EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIER SISWA SMA Studi Quasi Eksperiment Terhadap Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Garut.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ……… ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iv

DAFTAR ISI ………. iv

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GAMBAR ……….. x

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ……. ……….. 13

C. Tujuan Penelitian ……… 14

D. Manfaat Penelitian ………. 15

E. Asumsi Penelitian ……….. 16

F. Hipotesis Penelitian ……… 17

G. Metode Penelitian ……….. 17

H. Lokasi dan Sampel Penelitian ……… 18

BAB II PERANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIER SISWA….. 19

A. Konsep Tentang Kematangan Karier ……… 19

B. Konsep Tentang Bimbingan Kelompok ……… 49

C. Program Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kematangan Karier Siswa……… 69

D. Penelitian Terdahulu (Kematangan Karier) ……….. 72

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 74

A. Prosedur Penelitian ……… 74

B. Definisi Operasional ………. 76

1. Kematangan Karier ……….. 76

2. Layanan Bimbingan Kelompok ……….. 77

C. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 79

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 80


(2)

1. Uji Validitas Instrumen ……… 84

2. Uji Reliabilitas Instrumen ……… 87

F. Teknik Pengolahan Data ……… 88

1. Verifikasi Data ……… 88

2. Penyekoran dan Pengolahan Data ………. 88

3. Teknik Analisis Data ……… 88

a. Uji Normalitas data ……… 90

b. Uji Homogenitas ……….. 90 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 93

A. Deskripsi Hasil Penelitian ………. 93

B. Pembahasan ……….. 136

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………. 195

DAFTAR PUSTAKA ………... 200

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……… 201


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Tahap Perkembangan Karier Super Beserta Karakteristik

Perkembangan Pada Setiap Tahapannya ……… 31

2.2 Tugas Perkembangan Karier Remaja Tahap Ekplorasi………... 32

2.3 Perbedaan antara bimbingan kelompok dan konseling kelompok….. 56

3.1 Desain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………..…... 75 3.2 Populasi penelitian……….. 79

3.3 Kisi-kisi Kematangan Karier Siswa SMA Sebelum Uji Coba……… 81

3.4 Kisi-kisi Kematangan Karier Siswa SMA Setelah Uji Coba ………. 85

3.5 Pedoman Penyekoran Instrumen Kematangan Karier ……… 88

4.1 Gambaran Kematangan Karier Siswa sebelum Mengikuti Bimbingan Kelompok ……… 93

4.2 Gambaran Kematangan Karier Siswa SMA pada Aspek Perencanaan Karier……… 94

4.3 Gambaran Aspek Perencanaan Karier berdasarkan Indikator- Indikator Kematangan karier……… 94

4.4 Gambaran Kematangan Karier Siswa SMA pada Aspek Ekplorasi Karier……… 96 4.5 Gambaran Aspek Ekplorasi Karier berdasarkan Indikator…..……… 96

4.6 Gambaran Kematangan Karier Siswa SMA pada Aspek Pengetahuan tentang Membuat Keputusan ………... 97

4.7 Gambaran Aspek Pengetahuan Membuat Keputusan berdasarkan Indikator……….. 98

4.8 Gambaran Kematangan Karier Siswa pada Aspek Pengetahuan tentang Dunia Kerja ……… 99

4.9 Gambaran Aspek Pengetahuan tentang Dunia Kerja berdasarkan Indikator………. 99

4.10 Gambaran Kematangan Karier Siswa pada Aspek Pengetahuan tentang Kelompok Pekerjaan ……… 100

4.11 Gambaran Aspek Pengetahuan tentang Kelompok Pekerjaan berdasarkan Indikator……….……… 101

4.12 Gambaran Kematangan Karier Siswa pada Realisme Keputusan Karier ………. 102

4.13 Gambaran Aspek Realisme Keputusan Karier berdasarkan Indikator……… 102

4.14 Gambaran Kematangan Karier Siswa SMA setelah Mengikuti Bimbingan Kelompok ……….. 104

4.15 Gambaran Kematangan Karier Siswa pada Aspek Perencanaan Karier.. 105


(4)

4.17 Gambaran Kematangan Karier Siswa pada Aspek Ekplorasi Karier….. 106 4.18 Gambaran Aspek Ekplorasi Karier berdasarkan Indikator ……… 107 4.19 Gambaran Kematangan Karier Siswa pada Aspek Pengetahuan

tentang Pembuatan Keputusan……… 107 4.20 Gambaran Aspek Pengetahuan Membuat Keputusan berdasarkan

