Pengaruh Minyak Nilam (Oleum pogostemon) Terhadap Ketahanan Wangi Minyak Lavender (Oleum lavandulae) Dalam Sediaan Gel Pengharum Ruangan Memakai Basis Gel Campuran Agar agar dan Xanthan gum

(1)

PENGARUH MINYAK NILAM (Oleum pogostemon)

TERHADAP KETAHANAN WANGI MINYAK LAVENDER

(Oleum lavandulae) DALAM SEDIAAN GEL PENGHARUM

RUANGAN MEMAKAI BASIS GEL CAMPURAN

AGAR AGAR DAN XANTHAN GUM

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD NASARAH

NIM 121524078

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGARUH MINYAK NILAM (Oleum pogostemon)

TERHADAP KETAHANAN WANGI MINYAK LAVENDER

(Oleum lavandulae) DALAM SEDIAAN GEL PENGHARUM

RUANGAN MEMAKAI BASIS GEL CAMPURAN

AGAR AGAR DAN XANTHAN GUM

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH :

MUHAMMAD NASARAH

NIM 121524078

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH MINYAK NILAM (Oleum pogostemon)

TERHADAP KETAHANAN WANGI MINYAK LAVENDER

(Oleum lavandulae) DALAM SEDIAAN GEL PENGHARUM

RUANGAN MEMAKAI BASIS GEL CAMPURAN

AGAR AGAR DAN XANTHAN GUM

OLEH:

MUHAMMAD NASARAH NIM 121524078

Dipertahanankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : 07 Agustus 2015

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Pembimbing II,

.

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt.

NIP 195404121987012001

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001 Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt.

NIP 195404121987012001

Prof. Dr. Karsono., Apt. NIP 195409091982011001

Medan, Agustus 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I,


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, serta Shalawat dan Salam kepada Nabi Allah: Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul: “Pengaruh Minyak Nilam (Oleum pogostemon) Terhadap Ketahanan Wangi Minyak Lavender (Oleum lavandulae) Dalam Sediaan Gel Pengharum Ruangan Memakai Basis Gel Campuran Agar agar dan Xanthan gum”. Penulis mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibunda, Ayahanda, serta abang, kakak, adik da n seluruh keponakanku atas segala doa, kasih sayang, dorongan moril dan materil kepada penulis selama ini.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., dan Prof. Dr. Karsono., Apt., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan kesabaran yang begitu besar dalam membimbing penulis selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini. Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., dan Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Sebagai Wakil Dekan I Fakultas Farmasi, beserta


(5)

seluruh staf yang telah memberikan fasilitas dan membantu kelancaran pendidikan penulis selama perkuliahan hingga selesai. Bapak Dr. Panal Sitorus., M.Si., Apt., selaku penasihat akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan. Kakak dan abang asisten Laboratorium Farmasetika Dasar yang telah memberikan petunjuk dan saran serta fasilitas laboratorium selama penulis melakukan penelitian. Sahabat-sahabatku Ekstensi angkatan 2012 terima kasih untuk perhatian, semangat, doa, dan kebersamaannya selama ini serta seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi bagi penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

Muhammad Nasarah NIM 121524078


(6)

PENGARUH MINYAK NILAM (Oleum pogostemon) TERHADAP KETAHANAN WANGI MINYAK LAVENDER (Oleum lavandulae) DALAM SEDIAAN GEL PENGHARUM RUANGAN MEMAKAI BASIS

GEL CAMPURAN AGAR AGAR DAN XANTHAN GUM

ABSTRAK

Latar Belakang: Pengharum ruangan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sintetik dan alami. Penggunaan pengharum ruangan sintetik ternyata memiliki dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pewangi sintetik memiliki wangi yang lebih tajam sehingga dapat menimbulkan rasa pusing, sedangkan pewangi alami memiliki wangi yang lebih lembut sehingga lebih nyaman digunakan.

Tujuan: Untuk mengetahui apakah basis gel agar agar dan xanthan gum dapat dibuat dalam bentuk sediaan gel dan untuk mengetahui apakah minyak nilam dapat menahan wangi lavender pada sediaan gel pengharum ruangan dalam waktu lama.

Metode Penelitian: Menggunakan metode eksperimental yaitu yang meliputi pembuatan formulasi sediaan, uji ketahanan wangi sediaan, uji penguapan zat cair dan uji kesukaan (hedonic test) terhadap sediaan yang dibuat. Pertama mencari konsentrasi basis gel terbaik dari campuran agar-agar dan xanthan gum, kemudian dari gel terbaik yang didapat divariasikan konsentrasi minyak nilam. Dari konsentrasi terbaik minyak nilam dilakukan uji selama penggunaan yang dileakkan ditempat yang berbeda beda yaitu diruangan biasa dengan ukuran kamar panjang kali lebar 3x4 pada temperature kamar, Ac kamar dengan temperature 10-150C, Ac mobil (mobil yang digunakan) dan kipas angin suhu norma masing-masing selama 1 jam setiap hari.

Hasil: Formulasi gel terbaik adalah pada konsentrasi 3%. Wangi yang paling disukai dan tahan lama adalah produk dengan campuran minyak lavender 2% dan minyak nilam 2%. Total persentase penguapan zat cair terkecil yaitu terdapat pada ruangan biasa yaitu 71,001% dan gel pengharum ruangan yang penurunan susut bobot yang lebih cepat yaitu pada kipas angin. Sedangkan penurunan susut bobot yang stabil yaitu pada ruangan biasa.

Kesimpulan: Kombinasi antara agar-agar dan xanthan gum dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel pengahrum ruangan, minyak nilam dapat menahan wangi yang lama pada sediaan gel pengharum ruangan pada konsentrasi 2%. Kata Kunci : Gel Pengharum Ruangan, Minyak Lavender, Minyak Nilam, Agar


(7)

INFLUENCE OF PATCHOULI OIL(Oleum Pogostemon) ON FRAGRANT ENDURANCE OF LAVENDER OIL (Oleum lavandulae) IN GEL AIR

FRESHENER USING MIXED GEL BASE OF AGAR AGAR AND XANTHAN GUM

ABSTRACT

Background: Air freshener consists of two types; synthetic and natural. The use of synthetic air freshener has a negative impact on human health and environment. It also has a sharper fragrance that can cause dizziness, whereas natural air freshener has a softer fragrance hence it is more comfortable to use.

Objective: To determine whether gelatin and xanthan gum gel base can be made into a gel form, and to determine whether patchouli oil can hold the fragrance of lavender in gel air freshener for a long duration.

Methods: Used an experimental method, which consisted of formulating the gel air freshener, fragrant endurance test, liquid evaporation test, and hedonic test on the formulated product. The first step was to find the best gel base concentration from the mixture of gelatin and xanthan gum, and then several patchouli oil concentrations were varied. The best patchouli oil concentration was tested during its application, place in different room; a regular 3x4 room of room temperature, air conditioner room of 10-150C, air conditioner car and a normal temperature fan, for 1 hour every day.

Results: Formulation gel is at a concentration of 3%. The most preferred and durable fragrance and durable was the one with a mixture of 2% lavender oil and 2% patchouli oil. The total percentage of the smallest liquid evaporation was found in normal room temperature (71.001%), and gel air freshener with the most rapid weight loss was found in the fanned room. A steady weight loss occured in a regular room.

Conclusion: The combination of gelatin and xanthan gum can be formulated in the form of gel air freshener, and patchouli oil can hold the fragrance in gel air freshener for a long duration at a concentration of 2%.

Keywords : Gel Air Freshener, Lavender Oil, Patchoul Oil, Gelatin, Xanthan Gum


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Gel Pengaharum Ruangan ... 5

2.1.1 Jenis pengahrum ruangan dan zat yang dikandung ... 8

2.1.2 Kandungan zat kimia yang tidak boleh ada pada sediaan pengharum ruangan ... 8

2.2 Agar-Agar ... 9

2.3 Xanthan Gum ... 11

2.4 Minyak Nilam ... 12


(9)

2.6 Propilen Glikol ... 16

2.7 Sodium Benzoat ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Tempat dan Waktu Penelitia ... 18

3.2 Alat dan Bahan ... 18

3.2.1 Alat-alat ... 18

3.2.2 Bahan-bahan ... 19

3.3 Prosedur Penelitian ... 19

3.4 Formulasi Sediaan Gel Pengharum Ruangan ... 20

3.5 Prosedur Pembuatan Gel Pengharum Ruangan ... 21

3.6 Prosedur Pengujian Gel Pengharum Ruangan ... 22

3.6.1 Uji hedonik atau kesukaan ... 22

3.6.2 Uji penguapan zat cair ... 23

3.6.3 Uji ketahanan wangi produk pengharum ruangan ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Hasil Pemilihan Gel Terbaik Pada Penelitian Tahap Pertama Terhadap Lima Formula ... 25

4.2 Hasil Uji Kesukaan Wangi Terhadap Penerimaan Konsumen Dari Wangi Terbaik Terhadap Lima Sediaan Dengan Konsentrasi Minyak Nilam Yang Berbeda ... 26

4.3 Hasil Uji Penguapan Zat Cair Terhadap Sediaan 3 Dengan Konsentrasi Minyak Nilam 2% ... 27

4.4 Hasil Uji Ketahanan Wangi Terhadap Sediaan 3 Dengan Konsentrasi Minyak Nilam 2% ... 31


(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

5.1 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Formula sediaan pengharum ruangan ... ……… 20 3.2. Formulasi orintasi pemilihan gel terbaik dari lima formula (50

gram) ... 20 3.3. Formulasi sediaan gel pengharum ruangan dengan

konsentrasi minyak nilam yang berbeda-beda pada setiap

sediaan (50 gram) ... 21 4.1. Hasil uji kesukaan wangi terbaik terhadap penerimaan

konsumen terhadapat lima sediaan dengan konsentrasi minyak

nilam berbeda beda ... 27 4.2. Grafik persentase penguapan zat cair gel pengharum ruangan

wangi terbaik (sediaan 3) ... 28 4.3. Persentase bobotsisa sediaan gel pengharum ruangan wangi

terbaik (sediaan 3) ... 30 4.4. Hasil perhitungan rerata uji kesukaan ketahanan wangi sediaan


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Bagan alir pembuatan gel sebelum ditambah minyak atsiri .. 34

