Pengaruh Strategi Think Talk Write terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Pernapasan pada Manusia

(1)

PERNAPASAN PADA MANUSIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh: SITI NURLELA NIM 108016100010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H./2014 M.


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Pernapasan pada Manusia. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi think talk write terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep pernapasan pada manusia. Penelitian ini dilakukan di SMP 3 Tanggerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, dengan desain penelitian tipe “Two Group Pretest-Postest. Sampel diambil secara Random Sampling pada kelas VIII terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas eksperimen (strategi think talk write) dan kelas kontrol (konvensional). Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal-soal pilihan ganda dan lembar kerja siswa. Data hasil instrumen tes, dianalisis dengan uji statistik berupa uji hipotesis nilai pretest dan posttest kedua kelas. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diperoleh bahwa perbedaan hasil belajar kedua kelas sangat signifikan. Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t terhadap kedua nilai postest. Hasilnya adalah nilai t hitung = 2,30 sedangkan nilai t tabel 1,99 pada taraf signifikan 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh strategi think talk write terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep pernapasan pada manusia. Selain itu terlihat pula perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 74,03 yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol 69,55.


(6)

ii

SITI NURLELA (108016100010). The Influence of Strategy Think Talk

Write for Biology Student learning Outcome in Conscept Humen

Respiratory. Thesis, Biology Education Study Program, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya

a

nd Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The aim of this research is to know the Influence strategy Think Talk Write besed on Problem Base Learning for biology Student learning outcomes in Concept of Humen Respiratory.The research method was done in SMP 3 Tangerang Selatan. The research was done on October- November 2013. The research method was quasi experiment and used two group pretest-posttest desain. The research sampling was taken with Random Sampling in class VIII divideto be 2 class, is experiment. The research instrument test instruments as like question of multiple choice and student worksheet. The data result instrument test, analisist with statistict hipotesist test pretest and posttes score fot two classes. Based on anayisis result data research, obtained that compare result student two class very significant. The clonclusion based of result test hipotesist was t testt to two postest score. The result is t account=2,30 than table result 1,99 for significant 5%. It indicates that the influence strategy think talk write besed problem base learning for biology student learning outcome in conscept humen respiratory. Inde other than also seen differen studentt study result for experiment class 74,03 is higher than control class 69,55.


(7)

iii

sempurna dan memberikan ilmu pengetahuan lebih dari makhluk lain. Puja dan Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang tiada henti-hentinya. Shalawat serta salam semoga selalu teriringkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada keluarga dan sahabat yang selalu istiqomah dalam menjalankan sunnahnya.

Pemilihan judul skripsi “Pengaruh Strategi Think Talk Write terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Pernapasan pada Manusia” berdasarkan asumsi bahwa strategi tersebut memiliki kelebihan dan ciri khas yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga menjadi ketertarikan sendiri bagi peneliti untuk menilitinya. Apresiasi dan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahannya dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu tercinta, Kakak Ihah dan Ibu Marpu’ah yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, memanjatkan do’a yang tiada henti-hentinya, memberi semangat kepada peneliti. Semoga Allah senantiasa melindunginya.

6. Drs. H. Suhari, Kepala Sekolah SMP 3 Tanggerang Selatan, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan memberikan bantuannya selama penelitian.


(8)

iv penelitian.

8. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Biologi angkatan 2008 yang memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku Maya, Zulhanifah, Trisu, Haris dan Endang, terima kasih untuk do’a dan semangatnya selama ini.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Mudah-mudahan bantuan bimbingan, semangat, dan do’a yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah swt di dunia dan di akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya.

Jakarta, Juli 2014

Penulis Siti Nurlela


(9)

v

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 4

C.Pembatasan Masalah ... 4

D.Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A.Deskripsi Teori ... 6

1. Kontruktivisme ... 6

2. Pembelajaran Kooperatif ... 8

3. Strategi PembelajaranThink Talk Write ... 10

a. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 10

b. Pemilihan Strategi Pembelajaran ... 11

c. Komponen Strategi Pembelajaran ... 13


(10)

vi

a. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ... 21

b. Ruang Lingkup Belajar………. 26

c. Prinsip-prinsip Belajar ... 26

d. Faktor-faktor yang Menpengaruhi Belajar dan Hasil Belajar ... 27

e. Penilaian Hasil Belajar ... 28

B.Penelitian yang Relevan ... 30

C.Kerangka Berpikir ... 32

D.Hipotesa Penelitian... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

B.Metode dan Desain Penelitian ... 34

C.Populasi dan Tehnik Pengambilan Sampel ... 35

D.Teknik Pengempulan Data ... 35

E. Prosedur Penelitian... 35

F. Instrumen Penelitian... 37

G.Kalibrasi Instrumen ... 39

1. Validitas ... 39

2. Reliabilitas ... 40

3. Tingkat Kesukaran ... 41

4. Pengujian Daya Beda ... 42

H.Teknik Analis Data ... 43

1. Uji Normalitas ... 43

2. Uji Homogenitas ... 44

3. Uji Normal Gain ... 45


(11)

vii

1. Hasil Belajar Biologi (Pretest) Kelompok Ekasperimen dan

Kelompok Kontrol ... 53

2. Hasil Belajar Biologi (Postest) Kelompok Ekasperimen dan Kelompok Kontrol ... 54

B.Analisis Data Tes Hasil Belajar ... 56

1. Uji Normalitas Test Hasil Belajar ... 56

2. Uji Homogenitas Test Hasil Belajar ... 56

3. Pengujian Hipotesis ... 57

a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest ... 57

b. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Postest ... 58

4. Uji Normal Gain ... 59

C.Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 59

B.Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

viii

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Sistem Pernapasan manusia ………... 38

Tabel 3.3. Kriteria Indeks korelasi ……… 40

Tabel 3.4. Kriteria Reliabilitas ……….. 41

Tabel 3.5. Indeks Taraf Kesukaran Soal ………... 42

Tabel 3.6. Klasifikasi Daya Pembeda ………... 43

Tabel 3.7. Kategori Nilai N-Gain ……….. 45

Tabel 4.1. Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ……… 47

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar (petest) Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………...48

Tabel 4.3. Data (Postest) Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….. 48

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar (postest) Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….. 49

Tabel 4.5. Rekapitulasi Nilai LKS Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 50 Tabel 4.6. Rekapitulasi hasil Belajar Konsep Sistem Pernapasan pada Manusia … 50 Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas pretest-postest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. 51

Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas (pretest) ……… 52

Tabel 4.9. Hasil Uji Homogenitas (postest) ……… 52

Tabel 4.10. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest ……….. 53

Tabel 4.11. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Postest ... . 54


(13)

ix


(14)

x

Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol ... 100

Lampiran 3. LKS Pertemuan Pertama ... 148

Lampiran 4. LKS Pertemuan Kedua ... 150

Lampiran 5. LKS Pertemuan Ketiga ……….. 152

Lampiran 6. Kisi-Kisi Instrumen ... 155

Lampiran 7. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kognitif ... 157

Lampiran 8. Uji Coba Instrumen ... 168

Lampiran 9. Kunci Jawaban Uji Coba Instrumen ... 172

Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ... 174

Lampiran 11. Hasil Validasi Instrumen Uji Coba ... 184

Lampiran 12. Soal Uji Kompetensi Sistem Peredaran Darah Manusia ... 186

Lampiran 13. Kunci Jawaban Uji Kompetensi (Penelitian) ... 189

Lampiran 14. Uji Analisis Data ………... 190 Lampiran 15. Uji Normalitas ………195

Lampiran 16. Uji Homogenitas ………... 209

Lampiran 17. Uji Hipotesis ………. 211


(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan di mata manusia terutama umat Islam sangat tinggi kedudukannya. Melalui ilmu pengetahuan, manusia dapat mencapai apapun yang dicita-citakannya. Dengan ilmu pengetahuan juga manusia dapat menempatkan dirinya pada tempat yang selayaknya, apabila tetap berada pada jalur yang semestinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11, yang berbunyi :

تاج د ملعلا وتوأ ني لاو مكنم اونمأ ني لا ه عف ي Artinya : “… Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, dengan beberapa derajat…”

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 sebagai berikut :

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

Berdasarkan kutipan di atas bahwa dunia pendidikan bertanggung jawab terhadap kemajuan peradaban dan kecerdasan bangsa. Pendidikan merupakan hal penting dalam proses pembentukan sumber daya manusia. Melalui pendidikan, manusia memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman empirik yang sangat berguna bagi kehidupannya, serta dapat mengembangkan diri manusia sesuai dengan potensinya masing-masing.

