PENANAMAN DISIPLIN DIRI PADA ANAK USIA DINI DI PG/TK ISLAM AL-FATTAH SIDOARJO.

(1)

PENANAMAN DISIPLIN DIRI PADA ANAK USIA DINI DI PG/TK ISLAM AL-FATTAH SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata

Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

PUTRI AYU KHOIRUN NISAQ B07209123

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

INTISARI

Putri Ayu Khoirunnisa’, B07209123, 2016. Penanaman Disiplin Diri Pada Anak Usia Dini di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan hasil dari penanaman disiplin diri pada anak usia dini di PG/TK ISLAM Al-Fattah Sidoarjo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan triangulasi sebagai validasi data. Subjek penelitian ini adalah Kepala Sekolah dan Wali Kelas Kelompok A PG/TK ISLAM Al-Fattah Sidoarjo. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan model Spradley, yaitu teknik analisis data yang disesuaikan dengan tahapan dalam penelitian.

Hasil penelitian ini menemukan dua kategori temuan. Pertama, proses penanaman disiplin diri pada anak usia dini di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo menggunakan tipe disiplin demokratis, disiplin ini menekankan penjelasan dan arti yang mendasari peraturan. Kedua, dari hasil observasi dan wawancara hasil penanaman disiplin diri pada anak usia dini di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo adalah anak menjadi disiplin terhadap waktu yaitu sebagian besar siswa mau mengikuti apa yang diinstruksikan oleh gurunya karena mereka merasa tertarik dengan materi yang akan diberikan, disiplin terhadap tata tertib misalnya sebagian besar siswa menggunakan seragam sekolah dengan atribut yang lengkap karena siswa telah memahami fungsi dari pakaian yang telah dijelaskan oleh guru di kelas, dan disiplin terhadap prosedur kerja administrasi yaitu sebagian besar siswa mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru karena siswa merasa tertarik dengan apa yang dikerjakannya serta siswa akan mendapatkanrewardapabila berhasil menyelesaikannya. Saran untuk guru agar terus mempertahankan penanaman disiplin diri pada anak usia dini atau dapat lebih ditingkatkan lagi. Bagi peneliti yang akan datang perlu mempersiapkan penelitian ini dengan sebaik mungkin, terutama kualitas penelitian sebagai instrumen utama pendidikan. Kata kunci:Penanaman, Disiplin, Anak Usia Dini


(7)

DAFTAR ISI

Halaman judul………... i

Halaman Pernyataan Pengesahan... ... ii

Halaman Pengesahan ... ... iii

Halaman Pernyataan... ... iv

Kata Pengantar... ... v

Daftar Isi... ... vii

Daftar Lampiran... ix

Intisari/abstract... ... x

A. BAB I PENDAHULUAN... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Fokus Penelitian... ... 5

3. Tujuan Penelitian... 5

4. Manfaat Penelitian... 5

5. Keaslian Penelitian... . 6

B. BAB II KAJIAN TEORI ... 8

1. Perkembangan Anak Usia Dini... 8

2. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini...10

3. Definisi Disiplin... 16

4. Makna Disiplin... 18

5. Cara Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini...19

6. Tipe-Tipe Disiplin... 22

7. Tujuan Kedisiplinan Siswa ... 23

8. Macam-Macam Kedisiplinan Siswa ... 24

9. Fungsi Kedisiplinan Siswa... 25

10. Unsur-unsur Dalam Kedisiplinan Siswa... 27

11. Faktor-faktor Kedisiplinan Siswa ... 31

12. Upaya Menanamkan Kedisiplinan... 35

13. Ajaran Islam dalam Kedisiplinan... 37

14. Proses Pembentukan Disiplin pada Anak ... 38

15. Bentuk-Bentuk Kedisiplinan di Sekolah... 38

16. Beberapa Kebutuhan Masa Kanak-Kanak yang Dapat Diisi Oleh Disiplin... 39

C. BAB III METODE PENELITIAN ... 41

1. Jenis Penelitian…... 41

2. Kehadiran Peneliti... 42

3. Lokasi Penelitian... 42

4. Subyek Penelitian... 42

5. Teknik Pengumpulan Data……… 43

6. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data... 47

7. Keabsahan Data………... 48

D. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...51

1. Deskripsi Partisipan... 51

2. Hasil Temuan penelitian...52

3. Pembahasan...56

E. BAB V PENUTUP...71


(8)

2. Saran... 73 DAFTAR PUSTAKA...74


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk melakukan pendidikan. Pada masa ini anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa. Anak belum memiliki pengaruh negatif dari luar atau lingkungannya. Dengan kata lain, orang tua maupun pendidik akan lebih muda mengarahkan anaknya menjadi lebih baik. (Fadillah, 2012)

Para ahli menyebutkan anak usia dini sebagai masa golden age, perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan sampai 50%. Pada masa ini terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan tempo untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional, disiplin diri, nilai-nilai agama, konsep diri, dan kemandirian.

Aspek-aspek mengembangkan dalam diri anak sangatlah beragam. Salah satu aspek individual yang dimiliki oleh anak adalah disiplin. Disiplin mutlak diperlukan anak guna mencapai sebuah kesuksesan. Disiplin akan membentuk anak agar bertanggung jawab dalam mematuhi aturan dan tata tertib di sekolah. Hal ini tentu saja sangatlah membantu proses belajar mengajar. Dengan berlaku disiplin secara otomatis dapat meminimalisir


(10)

2

masalah yang ditimbulkan. Sehingga anak tidak mengalami hambatan atau gangguan dalam mencapai keberhasilan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001:237) Mengingat pentingnya disiplin, maka terlebih dahulu kita perlu mengetahui definisi disiplin guna mampu menjalankan disiplin dengan baik dan benar. Disiplin menurut KBBI adalah Kepatuhan atau ketaatan anak terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku. Adanya kepatuhan dan ketaatan dalam diri anak tentu saja akan menunjang terciptanya suasana yang kondusif untuk belajar sehingga dapat meningkatkan potensi hasil belajar yang diinginkan.

Menurut Porwodarmintu (1985) masalah disiplin merupakan suatu hal yang sangat penting bagi lembaga pendidikan. Karena disiplin sangat penting, maka sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan dan merupakan salah satu organisasi perlu di tumbuhkan adanya sikap disiplin, baik dari guru maupun siswa.

Disiplin sangat penting dan di butuhkan oleh setiap siswa. Disiplin sebagai prasyarat bagi pembentukan sikap perilaku dan tata kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja.

Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan yang paling berperan untuk bisa mengembangkan rasa kedisiplinan siswa, dengan dibentuknya berbagai macam peraturan maupun suatu kegiatan yang dapat meningkatkan semangat seorang siswa untuk menjadi lebih baik.


(11)

3

Pada kenyataannya, disiplin masih menjadi sebuah kepribadian yang relatif langkah dimiliki oleh anak. Seiring kita jumpai banyak anak sekolah yang cenderung kurang patuh dan taat terhadap peraturan atau tata tertib sekolah. Pelanggaran terhadap peraturan atau tata tertib sering tidak memberikan efek penyesalan atau dalam arti peraturan atau tata tertib lebih banyak diabaikan. Hal ini menunjukkan kurangnya tanggung jawab diri sendiri. Lain halnya dengan anak yang senantiasa terbiasa untuk disiplin. Anak akan terbiasa untuk selalu sadar bahwa dalam hidup terdapat aturan-aturan yang jika dipatuhi akan membawa manfaat bagi dirinya. Anak akan belajar untuk lebih menghargai diri dan waktu sehingga apapun yang dikerjakan cenderung tepat waktu.

Diungkapkan dalam buku Sutedja (1989) mengungkapkan anak menjadi kurang disiplin karena beberapa hal, hal ini jika dikaitkan dengan kedisiplinan seorang siswa maka penyebabnya sama bahwasanya kurangnya anak dalam berdisiplin bisa dikarenakan pada saat minatnya untuk bersekolah sudah mulai memudar, maka di sini selain guru, orang tua juga harus memahami akan suatu perkembangan dari anak. Bahwasanya bila anak sudah mulai mengungkapkan rasa tidak senang terhadap teman-temannya di kelas, atau kurang senangnya terhadap penyampaian sang guru ketika pembelajaran berlangsung dan lain sebagainya.. perihal ini harus diketahui agar tidak terjadi penurunan sikap kedisiplinan ketika pembelajaran berlangsung di kelas.

Disiplin itu sendiri di jelaskan dalam bukunya Mudjianto (2000) yang telah di ungkapkan dan digunakan oleh Kohler dkk. sebagai indikator tentang


(12)

4

tingkatan sampai di mana para siswa berperilaku secara tepat di libatkan dalam kegiatan, diorientasikan pada tugas dan tidak menyebabkan gangguan, disiplin menurut ketepatan yang tinggi perilaku siswa, derajat yang tinggi dalam melakukan tugas dan kegiatan yang tidak menyebabkan gangguan.

Melihat dari berbagai kajian yang diperoleh serta berangkat dari fenomena yang ada di sebuah pendidikan taman kanak-kanak yang selama ini peneliti pijaki, peneliti ingin menguji sebuah teori dengan realita yang ada.

Adapun fenomena yang nampak, terdapat beberapa siswa PG/TK islam Al -Fattah Sidoarjo kelompok A saat di sekolah kurangnya disiplin, seperti halnya, pada saat Pelajaran berlangsung siswa kurang disiplin saat mengikuti pelajaran, sulit berhenti pada waktunya saat bermain, tidak meletakkan barang pada tempatnya seperti halnya: sepatu, buku, tempat pensil, mainan dll.

