Metode Karmarkar untuk menyelesaikan masalah program linear.

(1)

vi ABSTRAK

Masalah dalam program linear adalah mengoptimumkan suatu fungsi linear yang terbatas oleh kendala-kendala berupa persamaan atau pertidaksamaan linear. Salah satu metode untuk menyelesaikan masalah dalam program linear, adalah metode Karmarkar yang merupakan salah satu kelas dari metode titik-interior. Untuk menyelesaikan masalah program linear dengan menggunakan metode Karmarkar, suatu masalah program linear dalam bentuk standar harus diubah dahulu ke dalam bentuk kanonik Karmarkar dengan menggunakan transformasi proyektif.

Ide dasar metode Karmarkar, dimulai dengan memilih titik-interior awal di dalam ruang penyelesaian. Gradien fungsi tujuan di titik-interior awal adalah arah yang membuat fungsi tujuan meningkat dengan cepat. Jika satu titik sembarang ditempatkan di sepanjang gradien itu kemudian memproyeksikannya secara tegak lurus terhadap ruang penyelesaian, maka hasil transformasi titik-interior yang dipilih diposisikan lebih dekat dengan titik optimum. Hasil transformasi titik-interior yang dipilih dijalankan ke suatu titik-titik-interior lain dengan arah layak dan besar langkah yang sesuai. Proses iterasi ini diulang hingga nilai fungsi sasaran sama dengan nol.


(2)

vii

ABSTRACT

The problem in linear programming is finding points that optimizing a linear function with linear constrained, in form of equalities or inequalities. One method to solve linear programming problems is the Karmakar method, which is one of a class of interior-point method. Using Karmakar method, a linear programming problem in standard form must be converted first into a canonical form using Karmarkar projective transformation.

The basic idea of Karmarkar method, starts with choosing an interior-point early in the feasible space. Gradient of the objective function at the initial interior point is the direction that makes the objective function is increasing rapidly. If one is placed at an arbitrary point along the gradient, and then project it perpendicularly to a feasible space, then the result of the transformation of selected interior points positioned closer to the optimum point. The results of transformation chosen run to another interior with an appropriate direction and length of step. This iterative process is repeated until the objective function value equal to zero.


(3)

METODE KARMARKAR UNTUK

MENYELESAIKAN MASALAH PROGRAM

LINEAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Matematika

Oleh:

Yohana Buragoran

NIM:093114001

PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

KARMARKAR METODE TO SOLVE THE

PROBLEM LINEAR PROGRAM

THESIS

Presented As a Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain The Sarjana Sains Degree

In Mathematics

by:

Yohana Buragoran Student Number:093114001

MATHEMATICS STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF MATHEMATICS FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Matius 21:22

“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh

kepercayaan, kamu akan menerimanya.”

Dengan penuh cinta karya ini ku persembahkan untuk: Bapak-Ibuku, Yakobus Bedatuan-Ariadne Trisnani

Ketiga adikku, Imelda, Elis dan Valensia Kekasihku Benediktus Eki Prabowo

Terimakasih………..

Telah mendorongku untuk mempertahankan mimpi-mimpiku Menunjukkan padaku untuk tidak terpengaruh oleh rintangan

Menghapuskan air mataku kala aku sedih Mengubah kebingunganku menjadi senyuman

Mengubah keputus asaanku menjadi harapan


(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.


(9)

vi ABSTRAK

Masalah dalam program linear adalah mengoptimumkan suatu fungsi linear yang terbatas oleh kendala-kendala berupa persamaan atau pertidaksamaan linear. Salah satu metode untuk menyelesaikan masalah dalam program linear, adalah metode Karmarkar yang merupakan salah satu kelas dari metode titik-interior. Untuk menyelesaikan masalah program linear dengan menggunakan metode Karmarkar, suatu masalah program linear dalam bentuk standar harus diubah dahulu ke dalam bentuk kanonik Karmarkar dengan menggunakan transformasi proyektif.

Ide dasar metode Karmarkar, dimulai dengan memilih titik-interior awal di dalam ruang penyelesaian. Gradien fungsi tujuan di titik-interior awal adalah arah yang membuat fungsi tujuan meningkat dengan cepat. Jika satu titik sembarang ditempatkan di sepanjang gradien itu kemudian memproyeksikannya secara tegak lurus terhadap ruang penyelesaian, maka hasil transformasi titik-interior yang dipilih diposisikan lebih dekat dengan titik optimum. Hasil transformasi titik-interior yang dipilih dijalankan ke suatu titik-titik-interior lain dengan arah layak dan besar langkah yang sesuai. Proses iterasi ini diulang hingga nilai fungsi sasaran sama dengan nol.


(10)

vii

ABSTRACT

The problem in linear programming is finding points that optimizing a linear function with linear constrained, in form of equalities or inequalities. One method to solve linear programming problems is the Karmakar method, which is one of a class of interior-point method. Using Karmakar method, a linear programming problem in standard form must be converted first into a canonical form using Karmarkar projective transformation.

The basic idea of Karmarkar method, starts with choosing an interior-point early in the feasible space. Gradient of the objective function at the initial interior point is the direction that makes the objective function is increasing rapidly. If one is placed at an arbitrary point along the gradient, and then project it perpendicularly to a feasible space, then the result of the transformation of selected interior points positioned closer to the optimum point. The results of transformation chosen run to another interior with an appropriate direction and length of step. This iterative process is repeated until the objective function value equal to zero.


(11)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yohana Buragoran

Nomor Mahasiswa : 09 3114 001

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“METODE KARMARKAR UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH PROGRAM LINEAR”

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 17 Oktober 2013


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan perlindungan-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai, membimbing dan menuntun penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini sehingga tugas akhir ini dapat selesai dengan baik.

2. Ibu Lusia Krismiyati, S.Si, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi yang penuh perhatian dan kesabaran telah membimbing serta memberi saran dan kritik kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.

3. Ibu Any Herawati, S.Si, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik dalam skripsi ini.

4. Bapak Y.G.Hartono, S.Si, M.Sc, Ph.D selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik dalam skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Matematika yang telah membimbing dan mendidik penulis selama menuntut ilmu di Universitas Sanata Dharma


(13)

x

sehingga penulis mendapatkan ilmu yang berguna untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Bapak dan Ibu karyawan Universitas Sanata Dharma, khususnya sekretariat Fakultas Sains dan Teknologi, dan perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas segala bantuan dan fasilitas yang telah diberikan.

7. Keluargaku, Bapak Yakobus Bedatuan, Ibu Ariadne Trisnani, adik-adikku Imelda Memen Tokan, Elisabeth Hala Tokan, Valensia Ina Tokan, dan Kekasihku Benediktus Eki Prabowo yang selalu memberi dukungan, semangat dan mendoakan penulis.

8. Sahabat-sahabatku Mbak Ratih, Herta, Metri, Rina, Sefi, Lia, Berta, Ita, Nita, Ana, dan teman-teman kos yang telah memberikan dukungan, semangat, dan mendoakan penulis.

9. Temen-temen seperjuangan Yohanes Dimas, Faida, Rossi, Etik, Erlika, Dwi, Dimas, Sekar yang telah membantu dan mendukung penulis.

10.Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih bila ada kritik dan saran yang dapat membangun penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi pembaca.