Indikator ……….. 108 4.21 Gambaran Kematangan Karier Siswa pada Aspek Pengetahuan

tentang Dunia Kerja……….. 109 4.22 Gambaran Aspek Pengetahuan tentang Dunia Kerja berdasarkan

Indikator ……….. 109 4.23 Gambaran Kematangan Karier Siswa pada Aspek Pengetahuan

tentang Kelompok Pekerjaan ……… 110 4.24 Gambaran Aspek Pengetahuan tentang Kelompok Pekerjaan

Berdasarkan Indikator ………. 111 4.25 Gambaran Kematangan Karier Siswa pada Aspek Realisme

Keputusan Karier ……… 112 4.26 Gambaran Aspek Realisme Keputusan Karier berdasarkan Indikator 112 4.27 Hasil Uji Normalitas Skor Gain Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol……… 129 4.28 Hasil Uji Homogenitas Skor Gain pada Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol……… 131

4.29 Hasil Group Statistik Gain Dari Kelompok Eksperimen dan Kontrol.. 131 4.30 Hasil Mann-Whitney Test dari Skor Gain Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol………. 132 4.31 Hasil Pengujian Efektivitas Program Bimbingan Kelompok

Terhadap Setiap Aspek Kematangan Karier Siswa ……….. 133 4.32 Rata-rata Skor GainPretest dan Posttest pada Kelompok

Eksperimen……… 134 4.33 Rata-rata Skor Gain Pretest dan Posttest pada Kelompok Kontrol….. 134 4.34 Rata-rata Skor Gain Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Konsep Kematangan Karier dari Super ……….. 39 2.2 Konstruksi Aspek-aspek Kematangan karier dan Hubungannya


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan pada hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala kondisi (lingkungan) dan sepanjang hidupnya. Fungsi pendidikan diharapkan mampu menghilangkan segala sumber penderitaan individu dari ketertinggalan. Melalui proses pendidikan diharapkan terhindar dari ketertinggalan, karena dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki individu akan mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Pada hakikatnya manusia merupakan individu yang unik dengan karakteristik yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan perilaku individu merupakan suatu kesatuan pola kepribadian, bakat, sikap serta lingkungan yang mempengaruhinya. Kompetensi bakat, sikap, minat yang dimiliki individu cenderung memiliki tingkat atau ukuran yang berbeda-beda, oleh karena itu proses pendidikan membutuhkan pola dan layanan yang berbeda pula. Perlakuan layanan proses pendidikan yang dialami individu tentu akan berpengaruh terhadap pola pikir, pandangan tentang masa depan serta kesanggupan dalam pengambilan keputusan dan pilihan kariernya. Pendidikan memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk mengidentifikasi, menemukan dan mengembangkan potensi yang dimiliki setiap individu, sehingga pola pendidikan yang diperoleh siswa


(7)

dapat memenuhi sasaran pengembangan yang lebih optimal bagi semua peserta didik.

Jenjang pendidikan di Indonesia dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan yaitu jenjang pendidikan dasar, menengah dan jenjang pendidikan tinggi. SMA (Sekolah Menengah Atas) merupakan jenjang pendidikan yang termasuk jenjang pendidikan menengah, yang memiliki fungsi dan tujuan sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah tentang pengelolaan pendidikan formal nomor 17 tahun 2010 pada pasal 76, ayat 1 yaitu berbunyi : meningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi dan/atau untuk hidup mandiri dimasyarakat. Terdapat dua sasaran fungsi dari pendidikan jenjang SMA yaitu (1) kelanjutan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi, dan (2) hidup mandiri dimasyarakat. Kesiapan lulusan SMA terhadap kedua sasaran tersebut ternyata akan berdampak pada keputusan dan pilihan yang harus diambil, sedangkan pilihan tersebut bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Peranan lembaga pendidikan secara formal bukan hanya melakkukan proses pembelajaran, namun dapat berfungsi juga untuk memberikan bantuan, bimbingan serta alternatif pilihan keputusan yang matang baik terhadap kesiapan kelanjutan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau kesiapan hidup dimasyarakat. Pilihan keputusan yang matang tentunya akan dipengaruhi oleh pemahaman terhadap diri, lingkungan, serta pemahaman terhadap apa yang akan dipilihnya, baik pilihan terhadap jenis perguruan tinggi atau jenis pekerjaan yang ada dimasyarakat.

