelis Formula
F1 F2 F3 F4
1 2 2 1 1
2 2 2 2 2
3 1 1 1 1
4 2 1 2 1
5 3 2 2 1
6 2 2 2 2
7 1 1 1 1
8 2 2 1 1
9 2 1 2 1
10 1 2 1 2
11 3 2 1 1
12 2 2 2 2
13 2 1 2 1
14 2 1 1 1
15 2 1 1 1
16 1 1 1 1
17 2 2 1 1
18 1 1 1 1
19 1 1 1 1
20 3 2 1 1
21 1 1 1 1
22 2 1 2 1
23 1 2 2 1
24 2 1 1 1
25 2 2 2 2
(51)
Lampiran 25. (lanjutan) Minggu 4 Formula F1 • n Xi X n i
∑
= = 80 , 1 25 45 25 2 .... 2 1 2 2 = = + + + + + = •(
)
n X Xi S n i∑
− = 2 2(
) (
) (
) (
)
(
)
4 , 0 25 10 25 80 , 1 2 .... 80 , 1 2 80 , 1 1 80 , 1 2 80 , 12 2 2 2 2 2
= = − + + − + − + − + − = • 2 S S = 63 , 0 4 , 0 = = S S
(52)
) 04 , 2 55
, 1 (
) 24 , 0 80 , 1 ( )
24 , 0 80 , 1 (
) 25 / 63 , 0 . 96 . 1 ( 80 , 1 ( )
25 / 63 , 0 . 96 , 1 ( 80 , 1 (
≤ ≤
+ ≤
≤ −
− ≤
≤ −
µ
µ
µ
P P P
(53)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2014). Xanthan Gum.Diakses Tanggal: 23 Februari 2016.
Armando, R. (2009). Memproduksi 15 Jenis Minyak Atsiri Berkualitas. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Halaman 66.
Badan Standar Nasional. (2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau Sensori. Diakses tanggal 15 Desember201
Bubnis, W. A. (2000). Carrageenan. Diakses Tanggal: 31 Maret 2016.
Cohen, A., Sarah, J., dan Gina, S. (2007). Hidden Hazards of Air Fresheners. New York: NRDC issue paper. Halaman 5-9.
Darma, G.C. (2007). Pengaruh Penambahan Minyak Nilam (Pathouli Oil) Sebagai Fiksatif Terhadap Stabilitas Aroma Parfum Melon Dan Maskulin Pada Saat Pemakaiannya. Skripsi. Jakarta: Perpustakaan FFUP. Halaman 31. De Roos, K.B. (2003). Effect of Texture and Microstructure on Flavour Retention
and Release. Review. International Dairy Journal. 13 (2): 93–105.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 534.
Ditjen POM.(1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 558 dan 712.
Fitrah, A.N. (2013). Formulasi Gel Pengharum Ruangan Menggunakan Karagenan dan Glukomanan dengan Pewangi Minyak Jeruk Purut dan Kenanga. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Halaman 20, 24, 35. Garcia, F., Santos, V. S., Casas, J., A dan Gomez, E. (2000). Xanthan Gum:
production,recovery and properties. Biotechnology Advances. 18 (2000):
551-552.
Glicksman, M. (1979). Gelling Hydrocolloids in Food Product Application.J. M. V. Blanshard dan J. R. Mitchell, editor.Polysaccharides in Food. London: Butteworths. Halaman 188-189.
(54)
Hargreaves, T. (2003). Chemical Formulation : An Overview of Surfactant-based Preparations used in Everyday Life. Cambridge: Royal Society of Chemistry Press. Halaman 119.
Imeson. (2000). Carragenan. Philips GO dan Williams PA, editor. Handbook of Hydrocolloids. BocaRaton : CRC Press. Halaman 169-173.
Jeeva, S., T.S. Mohan., A. Palavesam., N.C.J.P Lekshmi., dan J.R. Brindha. (2011). Production and optimization study of a Novel Extracellular Polysaccharide by wild-type isolates of Xanthomonas campestris. Journal of Microbiology and Biotechnology Research.1 (4):176.
Kariza, D. A. (2015). Ekstraksi Pektin dari Cincau Hijau (Premna oblongifolia.Merr) untuk Pembuatan Gel Pengharum Ruangan. Skripsi.
Semarang: universitas Negeri Semarang. Halaman 9-12.
Kaya, A.O.W., Ani S., dan Joko S. (2015). The Effect of Gelling Agent Concentration on the Characteristic of Gel Produced From the Mixture of Semi-refined Carrageenan and Glukomannan. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR). 20 (1): 315, 320.
Ketaren, S. (1975). Minyak Atsiri. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Pertanian, IPB. Halaman 36.
Kiswanti, E. D. (2009). Pemanfaatan Karagenan yang ditambahkan Minyak Sereh Wangi pada Formula Gel Penolak Nyamuk Culex quinquefasciatus.
Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Halaman 11.
Lutony, T. L dan Yeyet, R. (1994). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Halaman 84, 95-96.
Mas, S. (2013). Pengaruh Penambahan Minyak Nilam Sebagai Fiksatif Terhadap Ketahanan Wangi Gel Pengharum Ruangan Alami. Skripsi. Bogor: Institus Pertanian Bogor. Halaman 6, 8, 9, 13.
Nasarah, M. (2015). Pengaruh Minyak Nilam (Oleum Pogostemon) Terhadap Ketahanan Wangi Minyak Lavender (Oleum Lavandulae) Dalam Sediaan Gel Pengharum Ruangan Memakai Basis Gel Campuran Agar Agar Dan Xanthan Gum. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Halaman 19-21.
Padmaja., Anbuselvi S., Sathish K.M., dan Vikram, M. (2012). A Comparative Study On Biosynthesis Of Xanthan Gum Using Three Different Xanthomonas Strains Isolated From Diseased Plants. International Journal of Pharma and Bio Sciences. Research Article Biotechnology. Int J Pharm Bio Sci. 3 (3):1-6.
(55)
Poerwadi, B., Ismuyanto, B., Agustina, D., dan Nirwana C. (2013). Karakteristik Gel Pengharum Ruangan Dengan Berbagai Grade Patchauli Alkohol Dan Konsentrasi Minyak Nilam. Jurnal Tehnik Kimia. 7 (2): 49-50.
Rahmaisni, A. (2011). Aplikasi Minyak Atsiri Pada Produk Gel Pengharum Ruangan Anti Serangga. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Halaman 10, 28.
Rosmawaty., Sinurat, E., dan Darmawan, M. (2014). Memproduksi Karaginan Dari Rumput Laut. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Halaman 7-8.