Pelajaran biologi merupakan pelajaran yang diajarkan mulai dari SMP sampai SMA. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran biologi sangat

1 Undang-undang No 20/2003 dan Peraturan Pemerintah RI, tentang Sistem Pendidikan


(16)

dibutuhkan sehingga guru harus memberikan perhatian yang khusus di sekolah. Guru harus memberikan materi yang tepat sehingga siswa dapat menerima materi yang diajarkan dengan mudah dan jelas serta mampu menerapkanya sehingga dengan memperhatikan masalah yang dihadapi diharapkan dapat membantu para guru dalam menyampaikan materi pelajaran biologi.

Setiap institusi, program atau mata pelajaran memiliki misi tersendiri Pembelajarn biologi untuk jenjang SLTP memiliki tiga misi utama, yaitu aspek empiris (purpose in empirical evidence), aspek evaluasi (purpose in human institution), dan aspek sintas (purpose in humen life).2 Dalam aspek empiris biologi berarti mengenali proses kehidupan nyata dilingkungan, aspek evaluasi berarti belajar biologi merupakan upaya menggali diri sendiri sebagai mahluk hidup sedangkan aspek sintas berarti belajar biologi merupakan pembelajaran yang diharapkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas dan keiulusan kehidupan manusia dan lingkungan.

Biologi memberikan sumbangan besar tehadap proses membangun pengetahuan melalui penginderaan, adaptasi, dan abstraksi harus menjadi acuan. Artinya dipikirkan proses membangun pengetahuan dan kesadaran bagaimana pengetahuan diperoleh dan dikembangakan.3 Biologi mengandung bahan kajian yang mempelajari mahluk hidup dan aspek kehidupanya, baik masa lampau ataupun masa sekarang, yang akan terus berkembang sehingga dalam meyampaikannya kepada siswa diperlukan suatu sistem pengajaran yang baik dan sesuai sehingga siswa dapat belajar dengan mudah.

Salah satu strategi pembelajaran yang inovatif yaitu strategi pembelajaran think talk write. Menurut Muhammad dalam Yuniar Prasasti, dkk mengatakan bahwa Think Talk Write adalah salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.4

2 Nuryani Y. Rustaman, dkk., Starategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), Cet. 1, h. 33

3

Ibid., h.33 4

Yuniar Prasasti, dkk., Pengaruh Penggunaan Strategi Pembelajaran Think Talk Write Disertai Modul Hasil Penelitian Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo, Jurnal Pendidikan Biologi, 3, 2011, h. 96.


(17)

Kegiatan pembelajaran harus memberiakan kesempatan bagi siswa untuk bertukar pendapat,bekerja sama dengan teman, berinteraksi dengan guru, dan merespon pemikiran siswa lainnya, sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut.

Strategi pembelajarn Think Talk Write (TTW) merupakan pendekatan dari model pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran think talk write diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin yang dibangun melalui berpikir, berbicara dan menulis.5 Alur strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Keadaan seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.6

Aktivitas talking dilakukan siswa agar dapat bertukar pendapat sehingga antara siswa satu dengan siswa yang lain dapat saling melenhkapi pemahaman mereka. Aktivitas membaca, mengembangkan kemampuan berfiikir, berbicara secara tepat, terutama saat menyampaikan ide-ide biologi, dan menuliskan hassil diskusi dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran biologi, dengan demikian diharapkan peran aktif siswa mampu mendorong prestasi belajarnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti perlu melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh strategi think talk write terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem pernapasan pada manusia”

5

Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), Cet.2, h. 84.

6


(18)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Siswa cenderung pasif dilihat dari minat belajar siswa yang rendah

2. Rendahnya hasil belajar biologi siswa dilihat dari hasil belajar biologi siswa.

3. Guru sulit dalam memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan mengingat permasalahan yang cukup luas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Masalah akan dibatasi pada: 1. Strategi Think Talk Write Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa karena

strategi ini melatih siswa untuk lebih kritis dan fokus terhadap permasalahan dalam pembelajaran.

2. Konsep yang dijadikan bahasan adalah Sistem Pernapasan Pada Manusia

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan : “Apakah terdapat pengaruh strategi think talk write terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem pernapasan pada manusia?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Strategi Think Talk Write terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Sistem Pernapasan Pada Manusia.


(19)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi siswa, dapat membangun pengalamannya sendiri melalui kemampuan pemacahan masalah melalui strategi TTW. Dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi guru, dapat dijadikan alternatif pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sains.

3. Bagi peneliti, sebagai bahan referensi dan bahan informasi tentang penggunaan metode praktikum untuk kepentingan penelitian selanjutnya.


(20)

6 BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori 1. Konstrukstivisme

Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.1 Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu kontruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep, dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Proses para kontruktivis sosial menekankan bentuk-bentuk bahasa untuk mempermudah kontruksi kebermaknaan anak, antara lain: pertanyaan dengan ujung terbuka, menulis kreatif, eksplanasi siswa, dialog kelas dan lain-lain.2

Dalam pendidikan, ide-ide konstruktivis adalah semua peserta didik benar-benar membangun pengetahuan untuk diri mereka sendiri, dari pada pengetahuan yang berasal dari guru dan yang 'dipahami' oleh murid. Ini berarti bahwa setiap murid akan belajar sesuatu yang sedikit berbeda dari pelajaran yang diberikan, dan guru tidak pernah bisa yakin apa yang akan murid-murid pelajari. Bagi kebanyakan guru, ini akan tampak seperti ide yang cukup umum, sesuatu dalam pelajaran mereka yang sudah diamati oleh mereka semua.3

Konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menyatakan bahwa siswa akan belajar dengan lebih baik jika mereka secara aktif membangun sendiri pengetahuan dan pemahamannya.4

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), Cet. 8, h. 264

2

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 153

3

Daniel Muijs and David Reynolds, Effective Learning, (London: Sage Publication, 2005), h.62

4

John W Santrock, Education Psychology,2nd edition, (New York: McGraw Hill CompaniaesInc, 2004), h. 314.


(21)

Landasan berpikir konstruktivisme agak berlainan dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil bukan pada proses belajar. 5 Dalam hal ini siswa belajar dengan mengembangkan pengetahuan awal yang sudah terlebih dahulu dimilki. Dengan bermodal pengetahuan awal ini, siswa mencoba membangun sendiri pengetahuan dan pemahamannya didasarkan pada informasi-informasi baru yang diterima baik dari lingkungan maupun dari orang-orang yang berada disekitar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang dapat membawa siswa kepemahaman yang lebih tinggi, tetapi siswa sendiri yang berusaha menaiki anak tangga tersebut.6

Proses konstruksi merupakan inti banyak teori kognitif tentang belajar. Pembelajar mengambil sejumlah potongan informasi yang terpisah dan menggunakannya untuk menciptakan pemahaman atau tafsiran atas dunia sekelilingnya. Teori-teori kognitif yang terutama memfokuskan pada cara-cara pembelajar mengkontruksi pengetahuan secara kolektif disebut kontruktivisme.7

Driver mengemukakan Implikasi spesifik para kontruktivis untuk pendidikan sains. Yang dikemukakan Driver yaitu, sebagai berikut :

a. Anak tidak dipandang sebagai penerima program pembelajaran, melaikan bersifat sebagai purposive dan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri.

b. Belajar sains melibatkan perubahan dalam konsepsi anak. Secara aktif anak membangun pengetahuannya untuk mencapai kebermaknaan. c. Pengetahuan tidak bersifat “objektif”, tetapi pribadi dan dibangun

secara sosial.

d. Mengajar bukannya pemindahan pengetahuan, tetapi negosiasi kebermaknaan.

