HUbungan Antara Trait Extraversion dan Dimensi-dimensi Self-Disclosure pada Remaja Pengguna Twitter di SMA Negeri "X" Kota Bandung.

(1)

viii Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara Trait Extraversion dan dimensi-dimensi Self-Disclosure pada remaja pengguna Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode convenience sampling, dan sampel berjumlah 280 orang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan korelasional.

Alat ukur trait extraversion yang digunakan merupakan adopsi dari penelitian Irene Prameswari Edwina, M.Psi., Psikolog (2013) yang terdiri dari 9 item. Sedangkan alat ukur self-disclosure merupakan modifikasi Weiwei & Peiyi (2010) berdasarkan konsep dari Wheeless & Grotz (1976) kemudian dimodifikasi kembali oleh Tery Setiawan, M.Si. dan peneliti yang terdiri dari 24 item. Data yang diperoleh menggunakan uji korelasi Spearman.

Validitas alat ukur trait extraversion berkisar 0,501 - 0,748 dan reliabilitas sebesar 0,762. Sedangkan validitas alat ukur self-disclosure berkisar dari 0,379 – 0,724 dan reliabilitas sebesar 0,539 untuk dimensi valensi, 0,429 untuk dimensi kedalaman, 0,558 untuk dimensi jumlah, 0,591 untuk dimensi maksud, dan 0,221 untuk dimensi kejujuran-ketepatan.

Berdasarkan pengolahan data statistik, koefisien korelasi untuk trait extraversion dan valensi adalah 0,201**. Trait extraversion dan kedalaman adalah -0,105. Trait extraversion dan jumlah adalah 0,031. Trait extraversion dan maksud adalah 0,224**. Trait extraversion dan kejujuran-ketepatan adalah 0,103.

Kesimpulannya adalah semakin tinggi tingkat trait extraversion siswa, maka semakin positif informasi-informasi yang diungkapkan di dalam Twitter sesuai maksud yang diinginkan. Namun, semakin sedikit informasi yang diungkapkan, semakin tidak sesuai dengan kenyataan, dan tidak mendalam.

Peneliti mengajukan saran agar dilakukan penelitian korelasional mengenai trait extraversion dan self-disclosure pada pengguna media sosial lainnya. Kemudian dapat memperluas penelitian dengan menambahkan data kontrol dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi self-disclosure.


(2)

ix Universitas Kristen Maranatha

Abstract

This research is to determine the relationship between extraversion trait and dimensions of self-disclosure of teens Twitter users in “X” High School at Bandung. Convenience sampling method is used for sampling which amounted to 280 peoples. This research using correlational research design.

The measurement tool of extraversion trait that consisted 9 items are the adoption of Irene Prameswari Edwina, M.Psi., Psikolog. The measurement tool of self-disclosure that consist of 24 items are the modification of Weiwei & Peiyi (2010) based on concept of Wheeless & Grotz (1976) then it was modified again by Tery Setiawan, M.Si. and researcher. The Spearman correlation test is used for data retrieval.

On the measurement of extraversion trait, validity range from 0,501 to 0,748 and reliability index is 0,762. On the measurement of self-disclosure, validity range from 0,379 to 0,724 and reliability for the dimension of valence is 0,539; depth is 0,429; amount is 0,558; intentionality is 0,591, and honesty-accuracy is 0,221.

Based on statistical data processing, the correlation coefficient of the extraversion trait with ; valence is 0,201 ; depth is -0,105 ; amount is 0,031 ; intentionality is 0,224** ; honesty-accuracy is 0,103.

The conclusion is the higher level of extraversion trait, the more positive the informations disclosed in Twitter as they desired. However, the less informations disclosed, not appropriate with reality, and not deep.

It is recommended to do a further research for trait extraversion and self-disclosure on other social media users by adding control data and other factors.


(3)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR GRAFIK... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang masalah ... 1

1.2 Identifikasi masalah ... 9

1.3 Maksud dan tujuan penelitian ... 9

1.3.1 Maksud penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan teoretis... 10

1.4.2 Kegunaan praktis ... 10

1.5 Kerangka pemikiran ... 11

1.6 Asumsi penelitian ... 17


(4)

xi Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 19

2.1 Personality ... 19

2.1.1 Perspektif tentang manusia ... 19

2.1.2 Prinsip dasar dari psikologi trait ... 20

2.1.3 Trait Extraversion McCrae & Costa ... 22

2.1.4 Karakteristik teori Big Five-Factor McCrae & Costa .... 23

2.2 Komunikasi Interpersonal ... 24

2.2.1 Pengertian komunikasi interpersonal ... 24

2.2.2 Karakteristik komunikasi interpersonal ... 25

2.3 Self-Disclosure ... 26

2.3.1 Pengertian Self-Disclosure ... 26

2.3.2 Dimensi Self-Disclosure ... 27

2.3.3 Alasan melakukan Self-Disclosure ... 29

2.3.4 Manfaat Self-Disclosure ... 31

2.3.5 Bahaya Self-Disclosure ... 32

2.3.6 Self-Disclosure dalam Social Network Sites (SNSs) ... 33

2.3.7 Self-Disclosure dan Personality ... 35

2.4 Social Networking Sites (SNSs) / situs jejaring sosial ... 38

2.5 Remaja ... 40

2.5.1 Batasan remaja ... 40

2.5.2 Karakteristik masa remaja ... 41

2.5.3 Perkembangan psikososial pada masa remaja ... 43

2.5.4 Perkembangan remaja dalam media sosial ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47

3.1 Rancangan dan prosedur penelitian ... 47

3.2 Bagan rancangan penelitian ... 47

3.3 Variabel penelitian dan definisi operasional ... 48

3.3.1 Variabel penelitian ... 48

3.3.2 Definisi operasional ... 48


(5)

xii Universitas Kristen Maranatha

3.3.2.2 Dimensi-Dimensi Self-Disclosure ... 48

3.4 Alat ukur ... 51

3.4.1 Alat ukur Trait Extraversion ... 51

3.4.2 Alat ukur Dimensi-Dimensi Self-Disclosure ... 54

3.4.3 Data pribadi dan penunjang ... 59

3.4.3.1 Data pribadi ... 59

3.4.3.2 Data penunjang... 59

3.4.4 Validitas dan reliabilitas alat ukur ... 60

3.4.4.1 Validitas alat ukur Trait Extraversion ... 60

3.4.4.2 Reliabilitas alat ukur Trait Extraversion ... 60

3.4.4.3 Validitas alat ukur Dimensi-Dimensi Self-Disclosure ... 60

3.4.4.4 Reliabilitas alat ukur Dimensi-Dimensi Self-Disclosure ... 62

3.5 Populasi dan teknik penarikan sampel ... 65

3.5.1 Populasi sasaran ... 65

3.5.2 Karakteristik sampel ... 65

3.5.3 Teknik penarikan sampel... 65

3.6 Teknik analisis data ... 66

3.7 Hipotesis penelitian ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

4.1 Gambaran responden ... 68

4.1.1 Gambaran responden berdasarkan usia ... 68

4.1.2 Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin ... 69

4.2 Data utama responden ... 69

4.2.1 Trait Extraversion ... 69

4.2.2 Dimensi-Dimensi Self-Disclosure ... 70

4.3 Dinamika dimensi-dimensi self-disclosure ... 72

4.3.1 Dinamika dimensi-dimensi self-disclosure pada trait extraversion rendah ... 74


(6)

