strategi think-talk-write dengan strategi ekspositori\2. Isi Skripsi\3. BAB III Metode Penelitian Revisi

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Secara umum metode penelitian pendidikan diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan metode penelitian pendidikan diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. (Sugiono, 2008: 6).

Metode penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: A. Jenis Penelitian

Dalam pelaksanaan suatu penelitian, maka seorang peneliti harus dapat menggunakan suatu cara yang diperlukan dalam mengadakan suatu penelitian yang disebut metode. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Didalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen. Arikuto (2006 :3) “Ekperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminisasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu”. Jadi, dalam penelitian ini diperlukan satu kelas sebagai kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan satu kelas sebagai kelas


(2)

kontrol yang menggunakan strategi pembelajaran Ekpositori. Dari kelas eksperimen akan diketahui ketuntasan belajar yang diajar menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) sedangkan untuk kedua perlakuan strategi pembelajaran tersebut akan didapatkan hasil yang berbeda dan akan dibandingkan mana yang lebih baik antara hasil belajar yang menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dengan hasil belajar yang menggunakan strategi ekspositori.

B. Penentuan Subjek Penelitian 1. Populasi

Dalam suatu penelitian, kita tidak lepas dari populasi. Arikunto (2006 :130), menyatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Dengan demikian populasi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu pelaksanaan penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pamekasan semester genap tahun pelajaran 2013/2014. yang terdiri dari 8 kelas dengan jumlah seluruhnya 232 siswa. Adapun populasi tersebut dapat diurai sebagai berikut:

a. Kelas VIII-A sebanyak 32 siswa b. Kelas VIII-B sebanyak 32 siswa c. Kelas VIII-C sebanyak 32 siswa d. Kelas VIII-D sebanyak 31 siswa e. Kelas VIII-E sebanyak 33 siswa f. Kelas VIII-F sebanyak 24 siswa g. Kelas VIII-G sebanyak 24 siswa h. Kelas VIII-H sebanyak 24 siswa 2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2008: 118). Menurut Arikunto


(3)

(2006:131) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan cluster purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara pertimbangan antar kelompok kelas yang merupakan anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Pertimbangan, dalam hal ini berdasarkan pengamatan peneliti selaku guru pengajar matematika di SMP Negeri 2 Pamekasan yang kurang lebih mengetahui keadaan pada kelas tersebut (kelas sampel).

Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII-D sebanyak 31 siswa sebagai kelas yang akan diajar dengan Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (dianggap sebagai kelas eksperimen), dan kelas VIII-E sebanyak 33 siswa sebagai kelas yang akan diajar menggunakan Strategi Pembelajaran Ekspositori (dianggap sebagai kelas kontrol). Dimana tingkat kemampuan siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol relatif sama, yang ditunjukkan dengan menggunakan uji normalitas dan homogenitas sampel.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiono), 2008 :308). Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang


(4)

ditetapkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan teknik tes dan dokumentasi.

1. Teknik Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006 :150). Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes essai subjektif, yaitu soal atau pertanyaan yang diajukan pada responden berbentuk uraian (essai), sehungga dengan demikian jawaban yang diinginkan adalah berbentuk uraian bebas.

Menurut Sudjana (2008: 36) kelebihan atau keuntungan tes uraian ini antara lain adalah :

a. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif yang tinggi;

b. Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah berbahasa;

c. Dapat melatih kemampuan berfikir secara teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis dan sistematis;

d. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving);

e. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa.


(5)

Menurut Sudjana (2008: 36) kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah ;

a. Sampel sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan;

b. Sifatnya subjektif, baik dalam menanyakan , dalam membuat pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya;

c. Tes ini biasanya kurang reliable, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar.

Cara mengatasi kelemahan tes uraian adalalah sebagai berikut: a. Memberikan skor terhadap siswa yang mempunyai jawaban berbeda

dengan jawaban guru, dengan ketentuan skor yang diberikan pada tiap langkah pengerjaanya tidak jauh berbeda dengan skor yang sudah ditentukan.

b. Berilah waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal tersebut.

c. Memeriksa jawaban soal uraian jangan dipaksa selesai pada saat itu, tapi lakukan secara bertahap. Hal ini penting untuk mencegah kelelahan sehingga pemeriksaan tidak subjektif lagi.