2. Bagan alir pembuatan gel pengharum ruangan ... 35

3. Gambar minyak lavender ... 36

4. Gambar minyak nilam ... 36

5. Lembar penilaian uji kesukaan (hedonic test) ... 37

6. Rumus perhitungan nilai uji kesukaan ... 38

7. Tabel hasil uji kesukaan pemilihan wangi terbaik dari lima formula sediaan dengan memvariasikan minyak nilam ... 39

8. Perhitungan hasil uji kesukaan pemilihan wangi terbaik dari lima sediaan dengan memvariasikan minyak nilam ... 40

9. Tabel hasil penguapan zat cair selama 30 hari dari sediaan gel pengharum ruangan (sediaan 3) ... 45

10. Hasil perhitungan persentase total penguapan zat cair dari sediaan gel pengharum ruangan (sediaan 3) ... 46

11. Tabel persentase total penguapan zat cair sediaan gel pengahrum ruangan (sediaan 3) ... 46

12. Perhitungan persentase bobot gel sisa dari sediaan gel pengharum ruangan (sediaan 3) ... 47

13. Tabel hasil perhitungan persentase bobot gel sisa dari sediaan pengaharum ruangan selama 30 hari (sediaan 3) ... 49

14. Tabel hasil uji ketahanan wangi selama penyimpanan dan penggunaan dari sediaan gel pengharum ruangan selama 8 minggu (sediaan 3) ... 50


(13)

PENGARUH MINYAK NILAM (Oleum pogostemon) TERHADAP KETAHANAN WANGI MINYAK LAVENDER (Oleum lavandulae) DALAM SEDIAAN GEL PENGHARUM RUANGAN MEMAKAI BASIS

GEL CAMPURAN AGAR AGAR DAN XANTHAN GUM

ABSTRAK

Latar Belakang: Pengharum ruangan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sintetik dan alami. Penggunaan pengharum ruangan sintetik ternyata memiliki dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pewangi sintetik memiliki wangi yang lebih tajam sehingga dapat menimbulkan rasa pusing, sedangkan pewangi alami memiliki wangi yang lebih lembut sehingga lebih nyaman digunakan.

Tujuan: Untuk mengetahui apakah basis gel agar agar dan xanthan gum dapat dibuat dalam bentuk sediaan gel dan untuk mengetahui apakah minyak nilam dapat menahan wangi lavender pada sediaan gel pengharum ruangan dalam waktu lama.

Metode Penelitian: Menggunakan metode eksperimental yaitu yang meliputi pembuatan formulasi sediaan, uji ketahanan wangi sediaan, uji penguapan zat cair dan uji kesukaan (hedonic test) terhadap sediaan yang dibuat. Pertama mencari konsentrasi basis gel terbaik dari campuran agar-agar dan xanthan gum, kemudian dari gel terbaik yang didapat divariasikan konsentrasi minyak nilam. Dari konsentrasi terbaik minyak nilam dilakukan uji selama penggunaan yang dileakkan ditempat yang berbeda beda yaitu diruangan biasa dengan ukuran kamar panjang kali lebar 3x4 pada temperature kamar, Ac kamar dengan temperature 10-150C, Ac mobil (mobil yang digunakan) dan kipas angin suhu norma masing-masing selama 1 jam setiap hari.

Hasil: Formulasi gel terbaik adalah pada konsentrasi 3%. Wangi yang paling disukai dan tahan lama adalah produk dengan campuran minyak lavender 2% dan minyak nilam 2%. Total persentase penguapan zat cair terkecil yaitu terdapat pada ruangan biasa yaitu 71,001% dan gel pengharum ruangan yang penurunan susut bobot yang lebih cepat yaitu pada kipas angin. Sedangkan penurunan susut bobot yang stabil yaitu pada ruangan biasa.

Kesimpulan: Kombinasi antara agar-agar dan xanthan gum dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel pengahrum ruangan, minyak nilam dapat menahan wangi yang lama pada sediaan gel pengharum ruangan pada konsentrasi 2%. Kata Kunci : Gel Pengharum Ruangan, Minyak Lavender, Minyak Nilam, Agar


(14)

INFLUENCE OF PATCHOULI OIL(Oleum Pogostemon) ON FRAGRANT ENDURANCE OF LAVENDER OIL (Oleum lavandulae) IN GEL AIR

FRESHENER USING MIXED GEL BASE OF AGAR AGAR AND XANTHAN GUM

ABSTRACT

Background: Air freshener consists of two types; synthetic and natural. The use of synthetic air freshener has a negative impact on human health and environment. It also has a sharper fragrance that can cause dizziness, whereas natural air freshener has a softer fragrance hence it is more comfortable to use.

Objective: To determine whether gelatin and xanthan gum gel base can be made into a gel form, and to determine whether patchouli oil can hold the fragrance of lavender in gel air freshener for a long duration.

Methods: Used an experimental method, which consisted of formulating the gel air freshener, fragrant endurance test, liquid evaporation test, and hedonic test on the formulated product. The first step was to find the best gel base concentration from the mixture of gelatin and xanthan gum, and then several patchouli oil concentrations were varied. The best patchouli oil concentration was tested during its application, place in different room; a regular 3x4 room of room temperature, air conditioner room of 10-150C, air conditioner car and a normal temperature fan, for 1 hour every day.

Results: Formulation gel is at a concentration of 3%. The most preferred and durable fragrance and durable was the one with a mixture of 2% lavender oil and 2% patchouli oil. The total percentage of the smallest liquid evaporation was found in normal room temperature (71.001%), and gel air freshener with the most rapid weight loss was found in the fanned room. A steady weight loss occured in a regular room.

Conclusion: The combination of gelatin and xanthan gum can be formulated in the form of gel air freshener, and patchouli oil can hold the fragrance in gel air freshener for a long duration at a concentration of 2%.

Keywords : Gel Air Freshener, Lavender Oil, Patchoul Oil, Gelatin, Xanthan Gum


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sejak dahulu orang telah mengenal berbagai jenis tanaman yang memiliki bau spesifik. Bau tersebut bukan ditimbul oleh bunganya saja, tetapi oleh tanaman, baik dari batang, daun, rimpang, atau keseluruhan bagian tanaman. Masyarakat kemudian mengenalnya sebagai tanaman beraroma. Bau khas dari tanaman tersebut ternyata ditimbulkan secara biokimia sejalan dengan perkembangan proses hidupnya sebagai suatu metabolit sekunder yang disebut minyak atsiri. Minyak atsiri adalah zat yang berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini juga disebut sebagai minyak menguap, minyak eteris, atau minyak esensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Secara kimia, minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal, tetapi tersusun dari berbagai macam komponen yang secara garis besar terdiri dari kelompok terpenoida dan fenil propana (Gunawan dan Mulyani, 2010).

Salah satu minyak atsiri yang memiliki bau khas dan spesifik yaitu minyak lavender. Minyak lavender merupakan salah satu minyak atsiri yang dikenal sejak bertahun-tahun yang lampau, terutama dinegara-negara eropa. Minyak ini diperoleh dari bunga segar tanaman lavender dengan metoda penyulingan uap atau ekstraksi dengan pelarut. Negara penghasil minyak lavender yang utama di dunia adalah Prancis. Minyak yang dihasilkan negara tersebut mempunyai mutu terbaik, dibandingkan minyak lavender dari negara lain. Serta mempunyai aroma wangi yang khas. Beberapa daerah di Prancis selatan memproduksi minyak lavender yang mempunyai kadar ester lebih tinggi dari minyak lavender dari


(16)

negara lainnya. Tanaman lavender merupakan tanaman semak, berpohon kecil, mempunyai daun bertulang sejajar dan bunga kecil berwarna keunguan. Bunga tersebut berbau harum (Ketaren,1985).

Tanaman lavender telah digunakan selama berabad-abad sebagai obat herbal. Lavender menghasilkan minyak esensial yang sangat efektif dan dapat digunakan dalam salep, parfum, dan kosmetik. Secara internal, minyak lavender diyakini memiliki banyak manfaat yaitu, dapat mengatasi stres, sakit kepala, insomnia, pilek, sakit perut, penyegar napas dan obat kumur (Aiguo, et al., 2010).

Kandungan utama dari bunga lavender adalah linalyl asetat dan linalool (C10H18O). Linalool adalah kandungan aktif utama yang berperan pada efek anti cemas pada lavender. Menurut hasil dari beberapa jurnal penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa minyak esensial dari bunga lavender dapat memberikan manfaat mengurangi tingkat kecemasan, dan juga mampu memperbaiki mood seseorang (Dewi, 2011).

Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal sebagai minyak nilam. Minyak nilam banyak digunakan dalam industri kosmetik, parfum, sabun, dan industri lainnya. Dengan berkembangnya aromaterapi, selain sangat bermanfaat sebagai penyembuhan fisik juga mental dan emosional. Minyak nilam dapat berfungsi sebagai zat pengikat yang baik jadi sangat penting sebagai bahan pembuat parfum. Zat pengikat adalah suatu senyawa yang mempunyai daya menguap lebih rendah atau titik uapnya lebih tinggi dari zat penwangi, sehingga kecepatan penguapan zat pewangi dapat dikurangi atau dihambat. Penambahan zat pengikat ini didalam parfum bertujuan untuk mengikat


(17)

bau wangi dengan mencegah laju penguapan zat pewangi yang terlalu cepat, sehingga bau wangi tidak cepat hilang (Daniel, 2012).

Kebersihan dan keindahan ruangan merupakan hal yang terpenting untuk kita, terkadang untuk menambah suasana lebih segar dan nyaman di dalam ruangan, anda menyemprotkan pengaharum ruangan sehingga ruangan menjadi lebih segar dan wangi sesuai dengan mood kita. Pengharum ruangan biasanya berbentuk padat, cair atau semprot (Anonim, 2012a).

Pengharum ruangan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sintetik dan alami. Penggunaan pengharum ruangan sintetik ternyata memiliki dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pewangi sintetik memiliki wangi yang lebih tajam sehingga dapat menimbulkan rasa pusing, sedangkan pewangi alami memiliki wangi yang lebih lembut sehingga lebih nyaman digunakan (Anonim, 2012a).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membuat sediaan gel pengharum ruangan dari minyak lavender (Oleum lavandulae) sebagai sediaan pewangi ruangan dengan basis gel agar-agar dan xanthan gum serta minyak nilam sebagai pengikatnya.