xiii Universitas Kristen Maranatha

4.3.2 Dinamika dimensi-dimensi self-disclosure pada

trait extraversion tinggi ... 75

4.4 Uji hipotesis ... 76

4.5 Pembahasan ... 77

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 83

5.1 Simpulan ... 83

5.2 Saran ... 84

5.2.1 Saran teoretis ... 84

5.2.2 Saran praktis ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

DAFTAR RUJUKAN ... 89


(7)

xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Trait Extraversion pada Remaja Pengguna

Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung ... 51

Tabel 3.2 Skor Pilihan Jawaban untuk Alat Ukur Trait Extraversion pada Remaja Pengguna Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung .. 53

Tabel 3.3 Kriteria Skor untuk Alat Ukur Trait Extraversion pada Remaja Pengguna Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung ... 54

Tabel 3.4 Kisi-kisi Alat Ukur Dimensi-Dimensi Self-Disclosure pada Remaja Pengguna Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung .. 54

Tabel 3.5 Skor Pilihan Jawaban untuk Alat Ukur Dimensi-Dimensi Self-Disclosure pada Remaja Pengguna Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung ... 58

Tabel 3.6 Skor Median untuk Alat Ukur Dimensi-Dimensi Self-Disclosure pada Remaja Pengguna Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung ... 58

Tabel 3.7 Kriteria Skor untuk Alat Ukur Dimensi-Dimensi Self-Disclosure pada Remaja Pengguna Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung ... 59

Tabel 3.8 Reliabilitas untuk Alat Ukur Dimensi-Dimensi Self-Disclosure pada Remaja Pengguna Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung ... 64

Tabel 4.1 Gambaran responden berdasarkan usia ... 68

Tabel 4.2 Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin ... 69

Tabel 4.3 Tingkat trait extraversion responden ... 69

Tabel 4.4 Derajat dimensi-dimensi self-disclosure responden ... 70

Tabel 4.5 Dinamika dimensi-dimensi self-disclosure responden ... 72

Tabel 4.6 Korelasi trait extraversion dan dimensi-dimensi self-disclosure ... 76


(8)

xv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Hubungan antara Trait Extraversion dan Dimensi-Dimensi Self-Disclosure pada

Remaja Pengguna Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung .. 17 Bagan 3.1 Rancangan Penelitian Hubungan antara Trait Extraversion dan

Dimensi-Dimensi Self-Disclosure pada Remaja Pengguna


(9)

xvi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Dinamika Dimensi-Dimensi Self-Disclosure pada Tingkat

Trait Extraversion Rendah ... 74 Grafik 4.2 Dinamika Dimensi-Dimensi Self-Disclosure pada Tingkat


(10)

xvii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Kisi-kisi Alat ukur Trait Extraversion ... 91

LAMPIRAN II Kisi-kisi Alat ukur Dimensi-Dimensi Self-Disclosure .. 93

LAMPIRAN III Alat ukur Trait Extraversion... 97

LAMPIRAN IV Alat ukur Dimensi-Dimensi Self-Disclosure ... 100

LAMPIRAN V Validitas dan Reliabilitas Alat ukur Trait Extraversion ... 103

LAMPIRAN VI Validitas dan Reliabilitas Alat ukur Dimensi-Dimensi Self-Disclosure ... 104

LAMPIRAN VII Hasil Perhitungan Statistik Korelasi Trait Extraversion dan Dimensi-Dimensi Self-disclosure ... 106

LAMPIRAN VIII Hasil Perhitungan Statistik Tabulasi Silang Jenis Kelamin dan Dimensi-Dimensi Self-disclosure ... 108

LAMPIRAN IX Gambaran data demografis ... 111

LAMPIRAN X Data utama responden ... 112

LAMPIRAN XI Dinamika Dimensi-Dimensi Self-Disclosure ... 114

LAMPIRAN XII Kuesioner survei awal ... 115

LAMPIRAN XIII Twitter... 118

LAMPIRAN XIV Pengenalan lokasi penelitian ... 123


(11)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam sebuah hubungan diperlukan komunikasi antar satu dan yang lainnya. Komunikasi apabila diaplikasikan dengan benar akan mampu mencegah konflik dan memperbaiki hubungan sekaligus menciptakan suasana yang menyenangkan dan menciptakan hubungan yang harmonis baik antar pribadi, antar kelompok, dan antar bangsa.

Menurut Rogers dan Kincaid, seorang ilmuwan komunikasi (dalam Cangara, 2000) komunikasi adalah proses pertukaran informasi dengan menyampaikan gagasan atau perasaan agar mendapat tanggapan dari orang lain dan dapat mengekspresikan dirinya yang unik. Informasi yang disampaikan dalam komunikasi dapat berupa identitas diri, pikiran, perasaan, penilaian terhadap keadaan sekitar, pengalaman masa lalu dan rencana masa depan yang sifatnya rahasia maupun yang tidak rahasia.

Sama halnya seperti manusia lainnya, remaja juga membutuhkan komunikasi dalam suatu hubungan. Remaja digambarkan sebagai masa yang penuh dengan masalah dan membutuhkan banyak penyesuaian diri yang disebabkan karena terjadinya perubahan harapan sosial, peran, dan perilaku. Perubahan eksternal dan internal yang dialami remaja yang membuat remaja memerlukan penyesuaian diri yang tepat. Metode penyesuaian diri yang dilakukan


(12)

2

Universitas Kristen Maranatha

remaja dapat dilakukan melalui interaksi yang didalamnya juga melibatkan komunikasi interpersonal (Erozkan, 2013).

Siswa-siswi SMA Negeri “X” Kota Bandung melakukan komunikasi setiap harinya baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain melakukan komunikasi langsung secara tatap muka, para siswa juga melakukan komunikasi melalui media sosial. Saat ini hampir setiap orang tidak lepas dari social media network

yang marak digunakan untuk berkomunikasi seiring kemudahan mengakses internet semakin meningkat di negeri ini. Beberapa media sosial yang sedang marak digunakan yaitu Facebook, Twitter, Google+, LinkedIn, Path (mobile),

Instagram, Line, Whatsapp, Blackberry Messenger dan masih banyak lagi. Semua

social media network memiliki ciri khas masing-masing dengan menonjolkan cara orang berelasi yang berbeda-beda.