Langkah-langkah membuat tes subjektif sebagai berikut: a. Menyusun kisi-kisi soal (kisi-kisi instrumen penilaian). b. Membuat butir-butir soal.

c. Membuat kunci jawaban. d. Menentukan skor jawaban.


(6)

Sebelum dilakukan penelitian, diperlukan uji coba terhadap instrumen penelitian dimana uji coba instrumen penelitian dilaksanakan di kelas VIII- SMP Negeri 1 Pamekasan karena memiliki KKM yang sama dengan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Uji coba instrumen tersebut bertujuan untuk mengetahui layak tidaknya tes diberikan dengan menggunakan:

a. Validitas Tes

Validitas tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kasahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006 : 168). Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas tes, peneliti menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:

rxy= N ∑ xy−(∑ x)(∑ y)

{

N ∑ x2−(∑ x)2

}{

N ∑ y2−(∑ y

)2

}

(Arikunto, 2006 :170)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi product moment

x = jumlah skor butir

∑y = jumlah skor total


(7)

N = jumlah siswa

Setelah memperoleh angka validitas, langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r product moment (taraf signifikan 5%). Jika rxy≥ rtabel , maka soal tersebut valid dan Jika rxy<rtabel maka soal tersebut tidak valid.

b. Reliabilitas Tes

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena istrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178). Oleh karena itu, rumus yang digunakan untuk mencari realibilitas soal subjektif adalah rumus alpha yaitu:

r11=

[

k

(k−1)

]

[

1− ∑σb2

σt2

]

(Arikunto, 2006 :196)

Keterangan:

r11 = Realibilitas yang dicari

∑σb2 = Jumlah realibilitas skor tiap-tiap soal

σt

2 = Varians Total

n=¿ Jumlah soal

Dengan data yang tertera dalam tabel, dicari varians tiap-tiap soal dahulu, kemudian dijumlahkan dengan rumus yang kita kenal yaitu:


(8)

σ2= ∑ X2

∑ X 2 N N

(Arikunto, 2006: 184)

Keterangan : σ2 = Varians

∑ X2 = Jumlah kuadrat skor butir

X = Jumlah skor butir

N = Jumlah siswa

Setelah nilai r11 diketahui, kemudian nilai tes dikonsultasikan dengan tabel r product moment dengan taraf signifikan 5%, dengan ketentuan sebagai berikut:

- Jika r11 < rtabel , maka instrumen tersebut tidak reliabel. - Jika r11 rtabel , maka instrumen tersebut reliable

c. Tingkat Kesukaran

Untuk menghitung tingkat kesukaran tes subjektif menggunakan rumus sebagai berikut:

TK=n

N x100 (Arikunto, 2003 : 147) Keterangan :

Tk = Tingkat kesukaran

n = Jumlah siswa yang mendapat skor N = Jumlah siswa


(9)

Tes dapat dianggap baik apabila memiliki tingkat kesukaran 10 % hingga 90 % dengan syarat tingkat kesukaran yang diperoleh bersifat keterangan sebagai berikut :

0% - 15% : sangat sukar

16% - 30% : sukar

31% - 70% : sedang

71% - 85% : mudah

86% - 100% : sangat mudah d. Daya Beda

Suatu tes dikatakan baik apabila soal-soalnya mampu membedakan mana siswa yang pintar dan mana siswa yang kurang pintar yang biasa disebut diskriminasi atau daya beda (Joni,1984: 43) Untuk menentukan daya beda jenis soal subjektif peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

D= Jml . benar upper−Jlm .benar lower

Jumla h Kelompok(upper ataulower)x100 (Raka Joni, 1984:43)

Keterangan : D : Daya beda

Upper : Jumlah siswa yang mendapat skor tinggi, 27% dari atas Lower : Jumlah siswa yang mendapat skor rendah, 27% dari bawah

Makin besar prosentase yang diperoleh (dan dengan tanda positif) maka semakin besar pula daya beda soal yang bersangkutan. Soal yang baik memiliki indeks D antara 40% sampai 70%,