Struktur kurikulum tingkat pendidikan SMA, memiliki sasaran orientasi lulusanya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, ternyata


(8)

data Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk usia 16 sd 18 tahun yang melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi hanya 18 %. (http:/www. radarbanten. com). Selisih dari angka 18 % tersebut diasumsikan memasuki pasar kerja yang notabene tergolong pada kategori un skill job (pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan). Kondisi yang memprihatinkan ternyata lulusan SMA menyumbang prosentase paling banyak terhadap pengangguran terbuka di Indonesia yaitu dengan rincian sebagai berikut, tamatan SMA 14,31 %, universitas 12,59 %, serta diploma I/II/III mencapai 12,21 % (ANTARA News). Menakertrans Muhaimin Iskandar mengemukakan data temuan berdasarkan Sakernas tahun 2009, sebagian dari penganggur terbuka didominasi lulusan SMA ke bawah. SD 2,62 juta jiwa, (28,29 %), SMP 2,05 juta jiwa (22,14 %), dan SMA 3,47 juta jiwa (37,47 %), sedangkan diploma dan lulusan universitas 1,12 juta jiwa (12,09 %) (http://suaramerdeka.com/). Data tersebut menunjukan bahwa lulusan SMA merupakan jumlah yang paling tinggi dalam menyubang tingkat pengangguran di Indonesia. Jika dilihat dari fungsi dan tujuan SMA sesuai peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010 pada pasal 76 ayat 1 menunjukan : (a) meningkatkan, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, ahlak mulia, dan kepribadian luhur; (b) meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air; (c) mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi; (d) meningkatkan kepekaan dan kemampuan mengapresiasi serta mengekpresikan keindahan, kehalusan, dan harmoni; (e) menyalurkan bakat dan kemampuan dibidang olah raga, baik untuk kesehatan dan kebugaran jasmani maupun prestasi, dan (f) meningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk melanjutkan pendidikan ke


(9)

jenjang pendidikan tinggi dan / atau untuk hidup mandiri dimasyarakat. Keenam fungsi dan tujuan pendidikan SMA, mengindikasikan bahwa lulusan SMA diharapkan memiliki kematangan karier, baik untuk persiapan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk hidup mandiri dimasyarakat.

Kajian menyeluruh terhadap sasaran, struktur kurikulum, serta tujuan pendidikan SMA menunjukan bahwa out put SMA selain untuk kesiapan pendidikan di jenjang lebih tinggi, juga untuk siap hidup mandiri dimasyarakat. Berdasarkan temuan data menunjukan ternyata lulusan SMA belum memiliki kesiapan untuk hidup mandiri khususnya dalam mendapatkan pekerjaan sesuai dengan yang diinginkannya. Beberapa argument yang menunjukan terhadap kurang mampunya lulusan SMA terserap dalam dunia kerja khususnya pekerjaan sector formal, bahwa kurikulum tingkat pendidikan SMA bukan untuk menghasilkan lulusan yang terampil dalam bidang keterampilan tertentu, sebab muatan kurikulum SMA lebih berorientasi pada kelanjutan pendidikan yang lebih tinggi, sedangkan sektor pekerjaan formal bagi lulusan SMA lebih mengarah pada pekerjaan yang sifatnya operasional yang tidak terlalu harus memiliki keterampilan dibidangnya. Mengacu pada pandangan tersebut, dapat diasumsikan siswa SMA perlu untuk diketahui tingkat kematangan kariernya sehingga proses pendidikan di SMA dapat diarahkan pada pola pengembangan diri yang optimal, baik pengembangan diri dalam konteks apektif, kognitif, maupun psikomotor.

Siswa pada jenjang pendidikan SMA tergolong pada fase perkembangan masa remaja, masa remaja memiliki kompleksitas yang sangat unik sehingga memerlukan pola bantuan, bimbingan serta pengarahan yang lebih komprehensif.


(10)

Pada kontek ini dapat dilihat bahwa siswa yang baru masuk SMA kelas X mulai dihadapkan pada pilihan jurusan yang secara otomatis akan mempengaruhi jalur karier yang akan ditempuhnya dimasa yang akan datang. Keraguan dan kesalahan dalam memilih program jurusan akan berdampak terhadap perkembangan karirnya dimasa yang akan datang. Siswa akan mengalami penurunan minat belajar, motivasi belajar sehingga secara langsung akan berdampak pada penurunan prestasi belajar. Siswa SMA memiliki kisaran umur antara 15 – 18 tahun yang termasuk dalam perkembangan masa remaja. Masa tersebut merupakan masa transisi karena merupakan suatu periode krusial dalam perkembangan karier remaja serta akan membentuk jalur yang akan dilalui individu dalam kehidupannya.