1.2Perumusan Masalah

1. Apakah agar-agar dan xanthan gum dapat dibuat sebagai basis sediaan gel pengharum ruangan.

2. Apakah minyak nilam dapat menahan wangi minyak lavender pada sediaan gel pengharum ruangan dalam waktu yang lama.


(18)

1.3Hipotesa

1. Basis dari agar-agar dan xanthan gum dapat dibuat dalam bentuk sediaan gel pengharum ruangan.

2. Minyak nilam dapat menahan wangi minyak lavender pada sediaan gel pengharum ruangan dalam waktu yang lama.

1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah basis gel agar-agar dan xanthan gum dapat dibuat dalam bentuk sediaan gel pengharum ruangan

2. Untuk mengetahui apakah minyak nilam dapat menahan wangi minyak lavender pada sediaan gel pengharum ruangan dalam waktu yang lama. 1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari minyak nilam dan minyak lavender dalam dunia kesehatan dan ketahanan wangi gel terbaik.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gel Pengharum Ruangan

Gel pengahrum ruangan adalah pengharum ruangan yang berbentuk gel yang mengandung bahan pewangi. Saat ini dipasaran, produk penghrum ruangan berbentuk gel sangat bevariasi dalam hal aroma, bahan aktif maupun kemasannya. Dengan kemasan yang kecil dan penyimpanan yang mudah menjadikan pengharum berbentuk gel ini lebih praktis dibandingkan dengan pengharum ruangan berbentuk cair yang penggunaanya harus dengan penyemprotan (Poerwadi, et al, 2013). Pengharum ruangan merupakan produk-produk konsumen yang mengurangi bau yang tidak menyenangkan di ruangan tertutup. Bentuk pengharum ruangan di pasaran ada beberapa jenis antara lain, padat, cair, semprot, dan gel. Pengharum berbentuk gel biasanya diletakkan dengan cara digantung atau diletakkan di suatu tempat. Pengharum ruangan terdiri dari dua bahan dasar yaitu, pewangi dan pelarut. Pelarut ada dua jenis yaitu air dan minyak. Biasanya pengharum yang menggunakan bahan dasar minyak dibuat dalam bentuk padat dan cair, sedangkan pengharum berbahan dasar air dibuat dalam bentuk gel. Pengharum ruangan berbentuk gel memiliki kestabilan aroma yang relatif singkat, namun mudah terurai sehingga aman terhadap lingkungan, sedangkan bentuk semprot biasanya menggunakan bahan kimia seperti isobutene, n-butane, propane atau campurannya (Sinurat, 2009).

Pada awalnya pengharum ruangan modern diperkenalkan pada tahun 1948. Fungsinya didasarkan pada teknologi militer untuk dicampurkan dalam insektisida dan diadaptasi ke dalam semprotan bertekanan menggunakan clorofluorocarbon


(20)

(CFC) propelan. Parfum yang berbentuk kabut halus harum akan tetap diam diudara dalam waktu yang panjang. Jenis produk ini menjadi standar industri dan penjualan pengharum ruangan mengalami pertumbuhan yang luar biasa (Anonim, 2009).

Tahun 1986 The National Academy of Sciences AS menentukan pengharum, termasuk didalamnya pengharum ruangan, sebagai salah satu dari enam kategori bahan kimia yang perlu mendapatkan uji kemampuan meracuni saraf. Karena kebanyakan pengharum ruangan bekerja dengan mengganggu daya cium. Pengharum tersebut melapisi saluran hidung dengan selaput minyaknya, atau melepaskan zat pemati saraf pencium. Hampir sepertiga bahan kimia tambahan dalam parfum dan produk wewangian termasuk dalam kategori senyawa beracun. Pemakaian produk pengharum ruangan cenderung tanpa aturan yang jelas. Bebas disemprotkan ke seluruh ruangan duduk, digantung dekat AC, dipasang di dalam mobil. Lalu bahan kimia itu akan secara teratur menguap ke udara, menempel di rambut, pakaian, bahkan diberbagai perabot disekitar kita (Viktor, 2008).

Parfum adalah campuran dari zat pewangi yang dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Zat pewangi tersebut dapat berasal dari minyak atsiri atau dibuat secara sintetis. Parfum memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena dapat memberikan kesenangan hidup, mempengaruhi kejiwaan dan syaraf serta mewangikan bahan yang tidak berbau wangi. Disamping itu parfum berfungsi sebagai obat-obatan, misalnya sebagai obat penenang, demam dan sebagai bahan penolong dalam industri (Ketaren, 1985).


(21)

Parfum dideskripsikan dengan perumpamaan musik yang memiliki tiga “not/notes” yang membentuk harmoni wangian. Masing-masing note tercium seiring waktu dengan dimulai dari impresi pertama dari top note diikuti oleh middle note yang telah mendalam dan base note yang sedikit demi sedikit muncul di akhir. Note-note ini dibuat dengan seteliti mungkin berdasarkan pengetahuan proses evaporasi dari wangian. Di bawah ini adalah penjelasan dari masing-masing notes.

1. Top notes

Wangi yang langsung tercium ketika parfum disemprotkan. Top notes mengandung molekul yang ringan dan kecil yang dapat berevaporasi cepat. Top note membentuk impresi pertama dari parfum. Minyak lemon adalah salah satu minyak atsiri yang termasuk top notes.

2. Middle notes

Wangi yang muncul setelah top notes mulai memudar. Middle note mengandung “inti” dari parfum dan juga bertindak sebagai topeng bagi base note yang sering kali tidak tercium enak pada pertama kalinya, namun menjadi enak seiring waktu. Notes ini juga sering disebut heart note. Minyak atsiri yang termasuk dalam kategori middle notes adalah minyak lavender, minyak sereh wangi, dan minyak kenanga.

3. Base notes

Wangi dari sebuah parfum yang muncul seiring memudarnya middle notes. Base dan middle notes adalah tema wangian utama dari sebuah parfum. Base notes memberikan kedalaman yang solid dari parfum. Kandungan dari notes ini biasanya kaya dan dalam, dan tidak tercium setidaknya sampai 30 menit


(22)

pemakaian. Wangi top dan middle notes terpengaruhi oleh wangi dari base notes. Minyak nilam termasuk dalam kategori base note (Sarbini, 2006).

2.1.1 Jenis-jenis pengharum ruangan dan zat yang dikandung

Di pasaran ada berbagai jenis pewangi. Ada yang padat (biasanya pewangi yang diperuntukkan untuk toilet dan lemari), ada yang cair, gel, dan ada juga yang semprot. Sementara penggunaannya ada yang diletakkan begitu saja, ditempatkan dibibir AC dan kipas angin. Zat pewangi yang beredar di pasaran, yakni yang berbahan dasar air dan berbahan dasar minyak. Pewangi berbahan dasar air umumnya memiliki kestabilan aroma (wangi) relatif singkat (sekitar 3-5 jam). Itulah mengapa pewangi berbahan dasar air relatif lebih aman bagi kesehatan dibandingkan pewangi berbahan dasar minyak. Memang, pewangi berbahan dasar minyak lebih tahan lama sehingga harga jualnya bisa lebih mahal. Pewangi jenis ini biasanya menggunakan beberapa bahan pelarut/cairan pembawa, diantaranya isoparafin, diethyl phthalate atau campurannya. Sementara jenis pewangi yang disemprotkan umumnya mengandung isobutene, n-butane, propane dan campurannya. Untuk bentuk gel disertai kandungan bahan gum. Adapun zat aktif aroma bentuk ini umumnya berupa campuran zat pewangi, seperti limonene, benzyl asetat, linalool, sitronellol, ocimene, dan sebagainya (Viktor, 2008). 2.1.2 Kandungan zat kimia yang tidak boleh ada dalam pengharum ruangan

Pada prinsipnya semua zat pewangi beresiko terhadap kesehatan, terutama pada mereka yang berada pada kondisi rentan, seperti ibu hamil, bayi, dan anak-anak, ataupun orang yang sangat sensitif terhadap zat-zat pewangi. Sekitar 80 % zat pewangi belom teruji keamanannya terhadap manusia. Adapun pewangi yang sudah dilarang The International Fragrance Asosiation (IFRA) diantaranya


(23)

pewangi yang mengandung musk ambrette, geranyl nitrile, dan 7 methyl coumarin. Sedangkan yang berbentuk gel dilarang bila mengandung zat-zat pengawet yang berbahaya bagi kesehatan, seperti formaldehid dan methylchloroisothiozilinone (Viktor, 2008).

Gel pengharum ruangan disusun oleh beberapa macam bahan di antaranya adalah bahan dasar pembentuk gel, bahan tambahan, bahan pewangi, dan bahan penahan wangi. Bahan dasar pembentuk gel yang digunakan dalam penelitian ini adalah agar-agar dan xanthan gum, kemudian bahan tambahan yang digunakan adalah propilen glikol dan sodium benzoat. Sedangkan bahan pewangi yang digunakan adalah minyak lavender dan bahan penahan wangi minyak nilam. 2.2 Agar-Agar

Agar-agar adalah polisakarida yang terdapat pada berbagai ganggang laut juga dibentuk oleh galaktosa tapi mengandung gugus sulfat. Pemakaiannya yang sangat luas dalam industri makanan dan kosmetik karena sifatnya yang sangat mudah dibuat menjadi gel yang jernih (Sulaiman,1995). Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan membentuk kisi–kisi yang menahan molekul-molekul air sehingga terbentuk sistem koloid padat-cair (Anonim, 2010).

Agar-agar adalah istilah umum yang lebih berkaitan dengan ciri-ciri gel. Agar terdiri atas fraksi yang mengandung sulfat disebut agarosa dan fraksi yang tidak mengandung sulfat disebut agaropektin. Agarosa dapat membentuk gel, sedangkan agaropektin tidak dapat membentuk gel. Agar bersifat anionik, dapat membentuk gel yang jernih (Cahyadi, 2009).


(24)

Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan pemantap, bahan penolong atau pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel. Kelebihan ini digunakan dalam beberapa industri antara lain industri makanan, seperti dalam pembuatan jelly dan permen (Anonimous, 1999).

Agar-agar digunakan dalam pembuatan makanan, yaitu berfungsi sebagai stabilizer. Dalam industri farmasi agar-agar berguna sebagai kultur bakeri. Dalam industri kosmetik digunakan dalam pembuatan salep, cream, sabun, dan pembersih muka atau lotion. Beberapa indusri lain menggunakan agar-agar sebagai bahan tambahan, misalnya dalam beberapa proses pada industri kertas, tekstil, fotografi, semir sepatu, pengalengan ikan atau daging (Aslan, 1991)

Agar-agar tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas. Pada suhu 32-39 0C berbentuk bekuan (solid) dan tidak mencair pada suhu di bawah 85 0

C. Apabila dilarutkan dalam air panas dan didinginkan, agar-agar bersifat seperti gelatin, padatan lunak dengan banyak pori-pori di dalamnya sehingga bertekstur 'kenyal'. Sifat inilah yang menarik perhatian sehingga banyak olahan makanan mnggunakan agar-agar (Aslan, 1991).