Rowe, C., Raymond., Sheskey, J.P., dan Owen,C.S. (2003). Handbook of Pharmaceutical Excipients. London: Pharmaceutical Press. Halaman 592 dan 627.
Rusli, M. S. (2010). Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka. Halaman 2.
Saha, D. dan Suvendu, B. (2010). Hydrocolloids as Thickening and Gelling Agents in Food: A Critical Review. Juornal Food Sciences Technology.
47(6): 587–597.
Santoso, H. B. (1990). Bertanam Nilam Bahan Industri Wewangian. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 18-23.
Steinemann, A.C dan Stanley, M. C. (2009). Prevalence of Fragrance Sensitivity in the American Population. Journal of Environmental Health. 71 (7): 48-49.
Tranggono.(1989). Bahan Makanan Tambahan (Food Aditive). Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.Yogyakarta: UGM-Press. Halaman 25-26. Van de Velde F, De Ruiter GA. (2005). Carrageenan. Steinbüchel A dan Rhee
SK, editor. Polysaccharides and Polyamides in the Food Industry.Vol 1. Weinheim: Wiley-VCH Verlag GmbH and Co. KGaA. Halaman 1-3. Winarno, F.G. (1994). Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminasi.
Pustaka Sinar Harapan, Bekerja Sama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor: IPB. Halaman 23-24.
Yuliani, S. dan Suyanti, S. (2012). Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Halaman 103.
(56)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015 – Desember 2015. Penelitian dilakukan di laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi 1 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitis (AD GF 2000), gelas beker (Pirex), cawan penguap, gelas arloji (Pirex), gelas ukur (Pirex), batang pengaduk, pipet tetes, penangas air, oven (Memmert), sudip, spatula, kertas perkamen, termometer dan wadah gel.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah karagenan, xanthan gum, propilen glikol, natrium benzoat, minyak nilam, minyak kenanga, dan akuades.
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Penelitian tahap pertama yaitu formulasi pemilihan gel yang paling stabil dengan memvariasikan kombinasi dari karagenan dan xanthan gum konsentrasi 3% dengan perbandingan 30:70, 40:60, 50:50, 60:40 dan 70:30. Dari lima formula tersebut dipilih formula gel yang menghasilkan tekstur gel yang kenyal, elastis, dan tidak mudah patah. Penelitian tahap kedua yaitu untuk mencari formula konsentrasi minyak kenanga terbaik sebagai pewangi dengan memvariasikan konsentrasi minyak kenanga yaitu, 2, 4, 6
(57)
dan 8%. Dari empat formula tersebut dipilih formula gel yang menghasilkan aroma yang dapat diterima oleh panelis. Pengujian yang dilakukan pada tahap pertama yaitu pemeriksaan organoleptis dan uji kestabilan gel.
Penelitian tahap ketiga yaitu untuk mencari konsentrasi minyak nilam terbaik sebagai fiksatif dengan memvariasikan minyak nilam yaitu 1, 1,5, 2 dan 2,5%. Dari empat formula tersebut, dipilih formula gel pengharum ruangan yang menghasilkan daya fiksatif terbaik. Pengujian yang dilakukan pada tahap kedua yaitu uji kesukaan, uji penguapan zat cair dan uji ketahanan wangi selama penyimpanan di tempat yang berbeda-beda yaitu di ruangan suhu kamar, ruangan suhu kamar yang diberi kipas dan ruangan ber AC (Nasarah, 2015).
3.4 Formulasi Sediaan Gel Pengharum Ruangan
Formula yang digunakan pada penelitian ini merupakan formula yang dimodifikasi dari formula standart menurut Fitrah (2013). Formula standart dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan formula modifikasi pada Tabel 3.2.
Tabel 3.1 Formula standart (210 gram).
Komposisi Bahan Bobot (gr)
Campuran karagenan dan glukomanan (3%)
60 : 40 70 : 30 100 : 0
K G K G K G
3,78 2,52 4,41 1,89 6,30 -
Natrium benzoat (0,1%) 0,21 0,21 0,21
Propilen glikol (10%) 21,00 21,00 21,00
Minyak atsiri (7%) 14,70 14,70 14,70
Aquades ad (100%)
Gel tanpa minyak atsiri 182,49 180,39 178,29 Gel dengan minyak atsiri 167,79 165,69 163,59 Keterangan : K = Karagenan
(58)
Tabel 3.2 Formula modifikasi (100 gram)
Komposisi Konsentrasi
Karagenan : Xanthan gum 3 %
Sodium benzoate 0,1 %
Propilen glikol 10%
Minyak kenanga x %
Minyak nilam y %
Aquades ad 100%
Pada penelitian ini konsentrasi minyak kenanga sebagai pewangi ditentukan berdasarkan penelitian orientasi dengan memvariasikan konsentrasi minyak kenanga (x) yaitu 2, 4, 6 dan 8% sedangkan konsentrasi minyak nilam (y) sebagai fiksatif ditentukan dengan memvariasikan konsentrasinya yaitu 1, 1,5, 2 dan 2,5% 3.5 Formulasi Sediaan Gel Pengharum Ruangan Menggunakan Kombinasi
Karagenan dan Xanthan Gum
Dalam penelitian tahap pertama (orientasi), digunakan kombinasi karagenan dan xanthan gum sebagai bahan pembentuk gel dengan konsentrasi 3% untuk memilih formula gel yang paling stabil. Perbandingan karagenan : xanthan gum sebesar 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, 30:70. Formula orientasi pemilihan gel terbaik dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Formula gel pengharum ruangan menggunakan variasi konsentrasi karagenan dan xanthan gum (20 gram)
Bahan G1
(30 : 70)
G2 (40 : 60)
G3 (50 : 50)
G4 (60 : 40)
G5 (70 : 30) Karagenan :
Xanthan gum (g)
0,18 : 0,42 0,24 : 0,36 0.3 : 0,3 0,36 : 0,24 0,42 : 0,18 Natrium
Benzoat (g)
0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
Propilen glikol
(g)
2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
Aquades (ml)
(59)
Berdasarkan hasil uji organoleptik basis gel dan nilai sineresis gel kombinasi karagenan dan xanthan gum dengan konsentrasi 3%, G5 menghasilkan gel yang lebih baik dari gel G1, G2, G3 dan G4. Penelitian dilanjutkan untuk mendapatkan konsentrasi minyak kenanga yang terbaik dengan menggunakan G5 sebagai basis gel.