Yogyakarta,....Oktober 2013


(14)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2


(15)

xii

D. Batasan Masalah ... 3

E. Manfaat Penulisan ... 3

F. Metode Penulisan ... 4

G. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II OPTIMISASI UNTUK PERSOALAN LINEAR ... 6

A. Matriks dan Sistem Persamaan Linear ... 6

B. Ruang Vektor ... 13

C. Masalah Program Linear ... 53

BAB III METODE KARMARKAR ... 60

A. Bentuk Kanonik Karmarkar ... 63

B. Asumsi-Asumsi dalam Masalah Karmarkar ... 64

C. Transformasi Proyeksi ... 64

D. Mengubah Masalah Program Linear Bentuk Umum ke Bentuk Kanonik Karmarkar ... 82

E. Algoritma Karmarkar ... 98

F. Aplikasi Metode Karmarkar dalam menyelesaikan masalah Program Linear ... 124

BAB IV KESIMPULAN ... 128

A. Kesimpulan ... 128


(16)

xiii

DAFTAR PUSTAKA ... 130 LAMPIRAN ... 131


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 – ... 44 Gambar 3.1 Ilustrasi algoritma Karmarkar ... 61


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah dalam program linear adalah mengoptimumkan suatu fungsi linear yang terbatas oleh kendala-kendala berupa persamaan dan pertidaksamaan linear. Untuk menyelesaikan masalah program linear terdapat beberapa metode yang umum digunakan, yaitu metode grafik dan metode simpleks. Metode grafik, hanya dapat digunakan untuk masalah dengan dua variabel saja, sehingga apabila masalah program linear memuat lebih dari dua variabel akan sulit penyelesaiannya. Meskipun dalam prakteknya masalah program linear jarang yang hanya memuat dua variabel, tetapi metode grafik mempermudah untuk memahami pengertian-pengertian yang timbul dalam masalah program linear. Sedangkan metode simpleks adalah metode aljabar yang digunakan untuk menyelesaikan masalah program linear yang melibatkan lebih dari dua variabel dan pada prakteknya, lebih sesuai dilakukan dengan program komputer dengan ratusan atau ribuan variabel dan kendala.

Ada metode lain yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah program linear yaitu metode interior. Perbedaan antara metode titik-interior dengan metode simpleks adalah pada metode simpleks penyelesaian dilakukan dengan meninjau setiap titik sudut pada batas dari daerah layak hingga dicapai titik optimum. Sedangkan pada metode


(19)

titik-interior penyelesaian dilakukan dengan meninjau titik-titik yang berada dalam daerah layak hingga dicapai titik optimum.

Algoritma titik-interior dapat dibagi dalam empat kelas utama, yaitu affine scaling methods, metode proyektif atau lebih dikenal dengan metode Karmarkar, path-following methods, dan potential-reduction methods. Dalam tugas akhir ini akan dibahas metode Karmarkar. Disebut metode proyektif karena tranformasi yang digunakan adalah tranformasi proyektif. Ide dasar metode Karmarkar, yaitu dimulai dengan memilih interior awal di dalam ruang penyelesaian. Gradien fungsi tujuan di titik-interior awal adalah arah yang membuat fungsi tujuan meningkat dengan cepat. Jika satu titik sembarang ditempatkan di sepanjang gradien itu dan lalu memproyeksikannya secara tegak lurus terhadap ruang penyelesaian, maka hasil transformasi titik-interior yang dipilih diposisikan lebih dekat dengan titik optimum. Hasil transformasi titik-interior yang dipilih dijalankan ke suatu titik-interior lain dengan arah layak dan besar langkah yang sesuai. Proses iterasi ini diulang hingga penyelesaian optimum dicapai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah:


(20)

2. Bagaimana menyelesaikan masalah program linear dengan menggunakan metode Karmarkar?

3. Bagaimana aplikasi metode Karmarkar untuk menyelesaikan masalah program linear?

C. Tujuan Penulisan

Bedasarkan rumusan masalah, tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah: 1. Memahami apa yang dimaksud dengan metode Karmarkar.

2. Dapat menyelesaikan masalah program linear dengan menggunakan metode Karmarkar.

3. Dapat menyelesaikan aplikasi metode Karmarkar untuk menyelesaikan masalah program linear.

D. Batasan Masalah

Agar penulisan mencapai tujuan yang dimaksud, maka perlu ada batasan mengenai permasalahan yang diangkat. Adapun batasan masalahnya, yaitu penulis akan membahas masalah program linear dalam bentuk standar meminimumkan.

E. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam tugas akhir ini adalah dapat menambah referensi tentang penyelesaian masalah program linear dengan menggunakan metode Karmarkar.


(21)

F. Metode Penulisan

Metode yang digunakan penulis adalah metode studi pustaka, yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan metode Karmarkar untuk menyelesaikan masalah program linear.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan D. Batasan Masalah E. Manfaat Penulisan F. Metode Penulisan G. Sistematika Penulisan

BAB II Optimisasi untuk Persoalan Linear A. Matriks dan Sistem Persamaan Linear B. Ruang Vektor

C. Masalah Program Linear BAB III Metode Karmarkar

A. Bentuk Kanonik Karmarkar


(22)

C. Transformasi Proyeksi

D. Mengubah Masalah Program Linear Bentuk Umum ke Bentuk Kanonik Karmarkar

E. Algoritma Karmarkar

F. Aplikasi Metode Karmarkar dalam menyelesaikan masalah Program Linear

BAB IV Penutup A. Kesimpulan B. Saran


(23)

BAB II

RUANG VEKTOR DAN MASALAH PROGRAM LINEAR

A. Matriks dan Sistem Persamaan Linear Definisi 2.1 Matriks Diagonal

Suatu matriks A berorde disebut matriks diagonal jika untuk

, yaitu

(2.1)

Teorema 2.1: Sifat Transpos

Jika ukuran matriks adalah matriks dengan sedemikian sehingga operasi berikut dapat dilakukan, maka

1.


(24)

Bukti:

Misalkan , dengan

dan misalkan

, dengan

. Akan dibuktikan

1. 2. i) ii)


(25)

Teorema 2.2

Jika matriks A adalah sebuah matriks dan , maka persamaan matriks

(2.2)

(2.3)


(26)

Bukti:

Misalkan , akan dibuktikan matriks X mempunyai penyelesaian tunggal yang memenuhi , dan karena itu merupakan penyelesaian dari kedua persamaan (2.2) dan (2.3). Untuk melihat bahwa penyelesaian ini tunggal misalkan bahwa Y juga memenuhi persamaan (2.2), yaitu . Kemudian

Karena itu penyelesaian dari persamaan (2.2) adalah tunggal, dan argumen yang sama diterapkan pada persamaan (2.3).

Definisi 2.2 Invers Matriks

Suatu matriks A berorde dikatakan taksingular (nonsingular) atau dapat dibalik (invertible) jika terdapat matriks B sehingga . Matriks B disebut sebagai invers perkalian (multiplicative inverse) dari A. Notasi yang umum untuk invers adalah .

Definisi 2.3 Persamaan Linear

Suatu persamaan linear dalam n variabel adalah persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk


(27)

dengan dan adalah konstanta real, adalah variabel

dan tidak semua sama dengan nol.

Definisi 2.4 Sistem Persamaan Linear

Suatu sistem persamaan linear adalah himpunan persamaan linear dalam variabel, yang dapat dinyatakan dalam bentuk

(2.5)

dengan dan adalah konstanta real dan tidak semua sama dengan nol, untuk . Dalam sistem persamaan linear

, dapat terjadi , , atau .

Definisi 2.5 Matriks Lengkap

Matriks Lengkap dari sistem persamaan linear (2.5) adalah


(28)

Definisi 2.6 Penyelesaian Sistem Persamaan Linear

Apabila , dimana adalah konstanta-konstanta real yang memenuhi semua sistem persamaan linear dalam (2.5), maka konstanta disebut penyelesaian dari sistem persamaan linear.

Definisi 2.7

Sistem persamaan linear disebut konsisten jika sistem persamaan tersebut setidak-tidaknya mempunyai paling tepat sedikit satu penyelesaian atau takberhingga banyak penyelesaian. Sistem persamaan linear disebut tidak konsisten jika sistem persamaan tersebut tidak mempunyai penyelesaian.

Definisi 2.8 Sistem Persamaan Linear Homogen

Suatu sistem persamaan linear disebut sistem persamaan linear homogen jika konstanta-konstanta di ruas kanan semuanya nol. Sistem persamaan linear homogen dapat dinyatakan dalam bentuk


(29)

Sistem persamaan linear homogen selalu mempunyai penyelesaian konsisten. Jadi, jika dalam sistem persamaan linear homogen , memiliki penyelesain tunggal maka penyelesaian ini disebut penyelesaian trivial. Jika ada penyelesaian lain maka penyelesaian itu disebut penyelesaian taktrivial.

Definisi 2.9 Operasi baris elementer

Operasi baris elementer pada suatu matriks adalah salah satu operasi:

1. Menukar letak dari dua baris matriks tersebut, yakni menukar baris ke-i dan ke-j, dengan notasi .

2. Mengalikan suatu baris dengan konstanta tak nol, yakni mengalikan baris ke-i dengan bilangan c, dimana , dengan notasi .