Agar-agar merupakan senyawa ester asam sulfat dari senyawa galaktan, tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas dengan membentuk gel. Agar-agar diekstraksi dari ganggang laut yang berasal dari kelompok Rhodophyceae, seperti Gracilaria dan Gelidium. Beberapa jenis Gracilaria yang bernilai ekonomi tinggi yang tumbuh di perairan Indonesia antara lain Gracilaria gigas, Gracilaria verrucosa, dan Gracilaria lichenoides. Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan pemantap, penstabil, pengemulsi, pengisi, penjernih, pembuat gel, dan lain-lain. Beberapa industri yang memanfaatkan sifat


(25)

kemampuan membentuk gel dari agar-agar adalah industri makanan, farmasi, kosmetik, kulit, fotografi, dan sebagai media penumbuh mikroba. Industri produksi agar-agar di Indonesia menggunakan metode yang melibatkan ekstraksi rumput laut dengan pelarut asam pada suhu tinggi. (Fitri, et al., 2008).

Beberapa jenis rumput laut penghasil agar di Indonesia adalah Gelidium rigidum, Rhodymenia ciliata, Gelidiella sp dan Gracilaria sp. Selama ini pemanfaatan Gelidium rigidum sebagian besar masih diekspor dalam bentuk rumput laut kering atau sebagai campuran bahan baku industri agar di dalam negeri (Subaryono, et al., 2008).

2.3 Xanthan Gum

Xanthan gum adalah polisakarida alami yang dihasilkan melalui fermentasi dekstrose dengan bakteri xanthomonas seperti xanthomonas campestris, xanthomonas malvacearum dan xanthomonas axonopodi. Xanthan gum adalah asam polimer terbuat dari sub unit pentasaccharide membentuk tulang punggung selulosa dengan trisakarida rantai samping terdiri dari mannose (β 1,4) dan asam glukuronat (β 1,2) (Padmaja et al, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi xanthan gum dipengaruhi oleh sumber nitrogen yang berbeda. Produksi xanthan meningkat dengan konsentrasi ekstrak ragi meningkat, karena serapan nitrogen difasilitasi. oleh PH optimum (Fuke et al, 2013).

Xanthan gum berupa bubuk berwarna krem yang dengan cepat larut dalam air panas atau air dingin membentuk larutan kental yang tidak tiksotrofik. Xanthan gum pada konsentrasi rendah larutannya kental, pada perubahan suhu terjadi sedikit perubahan kekentalannya. Xanthan gum dinyatakan aman digunakan


(26)

dalam pangan sebagai pengemulsi, pengental, dan pendorong buih pada pangan (Tranggono, dkk, 1989). Penggunaan xanthan gum pada produk pangan ini sangat luas, antara lain untuk industri rerotian. Kemampuan xanthan gum untuk berikatan kompleks dengan pati dapat menurunkan retrogradasi sehingga meningkatkan masa simpan produk rerotian dan adonan yang disimpan beku (Winarno, 1990).

Xanthan gum dapat membentuk larutan kental pada konsentrasi rendah (0,1% – 0,2%). Pada konsentrasi 2% - 3% terbentuk gel. Xanthan gum dapat dicampur dengan protein atau polisakarida lain. Xanthan gum ini membentuk film yang liat dan lentur (Deman, 1997). Xanthan gum ini memiliki banyak kelebihan dengan jenis gum lainnya yaitu memiliki viskositas tinggi pada konsentrasi gum yang rendah, memiliki viskositas yang relatif stabil pada pengaruh pH dan suhu (Winarno, 1994).

2.4 Minyak Nilam

Tanaman nilam merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang segi empat. Daun kering tanaman ini disuling untuk mendapatkan minyak nilam yang banyak digunakan dalam berbagai kegiatan industri. Fungsi utama minyak nilam sebagai bahab baku pengikat (fiksatif) dari komponen kanndungan utamanya, yaitu patchouli alcohol (C15H26) dan wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama (Mangun, 2006).

Minyak nilam merupakan salah satu komoditi ekspor Indonesia. Standar mutu sangat diperlukan terutama untuk komoditi ekspor, dan minyak nilam sebagai salah satu jenis minyak atsiri mempunyai standar mutu yang telah ditetapkan. Diindonesia produksi minyak nilam ditujukan untuk ekspor, dan


(27)

standar mutunya ditetapkan dan diawasi oleh balai penelitian bogor. Minyak nilam Indonesia teruama diekspor ke Jepang, Amerika, Prancis dan Singapur (Ketaren, 1985).

Selain sebagai pengikat wangi pada parfum, sabun dan kosmetika serta sebagai pestisida ternyata minyak nilam berkhasiat sebagai antibiotik dan antiradang karena dapat menghambat pertumbuhan jamur dan mikroba. Dapat digunakan juga untuk deodorant, obat batuk, asma, sakit kepala, sakit perut, bisul dan herpes (Daniel, 2012).

Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan minyak nilam (Patchouly oil). Minyak ini banyak dipergunakan dalam industri kosmetik, parfum, sabun, anti septik, dan insektisida. Keunggulan minyak nilam dalam industri parfum yakni bersifat fiksatif yaitu kemampuannya dalam mengikat minyak lainnya sehingga harumnya dapat bertahan lama dan hingga kini belum dapat dibuat secara sintetik (Kadir, 2011).

Nilam termasuk salah satu tanaman yang cukup penting peranannya, sebagai sumber devisa negara dan pendapatan petani. Saat ini terdapat tiga varietas unggul (Tapaktuan, Sidikalang, dan Lhokseumawe) yang telah dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) yang unggul dalam produk minyak (290-375 kg/ha) dengan kadar patchouli alkohol 32–33%.. Tapaktuan unggul dalam produksi dan kadar patchouli alkohol, Lhokseumawe kadar minyaknya tinggi dan Sidikalang toleran terhadap penyakit layu bakteri dan nematoda (Setiawan, et al., 2013).


(28)

2.5 Minyak Lavender

Minyak lavender merupakan salah satu minyak atsiri yang dikenal sejak bertahun-tahun yang lampau, terutama diegara-negara eropa. Minyak ini diperoleh dari bunga segar tanaman lavender dengan metoda penyulingan uap atau ekstraksi dengan pelarut (Ketaren, 1985).

Negara penghasil minyak lavender yang utama didunia adalah Prancis. Minyak yang dihasilkan negara tersebut mempunyai mutu terbaik, dibandingkan minyak lavender dari negara lain. Serta mempunyai aroma manis yang khas. Beberapa daerah diprancis selatan memproduksi minyak lavender yang mempunyai kadar ester lebih tinggi dari minyak lavender dari negara lainnya (Ketaren, 1985).

Minyak lavender sangat berguna juga untuk digunakan terhadap stimulasi sistem syaraf, hipnotik, sedatif, dan obat penenang. Selain itu, ia memiliki kegunaan yang berguna pengobatan untuk dermatologis dan ruam kulit, serta kuat sebagai antiseptik dan efek antibiotik (membunuh bakteri). minyak lavender digunakan dalam parfum dan aromaterapi, dan digunakan dalam sabun, deterjen, dan produk kosmetik (Baydar dan Kara, 2013).

Mutu minyak lavender ditentukan terutama berdasarkan jumlah kadar esternya (linalyl asetat). Minyak bunga tanaman lavandula officinalis var. delphinensis mempunyai kadar kadar ester sebesar 50-55%. Sedangkan minyak yang diperoleh dari Lavandula latifolia mengandung ester yang tinggi dapat diusahakan secara perkebunan didataran rendah dengan mutu dan rendemen minyak yang dihasilkan cukup baik. Rendemen minyak yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara kondisi iklim, cuaca, ketinggian tempat


(29)

tumbuh, metode panen, tingka kesegaran bunga (segar atau kering) dan metode penyulingan.

a. Iklim mempengaruhi rendemen minyak. Bunga yang dipanen pada musim kemarau atau dibawah matahari terik menghasilkan rendemen minyak lebih tinggi dibandingkan dengan panen sewaktu hari mendung atau hujan

b. Permulaan menjelang akhir musim panen bunga menghasilkan rendemen lebih rendah dibandingkan dengan musim panen besar

c. Ketinggian tempat tumbuh tanaman, juga mempengaruhi rendemen. tanaman lavender liar yang tumbuh pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut, menghasilkan minyak sebesar 500 gram per 100 gram bunga, sedangkan pada ketinggian 1400 meter, hanya menghasilkan minyak sekitar 300-400 gram.

Komposisi kimia yang utama dalam minyak lavender adalah linalool dan linalool asetat dengan jumlah sekitar 30-60 persen dari total berat minyak. Minyak lavender yang diperoleh dengan ekstraksi menggunakan pelarut menguap, mengandung komponen kimia, antara lain : ester dari linalool, teruta ma lonalool asetat, koumarin yang berkadar empat kali lebih besar dari pada kadar koumarin dalam minyak hasil sulingan (Ketaren, 1985).

Menghirup lavender meningkatkan frekuensi gelombang alfa dan keadaan ini diasosiasikan dengan bersantai (relaksasi). Selain itu lavender juga berguna untuk mengurangi sakit kepala, stres, frustasi, mengobati kepanikan, mereda histeria, serta mengobati insomnia. Lavender juga membantu penyembuhan depresi, gelisah, susah tidur dan sakit kepala. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji efek penggunaan aromaterapi Lavender pada Lansia yang mengalami


(30)

gangguan tidur. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar dalam mengembangkan manajemen gangguan tidur yang bersifat jangka panjang (Rusca, at al, 2009).

Lavender sebagai aromaterapi memberikan efek relaksasi dan sedasi. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan bentuk rancangan one group pretest-posttest design selama Januari - April 2013 dengan sampel yang dipilih secara purposive sampling. Analisa data dengan uji paired t-test. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,001 berarti ada perbedaan intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit untuk menerapkan pemberian aromaterapi lavender pada pasien pasca operasi (Nuraini, at al, 2013).

2.6 Propilen Glikol

Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus molekul C3H8O2 dan berat molekul 76,10 (Depkes RI, 1995). Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan higroskopik. Propilen glikol dapat dicampur dengan air, dengan etanol (95%) dan dengan kloroform, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah dan dengan minyak lemak (Depkes RI, 1979).

Propilen glikol dapat berfungsi sebagai pengawet, antimikroba, disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin, dan kosolven yang dapat bercampur dengan air. Sebagai pelarut atau kosolven, propilen glikol digunakan dalam konsentrasi 10-30% larutan aerosol, 10-25% larutan oral, 10-60% larutan parenteral dan 0-80% larutan topikal. Propilen glikol digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi, industri makanan maupun kosmetik, dan dapat


(31)

dikatakan relatif non toksik. Dalam formulasi atau teknologi farmasi, propilen glikol secara luas digunakan sebagai pelarut, pengekstrak dan pengawet makanan dalam berbagai sediaan farmasi parenteral dan non parenteral (Rowe et al. 2003).