Telah diperoleh contoh peraturan yang ada di kelas, saat peneliti melakukan observasi di sekolah PG/ TK islam Al -Fattah Sidoarjo. Yakni seperti halnya menerapkan anak untuk disiplin dengan menyediakan macam-macam loker sesuai kegunaanya. Misalnya, loker tempat tas, loker tempat sepatu, loker tempat buku, loker tempat alat-alat tulis. Namun pada kenyataanya, meskipun sudah di sediakan macam- macam loker tempat untuk meletakkan barang namun banyak siswa yang kurang disiplin dalam meletakannya. Hal ini menjadi wacana bagi peneliti untuk menerapkan sesuatu yang dapat meningkatkan kedisiplinan siswa pada saat di kelas.


(13)

5

Dengan pemaparan di atas maka peneliti berharap untuk melanjutkan penelitian sesuai dengan acuan yang ada. Serta berangkat dari latar belakang yang telah dibuat.

2. Fokus Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang di atas maka fokus penelitian yang dapat di ajukan adalah :

a. Bagaimana proses penanaman disiplin diri pada anak usia dini di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo?

b. Bagaimana hasil dari proses penanaman disiplin diri pada anak usia dini di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo?

3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui proses penanaman disiplin diri pada anak usia dini di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo.

b. Untuk mengetahui hasil dari proses penanaman disiplin anak usia dini di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo.

4. Manfaat Penelitian

Peneliti mempunyai harapan agar penelitian ini dapat digunakan bagi semua orang. Adapun manfaat penelitian ini mencakup:

a. Secara teoritis

Penelitian ini dapat menambah khazanah pengetahuan tenaga pendidik tentang pembentukan karakter disiplin anak usia 5–6 tahun.


(14)

6

b. Secara praktis a. Bagi peneliti

sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana S1 dan sebagai bekal pengalaman atau wawasan tentang dunia pendidikan anak usia dini, khususnya penanaman disiplin anak.

b. Bagi almamater

Untuk memperkaya literatur perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

c. Bagi pendidik

Untuk dijadikan simpulan argumentatif tentang pemanfaatan dan pengetahuan pembelajaran hadits dalam penanaman disiplin anak pada khususnya serta mengembangkan dan mengasuh kemampuan lain pada umumnya.

5. Keaslian Penelitian

Selama ini telah banyak penelitian yang bertemakan kedisiplinan pada anak, telah ditemukan penelitian dari Gunariyah (2012) tentang Model Penanaman Kedisiplinan Anak Usia Dini Pada Keluarga Buruh Wanita dI Desa Bakrejo Kecamatan Sukoharjo kabupaten Sukoharjo, Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa model penanaman pada Anak Usia Dini Pada Keluarga Buruh Wanita dI Desa Bakrejo Kecamatan Sukoharjo kabupaten Sukoharjo mencakupi model Otoriter, Permisif, dan Demokrasi, terdapat cara pandang penanaman kedisiplinan pada anak antara ibu dan bapak. Mufidah (2011) yang meneliti tentang pembentukan karakter disiplin anak usia 5 – 6 tahun melalui pembelajaran sentra balok di TK. Dalam


(15)

7

penelitian tersebut memiliki topik bagaimana karakter disiplin anak yang dihasilkan melalui pembelajaran sentra balok. Namun yang membedakan pada penelitian kali ini terletak pada medianya.

Begitu pula dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Safitri dan Elisabeth (2007) yang meneliti tentang penggunaan teknik diskusi dalam bimbingan kelompok untuk membantu meningkatkan disiplin siswa di sekolah. Dalam penelitian tersebut mengangkat topik tentang mengukur kedisiplinan anak di sekolah.

Penelitian yang di lakukan oleh Efirlin (2009) tentang Penanaman Prilaku Disiplin anak usia 5-6 tahun di TK PRIMANDA Untan Pontianak membahas tentang cara guru menanamkan prilaku disiplin dan mengatasi pelanggaran pada anak usia 5-6 tahun, dapat di peroleh hasil berdasarkan Observasi Penanaman Prilaku Disiplin anak usia 5-6 tahun di TK PRIMANDA tergolong sedang yaitu dengan persentase 69%

Letak perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni pada metode penelitiannya, penelitian yang di lakukan oleh Gunariyah, mufidah dan efirlin menggunakan metode penelitian kuantitatif, sedangkan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Letak perbedaan lain yaitu pada subyek penelitian, jika subyek penelitian yang di lakukan oleh gunariyah adalah orang tua, subyek penelitian mufidah adalah anak-anak TK, subyek penelitian efirlin adalah guru, di sini subyek peneliti adalah kepala sekolah dan wali kelas kelompok A.


(16)


(17)

6 BAB II

KAJIAN TEORI 1. Definisi Anak

Mansur (2007) menyatakan bahwa anak sebagai tanaman yang tumbuh, sehingga peran pendidik dan orang tua adalah sebagai tukang kebun dan sekolah merupakan rumah kaca di mana anak tumbuh dan matang sesuai dengan pola pertumbuhannya yang matang. Sedangkan menurun John Locke dalam Diah Ayuningsih menyatakan bahwa anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka dari lingkungan.

Berbeda dengan pendapat Agustinus dalam Dyah ayuningsih

menyatakan bahwa anak tidak sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan keterlibatan yang di sebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang di terimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa. Sementara itu Haditono dalam Dyah ayuningsih juga berpendapat bahwa anak merupakan makhluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya.

Dari uraian berapa tokoh di atas peneliti menyimpulkan bahwa anak makhluk mungil suci titipan dari Allah SWT, yang membutuhkan kasih sayang dan pemeliharaan serta di bekali oleh Allah SWT dengan berbagai kemampuan sebagai bekal hidupnya. Kasih sayang dan pemeliharaan di berikan agar anak merasa nyaman dan terlindungi, tetapi sesuai dengan tahap, kebutuhan serta situasi yang terjadi. Sedangkan kemampuan yang dimiliki anak perlu di asah dan distimulus dengan belajar hal-hal yang konkrit atau simbol-simbol yang ada di lingkungan sekitarnya. Baik itu berupa prilaku ataupun pengetahuan lain supaya anak itu lebih mudah memahami dan mencerna tentang apa yang sedang dipelajarinya. Sehingga dengan tujuan


(18)

akhir anak akan menjadi orang yang berakhlak mulia, memiliki keterampilan serta berwawasan luas sebagai bekal kehidupannya kelak.

2. Definisi Disiplin

Disiplin merupakan sesuatu sistem pengendalian yang diterapkan oleh pendidik terhadap anak didik agar mereka dapat berfungsi di masyarakat, dan disiplin merupakan proses yang diperlukan agar seseorang dapat menyesuaikan dirinya. Disiplin juga bisa diartikan sebagai suatu proses belajar mengajar yang mengarahkan kepada ketertiban dan pengendalian diri. (Indra Sufandi, 2009)

Disiplin di sini dimaksudkan sebagai cara mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Dalam disiplin, ada 3 unsur yang penting, yaitu: hukum atau peraturan yang berfungsi sebagai pedoman penilaian, sanksi atau hukuman bagi pelanggaran peraturan itu, dan hadiah atau perilaku usaha yang baik.

Untuk anak yang masih dalam usia prasekolah, yang harus ditekankan adalah aspek pendidikan dan pengertian dalam disiplin. Seorang anak yang masih usia prasekolah ini, diberi hukuman hanya kalau memang terbukti bahwa ia sebenarnya mengerti apa yang diharapkan dan terlebih bila ia memang sengaja melanggarnya. Sebaliknya bila saat ia berperilaku sosial yang baik, ia diberikan hadiah, biasanya ini akan meningkatkan keinginan untuk banyak belajar berperilaku yang baik.

Karena anak prasekolah tidak mampu berpikir secara abstrak, mereka

mendefinisikan “perilaku baik” dalam bentuk tindakan tertentu, seperti misalnya “mematuhi ibu” atau “ membantu orang lain” dan “perilaku buruk” dalam arti tidak melakukan hal-hal tersebut. Pada waktu anak mencapai usia 8 atau 9 tahun, konsep-konsep mereka bersifat lebih umum.

Orang tua dan guru selalu memikirkan cara tepat menerapkan disiplin bagi anak sejak mereka balita hingga masa kanak-kanak dan sampai usia


(19)

8

remaja. Tujuan disiplin adalah mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka sangat bergantung kepada disiplin diri. Diharapkan, kelak disiplin diri mereka akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil dan penuh kasih sayang.

Kapan dan bagaimana cara menerapkan disiplin sangat bervariasi tergantung pada tahap perkembangan dan temperamen masing-masing anak. Meski norma-norma yang berlaku dalam keluarga anda menentukan arah perkembangan anak, susunan genetik saat anak lahir sangat menentukan temperamen, besarnya energi serta kemampuan anak. Tentu saja lingkungan sekolah, teman dan saudara juga memberi pengaruh bagi disiplin anak dengan semakin bertambahnya usia mereka. Meskipun demikian, ada penerapan disiplin yang berlaku umum, yang berlaku bagi semua usia dan kepribadian. (Dr. Sylvia Rimm, 2003)

Sebagai manusia kita tidak hidup sendiri, tetapi selalu berada di dalam kelompok masyarakat. Disiplin lahir bukan karena paksaan dari luar melainkan dalam diri. Dalam suatu proses pendidikan, anak diharapkan mampu memahami disiplin agar mereka dapat bekerja sama dengan orang lain. Dapat bekerja sama menunjukkan bahwa di antara mereka telah tercipta sikap saling menghargai. Karena itu, mungkin tanpa adanya perilaku saling menghargai, nilai-nilai yang telah disepakati tidak akan berjalan baik.