3. Mengganti suatu baris dengan hasil penjumlahan baris tersebut dan kelipatan baris lain, yakni mengganti baris ke-i ditambah dengan c kali baris ke-j, dengan notasi .

Definisi 2.10 Bentuk eselon baris

Suatu matriks dikatakan memiliki bentuk eselon baris jika 1. Entri bukan nol pertama dalam setiap baris adalah 1.

2. Jika baris k tidak seluruhnya mengandung nol, maka banyaknya entri nol di bagian depan pada baris lebih besar dari banyaknya entri nol dibagian depan pada baris k.


(30)

3. Jika terdapat baris-baris yang entrinya semuannya nol, maka baris-baris ini berada di bawah baris-baris yang memiliki entri-entri bukan nol.

Definisi 2.11 Matriks Elementer

Suatu matriks yang diperoleh dari matriks satuan I dengan melakukan satu operasi baris elementer disebut matriks elementer. Terdapat tiga jenis matriks elementer yang berkorespondensi dengan ketiga jenis operasi baris elementer. 1. Matriks elementer jenis 1 adalah matriks yang diperoleh dengan

mempertukarkan dua baris dari I.

2. Matriks elementer jenis 2 adalah matriks yang diperoleh dengan mengalikan satu baris dari I dengan konstanta bukan nol.

3. Matriks elementer jenis 3 adalah matriks yang diperoleh dari I dengan menjumlahkan kelipatan dari satu baris pada baris yang lain.

Definisi 2.12 Ekivalen Baris

Matriks B dikatakan ekivalen baris dengan A jika terdapat matriks elementer

sehingga

B. Ruang Vektor

Definisi 2.13 Ruang Vektor

Misalkan V adalah suatu himpunan tak kosong yang terdiri dari objek-objek di mana didefinisikan operasi penjumlahan dan perkalian dengan skalar.


(31)

Himpunan V dengan operasi penjumlahan dan perkalian dengan skalar dikatakan membentuk suatu ruang vektor jika aksioma-aksioma berikut dipenuhi:

1.

2.

3. Terdapat elemen sehingga

4. sehingga

5. untuk setiap skalar

6. untuk setiap skalar

7. untuk setiap skalar

8.

9. Jika dan suatu skalar, 10.Jika maka

Contoh 2.1

Misalkan dan adalah vektor-vektor di . Penjumlahan

pada didefinisikan sebagai berikut:


(32)

dan operasi perkalian dengan skalar di R didefinisikan sebagai berikut: (2.8)

Tunjukkan bahwa merupakan ruang vektor. Bukti:

Misalkan , , dan ,

1. Akan ditunjukkan

2. Akan ditunjukkan

3. Akan ditunjukkan terdapat elemen sehingga


(33)

4. Akan ditunjukkan sehingga

Invers dari adalah

sehingga

5. Akan ditunjukkan

6. Akan ditunjukkan

7. Akan ditunjukkan


(34)

8. Akan ditunjukkan

9. Akan ditunjukkan

Seperti pada persamaan (2.8) 10.Akan ditunjukkan

Seperti pada persamaan (2.7)

Definisi 2.14 Ruang bagian (subspace)

Jika S adalah subhimpunan tak kosong dari suatu ruang vektor V, dan S memenuhi syarat-syarat berikut:

a. jika untuk sembarang skalar .

b. jika dan .


(35)

Contoh 2.2

Tunjukan apakah merupakan ruang bagian dari atau tidak.

Bukti:

1. Akan dibuktikan jika untuk sembarang skalar .

dan

karena maka

karena maka jadi .

2. Akan dibuktikan jika dan .

dan

karena dan maka dan . Sehingga


(36)

ruang bagian dari

Definisi 2.15 Kombinasi linear

Misalkan adalah vektor-vektor dalam suatu ruang vektor V. Jumlahan vektor-vektor yang berbentuk

(2.9)

dimana adalah skalar-skalar disebut sebagai kombinasi linear dari

Definisi 2.16 Merentang (span)

Misalkan adalah vektor-vektor dalam suatu ruang vektor V dan jika masing-masing vektor pada V dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari maka dapat dikatakan bahwa vektor-vektor merentang V.


(37)

Definisi 2.17 Bebas linear (linearly independent)

Vektor-vektor dalam ruang vektor V disebut bebas linear jika

(2.10)

mengakibatkan semua skalar-skalar sama dengan 0.

Definisi 2.18 Bergantung linear (linearly dependent)

Vektor-vektor dalam ruang vektor V disebut bergantung linear jika terdapat skalar-skalar yang tidak semuanya nol sehingga

(2.11)

Definisi 2.19 Basis

Vektor-vektor membentuk basis untuk ruang vektor V jika dan hanya jika:

a. bebas linear.


(38)

Definisi 2.20

Dimensi dari ruang vektor V adalah banyaknya vektor-vektor yang membentuk basis untuk ruang vektor V. Selain itu, mendefinisikan ruang vektor nol sebagai berdimensi nol.

Definisi 2.21

Misalkan matriks

. Vektor-vektor dalam

, yaitu

, , ,

yang dibentuk dari baris-baris matriks A dinamakan

vektor-vektor baris dari A dan vektor-vektor dalam , yaitu

,

, ,

yang dibentuk dari kolom-kolom matriks A

dinamakan vektor-vektor kolom dari A.

Definisi 2.22

Jika A adalah matriks , maka ruang bagian dari yang direntang oleh vektor-vektor baris dari A disebut ruang baris dari A. Ruang bagian dari


(39)

yang direntang oleh vektor-vektor kolom dari A disebut ruang kolom dari A. Ruang kolom dari A dapat di notasikan

Contoh 2.3: Misalkan

Ruang baris dari A adalah himpunan ketiga tupel yang berbentuk

Ruang kolom dari A adalah himpunan semua vektor yang berbentuk

Jadi ruang baris dari A adalah ruang bagian berdimensi dua dari dan ruang kolom dari A adalah .

Teorema 2.3


(40)

Bukti:

Jika B ekivalen baris dengan A, maka B dapat dibentuk dari A dengan sebarisan operasi baris yang berhingga banyaknya. Jadi vektor-vektor baris dari B harus merupakan kombinasi linear dari vektor-vektor baris dari A. Sebagai akibatnya, ruang baris dari B harus merupakan ruang bagian dari ruang baris A. Karena A ekivalen baris dengan B, maka dengan alasan yang sama, ruang baris dari A adalah ruang bagian dari ruang baris B.

Definisi 2.23 Ruang Nol (Null Spaces)

Misal adalah matriks . Misalkan menyatakan himpunan semua penyelesaian dari sistem persamaan homogen . Jadi

(2.12)

disebut sebagai ruang nol

Definisi 2.24

Rank dari matriks A adalah dimensi dari ruang baris dari A. Nulitas dari matriks A adalah dimensi ruang nol dari A.


(41)

Untuk menentukan rank dari suatu matriks dapat dilakukan dengan mereduksikan matriks yang bersangkutan menjadi bentuk eselon baris.

Teorema 2.4

Jika suatu matriks berada dalam bentuk eselon baris, maka vektor-vektor baris dengan 1 utama (yaitu vektor-vektor baris taknol) membentuk suatu basis untuk ruang baris dari .

Bukti:

Misalkan matriks berada dalam bentuk eselon baris, yakni

Akan dibuktikan vektor-vektor baris dengan 1 utama membentuk suatu basis untuk ruang baris dari . Ruang baris dari A dapat dibentuk sebagai berikut


(42)

.

Akan ditunjukkan bahwa baris 1 sampai baris m dari matriks membentuk basis untuk ruang baris dari . Misalkan vektor-vektor baris dapat dinyakan sebagai .

Akan ditunjukkan membentuk basis. 1. Akan ditunjukkan bebas linear

Vektor disebut bebas linear jika mengakibatkan semua skalar sama dengan nol. Perhatikan persamaan , yakni


(43)

Matriks lengkap dari sistem persamaan tersebut dapat ditulis

Dengan operasi baris elementer terhadap baris 2, yakni maka akan diperoleh

Operasi baris elementer dilakukan sampai pada baris ke-m, yakni dengan operasi baris elementer maka akan diperoleh


(44)

maka ,

. Karena , maka

bebas linear.