Perkembangan dalam media komunikasi menciptakan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan sosial dan peradaban manusia. Memberikan informasi diri di media jejaring sosial dapat menimbulkan dampak positif dan juga dampak negatif pada masyarakat khususnya remaja. Dampak positif media jejaring sosial adalah memperluas jaringan pertemanan, dan sebagai media penyebaran informasi, sedangkan dampak negatifnya yaitu terjadinya penolakan sosial yang dapat menimbulkan penolakan terhadap diri sendiri. Munculnya media sosial berbanding terbalik dengan frekuensi komunikasi tatap muka antar pribadi yang dilakukan baik pada individu dengan tingkat trait extraversion tinggi maupun rendah. Individu yang memberikan informasi di dalam media sosial secara berlebihan dapat menjadi candu karena kesenangan yang ditawarkan dan


(13)

3

Universitas Kristen Maranatha

intensitas komunikasi tatap muka pada komunikasi pribadi akan semakin rendah. Penggunaan komunikasi media jejaring soisal dapat menimbulkan ketidaksepahaman terhadap makna dan tujuan pesan yang disampaikan dalam komunikasi, sehingga seringkali terjadi adanya kesalahpahaman yang berujung pada keributan (Widiantari & Herdiyanto, 2013).

Berdasarkan survey awal terhadap 150 siswa-siswi dengan menggunakan kuesioner, didapatkan hasil 138 siswa (92%) di SMA “X” Bandung menggunakan

Twitter dibandingkan media sosial lainnya, mereka setiap hari menuliskan dan membalas pesan di dalam Twitter. Alasan para siswa memilih Twitter sebagai media sosial yang paling sering digunakan dibandingkan media sosial lainnya yaitu bahwa Twitter lebih mudah dan lebih luas untuk mendapatkan informasi dibandingkan media sosial lainnya. Selain itu, Twitter juga lebih mudah untuk digunakan sebagai media komunikasi dan informasi-informasi yang ditulis oleh teman-teman di dalam Twitter lebih mudah terbaca.

Twitter merupakan salah satu jejaring sosial terbesar di dunia. Twitter

dibentuk pada tanggal 21 Maret 2006 oleh 4 orang yaitu Jack Dorsey, Noah Glass, Evan Williams, dan Biz Stone (http://m.detik.com, diakses 28 Februari 2013). Indonesia merupakan negara peringkat pertama di Asia yang memiliki pengguna

Twitter aktif sebanyak 20 juta pengguna (http://www.id.techinasia.com, diakses 5 Juni 2014). Ciri khas Twitter dibandingkan dengan media sosial lainnya yaitu di mana pengguna dapat mengirim pesan dalam 140 karakter dan tidak terdapat batasan follower atau teman dalam Twitter (Waloeyo, 2010). Berdasarkan penelitian dari Universitas Michigan yang dilakukan oleh Elliot Panek, Yioryos


(14)

4

Universitas Kristen Maranatha

Nardis, dan Sara Konrath, anak muda pengguna Twitter memilih menggunakan

Twitter karena para pengguna dapat mengungkapkan pendapat mereka sendiri dan mendapatkan komentar-komentar dari orang lain. Melalui Twitter, para pengguna memperluas lingkaran sosial dan mengungkapkan pendapat mereka tentang berbagai topik dan isu-isu yang mereka ketahui. Sebagian besar pengguna Twitter

lebih sering membicarakan diri mereka sendiri, pendapat mereka dan foto-foto diri mereka dalam berbagai kegiatan (http://www.ns.umich.edu, diakses 11 Juni 2013).

Para siswa SMA Negeri “X” Kota Bandung menggunakan Twitter sebagai wadah untuk menceritakan keluh kesah dan perasaan-perasaan yang sedang dialami. Beberapa guru di sekolah tersebut terutama guru-guru yang memiliki akun dan aktif di media sosial mengeluhkan kebiasaan-kebiasaan para siswa di dalam media sosial. Terdapat beberapa siswa yang ketika di lingkungan sekolah terlihat pendiam, sulit untuk menjalin relasi dengan teman-teman lainnya, siswa tersebut terlihat berbeda ketika di dalam media sosial. Siswa-siswi tersebut hampir setiap hari menuliskan status-status di media sosial, banyak berbicara dan menceritakan tentang diri mereka, melakukan perbincangan di dalam media sosial dengan orang-orang, menceritakan keluh kesah ketika di sekolah, perasaan-perasaan mereka, bahkan ketika mendapatkan teguran dari guru di sekolah langsung dituliskan oleh siswa-siswi tersebut di dalam akun media sosial yang dimilikinya.

Kebiasaan para siswa yang lebih banyak berbicara mengenai kehidupan mereka di dalam media sosial dibandingkan di dalam kehidupan nyata membawa


(15)

5

Universitas Kristen Maranatha

dampak buruk yang sangat terlihat oleh para guru. Siswa-siswi tersebut seringkali dijauhi oleh teman-teman, menjadi bahan obrolan, mendapatkan banyak sindiran dari teman-temannya. Hal ini semakin membuat siswa-siswi tersebut sulit untuk menjalin relasi dengan teman-teman lainnya. Lebih buruknya lagi terdapat beberapa siswa yang menjadi tidak bersemangat sekolah karena merasa tidak punya teman dan dijauhi teman-temannya sehingga mempengaruhi prestasi akademiknya.

Interaksi di media sosial melibatkan proses komunikasi yang disebut komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi yang melibatkan dua orang atau dalam grup kecil yang terdiri dari beberapa orang. Adanya komunikasi interpersonal menimbulkan pengaruh yang besar terhadap intensitas hubungan di antara orang-orang yang terlibat komunikasi tersebut. Faktor-faktor verbal (status atau komentar) dan non-verbal (penampilan pada profil foto, maupun ekspresi tulisan) sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Satu bentuk terpenting dari komunikasi interpersonal adalah dimana seseorang dapat melibatkan pembicaraan tentang siapa dirinya, atau membuka diri yang sering disebut self-disclosure (Pearson, 1982).

Wheeless & Grotz (1976) mengungkapkan self-disclosure (pengungkapan diri) adalah pesan apapun tentang diri yang dikomunikasikan kepada orang lain. Taylor dan Belgrave (dalam Gainau, 2009) mengatakan individu yang terampil melakukan self-disclosure mempunyai ciri-ciri yakni memiliki rasa tertarik kepada orang lain daripada mereka yang kurang terbuka, percaya diri sendiri, dan percaya pada orang lain. Tanpa self-disclosure, individu cenderung mendapat


(16)

6

Universitas Kristen Maranatha

penerimaan sosial yang kurang baik sehingga berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya.