Sifat propilen glikol hampir sama dengan gliserin hanya saja propilen glikol lebih mudah melarutkan berbagai jenis zat. Sama seperti gliserin fungsi propilen glikol adalah sebagai humektan, namun fungsi dalam formula krim adalah sebagai pembawa emulsi sehingga emulsi menjadi lebih stabil. Propilen glikol dapat berfungsi sebagai humektan pada sediaan salep digunakan pada konsentrasi 15% (Rowe et al. 2003).

2.7 Sodium Benzoat

Sodium benzoat dikenal juga dengan nama natrium benzoat. Fungsi sodium benzoat adalah sebagai bahan pengawet untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme (jamur) yang merugikan. Batas atas penggunaan sodium benzoat yang diijinkan adalah sebesar 0,1% di Amerika Serikat, sedangkan untuk negara -negara lain berkisar antara 0,15-0,25%. Untuk -negara--negara Eropa batas benzoat berkisar antara 0,015-0,5%. Sodium benzoat lebih disukai dalam penggunaannya karena 200 kali lebih mudah larut dibandingkan asam benzoat. Sekitar 0,1% umumnya cukup untuk pengawetan pada produk yang telah dipersiapkan untuk diawetkan dan disesuaikan ke pH 4,5 atau dibawahnya. Pasar utama dari sodium benzoat adalah dalam pengawetan soft drink, minuman sirup fruktosa jagung yang tinggi. Sodium benzoat jarang digunakan sebagai pengawet dalam acar, saus, dan jus buah. Sodium benzoat juga digunakan dalam pembuatan obat dengan tujuan pemeliharaan (batas atas 1,0% dalam larutan obat) (Anonim, 2012b).


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimental, yang meliputi pembuatan formulasi sediaan, uji ketahanan wangi sediaan, uji penguapan zat cair dan uji kesukaan (hedonic test) terhadap sediaan yang dibuat. Pertama mencari konsentrasi basis gel terbaik dari campuran agar-agar dan xanthan gum, kemudian dari gel terbaik yang didapat itu divariasikan beberapa konsentrasi minyak nilam yang bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi dengan ketahanan wangi yang lama dan diterima oleh konsumen dengan menggunakan panelis. Dari konsentrasi terbaik minyak nilam dilakukan uji selama penggunaan yang diletakkan ditempat yang berbeda-beda yaitu diruangan biasa dengan ukuran kamar panjang kali lebar 3x4 pada temperatut kamar, Ac kamar dengan temperatur 10 -15, Ac mobil (mobil yang digunakan) dan kipas angin suhu normal selama 1 jam setiap hari.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dilaboratorium Farmasetika Dasar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Oktober – Desember 2014.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat-Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, cawan porselen, pipet tetes, termometer, penjepit tabung, beaker glass, gelas ukur, cawan petri, pencetak gel plastik, sudip, spatel, penangas air, dan batang pengaduk.


(33)

3.2.2 Bahan-Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak lavender, minyak nilam, aquadest, natrium benzoat, propilen glikol, xanthan gum dan agar-agar. Agar-agar yang digunakan disini adalah agar-agar dipasaran yang dapat dimakan dengan lambang swallow globe brand.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap,yaitu tahap pertam dan tahap kedua. Pada penelitian tahap pertama bertujuan untuk mendapatkan bentuk gel terbaik. Formula yang digunakan untuk mendapatkan gel terbaik yaitu dengan memvariasikan konsentrasi dari agar-agar dan xanthan gum dengan lima formula. Pencampuran kedua bahan diharapkan dapat menghasilkan gel dengan tekstur yang baik dan elastis sehingga dapat digunakan pada penelitian tahap kedua. Gel yang baik dapat dilihat dari tekstur yang kenyal, elastis dan tidak mudah patah, karena dengan tekstur yang kenyal, elasatis dan tidak mudah patah akan mempengaruhi laju penguapan air dan minyak atsiri sehingga lebih tahan lama dalam penggunaan. Hasil penelitian tahap pertama dari lima formula gel tersebut akan didapatkan salah satu formula gel yang terbaik digunakan untuk penelitian tahap kedua dengan konsentrasi minyak nilam yang berbeda. Penelitian tahap kedua yaitu dengan memvariasikan minyak nilam yang bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi dengan ketahanan wangi yang lama dan diterima oleh konsumen dengan menggunakan panelis. Setelah mendapatkan konsentrasi minyak nilam terbaik yang dinilai oleh panelis, maka selajutnya akan diuji ketahanan wanginya selama penyimpanan ditempat yang berbeda beda yaitu diruangan biasa dengan ukuran kamar panjang kali lebar 3x4 pada temperatut


(34)

kamar, Ac kamar dengan temperatur 10-15, Ac mobil (mobil yang digunakan) dan kipas angin suhu normal selama 1 jam setiap hari. Konsentrasi minyak nilam yang digunakan untuk penelitian tahap kedua dapat dilihat pada Tabel 3.1 Formula sediaan pengharum ruangan dibawah ini.

3.4 Formulasi Sediaan Pengharum Ruangan

Konsentrasi minyak nilam yang digunakan pada penelitian ini, yaitu : 0%, 1%, 2%, 3%, 4%. Adapun formula yang digunakan sebagai berikut :

Tabel 3.1. Formula sediaan pengharum ruangan

Komposisi Konsentrasi

Agar-agar : Xanthan gum 3 %

Sodium benzoate 0,1 %

Propilen glikol 10 %

Minyak lavender 2 %

Minyak nilam 0%, 1%, 2%, 3%, 4%

Aquades ad 100 %

Tabel 3.2. Formula orientasi pemilihan gel terbaik dari lima formula (50 gram)

Bahan Formula 1

Formula 2

Formula 3

Formula 4

Formula 5 Agar agar :

xanthan gum (g) 0,25 : 1,25 0,5 : 1,5 0,75 : 0,75 1 : 0,5 1,25 : 0,25 Sodium benzoat

(g) 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 Propilen glikol

(g) 5 5 5 5 5


(35)

Tabel diatas adalah tabel formulasi orientasi pada penelitian tahap pertama pemilihan gel terbaik dari konsetrasi 3% dengan memvariasikan konsentrasi antara agar-agar dan xanthan gum dengan lima formula. Dari lima formla didapat satu formula gel terbaik untuk digunakan pada penelitian selanjutnya dengan memvariasikan konsentrasi minyak nilam dengan beberapa sediaan.

Tabel 3.3. Formula sediaan gel pengharum ruangan dengan konsentrasi minyak nilam yang berbeda-beda pada setiap sediaan (50 gram)

Bahan Sediaan 1

Sediaan 2

Sediaan 3

Sediaan 4

Sediaan 5 Agar agar : xanthan

gum (g) 1,0 : 0,5 1,0 : 0,5 1,0 : 0,5 1,0 : 0,5 1,0 : 0,5 Sodium benzoat (g) 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

Propilen glikol (g) 5 5 5 5 5

Minyak lavender (g) 1 1 1 1 1

Minyak nilam (g) 0 0,5 1 1,5 2 Aquadest (ml) 42,45 41,95 41,45 40,95 40,45

3.5 Prosedur Pembuatan Gel Pengharum Ruangan 1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Timbang semua bahan

3. Panaskan aquades sampai mendidih

4. Pindahkan air mendidih tersebut ke dalam beaker glass. Kemudian letakkan beaker glass diatas water batt agar suhu aquades tetap stabil 5. Masukkan sedikit demi sedikit agar-agar, xanthan gum, dan sodium

benzoat dalam beaker glass yang berisi aquades panas, diaduk secara perlahan hingga larut dan homogen


(36)

6. Pindahkan beaker glass yang berisi aquades, agar-agar, xanthan gum, dan sodium benzoate yang sudah tercampur homogen diatas air dingin agar supaya suhunya menurun hingga 650 C. setelah suhu mencapai 650 C, Tambahkan propilen glikol, aduk hingga homogen

7. Tambahkan minyak nilam dan minyak lavender, aduk hingga homogen 8. Tuang campuran tersebut dalam cetakan, biarkan pada suhu ruangan

hingga mengeras.

9. Dikeluarkan dari tempat cetakan, lalu ditimbang beratnya. 3.6Prosedur Pengujian

3.6.1 Uji hedonik atau kesukaan

Uji hedonik atau kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan konsumen produk gel pengharum ruangan terhadap lima sediaan dengan konsentrasi minyak nilam yang berbeda-beda. Dari hasil uji penerimaan konsumen gel pengharum ruangan terhadap lima sediaan ini didapatkan konsentrasi minyak nilam yang diterima oleh konsumen atau panelis sehingga dapat dilakukan uji penguapan zat cair dan ketahanan wangi gel pengharum ruangan dengan perlakuan ditempat yang berbeda-beda yaitu diruangan biasa dengan ukuran kamar panjang kali lebar 3x4 pada temperatut kamar, Ac kamar dengan temperatur 10-15, Ac mobil (mobil yang digunakan) dan kipas angin suhu normal selama 1 jam setiap hari.

Pada uji ini digunakan minimal 25 panelis (Resurrection, 1998), panelis diminta untuk mengungkapkan kesan pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan suatu produk pengharum ruangan dengan skala kesukaan. Skala yang digunakan yaitu 1 (tidak suka), 2 (kurang suka), 3 (cukup suka), 4 (suka), 5


(37)

(sangat suka). Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner), ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%. Rumus uji kesukaan dapat dilihat pada (Lampiran 6, halaman 38).