2. Akan dibuktikan merentang ruang baris dari A.

dikatakan merentang jika masing-masing vektor pada ruang

baris di ruang bagian dari dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari

. Ambil sembarang vektor pada ruang baris di ruang

bagian dari . Akan ditunjukkan untuk setiap dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear . Perhatikan persamaan

, yakni


(45)

atau dapat ditulis

dengan operasi baris elementer maka akan diperoleh

dengan operasi baris elementer maka akan diperoleh

dengan operasi baris elementer maka akan diperoleh

Karena maka merentang ruang baris dari A.


(46)

Karena bebas linear dan merentang maka vektor-vektor tersebut membentuk basis untuk ruang baris dari A.

Contoh 2.4 Misalkan

Dengan mereduksikan A menjadi bentuk eselon baris, maka diperoleh matriks

Akan dibuktikan bahwa baris 1 dan baris 2 dari matriks U dengan 1 utama membentuk suatu basis untuk ruang baris dari U. Ruang baris dari U yakni dapat dibentuk

Jadi ruang baris dari U adalah


(47)

Akan ditunjukkan bahwa baris 1 dan baris 2 dari matriks U membentuk basis untuk ruang baris dari U. Misalkan , akan ditunjukkan membentuk basis.

1. Akan dibuktikan bebas linear

Vektor disebut bebas linear jika mengakibatkan semua skalar sama dengan nol.

atau dapat ditulis

dengan operasi baris elementer maka akan diperoleh


(48)

maka , , . Karena maka bebas linear.

2. Akan dibuktikan merentang ruang baris dari U

dikatakan merentang jika masing-masing vektor di dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear. Perhatikan persamaan dibawa ini

atau dapat ditulis

dengan operasi baris elementer maka akan diperoleh

maka , , dan . Karena dan maka merentang ruang baris dari U.

Karena bebas linear dan merentang maka vektor-vektor tersebut membentuk basis untuk ruang baris dari U.

Jelas bahwa baris 1 dan baris 2 dari matriks U membentuk basis untuk ruang baris dari U adalah


(49)

ekivalen baris, maka matriks U dan A memiliki ruang baris yang sama sehingga rank dari A adalah 2.

Definisi 2.25

Variabel utama adalah variabel-variabel yang bersesuaian dengan 1 utama pada matriks yang diperluas. Sedangkan variabel yang bukan 1 utama disebut sebagai variabel bebas.

Teorema 2.5

Jika A adalah matriks , maka dimensi ruang baris dari A sama dengan dimensi ruang kolom dari A.

Bukti

Jika A adalah matriks dengan rank r, maka bentuk eselon baris U dari A akan memiliki 1 utama sebanyak r. Kolom-kolom dari U yang berkorespondensi dengan 1 utama akan bebas linear. Akan tetapi, tidak membentuk basis untuk ruang kolom dari A, karena pada umumnya A dan U akan memiliki ruang-ruang kolom yang berbeda. Misalkan melambangkan matriks yang diperoleh dari dengan menghapus semua kolom-kolom yang berkorespondesi dengan peubah-peubah bebas. Hapuskan kolom-kolom yang


(50)

sama dari A dan nyatakan matriks yang baru dengan . Matriks-matriks dan adalah ekivalen baris. Jadi, jika x adalah penyelesaian dari , maka x juga harus merupakan penyelesaian dari . Karena kolom-kolom dari bebas linear, x harus sama dengan . Berdasarkan uraian sebelumnya karena x sama dengan 0 maka kolom-kolom dari bebas linear. Karena memiliki r kolom, maka dimensi ruang kolom dari A satidaknya adalah r.

Berdasarkan Definisi matriks transpos, baris-baris dari matriks A merupakan kolom-kolom dari matrik sehingga dapat ditulis

Seperti yang telah dibuktikan bahwa untuk sembarang matriks dimensi ruang kolomnya lebih besar atau sama dengan dimensi ruang barisnya, sehingga

Berdasarkan Definisi matrik transpos, baris-baris dari matrik merupakan kolom-kolom dari matrik sehingga dapat ditulis

Jadi untuk sembarang matriks A, dimensi ruang barisnya harus sama dengan dimensi ruang kolomnya.


(51)

Teorema 2.6

Jika A adalah suatu matriks dengan n kolom, maka

Bukti

Karena A memiliki n kolom, maka sistem linear homogen memiliki n faktor yang tidak diketahui (variabel). Variabel ini terbagi dalam dua kategori, variabel utama dan variabel bebas. Jadi

Tetapi banyaknya variabel utama adalah sama dengan banyaknya 1 utama di dalam bentuk eselon baris tereduksi dari A, dan banyaknya variabel satu utama merupakan rank dari A. Jadi

Banyaknya variabel bebas adalah sama dengan nulitas dari A. Hal ini terjadi karena nulitas dari A adalah dimensi ruang solusi dari , yang sama dengan banyaknya parameter pada solusi umum yang sama dengan banyaknya variabel bebas. Jadi


(52)

Definisi 2.26 Ruang hasil kali dalam

Hasil kali dalam pada ruang vektor V adalah sebuah operasi pada V yang menunjuk setiap pasang vektor-vektor x dan y di dalam V dengan sebuah bilangan real yang memenuhi syarat berikut:

a. , dan jika dan hanya jika .

b. , .

c. , dan .

Sebuah ruang vektor V dengan hasil kali dalamnya disebut ruang hasil kali dalam.

Contoh 2.5

Ruang vektor . Tunjukkan bahwa hasil kali skalar yang didefinisikan:

(2.13)

adalah hasil kali dalam untuk . Persamaan (2.13) dapat juga ditulis

(2.14)


(53)

Penyelesaian:

Ambil sembarang vektor , , dan , dalam ruang

vektor dan sembarang skalar

a. Akan dibuktikan , dan jika dan hanya jika

.

Akan dibuktikan Diketahui

(2.15)

maka dari persamaan (2.15) dapat diperoleh

Jadi

Akan dibuktikan

Diketahui dan maka diperoleh


(54)

Jadi

b. Akan dibuktikan , .

Jadi terbukti

c. Akan dibuktikan , dan

.


(55)

=

Jadi terbukti

Dari a, b, dan c terbukti bahwa hasil kali dalam di ruang vektor adalah hasil kali dalam skalar

Definisi 2.27 Panjang vektor atau norma

Jika x adalah sebuah vektor di dalam sebuah ruang hasil kali dalam , panjang atau norma dari x didefinisikan

(2.16)

Teorema 2.7

Jika adalah vektor pada , maka:

a.


(56)

Bukti:

a. Misalkan adalah vektor pada , akan dibuktikan atau dapat ditulis . ini jelas karena hasil dari akar tidak akan bernilai negatif dan nilai dari kuadrat tidak akan bernilai negatif.

b. Akan dibuktikan jika dan hanya jika

Diketahui dan akan dibuktikan .

(2.17)

karena hasil dari untuk setiap tidak akan bernilai negatif maka untuk setiap . Sehingga persamaan (2.17) bernilai benar jika dan hanya jika , jadi untuk setiap atau .

.

Diketahui , dan akan dibuktikan .

Karena diketahui , maka . Akibatnya


(57)

Teorema 2.8

.

Bukti:

Misalkan x vektor sedemikian sehingga . Maka , dan

yaitu . Oleh karena itu . Sebaliknya, jika

x memenuhi relasi , maka jelas . Dengan demikian

. Karena maka akibat dari Teorema 2.6,

dimana n adalah banyaknya kolom A. Oleh karena itu teorema tersebut terbukti.

Teorema 2.9

Jika A adalah suatu matriks sebarang, maka .

Bukti:

Misalkan A sembarang matrik. Menurut Definisi rank maka


(58)

Berdasarkan Definisi matrik transpos, baris-baris dari matrik A merupakan kolom-kolom dari matrik sehingga dapat ditulis

Berdasarkan Teorema 2.5, maka

Definisi 2.28 Ortogonal

Dua vektor x dan y dalam dikatakan ortogonal, jika

(2.18)

dan dilambangkan dengan

Definisi 2.29 Subruang yang ortogonal

Dua ruang bagian X dan Y dalam dikatakan ortogonal, jika

(2.19)


(59)

Definisi 2.30 Komplemen Ortogonal

Misalkan Y adalah ruang bagian dari . Himpunan semua vektor-vektor di dalam yang ortogonal pada setiap vektor di Y akan dinotasikan dengan . Jadi

Himpunan disebut komplemen ortogonal dari Y.

