Hubungan antara kemampuan keruangan dan hasil belajar matematika pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013 2014
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KERUANGAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS PAKEM YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh :
Dhiki Dwi Purnama NIM : 091414008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKADAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2014
(2)
i
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KERUANGAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS PAKEM YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh:
Dhiki Dwi Purnama NIM: 091414008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKADAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2014
(3)
(4)
(5)
iv
MOTTO
Taruh Harapanmu 5 cm yang menggantung di depan keningmu dan
Yang kau butuhkan sekarang adalah kaki yang akan berjalan lebih jauh dari dapatnya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari
biasanya,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, lapisan tekat yang lebih keras seribu kali dari baja,
hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, serta mulut yang akan selalu berdoa.
(film dengan judul “5 cm”)
“Impian kita akan terwujud jika memiliki keberanian untuk
mewujudkannya”
(Walt Disney)
“Jika anda tidak pernah mencoba, sudah pasti anda tidak akan berhasil”
(Norman Vincent Piale)
“Perhatikan apa yang orang katakan, jangan kau pandang siapa yang mengatakan”
(6)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk: Yesus & Bunda Maria
Ayahku Andreas Agus N.T.H dan M.M Siti
Mulyani
Masku Antonius Eko Hary Saputro dan
suadara-saudaraku
Dedekku Francisca Devi Romanasari
Sahabat-sahabatku “MADESU”
Teman-temanku semua yang selalu mendukung
Diriku sendiri
(7)
(8)
(9)
viii
ABSTRAK
Dhiki Dwi Purnama. 2014. Hubungan antara Kemampuan Keruangan dan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) seberapa besar kemampuan keruangan yang dimiliki oleh siswa (2) seberapa besar hasil belajar matematika pada topik bangun ruang sisi datar yang dimiliki oleh siswa (3) apakah ada hubungan yang positif antara kemampuan keruangan dan hasil belajar matematika siswa materi bangun ruang sisi datar.
Penelitian dilakukan di SMP Kanisius Pakem Yogyakarta pada bulan April-Mei 2014 semester genap Tahun Ajaran 2013/2014. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII “Kasih” yang berjumlah 27 siswa.Data yang diolah berupa skor tes kemampuan keruangan, skor tes hasil belajar siswa materi bangun ruang sisi datar dan wawancara. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, Uji Linearitas, Analisis Regresi Sederhana, dan Analisis Korelasi Pearson.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa (1) kemampuan keruangan yang dimiliki oleh siswa masih tergolong rendah karena rata-rata nilai yang dimiliki hanya sebesar 24,33 pada skala 0 sampai 100 (2) Untuk hasil hasil belajar matematika materi bangun ruang sisi datar yang diperoleh siswa termasuk dalam kategori kurang karena hanya memperoleh rata-rata sebesar 50,95 pada skala 0 sampai 100 (3) hubungan antara kemampuan keruangan dan hasil belajar matematika memiliki hubungan yang positif. Hal ini dapat dilihat dari persamaan regresi dimana ̂ Namun hubungan tersebut termasuk dalam kategori yang rendah, berdasarkan nilai korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0,182. Artinya kemampuan keruangan hanya memiliki pengaruh yang sangat rendah terhadap hasil belajar matematika pada materi bangun ruang sisi datar. Hal ini dapat dilihat pada nilai konstanta yang sebesar 42,894 di mana terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa antara lain kurang adanya motivasi belajar, minat siswa, kondisi fisik siswa, persiapan siswa saat akan mengerjakan soal tes, dan kemampuan siswa dalam menghafal rumus bukan dalam memahami rumus.
Kata Kunci: Kemampuan keruangan, bangun ruang sisi datar, hasil belajar matematika.
(10)
ix
ABSTRACT
Dhiki Dwi Purnama. 2014. Relationship between Spatial Ability and Mathematics Learning Achievement for the Students Class VIII Kanisius Junior High School, Pakem Yogyakarta on the Topic of Polyhedra (Space figures with Flat Faces) in the Academic Year 2013/2014. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This study aimed to (1) determine the spatial abilitiy possessed by students (2) find out the mathematics learning achievement on the topic of polyhedra possessed by students (3) determine whether there was a positive relationship between spatial ability and mathematics learning achievement for the students, on the topic of polyhedra.
The research was conducted in Kanisius Junior High School Pakem Yogyakarta in April-May 2014 in the Academic Year 2013/2014. The population in this study was the set eighth grade students of Kanisius Junior High School Pakem Yogyakarta, while sample in this study consisted of students of Class VIII "Kasih" which amounted to 27 students. The data were processed in the form of spatial ability test scores, student achievement test scores on the topic of polyhedra and views. The processing of the data in this study used the Kolmogorov-Smirnov test for normality, a part for that linearity test, simple regression analysis and Pearson correlation analysis were also cunduct.
Based on the research that has been done, it was concluded that (1) the spatial abilitiy possessed by students was still low because the average score was only 24.33 on a scale of 0 to 100 (2) For the results of mathematical learning outcomes on the topic of polyhedra the students were included in the category of poor achievement because they only gained an average score of 50.95 on a scale of 0 to 100 (3) the relationship between spatial ability and mathematics learning achievement was positive. It can be seen from the regression equation in which Y = 42.894 + 0,306X. How ever, this relationship was included in the low category, based on the correlation value obtained which was equal to 0.182. This means that spatial ability only had a very low impact on learning outcomes of mathematics on the topic of polyhedra. This can be seen in the constant value of 42.894, which mean that were many factors that influenced student learning outcomes including a lack of motivation to learn, student interest, the physical condition of students, current students motivation is work on the preparation of test items, and the ability of students to memorize formulas, not to understand the formulas.
(11)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan kepada saya dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih tatas berkat dan rahmat-Nya yang telah diberikan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan antara Kemampuan Keruangan dan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.
4. Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik, terima kasih atas segala kesabaran, bimbingan, masukan, dan perhatian yang diberikan kepada peneliti.
(12)
xi
5. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi., Psi selaku Kepala P2TKP yang telah membantu dalam memberikan masukan dan membantu menyediakan soal tes kemampuan keruangan.
6. MG. Sri Yuliwanti, S.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika yang sekaligus juga ikut membantu dalam pembuatan skripsi ini. Terimakasih atas kesabaran, masukan dan bimbingan yang telah diberikan kepada saya. 7. Seluruh staf sekretariat JPMIPA yang selama ini membantu dalam urusan
administrasi.
8. Seluruh staf P2TKP yang telah membantu saya dalam mengurus masalah peminjaman soal tes kemampuan keruangan.
9. Ayah, Ibu, dan Mas atas doa, kasih sayang, semangat dan dorongan yang telah diberikan kepada peneliti.
10. Siswa-siswi kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 yang telah membantu saya dalam pelaksanaan penelitian.
11. Seluruh teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2009 yang telah berjuang bersama-sama selama ini.
12. Semua pihak yang tidakdapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah berperan dalam penelitian skripsi ini.
Peneliti menyadari dalam penelitian skripsi ini banyak sekali kekurangan maka peneliti mengharapkankritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih semogaskripsiinidapatbermanfaat bagisemuapihak.