(10)

meskipun ini tidak berarti bahwa semua soal-soal dengan indeks D diluar itu harus dibuang. Daya beda yang paling tidak bisa diterima adalah soal-soal yang indeks daya bedanya negatif. Dengan demikian, butir tes walaupun daya bedanya sama dengan nol masih bisa digunakan.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, traskip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. (Arikunto, 2006:231). Dokumentasi dalam penelitian ini diambil dari nilai raport semester ganjil kelas VIII SMP Negeri 2 Pamekasan pada mata pelajaran matematika. Nilai tersebut menggambarkan kemampuan siswa sesungguhnya. Karena nilai tersebut merupakan komulatif siswa dalam belajar matematika dalam satu semester. Data dokumentasi digunakan untuk mengetahui kemampuan awal sebelum diadakan penelitian untuk menghitung normalitas dan homogenitas dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

D. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh data dengan kelayakan penerapan strategi Think-Talk-Write (TTW) pada pembelajaran matematika, digunakan analisis data deskriptif dengan menghitung hasil tes yang telah diberikan.


(11)

Dalam penggunaan salah satu tes mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus normal dan homogen. Sebelum diadakan penelitian, data dokumen dianalisis terlebih dahulu untuk diketahui normalitas dan homogenitas, untuk mengetahui tidak adanya perbedaan rata-rata hasil belajar populasi penelitian berdasarkan nilai raport matematika siswa kelas VIII-D dan kelas VIII-E , setelah itu dianalisis menggunakan analisis kesamaan dua rata-rata.

1. Persayaratan Analisis Hasil Belajar a. Uji Normalitas Sampel

Menurut Sugiyono (2008:241) untuk pengujian normalitas data menggunakan Chi Kuadrat( X2 ). Dengan rumus :

X2=

(

f0−fh

)

2

fh (Arikunto, 2006:290)

Keterangan :

f0 = frekuensi yang diobservasi

fh = frekuensi yang diharapkan (persentase luas tiap bidang dikalikan dengan n)

Menurut Sugiono (2009: 80-82) langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah sebagai berikut:


(12)

1) Menentukan jumlah kelas interval. Untuk pengujian normalitas

dengan Chi Kuadrat, jumlah kelas interval ditetapkan = 6. Hal ini sesuai dengan 6 bidang yang ada pada Kurve Normal Baku. 2) Menentukan panjang kelas interval yaitu:

PK=dataterbesar−dataterkecil 6(jumlahkelas interval)

3) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, sekaligus merupakan tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat hitung.

4) Menghitung frekuensi yang diharapkan

(

fh

)

dengan cara mengalikan prosentase luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel. Luas 6 bidang dalam kurva normal baku adalah : 2,7%; 13,53%; 34,13%; 34,13%; 13,53%; 2,7%.

5) Memasukkan harga-haga fh ke dalam tabel kolom fh ,

sekaligus menghitung harga-harga

(

f0fh

)

dan

(

f0−fh

)

2

fh

dan menjumlahkannya. harga

(

f0−fh

)

2

fh adalah merupakan harga Chi Kuadrat hitung.

6) Membandingkan harga chi kuadrat hitung dengan chi kuadrat tabel. Dengan db = (n-1) dan taraf signifikan 5%. Bila harga Chi


(13)

Kuadrat hitung lebih kecil atau sama (≤) dengan harga Chi Kuadrat tabel Xh2≤ Xt2 , maka distribusi data dinyatakan

normal dan bila lebih besar (¿) dinyatakan tidak normal.

b. Uji Homogenitas Sampel

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah variansi antara kelompok yang diuji berbeda atau tidak. Tujuan dilakukan uji homogenitas dalam penelitian ini adalah untuk mengeneralisasikan hasil penelitian ke dalam populasi. Apabila sampel tidak homogen, maka kesimpulannya tidak boleh diberlakukan lagi bagi seluruh populasi atau tidak boleh digeneralisasikan.

Rumus yang dipakai untuk pengujian homogenitas ini adalah:

F=Varians terbesar

Varians terkecil

(Sugiyono, 2008 : 197)

Harga F hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel dengan dk pembilang na−1 dan dk penyebut nc−1 . Data yang akan dianalisis homogen untuk tingkat kesalahan 5% jika F hitung lebih kecil dari F tabel untuk kesalahan 5%

(

Fh<Ft(5)

)

.

2. Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Seorang siswa secara individu dikatakan tuntas belajaranya apabila ia memperoleh nilai


(14)

minimal 70 (KKM pelajaran matematika di SMP Raudlatul Jannah)) Suatu kelas dikatakan tuntas apabila kelas tersebut terdapat 85% siswa telah mencapai ketuntasan yang dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Ketuntasan belajar secara klasikal =

x

N x100

Keterangan:

∑ N : Jumlah siswa dalam satu kelas

∑ x : Jumlah siswa yang tuntas belajar secara individu 3. Analisis Data kesamaan Dua Rata-Rata

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dengan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan Strategi Pembelajaran Ekspositori berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan, sehingga dapat menunjukkan apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak.

Adapun Hipotesis yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut : a. Hipotesis Kerja (H1)

Hasil belajar siswa yang diajar menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) lebih baik dibandingkan yang diajar menggunakan strategi pembelajaran ekspositori pada materi pokok Garis Singgung Lingkaran Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Pamekasan Tahun Pelajaran 2013/2014.


(15)

Hasil belajar siswa yang diajar menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) tidak lebih baik dibandingkan yang diajar menggunakan strategi pembelajaran ekspositori pada materi pokok Garis Singgung Lingkaran Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Pamekasan Tahun Pelajaran 2013/2014.

Untuk menguji kedua hipotesis tersebut, penulis menggunakan rumus sebagai berikut :

t= X1−X2

(

n1−1

)

s12

+

(

n2−1

)

s22 n1+n2−2

(

1 n1+

1 n2

)

(Sugiyono, 2008: 197)

Nilai t yang didapat dinyatakan sebagai thitung yang nantinya dikonversikan dengan nilai ttabel kritik dengan taraf signifikan 5% atau taraf kepercayaan 95%, dengan derajat kebebasannya (dk) = n1+n22 . Hal ini berarti resiko kesalahan dalam pengambilan keputusan sebesar 5% atau benar dalam mengambil keputusan sebesar 95% dengan ketentuan sebagai berikut, jika :

- tkritis < thitung < tkritis Hipotesis nol diterima


(1)

meskipun ini tidak berarti bahwa semua soal-soal dengan indeks D diluar itu harus dibuang. Daya beda yang paling tidak bisa diterima adalah soal-soal yang indeks daya bedanya negatif. Dengan demikian, butir tes walaupun daya bedanya sama dengan nol masih bisa digunakan.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, traskip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. (Arikunto, 2006:231). Dokumentasi dalam penelitian ini diambil dari nilai raport semester ganjil kelas VIII SMP Negeri 2 Pamekasan pada mata pelajaran matematika. Nilai tersebut menggambarkan kemampuan siswa sesungguhnya. Karena nilai tersebut merupakan komulatif siswa dalam belajar matematika dalam satu semester. Data dokumentasi digunakan untuk mengetahui kemampuan awal sebelum diadakan penelitian untuk menghitung normalitas dan homogenitas dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

D. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh data dengan kelayakan penerapan strategi Think-Talk-Write (TTW) pada pembelajaran matematika, digunakan analisis data deskriptif dengan menghitung hasil tes yang telah diberikan.


(2)

Dalam penggunaan salah satu tes mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus normal dan homogen. Sebelum diadakan penelitian, data dokumen dianalisis terlebih dahulu untuk diketahui normalitas dan homogenitas, untuk mengetahui tidak adanya perbedaan rata-rata hasil belajar populasi penelitian berdasarkan nilai raport matematika siswa kelas VIII-D dan kelas VIII-E , setelah itu dianalisis menggunakan analisis kesamaan dua rata-rata.

1. Persayaratan Analisis Hasil Belajar a. Uji Normalitas Sampel

Menurut Sugiyono (2008:241) untuk pengujian normalitas data menggunakan Chi Kuadrat( X2 ). Dengan rumus :

X2=

(

f0−fh

)

2

fh (Arikunto, 2006:290)

Keterangan :

f0 = frekuensi yang diobservasi

fh = frekuensi yang diharapkan (persentase luas tiap bidang dikalikan dengan n)

Menurut Sugiono (2009: 80-82) langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah sebagai berikut:


(3)

1) Menentukan jumlah kelas interval. Untuk pengujian normalitas

dengan Chi Kuadrat, jumlah kelas interval ditetapkan = 6. Hal ini sesuai dengan 6 bidang yang ada pada Kurve Normal Baku. 2) Menentukan panjang kelas interval yaitu:

PK=dataterbesar−dataterkecil 6(jumlahkelas interval)

3) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, sekaligus merupakan tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat hitung.