3.6 Prosedur Pembuatan Gel Pengharum Ruangan Menggunakan Variasi Konsentrasi Karagenan dan Xanthan Gum
Menurut Nasarah (2015) yaitu:
1. Alat dan bahan yang digunakan disiapkan 2. Semua bahan ditimbang
3. Gelas beker dikalibrasi 20 mL kemudian dipanaskan aquadest hingga suhu 75oC
4. Karagenan, xanthan gum dan natrium benzoat dimasukkan ke dalam gelas beker kemudian ditambahkan akuades yang telah dipanaskan sebanyak 10 mL, dipindahkan gelas beker ke penangas air agar suhu tetap stabil dan diaduk cepat hingga larut dan homogen
5. Gelas beker yang berisi campuran karagenan, xanthan gum dan sodium benzoat dipindahkan dari penangas air, agar suhunya menurun hingga 65oC sambil terus diaduk dengan cepat. Setelah suhu mencapai 65oC, ditambahkan propilen glikol, aduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan sisa akuades sampai batas kalibrasi dan aduk hingga homogen.
6. Campuran tersebut dituangkan ke dalam cetakan, dibiarkan pada suhu ruangan hingga mengeras.
(60)
3.7 Formulasi Sediaan Gel Pengharum Ruangan Menggunakan Variasi Konsentrasi Minyak Nilam dan Minyak Kenanga 8%
Formulasi sediaan gel pengharum ruangan dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan konsentrasi minyak kenanga yang terbaik sebagai pewangi (penelitian tahap kedua). Dalam hal ini variasi konsentrasi minyak kenanga yang digunakan adalah 2, 4, 6 dan 8%. Berdasarkan hasil orientasi, konsentrasi minyak kenanga terbaik sebagai pewangi adalah 8%. Formula orientasi penentuan konsentrasi minyak kenanga sebagai pewangi dalam sediaan gel pengharum ruangan dapat dilihat pada Tabel 3.4. Prosedur pembuatan gel pengharum ruangan menggunakan variasi konsentrasi minyak kenanga sama dengan Point 3.6 hanya saja dilakukan penambahan minyak kenanga pada akhir prosedur pembuatan. Tabel 3.4 Formula gel pengharum ruangan menggunakan variasi konsentrasi
minyak kenanga ( 20 gram)
Komposisi K1 K2 K3 K4
Karagenan (g) 0,42 0,42 0,42 0,42
Xanthan gum (g) 0,18 0,18 0,18 0,18
Minyak kenanga (g) 0,40 0,80 1,20 1,60
Propilen glikol (g) 2,00 2,00 2,00 2,00
Natrium benzoat (g) 0,02 0,02 0,02 0,02
Akuades (ml) 16,58 16,18 15,78 15,38
Keterangan:
K1: Formulasi dengan konsentrasi minyak kenanga 2% K2: Formulasi dengan konsentrasi minyak kenanga 4% K3:Formulasi dengan konsentrasi minyak kenanga 6% K4: Formulasi dengan konsentrasi minyak kenanga 8%
Selanjutnya dilakukan formulasi gel pengharum ruangan dengan memvariasikan konsentrasi minyak nilam untuk mendapatkan konsentrasi terbaik minyak nilam sebagai fiksatif. Variasi konsentrasi minyak nilam yang digunakan yaitu 1, 1,5, 2 dan 2,5%. Pada formulasi ini digunakan minyak kenanga 8% sebagai pewangi dalam sediaan gel pengharum ruangan. Formula dengan variasi
(61)
konsentrasi minyak nilam sebagai fiksatif dalam sediaan gel pengharum ruangan dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Formula gel pengharum ruangan dengan variasi konsentrasi minyak nilam (100 gram)
Bahan F1 F2 F3 F4
Karagenan : Xanthan gum
(g)
2,1 : 0,9 2,1 : 0,9 2,1 : 0,9 2,1 : 0,9 Sodium benzoat
(g) 0,1 0,1 0,1 0,1
Propilen glikol
(g) 10,0 10,0 10,0 10,0
Minyak kenanga
(g) 8,0 8,0 8,0 8,0
Minyak nilam
(g) 1,0 1,5 2,0 2,5
Aquadest (ml) 77,9 77,4 76,9 76,4
Keterangan:
F1 :Formulasi dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 :Formulasi dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 :Formulasi dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 :Formulasi dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
3.8 Prosedur Pembuatan Gel Pengharum Ruangan Menggunakan Variasi Konsentrasi Minyak Nilam
Menurut Nasarah (2015) yaitu:
1. Alat dan bahan yang digunakan disiapkan 2. Semua bahan ditimbang
3. Gelas beker dikalibrasi 100 mL kemudian dipanaskan aquadest hingga suhu 75oC
4. Karagenan, xanthan gum dan natrium benzoat dimasukkan ke dalam gelas beker kemudian ditambahkan akuades yang telah dipanaskan sebanyak 50 mL, dipindahkan gelas beker ke penangas air agar suhu tetap stabil dan diaduk cepat hingga larut dan homogen
(62)
5. Gelas beker yang berisi campuran karagenan, xanthan gum dan sodium benzoat dipindahkan dari penangas air, agar suhunya menurun hingga 65oC sambil terus diaduk dengan cepat. Setelah suhu mencapai 65oC, ditambahkan propilen glikol, aduk hingga homogen
6. Minyak nilam dan minyak kenanga ditambahkan ke dalam campuran tersebut, diaduk cepat hingga homogen dan ditambahkan sisa akuades sampai batas kalibrasi, aduk hingga homogen.
7. Campuran tersebut dituang ke dalam cetakan, dibiarkan pada suhu ruangan hingga mengeras.
3.9 Prosedur Pengujian 3.9.1 Uji kestabilan gel
3.9.1.1 Pemeriksaan organoleptis
Pengujian organoleptik dilakukan untuk menguji tekstur gel terbaik dari konsentrasi kombinasi karagenan dan xanthan gum sebagai basis gel dan aroma terbaik dari beberapa konsentrasi minyak kenanga. Tekstur gel yang diharapkan yaitu gel yang kenyal, elastis, tidak mudah patah serta tidak berair dan aroma terbaik dari kombinasi minyak nilam dan minyak kenanga adalah didominasi aroma minyak kenanga yang lembut (Mas, 2013).
3.9.1.2 Nilai sineresis
Kestabilan gel diuji dengan menghitung dan membandingkan tingkat sineresis antar sampel. Gel yang telah terbentuk pada wadah plastik ditimbang bobotnya (Mo) lalu dipindahkan ke dalam plastik resealable yang telah diberi kode sampel. Gel disimpan pada oven bersuhu 30oC dalam keadaan plastik
(63)
terbuka. Setelah 24 jam, gel dikeluarkan dari oven dan ditimbang bobot akhirnya (Mi) (Kaya, 2015).