Yogyakarta, 24 Oktober 2014
(13)
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 5
(14)
xiii
E. Pembatasan Istilah ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II ... 8
LANDASAN TEORI ... 9
A. Kajian Teoritis ... 9
B. Kerangka Berpikir ... 26
C. Hipotesis ... 27
BAB III ... 28
METODE PENELITIAN ... 28
A. Jenis Penelitian ... 28
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28
C. Sampel dan Populasi Penelitian ... 28
D. Perumusan Variabel ... 29
E. Bentuk Data ... 30
F. Metode Pengumpulan Data ... 30
G. Instrumen Penelitian ... 32
H. Uji Instrumen ... 35
I. Metode Analisis Data ... 36
BAB IV ... 42
PELAKSANAANPENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 42
(15)
xiv
B. Hasil Observasi ... 42
C. Analisis Data ... 45
D. Pembahasan ... 53
E. Keterbatasan Penelitian ... 56
BAB V ... 56
PENUTUP ... 57
A. Kesimpulan ... 57
B. Saran-saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
(16)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Macam-macam Bangun Ruang Prisma ... 21
Tabel 2.2 : Macam-macam Bangun Ruang Limas ... 24
Tabel 3.1 : Jumlah Siswa Kelas VIII... 29
Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Tes Kemampiuan Keruangan ... 32
Tabel 3.3 : Kode Kualifikasi Tes Kemampuan Keruangan ... 33
Tabel 3.4 : Kisi-Kisi Tes Hasil belajar ... 34
Tabel 3.5 : Kode Kualifikasi Tes Hasil belajar ... 34
Tabel 3.6 : Interpretasi Koefisien Korelasi ... 39
Tabel 4.1 : Data Rekapitulasi Tes Kemampuan Keruangan ... 42
Tabel 4.2 : Data Rekapitulasi Tes Hasil belajar ... 44
Tabel 4.3 : Deskripsi Data Kemampuan Keruangan ... 46
Tabel 4.4 : Deskripsi DataHasil belajar ... 47
Tabel 4.5 : Uji Normalitas Kemampuan Keruangan ... 48
Tabel 4.6 : Uji Normalitas Hasil belajar ... 49
Tabel 4.7 : Uji Linear ... 50
Tabel 4.8 : Uji Regresi ... 51
(17)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 : Grafik Hubungan Negatif... 40 Gambar 3.2 : Grafik Hubungan Positif ... 40 Gambar 4.1 : Diagram Pencar ... 53
(18)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Surat Keterangan Penelitian ... 62
Lampiran B : Surat Keterangan dari P2TKP ... 63
Lampiran C : Lembar Validitas Tes Hasil belajar ... 64
Lampiran D : Soal Tes Hasil belajardan Jawaban Tes Hasil belajar ... 66
Lampiran E : Contoh Lembar Jawab Siswa ... 70
Lampiran F : Tabel SPSS Deskrkripsi Data ... 77
Lampiran G : Tabel SPSS Uji Normalitas Tes Kecerdasan Keruangan danTabelSPSS Uji Normalitas Tes Hasil belajar ... 78
Lampiran H : Tabel SPSS Uji Linearitas... 79
Lampiran I : Tabel SPSS Uji Regresi ... 80
Lampiran J : Tabel SPSS Uji Korelasi ... 82
Lampiran K : Foto-foto Kegiatan ... 83
Lampiran L : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 85
(19)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadikan matematika sebagai subjek yang penting dalam dunia pendidikan. Di Indonesia, bidang studi matematika diajarkan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari play group hingga perguruan tinggi. Menurut Masykur (2007:41) dalam Rif’an (2011:1), untuk dapat menjalani pendidikan selama di bangku sekolah sampai kuliah, maka siswa dituntut untuk menguasai matematika dengan baik.
Dalam penelitiannya, Howard Gardner mengumpulkan banyak sekali kemampuan manusia yang kiranya dapat dimasukkan dalam pengertiannya tentang intelegensi. Setelah semua kemampuan itu dianalisis dan diteliti akhirnya ada sembilan intelegensi yang diterima, yaitu intelegensi linguistik, intelegensi matematis-logis, intelegensi ruang, intelegensi kinestetik-badani, intelegensi musikal, intelegensi interpersonal, intelegensi intrapersonal, intelegensi lingkungan/naturalis, intelegensi eksistensial (Suparno, 2003:19).
Ada beberapa faktor yang mendukung siswa agar dapat belajar matematika dengan baik. Dalam hal ini Suwarsono (1982:7), menjelaskan bahwa faktor-faktor kognitif yang mempengaruhi belajar matematika adalah kemampuan berpikir umum (intelegensi) dan faktor-faktor lain yang meliputi kemampuan penalaran induktif, kemampuan penalaran deduktif, kemampuan
(20)
keruangan, kemampuan numerik, dan kemampuan verbal. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Menurut Suwarsono (1982:10), kemampuan keruangan diartikan sebagai kemampuan memahami sifat-sifat keruangan yang harus ditemukan dengan mempergunakan pembayangan visual (visual imagery) di dalam kepala. Maksud dari pembayangan visual (visual imagery) di dalam kepala adalah kemampuan dalam memvisualisasikan gambaran bentuk suatu benda yang ada di dalam pikiran kemudian menciptakannya kedalam bentuk dua dimensi atau tiga dimensi.Kemampuan seperti ini dibutuhkan oleh banyak profesi seperti para pemburu, arsitek, navigator, dekorator, dan masih banyak lagi profesi yang lainnya.
Di sekolah, ada materi-materi tertentu dimana kemampuan keruangan dibutuhkan yaitu pada materi bangun ruang sisi datar. Untuk memecahkan soal-soal pada materi bangun ruang sisi datar, siswa harus memiliki kemampuan keruangan. Karena dalam materi bangun ruang sisi datar banyak materi-materi soal yang tidak dapat diwujudkan dalam bentuk bangun yang sesungguhnya, sehingga hanya dapat divisualisasikan atau digambarkan dalam bentuk dimensi dua. Proses visualisasi dari bentuk dimensi tiga ke dalam bentuk dimensi dua inilah yang membutuhkan imajinasi dan abstraksi siswa, sehingga sering membingungkan bagi mereka. Setelah siswa dapat memvisualisasikan gambar tersebut, barulah siswa dituntut untuk mengoperasikan bilangan-bilangan tersebut melalui rumus.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan tentang proses belajar matematika di sekolah dan di lingkungan sekitar, ada hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam mempelajari materi bangun ruang sisi datar yaitu
(21)
lemahnya penguasaan siswa dalam melakukan operasi hitung, siswa kurang mampu untuk mengenali bentuk dan memahami sifat-sifat keruangan, serta kurang tepatnya dalam menerapkan rumus.
Dalam mempelajari materi bangun ruang sisi datar, terdapat soal-soal aplikasi yang seharusnya merupakan bangun ruang akan tetapi digambarkan dalam bentuk dua dimensi sehingga membingungkan bagi sebagian siswa. Siswa harus memvisualisasikan terlebih dahulu bagaimana bentuk gambar yang sebenarnya apabila digambarkan dalam bentuk dimensi tiga. Hal inilah yang menjadi permasalahan bagi sebagian siswa, karena bentuk gambar dalam soal hanya berbentuk dua dimensi sehingga siswa dituntut untuk dapat memvisualisasikan terlebih dahulu bagaimana bentuk gambar yang sebenarnya.
Kesulitan ini semakin bertambah ketika siswa dihadapkan padasoal-soal aplikasi pada bangun ruang sisi datar yang disajikan tanpa adanya gambar. Untuk menyelesaikan soal tersebut, siswa terlebih dahulu harus dapat membayangkan bagaimana bentuk bangun yang ditanyakan dalam soal tersebut. Dalam mempelajari suatu konsep matematika diperlukan pengetahuan prasyarat yang menjadi landasan berpikir untuk mengembangkan suatu konsep tertentu. Begitu pula dalam mempelajari matematika materi bangun ruang sisi datar siswa harus memiliki kemampuan keruangan untuk memecahkan soal-soal yang diberikan.
Oleh karena itu kemampuan keruangan sangat diperlukan dalam matematika secara khusus dalam mempelajari materi bangun ruang sisi datar karenasiswa dituntut untuk dapat membayangkan benda-benda ruang dan komponen-komponennya, kemudian memvisualisasikan ke dalam bentuk
(22)
gambar tanpa kehadiran benda konkrit sebagai model dari benda ruang yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dan hasil observasi yang telah peneliti lakukan pada anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) baik di lingkungan sekitar maupun di sekolah, menyatakan bahwa kemampuan keruangan diperlukan dalam mempelajari matematika secara khusus materi bangun ruang sisi datar. Peneliti ingin mengetahui seberapa besar hubungan yang terjadi antara kemampuan keruangan dan hasil belajar matematika siswa SMP. Oleh karena rekomendasi dari seorang dosen, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara kemampuan keruangan dan hasi belajar matematika siswa di SMP Kanisius Pakem Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, dengan melihat latar belakang di atas permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan keruangan pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014?
2. Bagaimana hasil belajarmatematika pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014?
3. Apakah ada hubungan antara kemampuan keruangan dan hasil belajar matematika pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014?
(23)
C. Batasan Masalah
Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa faktor-faktor kognitif yang dapat mempengaruhi hasil belajar matematika adalah kemampuan umum dan faktor-faktor yang lain seperti kemampuan keruangan, kemampuan numerik, kemampuan penalaran dan kemampuan verbal. Mengingat keterbatasan dana, waktu, kemampuan peneliti dan berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka dalam penelitian ini hanya akan diteliti faktor-faktor yang diduga berkaitan erat dengan pemecahan masalah pada materi bangun ruang sisi datar yaitu kemampuan keruangan. Dengan demikian dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu kemampuan keruangan dan hasil belajar matematika pada materi bangun ruang sisi datar. Subjek yang dianalisis adalah siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kemampuan keruangan pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.
2. Untuk mengetahui hasil belajar matematika pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.
(24)
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kemampuan keruangan dan hasil belajar matematika pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.