Teorema 2.10

1. Jika X dan Y adalah ruang bagian ortogonal dari , maka . 2. Jika Y adalah ruang bagian dari , maka juga merupakan ruang

bagian dari .

Bukti:

1. Misalkan dan , akan ditunjukkan . Karena

berdasarkan definisi ortogonal maka , akibat dari teorema

2.7 b .

2. Misalkan dan adalah bilangan skalar, maka untuk setiap ,


(60)

Oleh karena itu, . Misalkan adalah elemen-elemen dari , maka

Untuk setiap . Maka diperoleh adalah ruang bagian dari .

Definisi 2.31 Rank Penuh

Jika A adalah matriks dengan rank , maka dapat dikatakan bahwa matriks tersebut memiliki rank penuh.

Teorema 2.11

Misalkan matriks berukuran . Misalkan matriks mempunyai rank penuh m. Misalkan menyatakan ruang nol dan menyatakan ruang kolom dari maka dan merupakan subruang yang saling orthogonal.

Bukti:

Misalkan dan Akan dibuktikan


(61)

Perhatikan bahwa

dan

Maka

(2.20)

Karena maka persamaan (2.20) dapat di ubah menjadi

atau

Dengan demikian Jadi


(62)

Dari Teorema 2.11 telah diperlihatkan bahwa dan adalah subruang yang saling orthogonal. Misalkan dan

dan – .

Maka dapat juga ditulis

(2.21)

Karena , maka persamaan (2.21) dapat di ubah menjadi

(2.22)

Kalikan kedua ruas dengan , maka didapatkan

Diketahui bahwa , maka didapatkan

atau –

Dengan demikian – (2.23)

Subsitusikan persamaan (2.23) ke persamaan (2.22), maka didapatkan

– –


(63)

(2.24)

dengan (2.25)

Definisi 2.32 Matriks proyeksi ortogonal

Matriks P berukuran , dengan disebut matriks proyeksi ortogonal atau matriks proyeksi ruang nol dari .

Teorema 2.12

Jika A adalah sebuah matriks , maka dan

Bukti:

Sebelumnya telah diketahui bahwa dan ini mengimplikasikan bahwa . Di lain pihak, misalkan adalah sembarang vektor dari , maka ortogonal pada setiap vektor-vektor kolom dari dan akibatnya . Jadi x merupakan elemen dari . Karena

dan maka . Secara khusus, dapat dimisalkan matriks . Jadi


(64)

Teorema 2.13

Jika S adalah ruang bagian dari , maka .

Bukti:

Jika , maka ortogonal pada setiap di dalam . Oleh karena itu,

, sehingga . Di lain pihak, misalkan bahwa z adalah

sembarang elemen dari . Misalkan z sebagai penjumlaha , dimana

dan . Karena , maka ortogonal pada dan . Sehingga

dan mengakibatkan, . Oleh karena itu, dan .

Teorema 2.14

Sistem persamaan linear homogen memiliki penyelesaian taktrivial jika

.

Bukti:

Sistem homogen selalu konsisten. Bentuk eselon baris dari matriks yang bersangkutan memiliki paling banyak m baris bukan nol. Jadi terdapat paling banyak m peubah utama. Karena semuanya secara keseluruhan terdapat n


(65)

peubah dan , maka harus terdapat beberapa peubah bebas. Peubah-peubah bebas ini dapat diberi sembarang nilai. Untuk setiap pemberian nilai ke peubah-peubah bebas ini terdapat satu penyelesaian bagi sistem yang

bersangkutan.

Teorema 2.15

Misalkan A matriks . Hal-hal berikut adalah ekivalen: a. A taksingular

b. hanya mempunyai penyelesaian trivial

Bukti:

 Misalkan A taksingular. Akan dibuktikan hanya mempunyai penyelesaian trivial .

Misalkan A taksingular dan merupakan penyelesaian dari , maka

Karena merupakan penyelesaian dari , maka


(66)

Jadi hanya mempunyai penyelesaian trivial.

 Misalkan hanya mempunyai penyelesaian trivial . Akan dibuktikan A taksingular.

Misalkan hanya mempunyai penyelesaian trivial . Dengan menggunakan operasi-operasi baris elementer, sistem tersebut dapat ditransformasikan menjadi bentuk , dimana U berbentuk eselon baris. Jika salah satu elemen diagonal dari U adalah 0, maka baris terakhir dari U seluruhnya terdiri dari 0. Tetapi kemudian akan ekivalen dengan suatu sistem dengan lebih banyak peubah daripada banyaknya persamaan dan dengan demikian berdasarkan Teorema 2.14 sistem

akan memiliki penyelesaian taktrivial. Jadi U haruslah

merupakan matriks segitiga dengan elemen-elemen diagonal semuanya sama dengan 1. Sebagai akibatnya maka I adalah bentuk eselon baris tereduksi dari A sehingga A ekivalen baris dengan I.

Karena A ekivalen baris dengan I, maka terdapat matriks-matriks elementer sehingga

tetapi karena dapat dibalik, maka hasil kali juga dapat dibalik. Jadi A taksingular dan


(67)

Teorema 2.16

Matriks adalah matriks bujur sangkar yang berorde nonsingular jika dan hanya jika .

Bukti:

Akan dibuktikan

Misalkan adalah nonsingular. Untuk membuktikan ini, misalkan z sebagai penyelesaian untuk

yakni (2.26)

Berdasarkan Teorema 2.15, hanya mempunyai penyelesaian trivial maka . Sebagai akibatnya hanya mempunyai penyelesaian trivial dan vektor-vektor kolom dari adalah bebas linear, maka mempunyai rank .

Akan dibuktikan adalah nonsingular

Untuk membuktikan ini, misalkan z sebagai penyelesaian untuk persamaan (2.26). Kemudian Jelas bahwa,

. Karena , maka akibatnya . Jika mempunyai , maka vektor-vektor kolom dari adalah bebas linear dan sebagai akibatnya hanya mempunyai penyelesaian trivial. Jadi dan persamaan (2.26) hanya mempunyai


(68)

penyelesaian trivial. Oleh karena itu berdasarkan Teorema 2.15 adalah nonsingular.

Definisi 2.33 Persekitaran

Persekitaran dari titik adalah himpunan dari titik-titik

, dengan (2.27)

Definisi 2.34 Titik Interior

Suatu titik dikatakan titik interior dari himpunan S jika ada persekitaran dari sedemikian sehingga semua titik dalam persekitaran dari juga berada dalam S, yakni

(2.28)

Definisi 2.35 Transformasi

Misalkan V dan W dua ruang vektor. Transformasi atau pemetaan atau fungsi T dari V ke dalam W adalah aturan yang memasangkan setiap elemen x di V dengan satu dan hanya satu elemen di W . Untuk selanjutnya, transformasi ini ditulis


(69)

Ruang vekror V disebut daerah asal T. Nilai transformasi T untuk elemen

ditulis yang merupakan elemen di W. Elemen disebut peta

dari x.

Maka transformasi T dari V ke W jika dan hanya jika

Definisi 2.36

Misalkan transformasi pada S, maka adalah invers dari jika

dan , untuk setiap yaitu komposisi dari dan

adalah transformasi identitas pada S. Notasi yang umum untuk

invers adalah .

Teorema 2.17

Misalkan , maka .

Bukti:

Misalkan adalah transformasi dari . Akan dibuktikan

.

i. Misalkan ini berarti bahwa , maka dan . Karena adalah transformasi, sehingga dan .


(70)

ii. Misalkan , karena berarti ada sehingga

. Maka berarti maka

.

Misalkan . Akan dibuktikan adalah transformasi dari atau

dan jika dan maka .

Misalkan karena , berarti ada sedemikian sehingga atau maka maka

. Misalkan dan , maka

dan , tetapi berarti dan

adalah sebuah transformasi.