5

Trianto, op. cit., h. 108 6

Ibid., h. 13-14. 7

Jean Ellis Ormorod Jeanne, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang oleh Wahyu Indrianti, ( Jakarta: Erlangga, 2009), h. 272-273


(22)

e. Kurikulum bukannya apa yang harus dipelajari, melaikan suatu program tugas belajar, bahan, dan sumber yang memungkinkan anak untuk mengkontruksi gagasannya mendekati gagasan sains sekolah.8

Selama bertahun-tahun ada banyak diskusi tentang perlunya bagi siswa untuk memproses informasi baru dengan cara-cara yang masuk akal pribadi. Di bawah pemikiran seperti konstruktivisme dan penelitian otak, banyak buku yang telah membahas kebutuhan untuk pemprosesan bagian dari keaktifan siswa. Karya-karya ini telah memberikan wawasan yang berguna dalam sifat pembelajaran. Pada umumnya peserta didik harus aktif terlibat dalam pengolahan informasi dan proses belajar mengajar yang melibatkan interaksi antara guru, siswa, dan konten.9

Dari beberapa pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar kontrukstivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam melaksanakan atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Siswa memperoleh pengetahuan dengan cara membangun sendiri pengetahuan tersebut melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar sehingga siswa memperoleh pengetahuan sebagai hasil dari kontruksi mereka sendiri.

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.10 Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinterkasi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.11

8

Ratna Wilis Dahar, op, cit., h . 162-163. 9

Robert J Marzano, The Art and Science of Teaching, (Virginia: ASCD Member Book, 2008), h. 30

10 Trianto, op.cit., h. 41 11


(23)

Pembelajaran kooperatif memberikan lingkungan belajar dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang kemampuannya berbeda-beda (heterogen) untuk menyesaikan tugas-tugas akademik.12 Dalam hal ini, siswa dituntut untuk bekerjasama antar anggota kelompok untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Siswa saling berinteraksi antar satu sama lain yang bertujuan untuk kelancaran proses kegiatan belajar agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik-karakteristik tertentu yang membedakanya dengan model pembelajaran yang lain. Pembelajaran kooperatif secara umum memiliki karakteristik-karakteristik, yaitu :

a. Siswa belajar secara bersama pada tugas-tugas umum atau aktivitas untuk menyelesaikan tugas atau aktivitas pembelajaran.

b. Saling bergantung secara positif.

c. Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari dua sampai lima siswa.

d. Siswa menggunakan perikalu kooperatif, pro-sosial.

e. Setiap siswa secara mandiri bertangung jawab untuk pekerjaan pembelajaran mereka.13

Menurut Martinis Yamin dan Bansu ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain, yaitu :

a. Siswa belajar dalam kelompok kecil, untuk mencapai ketuntasan belajar.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah (heterogen).

c. Pada setiap kelompok disarankan terdiri dari suku, ras, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda,

d. Lebih mengutamakan penghargaan pada kelompok daripada individual.14

12

Zulfiani, dkk., op.cit., h. 130 13


(24)

Adapun fase-fase pembelajaran kooperatif adalah : a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa,

b. Menyampaikan informasi,

c. Mengorganisasikan siswa ke dalam bentuk kelompok-kelompok belajar,

d. Memantau kelompok siswa dan membimbingh dimana perlu, e. Evaluasi dan umpan balik dan memberikan penghargaan.15

Sehingga pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menuntut adanya interaksi berupa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang heterogen untuk menyeleaikan permasalahan. Pembelajaran kooperatif ini memerlukan kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran.

3. Strategi PembelajaranThink Talk Write a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Menurut Muhaimin yang dikutip oleh Riyanto, pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar.16 Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.17

Strategi menurut Slameto yang juga dikutip oleh Riyanto, adalah rencana tentang pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengajaran.18

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal . Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai

14

Martinis Yamin dan Bansu, Taktik Pengembangan Kemamapuan Individual Siswa,

(Jakarta: Gaung Persada Press, 2008 ). h. 74 15

Ibid., h. 75 16

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 131.

17

Ibid.

18


(25)

perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.19

Menurut Isjoni , Strategi pembelajaran merupakan rancangan dasar bagi seorang guru tentang cara ia membawakan pengajarannya di kelas secara bertanggung jawab.20

Strategi pembelajaran adalah rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran yang terkait dengan pengelolaan siswa, guru, pengelolaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan lingkungan belajar, pengelolaaan sumber belajar dan penilaian (asesmen) agar pembelajaran lebih efektif dan efesien sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Stategi pembelajaran pada hakikatnya terkait dengan perencanaan atau kebijakan yang dirancang didalam mengelola pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.21

Dari beberapa pengertian di atas, bisa disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu perencanaan yang dijadikan pedoman dalam kegiatan belajar mengajar, agar proses belajar mengajar dikelas lebih efektif dan efisien.

b. Pemilihan Strategi Pembelajaran

Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemapuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu kita berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efesien.22Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.23 Untuk melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran. Suatu program pengajaran yang diselenggarakan oleh guru dalam satu kali tatap muka, bisa dilaksanakan

19

Wina Sanjaya, op.cit., h. 126. 20

Isjoni, dkk.,Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 3.

21

Suyono, dkk.,Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011), h. 20.

22

Wina Sanjaya, op cit., h. 129. 23


(26)

berbagai metode, seperti ceramah, diskusi kelompok, maupun tanya jawab.24

Strategi pembelajaran yang dipilih pengajar/guru selayaknya didasari berbagai pertimbangan sesuai situasi, kondisi dan lingkungan yang akan dihadapinya25”Strategi pembelajaran memuat alternatif yang harus dipertimbangkan untuk dipilih dalam rangka perencanaan pengajaran.”26

Pengajaran berkualitas tinggi didukung oleh pemahaman yang jelas, keyakinan baik informasi tentang proses pembelajaran. Terutama menciptakan kelas student centre dimaksudkan untuk menjelaskan prinsip-prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberikan pedoman serta strategi praktis untuk meningkatkan praktek mengajar.27

Dalam pemilihan dan penetapan strategi pembelajaran ada beberapa hal yang perlu dijadikan sebagai pertimbangan, antara lain:28 1) Kesesuaian dengan tujuan instruksional yang hendak di capai.

2) Kesesuaian dengan bahan bidang studi yang terdiri dari aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.

3) Strategi pembelajaran itu mengandung seperangkat kegiatan pembelajaran yang mungkin mencakup penggunaan beberapa metode pengajaran yang relevan dengan tujuan dan materi pelajaran.

4) Kesesuaian dengan kemampuan profesional guru bersangkutan terutama dalam rangka pelaksanaannya di kelas.

5) Cukup waktu yang tersedia, karena erat kaitannya dengan waktu belajar dan banyaknya bahan yang harus disampaikan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran yaitu prinsip umum penggunaan staregi pembelajaran bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk semua

24

Isjoni, dkk.,op. cit., h. 2. 25

Irianti Hardini dkk, Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep dan Implementasinya), (Yogyakarta: Familia, 2012), h. 75.

26

Ibid., h. 2. 27

Kart Murdoch dan Jeni Wilson, Creating a Learner-Centerd Primary Classroom,

(London: Routledge, 2008), h. 4. 28


(27)

keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Hal ini dikemukakan oleh Killen : “ No teaching strategi is better then other s is all circumtsnces, so you have to be able to use variety of teaching strategies, and make rational decisions about when each of the teaching strategies is likely to most effective.” Prinsip-prinsip penggunaan strategi sebagai berikut :

1) Berorientasi pada tujuan 2) Aktivitas

3) Individualitas 4) Integritas 29

Semua faktor tersebut mendasari pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran yang dinilai lebih sesuai bagi pembelajaran.30 Oleh karenanya sebelum memutuskan suatu strategi, sebaiknya terlebih dahulu melihat konten dari materi pelajaran berdasarkan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Dengan begini, maka akan memudahkan guru menentukan strategi apa yang sesuai dengan materi pelajaran tersebut.

c. Komponen Strategi Pembelajaran

Dick dan Carey menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu:31

1) Kegiatan Pembelajaran Pendahualuan

Kegiatan pendahuluan disampaikan dengan menarik sehingga dapat momotivasi peserta didik untuk belajar.32 Secara spesifik tehnik yang dilakukan yaitu:33 (1). Jelaskan tujuan khusus yang dapat dicapai oleh semua peserta didik diakhir kegiatan pembelajaransehinga mereka menyadari pengetahuan, keterampilan, sekaligus manfaat yang diperoleh setelah mempelajari pokok bahasan tersebut. (2). Lakukan

29

Ibid., h. 133. 30

Ibid., h. 136. 31

Hamzah B. Uno, Model Pembelajran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 3.