E. Pembatasan Istilah
Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu 1. Hubungan
Hubungan adalah keterkaitan antara dua atau lebih variabel. Dalam penelitian ini hubungan yang dimaksud adalah keterkaitan yang muncul antara kemampuan keruangan dan hasil belajar yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
2. Kemampuan Keruangan
Kemampuan keruangan adalah kemampuan memahami sifat-sifat keruangan yang harus ditemukan dengan mempergunakan pembayangan visual (visual imagery) di dalam kepala.
3. Hasil belajar
Hasil Belajar adalah suatu bukti keberhasilan usaha seseorang (siswa) yang dicapai melalui proses atau kegiatan pembelajaran.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu : 1. Bagi Peneliti
Memberikan gambaran yang jelas bagi peneliti tentang pengaruh kemampuan keruangan terhadap hasil belajar siswa materi bangun ruang sisi datar.
(25)
2. Bagi Siswa
Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keruangan siswa sehingga hasil belajar siswa juga ikut meningkat.
3. Bagi Guru dan Calon Guru
Diharapkan dapat menjadi informasi yang penting bagi guru matematika khususnya tentang kemampuan siswa pada materi bangun ruang sisi datar. Dengan demikian guru dapat merencanakan metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
4. Bagi Lembaga Pendidikan Tinggi
Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian pendidikan matematika terdahulu dan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
G. Sistematika Penelitian
Secara garis besar skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa sub bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis, berikut ini sistematika penelitian secara lengkap:
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, pembatasan istilah, dan manfaat penelitian.
2. Bab II Landasan Teori
Pada bab ini berisi tentang hakekat matematika, pengertian belajar, prinsip umum belajar, kemampuan keruangan, pengertian hasil belajar,
(26)
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, bangun ruang sisi datar, engertian hubngan, kerangka berpikir dan hipotesis.
3. Bab III Metode Penelitian
Pada bab ini berisi tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, sampel dan populasi penelitian, perumusan variabel, bentuk data, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, uji instrumen dan metode analisis data.
4. Bab IV Pelaksanaan, Analisis Data dan Pembahasan
Pada bab ini berisi tentang pelaksanaan penelitian, hasil observasi yang berupa data skor tes, analisis data dari data hasil observasi, pembahasan dari hasil analisis data.
5. BabV Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan berisi saran-saran yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
(27)
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teoritis
1. Hakekat Matematika
Menurut Ruseffendi (1980:155), setiap orang yang ingin belajar matematika dengan baik harus melalui jalur-jalur pasti yang telah tersusun secara logis. Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK, sehingga matematika perlu diberikan pada setiap jenjang pendidikan. Namun dalam memberikan pelajaran matematika kepada anak TK maupun SD perlu diperhatikan berbagai hal, karena pada hakekatnya matematika merupakan ilmu yang cara berpikirnya deduktif formal dan abstrak. Jadi perlu kehati-hatian dalam menanamkan konsep-konsep matematika kepada siswa agar tidak keliru dalam menanamkan konsep. Sebab sekali konsep matematika yang diterima siswa itu keliru, maka akan sangat sulit mengubah pengertian konsep yang keliru tersebut. 2. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh suatu pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman.
(28)
Ada beberapa teori belajar menurut para ahli, antara lain Budiningsih (2005:34), belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Kesimpulan yang dikemukakan Abdillah (2002), dalam Aunnurahman (2012:35), belajar adalah usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Menurut Gagne (1977), seperti yang dikutip oleh Dahar (2011:2), menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Kesimpulan dari berbagai definisi di atas, ditekankan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku suatu individu yang dilakukan secara sadar akibat dari pengalaman yang telah dialami.
3. Prinsip Umum Belajar
Kesimpulan terhadap berbagai prinsip belajar baik konsep behaviorisme, kognitivisme maupun konstruktivisme, Sukmadinata (2004:165-166) dalam Suyono dan Hariyanto (2011:128-129) menyampaikan prinsip umum belajar (sedikit dikembangkan) sebagai berikut:
a. Belajar merupakan bagian dari perkembangan. Belajar dan berkembang merupakan dua hal yang berbeda, tetapi erat hubungannya. Dalam perkembangan dituntut belajar, sedangkan melalui belajar terjadi prkembangan individu yang pesat.
b. Belajar berlangsung seumur hidup. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat (life long learning).
(29)
c. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu secara aktif.
d. Belajar mencakup semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu belajar harus mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor dan keterampilan hidup (life skill). Menurut Ki Hadjar Dewantara belajar harus mengembangkan cipta(kognitif), rasa (afektif), karsa (motivasi), dan karya (psikomotor).
e. Kegiatan belajar berlangsung di sembarang tempat dan waktu. Berlangsung di sekolah (kelas dan halaman sekolah), di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi, di alam sekitar, dalam bengkel kerja, di dunia industri, dan sebagainya.
f. Belajar berlangsung baik tanpa guru atau dengan guru. Berlangsung dalam situasi formal, informal, dan nonformal.
g. Belajar yang terencana dan disengaja menuntut motivasi yang tingggi. Biasanya terkait dengan pemenuhan tujuan yang kompleks, diarahkan kepada penguasaan, pemecahan masalah atau pencapaian sesuatu yang bernilai tinggi
h. Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang amat kompleks.
i. Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan. Hambatan dapat terjadi karena belum adanya penyesuaian individu dengan tugasnya, adanya hambatan dari lingkungan, kurangnya motivasi, kelelahan atau kejenuhan belajar.
(30)
j. Dalam hal tertentu belajar memerlukan adanya bantuan dan bimbingan orang lain. Orang lain itu dapat guru, orang tua, teman sebaya yang kompeten dan lainnya.
4. Kemampuan Keruangan
Gardner (1985:175), menyatakan bahwa kecerdasan spasial adalah kemampuan seseorang untuk merasakan dunia visual secara akurat. Melalui transformasi dan modifikasi pada persepsi awal sehingga mampu menciptakan kembali aspek pengalaman visual orang tersebut, bahkan tanpa adanya rangsangan fisik yang nyata. Menurut Suwarsono (1982:10), kemampuan keruangan diartikan sebagai kemampuan memahami sifat-sifat keruangan yang harus ditemukan dengan mempergunakan pembayangan visual (visual imagery) di dalam kepala. Hariwijaya (2005:14), kecerdasan ruang bermanfaat untuk menempatkan diri dalam berbagai pergaulan sosial, pemetaan ruang, gambar, teknik, dimensi dan sebagainya yang berkaitan dengan ruang nyata maupun ruang abstrak. Menurut Paul (2003:31), orang yang berintelegensi ruang baik dengan mudah membayangkan benda dalam ruang berdimensi tiga, mereka mudah mengenal relasi benda-benda dalam ruang secara tepat.
Siswa dengan kemampuan ini akan memiliki kemampuan misalnya, menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan. Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah yang berhubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kemampuan keruangan.
(31)
Menurut Moch. Masykur (2007:108) dalam Rif’an (2011:18), orang yang mempunyai kemampuan keruangan (spasial) yang baik memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu; b. Mudah membaca peta atau diagram;
c. Menggambar sosok orang atau benda mirip dengan aslinya;
d. Sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya; e. Mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah; dan
f. Lebih memahami informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian.
Kemampuan keruangan (spasial) dapat diketahui dengan menggunakan sebuah tes atau soal. Tipe soal yang diberikan, menyajikan suatu kombinasi dari dua bentuk pendekatan. Pendekatan yang pertama, yaitu kemampuan membayangkan dan membuat suatu objek yang dikonstruksi dari suatu gambar. Demikian pula, kemampuan untuk membayangkan bagaimana suatu objek kemudian dikonstruksikan dalam bentuk gambar.
Tes ini mengungkap sesuatu yang berhubungan dengan benda-benda yang konkret melalui visualisasi. Menurut Sukardi, (2009:134), hasil tes dapat mengungkapkan bagaimana baiknya seseorang dapat membayangkan atau membentuk gambar-gambar mental dari objek-objek padat hanya dengan melihat rencana-rencana di atas kertas yang rata (flat paper plans), dan bagaimana baiknya seseorang berpikir dalam tiga dimensi. Kemampuan keruangan akan mempermudah menangani berbagai pelajaran dalam matematika seperti bangun ruang sisi datar.
(32)
5. Pengertian Hasil belajar
Menurut Purwadarminta (2006:408), hasil merupakan sesuatu yang diadakan oleh usaha. Hasil belajar yaitu perubahan yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu. Hasil yang dicapai berbeda-beda pada tiap siswa. Ada yang belajar dengan cepat, mudah, dan hasilnya memuaskan. Tetapi ada juga yang mengalami kesukaran dan hasilnya kurang memuaskan. Keberhasilan seseorang dalam belajar dipengaruhi olehbanyak hal yang berkaitan dengan upaya-upaya atau latihan yang dilakukan secara sadar.