3. Makna Disiplin

Mendisiplinkan anak pada dasarnya mengajari anak untuk bertindak secara sukarela berdasarkan suatu rangsangan peraturan dan tata tertib yang membatasi, terlepas apakah tindakannya itu diterima atau tidak. Sewaktu anak masih kecil, ia membutuhkan contoh teladan dan model perilaku karena ia belum tahu mengenai baik buruknya perilaku tersebut. Dalam pembinaan disiplin anak, diperlukan 3 elemen berikut:


(20)

9

a. Pendidikan

Anak diajari mengenal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ini sangat perlu karena manusia tidak dilahirkan dengan berbekal pengetahuan. Orang tua dan guru bertanggung jawab memberikan pengetahuan mengenai apa yang diharapkan dan tidak diharapkan oleh suatu kelompok.

b. Penghargaan

Penghargaan ini berupa pujian, hadiah atau perlakuan khusus setelah anak melakukan sesuatu, paling tidak ia mencoba melakukan apa yang diharapkan orang tua dari seorang anak.

c. Hukuman

hukuman hanya boleh diberikan bila anak melakukan kesalahan dengan sengaja.

Betapapun usia anak, ketiga elemen di atas harus disertakan dalam latihan kedisiplinan.

4. Tipe-Tipe Disiplin

Tipe disiplin yang diterapkan asing-masing orang tua bisa terbagi ke dalam 3 bentuk, yaitu:

a. Disiplin Otoritatif

Diberlakukan berdasarkan aturan tanpa alasan, biasanya diterapkan orang tua zaman dahulu. Seorang anak harus menerapkan aturan tanpa bisa menolak alasannya. Tipe disiplin ini jarang memberikan penghargaan sebab dikhawatirkan akan memanjakan anak atau melemahkan motivasi, sedangkan hukuman akan ditekankan pada bentuk fisik, tanpa memeriksa terlebih dahulu apa kesalahan yang dilakukan.

b. Disiplin Permisif

Tipe ini kebalikan dari tipe otoritatif. Anak diizinkan melakukan apa saja yang disukai. Hanya sedikit aturan dan bimbingan yang diberikan


(21)

✁0

orang tua. Bila anak melakukan apa saja yang diharapkan orang tua, ia akan dianggap pantas menerima rasa puas sebagai imbalan atas apa yang telah dilakukannya.

c. Disiplin Demokratis

Disiplin ini menekankan penjelasan dan arti yang mendasari peraturan. Penghargaan, terutama pujian, diberikan secara murah hati bila anak melakukan hal yang benar atau berusaha melakukan apa yang diharapkan.

Hukuman diterapkan bila anak sengaja melakukan kesalahan, dan sebelumnya anak diberi kesempatan untuk menjelaskan mengapa ia sampai berbuat kesalahan. Tipe disiplin ini jarang memberikan hukuman fisik. (Indra Soefandi, 2009)

5. Tujuan Kedisiplinan Siswa

Menurut Piet A (1994) kedisiplinan siswa dalam belajar sengatlah penting oleh karena itu adanya sikap disiplin yang tertanam pada diri siswa mempunyai tujuan agar dapat menjaga hal-hal yang menghambat dan mengganggu ketentraman proses belajar mengajar, juga membuat anak didik terlatih dan mempunyai kebiasaan mengontrol setiap tindakanya.

Adapun tujaun kedisiplinan siswa “leadership in elementory school administration” yang di kutip oleh piet suhertian menyatakan “he could accept the phylosophy that disipline any action have how purpose.”

Tujuan tersebut adalah : (1) menolong anak menjadi matang pribadinya dan berubah dari sifat ketergantungan ke arah tidak ketergantungan. (2) mencegah timbulnya persoalan-persoalan disiplin dan menciptakan situasi dan kondisi dalam belajar mengajar agar mengikuti segala peraturan yang ada dengan penuh perhatian.

Adapun menurut Charles (1980) tujuan kedisiplinan jangka panjang yaitu supaya anak terlatih dan terkontrol dengan ajaran yang pantas, serta ntuk mengembangkan dan pengendalian diri anak tanpa pengaruh pengendalian dari luar. Disiplin memang seharusnya perlu diterapkan di sekolah untuk kebutuhan belajar siswa, hal ini perlu ditanamkan untuk


(22)

✂✂

mencegah perbuatan yang membuat siswa tidak mengalami kegagalan melainkan keberhasilan.

Disiplin yang selalu terbayang adalah usaha untuk menyekat, mengontrol dan menahan, sebenarnya tidak hanya demikian, di sisi lain juga melatih, mendidik, mengatur hidup berhasil dan lebih baik dalam keteraturan segala kegiatan atau aktivitas akan dapat terselesaikan dengan mudah, rapi, dan dalam koridor tanggung jawab secara utuh.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan disiplin adalah membentuk prilaku seseorang ke dalam pola yang disetujui oleh lingkungannya.

6. Macam- macam Kedisiplinan Siswa

Menurut Amir (1973) seseorang siswa dikatakan disiplin apabila seorang siswa mengetahui macam-macam kedisiplinan yang ada terutama dalam dunia pendidikan. Adapun macam-macamnya adalah:

a. Disiplin terhadap waktu

Waktu adalah sesuatuu yang sangat berharga dalam hidup setiap insan. Dalam konteks kedisiplinan siswa, ada beberapa hal yang menjadi indikatornya bahwa siswa di katakan disiplin waktu di antaranya : (1) keaktifan siswa masuk kelas. (2) ketepatan waktu masuk kelas. (3) ketepatan mengumpulkan tugas yang di berikan oleh guru.

b. Disiplin terhadap tata tertib

Tata tertib itu sendiri merupakan suatu peratuaran yang harus di tepati baik itu pada kalangan suatu organisasi di dalam masyarakat, maupun di ruang lingkup sekolah seperti halnya meliputi sebagai berikut : (1) memakai seragam sekolah dengan atribut yang lengkap sesuai dengan ketentuan dari sekolah. (2) memakai pakaian yang bersih dengan lengkap. (3) menjunjung tinggi norma dan kesopanan dengan guru, karyawan dan semua siswa. (4) tidak meninggalkan sekolah tanpa izin pada jam pelajaran.


(23)

✄ ☎

Perihal mengenai kedisiplinan terhadap prosedur kerja administrasi ini meliputi : (1) ketepatan siswa dalam mengerjakan tugas. (2) ketepatan dalam memenuh kewajiban administrasi

7. Proses Pembentukan Disiplin pada Anak

Disiplin memerlukan suatu proses belajar dan perlu adanya upaya dari guru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

a. Melatih anak untuk berdisiplin

b. Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika c. Adanya kontrol guru dalam mengembangkan disiplin anak.

8. Bentuk-bentuk Kedisiplinan di Sekolah

Kedisiplinan di sekolah merupakan aspek utama dan esensial kepada pendidikan dalam keluarga yang di emban oleh orang tua, karena mereka bertanggung jawab sevara kodrati dalam meletakakan dasar-dasarnya pada anak, berarti, nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupannya.

Kedisiplinan siswa jelas mempengaruhi perilaku lainnya di lingkungan manapun baik di lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, kedisiplinan anak (siswa) mencakup: (1) kedisiplinan di rumah dan lingkungan masyarakat, seperti ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, melakukan kegiatan secara teratur, melakukan tugas-tugas pekerjaan rumah tangga (membantu orang tua), menyiapkan dan membenahi keperluan belajaranya, mematuhi tata tertib di rumah, dan mempunyai keperdulian terhadap lingkungan. (2) kedisiplinan di lingkungan sekolah dimana anak sedang melakukan kegiatan belajarnya. Di lingkungan sekolah kedisiplinan ini diwujudkan dalam pelaksanaan tata tertib sekolah.

Menurut soemarmo (1998), bahwa sekolah adalah sumber disiplin dan tempat berdisiplin untuk mencapai dan tempat berdisiplin untuk mencapai ilmu pengetahuan yang dicita-citakan. Di dalam tata tertib tersebut


(24)

✆ ✝

diatur mengenai hak dan kewajiban siswa, larangan, dan sanksi-sanksi. Dalam tat tertib sekolah di sebutkan bahwa siswa mempunyai kewajiban: (1) harus bersikap sopan dan santun, menghormati ibu dan bapak guru, pegawai dan petugas sekolah baik di sekolah maupun di luar sekolah.

9. Beberapa Kebutuhan Masa Kanak-Kanak yang Dapat Diisi Oleh Disiplin

a. Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

b. Dengan membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah –perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk –disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial.

c. Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai terima kasih sayang dan penerimaan. Hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan.

d. Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya.

e. Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani “sesuai dari dalam” pembimbing dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku. (Elizabeth, 1978)


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan Metodologi dengan pendekatan kualitatif, dasar pertimbangan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif adalah peneliti ingin mengetahui secara mendalam mengenai penanaman disiplin diri pada anak usia dini di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo, karena pada hakekatnya penelitian dengan mengggunakan pendekatan kualitatif lebih menekakan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah (Azwar, 2001:5) di samping itu, pendekatan kualitatif digunakan dengan alasan bahwa temuan-temuan dalam penelitian kualitatif tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contoh penelitian kualitatif dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, perilaku seseorang, tentang peran organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik (Strauss & Corbin 2003:4).