32

Ibid.

33


(28)

apersepsi, berupa kegiatan yang merupaka jembatan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan yang baru yang akan dipelajari. 2) Penyampaian informasi

Guru harus memahami dengan baik situasi dan kondisi yang dihadapinya agar informasi yang disampaikan dapat diserap oleh peserta didik dengan baik.34 Hal yang harus diperhatikan dalam penyampaian informasi adalah urutan, ruang lingkup dan jenis materi yang akan disampaikan.

3) Partisipasi Peserta didik

Berdasarkan prinsip student center, peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan. Hal yang penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik yaitu:35 (a). Latihan dan praktik seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi tentang suatu pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu, (b). Umpan balik . Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku sebagai hasil belajarnya maka guru memberikan umpan balik (feedback) terhadap hasil belajar siswa.

d. Peran Guru dalam Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni (1) strategi pengorganisasian pembelajaran, (2) strategi penyampaian pembelajaran, dan (3) strategi pengelolaan pembelajaran.36

Strategi mengorganisasi isi pengajaran disebut oleh Reigeluth, Bunderson, dan Merrill sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan (sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur, dan prinsip yang berkaitan. Sequencing mengacu pada pembuatan urutan penyajian isi bidang studi, dan synthesizing

34

Ibid., h. 4. 35

Ibid., h.6. 36


(29)

mengacu pada upaya menunjukkan kepada siswa keterkaitan antara fakta, konsep, atau prinsip yang terkandung dalam suatu bidang studi.37

e. Strategi Think Talk Write (TTW)

Menurut Slameto, strategi adalah suatu rencana tentang pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas pengajaran.38 Strategi pembelajaran adalah pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.39

Suatu strategi yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan masalah adalah strategi think talk write (TTW). 40 Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin ini pada dasarnya dibangun melalui berfikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write).41 Huinker dan Laughlin, menyatakan: “strategi think tal write memungkinkan siswa untuk menyampaikan ide dalam pikiran mereka sebelum mereka menulis. Berbicara mendorong eksplorasi kata-kata dan menguji ide-ide. Berbicara mengembangakan pemahaman. Saat siswa banyak diberikan kesempatan untuk berbicara, mereka dapat menemukan cara yang akan ditulis kedalam tulisannya, dan tulisan memberikan lebih lanjut untuk pembangunan makna.”42

Fazio and Gallagher mengemukakan:

“a think-talk-write strategy which has been adoped in England to promote literacy in science may help students to make connections between their peers, teachers, and the science phenomena under investigation, thereby linking literacy processes.”43

37

Ibid., h. 4-5. 38

Yatim Riyanto, op. cit., h. 131. 39

Isriani dan Dewi Puspitasari, op.cit., h. 12 40

Martinis Yamin dan Bansu, op.cit., h. 84. 41

Ibid., h. 84.

42 Deann Huinker & Connie Laughlin, Talk Your Way Into Writing”,

http://www.Google.com/search?q=mtsd.kl.12.wi.us/MTSD/District?ela-curriculum-03/think_talk_write.html, diakses pada tanggal 23 April 2013, p. 88. 43

Fazio Xavier and Tiffany Gallagher, Supporting Student Writing in Elementary Science: Tools to Facilitate Revision of InQuiry-Based Compositions”, Electronic Journal of Literacy Through Science, 8, 2009, p. 6.


(30)

(Strategi think talk write yang telah diterapkan di Inggris untuk mendukung literasi sains dapat membantu siswa untuk membuat hubungan dengan rekan-rekan mereka, guru dan fenomena ilmu alam disekitarnya, sehingga menghubungkan proses literasi nya).

Menurut Edy Soedjoko strategi Think Talk Write (TTW) maksudnya adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menekankan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Pada pembelajaran ini peserta didik mempelajari materi secara mandiri yang telah disiapkan oleh guru dalam lembar kerja siswa (think), kemudian mengadakan diskusi tentang materi dan membahas penyelesaian soal di lembar kerja (talk) serta menuliskan jawaban soal yang telah dikerjakan bersama secara berkelompok (write)44

Strategi TTW dapat mendorong siswa untuk selalu aktif berpartisipasi, komunikatif, siap mengemukakan pendapatnya sendiri secara obyektif, menghargai pendapat orang lain dan melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya kedalam bentuk tulisan secara sistematis sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran.45

Strategi pembelajaran TTW (Think Talk Write) melibatkan tiga tahap penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran yaitu:

1) Aktivitas Think (berpikir)

Menurut kalangan ahli psikologi asosiasi, “berpikir (think) adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan di mana subjek yang berpikir pasif”.46

Aktifitas berpikir peserta didik dapat dilihat selama proses membaca materi yang kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. 47 Menurut Sumadi Suryabrata, “berpikir adalah proses yang

44

Astohar, “Efektifitas Strategi Pembelajaran Think Talk Write (TTW) terhadap Hasil

Belajar Biologi Siswa pada Materi Pokok Virus Kelas X MA Sunniyyah Selo Grobogan,” Skripsi

pada Sarjana IAIN Walisongo Semarang, Semarang, 2010, h. 3-4. 45

Arnelis, dkk., Upaya Peningkatan Peningkatan Motivasi dan Aktivitas Belajar Biologi Siswamelalui Strategi Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kampar Kiri, Jurnal, (Pekanbaru: Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, 2009). h. 2.

46

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakrta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 45.

47


(31)

dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya”.48 Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan apa yang telah dibaca, baik itu berupa apa yang diketahuinya, maupun langkah-langkah penyelesaian dalam bahasanya sendiri. Kegiatan ini membantu siswa dalam mengidentifikasi suatu masalah dan merencanakan solusi soal biologi.

Menurut Sumadi Suryabrata proses atau jalanya berpikir itu terdiri dari tiga langkah, yaitu:

a) Pembentukan pengertian, b) Pembentukan pendapat, c) Penarikan kesimpulan.49

Setelah selesai tahap think dilanjutkan dengan tahap mengkomunikasikan atau mendiskusikan hasil pemikirannya menggunakan kata-kata dan bahasa mereka sendiri (Talk).

2) Aktivitas Talk (berbicara atau berdiskusi)

Tahap selanjutnya adalah “talk” yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami.50 Fase berkomunukasi (talk) pada strategi ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara atau menyampaikan pendapat/ide/gagasan. Pada umumnya menurut Huninker dan Laughlin, “berkomunikasi dapat berlangsung secara alami, tetapi menulis tidak”.51 Proses komunikasi dipelajari siswa melalui kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Secara alami dan mudah proses komunikasi dapat dibangun di kelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis. Selanjutnya berkomunikasi atau dialog baik antar siswa maupun dengan guru dapat meningkatkan pemahaman. “Komunikasi adalah proses pengiriman berita dari seseorang kepada

48

Sumardi Suryabrata, op. cit., h.55. 49

Ibid., h. 55. 50

Martinis Yamin dan Bansu, op.cit.,h.85. 51


(32)

orang lain”.52

Hal ini bisa terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan untuk berbicara atau berdialog, sekaligus mengkonstruksi berbagai ide untuk dikemukakan melalui dialog 53 menurut Tjokrodiharjo dalam Trianto, diskusi atau berkomunikasi dalam pembelajaran memiliki 3 (tiga) tujuan, yaitu: Pertama, meningkatakan cara berfikir siswa dengan jalan membantu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran. Kedua, menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa. Keriga, membantu siswa mempelajari ketermpilankomunikasidan proses berfikir.54

Berdiskusi atau berdialog didalam kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa dapat meningkatkan pemahaman. Kegiatan ini dapat membantu memecahkan soal biologi karena siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan jawaban. yang tepat.