C. Masalah Program Linear

Program linear (linear programming), adalah salah satu teknik analisis dari kelompok teknik riset operasi yang diterapkan dalam berbagai bidang yang memakai model matematika atau model simbolik sebagai wadahnya. Dengan demikian setiap persoalan yang dihadapi dalam suatu sistem permasalahan, haruslah dapat dirumuskan dalam simbol-simbol matematika tertentu. Misalnya di bidang ekonomi, masalah memaksimumkan laba dan meminimumkan ongkos produksi. Manusia cenderung untuk hidup berprinsipkan ekonomi dengan usaha sedikit dapat memperoleh hasil sebanyak mungkin. Suatu perusahaan mempunyai kendala terbatasnya sumber input produksi dan berupaya mengoptimalkan output produksi untuk


(71)

memenuhi permintaan pasar dan mengoptimalkan penggunaan sumber produksi yang dimiliki. Permasalahan tersebut ada di dalam dunia nyata, sedangkan simbol matematika adalah dunia abstraksi yang dibuat sedemikian rupa sehingga mendekati kenyataan. Tujuan program linear adalah membantu dalam mengambil keputusan yang terbaik dari sekian banyak alternatif yang tersedia.

Kelahiran teknik program linear ini berasal dari seorang ahli matematika bangsa Amerika Serikat yang bernama Dr. George Dantzig, yaitu dengan dikembangkannya metode simpleks pada tahun 1947. Pada tahun itu, Dantzig merupakan salah seorang teknokrat yang tergabung dalam kelompok Riset Operasi dari Angkatan Udara Amerika Serikat. Sebelum lahirnya karya Dantzig yang sistematis, telah terdapat pula berbagai ahli matematika lainnya yang melahirkan teknik-teknik penyelesaian masalah dengan memakai pendekatan aljabar linear (aljabar matriks) pada tahun 1930-an.

Penerapan program linear untuk pertama kalinya di bidang perencanaan militer, khususnya dalam Perang Dunia II oleh angkatan bersenjata Amerika Serikat dan Inggris. Sejak itulah bersamaan dengan berkembangnya waktu, pembagunan dan teknologi, teknik-teknik program linear dengan cepat menjalar dan diterapkan dalam berbagai bidang dan disiplin ilmu dalam rangka memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi.


(72)

Dalam merumuskan masalah program linear, diperlukan adanya fungsi sasaran dan kendala-kendala.

Definisi 2.37 Fungsi Sasaran

Fungsi sasaran dalam masalah program linear dapat dinyatakan sebagai

(2.29)

dengan n merupakan bilangan bulat yang menyatakan banyaknya variabel,

merupakan variabel ke-j, dan merupakan koefisien ongkos dari variabel ke-j, dengan .

Kendala-kendala dibagi dua, yakni kendala utama dan kendala tak negatif. Definisi 2.38 Kendala utama

Kendala utama masalah program linear berbentuk

(2.30)

dengan m merupakan banyaknya persamaan, merupakan koefisien variabel ke-j pada persamaan ke-i dan menyatakan konstanta di ruas kanan untuk persamaan ke-i.


(73)

Definisi 2.39 Kendala Tak Negatif Kendala tak negatif berbentuk

(2.31)

Bentuk standart masalah program linear dapat dituliskan sebagai berikut:

Minimumkan (2.32)

dengan kendala

(2.33)

dengan dan adalah konstanta real, , dan

tidak semua sama dengan nol, untuk .

Fungsi sasaran (2.32) dan sistem pertidaksamaan linear (2.33) di atas dapat dituliskan dengan notasi matriks sebagai berikut:

Minimumkan

(2.34)


(74)

(2.35)

Atau dapat ditulis

Minimumkan (2.36)

dengan kendala (2.37)

Dalam masalah program linear timbul hubungan dual antara dua soal program linear tertentu dan masing-masing penyelesaian optimumnya akan berkaitan.

Bentuk umum masalah primal-dual adalah sebagai berikut:

Masalah primal (P): Meminimumkan (2.38)

Dengan kendala , (2.39)

. (2.40)

Masalah Dual (D): Maksimumkan (2.41)

Dengan kendala (2.42)


(75)

dengan x adalah penyelesaian dari soal primal dan y adalah penyelesaian dari soal dual. Perhatikan bahwa vektor suku tetap dalam (2.39) menjadi vektor ongkos dalam (2.41) dan sebaliknya vektor ongkos dalam (2.38) menjadi vektor suku tetap dalam (2.42). Sedangkan koefisien matriks kendala (2.39) adalah transpose matriks koefisien dalam (2.42).

Definisi 2.40 Titik Layak dan Daerah Layak

Suatu titik yang memenuhi semua kendala pada persamaan (2.30) dan (2.31) disebut titik layak (feasible point) atau penyelesaian layak (feasible solution). Himpunan dari titik layak-titik layak disebut daerah layak (feasible region) atau himpunan layak (feasible set) dan dinotasikan oleh S.

Pada umumnya sistem pertidaksamaan linear (2.30) mempunyai penyelesaian takhingga banyak. Di antara penyelesaian-penyelesaian tersebut dicari juga yang memenuhi (2.31), dan pada umumnya masih mempunyai penyelesaian takhingga banyak. Kemudian di antara penyelesaian layak yang takhingga banyak ini dicari yang meminimumkan fungsi sasaran, maka akan diperoleh penyelesaian optimum.


(76)

Definisi 2.41 Penyelesaian optimum

Penyelesaian layak yang juga mengoptimumkan f disebut penyelesaian optimum.


(77)

BAB III

METODE KARMARKAR

Masalah dalam program linear adalah mengoptimumkan suatu fungsi linear yang terbatas oleh kendala-kendala berupa persamaan atau pertidaksamaan linear. Untuk menyelesaikan masalah dalam program linear, selain menggunakan metode grafik atau metode simpleks yang sudah umum digunakan dapat juga diselesaikan dengan menggunakan metode titik-interior. Titik-interior merupakan titik-titik yang berada di dalam daerah layak. Ada dua langkah yang diperlukan dari metode titik-interior, yaitu mencari arah layak yang memperbaiki nilai fungsi sasaran pada titik tertentu dari setiap iterasi, dan menentukan besar langkah yang menghasilkan titik baru yang berada pada daerah layak sesuai arah layak yang memperbaiki nilai fungsi sasaran.

Algoritma titik-interior dapat dibagi dalam empat kelas utama, yaitu affine scaling methods, metode proyektif atau lebih dikenal dengan metode Karmarkar, path-following methods, dan potential-reduction methods. Dalam bagian ini akan dibahas metode Karmarkar. Disebut metode proyektif karena tranformasi yang digunakan adalah tranformasi proyektif. Pada tahun 1984, seorang matematikawan dari laboratorium AT & T Bell Laboratories bernama Narendra Karmarkar berhasil mengemukakan suatu algoritma baru untuk menyelesaikan masalah program linear yang besar dalam waktu yang cukup singkat yang tidak bisa dilakukan oleh metode simpleks. Metode Karmarkar untuk menyelesaikan masalah program linear pada dasarnya berbeda dari metode simpleks yaitu bahwa


(78)

metode simpleks dimulai dengan masalah program linear dalam bentuk standar, sedangkan metode Karmarkar dimulai dengan masalah program linear dalam bentuk kanonik khusus, yang disebut bentuk kanonik Karmarkar.

Untuk lebih memahami konsep dalam metode Karmarkar perhatikan permasalahan program linear berikut.

Contoh 3.1

Maksimumkan dengan kendala

Agar masalah program linear di atas menjadi bentuk standar, maka ditambahkan variabel pengetat pada masalah program linear di atas, sehingga menjadi

Maksimumkan

dengan kendala

dengan adalah variabel pengetat.

Gambar 3.1 menggambarkan masalah program linear di atas. Ruang penyelesaian ditunjukan dengan garis AB. Arah kenaikan f berada di arah positif .


(79)

Gambar 3.1. Ilustrasi algoritma Karmarkar

Iterasi dimulai dari titik-interior C dalam ruang penyelesaian (garis AB). Gradien fungsi tujuan ( ) di C adalah arah yang membuat fungsi tujuan meningkat dengan cepat. Jika satu titik sembarang ditempatkan di sepanjang gradien itu dan lalu memproyeksikannya secara tegak lurus terhadap ruang penyelesaian (garis AB), maka diperoleh titik baru D. Dari sudut pandang nilai f, titik D yang baru ini lebih baik dari titik awal C. Perbaikan seperti ini diperoleh dengan bergerak dalam arah CD, yang merupakan gradien garis hasil proyeksi, atau disebut sebagai gradien terproyeksi. Jika prosedur yang sama ini diulang di D, maka akan ditemukan satu titik baru di E yang lebih dekat dengan titik optimum. Dapat diperkirakan jika bergerak dengan sangat hati-hati dalam arah gradien terproyeksikan, maka akan dicapai titik optimum B.