Kepribadian seseorang memberikan efek besar bagi individu yang melakukan pengungkapan diri di media sosial. Seseorang dapat mengganti kepribadiannya pada saat sedang melakukan interaksi sosial di media jejaring sosial, hal ini dikarenakan individu gagal melakukan interaksi sosial tatap muka. Dengan kata lain individu menggunakan kepribadian yang berbeda atau kepribadian yang lebih sempurna ketika sedang melakukan pengungkapan diri dan interaksi sosial di media jejaring sosial (Harbaugh, 2010).

Costa & McCrae (2003), mengemukakan The Big Five Factor Model yang telah diterima secara luas sebagai taksonomi yang memadai dari ciri-ciri kepribadian. Kelima trait tersebut yaitu, Neuroticism, Extraversion, Openness,

Agreeableness, dan Conscientiousness. Trait extraversion adalah trait yang paling familiar dan difokuskan untuk melihat perbedaan-perbedaan di dalam interaksi sosial dan aktivitas sehari-hari. Dalam berkomunikasi, trait extraversion dengan skor tinggi memiliki tingkat kedalaman pesan yang tinggi, memiliki perhatian yang lebih saat berkomunikasi, dan banyak orang yang diajak untuk berkomunikasi. Traitextraversion dengan skor rendah memiliki kedalaman pesan yang rendah, sedikit orang yang diajak berkomunikasi, topik yang dibicarakan sedikit, sedikit menghabiskan waktu dan jarang berkomunikasi.

Untuk mengetahui kaitan trait extraversion dan pengungkapan diri ( self-disclosure) siswa di dalam Twitter, maka dilakukan survei awal oleh peneliti dengan memberikan kuesioner kepada 30 siswa yang terdiri dari 10 siswa kelas X,


(17)

7

Universitas Kristen Maranatha

10 siswa kelas XI, dan 10 siswa kelas XII. Didapatkan 18 siswa (60%) siswa termasuk ke dalam kategori individu yang senang dalam sosialisasi, mereka mengikuti berbagai kegiatan di sekolah dan diluar sekolah, sering berkumpul dengan teman-teman di koridor sekolah atau di rumah salah satu temannya, mereka menggunakan Twitter setiap harinya, mereka banyak mengungkapkan informasi tentang dirinya, mereka menulis hal-hal yang menyenangkan seputar kegiatan sehari-hari, mereka mengungkapkan informasi-informasi pribadi di dalam Twitter, mereka lebih banyak menggunakan fitur ‘reply’ saat memberikan informasi, mereka aktif dengan Twitter setiap harinya, mereka mengungkapkan informasi sesuai dengan kenyataan dan diungkapkan secara sadar, mereka mengungkapkan informasi bukan hanya kepada teman-teman dekat namun juga kepada orang-orang yang baru dikenalnya.

Siswa lainnya yaitu 12 siswa (40%) termasuk ke dalam kategori individu yang lebih senang membaca buku daripada berkumpul dengan teman-teman, menulis lagu, mereka banyak meluangkan waktu untuk menggunakan Twitter

setiap hari, mereka banyak mengungkapkan informasi tentang dirinya, mereka mengungkapkan masalah yang sedang dihadapi dan menuliskannya di dalam

Twitter, mereka mengungkapkan informasi yang sifatnya pribadi dan diungkapkan secara sadar, informasi yang diungkapkan lebih banyak informasi yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, mereka lebih senang menggunakan fitur ‘quote tweet’ saat membalas pesan, serta mereka mengungkapkan informasi bukan hanya kepada teman-teman dekat namun juga kepada orang-orang yang baru dikenalnya.


(18)

8

Universitas Kristen Maranatha

Ditemukan bahwa hal-hal yang biasa dituliskan atau dibuka oleh remaja di akun Twitter pribadi diantaranya adalah aspek sehari-hari, hubungan percintaan, hubungan persahabatan dan pandangan terhadap lingkungan sekitar. Hal yang mendorong remaja menjadi lebih terbuka mengenai dirinya sendiri di Twitter

biasanya pada saat keadaan dimana mereka tidak tahu harus berbuat apa, karena perasaan tertentu, kepuasan yang didapat, tanggapan pribadi terhadap Twitter

yang berpengaruh kepada cara penggunaannya dan penyesuaian karakter diri, serta menunjukkan karakter diri (Putra, Nurul, dan Rizqiah, 2012).

Beberapa penelitian dan studi laboratorium telah dilakukan sebelumnya mengenai personality dan self-disclosure yang dilakukan oleh Jourard & Resnick (1970); Pederson & Breglio (1968); Taylor (1968), hasilnya terdapat hubungan yang positif antara personality dan self-disclosure. Namun terdapat penelitian lainnya yang dilakukan oleh Burhenne & Mirels (1970); Ehrlich & Graven (1971); Vondracek (1969) dan hasilnya didapatkan tidak adanya hubungan antara

personality dan self-disclosure.

Beberapa fenomena dimana pengguna media social network menjadi seperti memiliki kepribadian yang berbeda ketika bersosialisasi dalam dunia nyata. Seseorang bisa terkesan sangat extrovert dalam media social network

dibandingkan di dunia nyata. Jika di dunia nyata ia tak mampu terlalu ekspresif dan bebas beropini, maka mereka akan melakukannya di dunia maya, dalam hal ini ialah Twitter (http://m.detik.com, diakses 6 Februari 2012).

Dari hasil survei awal terlihat bahwa siswa-siswi di SMA Negeri “X” Kota Bandung yang terlihat kurang dapat berinteraksi sosial di dunia nyata, mereka


(19)

9

Universitas Kristen Maranatha

lebih terlihat mampu berinterasi sosial di dunia maya. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan antara trait extraversion dan self-disclosure pada remaja pengguna Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara trait extraversion dengan dimensi-dimensi self-disclosure pada remaja pengguna

Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara trait extraversion dan dimensi-dimensi

self-disclosure pada remaja pengguna Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai hubungan antara trait extraversion dan dimensi-dimensi self-disclosure pada remaja pengguna Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung melalui trait extraversion dan 5 dimensi self-disclosure.


(20)

10

Universitas Kristen Maranatha

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

Menjadi bahan acuan untuk penelitian sejenisnya dan mendorong peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara trait extraversion dan dimensi-dimensi self-disclosure pada remaja pengguna media sosial. Selain itu diharapkan melalui penelitian ini dapat menyumbang untuk kemajuan dan perkembangan ilmu psikologi, khususnya Psikologi Sosial.

1.4.2 Kegunaan Praktis

- Memberikan informasi kepada para remaja, khususnya remaja di SMA Negeri “X” Kota Bandung akan peranan dan batasan-batasan perilaku self-disclosure di media sosial khususnya

Twitter.

- Memberikan informasi kepada para guru di SMA “X” Kota Bandung mengenai dampak dan pentingnya melakukan self-disclosure agar dapat mengawasi para siswa terutama siswa yang kurang mampu berinteraksi sosial dengan baik di dunia nyata. - Memberikan informasi kepada orang tua dan masyarakat

mengenai self-disclosure di dalam media sosial khususnya

Twitter, agar orang tua dapat mengawasi anak-anak mereka dan masyarakat juga mengetahui adanya self-disclosure di dalam media sosial dan tatap muka.