Sebelum disimpan pada wadah plastik, permukaan gel dikeringkan terlebih dahulu oleh tisu kering agar tidak ada zat cair yang ikut tertimbang. Data yang dihitung adalah persen sineresis dengan perhitungan sebagai berikut :
Sineresis (%) = 100% Mo
Mi Mo
x −
3.9.2 Uji hedonik atau kesukaan
Uji hedonik atau kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan konsumen produk gel pengharum ruangan terhadap empat sediaan dengan konsentrasi minyak nilam yang berbeda-beda. Dari hasil uji penerimaan konsumen gel pengharum ruangan terhadap empat sediaan ini didapatkan konsentrasi minyak nilam yang diterima oleh konsumen atau panelis sehingga dapat dilakukan uji penguapan zat cair dan ketahanan wangi gel pengharum ruangan dengan perlakuan ditempat yang berbeda beda (Badan Standarisasi Nasional, 2006).
Pada uji ini digunakan panelis sebanyak 25, panelis diminta untuk mengungkapkan kesan pribadinya tentang kesukaaan atau ketidaksukaan suatu produk pengharum ruangan dengan skala kesukaan. Parameter yang dinilai yaitu bentuk gel, aroma dan warna gel pengharum ruangan. Skala yang digunakan yaitu 1 (tidak suka), 2 (kurang suka), 3 (cukup suka), 4 (suka), 5 (sangat suka).
3.9.3 Uji penguapan zat cair
Uji penguapan zat cair dilakukan dengan menimbang bobot gel setiap minggu selama 4 minggu. Dari uji ini, diperoleh besar penurunan bobot gel setiap minggunya dan penurunan bobot setelah 4 minggu penyimpanan. Penurunan
(64)
bobot gel pengharum ruangan diperoleh dengan menghitung selisih bobot gel pada minggu sebelumnya (M
n-1) dengan bobot gel pada saat penimbangan (Mn). Besar selisih bobot merupakan jumlah zat cair yang menguap. Persen total penguapan zat cair dihitung dengan rumus (Fitrah, 2013) :
Persen total penguapan zat cair = 100% Mo
M4 Mo
x −
Persen bobot gel sisa dihitung dengan rumus berikut :
Persen bobot gl sisa = 100%
(Mo) 0 -ke minggu gel
bobot
(Mn) n -ke minggu gel
bobot
x
3.9.4 Uji ketahanan wangi produk pengharum ruangan
Uji ketahanan wangi produk pengharum ruangan dilakukan untuk mengetahui kekuatan wangi gel pengharum ruangan selama penyimpanan yang dinilai oleh panelis dengan cara mencium wangi dari sediaan gel yang telah disimpan atau digunakan pada setiap tempat diantaranya yaitu di ruangan suhu kamar, ruangan AC dan ruangan suhu kamar yang diberi kipas. Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan kekuatan wangi gel uji dengan gel standar (gel pengharum ruangan yang baru dibuat) dengan skala kekuatan wangi 5 – 1, dimana 5 (sama wangi), 4 (agak wangi), 3 (cukup wangi), 2 (kurang wangi), dan 1 (tidak wangi). Saat pengujian, gel diposisikan 45o di bawah hidung dengan jarak 20 cm dan wangi dicium dengan mengibas-ngibaskan tangan ke arah hidung. Sampel standar dibuat kembali pada hari yang sama sebelum dilakukan pengujian. Pengujian dilakukan pada H7, H14, H21 dan H28 dengan panelis yang sama. Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuisioner), ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis (Mas, 2013).
(65)
3.10 Analisis Statistika
Analisis statistika digunakan untuk menghitung nilai kesukaan rata-rata dari setiap panelis dari data yang telah dihasilkan pada uji kesukaan (hedonic test) dan nilai kesukaan uji ketahanan wangi (Nasarah, 2015).
Nilai kesukaan rata-rata dapat dihitung dengan rumus :
n Xi X
n i
∑
==
(
)
n X Xi S
n i
∑
−=
2 2
2 S S =
% 95 ) / . 96 , 1 ( ( )
/ . 96 , 1 (
(X − S n ≤ ≤ X + S n ≅
P µ
Keterangan :
n : Banyak panelis
S2 : Keseragaman nilai kesukaan
1,96 : Koefisien standar deviasi pada taraf 95%
X
: Nilai kesukaan rata-rataXi : Nilai dari panelis ke i, dimana i = 1,2,3,…,n S : Simpangan baku nilai kesukaan
P : Tingkat kepercayaan µ : Rentang nilai
(66)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Uji Kestabilan Gel
4.1.1 Pemeriksaan organoleptik (tekstur)
Pada penelitian tahap pertama dilakukan pembuatan gel dengan memvariasikan berbagai perbandingan karagenan : xanthan gum dengan konsentrasi 3% untuk mendapatkan tekstur gel terbaik yaitu kenyal, elastis, dan tidak mudah patah. Perbandingan karagenan : xanthan gum yaitu sebesar 30:70, 40:60, 50:50, 60:40 dan 70:30. Menurut Hargreaves (2003), penggunaan karagenan pada formulasi pembuatan gel pengharum ruangan adalah 3%, dalam penelitian ini karagenan dikombinasi dengan xanthan gum.
Hasil pemilihan gel terbaik dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Tekstur gel dari sediaan gel pengharum ruangan menggunakan variasi konsentrasi karagenan dan xanthan gum
Formula Karagenan :
Xanthan Gum Tekstur gel
G1 30 : 70 Gel yang terbentuk sangat rapuh, sangat mudah patah dan mengalami sineresis G2 40 : 60 Gel yang terbentuk rapuh, mudah patah dan
mengalami sineresis
G3 50 : 50 Gel yang terbentuk rapuh, mudah patah dan mengalami sineresis
G4 60 : 40 Gel yang terbentuk kenyal, elastis dan masih mengalami sineresis
G5 70 : 30 Gel yang terbentuk kenyal, elastis dan tidak mudah patah
Keterangan:
G1 : Formula karagenan dan xanthan gum dengan perbandingan 30:70 G2 : Formula karagenan dan xanthan gum dengan perbandingan 40:60 G3 : Formula karagenan dan xanthan gum dengan perbandingan 50:50 G4 : Formula karagenan dan xanthan gum dengan perbandingan 60:70 G5 : Formula karagenan dan xanthan gum dengan perbandingan 70:30
(67)
Berdasarkan pengamatan terhadap tekstur gel pada Tabel 4.1, diperoleh bahwa formula G1, G2 dan G3 memiliki tekstur gel yang buruk yaitu rapuh, mudah patah dan mengalami sineresis, hal ini dikarenakan konsentrasi bahan pembentuk gel lebih sedikit. Pada formula G4, tekstur gel yang dihasilkan sudah cukup baik, tetapi masih mengalami sineresis.