Sedangkan jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Pertimbangan peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dalam penelitian ini dikarenakan peneliti ingin menggambarkan mengenai obyek penelitian yang dijadikan bahan pembahasan dalam penelitian ini, khususnya mengenai penanaman disiplin diri pada anak usia dini di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen peneliti utama. Alasannya adalah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Segala sesuatunya masih perlu di kembangkan sepanjang penelitian berlangsung. Oleh karena itu, dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak menentu


(26)

1✟

tersebut, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri yang berfungsi sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Dalam konteks penelitian ini, peneliti menjadi instrumen utama sekaligus sebagai pengumpul data. Peneliti menjadi pengamat non partisipatif yang mengumpulkan data dengan cara melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di PG/TK Islam Al Fattah Graha Kuncara Eksekutif AB 01 Buduran Sidoarjo tahun ajaran 2015/2016 Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelompok A PG/TK Islam Al Fattah. Dengan populasi sebanyak 22 siswa dengan jumlah perempuan 14 siswi dan laki laki 7 siswa.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif dapat di mengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar, di mana fenomena tersebut berlangsung dan di samping itu untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud digunakannya wawancara antara lain adalah (a) mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain, (b) mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan demikian yang dialami masa lalu.

Dalam penelitian ini teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa


(27)

16

pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat terkumpul secara maksimal sedangkan subjek peneliti dengan teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel bertujuan, sehingga memenuhi kepentingan peneliti.

Sedangkan jumlah informan yang diambil terdiri dari: a. Kepala Sekolah PG/TK Islam Al Fattah

b. Wali Kelas kelompok A.

Teknik Observasi, dalam penelitian kualitatif observasi diklarifikasikan menurut tiga cara. Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai partisipan atau non partisipan. Kedua, observasi dapat dilakukan secara terus terang atau penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut latar penelitian dan dalam penelitian ini digunakan teknik observasi yang pertama di mana pengamat bertindak sebagai partisipan.

Teknik Dokumentasi, digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman.

“Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenuhi accounting. Sedangkan “Dokumen” digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti: surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto dan sebagainya.

5. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data

Setelah semua data terkumpul, maka langka berikutnya adalah pengelolahan dan analisa data. Yang dimaksud dengan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari


(28)

1✠

hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh dirinya sendiri atau orang lain.

Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, maka dalam analisis data selama di lapangan peneliti menggunakan model spradley, yaitu teknik analisa data yang disesuaikan dengan tahapan dalam penelitian, yaitu:

a. Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour question, yakni pertama dengan memilih situasi sosial (place, actor, activity),

b. Kemudian setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan

seseorang informan “key informant” yang merupakan informan yang berwibawa dan dipercaya mampu “membukakan pintu” kepada peneliti untuk memasuki obyek penelitian. Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan tersebut, dan mencatat hasil wawancara. Setelah itu perhatian peneliti pada obyek penelitian dan memulai mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil wawancara. Berdasarkan hasil dari analisis wawancara selanjutnya peneliti melakukan analisis domain.

c. Pada tahap menentukan fokus (dilakukan dengan observasi terfokus) analisa data dilakukan dengan analisis taksonomi.

d. Pada tahap selection (dilakukan dengan observasi terseleksi) selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan kontras, yang dilakukan dengan analisis komponensial.

e. Hasil dari analisis komponensial, melalui analisis tema peneliti menemukan tema-tema budaya. Berdasarkan temuan tersebut, selanjutnya peneliti menuliskan laporan penelitian kualitatif.


(29)

18

6. Keabsahan Data

Teknik pengecekan keabsahan temuan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu antara lain:

a. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang di cari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci (Meleong,2002:177).

Dalam hal ini, sebelum merumuskan masalah penelitian, peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu dalam upaya menggali data atau informasi pada obyek penelitian, yang pada akhirnya peneliti menemukan permasalahan yang menarik untuk dikaji, yaitu permasalahan yang berkaitan dengan penanaman disiplin diri pada anak usia dini di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo.

b. Triangulasi

Triangulasi adalah pencocokan (Cross check ) antara hasil wawancara atau observasi dengan bukti dokumen, atau pendapat yang lain (Sabarguna, 2005:65). Dengan kata lain, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin, dalam Lexy J Moleong, membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori (Moleong, 2002:178).

Dalam hal ini, upaya yang dilakukan dalam pengecekan data yaitu dengan menggunakan sumber data primer yang serupa hasil wawancara maupun sumber data sekunder yang berupa dokumen yang peneliti peroleh


(30)

1✡

dari lokasi penelitian. Sedangkan metode atau cara yang digunakan dalam pengecekan keabsahan temuan yaitu dengan menggunakan metode analisis domain (domain analisys). Artinya setelah data berhasil dikumpulkan, maka kemudian disajikan secara utuh tanpa melakukan upaya penyimpangan dalam penyajiannya.


(31)

☛ ☞ BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Partisipan

TK Islam Al Fattah adalah Taman Kanak-kanak yang terletak di perumahan Graha Kuncara Eksekutif blok AB-1 Kelurahan Kemiri, Kecamatan Sidoarjo. Jumlah pendidik di TK Islam Al-Fattah adalah 6 orang. Subyek penelitian ini adalah Wali Kelas Kelompok A dan Kepala Sekolah TK Islam Al Fattah tahun ajaran 2015/2016. Untuk pengambilan data, peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan wali kelas Kelompok A. Alasan peneliti memilih kepala sekolah dan wali kelas kelompok A sebagai subyek penelitian yaitu dikarenakan peneliti ingin mendapatkan data yang valid, sehingga informan harus merupakan orang yang dapat menjelaskan dan menerangkan tentang masalah yang akan di teliti. Pengambilan data pada informan dilakukan melalui wawancara dan observasi. Adapun data dari subyek penelitian adalah sebagai berikut:

a. Kepala Sekolah TK Islam Al Fattah

Nama : Fifin Avivah, S.Pd.i

Usia : 34 Tahun

Jabatan : Kepala Sekolah

Masa jabatan : 5 tahun


(32)

✌ ✍

b. Wali Kelas Kelompok A TK Islam Al Fattah

Nama : Ariesta Cahya Ningtyas

Usia : 27 Tahun

Jabatan : Wali Kelas Kelompok A

Masa jabatan : 5 Tahun

Awal mengajar : Januari 2011

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Temuan Penelitian

Tabel 1. Jadwal Observasi dan Wawancara dengan subyek Kepala Sekolah

Tanggal Tempat Tujuan

2 Agustus 2016 Ruang front Office Observasi & wawancara

3 Agustus 2016 Ruang Guru Observasi & Wawancara

4 Agustus 2016 Ruang Guru Observasi

Tabel 2. Jadwal Jadwal Observasi dan Wawancara dengan wali kelas kelompok A

Tanggal Tempat Tujuan

2 Agustus 2016 Ruang Guru Observasi & Wawancara

3 Agustus 2016 Ruang kelas Observasi & Wawancara


(33)

✎ ✏

Tabel 3. Jadwal Dokumentasi di kelas kelompok A

Tanggal Tempat Tujuan

3 Agustus 2016 Outdoor Dokumentasi

4 Agustus 2016 Ruang kelas Dokumentasi

2. Hasil Temuan Penelitian

a. Macam-macam kedisiplinan siswa 1) Disiplin Terhadap Waktu

Waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dalam hidup setiap insan. Dalam konteks kedisiplinan siswa, ada beberapa hal yang menjadi indikatornya bahwa siswa di katakan disiplin waktu di antaranya:

a. Ketepatan waktu masuk kelas

Keterlambatan siswa masuk kelas bisa menjadi

persoalan bila tidak di tangani serius. Untuk menyelesaikan masalah keterlambatan siswa, dapat dengan menggunakan cara memberi penjelasan dan pengarahan agar siswa tidak datang terlambat. Namun sebelumnya pendidik harus mengetahui penyebab dari keterlambatan siswa itu sendiri.

“biasanya sih mbak, kalau orang tuanya di tanya kenapa terlambat, kebanyakan jawabnya, bangun paginya sulit masih rewel, sulit di bujuk ketika di ajak mandi atau orang tuanya bilang sarapanya lama.” (CHW:1;2.5)


(34)

✑ ✒

Setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa, maka guru akan dengan mudah memberikan pengarahan dan bimbingan.

“saya selalu bilang kepada mereka datang terlambat itu merupakan akhlak yang kurang baik, terlambat itu malu sama teman-teman yang lain, apalagi kalau rewel, nanti kayak adek bayi, masih suka nangis, kan sudah TK A nak...” itu yang sering saya katakan buat motivasi anak -anak mbak.”(CHW:1;2;5)

Bukan hanya memberi pengarahan saja, namun guru harus selalu memberikan contoh yang baik, kepada anak didiknya agar kebiasaan baiknya dapat di contoh.