3). Aktivitas Write (menulis)

Tahap selanjutnya adalah ”write” yaitu menuliskan hasil diskusi/pada lembar kerja yang disediakan LKS (Lembar Aktivitas Siswa).55 Menulis dalam proses belajar membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran Biologi yaitu pemahaman peserta didik tentang materi yang dipelajari. Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat kesimpulan. Sedangkan bagi guru untuk melihat bagaimana langkah menyelesaikan soal dan menyimpulkan solusi jawabannya. Aktivitas menulis berarti mengkonstruksikan ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat kesimpulan

52

Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 185

53

Martinis Yamin dan Bansu, op. cit., h. 87 54

Trianto, op cit., h. 124. 55


(33)

Menurut Martinis Yamin aktivitas siswa selama fase write adalah: 1) Menulis solusi terhadap masalah yang diberikan.

2) Mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah, baik penyelesaiannya ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel, agar mudah dibaca dan ditindak lanjuti.

3) Mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan ataupun perhitungan yang salah atau kurang lengkap.

4) Meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya.56

Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW menurut Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari sebagai berikut :

1) Guru membagi Lembaran Aktivitas Siswa (LKS) yang memuat situasi masalah dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya.

2) Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaansecara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think).

3) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar.

4) Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write).57

Desain pembelajaran yang menggunakan strategi TTW menurut Martinis dan Bansu I. Ansari dengan sedikit modifikasi tampak dibawah ini:

56

Ibid., h. 88. 57


(34)

Gambar 2.1 Desain Pembelajaran dengan Strategi TTW58

Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam setiap penerapan strategi pembelajaran. Peranan guru dalam strategi Think Talk Write (TTW) adalah:

1) Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mengarah keterlibatan siswa dalam diskusi.

58

Ibid., h. 89.

Belajar Melalui Strategi TTW

Guru

Dampak

Situasi Masalah Open Ended

Siswa

THINK

Membaca Teks dan membuat catatan secara

Individual

Siswa Interaksi dalam Grup

untuk membahas masalah serta solusi TALK

Siswa WRITE Konstruksi pengetahuan

hasil dari think talk secara individual

Kemampuan pemahaman dan


(35)

2) Memehami ide siswa secara hati-hati.

3) Menyuruh siswa untuk mengungapkan ide baik secara tertulis maupun lisan.

4) Memutuskan apa yang akan digali dan dibawa siswa dalam diskusi. 5) Memutuskan kapan harus member informasi, mengklarifikasi

persoalan, memonitor dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi.59 Berdasarkan paparan di atas strategi pembelajaran TTW (Think Talk Write) adalah suatu strategi pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran kontruktivisme dan kooperatif. Tahapan strategi Think Talk Write (TTW) dimulai dari think (berpikir, siswa membaca buku paket atau artikel atau peristiwa dalam kehidupan sehari-hari), talk (berbicara, siswa berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusi), dan write (menulis, siswa menulis hasil diskusi dan presentasi).

4. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.”60

Definisi tersebut memiliki pengertian bahwa belajar merupakan usaha untuk mendapatkan ilmu, sehingga dengan belajar seseorang menjadi tahu, memahami, mengerti, dan dapat melaksanakan sesuatu.

Belajar adalah adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Selama masa kanak-kanak dan masa remaja, diperoleh sejumlah sikap, nilai dan keterampilan hubungan sosial, demikian pula diperoleh kecakapan dalam berbagai mata ajaran sekolah.61

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa

59

Ibid.

60

Hardini Isriani dkk., op.cit., h.3 61

Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: Raja Grafindo, 1994), h. 1


(36)

baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri.62

Skinner, seperti yang dikutif Barlow dalam bukunya Education Psichology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyatan ringkasnya, bahwa belajar adalah:‟‟...a proces progressive beharvior adaptation’’. Berdasarkan eksperimennya Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabiala ia diberi penguat (reinforce). 63

Menurut Hilgard, belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi. Selanjutnnya bersama-sama dengan Mar Quis, Hilgard memperbaharui definisinya dengan menyatakan bahwa belajar merupakan latihan mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan laian-lain sehingga terjadi perubahan dalam diri.64

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan perilaku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. 65 Whiterington yang dikutip Purwanto mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.66

Hilgrad dan Bower dikutip dari Purwanto yang menyatakan bahwa belajar (to learn) memiliki arti: 1) to gain knowledge, comprehension, or mastery of though experience or study; 2) to fix in the mind or memory; memorize; 3) to acquire trough experience; 4) to became in forme of to

62

Muhibbin Syah., Psikologi Belajar, (Pamulang: Logos Wacana Ilmu,1999), h. 59 63

Ibid., h. 60 64

Suyono, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h.12. 65

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h.10

66

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006), h. 84


(37)

find out. 67 Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan.Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.

Menurut Gagne, belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. 68 Dalam buku yang sama, Cronbach menyatakan “Learning is Shown by a change in behavior as a result of experience”, sehingga bisa kita pahami bahwa belajar merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.69 Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.70 Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.71

Selanjutnya Nana Sudjana mengatakan bahwa “belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.”72

Belajar disebut juga proses

67

Ibid., h. 84 68

Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), Cet .3, h. 2

69

Ibid., h.2 70

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 2

71

Ibid.,h.2 72

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Balai Pustaka, 1987), h. 28


(38)

aksi reaksi serta interaksi atau hubungan antara seseorang dengan seseorang yang lainnya. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas siswa berinteraksi dengan guru, serta siswa berinteraksi dengan siswa yang kemudian akan menimbulkan pengalaman baru, baik bagi siswa maupun bagi gurunya.

Dari beberapa definisi diatas, dapat penulis simpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

Dapat pula penulis tarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa ciri belajar, yaitu:

1) Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Hal ini berarti bahwa hasil belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku. Tanpa mengamati tingkah laku, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar.

2) Perubahan tingkah laku bersifat permanent. Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah.

3) Perubahan tingkah laku merupakan hasil pengalaman atau latihan Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interkasi dengan team sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru hendaknya memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.73

Dalam melakukan kegiatan belajar, terjadi proses belajar berpikir yang melibatkan kegiatan mental, terjadi penyusunan hubungan

73

Ratna Yudhawati, dkk., Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 44.


(39)

informasi yang diterima materi yang diberikan. Pemahaman dan penguasaan ini disebut sebagai hasil belajar. Pada hakikatnya hasil belajar adalah perubahan tingkat laku yang diharapkan pada diri siswa setelah mengalami proses belajar mengajar. Menurut nama Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.74

Menurut Benyamin dkk, secara garis besar membagi hasi belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomorik.75 Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual seperti pengetahuan atau ingatan,pemahaman, aplikasi analisa, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang berupa kehadiran, keaktifan belajar, pengumpulan tugas dan lain-lain. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak siswa sehari-hari. Belajar melibatkan tahap masukan, proses, dan keluaran. Belajar juga merupakan proses awalnya tidak tahu menjadi tahu, tidak mampu menjadi mampu, dan sebagainya. Inilah yang disebut dengan hasil belajar, yaitu perubahan perilaku yang menyatakan perbedaan dari masukan dan keluaran.

Karena hasil belajar merupakan produk belajar, hasil belajar dapat dijelaskan dari pengertian belajar. Sntrock menyatakan bahwa “learning is a realitively permanent influence on beharviour, knowledge, and thinking skills that comes about through experience,”.76Belajar dikatakan berhasil jika seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinnya, sehingga belajar semacam ini disebut role learning, belajar hafalan, belajar melalui ingatan, by heart, diluar kepala, tanpa memepedulikan makna.77

74

Nana Sujana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakrya, 1995), Cet. 5, h. 22

75

Ibid., h.22 76

John W Santrock, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh Tri Wibowo (Jakarta: Kencana, 2010), Cet .3, h. 266

77


(40)

b. Ruang Lingkup Belajar

Hasil belajar mencakup semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikatortentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran dibawah kondisipembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran bisa berupa hasil nyata (actualoutcomes) dan hasil yang diinginkan (desired outcome).78 Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu:

1) Keefektifan. 2) Efisiensi. 3) Daya tarik.79

Indikator keberhasilan belajar mengajar, diantaranya yaitu:

1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasitinggi, baik secara individu maupun kelompok.