Formula gel terbaik yaitu pada formula G5, karena gel yang terbentuk kenyal, elastis dan tidak mudah patah.
4.1.2 Nilai sineresis
Pada pengujian ini digunakan formula gel pengharum ruangan tanpa bahan pewangi (minyak kenanga) dan bahan fiksatif (minyak nilam). Pada penelitian ini, sineresis menunjukkan kestabilan gel dalam mempertahankan air yang terperangkap di dalamnya. Sineresis adalah peristiwa keluarnya air dari dalam gel yang disebabkan oleh terbentuknya gel yang semakin mengeras dan mengerut akibat proses pendinginan. Apabila nilai sineresis yang dihasilkan semakin tinggi, maka gel yang dihasilkan semakin berair dan menjadi mudah patah, sedangkan jika nilai sineresis yang dihasilkan semakin rendah, maka gel yang dihasilkan menjadi elastis, tidak berair dan tidak mudak patah (Mas, 2013).
Berdasarkan Tabel 4.2, formula G1, G2, G3 dan G4 memiliki sineresis yang tinggi dan melebihi 1%. Formula G5 memiliki sineresis terkecil dan dibawah 1 % yaitu 0,98%, sehingga gel yang dihasilkan lebih stabil daripada formula yang lain. Hal ini dikarenakan, semakin banyak karagenan yang digunakan, semakin kuat memerangkap air dan hidrokoloid sehingga air tidak keluar dari permukaan gel. Selain itu, semakin banyak xanthan gum yang digunakan semakin tinggi sineresis
(68)
yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena sifat xanthan gum tidak dapat membentuk gel, tetapi membentuk cairan yang sangat kental.
Hasil uji kestabilan gel dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Persentase sineresis dari sediaan gel pengharum ruangan menggunakan variasi konsentrasi karagenan dan xanthan gum
Formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Sineresis (%)
G1 47,62 45,82 3,78
G2 41,75 40,46 3,09
G3 45,36 44,15 2,66
G4 41,17 40,47 1,70
G5 49,85 49,36 0,98
Keterangan:
G1 : Formula karagenan dan xanthan gum dengan perbandingan 30:70 G2 : Formula karagenan dan xanthan gum dengan perbandingan 40:60 G3 : Formula karagenan dan xanthan gum dengan perbandingan 50:50 G4 : Formula karagenan dan xanthan gum dengan perbandingan 60:70 G5 : Formula karagenan dan xanthan gum dengan perbandingan 70:30
Xanthan gum pada konsentrasi rendah dapat meningkatkan viskositas, sedangkan pada konsentrasi tinggi xanthan gum dapat memebentuk seperti gel tetapi tidak secara teknis membentuk gel. Xanthan gum dapat benar-benar membentuk gel jika dikombinasi dengan locust bean gum. Manfaat nyata dari
xanthan gum dapat terlihat apabila xanthan gum dikombinasi dengan bahan lain. Kombinasi xanthan gum dengan dengan karagenan dan guar gum dapat meningkatkan viskositas sehingga dapat mencegah terjadinya sineresis gel. Sedangkan kombinasi xanthan gum dengan locust bean gum dapat membentuk gel (Anonim, 2014).
Sineresis air pada gel merupakan fenomena yang alami, air yang berlebihan akan keluar dari matriks gel. Peristiwa ini dapat diminimalkan dengan menentukan proporsi dan konsentrasi penyusun hidrokoloid yang tepat serta penambahan bahan pembentuk gel yang mendukung. Sineresis gel dipengaruhi
(69)
oleh suhu, kelembaban, konsentrasi garam dan konsentrasi polisakarida (Kaya, 2015).
4.2 Pemilihan Aroma TerbaikMinyak Kenanga
Wangi merupakan parameter penting dalam suatu produk gel pengharum ruangan, karena parameter ini yang menentukan suka atau tidaknya panelis terhadap wangi suatu produk.Aroma wangi dihasilkan dari senyawa-senyawa volatil yang terdapat pada minyak atsiri (Mas, 2013).
Pada penelitian tahap pertama selain menentukan formula gel yang paling stabil, juga menentukan aroma terbaik minyak kenanga sebagai pewangi dari gel pengharum ruangan dengan memvariasikan beberapa konsentrasi minyak kenanga yang selanjutnya akan digunakan pada penelitian tahap ketiga.
Konsentrasi minyak kenanga yang digunakan pada penelitian tahap kedua yaitu, 2, 4, 6 dan 8%. Aroma terbaik yang dihasilkan yaitu aroma minyak kenanga yang lembut dan khas. Hasil pemilihan aroma terbaik dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil uji aroma minyak kenanga terbaik
Formula Konsentrasi minyak kenanga Aroma
K1 2% Aroma yangdihasilkan aroma
minyak kenanga yang sangat lemah
K2 4% Aroma yang dihasilkan aroma
minyak kenanga yang lemah
K3 6% Aroma yang terbentuk aroma
minyak kenanga yang lembut
K4 8%
Aroma yang terbentuk aroma minyak kenanga yang lembut dan
khas Keterangan:
K1 : Formula dengan konsentrasi minyak kenanga 2% K2 : Formula dengan konsentrasi minyak kenanga 4% K3 : Formula dengan konsentrasi minyak kenanga 6% K4 : Formula dengan konsentrasi minyak kenanga 8%
(70)
Berdasarkan pada Tabel 4.3, terlihat bahwa formula K1, K2 dan K3 menghasilkan gel yang memiliki aroma minyak kenanga yang lemah. Hal ini dikarenakan bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan gel pengharum ruangan seperti xanthan gum memiliki aroma yang kurang sedap, sehingga apabila konsentrasi minyak kenanga yang digunakan rendah, belum dapat menutupi aroma kurang sedap yang dihasilkan oleh bahan-bahan tersebut. Pada formula K4, merupakan formula terbaik karena gel yang dihasilkan memiliki aroma minyak kenanga yang khas dan lembut. Hal ini disebabkan konsentrasi minyak kenanga yang digunakan lebih tinggi daripada konsentrasi minyak kenanga yang lainnya, sehingga aroma yang ditimbulkan oleh bahan-bahan yang lain seperti xanthan gum dapat tertutupi.