3.6.2 Uji penguapan zat cair

Uji penguapan zat cair dilakukan dengan menimbang bobot gel pertiga hari selama 30 hari. Gel pengharum ruangan ini disimpan dibeberapa tempat yaitu diruangan biasa dengan ukuran kamar panjang kali lebar 3x4 pada temperatut kamar, Ac kamar dengan temperatur 10-15, Ac mobil (mobil yang digunakan) dan kipas angin suhu normal selama 1 jam setiap hari agar bisa membandingkan gel yang disimpan ditempat yang berbeda. Dari uji ini, diperoleh besar penurunan bobot gel setiap minggunya dan total penurunan bobot setelah 30 hari penyimpanan. Penurunan bobot gel pengharum ruangan diperoleh dengan menghitung selisih bobot gel pada tiga hari sebelumnya (H

n-1) dengan bobot gel pada saat penimbangan (H

n), sedangkan total penurunan bobot adalah selisih bobot hari ke 30 (H

30) dengan bobot awal (H0). Besar selisih bobot merupakan jumlah zat cair yang menguap. Persen total penguapan zat cair dihitung dengan rumus :

Persen total penguapan zat cair = 100% min

) 0 30 (

x esawal bobotaquad yak

bobot

H H irmenguap totalzatca

 

Penurunan bobot setiap tiga hari dibuat dalam grafik agar bisa lebih mudah untuk melihat penurunan bobot setiap tiga hari atau setiap minggunya. Persen bobot gel sisa dihitung dengan rumus berikut :


(38)

Persen bobot gel sisa = 100% )

0 ( 0

) (

x H rike bobotgelha

Hn n rike bobotgelha



3.6.3 Uji ketahanan wangi produk pengharum ruangan

Uji ketahanan wangi produk pengharum ruangan dilakukan untuk mengetahui kekuatan wangi gel pengharum ruangan selama penyimpanan yang dinilai oleh panelis dengan cara mencium wangi dari sediaan gel yang telah disimpan atau digunakan pada setiap tempat diantaranya yaitu diruangan biasa dengan ukuran kamar panjang kali lebar 3x4 pada temperatut kamar, Ac kamar dengan temperatur 10-15, Ac mobil (mobil yang digunakan) dan kipas angin suhu normal selama 1 jam setiap hari yang ditimbang setiap tiga hari sampai wangi dari produk pengharum ruangan tersebut hilang. Pada uji ini digunakan minimal 25 panelis (Resurrection, 1998), panelis diminta untuk mengungkapkan kesan pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan suatu produk pengharum ruangan dengan skala kesukaan. Skala yang digunakan yaitu 1 (tidak suka), 2 (kurang suka), 3 (cukup suka), 4 (suka), 5 (sangat suka). Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner), ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%. Rumus uji kesukaan dapat dilihat pada (Lampiran 6, halaman 38).


(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pemilihan Gel Terbaik Pada Penelitian Tahap Pertama Terhadap Lima Formula (Orientasi)

Berdasarkan hasil penelitian tahap pertama sebelum ditambahkan minyak nilam terhadap tekstur gel terbaik dari lima formula dengan perbandingan konsentrasi agar agar dan xanthan gum, didapatkan tiap formula gel memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Gel formula 1 memiliki karakteristik bahwa gel yang terbentuk masih lembek dan mengalami sineresis. Sineresis adalah peristiwa keluarnya air dari dalam gel yang disebabkan oleh terbentuknya gel yang semakin mengeras dan mengerut akibat proses penyimpanan, pada gel formula 2 dan 3 gel yang terbentuk kenyal-elastis, lembek dan masih mengalami sinerisis, Sedangkan pada gel formula 4 bersifat kenyal-elastis, tidak mudah patah, dan merupakan gel yang lebih baik dari formula 1, formula 2, dan formula 3. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi bahan pembentuk gel yang lebih besar memiliki kandungan selulosa yang lebih besar pula sehingga akan memberikan tekstur gel yang lebih lembut dan elastis (Imeson, 2000). Pada gel formula 5 terbentuk gel yang teksturnya keras-memadat, hal ini dikarenakan jumlah bahan pembentuk gel yang terkandung cukup besar sehingga gel yang terbentuk lebih keras. Pada tahap ini, tekstur dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk yang terkandung di dalam gel. Semakin besar jumlah bahan pembentuk gel, maka tingkat kekerasannya akan semakin tinggi.

Dari hasil pemilihan gel terbaik diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa formulasi gel terbaik yaitu pada formulasi gel formula 4 pada


(40)

perbandingan agar agar dan xathan gum (1,0 : 0,5) dikarenakan tekstur dan bentuk gel yang terbentuk kenyal-elastis dan tidak mudah patah. Konsentrasi dari formula 4 ini akan dibuat beberapa sediaan dengan konsentrasi minyak nilam yang berbeda-beda sehingga kita dapat mengetahui konsentrasi dari ketahanan wangi minyak nilam yang akan diuji pada penelitia tahap kedua.

4.2. Hasil Uji Kesukaan Wangi Terhadap Penerimaan Konsumen Dari Wangi Terbaik Terhadap Lima Sediaan Dengan Konsentrasi Minyak Nilam Yang Berbeda Beda.

Wangi merupakan parameter penting dalam suatu produk gel pengharum ruangan, karena parameter ini yang menentukan suka atau tidaknya panelis terhadap wangi suatu produk. Penilaian kesukaan aroma wangi dilakukan dengan cara mencium dua sampai tiga kali. Wangi produk dipengaruhi oleh seberapa besar konsentrasi bahan pewangi dan fiksatif yang ditambahkan pada produk. Hasil uji kesukaan dapat diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner), ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%.

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa sediaan gel pengharum ruangan yang baik dan disukai adalah sediaan gel pengharum ruangan pada sediaan 3 dengan konsentrasi minyak nilam yaitu 2%. Hasil uji rerata kesukaan dari setiap sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini dengan hasil perhitungan sediaan 1 memiliki interval nilai kesukaan 2,42-2,78. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil dari nilai terkecil yaitu 2,42 dan dibulatkan menjadi 2 (kurang suka). Sediaan 2 memiliki interval nilai kesukaan 3,3-4,66 diambil dari nilai terkecil yaitu 3,3 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka). Sediaan 3 memiliki interval nilai kesukaan 4,46-4,7 diambil nilai terkecil yaitu


(41)

4,46 dan dibulatkan menjadi 4 (suka). Sediaan 4 memiliki interval nilai kesukaan 3,46-3,82 diambil nilai terkecil yaitu 3,46 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka). Sediaan 5 memiliki interval nilai kesukaan 1,84-2,56 diambil nilai terkecil yaitu 1,84 dan dibulatkan menjadi 1 (tidak suka).

Tabel. 4.1. Hasil uji kesukaan wangi terbaik terhadap penerimaan konsumen terhadap lima sediaan dengan konsentrasi minyak nilam yang berbeda beda

Sediaan Rentang Nilai Nilai Akhir (dibulatkan) Keterangan 1 2,42 – 2,78. 2,42 (2) kurang suka 2 3,3 – 4,66 3,3 (3) cukup suka 3 4,46 – 4,7 4,46 (4) suka 4 3,46 – 3,82 3,46 (3) cukup suka 5 1,84 – 2,56 2,56 (1) kurang suka

Keterangan: 5 = Sangat Suka 4 = Suka

3 = Cukup Suka 2 = Kurang Suka 1 = Tidak Suka

4.3. Hasil Uji Penguapan Zat Cair Gel Pengharum Ruangan Terhadap Sediaan 3 Dengan Konsentrasi Minyak Nilam 2%

Total penguapan zat cair diketahui dengan menimbang bobot gel pengharum ruangan dan menghitung penurunan bobot tersebut selama tigapuluh hari pertiga hari. Berat produk yang hilang merupakan minyak atsiri dan air yang menguap dari gel. Oleh karena itu, besar susut bobot berbanding terbalik dengan ketahanan gel. Semakin kecil bobot yang hilang atau semakin besar bobot yang tersisa berarti semakin sedikit minyak atsiri dan air yang telah menguap, artinya


(42)

semakin besar ketahanan wangi gel tersebut. Rata-rata total penguapan zat cair selama 30 hari dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Tabel 4.2. Grafik persentase penguapan zat cair gel pengharum ruangan wangi terbaik (sediaan 3)

Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa persentasi penguapan zat cair di masing-masing perlakuan berbeda-beda. Pada ruangan biasa persentase penguapan zat cairnya paling kecil yaitu 71,001%, diikuti pada Ac mobil dengan persentase penguapan zat cair 76,110%, lalu pada Ac kamar dengan persentase penguapan zat cair 83,728% dan persentase penguapan zat cair yang paling besar adalah pada kipas angin yaitu 90,333%. Penguapan zat cair salah satunya dipegaruhi oleh kontak zat dengan udara, pada ruangan biasa penguapan zat cair relalif kecil, hal ini disebabkan karena kontak zat dengan udara yang kecil, sedangkan pada Ac mobil kontak zat dengan udara lebih besar dibandingkan pada ruangan biasa. Selanjutnya dikuti Ac kamar dan yang paling besar persentase penguapan zat cair adalah pada kipas angin yang disebabkan karena kontak zat dengan udara sangat besar.

50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

Kipas angin Ac kamar Ac mobil Ruangan biasa

P

e

rs

e

n

ta

se

p

e

n

g

u

a

p

a

n

z

a

t

ca

ir

(%


(43)

Gel memiliki berat awal yang berbeda-beda, maka untuk melihat perubahannya setiap tiga hari selama 30 hari, dilakukan perhitungan penurunan bobot gel, yakni dengan menghitung nilai persentase berat tersisa terhadap berat awal produk. Produk gel pengharum ruangan yang memiliki nilai persentase berat sisa terhadap berat awal lebih tinggi berarti memiliki penguapan yang lebih kecil, dengan kata lain memiliki ketahanan wangi lebih tinggi. Persentase penurunan bobot gel pengharum ruangan dapat dilihat pada persentase grafik dibawah. Selain dipengaruhi oleh suhu, persentase penguapan za cair juga dapat dipengaruhi oleh seberapa banyak konsentrasi minyak lavender dan bahan fiksatif (minyak nilam). Teknik pengadukan juga dapat mempengaruhi susut bobot, karena semakin homogen suatu gel maka kestabilan gel akan lebih baik dan penguapan akan dihambat.

Dari grafik dibawah terlihat bahwa setiap sampel mengalami penurunan bobot setiap minggunya. Ada dua kondisi penurunan bobot gel pengharum ruangan selama penyimpanan yaitu menurun lebih cepat dari tiga hari sebelumnya (mengalami percepatan penurunan) dan agak stabil. Gel pengharum ruangan yang menurun lebih cepat dari yang lain adalah gel pengharum ruangan yang simpan pada kipas angin, lalu diikuti oleh ac kamar lalu ac mobil kemudian ruangan biasa. Sedangkan penurunan bobot yang stabil pada grafik dibawah yaitu pada penyimpanan ruangan biasa, walaupun mengalami penurunan namun tidak melewati penurunan melebihi penurunan gel yang lain, hal ini dikarenakan salah faktornya bahwa gel yang kontak dengan udara relatif sangatlah kecil. Oleh sebab itu punurunan bobot atau penguapan zat cair dari suatu gel pengharum ruangan tergantung berapa besar udara atau suhu yang ada pada tempat penyimpanan atau


(44)

perlakuannya. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan dari kedua gel tersebut hanya saja tetap terganung pada suhu dan tempat dimana digunakan.