Menurut Sudjana (1989:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sudjana (1989:22) kembali menjelaskan bahwa dalam sistem pendidikan nasional rumusan, rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruktur sekolah, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, antara lain sebagai berikut :
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analitis, sintetis dan evaluasi.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
(33)
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Ketiga ranah tersebut merupakan objek penilaian terhadap hasil belajar. Diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitif merupakan ranah yang paling banyak digunakan oleh guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. Adapun objek penilaian terhadap hasil belajar dalam penelitian ini adalah ranah kognitif pada materi bangun ruang sisi datar. Penilaian pada ranah kognitif tersebut dilihat dari penilaian terhadap kemampuan siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dan diwujudkan dalam bentuk angka, huruf, atau kata-kata yang menggambarkan bukti keberhasilan seseorang dalam menerima suatu pembelajaran. Hasil dapat diketahui dari evaluasi yang dilakukan oleh guru pada akhir materi pembelajaran..
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika
Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Menurut Hamalik (2003:32) faktor-faktor itu adalah sebagai berikut:
a. Faktor kegiatan belajar
Siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motoris yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat.
(34)
b. Faktor latihan
Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami. c. Faktor suasana belajar
Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya, hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
d. Pengetahuan akan keberhasilan atau kegagalan
Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah dia berhasil atau gagal dalam belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong lebih baik, sedangkan kegagalan menimbulkan frustasi. e. Faktor asosiasi pengalaman
Faktor asosiasi sangat besar manfaatnya karena semua pengalaman belajar antara yang lama dan baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian sangat besar peranannya dalam proses belajar dan menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman dan pengertian-pengertian baru. f. Faktor kesiapan belajar
Murid yang siap belajar lebih mudah dan berhasil dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Erat hubungannya dengan masalah kematangan minat, kebutuhan dan tugas-tugas perkembangan.
g. Faktor minat dan usaha
(35)
h. Faktor-faktor fisiologis
Dalam hal ini kondisi badan siswa sangat berpengaruh dalam proses belajar.
i. Faktor intelegensi
Siswa yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena akan lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran serta akan lebih mudah dalam mengingat. Siswa yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif.
Menurut Suryabrata (1998:233-23), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Stimulasi Belajar.
Segala sesuatu di luar individu yang merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar dikelompokkan dalam faktor stimuli belajar antar lain: panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungan eksternal.
b. Metode Belajar.
Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si pelajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut: kegiatan berlatih atau praktek, overlearning dan drill, resitasi belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan indera, bimbingan dalam belajar, dan kondisi-kondisi intensif.
(36)
c. Individual
Faktor-faktor individu meliputi: kematangan, faktor usia kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani,dan motivasi. Menurut Syah (2003:144), secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Djamarah (2008:176-178) ada 2, yaitu:
a. Faktor dari luar individu siswa 1. Faktor lingkungan
a) Lingkungan Alami
Pengalaman membuktikan di sekolah yang miskin tanaman atau tidak ada pepohonan di sekitarnya, membuat siswa gelisah hati untuk keluar kelas lebih besar dari pada
(37)
mengikuti pelajaran di dalam kelas. Daya konsentrasi menurun akibat suhu udara yang tidak nyaman dan panas. b) Lingkungan Sosial Budaya
Latar belakang sosial budaya seorang siswa akan membawa pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan kepribadian siswa tersebut. Hal ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang secara naluriah mempunyai kebutuhan hidup berkelompok antara masyarakat desa dan kota mulai mengarah kepada kehidupan individualistis. Namun kebutuhan untuk berhubungan satu dengan yang lain atau untuk bersosialisasi masih tetap dirasakan.
2. Faktor Instrumental
Faktor ini meliputi; kurikulum, program pendidikan, dan pengajaran, sarana dan fasilitas, guru/tenaga pengajar. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor eksternal juga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap hasil belajar siswa. Karena apabila kurikulum atau fasilitas yang digunakan sebagai media untuk menunjang hasil belajar tidak mendukung dalam proses belajar mengajar, maka prestasi tidak dapat maksimal karena kurangnya fasilitas dapat menurunkan minat dan kreativitas siswa.
b. Faktor dari dalam individu siswa 1. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah keadaan fisik siswa, jika dalam keadaan sehat maka siswa dapat belajar dengan baik, sebaliknya jika
(38)
siswa dalam keadaan sakit atau cacat, pesert didik tidak dapat memahami pelajaran yang diberikan dengan sempurna, sehingga proses belajar mengajar terganggu yang berakibat proses belajar tidak optimal. Faktor ini meliputi kondisi fisiologis dan kondisi panca indra siswa.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi siswa adalah minat, kecerdasan (intelligensi), bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif siswa.
Di antara faktor dari dalam individu yang mempengaruhi hasil belajar adalah intelegensi. Ada suatu perbedaan kecepatan dan kesempurnaan seseorang dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi. Raden Cahaya Prabu (1986:45) dalam Djamarah (2011:195) mengatakan bahwa anak-anak yang taraf intelegensinya di bawah rata-rata, yaitu dull normal, debil, embicil, dan idiot sukar untuk sukses dalam sekolah. Hal tersebut memperkuat pendapat bahwa intelegensi itu memang ada dan berbeda-beda pada setiap orang, di mana orang yang memiliki taraf intelegensi yang lebih tinggi akan memiliki kecenderungan untuk memecahkan permasalahan yang sama bila dibandingkan dengan seseorang yang memiliki taraf intelegensi yang lebih rendah. Perbedaan intelegensi tersebut bukan terletak pada kualitas intelegensi itu sendiri, tetapi terletak pada tarafnya.
(39)
7. Bangun Ruang Sisi Datar 1) Bangun Ruang
Bangun ruang adalah bangun yang berupa himpunan titik-titik yang tidak semua titiknya terdapat pada bidang yang sama. Bangun ruang yang dibicarakan di sini adalah bangun yang dibatasi oleh beberapa bagian bidang yang rata (datar).
2) Luas Permukaan Bangun Ruang
Luas permukaan bangun ruang adalah jumlah luas seluruh permukaan yang membatasi bangun ruang tersebut.
3) Volume
Volume bangun ruang adalah banyaknya kubus satuan yang dapat mengisi penuh bangun ruang tersebut.
4) Prisma
1) Pengertian Prisma
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bangun datar yang berupa daerah segi banyak yang sejajar dan kongruen serta beberapa bidang lain yang potong memotong menurut garis-garis yang sejajar.
2) Macam-macam Bangun Ruang Prisma
Tabel 2.1 Macam-macam Bangun Ruang Prisma
Nama Gambar Jumlah
Sisi
Jumlah Rusuk
Jumlah Titik Sudut
(40)
Nama Gambar Jumlah Sisi
Jumlah Rusuk
Jumlah Titik Sudut
1. Prisma
Segitiga 5 9 6
2. Prisma Segi Empat (Balok)
6 12 8
3. Prisma Segi Lima
7 15 10
4. Prisma Segi Enam
8 18 12
5. Prisma
Segi-n n+2 3n
2n
3) Luas Permukaan Prisma
Luas permukaan prisma adalah jumlah luas seluruh permukaan yang membatasi prisma tersebut.
(41)
4) Volume Prisma
Volume prisma adalah banyaknya kubus satuan yang dapat mengisi penuh prisma tersebut.
Volume Prisma =
5) Kubus
1) Pengertian Kubus
Kubus adalah suatu prisma segi empat beraturan yang semua sisi tegak, alas dan tutupnya berbentuk persegi. 2) Luas Permukaan Kubus
Luas permukaan kubus adalah jumlah luas seluruh permukaan yang membatasi kubus tersebut.
Luas Permukaan Kubus =
3) Volume Kubus
Volume kubus adalah banyaknya kubus satuan yang dapat mengisi penuh kubus tersebut.
Volume Kubus = =
= 6) Balok
1) Pengertian Balok
Balok adalah suatu prisma segi empat beraturan yang bidang alas dan tutupnya berbentuk persegi panjang.
2) Luas Permukaan Balok
Luas permukaan balok adalah jumlah luas seluruh permukaan yang membatasi balok tersebut.
(42)
Luas Permukaan Balok=
3) Volume Balok
Volume balok adalah banyaknya kubus satuan yang dapat mengisi penuh balok tersebut.
Volume Balok =
7) Limas
1) Pengertian Limas
Limas adalah bangun ruang yang memiliki satu bidang sebagai alas, sedangkan bidang-bidang lainnya berbentuk segitiga yang bertemu pada satu titik yaitu titik puncak.