(21)

11

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pemikiran

Remaja merupakan periode transisi dalam hal biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi. Tahap perkembangan pada remaja dibagi menjadi tiga tahap; yaitu

early adolescence (10-13 tahun), middle adolescence (14-18 tahun), dan late adolescence (19-22 tahun) (Steinberg, 2002). Pada remaja yang berada pada tingkat Sekolah Menengah Atas, yaitu remaja pada tahap middle adolescence, identitas sosial merupakan tugas perkembangan yang sangat penting pada saat itu (Steinberg, 2002).

Berdasarkan tahap perkembangan remaja, setiap siswa di SMA Negeri “X” Kota Bandung diharapkan mampu menemukan identitas dirinya dengan pengungkapan diri yang sesuai dengan kerpibadiannya. Steinberg (2002) mengatakan pada masa remaja yang penting adalah menemukan identitas dirinya. Remaja mencari tahu tentang siapa dirinya, untuk itu dibutuhkan komunikasi (Erikson, 1968; dalam Steinberg, 2002).

Selain itu para siswa di SMA Negeri “X” Bandung juga sedang mengalami masa penyesuaian yang signifikan terhadap perubahan fisiologis, kognitif, psikologis, dan sosial yang membedakan perilaku masa kanak-kanak dari perilaku orang dewasa. Perubahan ini mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian di kemudian hari. Selama masa remaja, komunikasi dengan orang lain sangat penting bagi remaja. Komunikasi adalah salah satu elemen dasar fungsi manusia, oleh karena itu komunikasi merupakan landasan yang kuat, sehat dalam hubungan interpersonal (Ford dan Beach, 1951; dalam Steinberg, 2002).


(22)

12

Universitas Kristen Maranatha

Kepribadian memainkan peran penting dalam komunikasi interpersonal. Kepribadian adalah total psikologis individu, profil yang mencerminkan pengalaman, motivasi, sikap, keyakinan, nilai-nilai dan perilaku. Kepribadian merupakan kombinasi dari berbagai sifat yang membedakan seseorang dengan orang lain. Komunikasi yang dilakukan siswa merupakan expresi dari kepribadiannya. Jourard (dalam Derlega, 1987) melihat pengungkapan diri ( self-disclosure) sebagai tanda dan penyebab kepribadian yang sehat. Pengungkapan dilihat sebagai karakteristik kepribadian yang relatif stabil yang terkait dengan kepribadian positif lainnya.

Pengungkapan diri yang dilakukan oleh para remaja dapat dilakukan di media sosial Twitter. Sharing merupakan salah satu hal yang seringkali dilakukan di media sosial, dan merupakan budaya dari pengguna Twitter. Boyd (2009, dalam Walton & Rice, 2013) menekankan bahwa ketika menulis status di Twitter dengan biasa dan dangkal, maka tujuannya hanya untuk sosialisasi. Berbagi informasi pribadi di dalam Twitter dan mengungkapkan diri di dalam status mereka di

Twitter dilakukan dengan harapan orang lain memberikan tanggapan dari status yang ditulis (Walton & Rice, 2013).

Untuk melihat perbedaan-perbedaan di dalam interaksi sosial dan aktivitas sehari-hari, McCrae & Costa (2003) mengatakan bahwa trait memperlihatkan pola yang konsisten dari berpikir, merasa, dan bertindak. Trait tersebut salah satunya yaitu trait extraversion. Trait extraversion merupakan dimensi yang paling familiar.


(23)

13

Universitas Kristen Maranatha Trait extraversion menyangkut perbedaan dalam preferensi untuk interaksi sosial dan aktivitas hidup. Siswa SMA Negeri “X” yang tinggi skor ekstraversinya cenderung penuh perhatian, mudah bergabung, aktif bicara, aktif, bersemangat, akan mengingat semua interaksi sosial, dan berinteraksi dengan lebih banyak. Sebaliknya, siswa yang rendah skor ekstraversinya cenderung menghindari hubungan dekat dengan orang lain, kurang berani dan cenderung mengalah, kurang sanggup mengekspresikan emosi yang kuat, dan lemah dalam berinteraksi. Siswa SMA Negeri “X” yang dengan tingkat trait extraversion tinggi memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya. Mereka juga dapat memprediksi perkembangan dari hubungan sosial, dan dapat lebih cepat berteman. Sedangkan siswa dengan tingkat trait extraversion rendah cenderung bersikap tenang dan menarik diri dari lingkungannya.

Berdasarkan perbedaan dalam interaksi sosialnya, maka siswa SMA Negeri “X” cenderung memiliki perbedaan pula dalam cara mengungkapkan dirinya. Pengungkapan diri (self-disclosure) merupakan pesan apapun tentang diri yang dikomunikasikan para remaja kepada orang lain (Wheeless & Grotz, 1976).

Untuk melihat kualitas para siswa SMA Negeri “X” kota Bandung dalam melakukan self-disclosure di dalam Twitter, dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu valensi, kedalaman, jumlah, maksud, dan kejujuran-ketepatan. Valensi berhubungan dengan pengungkapan informasi yang positif maupun negatif. Pengungkapan diri yang positif merupakan pernyataan mengenai dirinya yang dapat dikategorikan sebagai sebagai pujian. Siswa yang memiliki tingkat trait


(24)

14

Universitas Kristen Maranatha extraversion tinggi mengungkapkan informasi yang positif tentang dirinya dan hal-hal yang menyenangkan yang dialami sehari-hari di dalam Twitter. Misalnya, siswa menuliskan pernyataan di dalam Twitter seperti, “Saya merasa sangat senang. Saya dapat menghilangkan 3 kilogram dalam seminggu pada program diet saya”. Sedangkan siswa yang memiliki tingkat trait extraversion rendah mengungkapkan informasi yang negatif tentang dirinya di dalam Twitter. Pengungkapan diri yang negatif merupakan pernyataan kritis evaluatif mengenai diri sendiri. Misalnya, siswa menuliskan pernyataan di dalam Twitter seperti, “Saya berharap saya memiliki kekuasaan yang lebih” atau misalnya pernyataan seperti “Saya belum bisa terbiasa dengan diet baru yang saya jalankan”.