“semua guru di sini harus datang pukul 07.00, kita semua harus datang lebih awal dari pada anak-anak, biasanya anak-anak datangnya jam tujuh lebih karena masuknya jam 07.30. Setelah datang guru-guru berbaris di pintu gerbang untuk menyambut anak-anak, sambil mengucapkan “assalamu’alaikum... selamat pagi... wah pinter datang pagi... sudah sarapan nak?”. (CHW:1;2;4).

Guru harus bersungguh-sungguh dengan apa yang di katakan, serta konsisten dengan contoh yang diberikannya. Dari hasil observasi yang di amati peneliti, contoh yang di berikan oleh guru memberikan dampak yang baik untuk siswi di PG/TK Islam Al-fattah, jarang sekali terlihat siswa-siswi yang datang terlambat, rata-rata siswa- siswa-siswi datang sebelum pukul 07.30. kebanyakan mereka datang dengan di antar oleh orang tuanya, namun ketika di pintu gerbang mereka sudah siap di tinggal oleh orang tua. jika ada siswa yang


(35)

✓✓

masih rewel dan enggan masuk ke dalam sekolah dengan sigap guru-guru memberikan penjelasan dan memotivasi mereka, tak lama kemudian siswa itu mau melakukan apa yang di instruksikan oleh guru.

b. Keaktifan siswa masuk kelas

Keaktifan siswa masuk kelas sangat di pengaruhi oleh penggunaan metode pembelajaran yang menarik untuk siswa . siswa di katakan aktif jika siswa mau mengikuti segala aktivitas yang di instruksikan oleh guru mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Di kelompok A merupakan awal dari pembelajaran penanaman disiplin dari taman kanak-kanak, oleh karena itu guru harus memiliki strategi yang tepat agar siswa- siswi mau mengikuti semua yang di instruksikan guru dengan baik.

“saya harus putar otak agar anak-anak mau masuk di kelas saya mulai dari awal sampai akhir pembelajaran, saya berusaha membuat semuanya jadi menarik buat anak-anak, misalnya: ketika Mau masuk kelas saya mengajak anak main kereta-keretaan, agar anak-anak tertarik untuk masuk kelas.”(CHW:1;2;6)

Belajar dengan cara-cara bervariasi (berlainan) sambil memperhatikan strukturnya akan di mengerti lebih baik dan di ingat lebih lama,oleh karena itu untuk dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar tersebut, guru juga di tuntut untuk aktif dalam mengajarinya.


(36)

✔6

“misalnya saja ketika anak-anak saya kenalkan dengan nama-nama hari dan bulan, agar anak-anak mudah menghafal dengan cepat dan tertarik dengan materi yang saya berikan , saya menggunakan metode lagu, nama-nama hari dan bulan saya lagukan, saya bernyayi di depan anak-anak, saya mengulang ulang nyanyian saya, nanti lama-lama anak-anak bisa mengikuti saya.” (CHW:1;2;6)

Apabila guru-guru di sekolah selalu mempunyai cara-cara bervariasi untuk menyampaikan materi, maka dapat di pastikan siswa- siswi akan lebih tertarik untuk mengikutinya. Begitu pula siswi kelompok A di PG/TK Islam Al-fattah, Dari hasil observasi yang di lakukan oleh peneliti, siswa- siswi kelompok A di PG/TK Islam Al-fattah sangat antusias ketika mendapatkan materi baru dari gurunya, mereka senang apabila di ajak belajar sambil bermain dan bernyanyi. Saat bel berbunyi dan siswa- siswi di ajak untuk masuk ke kelas semua siswa- siswi mau mendengarkan apa yang di instruksikan oleh gurunya, hal ini bisa di lihat dari sepinya suasana baik di halaman depan maupun di play ground (tempat bermain anak-anak).

c. Ketepatan Mengumpulkan Tugas yang Di Berikan Oleh Guru

Dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidaklah lepas dari peran seorang guru yang merupakan pusat pembelajaran. Setiap media, metode dan model pembelajaran


(37)

✕ ✖

yang di gunakan guru dalam mengajar sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar siswa- siswi di sekolah, anak pada usia TK adalah saat anak mulai bereksplorasi dan bersosialisasi bersama teman-temannya. Maka kehadiran guru terkadang justru di rasa anak mengganggu aktivitasnya, apalagi saat guru menyuruh anak belajar dan mengerjakan tugas-tugas di sekolah.

“untuk memberikan anak-anak tugas, saya harus putar otak lagi mbak, pokoknya bagaimana caranya agar tugas saya lebih menarik dari mainan mereka, sehingga mereka bisa mengalihkan mainanya dan mengerjakan tugas yang saya berikan, misalkan saja untuk melatih motorik halusnya saya mengajak mereka menggambar, menggambar macam-macam bangun seperti lingkaran, segitiga dan persegi empat, dan sekaligus di beri warna”. Jadi di sini tiga pelajaran sekaligus yang saya berikan, yaitu melatih motorik halus, mengenalkan macam-macam bangun, dan mengenalkan warna (CHW:1;2;7)

.”

selain membuat materi pembelajaran yang menarik untuk menumbuhkan minat belajar mereka, guru juga harus bisa memotivasi mereka agar mau menyelesaikan tugas yang di berikan.

“saya biasanya memotivasi mereka dengan memberikan reward yaitu memberikan stempel bintang di tanganya bagi anak-anak yang sudah menyelesaikan tugasnya, meskipun tidak sempurna, tidak mirip seperti contoh saya.”(CHW:1;2;8)


(38)

✗8

Metode reward terbukti dapat meningkatkan motivasi murid-murid dalam menyelesaikan tugas, Dari hasil observasi yang di lakukan oleh peneliti di PG/TK Islam Al-fattah ketika metode reward di terapkan dalam belajar, siswa- siswi terlihat serius dan antusias terhadap tugas yang di berikan, siswa yang mulanya terlihat kurang serius dalam menyelesaikan tugas, ketika melihat teman yang lain mendapat stempel bintang di tangannya, maka siswa tersebut termotivasi menyelesaikan tugas agar mendapatkan bintang juga.

2) Disiplin terhadap tata tertib

a. Memakai seragam sekolah dengan atribut sesuai dengan ketentuan

Salah satu tujuan dari pemakaian seragam sekolah adalah untuk melatih kedisiplinan siswa. Pemakaian seragam sekolah dengan atribut yang lengkap dapat menunjukkan bahwa anak tersebut disiplin.

“di sekolah kami memiliki tiga seragam, dalam satu Minggu anak-anak ganti seragam tiga kali, hari senin dan selasa memakai seragam hijau kuning, kalau rabu kamis pakai seragam warna Pink, lah.. kalau jum’at pakai seragam olah raga.”(CHW:1;2;9)

Seragam sekolah bisa menjadi identitas dari suatu lembaga, dengan seragam sekolah maka dapat membedakan sekolah satu dengan sekolah yang lain, pada umumnya


(39)

✘9

seragam sekolah memiliki beberapa atribut sebagai

pelengkapnya, di antaranya : topi, bet yang terdapat pada seragam, sabuk, dan kaos kaki.

“seragam di sekolah ini tidak memiliki banyak atribut, karena kami sekolah berbasis islam, maka atributnya hanya peci untuk murid laki-laki, dan kerudung untuk murid perempuan. Dan model seragamnya seperti busana muslim. ”

Sebagian besar siswa menggunakan seragam sekolah dengan atribut yang lengkap karena siswa telah memahami fungsi dari pakaian yang telah dijelaskan oleh guru di kelas.

“gimana ya mbak... namanya anak-anak... kadang semaunya, apalagi soal seragam, masih sering kami mendapati anak-anak yang ke sekolah tidak mau pakai seragamnya, tapi itu tidak di lakukanya setiap hari, kalau saya bilang tergantung moodnya mereka, yang lucu itu... kadang ada anak ke sekolah pakai baju pesta, bajunya frozen baju nya Elsa yang biru itu lho mbak... tapi gimana lagi, kalau di larang, misalnya kita ganti itu nangis, jadi coba kita biarkan saat itu, sambil kita beri penjelasan mengenai fungsi seragam, seperti: nak.. kalau bajunya Elsa itu di pakai waktu acara ulang tahun, karena ini baju bagus, jadi di pakai di acara yang bagus juga, nah, kalau di sekolah juga harus pakai baju sekolah (seragam) biar sama sama temen-temen yang lain, coba liat, apa temen-temen yang lain ada yang pakai bajunya Elsa di sekolah?... biasanya setelah saya beri penjelasan besoknya dia mau pakai seragamnya lagi mbak...”(CHW:1;2;30)

Apabila ada siswa yang tidak menggunakan seragam dengan atribut yang lengkap maka ada punishmen yang harus


(40)

60

diterima. Hal ini bisa melatih siswa agar bisa berdisiplin dalam menaati peraturan .