2) Jenis-jenis Limas
Tabel 2.2 Macam-macam Bangun Ruang Limas
Nama Gambar Jumlah
Sisi Jumlah Rusuk Jumlah Titik Sudut 1. Limas Segitiga (Bidang Empat)
4 6 4
2. Limas Segi Empat (Piramida)
5 8 5
3. Limas
(43)
Nama Gambar Jumlah Sisi
Jumlah Rusuk
Jumlah Titik Sudut
4. Limas
Segi Enam 7 12 7
5. Limas
Segi-n n+1 2n n+1
3) Luas Permukaan Limas
Luas permukaan limas adalah jumlah luas seluruh permukaan yang membatasi limas tersebut.
Luas Permukaan Limas =
4) Volume Limas
Volume limas adalah banyaknya kubus satuan yang dapat mengisi penuh limas tersebut. Di bawah ini adalah cara menemukan rumus volume limas.
(44)
8. Hubungan Kemampuan Keruangan dan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Ruang Sisi Datar
Menurut KBBI (2011:508), hubungan merupakan keterkaitan yang terwujud karena interaksi antara individu. Kemampuan keruangan menurut Hariwijaya (2005:14), adalah kemampuan seseorang untuk menangkap ruang dengan segala implikasinya. Sudjana (1989:22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Jadi hubungan kemampuan keruangan dan hasil belajar matematika materi bangun ruang sisi datar adalah keterkaitan yang terjadi karena interaksi antara kemampuan seseorang untuk menangkap ruang dengan segala implikasinya dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar pada materi bangun ruang sisi datar.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori yang telah ditulis, secara teoritis ada hubungan yang positif antara kemampuan keruangan dan hasil belajar matematika pada materi bangun ruang sisi datar.
Kemampuan keruangan adalah kemampuan seseorang dalam memahami sifat-sifat keruangan dengan cara memvisualisasikannya didalam kepala. Seseorang yang memiliki kemampuan keruangan yang tinggi akan lebih mudah dalam memahami bentuk-bentuk bangun ruang.
Dalam mempelajari materi bangun ruang sisi datar diperlukan kemampuan keruangan agar dapat membayangkan suatu benda dengan tepat.
(45)
Oleh karena itu, diduga terdapat hubungan antara kemampuan keruangan dan hasil belajar matematika siswa pada materi bangun ruang sisi datar.
C. Hipotesis
Menurut Arikunto (2006:71), hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, peneliti memiliki hipotesis, yaitu:
Ho : Tidak ada hubungan antara kemampuan keruangan dan prestasi belajar matematika siswa.
H1 : Ada hubungan antara kemampuan keruangan dan hasil belajar matematika siswa.
(46)
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan dengan tujuan penelitian yang sesuai untuk mengetahui hubungan kemampuan keruangan terhadap hasil belajarmatematika pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta, maka jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini terutama menggunakan pendekatan kuantitatif sekaligus pendekatan kualitatif yang digunakan sebagai pendukung. Sebab dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa data kuantitatif yang berupa data interval. Selain itu dalam penelitian ini juga terdapat data yang berupa hasil wawancara dari beberapa siswa. Dari penelitian ini diketahui berapa besar hubungan kemampuan keruangan terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kanisius Pakem Yogyakarta pada bulan April-Mei tahun pelajaran 2013/2014.
C. Sampel dan Populasi Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah himpunan seluruh siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 yang
(47)
berjumlah 53 siswa dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas VIII
No Kelas Banyak Siswa 1. VIII Disiplin 26 2. VIII Kasih 27
Jumlah 53
2. Sampel
Sampel adalah himpunan bagian dari suatu populasi. Sampel pada penelitian ini adalah kelas VIII “Kasih”. Dalam pengambilan sampel penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sampling bertujuan (Porpusive Sampling). Menurut Husaini (2008:186), hal ini dilakukan karena anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kemampuan keruangan dan hasil belajar matermatika pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta.
D. Perumusan Variabel
Menurut Sugiyono (2008:2) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
(48)
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain variabel dibedakan menjadi variabel independen (variabel bebas), variabel dependen (variabel terikat), moderator, intervening dan variabel kontrol. Namun karena keterbatasan peneliti, maka hanya membahas mengenai variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat) saja. Variabel independen(variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel dependen (variabel terikat) adalah nariabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen (variabel bebas)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (variabel bebas)adalah kemampuan keruangan dan yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar matematika pada materi bangun ruang sisi datardengan keterangan sebagai berikut:
X: Kemampuan keruangan
Y: Hasil belajar matematika pada materi bangun ruang sisi datar
E. Bentuk Data
Bentuk data dalam penelitian ini berupa skor yang diperoleh dari tes kemampuan keruangan, tes hasil belajar matematika materi bangun ruang sisi datar, dan wawancara terhadap siswa.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data, yaitu:
(49)
1. Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006:231), metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk mendapatkan nama-nama siswa yang menjadi objek penelitian, dan data mengenai sekolah.
2. Metode Tes
Menurut Walgino (1989:60), metode tes adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang atau anak yang ingin diselidiki atau responden. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan keruangan. Jenis tes yang digunakan tes objektif yang berisi tentang kemampuan keruangan. Dalam metode tes ada dua tes yang diberikan, yaitu:
a. Tes kemampuan keruangan
Tes ini diambil dari buku tes yang berjudul “Tes Hubungan Keruangan” yang diadaptasi dari buku yang berjudul “Differential
Aptitude Test” oleh lembaga P2TKP Universitas Sanata Dharma. Skor yang mungkin pada tes ini berkisar dari 0 sampai 100.
b. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar matematika adalah tes yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam memahami materi matematika yang telah diberikan. Dalam penelitian ini, materi yang diberikan adalah materi bangun ruang sisi datar. Skor yang mungkin pada tes ini berkisar dari 0 sampai 100.
(50)
3. Metode Wawancara
Tujuan digunakannya wawancara pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang ganjil. Misal, pada tes kemampuan keruangan siswa mendapat nilai bagus, namun pada tes hasil belajar siswa mendapat nilai tidak bagus. Pada tes kemampuan keruangan siswa mendapat nilai tidak bagus, namun pada tes hasil belajar siswa mendapat nilai bagus.
G. Instrumen Penelitian
1. Penyusunan instrumen
Dalam penelitian ini ada dua instrumen yang digunakan, yaitu tes kemampuan keruangan dan tes hasil belajar siswa materi bangun ruang sisi datar. Adapun langkah-langkah penyusunan untuk tiap-tiap tes adalah sebagai berikut.
a. Tes kemampuan keruangan
Tes ini diambil dari buku tes yang berjudul “Tes Hubungan Keruangan” yang diadaptasi dari buku yang berjudul “Differential
Aptitude Test” oleh lembaga P2TKP Universitas Sanata Dharma. Tes ini berisi 40 butir soal mengenai keruangan yang berbentuk pilihan ganda dimana jawaban dari setiap soal dapat lebih dari satu dan dikerjakan dalam waktu 30 menit. Berikut adalah tabel kisi-kisi tes kemampuan keruangan dan tabel interpretasi nilai:
(51)
Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Keruangan
Indikator Nomor Jumlah
Menentukan bentuk Jaring-jaring kubus
1, 3, 5, 7, 8, 11, 12, 14, 17, 18, 20, 21, 23, 33
14
Menentukan bentuk jaring-jaring balok
9, 10, 16, 19, 27, 28, 29, 30, 34, 35, 38, 39
12
Menentukan bentuk jaring-jaring prisma
6, 13, 15, 22, 26, 31, 37 7
Menentukan bentuk jaring-jaring limas
2, 4, 24, 25, 32, 36, 40 7
Tabel 3.3 Kode Kualifikasi Tes Kemampuan Keruangan (didasarkan pada buku Tes Hubungan Ruang)
Lambang Angka Lambang Huruf 0 – 29
30 – 39 40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79
SR = Sangat Rendah R = Rendah
TC = Tidak Cukup RR = Ragu – ragu C = Cukup
(52)
80 – 89 90 – 100
T = Tinggi
ST = Sangat Tinggi
b. Tes hasil belajar siswa
Tes hasil belajar siswa,berisi 5 butir soal mengenai jaring-jaring, mencari luas permukaan, dan volume bangun ruang sisi datar. Berikut adalah kisi-kisi dari tes hasil belajar:
Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Tes Hasil belajar
Indikator Nomor Jumlah
Menggambar jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas
1 1
Menghitung luas permukaan dan volume kubus
2 1
Menghitung luas permukaan dan volume balok
3 1
Menghitung luas permukaan dan volume prisma
4 1
Menghitung luas permukaan dan volume limas
(53)
Tabel 3.5 Kode Kualifikasi Tes Hasil belajar Lambang Angka Lambang Huruf 0 – 45
46 – 55 56 – 69 70 – 79 80 – 100
Sangat Rendah Rendah
Cukup Baik
Sangat Baik
H. Uji Instrumen
Arikunto (2006:168), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen evalusi yang baik harus memiliki bukti validitas. Pengujian validitas dapat dilakukan melalui beberapa metode. Menurut Kerlinger dalam Purwanto (2007:124), the American Psychological Association, the American Education Research Association dan the National Council on Measurement used in Education mengelompokkan metode pengujian validitas menjadi tiga macam, yaitu validitas isi, validitas kriteria dan validitas konstruk.