Tidak sesuai pilihan program studi yang dipilihnya ketika memasuki kelas XI (sebelas) merupakan awal adanya ketidak matangan dalam perencanaan, orientasi kaier serta pengambilan keputusan. Dampak yang dapat dirasakan dari kesalahan pilihan program studi, individu cenderung mengalami penurunan minat, motivasi dan prestasi belajarnya. Beberapa asumsi tidak sesuainya pilihan program studi dapat ditunjukan dengan beberapa kekeliruan yaitu; siswa memilih jurusan bukan berdasarkan orientasi program studi, siswa tidak melakukan ekplorasi terhadap kekuatan dan kelemahan diri pada jurusan yang akan diambil, serta adanya asumsi yang keliru terhadap gengsi jurusan antara IPA, IPS dan Bahasa. Penelitian yang dilakukan Dedi Supriadi dalam Suherman dkk (2008:127) yang berkaitan dengan tingkat kepuasan siswa dalam memilih jurusan atau program studi, ditentukan oleh prosentase yang paling tinggi menyatakan


(11)

sangat tidak puas (45 %) dengan program studi yang dipilihnya, diikuti oleh tidak puas (28%), cukup puas (28 %), dan yang menyatakan puas dengan program studi yang dipilihnya hanya (13%).

Berdasarkan fenomena tersebut, baik rendahnya minat kelanjutan studi ke perguruan tinggi, banyaknya jumlah pengangguran terbuka, serta tingginya tidak puas siswa terhadap jurusan atau program studi yang pilihnya menunjukan tingkat kematangan dalam pengambilan keputusan dan pilihan karier yang masih rendah.

Gambaran tersebut menunjukan pentingnya pola bimbingan dalam menentukan pilihan program studi yang akan dipilihnya ataupun rencana pilihan pekerjaan yang diharapkan setelah lulus SMA, meskipun proses tersebut bukanlah hal yang mudah karena individu harus berusaha mengatasi ketidak jelasan mengenai kapabilitasnya, kestabilan minat, prospek alternatif pilihan untuk saat ini dan masa yang akan datang, aksesibilitas karir, dan identitas yang ingin dikembangkan dalam diri mereka sendiri (Bandura, 1997). Selanjutnya sebagaimana dikemukakan oleh Sarwono (2005) ternyata siswa SMA tidak pernah betul-betul tahu apa yang diinginkannya, tidak terbiasa tertantang menggali informasi sampai tuntas, namun hanya bermodal informasi 40 %, petunjuk dari orang tua dan keberanian pengambilan keputusan yang beresiko. Ketidak pastian terhadap sikap karier serta perkembangan pengetahuan dan keterampilan karier akan memiliki dampak terhadap orientasi karier yang akan dipilihnya untuk dijadikan alternatif pengambilan keputusan pilihan karier.


(12)

Dengan demikian mengacu dari fakta-fakta asumsi tersebut diatas, para remaja memiliki keraguan dalam pola pengambilan keputusan karier.

Berkenaan dengan suasana psikologis individu, penelitian Vondracek et al. (1995) yang menggolongkan individu dalam status identitas, menunjukan bahwa individu yang status identitas achievement atau individu yang telah berekplorasi dan telah berkomitmen berdasarkan ekplorasinya memiliki keraguan dalam mengambil keputusan karir yang lebih rendah dari individu dengan status identitas moratorium atau bagi individu yang sedang berekplorasi namun belum menetapkan komitmen, begitu pula bagi individu yang tidak sedang ekplorasi namun berkomitmen (foreclosure), maupun bagi individu yang tidak sedang berekplorasi dan belum berkomitmen (diffusion).

Dikaji dari perspektif perkembangan, keraguan pengambilan keputusan karier dapat dipandang secara potensial setidaknya dimulai pada kesempatan awal remaja mengambil keputusan yang terkait dengan pilihan karier dan pendidikan. Keraguan dalam diri individu terkait pengambilan keputusan karier akan berdampak pada tingkat kematangan karier individu. Menurut Super kematangan karier merupakan dasar untuk menggambarkan dan menilai tahap perkembangan karier yang dicapai individu, tipe dari tugas-tugas perkembangan yang harus dihadapi dan bagaimana cara menghadapinya serta kesiapan individu untuk mengambil keputusan kariernya. Super (Sharf, 1992) mengemukakan komponen-komponen kematangan karier terdiri atas: perencanaan karier, ekplorasi karier, pengembilan keputusan karier, informasi dunia kerja,


(13)

pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang diharapkan, serta realisme terhadap keputusan karier.