Kedalaman merupakan komunikasi mengenai aspek dari dalam diri di mana berisi keunikan dan penyebab seseorang menjadi rentan atau lemah, termasuk tujuan seseorang secara spesifik dan kehidupan intim, pengungkapan diri ini dianggap dalam. Siswa yang memiliki tingkat trait extraversion tinggi mengungkapkan informasi secara detail dan mendalam. Misalnya siswa menuliskan pernyataan di dalam Twitter seperti, “Hubungan saya dan ayah sangat tidak baik, saya merasa benci dengan ayah karena sering memukul saya dan ibu”. Sedangkan siswa yang memiliki tingkat trait extraversion rendah mengungkapkan informasi yang umum tentang dirinya. Pengungkapan diri yang dangkal termasuk pernyataan-pernyataan mengenai dirinya sendiri yang dangkal dan tidak intim. Misalnya, siswa menuliskan di dalam Twitter seperti pernyataan mengenai makanan dan minuman favorit, atau topik pembicaraan seputar hobi.


(25)

15

Universitas Kristen Maranatha

Jumlah adalah dimensi self-disclosure yang berhubungan dengan total informasi yang diberikan kepada orang lain. Setiap siswa SMA Negeri “X” tidak mengungkapkan informasi dengan jumlah yang sama tentang diri mereka. Siswa yang memiliki tingkat trait extraversion tinggi mengungkapkan banyak informasi tentang dirinya di dalam Twitter Siswa dan terus-menerus menginformasikan tentang dirinya, tentang masa lalunya, kondisi dirinya saat ini, dan tujuan hidupnya kepada orang lain. Sedangkan siswa yang memiliki tingkat trait extraversion rendah tidak banyak mengungkapkan informasi tentang dirinya di dalam Twitter karena mereka lebih cenderung menghindari suatu hubungan dengan orang lain, sehingga hanya sesekali mengungkapkan informasi tentang dirinya di dalam Twitter.

Maksud merupakan dimensi dari pengungkapan diri yang berhubungan dengan kesadaran dalam mengungkapkan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain, tidak dalam pengaruh emosi tertentu. Siswa yang memiliki tingkat

trait extraversion tinggi mengungkapkan informasi dengan sadar dan berniat untuk menuliskan informasi tersebut di dalam Twitter karena mereka selalu siap untuk melakukan sosialisasi. Sedangkan siswa yang memiliki tingkat trait extraversion rendah cenderung dalam kondisi emosi-emosi tertentu yang bercampur-campur sehingga pernyataan yang ditulisnya menjadi dalam keadaan tidak sadar. Misalnya ketika siswa dengan dalam kondisi marah dan kesal kemudian menuliskan informasi tentang dirinya atau perasaannya di dalam


(26)

16

Universitas Kristen Maranatha

melihat kembali informasi yang diberikan ketika sedang dalam keadaan marah dan siswa tersebut merasa menyesal pernah menuliskan informasi tersebut.

Kejujuran-ketepatan merupakan dimensi yang menguraikan mengenai kejujuran pada saat memberikan pesan atau informasi kepada orang lain dan informasi yang diberikan benar-benar terjadi atau sesuai dengan apa yang terjadi atau yang dirasakan oleh individu tersebut. Siswa yang memiliki tingkat trait extraversion tinggi mengungkapkan informasi dengan keadaan sebenarnya sesuai dengan kenyataan. Siswa SMA Negeri “X” menuliskan pernyataan-pernyataan yang benar-benar sedang dialaminya karena mereka merasa tidak adanya kesulitan untuk menjalin interaksi. Sedangkan siswa yang memiliki tingkat trait extraversion rendah mengungkapkan informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan agar dapat mudah bergabung dengan yang lain.

Untuk lebih jelasnya, dapat digambarkan dalam skema kerangka pikir sebagai berikut :


(27)

17

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi Penelitian

1. Siswa-siswi di SMA Negeri “X” Bandung memiliki kebiasaan berbeda-beda dalam berinteraksi sosial dan menyampaikan informasi tentang dirinya yang dapat dilihat berdasarkan tingkat trait extraversion.

2. Trait extraversion akan menghasilkan pola komunikasi yang berbeda yang dapat dilihat dari dimensi-dimensi self-disclosure setiap siswa di SMA Negeri “X” Bandung.

3. Tingkat trait extraversion yang tinggi akan menghasilkan pengungkapan informasi yang positif tentang dirinya, informasinya mendalam, banyak informasi tentang diri pribadi, diungkapkan secara sadar dan sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Hubungan antara Trait Extraversion dan Dimensi-Dimensi Self-Disclosure pada Remaja Pengguna Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung

Siswa-siswi pengguna Twitter di

SMA Negeri “X” Kota Bandung

Trait Extraversion

Dimensi: 1. Valensi 2. Kedalaman 3. Jumlah 4. Maksud

5. Kejujuran-ketepatan

Self-disclosure

Facet:

1. Kehangatan 2. Suka hidup

berkelompok 3. Asertivitas 4. Aktivitas

5. Mencari kesenangan 6. Emosi positif


(28)

18

Universitas Kristen Maranatha

1.7 Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan yang signifikan antara trait extraversion dengan dimensi-dimensi self-disclosure.


(29)

83 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui pengolahan data mengenai hubungan antara trait extraversion dan dimensi-dimensi self-disclosure pada remaja pengguna Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

 Ditemukan bahwa semakin tinggi tingkat trait extraversion siswa maka semakin positif informasi-informasi yang diungkapkan di dalam Twitter

dan informasi yang menyenangkan tentang dirinya, serta siswa juga semakin tepat mengungkapkan informasi tersebut sesuai dengan niat dan maksud yang diinginkan.

 Ditemukan bahwa semakin tinggi tingkat trait extraversion siswa maka semakin tidak jujur informasi-informasi yang diungkapkan siswa di dalam Twitter dantidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, siswa juga semakin tidak banyak membicarakan dirinya di dalam Twitter, dan semakin umum informasi-informasi yang diungkapkan sehingga tidak terlalu intim dan mendalam.


(30)

84

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

Berdasarakan hasil penelitian yang dilakukan melalui pengolahan data mengenai hubungan antara trait extraversion dan dimensi-dimensi self-disclosure pada remaja pengguna Twitter di SMA Negeri “X” Kota Bandung, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

5.2.1 Saran Teoretis

1. Bagi penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara trait extraversion dan dimensi-dimensi self-disclosure

pada media sosial lainnya selain Twitter.

2. Disarankan kepada peneliti lain untuk menambahkan data kontrol dalam penelitian selanjutnya, seperti kelas, seberapa sering siswa login media sosial tersebut, dan adakah media sosial lainnya yang aktif digunakan. 3. Disarankan kepada peneliti lain untuk memperluas penelitian dengan

menambahkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi dimensi-dimensi

self-disclosure seperti besar kelompok, perasaan menyukai, dan topik.

5.2.2 Saran Praktis

1. Disarankan kepada siswa-siswi di SMA Negeri “X” Kota Bandung untuk melakukan self-disclosure atau pengungkapan diri bukan hanya di dalam media sosial saja, tetapi juga di dalam dunia nyata atau face-to-face dan menyadari perilaku self-disclosure mereka.