Menurut Purwanto (2007:125) validitas isi atau content validity merupakan pengujian validitas yang dilakukan atas isinya untuk memastikan apakah isi instrumen mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli (expert judgement).
Dalam penelitian ini, pengujian validitas isi untuk tes hasil belajar matematika dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran matematika dan
(54)
dosen pembimbing, yang telah memberikan saran-saran perbaikan. Sedangkan untuk tes kemampuan keruangan, tes tersebut merupakan tes standar yang sudah dinyatakan valid dan reliabel oleh P2TKP Universitas Sanata Dharma, berdasarkan hasi-hasil uji coba yang dilakukan. (Lihat Lampiran B).
I. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini, metode analisis data perhitungannya menggunakan SPSS versi 17. Pada bagian ini ada tiga hal pokok, yaitu deskripsi data, pengujian prasyarat, dan pengujian analisis atau pengujian hipotesis.
a. Deskripsi Data
Deskripsi data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai letak data tersebut, yang meliputi mean, median, modus, dan deviasi standart. Mean diartikan sebagai rata-rata sekumpulan data. Median diartikan sebagai nilai yang ada ditengah setelah data diurutkan. Modus diartikan sebagai nilai data yang paling sering muncul di dalam suatu pengamatan. Standar deviasi diartikan sebagai harga deviasi yang juga memperhitungkan deviasi setiap data terhadap meannya.
Berikut ini adalah langkah-langkah melakukan deskripsi data menggunakan SPSS adalah sebagai berikut:
1. Klik menu Analyze, pilih Descriptive Statistics, kemudian pilih
Frequencies sehingga muncul kotak dialog Frequencies.
2. Isilah kolom Variables dengan cara blok variabel yang akan dianalisis, kemudian klik tanda panah.
(55)
3. Klik menu Statistics sehingga keluar kotak dialog Frequencies: Statistics.
4. Klik pilihan pada kolom Central Tendency dengan klik pilihan
Std.Deviation, Variance, Range, Minimum, dan Maximum. Klik
Continue
5. Klik OK
b. Uji Normalitas
Menurut Santosa (2005: 231), pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Sebelum data dianalisis, harus dilakukan uji normalitas data karena pada analisis statistik parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data mengikuti bentuk distribusi normal. Uji normalitas dengan SPSS menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Langkah-langkah uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut: 1. Klik menu Analyze, pilih Nonparametric Test
2. Pilih 1-Sample K-S
3. Setelah itu, muncul kotak dialog 1-Sample K-S Test. Masukkan variabel ke kotak Test Variable List. Aktifkan Normal pada pilihan
Test Distribution.
4. Selanjutnya klik OK.
c. Uji Linearitas
Uji linearitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data masing-masing variabel bebas sebagai prediktor, mempunyai hubungan yang linier atau tidak dengan variabel terikat. Dengan menggunakan
(56)
tabel ANOVA pada SPSS, dilihat nilai Sig. deviation from linearity untuk menunjukkan apakah data yang dipergunakan linier atau tidak. Apabila nilai Sig. deviation from linearity lebih besar dari tingkat signifikansi α, maka regresi linier dapat dipergunakan untuk menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel yang ada. Untuk lebih jelasnya, berikut contoh langkah-langkah untuk melakukan uji linearitas dengan bantuan program SPSS:
1. Klik menu Analyze, pilih Compare Means, klik Means.
2. Klik variable Y (hasil belajar) dan masukkan ke kotak Dependent
List, kemudian klik variable X (kemampuan keruangan) dan
masukkan ke kotak Independent List.
3. Klik Options pada Statistic for First Layer, klik Test for Linearity. 4. Klik Continue, lalu klik OK.
d. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis ada dua langkah, yaitu pertama menggunakan analisis korelasi dan kedua menggunakan analisis regresi sederhana. 1. Analisis Korelasi
Tujuan dari analisis korelasi adalah untuk menyatakan ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel satu dengan variable yang lainnya. Selain itu analisis korelasi juga berguna untuk menyatakan besarnya sumbangan variabel satu terhadap yang lainnya yang dinyatakan dalam persen. Oleh karena itu, maka disebut koefisien determinasi atau koefisien penentu. Hal ini disebabkan
terjadi dalam variabel terikat Y yang mana ditentukan oleh variabel X. Interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
(57)
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi
R Interpretasi
0
0,01 - 0,20 0,21 – 0,40 0,41 – 0,60 0,61 – 0,80 0,81 – 0,99 1
Tidak berkorelasi Sangat rendah Rendah Agak rendah Cukup Tinggi Sangat tinggi
Langkah-langkah analisis korelasi menggunakan SPSS 17:
1. Pilih menu Analyze, klik Correlate. Selanjutnya pilih Bivariate. 2. Selanjutnya akan muncul kotak dialog Bivariate Correlations 3. Masukkan semua variabel ke kotak Variables.
4. Untuk koefisien korelasi aktifkan pilihan Pearson.
5. Karena arah hubungan belum diketahui, maka gunakan two-tailed pada Test of Significance.
6. Untuk menempilkan bendera asterisk sebagai tanda bahwa suatu korelasi signifikan. Aktifkan Flag significant correlations.
7. Pilih Options pada kotak dialog Bivariate Correlations, klik
Meanand standard deviations. Selanjutnya klik Continue.
(58)
2. Analisis Regresi Sederhana
Tujuan analisis regresi sederhana adalah untuk mengetahui hubungan pengaruh atau hubungan sebab akibat antara dua variable atau lebih. Di mana satu variabel sebagai variabel dependen (terikat) dan yang lainnya sebagai variabel independen (bebas). Persamaan umum garis regresi dengan satu variabel dependen dan satu variable independen dinyatakan dengan rumus:
̂
Keterangan: ̂= nilai dari variable dependen = konstanta
b = koefisen regresi
X = nilai dari variable independen
Pada hubungan yang bersifat linear, pola sebaran data dapat diwakilkan oleh suatu garis linear (lurus) yang disebut garis regresi. Bentuk hubungan dan garisnya terlihat seperti gambar berikut ini:
Y Y
X X
Gambar 3.1Hubungan Negatif Gambar 3.2Hubungan Positif Dalam penelitian ini untuk perhitungan regresi sederhana dipergunakan program SPSS. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
(59)
1. Buka menu Analyze, pilih Regression kemudian pilih Linear 2. Masukkan variable bebas (kemampuan keruangan) ke dalam
kolom Independent, sedangkan variable terikat (hasil belajar) ke dalam kolom Dependent.
3. Untuk menampilkan plot dalam bentuk histogram dan atau grafik linear, klik Plot
4. Masukkan Dependent pada kolom Y dan *ZPRED pada kolom X. 5. Pilih histogram dan Normal probability plot
(60)
42
BAB IV
PELAKSANAANPENELITIAN, ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
A. PelaksanaanPenelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Kanisius Pakem Yogyakarta pada semester genap Tahun Ajaran 2014/2015. Tes kemampuan keruangan dilaksanakan pada Selasa, 29 April 2014 pukul 08.30 – 09.00 di kelas VIII “Kasih”. Tes ini dilaksanakan oleh peneliti yang dibantu oleh beberapa orang dari lembaga P2TKP. Tes hasil belajar matematika materi bangun ruang sisi datar dilaksanakan pada Senin, 26 Mei 2014 pukul 08.20 – 10.15 di kelas VIII “Kasih”. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014.