Wangi produk dipengaruhi oleh seberapa besar konsentrasi bahan pewangi dan fiksatif yang ditambahkan pada produk. Semakin banyak minyak kenanga yang ditambahkan ke dalam produk maka wanginya akan semakin disukai, sebaliknya semakin sedikit konsentrasi minyak kenanga dan semakin banyak konsentrasi minyak nilam yang ditambahkan maka aroma wanginya semakin kurang disukai. Minyak nilam memiliki aroma yang menyengat, sehingga penggunaan minyak nilam berlebih dapat menyebabkan aroma wangi terganggu (Mas, 2013).
4.3 Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Data yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya dengan analisis statistika untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95% (Badan Standarisasi Nasional, 2006).
(71)
Tabel 4.4Data nilai uji kesukaan (Hedonic test)
Panelis Formula
F1 F2 F3 F4
1 5 4 5 5
2 4 4 4 4
3 4 4 4 4
4 4 4 3 5
5 4 2 4 4
6 5 4 5 4
7 3 3 4 4
8 4 4 4 5
9 5 5 4 4
10 2 2 2 2
11 3 3 4 2
12 3 2 3 4
13 4 4 4 4
14 5 4 3 2
15 4 4 4 5
16 4 4 3 2
17 4 3 3 2
18 4 3 3 3
19 4 4 4 3
20 4 3 3 3
21 4 4 4 4
22 5 4 3 2
23 4 4 4 4
24 4 4 4 3
25 4 3 3 3
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Dari hasil perhitungan didapatkan interval nilai kesukaan untuk setiap formula yaitu:
a. F1 memiliki interval nilai kesukaan 3,73–4,27. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,73 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).
(72)
b. F2 memiliki interval nilai kesukaan 3,26 – 3,85. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,26 dan dibulatkan menjadi (cukup suka).
c. F3 memiliki interval nilai kesukaan 3,38 – 3,9. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,38 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka).
d. F4 memiliki interval nilai kesukaan 3,08 – 3,88. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,08 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka).
Berdasarkan hasil uji kesukaan (Hedonic test) diketahui bahwa gel pengharum ruangan yang disukai panelis adalah formula F1 (formula dengan konsentrasi minyak nilam 1%). Sedangkan gel pengharum ruangan yang cukup disukai panelis adalah F2, F3 dan F4. Hal ini mungkin dikarenakan formula F1 mengandung konsentrasi minyak kenanga lebih tinggi daripada minyak nilam, yaitu minyak kenanga 8% dan minyak nilam 1% sehingga aroma yang dihasilkan lebih dominan aroma minyak kenanga yang lembut. Sedangkan formula F2, F3 dan F4 memiliki konsentrasi minyak nilam yang tinggi, sehingga aroma yang dihasilkan adalah aroma minyak nilam yang lebih menyengat, oleh karena itu kurang disukai oleh panelis.
4.4 Uji Penguapan Zat Cair
Total penguapan zat cair diketahui dengan menimbang bobot gel pengharum ruangan dan menghitung penurunan bobot tersebut selama empat minggu setelah diletakkan pada empat tempat yang berbeda-beda yaitu di ruangan AC pada temperatur 15-20˚C, kipas angin dengan kecepatan normal dan ruangan biasa
(73)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1 2 3 4
B
ob
ot
G
el
S
is
a (
%
)
Lama Penyimpanan (Minggu)
F1 F2 F3 F4
dengan suhu kamar. Berat produk yang hilang merupakan minyak atsiri dan air yang menguap dari gel. Oleh karena itu, besar susut bobot berbanding terbalik dengan ketahanan gel. Semakin kecil bobot yang hilang atau semakin besar bobot yang tersisa berarti semakin sedikit minyak atsiri dan air yang telah menguap, artinya semakin besar ketahanan wangi gel tersebut (Fitrah, 2013).
Tabel 4.5 Persentase bobot gel sisa pengharum ruangan selama penyimpanan pada ruangan suhu kamar
Formula Bobot gel sisa (%)
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
F1 91,74 80,72 68,53 56,05
F2 90,60 78,46 65,01 51,65
F3 89,04 76,91 61,19 49,00
F4 86,26 74,26 57,83 41,96
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Gambar 4.1 Persentase bobot gel sisa pengharum ruangan selama penyimpanan pada ruangan suhu kamar
(74)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1 2 3 4
B
ob
ot
G
el
S
is
a (
%
)
Lama Penyimpanan (Minggu)
F1 F2 F3 F4
Berdasarkan Gambar 4.1, persentase bobot sisa gel pengharum ruangan pada ruangan suhu kamar yang terbesar terdapat pada formula F1 yaitu 56,05% dan persentase bobot sisa gel terkecil terdapat pada formula F4 yaitu 41,96%. Dari hasil persentase bobot sisa gel pengharum ruangan pada ruangan suhu kamar dapat disimpulkan bahwa formula terbaik adalah formula F1 yaitu formula dengan konsentrasi minyak nilam 1%.
Tabel 4.6 Persentase bobot gel sisa pengharum ruangan selama penyimpanan pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas
Formula Bobot gel sisa (%)
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
F1 88,39 67,68 45,14 22,78
F2 86,61 64,64 41,50 19,71
F3 72,64 47,85 28,50 15,89
F4 70,12 36,58 21,47 14,60
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Gambar 4.2Persentase bobot gel sisa pengharum ruangan selama penyimpanan pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas
(75)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1 2 3 4
B
ob
ot
G
el
S
is
a (
%
)
Lama Penimpanan (minggu)
F1 F2 F3 F4
Berdasarkan Gambar 4.2, persentase bobot sisa gel pengharum ruangan pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas yang terbesar terdapat pada formula F1 yaitu 22,78% dan persentase bobot sisa gel terkecil terdapat pada formula F4 yaitu 14,60%. Dari hasil persentase bobot sisa gel pengharum ruangan pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas dapat disimpulkan bahwa formula terbaik adalah formula F1 yaitu formula dengan konsentrasi minyak nilam 1%.
Tabel 4.7 Persentase bobot gel sisa pengharum ruangan selama penyimpanan pada ruangan AC
Formula Bobot gel sisa (%)
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
F1 89,05 78,62 62,60 48,95
F2 87,78 77,21 58,79 43,95
F3 84,72 71,85 51,65 38,51
F4 82,06 68,87 45,39 35,17
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Gambar 4.3Persentase bobot gel sisa pengharum ruangan selama penimpanan pada ruangan AC
(76)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
T
ot
al
P
en
gu
ap
an
Z
at
C
ai
r (
%)
Biasa Kipas AC
Berdasarkan Gambar 4.3, persentase bobot sisa gel pengharum ruangan pada ruangan AC yang terbesar terdapat pada formula F1 yaitu 48,95% dan persentase bobot sisa gel terkecil terdapat pada formula F4 yaitu 35,17%. Dari hasil persentase bobot sisa gel pengharum ruangan pada ruangan AC dapat disimpulkan bahwa formula terbaik adalah formula F1 yaitu formula dengan konsentrasi minyak nilam 1%.