“hukuman untuk anak-anak yang ringan-ringan saja, yang penting bisa membuat mereka jera... misalnya seragam sekolah di sini kan tidak begitu banyak atribut, atributnya yang harus di pakai hanya topi dan kerudung saja, jadi kalau ada anak perempuan yang tidak mau memakai kerudungnya hukumanya biasanya kita panggil dengan sebutan mas... misalnya mas dinda bunda minta tolong ambilkan ini ya... kalau saya sudah bilang begitu spontan temen-temen yang lain ketawa dan membuat si pelaku malu dan akhirnya lari mengambil kerudungnya untuk di pakai lagi. Tapi ini kan masih tahun ajaran baru, jadi anak-anak belum mendapat seragam, untuk sementara ini anak-anak masih pakai baju bebas Muslim. (CHW:1;2;31)

Dari hasil pengamatan yang dilakukan sebagian besar siswa menggunakan seragam sekolah dengan atribut yang lengkap karena siswa telah memahami fungsi dari pakaian yang telah dijelaskan oleh guru di kelas. Contohnya, apabila ada siswi yang melanggar kedisiplinan dengan tidak memakai

kerudung maka guru memberikan Punishmen dengan

memanggil siswi tersebut dengan panggilan “Mas..” bukanMbak..”

b. Menjunjung tinggi norma dan kesopanan dengan guru dan semua siswa

Dalam kehidupan sehari-hari, semua orang dianjurkan untuk tetap menjunjung tinggi nilai norma dan kesopanan yang


(41)

61

berlaku di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, sangatlah tepat apabila nilai norma dan kesopanan ditanamkan dari usia dini.

“banyak sekali mbak.. cara untuk ngajarkan norma dan kesopanan. Yang pertama, kalau kita mengucapkan salam, anak-anak kita ajarkan untuk menjawab salam, misalnya assalamu’alaikum... mereka nanti harus menjawab wa’alaikum salam bunda... . Terus kalau ada anak minta tolong untuk membukakan makanan, kita ajarkan anak-anak untuk selalu mengawalinya dengan kalimat “bunda... minta tolong bukakan... “ kalau nggak ada kalimat tersebut maka guru-guru sepakat untuk tidak menghiraukannya.”(CHW:1;2;32)

Dari hasil Observasi yang di lakukan oleh peneliti Sebagian besar siswa telah memiliki akhlak yang baik seperti apa yang telah diajarkan oleh gurunya. Hal ini terlihat dari sikap maupun tutur kata seperti, siswa mudah mengucapkan kalimat minta tolong, terima kasih, dan maaf setelah melakukan sesuatu karena hal ini sudah dibiasakan oleh

gurunya. Contoh, ketika siswa meminta tolong untuk

membukakan bungkus makanan siswa diajarkan untuk

mengucapkan kalimat yang baik seperti,”Bunda, minta tolong bukakan!” Jika tidak ada kalimat “tolong” guru tidak mau membantu membukakan makanan.


(42)

62

3) Disiplin terhadap prosedur kerja administrasi sekolah a. Ketepatan siswa dalam mengerjakan tugas

Dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidaklah lepas dari peran seorang guru yang merupakan pusat pembelajaran. Setiap media, metode dan model pembelajaran yang di gunakan guru dalam mengajar sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar siswa- siswi di sekolah, anak pada usia TK adalah saat anak mulai bereksplorasi dan bersosialisasi bersama teman-temannya. Maka kehadiran guru terkadang justru di rasa anak mengganggu aktivitasnya, apalagi saat guru menyuruh anak belajar dan mengerjakan tugas-tugas di sekolah.

“untuk memberikan anak-anak tugas, saya harus putar otak lagi mbak, pokoknya bagaimana caranya agar tugas saya lebih menarik dari mainan mereka, sehingga mereka bisa mengalihkan mainanya dan mengerjakan tugas yang saya berikan, misalkan saja untuk melatih motorik halusnya saya mengajak mereka menggambar, menggambar macam-macam bangun seperti lingkaran, segitiga dan persegi empat, dan sekaligus di beri warna”. Jadi di sini tiga pelajaran sekaligus yang saya berikan, yaitu melatih motorik halus, mengenalkan macam-macam bangun, dan mengenalkan warna.” Selain membuat materi pembelajaran yang menarik untuk menumbuhkan minat belajar mereka, guru juga harus bisa memotivasi mereka agar mau menyelesaikan tugas yang di berikan.


(43)

63

“saya biasanya memotivasi mereka dengan memberikan reward yaitu memberikan stempel bintang di tanganya bagi anak-anak yang sudah menyelesaikan tugasnya, meskipun tidak sempurna, tidak mirip seperti contoh saya.”

Metode reward terbukti dapat meningkatkan motivasi murid-murid dalam menyelesaikan tugas, Dari hasil observasi yang di lakukan oleh peneliti di PG/TK Islam Al-fattah ketika metode reward di terapkan dalam belajar, siswa- siswi terlihat serius dan antusias terhadap tugas yang di berikan, siswa yang mulanya terlihat kurang serius dalam menyelesaikan tugas, ketika melihat teman yang lain mendapat stempel bintang di tangannya, maka siswa tersebut termotivasi menyelesaikan tugas agar mendapatkan bintang juga.

3. Pembahasan

a. Penanaman Disiplin Diri pada Anak Usia Dini di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo

Dari hasil wawancara apa yang diketahui tentang disiplin diri pada anak usia dini, wali kelas kelompok A TK Al-Fattah memaparkan bahwa Disiplin pada anak itu adalah anak bisa dikatakan disiplin jika bisa menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik serta norma-norma yang berlaku sesuai dengan apa yang di ajarkan oleh pendidik di sekolah maupun di rumah. Sedangkan menurut kepala sekolah yaitu perilaku / kebiasaan baik anak-anak yang dilakukannya sendiri tanpa ada yang mengingatkan atau memaksanya lagi, walaupun kebiasaan baik sekecil apa pun itu.


(44)

64

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan wali kelas dapat ditarik pengertian bahwa gambaran penelitian disiplin diri pada anak adalah anak di katakan disiplin jika anak bertindak secara sukarela berdasarkan suatu rangsangan peraturan dan tata tertib yang membatasi, terlepas apakah tindakannya itu di terimanya atau tidak. Hal ini sesuai dengan pendapat PIET A (1994) kedisiplinan siswa dalam belajar sangatlah penting oleh karena itu adanya sikap disiplin yang tertanam pada diri siswa mempunyai tujuan agar dapat menjaga hal-hal yang menghambat dan mengganggu ketenteraman proses belajar mengajar, juga membuat anak didik terlatih dan mempunyai kebiasaan mengontrol setiap tindakannya. Karena kelak ketika dewasa nanti anak-anak akan berada dalam kelompok masyarakat yang menuntutnya untuk berprilaku sesuai dengan norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan yang baik, karena sebenarnya disiplin lahir bukan paksaan dari luar melainkan dari dalam diri.

Proses penanaman disiplin di PG/TK Islam Al-Fattah

menggunakan tipe disiplin Demokratis, hal ini seperti yang dituturkan oleh kepala sekolah dan wali kelas kelompok A .


(45)

65

Berikut kutipan hasil wawancara kepala sekolah:

“Upaya penanaman disiplin yang dilakukan oleh guru jika di luar kelas yaitu guru sama-sama menanamkan perilaku disiplin yang baik, guru selalu memberikan penjelasan dan motivasi kepada anak-anak dan langsung memberikan anak-anak contoh langsung, seperti : guru selalu memotivasi anak-anaknya untuk semangat datang ke sekolah pada pagi hari, dan hal ini diberi contoh langsung oleh guru, setiap pagi semua guru berjajar di gerbang untuk menyambut kedatangan siswa. “

Kutipan hasil wawancara wali kelas kelompok A:

“Disiplin yang saya terapkan di kelas sesuai dengan indikator yang ada di laporan hasil belajar anak. anak kelompok A anak di ajarkan untuk bisa tanggung jawab dan mandiri.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan subyek penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa penanaman disiplin di sekolah PG/TK Islam Al-Fattah menggunakan tipe disiplin Demokratis, disiplin ini menekankan penjelasan dan arti yang mendasari peraturan. Penghargaan, terutama pujian, diberikan secara murah hati bila anak melakukan hal yang benar atau berusaha melakukan apa yang diharapkan. Kondisi tersebut sesuai dengan pendapat (Indra Soefandi) bahwa hukuman di terapkan bila anak sengaja melakukan kesalahan, dan sebelumnya anak diberi kesempatan untuk menjelaskan mengapa ia sampai berbuat kesalahan. Tipe disiplin ini jarang memberi hukuman fisik.


(46)

66

Proses penanaman disiplin di PG/TK Islam Al-Fattah ditinjau dari macam-macam kedisiplinan siswa :

1) Disiplin terhadap waktu

a) Keaktifan siswa masuk kelas

Cara guru menanamkan kepada siswa agar siswa aktif saat masuk kelas yaitu dengan cara guru menjadikan kegiatan pembelajaran semenarik mungkin agar siswa aktif masuk kelas mulai dari awal pembelajaran hingga akhir. Contoh, melatih motorik halus dengan membuat kegiatan meronce yaitu membuat kalung dari manik-manik.

b) Ketepatan waktu masuk kelas

Sekolah menetapkan waktu masuk kelas kepada siswa yaitu pada pukul 07.30 WIB dan guru memberi contoh dengan datang lebih awal dan menyambut siswa di pintu gerbang sekolah serta memberikan ucapan motivasi.

c) Ketepatan mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru

Guru memberikan reward kepada siswa yang

mengumpulkan atau menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Seperti memberikan bintang.

2) Disiplin terhadap tata tertib

a) Memakai seragam sekolah dengan atribut yang lengkap sesuai dengan ketentuan dari sekolah.


(47)

67

Guru selalu memberi pengertian kepada siswa mengenai fungsi pakaian, seperti seragam sekolah hanya dipakai di sekolah dan baju bebas tidak boleh digunakan di sekolah. b) Menjunjung tinggi norma dan kesopanan dengan guru dan

semua siswa.