B. Hasil Observasi
Setelah melakukan tes kemampuan keruangan pada Selasa, 29 April 2014 dan tes hasil belajar matematika bangun ruang sisi datar pada Senin, 26 Mei 2014, maka diperoleh data berupa skor nilai dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Rekapitulasi Nilai Tes Kemampuan Keruangan
No. Absen Kemampuan Keruangan Interpretasi
1 13 Sangat Rendah
(61)
3 14 Sangat Rendah
4 14 Sangat Rendah
5 29 Sangat Rendah
6 45 Tidak Cukup
7 30 Rendah
8 62 Cukup
9 43 Tidak Cukup
10 29 Sangat Rendah
11 8 Sangat Rendah
12 53 Ragu-Ragu
13 32 Rendah
14 27 Sangat Rendah
15 14 Sangat Rendah
16 12 Sangat Rendah
17 16 Sangat Rendah
18 4 Sangat Rendah
(62)
20 23 Sangat Rendah
21 9 Sangat Rendah
22 28 Sangat Rendah
23 17 Sangat Rendah
24 19 Sangat Rendah
Tabel 4.2 Data Rekapitulasi Hasil Tes Hasil belajar
No. Absen Hasil belajar Interpretasi
1 29 Sangat Rendah
2 48 Rendah
3 21 Sangat Rendah
4 56 Cukup
5 78 Baik
6 90 Sangat Baik
7 78 Baik
8 20 Sangat Rendah
9 40 Sangat Rendah
(63)
11 88 Baik
12 66 Cukup
13 72 Baik
14 56 Cukup
15 50 Rendah
16 25 Sangat Rendah
17 34 Sangat Rendah
18 18 Sangat Rendah
19 5 Sangat Rendah
20 58 Rendah
21 42 Sangat Rendah
22 72 Baik
23 80 Sangat Baik
24 57 Rendah
C. Analisis Data
1. Deskripsi Data
Bagian ini merupakan deskripsi dari masing-masing variabel data penelitian. Hasil analisis yang didapat meliputi mean, median, modus, simpangan baku, perolehan skor maksimum dan skor minimum. Untuk
(64)
memudahkan mengetahui dan membaca hasil dari analisis deskripsi, maka peneliti membuatnya dalam bentuk tabel sebagai berikut:
a. Deskripsi data kemampuan keruangan
Tabel 4.3 Deskripsi Data Kemampuan Keruangan
Statistics
kemampuanKeruangan
N Valid 24
Missing 0
Mean 24.3333
Median 21.0000
Mode 14.00
Std. Deviation 1.45682E1
Variance 212.232
Range 58.00
Minimum 4.00
Maximum 62.00
Sum 584.00
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa:
rata-rata nilai kemampuan keruangan adalah 24,33; nilai median sebesar 21 sedangkan nilai modus sebesar 14.
Varians data adalah sebesar 212,232 dengan deviasi standar data dari rata-rata adalah 1,456.
Range atau jarak antara data terendah dan data tertinggi adalah sebesar 58, dengan nilai terendah 4 dan nilai tertinggi sebesar 62.
(65)
b. Deskripsi data hasil belajar
Tabel 4.4 Deskripsi Data Hasil belajar
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa:
rata-rata nilai hasil belajar adalah 50,958; nilai median sebesar 53 sedangkan nilai modus sebesar 25.
Varians data adalah sebesar 572,129 dengan deviasi standar data dari rata-rata adalah 2,391.
Range atau jarak antara data terendah dan data tertinggi adalah sebesar 85, dengan nilai terendah 5 dan nilai tertinggi sebesar 90.
Berdasarkan tabel di atas, nilai hasil belajar matematika siswa pada topik bangun ruang sisi datar mendapat nilai rata-rata sebesar 50,958. Hal ini dikarenakan banyak faktor, beberapa diantaranya yaitu:
Statistics
PrestasiBelajar
N Valid 24
Missing 0
Mean 50.9583
Median 53.0000
Mode 25.00a Std. Deviation 2.39192E1
Variance 572.129
Range 85.00
Minimum 5.00
Maximum 90.00
(66)
Kurangnya motivasi dari dalam diri siswa untuk mau belajar, sehingga banyak siswa yang tidak paham maksud dari luas selimut dan luas permukaan sebuah bangun ruang.
Ketelitian dalam menghitung.
Siswa belum dapat memanajemen waktu dalam mengerjakan soal dengan baik.
2. Pengujian Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan karena semua jenis statistik parametrik harus memenuhi asumsi normalitas. Dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov.
Uji Normalitas Tes Kemampuan Keruangan
Tabel 4.5 Uji Normalitas Kemampuan Keruangan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kemampuanKeru angan
N 24
Normal Parametersa Mean 24.3333 Std. Deviation 14.56818
Most Extreme Differences
Absolute .143
Positive .143
Negative -.089
Kolmogorov-Smirnov Z .700
Asymp. Sig. (2-tailed) .712
(67)
Berdasarkan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,7 dan Asym.Sig. (2-tailed) sebesar 0,712 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan data tes kemampuan keruangan berdistribusi normal.
Uji Normalitas Tes Hasil belajar
Tabel 4.6 Uji Normalitas Hasil belajar
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PrestasiBelajar
N 24
Normal Parametersa Mean 50.9583 Std. Deviation 23.91921
Most Extreme Differences Absolute .102
Positive .071
Negative -.102
Kolmogorov-Smirnov Z .500
Asymp. Sig. (2-tailed) .964
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,5 dan Asym.Sig. (2-tailed) sebesar 0,964 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan data tes hasil belajarberdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui secara signifikan apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau analisis regresi linear. Dasar pengambilan keputusan dalam uji linearitas adalah:
(68)
Jika nilai signifikasi> 0,05 maka hubungan antara variabel X dengan Y adalah linear.
Jika nilai signifikasi< 0,05 maka hubungan antara variabel X dengan Y adalah tidak linear.
Tabel 4.7 Analisis Linear
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
PrestasiBelajar * KemampuanKe ruangan Betwee n Groups
(Combined) 11718.167 20 585.908 .835 .664
Linearity 456.240 1 456.240 .650 .479
Deviation from Linearity
11261.927 19 592.733 .845 .658
Within Groups 2105.167 3 701.722
Total 13823.333 23
Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikasi oada Deviation from Linearity sebesar 0,658. Karena signifikasi lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel kemampuan keruangan dan hasil belajar ada hubungan yang linear.
c. Uji Regresi Sederhana
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan linier antara dua variabel atau lebih, apakah memiliki arah positif atau negatif. Di mana satu variabel sebagai variabel dependen (terikat) dan yang lainnya sebagai variabel independen (bebas). Biasanya variabel dependen dilambangkan sebagai Y dan variabel independen dilambangkan dengan X.
(69)
Tabel 4.8 Analisis Regresi
D a r i
output tersebut dapat dibentuk suatu persamaan regresi: ̂ ̂ : Variabel dependen
: Variabel prediktor a : bilangan konstan
b : koefisien arah regresi linier
Angka-angka ini dapat diartikan sebagai berikut:
Konstanta sebesar 42,894; artinya jika kemampuan keruangan (X) nilainya adalah 0, maka hasil belajar (̂) nilainya positif yaitu sebesar 42,894.
Koefisien regresi kemampuan keruangan (X) sebesar 0,306 artinya jika kemampuan keruangan mengalami kenaikan sebesar 1, maka hasil belajar (̂) mengalami peningkatan sebesar 0,306. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara kemampuan keruangan dan hasil belajar, semakin naik kemampuan keruangan maka semakin meningkat pula hasil belajar. Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 42.894 9.951 4.311 .000
KemampuanKeruan gan
.306 .353 .182 .867 .396
(70)
d. Uji Korelasi Sederhana
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui tentang derajat hubungan antara variabel. Jadi analisis korelasi berhubungan dengan derajat hubungan (seberapa kuat hubungan antara variabel-variabel itu terjadi).
Tabel 4.9 Analisis Korelasi e.
f.
g.
h. D a r i
Hasil output analisis korelasi menunjukkan bahwa nilai korelasi antara kemampuan keruangan dan hasil belajar adalah 0,182 dan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,396. Ini menunjukkan bahwa tingkat korelasi yang sangat rendah.
i. Diagram Pencar (Scatter Diagram) antara Kemampuan
Keruangan dengan Hasil belajar Matematika
Correlations
KemampuanKe
ruangan PrestasiBelajar
KemampuanKeruangan Pearson Correlation 1 .182
Sig. (2-tailed) .396
N 24 24
PrestasiBelajar Pearson Correlation .182 1
Sig. (2-tailed) .396
(71)
Gambar 4.1 Diagram Pencar
Dari gambar diagram diatas menunjukkan bahwa kemampuan keruangan dan hasil belajar berkemungkinan tidak memiliki hubungan yang positif. Hal ini dapat dilihat dari tidak ada pola kecenderungan nilai tertentu pada variabel X terhadap nilai-nilai tertentu pada Variabel Y.
D. Pembahasan
Hasil dari analisis data yang telah dilakukan, dimana data diambil dari tes kemempuan keruangan dan tes hasil belajar kelas VIII SMP pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Hubungan antara kemampuan keruangan dengan hasil belajar matematika
Dari hasil analisis data yang telah diperoleh persamaan regresi antara tes kemampuan keruangan dengan tes hasil belajar matematika adalah
(72)
̂ . Arah regresi menunjukkan arah yang positif, dengan demikian terjadi hubungan yang positif antara kemampuan keruangan dengan hasil belajar matematika. Artinya jika nilai koefisien b sebesar 0,306 berarti bahwa perubahan dalam nilai kemampuan keruangan sebesar satu akan mengubah nilai hasil belajar sebesar 0,306 pada konstanta 42,894. Apabila nilai kemampuan keruangan sebesar nol, nilai hasil belajar adalah sebesar 42,894. Hal ini disebabkan karena dalam nilai konstanta terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa antara lain kurang adanya motivasi belajar, minat siswa,kondisi fisik siswa, persiapan siswa saat akan mengerjakan soal tes, dan kemampuan siswa dalam menghafal rumus bukan dalam memahami rumus.