4) Menghitung frekuensi yang diharapkan

(

fh

)

dengan cara mengalikan prosentase luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel. Luas 6 bidang dalam kurva normal baku adalah : 2,7%; 13,53%; 34,13%; 34,13%; 13,53%; 2,7%.

5) Memasukkan harga-haga fh ke dalam tabel kolom fh ,

sekaligus menghitung harga-harga

(

f0fh

)

dan

(

f0−fh

)

2

fh

dan menjumlahkannya. harga

(

f0−fh

)

2

fh adalah merupakan harga Chi Kuadrat hitung.

6) Membandingkan harga chi kuadrat hitung dengan chi kuadrat tabel. Dengan db = (n-1) dan taraf signifikan 5%. Bila harga Chi


(4)

Kuadrat hitung lebih kecil atau sama (≤) dengan harga Chi Kuadrat tabel Xh2≤ Xt2 , maka distribusi data dinyatakan

normal dan bila lebih besar (¿) dinyatakan tidak normal.

b. Uji Homogenitas Sampel

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah variansi antara kelompok yang diuji berbeda atau tidak. Tujuan dilakukan uji homogenitas dalam penelitian ini adalah untuk mengeneralisasikan hasil penelitian ke dalam populasi. Apabila sampel tidak homogen, maka kesimpulannya tidak boleh diberlakukan lagi bagi seluruh populasi atau tidak boleh digeneralisasikan.

Rumus yang dipakai untuk pengujian homogenitas ini adalah:

F=Varians terbesar

Varians terkecil

(Sugiyono, 2008 : 197)

Harga F hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel dengan dk pembilang na−1 dan dk penyebut nc−1 . Data yang akan dianalisis homogen untuk tingkat kesalahan 5% jika F hitung lebih kecil dari F tabel untuk kesalahan 5%

(

Fh<Ft(5)

)

.

2. Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Seorang siswa secara individu dikatakan tuntas belajaranya apabila ia memperoleh nilai


(5)

minimal 70 (KKM pelajaran matematika di SMP Raudlatul Jannah)) Suatu kelas dikatakan tuntas apabila kelas tersebut terdapat 85% siswa telah mencapai ketuntasan yang dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Ketuntasan belajar secara klasikal =

x

N x100 Keterangan:

∑ N : Jumlah siswa dalam satu kelas

∑ x : Jumlah siswa yang tuntas belajar secara individu 3. Analisis Data kesamaan Dua Rata-Rata

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dengan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan Strategi Pembelajaran Ekspositori berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan, sehingga dapat menunjukkan apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak.

Adapun Hipotesis yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut : a. Hipotesis Kerja (H1)

Hasil belajar siswa yang diajar menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) lebih baik dibandingkan yang diajar menggunakan strategi pembelajaran ekspositori pada materi pokok Garis Singgung Lingkaran Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Pamekasan Tahun Pelajaran 2013/2014.


(6)

Hasil belajar siswa yang diajar menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) tidak lebih baik dibandingkan yang diajar menggunakan strategi pembelajaran ekspositori pada materi pokok Garis Singgung Lingkaran Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Pamekasan Tahun Pelajaran 2013/2014.

Untuk menguji kedua hipotesis tersebut, penulis menggunakan rumus sebagai berikut :

t= X1−X2

(

n1−1

)

s12

+

(

n2−1

)

s22

n1+n2−2

(

1 n1+

1 n2

)

(Sugiyono, 2008: 197)

Nilai t yang didapat dinyatakan sebagai thitung yang nantinya

dikonversikan dengan nilai ttabel kritik dengan taraf signifikan 5% atau taraf

kepercayaan 95%, dengan derajat kebebasannya (dk) = n1+n22 . Hal ini berarti resiko kesalahan dalam pengambilan keputusan sebesar 5% atau benar dalam mengambil keputusan sebesar 95% dengan ketentuan sebagai berikut, jika :

- tkritis < thitung < tkritis Hipotesis nol diterima