Guru memberikan pengertian kepada siswa tentang pentingnya norma dan kesopanan dan guru langsung memberikan contoh agar dapat diadaptasi oleh para siswa. 3) Disiplin terhadap prosedur kerja administrasi sekolah.

Ketepatan siswa dalam mengerjakan tugas

Guru memberikan reward kepada siswa yang

mengumpulkan atau menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Seperti memberikan bintang.

b. Disiplin Diri Anak Usia Dini yang Dihasilkan Melalui Penanaman Disiplin Diri di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo.

Berdasarkan data hasil observasi dan informasi wawancara diperoleh hasil dari model penanaman disiplin diri Anak Usia Dini di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo.

Berikut adalah hasil observasi yang diamati peneliti kepada siswa siswi PG/TK Islam Al-fattah setelah mendapat penanaman disiplin diri dari guru di sekolah :


(48)

68

1) Disiplin terhadap waktu

a) Keaktifan siswa masuk kelas

Setelah mendapat penanaman disiplin diri oleh guru di sekolah sebagian besar siswa mau mengikuti apa yang diinstruksikan oleh gurunya karena mereka merasa tertarik dengan materi yang akan diberikan, yaitu anak-anak diajak berbaris membuat gerbong kereta untuk masuk kelas dengan bernyanyi bersama.

b) Ketepatan waktu masuk kelas

Setelah mendapat penanaman disiplin diri oleh guru di sekolah sebagian besar siswa datang ke sekolah sebelum bel berbunyi. Hal ini dikarenakan guru memberikan motivasi kepada siswa dan langsung memberi contoh dengan berangkat lebih awal dan menyambut mereka di pintu gerbang dengan salam, senyum, dan sapa.

c) Ketepatan mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru

Setelah mendapat penanaman disiplin diri oleh guru di sekolah sebagian besar siswa mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru karena siswa merasa tertarik dengan apa yang dikerjakannya serta siswa akan mendapatkan reward apabila berhasil menyelesaikan tugas


(49)

69

2) Disiplin terhadap tata tertib

a) Memakai seragam sekolah dengan atribut yang lengkap sesuai dengan ketentuan dari sekolah

Setelah mendapat penanaman disiplin diri oleh guru di sekolah sebagian besar siswa menggunakan seragam sekolah dengan atribut yang lengkap karena siswa telah memahami fungsi dari pakaian yang telah dijelaskan oleh guru di kelas. Contohnya, apabila ada siswi yang melanggar kedisiplinan dengan tidak memakai kerudung maka guru memberikan Punishmen dengan memanggil siswi tersebut dengan panggilan “Mas..” bukanMbak..”

b) Menjunjung tinggi norma dan kesopanan dengan guru dan semua siswa

Setelah mendapat penanaman disiplin diri oleh guru di sekolah sebagian besar siswa telah memiliki akhlak yang baik seperti apa yang telah diajarkan oleh gurunya. Hal ini terlihat dari sikap maupun tutur kata seperti, siswa mudah mengucapkan kalimat minta tolong, terima kasih, dan maaf setelah melakukan sesuatu karena hal ini sudah dibiasakan oleh gurunya. Contoh, ketika siswa meminta tolong untuk membukakan bungkus makanan siswa diajarkan untuk mengucapkan kalimat yang baik


(50)

✙0

seperti,”Bunda, minta tolong bukakan !” Jika tidak ada kalimat

“tolong” guru tidak mau membantu membukakan makanan.

3) Disiplin terhadap prosedur kerja administrasi sekolah

Ketepatan siswa dalam mengerjakan tugas

Setelah mendapat penanaman disiplin diri oleh guru di sekolah sebagian besar siswa mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru karena siswa merasa tertarik dengan apa yang dikerjakannya serta siswa akan mendapatkan reward apabila berhasil menyelesaikan tugas. Hal ini sesuai dengan pendapat Amir (1973) seorang siswa dikatakan disiplin apabila seorang siswa mengetahui macam-macam kedisiplinan yang ada terutama dalam dunia pendidikan.


(51)

✚1 BAB V

PENUTUP 1. Kesimpulan

Hasil analisis data dan pembahasan menyimpulkan bahwa:

a. Penanaman disiplin diri pada anak usia dini di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo menggunakan tipe disiplin Demokratis, disiplin ini menekankan penjelasan dan arti yang mendasari peraturan. Penghargaan, terutama pujian, diberikan secara murah hati bila anak melakukan hal yang benar atau berusaha melakukan apa yang diharapkan. Tipe disiplin ini jarang memberikan hukuman fisik. Sementara untuk proses penanaman disiplin di PG/TK Islam Al-Fattah ditinjau dari macam-macam kedisiplinan antara lain: (a) Disiplin terhadap waktu, guru menjadikan kegiatan pembelajaran semenarik mungkin agar siswa aktif masuk kelas. Selain itu, sekolah menetapkan waktu masuk kelas kepada siswa yaitu pukul 07.30 WIB dan guru memberi contoh dengan datang lebih awal dan menyambut siswa di pintu gerbang sekolah serta memberikan ucapan motivasi agar siswa tepat waktu masuk kelas. Untuk ketepatan mengumpulkan tugas yang diberikan, guru memberikan reward kepada siswa yang mengumpulkan atau menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Seperti memberikan bintang. (b) Disiplin terhadap tata tertib, guru selalu memberi pengertian kepada siswa mengenai fungsi pakaian agar memakai seragam sekolah dengan atribut yang lengkap sesuai dengan ketentuan sekolah. selai itu, guru memberikan pengertian kepada siswa tentang pentingnya norma dan kesopanan dan guru langsung memberikan contoh agar dapat diadaptasi oleh para siswa. (c) Disiplin terhadap prosedur kerja administrasi sekolah, Guru memberikan reward kepada siswa yang mengumpulkan atau menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.


(52)

✛2

b. Disiplin diri anak usia dini yang dihasilkan melalui penanaman disiplin diri di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo dapat dilihat dari hasil observasi dan informasi wawancara. Dari hasil observasi yang diamati peneliti antara lain: (a) Disiplin terhadap waktu, sebagian besar siswa mau mengikuti apa yang diinstruksikan oleh gurunya karena mereka merasa tertarik dengan materi yang akan diberikan, yaitu anak-anak diajak berbaris membuat gerbong kereta untuk masuk kelas dengan bernyanyi bersama menjadikan siswa aktif pada saat masuk kelas. Selain itu, agar siswa datang tepat waktu untuk masuk ke kelas guru memberikan motivasi kepada siswa dan langsung memberi contoh dengan berangkat lebih awal dan menyambut mereka di pintu gerbang dengan salam, senyum, dan sapa. Dan apabila ada siswa yang mengumpulkan tugas tepat pada waktunya guru memberikan reward kepada anak tersebut. (b) Disiplin terhadap tata tertib, sebagian besar siswa menggunakan seragam sekolah dengan atribut yang lengkap karena siswa telah memahami fungsi dari pakaian yang telah dijelaskan oleh guru di kelas. Selain itu, sebagian besar siswa telah memiliki akhlak yang baik seperti apa yang telah diajarkan oleh gurunya. Hal ini terlihat dari sikap maupun tutur kata seperti, siswa mudah mengucapkan kalimat minta tolong, terima kasih, dan maaf setelah melakukan sesuatu karena hal ini sudah dibiasakan oleh gurunya. (c) Disiplin terhadap prosedur kerja administrasi sekolah, sebagian besar siswa mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru karena siswa merasa tertarik dengan apa yang dikerjakannya serta siswa akan mendapatkan rewardapabila berhasil menyelesaikan tugas.


(53)

✜3

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penanaman disiplin diri pada anak usia dini di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut.

a. Saran bagi guru agar terus mempertahankan penanaman disiplin diri pada anak usia dini atau untuk dapat lebih ditingkatkan lagi. Karena penanaman disiplin diri pada anak usia dini dapat mendidik anak untuk selalu mengikuti peraturan yang telah dibuat di lingkungannya. Sehingga dengan disiplin seorang anak dapat menyesuaikan diri dan berfungsi di masyarakat serta diharapkan agar mereka dapat bekerja sama dengan orang lain.

b. Bagi peneliti yang akan datang perlu mempersiapkan penelitian ini dengan sebaik mungkin, terutama kualitas penelitian sebagai instrumen utama pendidikan. Peneliti harus mengetahui dengan benar bagaimana cara untuk membangun penilaian yang baik. Keterampilan wawancara dalam mengumpulkan data harus dipersiapkan dengan baik.


(54)

✢ ✣

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A & Supriyono, W. (1991).Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Emzir, Prof., Dr., M.Pd. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuatitatif &

Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Efirlin, Martha. (2009). Penanaman Disiplin Anak Usia 5-6 Tahun di TK

PRIMANDA Untan Pontianak.SkripsiFKIP UNTAN

Gordon, Thomas. (1990).Mengajar Anak Berdisiplin Diri.Jakarta: Karya Citra. Gunariyah,Merina. (2012). Model Penanaman Kedisiplinan Anak Usia Dini pada

Keluarga Buruh Wanita di Desa Bakrejo.SkripsiUNNES

Gunarasa. Singgih, D. (1993).Psikologi untuk Membimbing. Jakarta:Rineka Cipta Safitri, Hidayatus dan Elisabeth. (2007). Penggunaan Teknik Diskusi Dalam

Bimbingan Kelompok untuk Membantu Peningkatan Disiplin di Sekolah.SkripsiUMSIDA

Hurlock, E. B. (1993).Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Kartono,Kartini.(1990).psikologi umum.surabaya :Bina ilmu Kartono,Kartini(2003).Kamus Psikologi.Bandung:Pionir Jaya

Lembaga Ketahanan Nasional. (1997). Disiplin Nasional. Jakarta: Balai Pustaka Lemhannas.