Langkah-langkah yang dihasilkan di sepanjang gradien terproyeksi tidak akan meleset dari titik optimum di B, dan dalam kasus n dimensi pada umumnya, arah yang diciptakan oleh gradien terproyeksi tidak akan menyebabkan


(80)

terjebaknya algoritma tersebut di titik yang bukan optimum. Pada dasarnya inilah yang dicapai oleh algoritma Karmarkar.

A. Bentuk Kanonik Karmarkar

Untuk menyelesaikan masalah program linear dengan menggunakan metode Karmarkar digunakan bentuk umum masalah program linear berikut:

Meminimumkan (3.1)

Dengan kendala (3.2)

(3.3)

, i = 1, 2, … , n (3.4) di mana A adalah matriks m × n, dan 0 adalah vektor kolom nol yang berukuran m.

Untuk memperkenalkan bentuk kanonik Karmarkar dimulai dengan memisalkan adalah vektor dalam dengan masing-masing komponen adalah 1. Misalkan merupakan ruang nol (null spaces) dari A, maka


(81)

Definisi 3.1

Simpleks dalam adalah , dan adalah vektor dalam dengan masing-masing komponen adalah 1. Pusat dari simpleks adalah maka .

Berdasarkan Definisi 2.24 dan Definisi 3.1 bentuk kanonik Karmarkar dapat ditulis kembali menjadi

Meminimumkan (3.5)

dengan kendala (3.6)

Himpunan kendala (himpunan layak) dapat didefinikan sebagai

(3.7)

B. Asumsi-Asumsi dalam Masalah Karmarkar

Algoritma Karmarkar dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah program linear dalam bentuk kanonik Karmarkar, dengan asumsi berikut:


(82)

a. Pusat dari simpleks adalah suatu titik layak sehingga .

Asumsi ini tidak bersifat membatasi, artinya sembarang masalah program linear yang memiliki suatu penyelesaian optimum dapat diubah kedalam bentuk Karmarkar sehingga memenuhi asumsi ini.

b. Nilai minimum dari fungsi sasaran terhadap himpunan layak adalah nol. Asumsi ini untuk menentukan nilai yang memenuhi nilai minimum dari fungsi sasaran, untuk menyelesaikan masalah-masalah program linear dalam bentuk kanonik Karmarkar.

c. Matriks yang berukuran , mempunyai rank . Asumsi ini merupakan asumsi teknis yang diperlukan dalam implementasi algoritma

C. Transformasi Proyeksi

Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa sembarang masalah program linear perlu diubah ke dalam suatu masalah yang ekuivalen dalam bentuk kanonik Karmarkar. Ekuivalen diartikan bahwa penyelesaian dari masalah dalam bentuk yang baru dapat digunakan untuk menentukan penyelesaian dari masalah dalam bentuk standar atau sebaliknya. Telah diketahui bahwa sembarang masalah program linear dapat ditransformasikan ke masalah yang ekuivalen dalam bentuk standar. Oleh karena itu, cukup ditunjukkan bahwa sembarang masalah program linear dalam bentuk standar dapat ditransformasikan ke suatu masalah ekuivalen dalam bentuk kanonik Karmarkar. Dalam kenyataanya, transformasi yang


(83)

diberikan berikut akan selalu menjamin bahwa asumsi a dari asumsi-asumsi dalam masalah Karmarkar dipenuhi.

Definisi 3.2

Misalkan dimana ,dengan . Misalkan merupakan transformasi proyeksi yang memetakan positive orthant dari , yakni

ke simpleks , yang didefinisikan sebagai

dengan

(3.8)

Teorema 3.1

Untuk , maka T merupakan transformasi proyeksi yang memiliki sifat-sifat berikut:

1. T merupakan pemetaan satu-satu yaitu , untuk .

2. T memetakan pada , yaitu untuk setiap , ada sedemikian sehingga . 3. Transformasi invers dari T ada pada dan diberikan

sebagai dengan .


(84)

4. T memetakan a ke pusat simpleks , yakni

.

5. Misalkan x memenuhi , dan . Misalkan

. Maka .

Bukti:

1. T merupakan pemetaan satu-satu,yakni

Jika mengigat persamaan (3.8) dapat didefinisikan

(3.9)

Misalkan dengan

yakni

dengan Untuk maka dapat disimpulkan

(3.10) Untuk maka

(3.11) Dari persamaan (3.10) dan persamaan (3.11) dapat disimpulkan bahwa


(85)

sehingga dapat ditulis

atau

Jadi terbukti bahwa T adalah pemetaan satu-satu

2. Akan dibuktikan Ambil sembarang , maka

dan dan akan ditunjukkan

Misalkan kolom ke i dari adalah

dikalikan kolom ke i dari , maka diperoleh

Akan dibuktikan dimana ,yakni


(86)

(3.12)


(87)

Karena mengambil sembarang ,berarti dengan dengan demikian

Jadi, dari persamaan (3.12) diperoleh

Karena dipilih sembarang, maka

.

Jadi terbukti

3. Berdasarkan sifat 1 dan sifat 2, karena memenuhi sifat satu-satu dan pada maka memiliki fungsi invers yang dapat ditulis

dan diberikan sebagai dengan

.

Akan dibuktikan bahwa

cukup ditunjukkan bahwa


(88)

Karena diketahui maka Bila diambil maka diperoleh

Jadi terbukti memiliki fungsi invers dengan


(89)

4. Jika mengigat persamaan (3.8) dan diketahui , dan diberikan , maka diperoleh

Karena maka diperoleh

, yakni T memetakan a ke pusat dari


(90)

5. Ambil sembarang , maka

, dan

sehingga

Karena maka diperoleh


(91)

(3.13)

Karena x memenuhi maka persamaan (3.13) dapat di ubah menjadi

Karena maka diperoleh

Teorema 3.2

Misalkan T merupakan transformasi proyektif seperti pada Teorema 3.1 dan diberikan matriks . Maka ada suatu matriks sedemikian sehingga jika dan hanya jika .


(92)

Bukti:

T merupakan transformasi proyektif, dan Akan dibuktikan

Ambil sembarang , maka

, dan akan

dibuktikan

Misalkan kolom ke dari adalah dikalikan kolom ke dari , dan kolom ke dari adalah – , maka diperoleh

Akan dibuktikan dan karena , maka diperoleh


(93)

(3.14)

Karena maka persamaan (3.14) dapat di ubah menjadi


(94)

Ambil sembarang , maka

, dan akan

dibuktikan

Misalkan kolom ke dari adalah dikalikan kolom ke dari , dan kolom ke dari adalah – , maka diperoleh

karena , dan maka diperoleh


(95)


(96)

Teorema 3.3

Misalkan T merupakan transformasi proyektif seperti pada definisi 3.2 dan diberikan vektor . Maka ada suatu vektor sedemikian sehingga

jika dan hanya jika .

Bukti:

T merupakan transformasi proyektif, dan Akan dibuktikan

Ambil sembarang , maka , dan akan dibuktikan


(97)

Misalkan kolom ke dari adalah dikalikan kolom ke dari untuk

, dan kolom ke dari adalah , maka diperoleh

karena , maka

(3.15)

Karena , yakni

maka persamaan (3.15) dapat di ubah menjadi


(98)

Ambil sembarang , maka , dan akan dibuktikan

Misalkan kolom ke dari adalah dikalikan kolom ke dari , dan kolom ke dari adalah , maka diperoleh

Karena , dan maka


(99)

D. Mengubah Masalah Program Linear Bentuk Standar ke Bentuk Kanonik Karmarkar

Pertimbangkan masalah program linear berikut dalam bentuk standar: Minimumkan

Dengan kendala , (3.16)

Perhatikan bahwa sembarang masalah program linear dapat diubah ke bentuk seperti di atas. Masalah dual dari bentuk standar (3.16) di atas adalah

Maksimumkan

Dengan kendala , (3.17)

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menjelaskan bagaimana mengubah masalah program linear umum ke dalam bentuk kanonik Karmarkar.