2) Perilaku yang digariskan dalm tujuan pengajaran khusus telah dicapai olehsiswa baik secara individual maupun kelompok.

3) Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial mengantarkanmateri tahap berikutnya.80

Ketiga ciri keberhasilan belajar di atas, bukanlah semata-matakeberhasilan dari segi kognitif, tetapi mesti melumat aspek-aspek lain, seperti aspek afektif dan aspek psikomotorik.

c. Prinsip-prinsip Belajar

Untuk memperoleh pengertian lebih lanjut prinsip-prinsip belajar lebih lanjut ini akan dikemukakan berupa prinsip-prinsip belajar antara lain sebagai berikut :

1) Belajar sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku.Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar anrtara lain

(a). Perubahan yang disadari.

(b). Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.

78

Hamzah B.Uno, op.cit., h. 16 79

Ibid., h. 21 80

Syaiful Bahri Djaramah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 109


(41)

(c). Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

(d).Perubahan dalam belajar bukan bersifat temporer, tapi menunjukan pertumbuhan dan perkembangan terus menerus serta memiliki tujuan yang jelas.

2) Hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku. 3) Belajar merupakan suatu proses.

4) Proses belajar terjadi karena adanya dorongan dan tujuan yang akan dicapai .

5) Belajar merupakanbentuk pengalaman.81

Menurut pendapat Gagne, kunci bagi pengembangan teori belajar yang bersifat menyeluruh ialah mengenali faktor-faktor yang memperjelas sifat yang rumit belajarnya orang.82 Ahli-ahli teori yang lainbiasanya mulai dengan memberikan penjelasan khusus mengenali proses belajar dan kemudian berusaha mengenakan proses tersebut pada belajar yang dilakukan orang. Kebalikannya, gagne mulai dengan melakukan kupasan atas berbagai performasi dan keterampilan yang dilakukan orang dan kemudian memberikan penjelasan atas adanya keragaman ini.83

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Hasil Belajar

Menurut Purwanto faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri dari dua faktor, yaitu:

1) Faktor individual yaitu faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri. Yang termasuk faktor individual antara lain : faktor kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

2) Faktor sosial yaitu faktor yang ada diluar individu. Yang termasuk faktor sosial antara lain : faktor keluarga, guru dan cara mengajar,

81

Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: PT Miizan Publika, 2004). h 122-125

82

Ibid, h 182 83


(42)

alat-alat yang digunakan untuk mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.84

Faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu : 1) Faktor-fartor Intern yang terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologi

dan faktor kelelahan.

2) Faktor ekstern yang terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.85

Menurut Purwanto faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar terdiri dari :

1) Faktor luar yaitu lingkungan (alam dan sosial) dan instrumental (kurikulum/bahan ajar, guru atau pengajar, sarana dan fasilitas, administrasi/managemen).

2) Faktor dalam yaitu fisiologi (kondisi fisik dan kondisi pasca imdra) dan psiologi (bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif).86

Selain yang tersebut di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar diantaranya yaitu tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana evaluasi.87

e. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar merupakan penjelasan yang menggambarkan keberhasilan seorang pengajar dalam melakukan pembelajaran, dilihat dari sejauh mana siswa telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai.88

84

M. Ngalim Purwanto, op.cit., h. 102. 85

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Cet 5.h. 54-62

86

M. Ngalim Purwanto, op.cit., h. 107. 87

Syaiful Bahri Djaramah dan Aswan Zain., op. cit. h. 109 88

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 4.


(43)

Tujuan dilakukannya penilaian yaitu:89

1) Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa. 2) Mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa. 3) Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.

4) Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka perbaikan.

Fungsi dari penilaian yaitu:90

1) Fungsi seleksi, yaitu menyeleksi calon peserta suatu lembaga pendidikan/kursus berdasarkan kriteria tertentu.

2) Fungsi Penempatan, yaitu untuk keperluan penempatan agar setiap peserta didik mengikuti pendidikan pada jenis dan/atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing.

3) Fungsi Diagnostik, yaitu untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik, menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar, dan menetapkan cara dalam mengatasi kesulitan belajar yang terjadi.

Evaluasi hasil belajar meliputi evaluasi tingkat penguasaan, pencapaian tujuan pembelajaran khusus (indikator) dan tujuan pembelajaran umum (standar kompetensi/kompetensi dasar) serta evaluasi terhadap pencapaian kompetensi hasil belajar siswa di kelas.91

Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi (kognitif) dilakukan bertujuan untuk mengukur penguasaan materi dan pemilihan konsep dasar keilmuan yang berupa materi-materi esensial yang merupakan konsep kunci dan prinsip utama. Menurut Bloom dan dkk, kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif secara hierarkis dikategorikan ke dalam enam jenjang kemampuan yaitu hafalan (ingatan)

89

Ibid.

90

Ibid., h. 5. 91


(44)

(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6).92 Sebagaimana yang diperlihatkan dalam gambar.

C6 Evaluasi

C5 Sintesis

C4 Analisis

C3 Penerapan

C2 Pemahaman

C1 Hapalan

Gambar 2.2 Penjenjangan Domain Kognitif

B. Penelitian yang Relevan

Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini : Penelitian yang dilakukan Astohar menunjukan hasil positif, Hal ini dilihat dari nilai rata-rata post test kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol. Kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata 69,28 dengan nilai tertinggi 87 dan nilai terendah 47. Sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol 58,98 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 43.93

Penelitian yang dilakukan Yuniar Prasasti, dkk menunjukkan hasil yang positif dan negatif. Penerapan strategi pembelajaran Think Talk Write disertai modul hasil penelitian memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar ranah afektif dan ranah psikomotor tetapi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo94

Penelitian lain yang dilakukan oleh Muchamad Afcariono menunjukkan hasil positif. Hal tersebut terlihat dari adanya perubahan pada pola pikir siswa berdasarkan tingkat kognitif. Kemampuan bertanya dan

92

Ibid., h.15 93

Astohar, dkk., op.cit. h. 57. 94

Yuniar Prasasti, dkk., Pengaruh Penggunaan Strategi Think Talk Write Disertai Modul Hasil Penelitian terhadap Hasil Belajar Biologi siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo,


(45)

menjawab siswa meningkatkan kemampuan berpikir tingkat rendah (pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi) menjadi berpikit tingkat tinggi (analisis sintesis dan evaluasi)95

Penelitian yang dilakukan Imama Wahidah, dkk menunjukkan hal yang positif. Hal ini diketahui berdasarkan hasil ulangan harian sebelumnya terdapat 54% siswa tuntas, pada siklus 1 dapat dilihat bahwa siswa kelas VII C sebanyak 69% siswa tuntas, sedangkan pada siklus 2 siswa kelas VII C sebanyak 82,8% siswa tuntas. Dengan hasil di atas dapat dikatakan bahwa peningkatan hasil belajar telah tercapai karena siswa yang tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara klasikal sudah memenuhi standar kurikulum yakni di atas 80% dan didukung dengan indikator keberhasilan observasi aktivitas guru dan siswa minimal termasuk dalam kategori baik.96

Penelitian yang dilakukan Dwi Utari Ningsih menunjukkan hal yang positif. Hal tersebut diketahui berdasarkan persentase rata-rata capaian setiap indikator berdasarkan lembar observasi keterampilan proses sains siswa pra siklus sebesar 62,25%, siklus 1 sebesar 77,08% dan siklus 2 sebesar 82,25%. Hasil perhitungan berdasarkan angket keterampilan proses sains siswa pra siklus sebesar 65,02%, siklus 1 sebesar 70,69%, dan siklus 2 sebesar 77,55%.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan strategi think talk write berbasia konstektual dapat meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains siswa.97

95

Mochamad Alcariono, “Penerapan Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi”, Jurnal Pendidikan Inovatif, 3 2008, diakses di http://jurnaljpi.wordpress.com/2009/09/vol-3-no-2-muchamad-alcariono.pdf