Susut bobot yang hilang pada semua gel pengharum ruangan lebih besar dari pada bobot minyak atsiri yang dikandungnya karena tidak hanya minyak atsiri yang menguap, namun juga air. Untuk mengetahui ketahanan minyak atsiri yang dikandung setiap sampel gel pengharum ruangan, dilakukan uji kekuatan wangi gel pengharum ruangan melalui uji kesukaan selama penyimpanan. Melalui uji ini, dapat diketahui ketahanan wangi gel pengharum ruangan selama penyimpanan. Semakin tinggi kekuatan wanginya pada saat dilakukan pengujian maka semakin banyak minyak atsiri yang masih terkandung di dalam gel pengharum ruangan.

Tabel 4.3 Persentase bobot sisa sediaan gel pengharum ruangan wangi terbaik (sediaan 3)

0 20 40 60 80 100 120

H0 H3 h6 H9 H12 H15 H18 H21 H24 H27 H30

B

o

b

o

t

si

sa

(

%

)

Waktu (hari)

Kipas Angin Ac kamar Ac mobil Ruang biasa


(45)

4.4 Hasil Uji Kesukaan Ketahanan Wangi Gel Pengharum Ruangan Terhadap Sediaan 3 Dengan Konsentrasi Minyak Nilam 2%

Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner), ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%. Perhitungan hasil rerata uji kesukaan selama penyimpanan dan penggunaan dapat dilihat pada lampiran (lampiran 14, halaman 51-89).

Hasil perhitungan menunjukkan interval nilai kesukaan ketahanan wangi selama 8 minggu untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.4. Hasil perhitungan rerata uji kesukaan ketahanan wangi sediaan gel

pengharum ruangan wangi terbaik (sediaan 3)

Minggu Kipas angin Ac kamar Ac mobil Ruangan biasa

1 4 4 4 4

2 4 4 4 4

3 4 4 4 4

4 4 4 4 4

5 3 4 3 4

6 3 4 3 4

7 3 3 3 3

8 2 2 2 2

Keterangan: 5 (sangat suka) 4 (suka)

3 (cukup suka) 2 (kurang suka) 1 (tidak suka)


(46)

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa ketahanan wangi sediaan selama 8 minggu semakin menurun selama penyimpanan atau penggunaan. Selama 4 minggu penggunaan sedian pewangi ruangan ini masing terhitung rata-rata nilainya 4 (suka). Sedangkan pada penggunaan minggu ke 5 ruangan biasa dan ac kamar masih masuk nilai 4 (suka), kipas angin dan ac mobil sudah berkurang yaitu masuk nilai 3 (cukup suka). Pada ke 6, ruangan biasa masih masuk nilai 4 (suka) dan kipas angin, ac mobil, Ac kamar masuk nilai 3 (cukup suka). Kemudian pada minggu ke 7 rata-rata masuk nilai 3 (cukup suka). Lalu pada minggu ke 8 sudah sangat berkurang yaitu rata-rata masuk pada rentang nilai 2 (kurang suka). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan gel pengharum ruangan ini efektifnya selama 4 minggu, tetapi tetap tergantung pada tempat dimana digunakan atau disimpan serta suhu dan udara yang digunakan.

Menurut De Roos (2010), terdapat dua faktor utama yang mengontrol nilai pelepasan bahan pewangi dari suatu produk pengharum ruangan yaitu, kemampuan melepaskan pewangi dari produk dasar dan kemampuan/daya tahan transfer massa dari produk ke udara.

Selain formula gel, penggunaan bahan penahan wangi (minyak nilam), dan konsentrasi bahan pewangi, ketahanan wangi juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan gel pengharum ruangan yaitu, suhu ruangan, kelembaban ruangan, sirkulasi udara dalam ruangan, dan ukuran ruangan. Suhu yang lebih tinggi dan kelembaban yang lebih rendah menyebabkan gel pengharum ruangan menjadi lebih cepat habis. Ruangan dengan sirkulasi udara yang tinggi dan terbuka serta ukuran ruangan yang lebih luas membuat gradien konsentrasi minyak yang lebih besar sehingga minyak lebih cepat menguap.


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

a. Kombinasi antara agar-agar dan xanthan gum dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel pengharum ruangan.

b. Minyak nilam dapat menahan wangi yang lama pada sediaan 3 gel pengaharum ruangan dengan konsentrasi 2%.

4.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melengakapi lagi kekurangan atau meyempurnakan lagi sediaan gel pengharum ruangan yang saya buat dengan pewangi atau pengikat serta bahan dasar gel yang berbeda.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Aiguo, Z., Xiaolan, L., Huan, L., He, L., Hui, L. (2010). Chemical composition of lavender essential oil and its antioxidant activity and inhibition against rhinitisrelated bacteria. African Journal of Microbiology Research. 4 (4). 309-313.

Anonim. (2009). Air Freshener. Diakses Tanggal: 11 Mei 2015. http://en.wikipedia.org/wiki/Air_freshener .

Anonin. (2010). Agar-agar. Diakses Tanggal: 11 Mei 2015. http://www.wikipedia . Org/wiki.com

Anonim. (2012)a. Pengharum ruangan. Diakses tanggal: 10 september 2014. http://bidanku.com/hati-hati-penggunaan-pengharum-ruangan-ba gi-esehatan.html

Anonim. (2012)b. Sodium Benzoat. Diakses Tanggal 12 mei 2015. http://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2012/11/natrium-benzoat.html

Anonimous. (1999). Budidaya, Pengolahan, Dan Pemasaran Rumput Laut. Jakarta : Penebar Swadaya. Halaman 25-28.

Aslan, M. (1991). Seri Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta : Penebar swadaya. Halaman 16-17.

Baydar, H., dan Kara N. (2013). Determination Of Lavender And Lavandin Cultivars (Lavandula Sp.) Containing High Quality Essential Oil In Isparta, Turkey. Turkish Journal Of Field Crops. 18 (1). Halaman 58-65 Cahyadi, W. (2009). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.

Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara. Halaman 10-13.

Daniel, S.P. (2012). Prospek Bertanam Nilam. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Halaman 1, 20, 86.

Deman, M. (1997). Kimia Makanan. Penerjemah Kosasih Padmawinata . Edisi kedua. Bandung, ITB. Halaman 25-18.

De Roos, K.B. (2003). Effect of Texture and Microstructure on Flavour Retention and Release. Review. International Dairy Journal. 13 (2). 93–105.

Dewi, A.P. (2011). Aromaterapi Lavender Sebagai Media Relaksasi. Diakses Tanggal 12 mei 2015. Bagian Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana//Pdf.


(49)

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 534.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 712.

Fitri, E.L., Sperisa, D., Devinta, R.A. (2008). Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Larutan Perendaman terhadap Kecepatan Ekstraksi dan Sifat Gel Agar-agar dari Rumput Laut Gracilaria verrucosa. Jurnal Rekayasa Proses, 2 (1). 11.

Fuke, P.S., Gomashe A.V., Dharmik P.G. (2013). Optimization And Production Of Xanthan Gum By Xanthomonas Campestris NRRL-B-1449 From Sugar Beet Molasses. The International Journal Of Engineering And Science. 2 (5). 52-55.

Gunawan, D, dan Mulyani, S. (2010). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid I. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 106-108.

Aiguo Z. (2010). Chemical composition of lavender essential oil and its antioxidant activity and inhibition against rhinitisrelated bacteria. African Journal of Microbiology Research. 4 (4). 309-313.

Imeson. (2000). Carragenan. Philips GO dan Williams PA, editor. Handbook of Hydrocolloids. BocaRaton : CRC Press. Halaman 30-32.

Kadir, A. (2011).

Identifikasi Klon Harapan Tanaman Nilam Toleran

Cekaman Kekeringan Berdasarkan Kadar Proline Dan Karakter

Morfologi Dan Fisiologi

. Jurna l Agrisistem. 7 (1). 14.

Ketaren, S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka. Halaman 21, 191-192, 273-274

Mangun, S. (2006). Nilam. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 6-10.

Nuraeni, S., Argi, V.B. (2013). Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Keperawatan Soedirman. 8 (2). 120

Padmaja, Anbuselvi S., Sathish K.M., Vikram, M. (2012). A Comparative Study On Biosynthesis Of Xanthan Gum Using Three Different Xanthomonas Strains Isolated From Diseased Plants. International Journal of Pharma and Bio Sciences. Research Article Biotechnology. Int J Pharm Bio Sci. 3 (3). 1 – 6

Poerwadi, B., Ismuyanto, B., Agustina, D., Nirwana C. (2013). Karakteristik Gel Pengharum Ruangan Dengan Berbagai Grade Patchauli Alkohol Dan Konsentrasi Minyak Nilam. Jurnal Tehnik Kimia . 7 (2). 49-50.


(50)

Resurreccion A.V. (1998). Consumer Sensory Testing for Pr oduct Development. An Aspen Publishers, Inc., Gaithersburg- Maryland.

Rowe, C., Raymond, Sheskey, J.P., Owen, C.S. (2003). Handbook of Pharmaceutical Excipients. London: Pharmaceutical Press. Halaman 57-60.

Rusca, K.T., Anggraini, D.K., Viera, W. (2009). Aromaterapi Bunga Lavender Memperbaiki Kualitas Tidur pada Lansia. Jurnal Kedokteran Brawijaya , 25 (2). 84.

Sarbini, D. (2006). Aplikasi minyak atsiri pada produk home care dan personal care. Prosiding Pengembangan Produk Baru danTurunannya. Solo: Konverensi Nasional Minyak Atisiri. Halaman 83-85.

Setiawan, T., Dja’far, S. (2013). Pengaruh Cekaman Kurang Air Terhadap Beberapa Karakter Fisiologis Tanaman Nilam (Pogostemon Cablin Benth). Jurnal Littri. 19 (3). 108.

Subaryono, M., Dina, F. (2008). Pembuatan Bakto Agar Dari Rumput Laut Gelidium Rigidum Untuk Media Tumbuh Bagi Mikroorganisme. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 3 (1). 79.

Sulaiman, A. H., dan G. Sinuraya. (1995). Dasar-dasar Biokimia untuk Industri Pertanian. Medan : USU-Press. Halaman 15-19.

Sinurat. (2009). Pengaruh campuran semi refined carrageenan (src) dan locust bean gum (lbg) terhadap sifat fisik dan sensori gel pengarum ruangan. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan. 4 (1). 13-20.

Tranggono. (1989). Bahan Makanan Tambahan (Food Aditive). Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, UGM, Yogyakarta. Halaman 25-26.

Viktor. (2008). Bahaya Pengharum Ruangan Buat Anak. Dinas Kesehatan Sumatera Barat. Halaman 45-46.

Winarno, F.G. (1994). Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminasi. Pustaka Sinar Harapan, Bekerja Sama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB, Bogor. Halaman 23-24.

Winarno, F.G. (1990). Tempe, Misteri Gizi dari Ja wa, Info Pangan. Teknologi Pangan dan Gizi, Fatameta, IPB, Bogor. 19-21.