(100)

Langkah 1: Kombinasikan masalah primal dan dual

Bila masalah primal dalam persamaan (3.16) dan malasah dual dalam persamaan (3.17) dikombinasikan akan diperoleh sistem berikut ini:

(3.18)

Lemma 3.1

Misalkkan x dan masing-masing adalah penyelesaian layak untuk masalah program linear primal dan dual, maka .

Bukti :

Karena x dan adalah penyelesaian layak, maka , , dan

. Bila kedua sisi dari pertidaksamaan dikalikan dengan

maka dihasilkan . Karena , maka


(1)

LAMPIRAN 1

Listing Program

%Program menyelesaikan masalah program linear dengan metode Karmarkar

%Fungsi YB0 menampilkan Program menyelesaikan masalah PL dalam bentuk baku masalah minimum

%Fungsi YB1 menampilkan Program menyelesaikan masalah PL dalam bentukkanonik Karmarkar

clc;clear all;close all;

YB0='masukkan 0 untuk PL dalam bentuk baku masalah minimum'; YB1='masukkan 1 untuk PL dalam bentuk kanonik Karmarkar'; disp(YB0)

disp(YB1)

YB=input('masukkan pilihan '); tic

if YB==1

Kanonik_Karmarkar elseif YB==0

Minimum_standar else

YB='input yang anda masukkan salah'; disp(YB)

end toc


(2)

LAMPIRAN 2

Listing Program

Masalah Program linear dalam bentuk Kanonik Karmarkar

%Program menyelesaikan masalah program linear dengan metode Karmarkar

%Masalah program linear dalam bentuk Kanonik Karmarkar clear all;close all;

'Menyelesaikan masalah program linear dalam bentuk kanonik Karmarkar dengan algoritma Karmarkar'

n=input('masukkan banyak variabel '); c=input('masukkan koefisien ongkos c= ')'; A=input('masukkan koefisien teknis A= '); x=((ones(1,n))*(1/n))';

e=(ones(1,n)); I=diag(e);

r=1/(sqrt(n*(n-1))); alpa=(1/4);

a=x;

Q=0.00000001; salah=1; A_baru=[A;e]; p=A_baru(:,1); w=length(p); R=rank(A_baru); iterasi=0; if w==R

while salah>=Q iterasi=iterasi+1; D=diag(x);

AD=A*D; B=[AD;e];

P=I-B'*(inv(B*B'))*B; pdc=(P*(D*c));

ck=pdc/(norm(pdc)); dk=-r*ck;

x_bar=(a)+(alpa*dk);

x_baru=(D*(x_bar))/(e*D*(x_bar)); x=x_baru;

salah=(c'*x_baru)/(c'*a); end

iterasi=iterasi;

'Jadi diperoleh titik optimumnya, yakni' x

else

'Asumsi c tidak dipenuhi dan matriks A tidak mempunyai invers' 'Tidak dapat diselesaikan dengan algoritma Karmarkar'

end


(3)

LAMPIRAN 3

Listing Program

Masalah Program linear dalam bentuk standar meminimumkan

%Program menyelesaikan masalah program linear dengan metode Karmarkar

%Masalah program linear dalam bentuk baku meminimumkan clc;clear all;close all;

warning('off');

'Menyelesaikan masalah program linear dalam bentuk standar dengan mengunakan algoritma Karmarkar'

N=input('masukkan banyak variabel '); M=input('masukkan banyak kendala ');

c_awal=input('masukkan koefisien ongkos c= ')'; A_awal=input('masukkan koefisien teknis A= ');

b_awal=input('masukkan suku tetap di ruas kanan b= ')';

n=(((N+M)*2)+1); baris=(N+M+1);

c_tilda=[(zeros(((N+M)*2),1));1];

a1=[(c_awal)' (-(b_awal))' (zeros(1,N)) (zeros(1,M)) ((-(c_awal)'*(ones(N,1)))+((b_awal)'*(ones(M,1))))];

a2=[A_awal (zeros(M,M)) (zeros(M,N)) (-(diag(ones(1,M)))) ((b_awal)-((A_awal)*(ones(N,1)))+(ones(M,1)))];

a3=[(zeros(N,N)) (A_awal)' (diag(ones(1,N))) (zeros(N,M)) ((c_awal)-((A_awal)'*(ones(M,1))))];

A_tilda=[a1;a2;a3];

b_tilda=[0 (b_awal)' (c_awal)']';

A_baru=[A_tilda b_tilda]; r_ref=rref(A_baru);

R=rank(r_ref); a_rand=rand(n-R,1);

matrix=r_ref(:,n+1); matrix2=r_ref(:,n+1); col=1;

col2=1; vektor=[];

for index1=1:n jml0=0; jml1=0;

for index2=1:baris


(4)

jml0=jml0+1; end

if r_ref(index2,index1)==1 jml1=jml1+1;

end end

if (jml0+jml1)==baris && jml1==1 isexist=0;

for i=1:col

if matrix(:,i)==r_ref(:,index1) isexist=1;

end end

if isexist == 0

matrix=[matrix r_ref(:,index1)]; vektor=[vektor index1];

col=col+1; else

matrix2=[matrix2 r_ref(:,index1)]; col2=col2+1;

end else

matrix2=[matrix2 r_ref(:,index1)]; col2=col2+1;

end end

matrix2=matrix2(:,2:col2);

matrix=[matrix(:,2:col) matrix(:,1)];

Abaru=[matrix(:,1:col-1) matrix(:,col)-(matrix2*a_rand)]; A=Abaru(:,R+1);

z=A'; iterasi=0; tol=zeros(R,1); f=false;

for index=1:length(z) if z(:,index)<=0; f=true;

end end

while f

iterasi=iterasi+1; a_rand=rand(n-R,1);

Abaru2=[matrix(:,1:col-1) matrix(:,col)-(matrix2*a_rand)]; A=Abaru2(:,R+1);

g=0; z=A';

for index=1:length(z) if z(:,index)>0 g=g+1; end


(5)

if g==length(z) f=false; end

end

a_rand; A1=A';

aa_rand=(a_rand)'; a_baru=[];

vektor;

index_rand=1;

for i=1:n exist=0; in=0; for a=1:R

if i==vektor(:,a) vektor(:,a); in=a;

exist=1; end

end

if exist==1 exist;

a_baru=[a_baru A1(:,in)]; else

a_baru=[a_baru aa_rand(:,index_rand)]; index_rand=index_rand+1;

end end

a_baru;

c2=(c_tilda)';

for index=1:length(a_baru)

A2(:,index)=A_tilda(:,index)*a_baru(:,index); c3(:,index)=c2(:,index)*a_baru(:,index); end

A2; c3; 'dimana'

c_aksen=[c3 0]

A_aksen=[A2 -(b_tilda)] N_baru=n+1;

x=((ones(1,N_baru))*(1/N_baru))'; e=(ones(1,N_baru));

I=diag(e);

r=1/(sqrt(N_baru*(N_baru-1))); alpa=(1/4);

a=x;

Q=(10^(-4)); salah=1; i=0;


(6)

AA=[A_aksen;e]; p=AA(:,1); w=length(p); R=rank(AA);

if w==R

while salah>=Q i=i+1; D=diag(x); AD=A_aksen*D; B=[AD;e];

P=I-(B'*(inv(B*B'))*B); pdc=(P*(D*c));

ck=pdc/(norm(pdc)); dk=-r*ck;

x_bar=(a)+(alpa*dk);

x_baru=(D*(x_bar))/(e*D*(x_bar)); salah=(c'*x_baru);

x=x_baru; end

i=i

'Jadi penyelesaian untuk masalah program linear dalam bentuk kanonik Karmarkar, yakni'

x

x_barr=x'; z_solusi=c'*x for indeks=1:N

y(:,indeks)=((a_baru(:,indeks))*(x_barr(:,indeks)))/x_barr(:,N_bar u);

end

'Jadi penyelesaian untuk masalah program linear dalam bentuk standar adalah'

y_solusi=y

'Dengan nilai fungsi sasaran adalah' solusi=(y_solusi)*c_awal

else

'Asumsi c tidak dipenuhi dan matriks A tidak mempunyai invers' 'Tidak dapat diselesaikan dengan algoritma Karmarkar'