96

Imama Wahidah, dkk., “PenerapanStrategi Think Talk Write (TTW)

untukmeningkatkanHasilBelajarMatematiakaSiswaKelas VII SMP Brawijaya Smart School”

Jurnal Pendidikan Inovatif, Vol. 3 2012, diakses di http://jurnaljpi.wordpress.com/2012/09/vol-3-no-2-imama-wahidah.pdf

97Dwi Utari Ningsih, “

Penerapan Strategi Pembelajjaran TTW berbasis Kontektual untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Kelas X-8 Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010-2011”, diakses dihttp://jurnaljpi.wordpress.com/2012/09/vol-3-no-3-dwi-utari-ningsih-.pdf


(46)

C. Kerangka Berpikir

Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup, yang menyediakan berbagai pengalaman belajar dalam memahami konsep dan proses sains. Konsep dan proses sains bergerak dari yang sederhana menjadi komplek, dari yang konkret menjadi abstrak. Untuk memahami biologi dengan mudah diperlukan penyajian banyak contoh yang beragam serta relevan dengan kehidupan sehari-hari.Siswa sering merasakan kejenuhan ketika mempelajari biologi terutama ketika membahas konsep-konsep biologi yang komplek seperti halnya konsep sistem pernapasan pada manusia. Siswa merasa kesulitan untuk memahami pembelajaran biologi jika hanya dengan menggunakan strategi yang konvensional dan terpaku pada buku teks. Berbeda halnya, apabila siswa diberikan strategi memfasilitasi siswa dalam mengkontruksi serta mengeksplorasi sendiri kognitifnya melalui stimulus yang diberikan sebelumnya oleh guru, dengan tidak melepaskan dari pengetahuan yang telah siswa dapatkan sebelumnya.

Kenyamanan siswa dalam belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu hal yang paling mendasar terlihat dari keprofesionalan kinerja guru dalam menciptakan kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini, guru harus kreatif dan inovatif untuk mengembangkan pembelajaran ke arah student centered, yakni berpusat pada siswa.

Guru yang penuh dengan gagasan-gagasan dalam menyusun kegiatan pembelajaran, terlihat dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di dalamnya mungkin guru tersebut menuangkan idenya dalam suatu langkah-langkah pembelajaran. Dengan mengikuti perencanaan yang telah disusun dengan baik dan rapi, maka pelaksanaan kegiatan belajar memungkinkan untuk mencapai tujuan yang guru harapkan, yakni mendapat hasil yang memuaskan.

Suatu strategi pembelajaran yang para peneliti telah kembangkan, serta dengan pengujian yang berhasil dari berbagai sampel penelitian, patut untuk diujicobakan oleh penulis. Salah satunya adalah think talk write. Strategi tersebut berpusat pada siswa (student centered), dimana menekankan siswa


(47)

untuk berpikir kritis yang diharapkan mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal. Dari berbagai penelitian, strategi think talk write berhasil di uji cobakan pada sampel dengan hasil yang memuaskan.

Oleh karena itu, penulis berharap adanya pembelajaran dengan strategi think talk write ini dapat membuat siswa merasa nyaman dalam belajar, serta memberi stimulus kepada siswa untuk belajar lebih aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain hal tersebut pada model ini siswa dilatih untuk mampu berpikir kritis terkait masalah-masalah yang tengah dianalisa. Melalui kegiatan tersebut, siswa tidak hanya mempelajari materi pelajaran saja, akan tetapi setiap siswa diarahkan untuk mencapai kemandirian dan kedewasaan melalui diskusi didalam kelompok belajar.

Berdasarkan uraian tersebut, maka pembelajaran biologi pada konsep sistem peredaran darah manusia dengan strategi think talk write diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran melalui strategi think talk write memperoleh hasil belajar yang optimal.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir maka dapat dirumuskan suatu hipotesis penelitian “ Terdapat pengaruh strategi think talk write terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem pernapasan pada manusia”.


(48)

34 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan adalah VIII di SMP 3 Tanggerang Selatan yang beralamat di Ciputat Tanggerang Selatan pada tahun ajaran 2012/2013 semester ganjil (1) yaitu pada bulan Oktober – November 2013 kelas VIII.

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan menggunakan metode quasi eksperimen atau eksperimen semu, yakni metode penelitian yang dilakukan dengan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi yang ada (situasional). Metode kuasi eksperimen merupakan metode penelitian yang melakukan pengontrolan terhadap salah satu variabel.

Desain penelitian yang digunakan adalah two group pretest-postest, yakni desain yang dilakukan terhadap dua kelas subjek. Desain ini menggunakan dua kelas, dimana kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional (tektual) dan kelas eksperimen dengan strategi pembelajaran think talk write. Dua kelas dianggap sama dalam semua aspek yang relevan dan perbedaan hanya terdapat dalam perlakuan. Desain penelitian ini dapat digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen T1 X1 T2

Kontrol T1 - T2

Keterangan: T1 : pretest T2 : posttest

X1 : Srtategi pembelajaran think talk write


(49)

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Arikunto mendefinisikan bahwa: ”Populasi adalah keseluruhan subyek

penelitian”. 1 Sedangkan menurut Sugiyono: “

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.2 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP 3 Tanggerang selatan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. 3 Sampel diambil dari populasi untuk dijadikan 2 kelompok/kelas. Dari 230 orang siswa kelas VIII, yang di ambil adalah 45 siswa untuk kelas eksperimen dan 45 siswa untuk kelas kontrol.

Adapun teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik random sampling Kelas VIIID sebagai kelas eksperimen dan VIIIE sebagai kelas kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data atau informasi, keterangan-keterangan, atau fakta-fakta yangdiperlukan, penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui tes tertulis berupa soal pilihan ganda sebanyak 40 soal. Tes soal objektif diberikan sebelum dan sesudah materi diajarkan (pretest dan posttes).

E. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Sebelum Penelitian

Langkah awal pada tahap persiapan sebelum melaksanakan penelitian adalah pengurusan surat izin observasi dan surat izin penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Langkah selanjutnya adalah melakukan observasi ke sekolah yang dituju untuk melakukan uji coba

1

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet.14, h. 108

2

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D) (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 117.

3


(50)

instrumen dan penelitian. Setelah melaksanakan observasi dan melakukan kesepakatan serta koordinasi dengan pihak sekolah dalam hal ini wakil kepala sekolah kesiswaan dan guru bidang studi yang bersangkutan dalam penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan uji validasi instrumen di kelas VIII. Setelah uji validasi instrumen selesai dilaksanakan, maka dilakukanlah kalibrasi instrumen dengan menggunakan ANATES dalam menentukan soal-soal yang akan digunakan dalam penelitian (Pretest dan Posttest). Kalibrasi instrumen hasil uji coba instrument merupakan langkah terakhir pada tahap persiapan sebelum melaksanakan penelitian. Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan penelitian .

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Menentukan dua kelompok sampel, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang merupakan langkah awal pada tahap pelaksanaan penelitian. Selanjutnya diadakan tes awal (Pretest) kepada kedua kelompok penelitian menggunakan soal-soal hasil ANATES uji validasi instrument penelitian. Setelah tes awal (Pretest) dilaksanakan pada kedua kelompok penelitian, kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan. Kelomp eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan stratgi think talk write sedangkan kelompok kontrol melakukan pembelajara konvensional (tekstual) tanpa menggunakan strategi think talk write. Namun, untuk meminimalisir signifikansi perbedaan yang sangat tinggi, pembelajaran di kelas kontrol dilengkapi pula dengan menggunakan media gambar power point. Setelah dilakukan pembelajaran, diadakan tes akhir (Posttest) untuk kedua kelompok penelitian menggunakan soal-soal yang sama ketika dilakukan tes awal (Pretest). Tes akhir (Posttest) merupakan langkah terakhir pada tahap pelaksanaan penelitian. Tahap selanjutnya adalah tahap akhir dalam penelitian.