(31)

85

Universitas Kristen Maranatha

2. Disarankan kepada para guru terutama guru BK di SMA Negeri “X” Kota Bandung yang memiliki akun Twitter untuk lebih memantau jika ada siswa yang hanya dapat melakukan pengungkapan diri di dalam

Twitter dibandingkan di dunia nyata agar siswa dapat meminimalisir kerugian yang didapat terutama bagi siswa yang kurang mampu melakukan interaksi sosial di dalam dunia nyata. Disarankan guru BK juga memberikan konseling agar siswa-siswa mengetahui batasan-batasan dalam memberikann informasi di media sosial khususnya

Twitter.

3. Disarankan kepada orang tua yang memiliki anak-anak remaja dan masyarakat, terutama orang tua siswa SMA Negeri “X” Bandung untuk lebih mengawasi anak-anak mereka dalam penggunaan media sosial dan menjalin komunikasi langsung dengan anak-anak agar mereka tidak hanya mengungkapkan di media sosial, khususnya Twitter. Kemudian untuk masyarakat agar memberikan batasan-batasan dalam memberikan informasi di dalam Twitter.


(32)

86 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bazarova, Natalya N. & Yoon Hyung Choi. 2014. Self-Disclosure in Social Media: Extending the Functional Approach to Disclosure Motivations and Characteristics on Social Network Sites. Journal of Communication ISSN 0021-9916. Cornell University: USA.

Cangara, H. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Cohen, L., Manion, L., Morrison, K. 2007. Research Methods in Education (6th ed). New York: Routledge.

Derlega, Valerian J., & John H. Berg. 1987. Self-Disclosure: Theory, Research, and Therapy. New York: Plenum Press.

DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia: Edisi Kelima. Jakarta: Professional Books.

Dorst, Ellen A. 2011. Validity and Reliability in Social Science Reasearch.

Education Research and Perspectives Vol. 38, No. 1. California State University, Los Angeles.

Edwina, Irene Prameswari. 2013. Faktor Kepribadian (Trait), Proteksi, dan Risiko sebagai Determinan Pembentuk Resilience pada Remaja usia 15-18 tahun di Kota madya Bandung. Disertasi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

Erozkan, Atilgan. 2013. The Effect of Communication Skills and Interpersonal Problem Solbing Skills on Social Self-Efficacy. Educational Sciences: Theory & Practice – 13(2), Spring 739-745. Educational Consultancy and Research Center.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. University of North Carolina, Ashvilee.


(33)

87 Universitas Kristen Maranatha

Gainau, Maryam B. 2009. Keterbukaan diri (self-disclosure) siswa dalam perspektif budaya dan implikasinya bagi konseling. Jurnal ilmiah widya warta Vol. 33, No. 1.

Harbaugh, Erin Ryan. 2010. The Effect of Personality Styles (Level of Introversion - Extroversion) on Social Media Use. The Elon Journal of Undergraduate Research in Communications Vol. 1 No. 2.

Juditha, Christiany. 2011. Hubungan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook terhadap Perilaku Remaja di Kota Makassar. Jurnal Penelitian IPTEK-KOM Vol. 13 No. 1.

McCrae, Robert R., & Paul T. Costa, Jr. 2003. Personality in Adulthood: A Five Factor Theory Perspective. New York: The Guilford Press.

Pearson, Judy C. 1982. Interpersonal Communication. United States of america: Foresman and Company.

Putra, Ryanka D., Puspareti A. Nurul, & Lia Rizqiah. 2012. Fenomena Twitter dan keterbukaan diri remaja. Research Center: The 3rd International Communication Reserach Conference Youth, Media, and Social Change. (Online) No. 04, 9.

Spiliotopoulou, Georgia, PhD, MSc, PGCert LTHE, BSc (Hons), FHEA. 2008. Reliability reconsidered: Cronbach’s alpha and paediatric assessment in occupational therapy. Australian Occupational Therapy Journal. School of Health and Social Care, Brunel University, Mary School Building, Uxbridge, United Kingdom.

Sponcil, Megan & Priscilla Gitimu. 2012. Use of Social Media by College Students: Relationship to Communication and Self-Concept. Journal of Technology Research. Youngstown State University.

Steinberg, Laurence. 2002. Adolescence. Sixth Edition, New York: McGrawhill Inc.


(34)

88 Universitas Kristen Maranatha

Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Tavakol, Mohsen & Reg Dennick. 2011. Making Sense of Cronbach’s Alpha.

International Journal of Medical Education 2:53-55.

Waloeyo, Yohan Jati. 2010. Twitter, Best Social Networking. ELCOM: Yogyakarta.

Walton, S. Courtney & Ronald E. Rice. 2013. Mediated disclosure on Twitter: The roles of gender and identity in boundary impermeability, valence, disclosure, and stage. Computers in Human Behavior29, 1465-1474.

Weiwei, Zhang & Huang Peiyi. 2010. How Motivations of SNS’s Use and Offline Social Trust Affect College Students Self-Disclosure on SNS’s : An Investigation in China. Journal of Communication. The Chinesse University: Hong Kong.

Wheeless, Lawrence R. & Janis Grotz. 1976. The Measurement of Trust and It’s Relationship to Self-Disclosure. Communication Research Reports Vol. 3 No.3.

Widiantari, Komang Sri & Yohanes Kartika Herdiyanto. 2013. Perbedaan Intensitas Komunikasi Melalui Jejaring Sosial antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Remaja. Jurnal Psikologi Udayana Vol. 1 No. 1, 106-115.


(35)

89 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Kristo, Fino Yurio. 2013. Jack Dorsey: Kutu Komputer, Bikin Twitter, Kini Pacari Supermodel. (http://m.detik.com, diakses 28 Februari 2013).

Lukman, Enricko. 2014. Pengguna Aktif Twitter di Indonesia Hampir Mencapai Angka 20 Juta. (http://www.id.techinasia.com, diakses 5 Juni 2014).

Parikesit, Arli Aditya. 2012. Fenomena Kepribadian Ganda di Twitter. (http://m.detik.com, diakses 6 Februari 2012).

Swanbrow, Diane. 2013. You’re so vain: U-M study links social media and narcissism. Michigan News: University of Michigan. (http://www.ns.umich.edu, diakses 11 Juni 2013).


(1)

84

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

Berdasarakan hasil penelitian yang dilakukan melalui pengolahan data mengenai hubungan antara trait extraversion dan dimensi-dimensi

self-disclosure pada remaja pengguna Twitter di SMA Negeri “X” Kota

Bandung, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

5.2.1 Saran Teoretis

1. Bagi penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara trait extraversion dan dimensi-dimensi self-disclosure pada media sosial lainnya selain Twitter.