Moedjiarto.(2001).Sekolah Unggul,Duta Graha Pustaka.

Moedjiarto.H.(2000).Karakteristik Sekolah Unggul Tp,Duta Graha Pustaka. Mufidah, Masfurotul (2011).Pembentukan Karakter Disiplin Anak Usia 5-6 tahun

Melalui Pembelajaran Sentra Balok di TK.SkripsiUMSIDA

Porwodarmintu Wjs(1985).Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta :Balai Pustaka

Slameto.(1995).Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhi,Jakarta:Rineka Cipta

Santoso, Sastropoetra.(1997).Partisipasi,Komunikasi persuasi dan Disiplin Dalama Pembangunan Naisional.Bandung:Alumni


(55)

✤ ✥

Subari (1994).Supervisi Perbaikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi

Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara

Sukamto,Indra F (1989).Pengantar Psikologi Pendidikan,Malang:Tim Publikasi FIB IKIP

Soemarmo. (1998). Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah. Jakarta:Mini Jaya Abadi

Sutedja,Heryanto.(1989).Mengapa Anak Anda Malas Belaja?Jakarta:PT

Gramedia

Tu’u Tulus.(2004).Peran Disiplin Pada Prilaku dan Prestasi Siswa.Jakarta:Gramedia Widya Sarana Indonesia.

Tribani, A & CCW. (1994). Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.


(1)

✙0

seperti,”Bunda, minta tolong bukakan !” Jika tidak ada kalimat “tolong” guru tidak mau membantu membukakan makanan.

3) Disiplin terhadap prosedur kerja administrasi sekolah Ketepatan siswa dalam mengerjakan tugas

Setelah mendapat penanaman disiplin diri oleh guru di sekolah sebagian besar siswa mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru karena siswa merasa tertarik dengan apa yang dikerjakannya serta siswa akan mendapatkan reward apabila berhasil menyelesaikan tugas. Hal ini sesuai dengan pendapat Amir (1973) seorang siswa dikatakan disiplin apabila seorang siswa mengetahui macam-macam kedisiplinan yang ada terutama dalam dunia pendidikan.


(2)

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan

Hasil analisis data dan pembahasan menyimpulkan bahwa:

a. Penanaman disiplin diri pada anak usia dini di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo menggunakan tipe disiplin Demokratis, disiplin ini menekankan penjelasan dan arti yang mendasari peraturan. Penghargaan, terutama pujian, diberikan secara murah hati bila anak melakukan hal yang benar atau berusaha melakukan apa yang diharapkan. Tipe disiplin ini jarang memberikan hukuman fisik. Sementara untuk proses penanaman disiplin di PG/TK Islam Al-Fattah ditinjau dari macam-macam kedisiplinan antara lain: (a) Disiplin terhadap waktu, guru menjadikan kegiatan pembelajaran semenarik mungkin agar siswa aktif masuk kelas. Selain itu, sekolah menetapkan waktu masuk kelas kepada siswa yaitu pukul 07.30 WIB dan guru memberi contoh dengan datang lebih awal dan menyambut siswa di pintu gerbang sekolah serta memberikan ucapan motivasi agar siswa tepat waktu masuk kelas. Untuk ketepatan mengumpulkan tugas yang diberikan, guru memberikan reward kepada siswa yang mengumpulkan atau menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Seperti memberikan bintang. (b) Disiplin terhadap tata tertib, guru selalu memberi pengertian kepada siswa mengenai fungsi pakaian agar memakai seragam sekolah dengan atribut yang lengkap sesuai dengan ketentuan sekolah. selai itu, guru memberikan pengertian kepada siswa tentang pentingnya norma dan kesopanan dan guru langsung memberikan contoh agar dapat diadaptasi oleh para siswa. (c) Disiplin


(3)

✛2

b. Disiplin diri anak usia dini yang dihasilkan melalui penanaman disiplin diri di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo dapat dilihat dari hasil observasi dan informasi wawancara. Dari hasil observasi yang diamati peneliti antara lain: (a) Disiplin terhadap waktu, sebagian besar siswa mau mengikuti apa yang diinstruksikan oleh gurunya karena mereka merasa tertarik dengan materi yang akan diberikan, yaitu anak-anak diajak berbaris membuat gerbong kereta untuk masuk kelas dengan bernyanyi bersama menjadikan siswa aktif pada saat masuk kelas. Selain itu, agar siswa datang tepat waktu untuk masuk ke kelas guru memberikan motivasi kepada siswa dan langsung memberi contoh dengan berangkat lebih awal dan menyambut mereka di pintu gerbang dengan salam, senyum, dan sapa. Dan apabila ada siswa yang mengumpulkan tugas tepat pada waktunya guru memberikan reward kepada anak tersebut. (b) Disiplin terhadap tata tertib, sebagian besar siswa menggunakan seragam sekolah dengan atribut yang lengkap karena siswa telah memahami fungsi dari pakaian yang telah dijelaskan oleh guru di kelas. Selain itu, sebagian besar siswa telah memiliki akhlak yang baik seperti apa yang telah diajarkan oleh gurunya. Hal ini terlihat dari sikap maupun tutur kata seperti, siswa mudah mengucapkan kalimat minta tolong, terima kasih, dan maaf setelah melakukan sesuatu karena hal ini sudah dibiasakan oleh gurunya. (c) Disiplin terhadap prosedur kerja administrasi sekolah, sebagian besar siswa mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru karena siswa merasa tertarik dengan apa yang dikerjakannya serta siswa akan mendapatkan rewardapabila berhasil menyelesaikan tugas.


(4)

✜3

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penanaman disiplin diri pada anak usia dini di PG/TK Islam Al-Fattah Sidoarjo, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut.

a. Saran bagi guru agar terus mempertahankan penanaman disiplin diri pada anak usia dini atau untuk dapat lebih ditingkatkan lagi. Karena penanaman disiplin diri pada anak usia dini dapat mendidik anak untuk selalu mengikuti peraturan yang telah dibuat di lingkungannya. Sehingga dengan disiplin seorang anak dapat menyesuaikan diri dan berfungsi di masyarakat serta diharapkan agar mereka dapat bekerja sama dengan orang lain.

b. Bagi peneliti yang akan datang perlu mempersiapkan penelitian ini dengan sebaik mungkin, terutama kualitas penelitian sebagai instrumen utama pendidikan. Peneliti harus mengetahui dengan benar bagaimana cara untuk membangun penilaian yang baik. Keterampilan wawancara dalam mengumpulkan data harus dipersiapkan dengan baik.


(5)

✢ ✣

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A & Supriyono, W. (1991).Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Emzir, Prof., Dr., M.Pd. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuatitatif &

Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Efirlin, Martha. (2009). Penanaman Disiplin Anak Usia 5-6 Tahun di TK PRIMANDA Untan Pontianak.SkripsiFKIP UNTAN

Gordon, Thomas. (1990).Mengajar Anak Berdisiplin Diri.Jakarta: Karya Citra. Gunariyah,Merina. (2012). Model Penanaman Kedisiplinan Anak Usia Dini pada

Keluarga Buruh Wanita di Desa Bakrejo.SkripsiUNNES

Gunarasa. Singgih, D. (1993).Psikologi untuk Membimbing. Jakarta:Rineka Cipta Safitri, Hidayatus dan Elisabeth. (2007). Penggunaan Teknik Diskusi Dalam

Bimbingan Kelompok untuk Membantu Peningkatan Disiplin di Sekolah.SkripsiUMSIDA

Hurlock, E. B. (1993).Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Kartono,Kartini.(1990).psikologi umum.surabaya :Bina ilmu Kartono,Kartini(2003).Kamus Psikologi.Bandung:Pionir Jaya

Lembaga Ketahanan Nasional. (1997). Disiplin Nasional. Jakarta: Balai Pustaka Lemhannas.

Moedjiarto.(2001).Sekolah Unggul,Duta Graha Pustaka.

Moedjiarto.H.(2000).Karakteristik Sekolah Unggul Tp,Duta Graha Pustaka. Mufidah, Masfurotul (2011).Pembentukan Karakter Disiplin Anak Usia 5-6 tahun

Melalui Pembelajaran Sentra Balok di TK.SkripsiUMSIDA

Porwodarmintu Wjs(1985).Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta :Balai Pustaka

Slameto.(1995).Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhi,Jakarta:Rineka Cipta

Santoso, Sastropoetra.(1997).Partisipasi,Komunikasi persuasi dan Disiplin Dalama Pembangunan Naisional.Bandung:Alumni


(6)

✤ ✥

Subari (1994).Supervisi Perbaikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara

Sukamto,Indra F (1989).Pengantar Psikologi Pendidikan,Malang:Tim Publikasi FIB IKIP

Soemarmo. (1998). Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah. Jakarta:Mini Jaya Abadi

Sutedja,Heryanto.(1989).Mengapa Anak Anda Malas Belaja?Jakarta:PT Gramedia

Tu’u Tulus.(2004).Peran Disiplin Pada Prilaku dan Prestasi Siswa.Jakarta:Gramedia Widya Sarana Indonesia.

Tribani, A & CCW. (1994). Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.