3. Tahap Akhir Penelitian

Langkah awal pada tahap akhir penelitian yaitu melakukan analisis data hasil tes awal (Pretest) dan tes akhir (Posttest) kedua kelompok


(51)

penelitian dengan menggunakan uji statistik. Selanjutnya, dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan sebelumnya. Penarikan kesimpulan merupakan langkah paling akhir dalam prosedur penelitian

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.4 Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji dalam penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrument. Dalam penelitian ini, instrumen yang akan digunakan adalah lembar observasi dan tes objektif.

1. Lembar Observasi

Observasi yang akan dilakukan yaitu melakukan wawancara dengan guru pelajaran biologi. Observasi dilakukan oleh peneliti selaku observer di sekolah yang menjadi objek penelitian yakni dengan memberikan tanda cek pada kolom yang tersedia (“ya atau tidak”) untuk melihat minat belajar siswa dan perkembangan hasil belajar siswa beberapa tahun terakhir.

2. Tes Objektif

Tes ini merupakan tes tertulis yang berbentuk pilihan ganda, terdiri atas 22 butir soal dengan 4 alterntif pilihan pada setiap butir, yaitu a, b, c dan d. Materi tes yang diberikan adalah konsep tentang sistem pernapasan pada manusia. Tes tersebut disusun berdasarkan ranah kognitif siswa pada jenjang C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman),C3 (aplikasi) dan C4 (analisis soal). Sebelum dibuat terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal, untuk menentukan ruang lingkup dan tekanan tes yang setepat-tepatnya, sehingga dapat menjadi petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi instrumen dapat digambarkan dalam tabel berikut:

4


(52)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Sistem Pernapasan Pada Manusia Subkonsep Indikator pertemuan

Nomor Soal dan Aspek Kognitif

Jumlah Soal yamg

Valid C1 C2 C3 C4

Organ Sitem Pernapasan

- Mendeskripsikan pengertian sistem pernapasan pada manusia

- Menyebutkan organ pernapsan pada manusia

- Memahami struktur organ pernapasan pada manusia

- Mendeskripsikan fungsi organ pernapasan pada manusia

1,

8, 9 2,

4,6 3 5,7 9

Mekanisme Pernapasan

Gangguan/Kela inan Sistem Pernapasan

- Menjelaskan proses inspirasi dan ekspirasi pada pernapasan manusia -Membandingkan perbedaan antara

proses inspirasi dengan ekspirasi pada pernapasan manusia

-Menyebutkan macam–macam mekanisme pernapasan pada manusia

Mendemosntrasikan proses pernapasan perut dan pernapasan dada

Menghitung volume udara pada paru-paru 11, 13, 15, 23, 26, 25,

28 21 8

- Menyebutkan kelainan pada sistem pernapasan

- Meidentifikasi kelainan pada sistem pernapasan

- Membandingkan organ pernapsan yang sehat dengan yang mengalami kelainan

- Menghubungkan kesehatan pernapasan dengan kebiasaan sehari-hari

- Mendata pemanfatan teknologi yang digunakan untuk membantu bernafas

34 33, 35,

38, 32, 5


(53)

G. Kalibrasi Instrumen 1. Validitas

Validitas Validitas berasal dari kata validity, yang bermakna tepat atau sahih. Validitas merupakan seberapa jauh ketepatan dan ketelitian sebuah alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.5 Batasan validitas isi ini menggambarkan sejauh mana tes mampu mengukur materi pelajaran yang telah diberikan secara representatif (soal mewakili materi ajar secara keseluruhan) dan sejauh mana pula tes dapat mengukur sampel yang representatif dari perubahan-perubahan perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa.6

Skor butir soal untuk tes objektif adalah 0 atau 1, sehingga penghitungannya dapat menggunakan koefisien korelasi biserial. Rumus korelasi biserial adalah sebagai berikut:7

Keterangan:

rbis(i) : koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total

X i : rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal nomor i

X t : rata-rata skor total semua responden

St : standar deviasi skor total semua responden

pi : proporsi jawaban benar untuk butir nomor i

qi : proporsi jawaban salah untuk butir nomor i

5

Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 105.

6

.Zurinal dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan “Pengantar dan Dasar-Dasar

Pelaksanaan Pendidikan”,(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press), Cet

I, h. 145-146. 7

Ahmad Sofyan dkk, op cit. h. 109.

rbis (i) =

i i

t t i

q p S

X X


(54)

Instrumen yang valid mampu mencapai tujuan yang dikehendaki secara tepat. Kriteria validitas dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Korelasi

Rentang Keterangan

0,80 < r ≤ 1,00 0,60 < r ≤ 0,80

0,40 < r ≤ 0,60 0,20 < r ≤ 0,40 0,00 < r ≤ 0,20

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Hasil uji coba instrumen setelah melalui penghitungan dengan program ANATES, dari 40 butir soal pilihan ganda yang dapat dinyatakan valid sebanyak 22 butir soal. Nomor-nomor butir soalnya adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 15, 21, 23, 25, 26, 28, 32, 33, 34, 35, dan 38.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliability, yang bermakna keterandalan, kestabilan atau konsisten.8 Untuk menghitung koefisien reliabilitas, dengan menggunakan rumus KR-20 sebagai berikut:9

Keterangan:

rii : koefisien reliabilitas tes

k : jumlah butir

piqi : varians skor butir

pi : proporsi jawaban benar untuk butir nomor i

qi : proporsi jawaban salah untuk butir nomor i

St2 : varians skor total

Pengujian reliabilitas dalam peneltian ini menggunakan program ANATES. Kriteria reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.

8

Ibid., h. 105. 9

Ahmad Sofyan dkk., op cit., h. 113.

rii = 

     

 1

2

1 t i i s q p k k


(55)

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas

Rentang Keterangan

0,80 < r ≤ 1,00 0,60 < r ≤ 0,80 0,40 < r ≤ 0,60 0,20 < r ≤ 0,40 0,00 < r ≤ 0,20

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Penghitungan reliabilitas untuk instrumen uji coba sebesar 0,72. Dalam hal ini, maka instrumen tersebut telah memiliki nilai koefisien reliabilitas yang tinggi.

3. Uji Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal merupakan angka yang menunjukan proposi siswa yang menjawab betul dalam satu soal yang dilakukan dengan menggunakan tes objek10 Semakin tinggi nilai kesulitan berarti semakin mudah soal tersebut bagi siswa. Sebaliknya, semakin rendah nilai kesulitan bagi semakin sulit soal tersebut bagi siswa.11

Hasil penghitungannya didapat dari perbandingan antara siswa yang menjawab betul dengan keseluruhan siswa yang mengikuti tes/ujian. Indeks kesukaran memiliki nilai rentang dari 0,0 – 1,0.12

Rumus tingkat kesukaran adalah sebagai berikut:13

Keterangan:

P : tingkat kesukaran

10

H. M, Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 3. h. 136

11

Ibid., 136 12

Sofyan, dkk., op. cit., h. 103. 13

Ibid., h. 103. P =

N B


(56)

B : jumlah siswa yang menjawab benar N : jumlah peserta siswa

Taraf kesukaran ini diuji dengan menggunakan program ANATES. Indeks taraf kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut:14

Tabel 3.5 Indeks Taraf Kesukaran Soal

Rentang Keterangan

0 – 0,25 0,26 – 0,75 0,76 – 1,00

Soal termasuk kategori sukar Soal termasuk kategori sedang Soal termasuk kategori mudah.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan ANATES, dari 22soal yang valid. Sebanyak 14 soal termasuk kategori sukar, 24 soal termasukkategori sedang dan 2 soal termasuk kategori mudah.15

4. Pengujian Daya Beda

Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir soal dalam membedakan antara kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang kurang pandai.16 Rumus untuk daya beda adalah sebagai berikut:17

dimana daya beda yang baik adalah D > 0.30 Keterangan:

D : daya beda

Ba : jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas Bb : jumlah yang menjawab beanr pada kelompok bawah N : jumlah peserta tes

Untuk menentukan daya pembeda menggunakan program ANATES. Adapun klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut:18

14

Ahmad Sofyan dkk., op cit, h. 103-104 15

Lampiran 9, h. 167 16

Ahmad Sofyan dkk., op cit, h. 104 17

Ibid

18

Ibid, h. 104


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)