Menurut Hariwijaya (2005:14) kecerdasan ruang bermanfaat untuk menempatkan diri dalam berbagai pergaulan sosial, pemetaan ruang, gambar, teknik, dimensi dan sebagainya yang berkaitan dengan ruang nyata maupun ruang abstrak. Dengan kata lain, seorang anak yang memiliki kemampuan keruangan baik, akan dengan mudah mengikuti pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar. Hal ini juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dalam penelitian ini dibuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kemampuan keruangan dan hasil belajar. Namun hubungan tersebut termasuk dalam kategori yang rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0,182. Selain itu nilai untuk signifikasi korelasi ternyata hasilnya juga tidak signifikan. Nilai untuk signifikasi korelasi yang diperoleh sebesar 0,396 artinya
(73)
kemampuan keruangan hanya memiliki dampak yang sangat kecil terhadap hasil belajar matematika materi bangun ruang sisi.
2. Hasil wawancara dan hasil pencermatan terhadap pekerjaan tertulis siswa pada tes hasil belajar matematika
Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap nilai siswa pada kedua tes tersebut, yaitu faktor eksternal dalam hal ini adalah faktor pendidik dan faktor intrernal antara lain faktor kesiapan, faktor minat dan faktor perhatian siswa saat mengikuti kegiatan belajar. Dalam hal ini faktor pendidik sangat berpengaruh terhadap diri siswa. Banyak siswa yang merasa cocok dengan metode pembelajaran yang telah digunakan selama proses pembelajaran matematika berlangsung. Namun faktor internal dari dalam diri siswa ternyata lebih mendominasi hasil akhir yang diperoleh siswa. Faktor kurangnya kesiapan siswa saat akan mengerjakan soal tes merupakan salah satu faktor yang dapat berdampak buruk terhadap siswa. Hal ini mengakibatkan siswa tidak dapat mengerjakan soal-soal tes yang diberikan dengan optimal. Tidak hanya faktor kesiapan saja yang berpengaruh terhadap hasil akhir yang diperoleh siswa tetapi faktor minat pun juga berpengaruh. Kurangnya minat yang dimiliki siswa mengakibatkan siswa hanya asal-asalan dalam mengerjakan soal.
Faktor kurangnya perhatian siswa selama proses belajar merupakan salah satu akibat dari kurangnya minat yang dimiliki siswa selama proses belajar berlangsung. Hal ini menyebabkan hasil belajar yang diperoleh siswa menjadi kurang memuaskan.
(74)
E. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan peneliti dalam mengambil data penelitian, antara lain:
1. Peneliti menggunakan bantuan tes dari lembaga P2TKP sehingga peneliti tidak dapat mengetahui pada soal nomor berapa saja siswa tidak dapat mengerjakan dan menganalisis kesulitan apa yang dialami siswa pada soal tes kemampuan keruangan.
2. Secara keseluruhan soal pada tes kemampuan keruangan membutuhkan kemampuan keruangan yang kuat dari siswa, sedangkan pada tes hasil belajar, dari lima nomor soal hanya satu nomor soal saja yang membutuhkan kemampuan keruangan yang kuat. Untuk empat nomor lainnya pada soal tes hasil belajar tidak terlalu membutuhkan kemampuan keruangan yang kuat. Sehingga data skor nilai yang diperoleh pada tes kemampuan keruangan dan tes hasil belajar berbeda.
(75)
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2013/2014, maka ada tiga kesimpulan yang dapat diambil:
1. Rata-rata kemampuan keruangan yang dimiliki cenderung rendah karena hanya sebesar 24,33.
2. Untuk hasil hasil belajar matematika materi bangun ruang sisi datar yang diperoleh siswa termasuk dalam kategori kurang karena hanya memperoleh rata-rata sebesar 50,95.
3. Dalam penelitian ini dibuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kemampuan keruangan dan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari persamaan regresi dimana ̂ Namun hubungan tersebut termasuk dalam kategori yang rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0,182.
Selain itu nilai untuk signifikasi korelasi ternyata hasilnya juga tidak signifikan. Nilai untuk signifikasi korelasi yang diperoleh sebesar 0,396 artinya kemampuan keruangan hanya memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap hasil belajar matematika materi bangun ruang sisi datar lebih banyak disebabkan oleh faktor lain. Faktor lain yang berpengaruh antara lain minat belajar dari dalam diri sendiri, teman-teman sekitar, cara mengajar guru dan kemampuan dari siswa itu sendiri. Namun menurut hasil wawancara dari beberapa siswa, faktor cara guru mengajar sudah baik karena siswa sudah merasa senang karena banyak waktu yang digunakan untuk
(1)
84
Lampiran K
Foto-foto Kegiatan(2)
(3)
86
Lampiran L
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian(4)
87
Lampiran M
Hasil WawancaraTranskrip Wawancara dengan Siswa Keterangan :
P : Peneliti
S1 : Siswa 1 (Laki-laki)
P : “Selamat siang dek”
S1 : “Selamat siang mas”
P : “Bagaimana kemarin waktu mengerjakan soal tes 1?”
S1 : “Lumayan dapat mas, soalnya cuma bentuk-bentuk bangun ruang dan
jaring-jaring mas”
P : “Kalau yang tes 2 dapat tidak?
S1 : “Nggak dapat mas, soalnya banyak rumus dan hitung-hitungan”
P : “Bagian mana yang tidak dapat?
S1 : “Bagian yang nomer 2, 3, 4 dan 5 mas.”
P : “Kenapa tidak dapat?”
S1 : “Soalnya cuma ngafalin rumus, jadi ada yang lupa mas.”
P : “Menurutmu apakah metode dalam mengajar yang digunakan oleh guru
sudah tepat, sehingga kamu mudah untuk memahami?”
S1 : “Sudah mas, saya suka diajar sama Bu Yuli. Ada kerja kelompok jadi dapat bantu nilai. Waktu pelajaran saya paham, tapi kadang masih harus buka buku soalnya sering lupa.”
P : “Baik dek, terimakasih atas waktunya”
(5)
88 P : Peneliti
S2 : Siswa 2 (Laki-laki)
P : “Selamat siang dek”
S2 : “Selamat siang mas”
P : “Bagaimana kemarin waktu mengerjakan soal tes 1?”
S2 : “Lumayan dapat mas, soalnya cuma waktunya aja yang kurang banyak jadi
ada yang kurang teliti mas”
P : “Kalau yang tes 2 dapat tidak?
S2 : “Dapat mas”
P : “Apa ada bagian yang tidak dapat?
S2 : “Ada mas”
P : “Nomor berapa dek?”
S2 : “Nomor 4 mas”
P : “Kenapa tidak dapat?”
S2 : “Soalnya salah ngitung mas, kurang teliti.”
P : “Menurutmu apakah metode dalam mengajar yang digunakan oleh guru
sudah tepat, sehingga kamu mudah untuk memahami?”
S2 : “Sudah mas, saya suka diajar sama Bu Yuli. Saya mudah memahami materi
pelajaran.”
P : “Baik dek, terimakasih atas waktunya”
(6)
89 Keterangan :
P : Peneliti
S3 : Siswa 3 (Perempuan)
P : “Selamat siang dek”
S3 : “Selamat siang mas”
P : “Bagaimana kemarin waktu mengerjakan soal tes 1?”
S3 : “Lumayan dapat mas, soalnya cuma bentuk-bentuk bangun ruang dan
jaring-jaring mas”
P : “Kalau yang tes 2 dapat tidak?
S3 : “Nggak dapat mas, soalnya banyak rumus dan hitung-hitungan”
P : “Bagian mana yang tidak dapat?
S3 : “Bagian yang nomer 2, 3, 4 dan 5 mas.”
P : “Kenapa tidak dapat?”
S3 : “Soalnya cuma ngafalin rumus, jadi ada yang lupa mas.”
P : “Menurutmu apakah metode dalam mengajar yang digunakan oleh guru
sudah tepat, sehingga kamu mudah untuk memahami?”
S3 : “Sudah mas, saya suka diajar sama Bu Yuli. Ada kerja kelompok jadi dapat bantu nilai. Waktu pelajaran saya paham, tapi kadang masih harus buka buku soalnya sering lupa.”
P : “Baik dek, terimakasih atas waktunya”