Tabel 4.8 Persentase total penguapan zat cair gel pengharum ruangan berdasarkan ruang peletakan
Ruangan Uji Total penguapan zat cair (%)
F1 F2 F3 F4
Suhu kamar 43,94 48,37 51,00 58,03
Suhu kamar yang diberi kipas
77,21 80,28 84,10 85,39
AC 51,04 56,04 61,48 64,82
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Gambar 4.4Persentase total penguapan zat cair gel pengharum ruangan berdasarkan ruang peletakan
(77)
Berdasarkan Gambar 4.4, total persentase penguapan zat cair terkecil terdapat pada formula F1. Pada ruangan suhu kamar yaitu 43,94%, ruangan suhu kamar yang diberi kipas 77,21% dan pada ruangan AC yaitu 51,04%. Sedangkan total persentase penguapan zat cair terbesar terdapat pada formula F4, pada ruangan suhu kamar yaitu 58,03%, ruangan suhu kamar yang diberi kipas yaitu 85,39% dan ruangan AC yaitu 64,82%. Dari hasilpersentase total penguapan zat cair dapat disimpulkan bahwa formula terbaik adalah formula F1 yaitu formula dengan konsentrasi minyak nilam 1%.
Berdasarkan ruang peletakan, total persentase penguapan zat cair terbesar terdapat pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas, diikuti ruangan AC dan persentase penguapan zat cair terkecil pada ruangan suhu kamar. Pada gel yang diletakkan pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas memiliki persentase penguapan zat cair paling besar karena kontak gel dengan udara yang dihasilkan oleh kipas angin sangat kuat dan signifikan sehingga ketahanan wangi gel pengharum ruangan yang diletakkan pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas lebih kecil daripada gel pengharum ruangan yang diletakkan di tempat lain. Sedangkan gel yang diletakkan pada ruangan suhu kamar memiliki total persentase penguapan zat cair terkecil karena sirkulasi udara pada ruangan suhu kamar tidak sebagus pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas, sehingga kontak gel dengan udara pada ruangan suhu kamar tidak signifikan oleh karena itu persentase bobot gel sisa pengharum ruangan pada ruangan suhu kamar lebih besar daripada gel pengharum ruangan yang diletakkan di tempat lain.
Total persentase penguapan zat cair berbanding terbalik dengan ketahanan wangi gel pengharum ruangan, semakin tinggi total persentase penguapan zat cair
(78)
maka semakin kecil ketahanan wangi gel pengharum ruangan tersebut. Gel pengharum ruangan yang memiliki persentase bobot sisa terbesar berarti memiliki persentase total penguapan zat cair terkecil. Susut bobot gel pengharum ruangan dipengaruhi oleh suhu dan seberapa banyak konsentrasi minyak kenanga dan bahan fiksatif (minyak nilam), semakin banyak minyak atsiri yang terkandung dalam produk maka laju penguapan akan semakin rendah. Teknik pengadukan juga dapat mempengaruhi susut bobot, karena semakin homogen suatu larutan maka kestabilan gel akan lebih baik dan penguapan dapat dihambat.
Karagenan sebagai bahan pembentuk gel juga mempengaruhi susut bobot gel pengharum ruangan karena karagenan berfungsi meningkatkan kestabilan emulsi dengan menjaga droplet minyak dan mencegah pemisahan bahan yang tidak larut. Karagenan sebagai gelling agent jika dikombinasi dengan xanthan gum yang merupakan non-gelling agent dapat meningkatkan viskositas, sehingga gel yang dihasilkan lebih elastis dan dapat menurunkan penguapan zat cair (Saha dan Suvendu, 2010).
4.5 Uji Ketahanan Wangi
Ketahanan wangi merupakan karakter penting yang ada pada gel pengharum ruangan. Ketahanan wangi merupakan seberapa lama gel pengharum ruangan dapat melepas wangi hingga habis, hal ini berkaitan dengan kecepatan penguapan bahan pewangi. Ketahanan wangi ditentukan oleh konsentrasi bahan pewangi, bahan penghalang penguapan pewangi, dan zat pengikat bahan pewangi. Pada penelitian ini, digunakan bahan pewangi berupa minyak kenanga, penahan penguapan bahan pewangi berupa matriks gel, dan zat pengikat wangi (fiksatif) berupa minyak nilam.
(79)
Uji ketahanan wangi dilakukan untuk mengetahui ketahanan wangi dari gel pengharum ruangan selama penyimpanan pada ruangan yang berbeda-beda yaitu pada ruangan biasa (suhu kamar), ruangan suhu kamar yang diberi kipas dan ruangan AC. Uji ketahanan wangi dinilai oleh panelis dengan cara mencium wangi dari gel pengharum ruangan dan data yang diperoleh dihitung dengan menggunakan analisis statistika. Hasil nilai kesukaan uji ketahanan wangi pada ruangan suhu kamar dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Nilai kesukaan uji ketahanan wangi selama penyimpanan pada ruangan suhu kamar
Formula Lama Penyimpanan (Minggu)
1 2 3 4
F1 3,60-4,31 3,65-4,10 3,31-3,80 1,73-2,10 F2 3,50-4,01 3,36-3,75 2,78-3,21 1,41-1,78 F3 3,07-3,56 2,92-3,39 2,31-2,96 1,28-1,67 F4 2,54-3,30 2,56–3,10 1,97-2,66 1,13-1,50 Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Hasil nilai kesukaan uji ketahanan wangi pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Nilai kesukaan uji ketahanan wangi selama penyimpanan pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas
Formula Lama Penyimpanan (Minggu)
1 2 3
F1 3,78-5,09 2,92-3,39 1,51-1,92
F2 3,32-3,87 2,52-2,91 1,34-1,77
F3 3,22-3,73 1,98-2,49 1,17-1,54
F4 3,02-3,53 1,73-2,34 0,99-1,24
Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
(80)
Hasil nilai kesukaan uji ketahanan wangi pada ruangan AC dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Nilai kesukaan uji ketahanan wangi selama penyimpanan pada ruangan AC
Formula Lama Penyimpanan (Minggu)
1 2 3 4
F1 3,92-4,47 3,75-4,16 2,67-3,24 1,55-2,04 F2 3,55-4,04 3,25-3,70 2,19-2,60 1,28-1,67 F3 3,05-3,58 2,72-3,27 1,94-2,37 1,20-1,59 F4 2,92-3,47 2,53-3,14 1,67-2,16 1,04-1,35 Keterangan:
F1 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1% F2 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 1,5% F3 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2% F4 : Formula dengan konsentrasi minyak nilam 2,5%
Berdasarkan hasil uji ketahanan wangi bahwa gel pengharum ruangan dengan penambahan minyak nilam 1% yang disimpan pada ruangan biasa (suhu kamar) dan ruangan AC dapat bertahan selama 4 minggu, sedangkan gel pengharum ruangan yang disimpan pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas hanya dapat bertahan selama 3 minggu. Berdasarkan penilaian dari panelis, formula F1 (formula dengan konsentrasi minyak nilam 1%) yang disimpan pada ruangan biasa (suhu kamar), ruangan suhu kamar yang diberi kipas dan ruangan AC menghasilkan skala kekuatan wangi yang lebih tinggi pada minggu 1, yaitu pada ruangan suhu kamar menghasilkan nilai kekuatan wangi 3,60-4,31, pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas 3,78-5,09 dan pada ruangan AC 3,92-4,47. Untuk penulisan nilai akhir kekuatan wangi diambil nilai terkecil dan dibulatkan, sehingga didapat nilai 4 (agak wangi). Sedangkan pada penyimpanan mingga ke-4 skala kekuatan wangi mengalami penurunan tetapi formula F1 memiliki nilai yang
(1)
3.9.2 Uji hedonik atau kesukaan ... 28
3.9.3 Uji penguapanzat cair ... 28
3.9.4 Uji ketahanan wangi produk pengharum ruangan ... 29
3.10 Analisis Statistika ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
4.1 Uji Kestabilan Gel ... 31
4.1.1 Pemeriksaan organoleptik (tekstur) ... 31
4.1.2 Nilai sineresis ... 32
4.2 Pemilihan Aroma Terbaik Minyak Kenanga ... 34
4.3 Uji Kesukaan (Hedonic Test) .. ... 35
4.4 Uji Penguapan Zat Cair ... 37
4.5 Uji Ketahanan Wangi ... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
5.1 Kesimpulan ... 48
5.2 Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 49
(2)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Komponen penyusun karagenan ... 10 3.1 Formula standart (210 gram) ... 22 3.2 Formula modifikasi (100 gram) ... 23
3.3 Formula gel pengharum ruangan dengan variasi konsentrasi
karagenan dan xanthan gum (20 gram) ... 23 3.4 Formula gel pengharum ruangan menggunakan variasi konsen-
trasi minyak kenanga (20 gram) ... 25 3.5 Formula gel pengharum ruangan menggunakan variasi konsen-
trasi minyak nilam (100 gram) ... 26 4.1 Tekstur gel dari sediaan gel pengharum ruangan mengguna-
kan variasi konsentrasi karagenan dan xanthan gum ... 31 4.2 Persentase sineresis dari sediaan gel pengharum ruangan meng-
gunakan variasi konsentrasi karagenan dan xanthan gum ... 32 4.3 Hasil uji aroma minyak kenanga terbaik ... 34 4.4 Data nilai uji kesukaan (Hedonic Test) ... 36 4.5 Persentase bobot gel sisa pengharum ruangan selama penyim-
panan pada ruangan suhu kamar ... 38 4.6 Persentase bobot gel sisa pengharum ruangan selama penyim-
panan pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas ... 39 4.7 Persentase bobot gel sisa pengharum ruangan selama penyim-
panan pada ruangan AC ... 40 4.8 Persentase total penguapan zat cair gel pengharum ruangan
berdasarkan ruang peletakan ... 41 4.9 Nilai kesukaan uji ketahanan wangi selama penyimpanan pada
ruangan suhu kamar ... 44 4.10 Nilai kesukaan uji ketahanan wangi selama penyimpanan pada
(3)
4.11 Nilai kesukaan uji ketahanan wangi selama penyimpanan pada ruangan AC ... 45
(4)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Struktur kimia kappa, iota, dan lambda karagenan ... 10 2.2 Struktur kimia mu (µ) karagenan ... 11 2.3 Proses perubahan struktur µ karagenan menjadi kappa
karagenan ... 12 2.4 Struktur kimia xanthan gum ... 13 4.1 Persentase bobot gel sisa pengharum ruangan selama penyim-
panan pada ruangan suhu kamar ... 38 4.2 Persentase bobot gel sisa pengharum ruangan selama penyim-
panan pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas ... 39 4.3 Persentase bobot gel sisa pengharum ruangan selama penyim-
panan pada ruangan AC ... 40 4.4 Persentase total penguapan zat cair gel pengharum ruangan
(5)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Bagan alir pembuatan basis gel (penelitian tahap pertama) .. 52
2 Bagan alir pembuatan gel pengharum ruangan ... 53
3 Sertifikat minyak nilam ... 54
4 Sertifikat minyak kenanga ... 55
5 Gambar minyak nilam ... 56
6 Gambar minyak kenanga ... 57
7 Gambar sediaan gel pengharum ruangan ... 58
8 Gambar sediaan gel pengharum ruangan setelah penyimpanan selama 4 minggu pada ruangan suhu kamar ... 59
9 Gambar sediaan gel pengharum ruangan setelah penyimpanan selama 4 minggu pada ruangan suhu kamar yang diberi kipas 60 10 Gambar sediaan gel pengharum ruangan setelah penyimpanan selama 4 minggu pada ruangan AC ... 61
11 Perhitungan nilai sineresis gel ... 62
12 Tabel hasil nilai sineresis gel ... 64
13 Contoh lembar penilaian uji kesukaan (hedonic test) ... 65
14 Rumus perhitungan nilai uji kesukaan ... 66
15 Tabel hasil uji kesukaan pemilihan wangi terbaik dari 4 sediaan dengan memvariasikan minyak nilam ... 67
16 Perhitungan hasil uji kesukaan pemilihan wangi terbaik dari 4 sediaan dengan memvariasikan minyak nilam ... 68
17 Tabel penurunan bobot gel pengharum ruangan ... 72
18 Perhitungan persen total penguapan zat cair gel pengharum ruangan... 73
(6)
19 Tabel persentase total penguapan zat cair gel pengharum
ruangan... 75 20 Perhitungan persentase bobot gel sisa dari sediaan gel
pengharum ruangan ... 76 21 Tabel hasil perhitungan persentase bobot gel sisa pengharum
ruangan ... 79 22 Contoh lembar penilaian uji ketahanan wangi ... 80 23 Hasil uji ketahanan wangi pada ruangan suhu kamar ... 81 24 Hasil uji ketahanan wangi pada ruangan suhu kamar yang
diberi kipas ... 89 25 Hasil uji ketahanan wangi pada ruangan AC ... 95