(51)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan alir pembuatan gel sebelum ditambah minyak nilam dan minyak lavender

Aquades

Panaskan aquades sampai mendidih

Agar agar, xanthan gum, sodium benzoat

Aduk hingga homogen

Turunkan suhu hingga 650 C

Propilen glikol Aduk hingga homogen

Tuangkan dalam cetakan

Biarkan pada suhu ruangan hingga mengeras

Bentuk sediaan gel


(52)

Lampiran 2. Bagan alir pembuatan gel pengharum ruangan

Aquades

Panaskan aquades sampai mendidih

Agar agar, xanthan gum, sodium benzoat

Aduk hingga homogen

Turunkan suhu hingga 650 C

Propilen glikol Aduk hingga homogen

Minyak lavender, miyak nilam

Aduk hingga homogen

Tuangkan dalam cetakan

Biarkan pada suhu ruangan hingga mengeras

Gel pengharum ruangan


(53)

Lampiran 3. Gambar minyak lavender


(54)

Lampiran 5. Contoh lembar penilaian uji kesukaan (hedonic test)

Lampiran 6. Tabel penguapan zat cair pertiga hari selama 30 hari (gram) Lembar Penilaian Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Nama : Umur :

instruksi : berikan pendapat anda tentang aroma wangi sedian gel pengharum ruangan yang di uji, kemudian berilah tanda centang () pada salah satu kolom (SS/S/CS/KS/TS) yang tersedia.

Sediaan

Penilaian

SS S CS KS TS

Kipas angin Ac kamar

Ac mobil Ruangan biasa

Keterangan :

Nilai 5 = Sangat Suka (SS) Nilai 4 = Suka (S)

Nilai 3 = Cukup Suka (CS) Nilai 2 = Kurang Suka (KS) Nilai 1 = Tidak Suka (TS)


(55)

Lampiran 6. Rumus perhitungan nilai uji kesukaan (hedonic test)

Untuk menghitung nilai kesukaan rata-rata dari setiap panelis digunakan rumus sebagai berikut:

 P(X(1,96.S/ n))(X(1,96.S/ n))95%

n Xi X

n i

 

n X Xi S

n i

2 2

 2

S S 

Keterangan :

n : Banyak panelis

S2 : Keseragaman nilai kesukaan

1,96 : Koefisien standar deviasi pada taraf 95% X : Nilai kesukaan rata-rata

Xi : Nilai dari panelis ke i, dimana i = 1,2,3,…,n S : Simpangan baku nilai kesukaan

P : Tingkat kepercayaan µ : Rentang nilai


(56)

Lampiran 7. Tabel hasil uji kesukaan pemilihan wangi terbaik dari lima sediaan dengan memvariasikan minyak nilam

Panelis Sediaan 1 Sediaan 2 Sediaan 3 Sediaan 4 Sediaan 5

1 3 3 5 3 3

2 3 3 4 3 2

3 3 4 5 4 3

4 3 3 5 3 2

5 2 3 5 4 3

6 3 4 5 3 2

7 2 3 4 3 1

8 2 4 5 4 3

9 2 3 5 3 3

10 3 4 4 4 1

11 2 4 5 4 3

12 3 3 4 3 2

13 2 3 5 3 3

14 3 4 4 4 1

15 3 4 4 4 2

16 3 3 5 3 3

17 2 4 5 4 2

18 2 3 5 4 3

19 3 3 5 4 2

20 3 4 4 4 2

21 2 4 5 4 3

22 3 4 5 4 2

23 3 3 4 4 2

24 3 4 4 4 1

25 2 3 4 4 1


(57)

Lampiran 8. Perhitungan hasil uji kesukaan pemilihan wangi terbaik dari lima sediaan dengan memvariasikan minyak nilam

sediaan 1  n Xi X n i

  6 , 2 25 65 25 2 .... 3 3 3 3         

n X Xi S n i

  2 2

 

 

 

24 , 0 25 6 25 6 , 2 2 .... 6 , 2 3 6 , 2 3 6 , 2 3 6 , 2

3 2 2 2 2 2

              2 S S  48 , 0 24 , 0   S S

 P(X(1,96.S/ n)(X(1,96.S/ n

) 78 , 2 42 , 2 ( ) 18 , 0 6 , 2 ( ) 18 , 0 6 , 2 ( 25 / 48 , 0 . 96 . 1 ( 6 , 2 ( ) 25 / 48 , 0 . 96 , 1 ( 6 , 2 (              P P P


(58)

Lampiran 8. (Lanjutan) Sediaan 2  n Xi X n i

  48 , 3 25 87 25 3 .... 3 4 3 3         

n X Xi S n i

  2 2

 

 

 

24 , 0 25 23 , 6 25 48 , 3 3 .... 48 , 3 3 48 , 3 4 48 , 3 3 48 , 3

3 2 2 2 2 2

              2 S S  48 , 0 24 , 0   S S

 P(X(1,96.S/ n)(X(1,96.S/ n

) 66 , 4 3 , 3 ( ) 18 , 0 48 , 3 ( ) 18 , 0 48 , 3 ( 25 / 48 , 0 . 96 . 1 ( 48 , 3 ( ) 25 / 48 , 0 . 96 , 1 ( 48 , 3 (              P P P


(59)

Lampiran 8. (Lanjutan) Sediaan 3  n Xi X n i

  64 , 4 25 116 25 4 .... 5 5 4 5         

n X Xi S n i

  2 2

 

 

 

22 , 0 25 52 , 5 25 64 , 4 4 .... 64 , 4 5 64 , 4 5 64 , 4 4 64 , 4

5 2 2 2 2 2

              2 S S  46 , 0 22 , 0   S S

 P(X(1,96.S/ n)(X(1,96.S/ n

) 7 , 4 46 , 4 ( ) 18 , 0 52 , 4 ( ) 18 , 0 64 , 4 ( 25 / 46 , 0 . 96 . 1 ( 64 , 4 ( ) 25 / 46 , 0 . 96 , 1 ( 64 , 4 (              P P P


(1)

Ruangan biasa

n Xi X

n i

 

6 , 3 25 90

25

3 .... 3 3 3 4

 

     

n X Xi S

n i

2 2

 

 

 

23 , 0

25 8 , 5

25

6 , 3 3 .... 6 , 3 3 6 , 3 , 4 4 6 , 3 3 6 , 3

4 2 2 2 2 2

 

   

 

 

 

 2

S S 

47 , 0

23 , 0   S S

 P(X(1,96.S/ n)(X(1,96.S/ n

) 78 , 3 42

, 3 (

) 18 , 0 6 , 3 ( )

18 , 0 6 , 3 (

25 / 47 , 0 . 96 . 1 ( 6 , 3 ( )

25 / 47 , 0 . 96 , 1 ( 6 , 3 (

 

   

   

 

P P P


(2)

Minggu ke-VIII

Panelis Kipas angin AC kamar AC mobil Ruang biasa

1 2 3 3 4

2 2 3 3 3

3 2 3 2 4

4 2 3 3 3

5 2 2 3 4

6 2 2 3 4

7 2 2 3 3

8 2 3 3 3

9 3 2 2 4

10 2 3 3 3

11 3 2 3 3

12 2 2 3 4

13 3 3 3 3

14 2 3 3 4

15 2 3 2 3

16 3 2 3 2

17 2 3 3 2

18 3 2 2 3

19 2 3 3 3

20 3 3 3 2

21 2 2 3 3

22 2 3 3 3

23 3 3 3 2

24 2 2 3 3

25 3 3 2 2


(3)

Perhitngan minggu ke-VIII Ac Kamar

n Xi X

n i

 

32 , 2 25 58

25

3 .... 2 2 2 2

 

     

n X Xi S

n i

2 2

 

 

 

21 , 0

25 38 , 5

25

32 , 2 3 .... 32 , 2 2 32 , 2 2 32 , 2 2 32 , 2

2 2 2 2 2 2

 

   

 

 

 

 2

S S 

45 , 0

21 , 0   S S

 P(X(1,96.S/ n)(X(1,96.S/ n

) 17 , 0 32 , 2 ( )

17 , 0 32 , 2 (

25 / 45 , 0 . 96 . 1 ( 32 , 2 ( )

25 / 45 , 0 . 96 , 1 ( 32 , 2 (

 

 

 

 

P P


(4)

Ac Kamar

n Xi X

n i

 

6 , 2 25 65

25

2 .... 3 3 3 3

 

     

n X Xi S

n i

2 2

 

 

 

24 , 0

25 6

25

6 , 2 2 .... 6 , 2 3 6 , 2 3 6 , 2 3 6 , 2

3 2 2 2 2 2

 

   

 

 

 

 2

S S 

48 , 0

24 , 0   S S

 P(X(1,96.S/ n)(X(1,96.S/ n

) 78 , 2 42

, 2 (

) 18 , 0 6 , 2 ( )

18 , 0 6 , 2 (

25 / 48 , 0 . 96 . 1 ( 6 , 2 ( )

25 / 48 , 0 . 96 , 1 ( 6 , 2 (

 

   

   

 

P P P


(5)

Ac mobil

n Xi X

n i

 

8 , 2 25 70

25

2 .... 3 2 3 3

 

     

n X Xi S

n i

2 2

 

 

 

16 , 0

25 4

25

8 , 2 2 .... 8 , 2 3 8 , 2 2 8 , 2 3 8 , 2

3 2 2 2 2 2

 

   

 

 

 

 2

S S 

4 , 0

16 , 0   S S

 P(X(1,96.S/ n)(X(1,96.S/ n

) 95 , 2 65

, 2 (

) 15 , 0 8 , 2 ( )

15 , 0 8 , 2 (

25 / 4 , 0 . 96 . 1 ( 8 , 2 ( )

25 / 4 , 0 . 96 , 1 ( 8 , 2 (

 

   

   

 

P P P


(6)

Ruangan biasa

n Xi X

n i

 

08 , 3 25 77

25

2 .... 3 4 3 4

 

     

n X Xi S

n i

2 2

 

 

 

8 , 0

25 20

25

08 , 3 2 .... 08 , 3 3 08 , 3 4 08 , 3 3 08 , 3

4 2 2 2 2 2

 

   

 

 

 

 2

S S 

89 , 0

8 , 0   S S

 P(X(1,96.S/ n)(X(1,96.S/ n

) 42 , 3 74

, 2 (

) 34 , 0 08 , 3 ( )

34 , 0 08 , 3 (

25 / 89 , 0 . 96 . 1 ( 08 , 3 ( )

25 / 89 , 0 . 96 , 1 ( 08 , 3 (

 

 

 

 

 

P P P