2. Disarankan kepada peneliti lain untuk menambahkan data kontrol dalam penelitian selanjutnya, seperti kelas, seberapa sering siswa login media sosial tersebut, dan adakah media sosial lainnya yang aktif digunakan. 3. Disarankan kepada peneliti lain untuk memperluas penelitian dengan

menambahkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi dimensi-dimensi self-disclosure seperti besar kelompok, perasaan menyukai, dan topik.

5.2.2 Saran Praktis

1. Disarankan kepada siswa-siswi di SMA Negeri “X” Kota Bandung untuk melakukan self-disclosure atau pengungkapan diri bukan hanya di dalam media sosial saja, tetapi juga di dalam dunia nyata atau face-to-face dan menyadari perilaku self-disclosure mereka.


(2)

85

Universitas Kristen Maranatha

2. Disarankan kepada para guru terutama guru BK di SMA Negeri “X” Kota Bandung yang memiliki akun Twitter untuk lebih memantau jika ada siswa yang hanya dapat melakukan pengungkapan diri di dalam Twitter dibandingkan di dunia nyata agar siswa dapat meminimalisir kerugian yang didapat terutama bagi siswa yang kurang mampu melakukan interaksi sosial di dalam dunia nyata. Disarankan guru BK juga memberikan konseling agar siswa-siswa mengetahui batasan-batasan dalam memberikann informasi di media sosial khususnya Twitter.

3. Disarankan kepada orang tua yang memiliki anak-anak remaja dan masyarakat, terutama orang tua siswa SMA Negeri “X” Bandung untuk lebih mengawasi anak-anak mereka dalam penggunaan media sosial dan menjalin komunikasi langsung dengan anak-anak agar mereka tidak hanya mengungkapkan di media sosial, khususnya Twitter. Kemudian untuk masyarakat agar memberikan batasan-batasan dalam memberikan informasi di dalam Twitter.


(3)

86 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Bazarova, Natalya N. & Yoon Hyung Choi. 2014. Self-Disclosure in Social Media: Extending the Functional Approach to Disclosure Motivations and Characteristics on Social Network Sites. Journal of Communication ISSN 0021-9916. Cornell University: USA.

Cangara, H. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Cohen, L., Manion, L., Morrison, K. 2007. Research Methods in Education (6th ed). New York: Routledge.

Derlega, Valerian J., & John H. Berg. 1987. Self-Disclosure: Theory, Research, and Therapy. New York: Plenum Press.

DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia: Edisi Kelima. Jakarta: Professional Books.

Dorst, Ellen A. 2011. Validity and Reliability in Social Science Reasearch. Education Research and Perspectives Vol. 38, No. 1. California State University, Los Angeles.

Edwina, Irene Prameswari. 2013. Faktor Kepribadian (Trait), Proteksi, dan Risiko sebagai Determinan Pembentuk Resilience pada Remaja usia 15-18 tahun di Kota madya Bandung. Disertasi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

Erozkan, Atilgan. 2013. The Effect of Communication Skills and Interpersonal Problem Solbing Skills on Social Self-Efficacy. Educational Sciences: Theory & Practice – 13(2), Spring 739-745. Educational Consultancy and Research Center.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. University of North Carolina, Ashvilee.


(4)

87 Universitas Kristen Maranatha

Gainau, Maryam B. 2009. Keterbukaan diri (self-disclosure) siswa dalam perspektif budaya dan implikasinya bagi konseling. Jurnal ilmiah widya warta Vol. 33, No. 1.

Harbaugh, Erin Ryan. 2010. The Effect of Personality Styles (Level of Introversion - Extroversion) on Social Media Use. The Elon Journal of Undergraduate Research in Communications Vol. 1 No. 2.

Juditha, Christiany. 2011. Hubungan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook terhadap Perilaku Remaja di Kota Makassar. Jurnal Penelitian IPTEK-KOM Vol. 13 No. 1.

McCrae, Robert R., & Paul T. Costa, Jr. 2003. Personality in Adulthood: A Five Factor Theory Perspective. New York: The Guilford Press.

Pearson, Judy C. 1982. Interpersonal Communication. United States of america: Foresman and Company.

Putra, Ryanka D., Puspareti A. Nurul, & Lia Rizqiah. 2012. Fenomena Twitter dan keterbukaan diri remaja. Research Center: The 3rd International Communication Reserach Conference Youth, Media, and Social Change. (Online) No. 04, 9.

Spiliotopoulou, Georgia, PhD, MSc, PGCert LTHE, BSc (Hons), FHEA. 2008. Reliability reconsidered: Cronbach’s alpha and paediatric assessment in occupational therapy. Australian Occupational Therapy Journal. School of Health and Social Care, Brunel University, Mary School Building, Uxbridge, United Kingdom.

Sponcil, Megan & Priscilla Gitimu. 2012. Use of Social Media by College Students: Relationship to Communication and Self-Concept. Journal of Technology Research. Youngstown State University.

Steinberg, Laurence. 2002. Adolescence. Sixth Edition, New York: McGrawhill Inc.


(5)

88 Universitas Kristen Maranatha

Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Tavakol, Mohsen & Reg Dennick. 2011. Making Sense of Cronbach’s Alpha. International Journal of Medical Education 2:53-55.

Waloeyo, Yohan Jati. 2010. Twitter, Best Social Networking. ELCOM: Yogyakarta.

Walton, S. Courtney & Ronald E. Rice. 2013. Mediated disclosure on Twitter: The roles of gender and identity in boundary impermeability, valence, disclosure, and stage. Computers in Human Behavior 29, 1465-1474.

Weiwei, Zhang & Huang Peiyi. 2010. How Motivations of SNS’s Use and Offline Social Trust Affect College Students Self-Disclosure on SNS’s : An Investigation in China. Journal of Communication. The Chinesse University: Hong Kong.

Wheeless, Lawrence R. & Janis Grotz. 1976. The Measurement of Trust and It’s Relationship to Self-Disclosure. Communication Research Reports Vol. 3 No.3.

Widiantari, Komang Sri & Yohanes Kartika Herdiyanto. 2013. Perbedaan Intensitas Komunikasi Melalui Jejaring Sosial antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Remaja. Jurnal Psikologi Udayana Vol. 1 No. 1, 106-115.


(6)

89 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Kristo, Fino Yurio. 2013. Jack Dorsey: Kutu Komputer, Bikin Twitter, Kini Pacari Supermodel. (http://m.detik.com, diakses 28 Februari 2013).

Lukman, Enricko. 2014. Pengguna Aktif Twitter di Indonesia Hampir Mencapai Angka 20 Juta. (http://www.id.techinasia.com, diakses 5 Juni 2014).

Parikesit, Arli Aditya. 2012. Fenomena Kepribadian Ganda di Twitter. (http://m.detik.com, diakses 6 Februari 2012).

Swanbrow, Diane. 2013. You’re so vain: U-M study links social media and narcissism. Michigan News: University of Michigan. (http://www.ns.umich.edu, diakses 11 Juni 2013).