Kematangan karier individu pada prinsipnya meliputi beberapa tahap perkembangan karier antara lain : (a) tahap pertumbuhan, (b) tahap eksplorasi, (c) tahap pemantapan, (d) tahap pemeliharaan, (e) tahap kemunduran. Tahapan kematangan karier akan ditentukan oleh proses ekplorasi dan komitmen yang diambil oleh individu. Proses eksplorasi yang benar dan sesuai dengan informasi yang memadai serta tepat, individu akan memahami dirinya sendiri, potensi-potensi dan kebutuhan-kebutuhannya, sehingga ia akan berada pada posisi untuk mempertimbangkan berbagai alternative karier untuk kehidupannya mendatang.

Lembaga pendidikan secara formal memiliki peranan yang sangat strategis dalam membantu mengembangkan potensi individu (peserta didik). Layanan bantuan yang memiliki relevansi terhadap pola perkembangan peserta didik dalam hal kematangan karier terletak pada lembaga formal bimbingan dan konseling. Sebagaimana dikemukakan Yusuf dan Juntika (2008) bahwa ragam bimbingan menurut masalah individu dibagi menjadi empat jenis bimbingan yaitu : (1) bimbingan akademik, (2) bimbingan sosial-pribadi, (3) bimbingan karir, dan (4) bimbingan keluarga. Layanan bimbingan karier merupakan salah satu layanan yang diberikan untuk mengembangkan potensi siswa dalam merencanakan dan membuat keputusan karier untuk masa depan. Konteks layanan bimbingan karier yang selama ini dilakukan di SMA merupakan layanan yang memerlukan pengkajian yang komprehensif, sehingga diperlukan program layanan yang dipandang efektif dalam membantu perkembangan karier siswa.


(14)

Kondisi belum optimalnya kematangan karier siswa salah satunya dipengaruhi oleh kurang optimalnya layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Peranan strategis bimbingan dan konseling di sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan kematangan karier siswa. Secara utuh keseluruhan proses kerja bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal dapat dimulai dengan: 1) Proses analisa kebutuhan (asesment) lingkungan serta assessment perkembangan individu (konseli); 2) Harapan kondisi lingkungan dan harapan kondisi konseli; 3) Komponen program yang terdiri dari : a) pelayanan dasar bimbingan dan konseling yang harus diberikan kepada seluruh peserta didik serta orientasi layanan jangka panjang; b) pelayanan responsif yang tujuannya untuk membantu masalah, serta remediasi; c) pelayanan perencanaan individual yang terdiri dari perencanaan pendidikan, karier, personal, serta sosial; d) dukungan sistem, yang meliputi aspek manajemen dan pengembangan; 3) Strategi layanan, strategi layanan bimbingan dan konseling merupakan fokus dari upaya yang dilakukan oleh konselor dalam membantu klien atau konseli sehingga sasaran layanan yang telah ditetapkan dapat sesuai harapan. Sebagaimana disebutkan dalam penataan pendidikan profesional konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan jalur formal terdapat strategi layanan yaitu sebagai berikut : bimbingan kelas, pelayanan orientasi, pelayanan informasi, konseling individual, konseling kelompok, bimbingan kelompok, bimbingan klasikal, referral, bimbingan teman sebaya, pengembangan media instrumentasi, penilaian individual dan kelompok, penempatan dan penyaluran, kunjungan rumah, konferensi kasus, kolaborasi guru, kolaborasi orang tua kolaborasi ahli lain,


(15)

konsultasi, akses informasi dan teknologi, sistem manajemen, evaluasi, akuntabilitas pengembangan profesi.

Bimbingan kelompok merupakan salah satu strategi layanan yang dipandang mampu untuk memberikan layanan kepada seluruh konseli (peserta didik), hal ini dikarenakan bimbingan kelompok termasuk pada ranah pelayanan dasar. Pelayanan dasar sesuai dengan konteks komponen program dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas perkembangan yang diperlukan dalam mengembangkan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani hidupnya. Dilihat dari segi tujuan pelayanan dasar untuk membantu semua konseli agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya. Secara rinci tujuan pelayanan ini agar konseli (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, soasial-budaya dan agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka pencapaian tujuan hidupnya, baik dalam segi pendidikan maupun pekerjaan (karier).

Nandang Rusmana (2009:13) memaparkan pengertian bimbingan kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui


(16)

suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan. Sikap dan atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah dalam upaya pengembangan pribadi. Sukardi (2002: 48) menjelaskan bahwa layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari nara sumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

Dijenjang pendidikan menengah, siswa (remaja) memerlukan pelayanan bimbingan kelompok yang mampu menopang perkembangan mereka, terutama perkembangan karier, perkembangan sosial dan peningkatan kesadaran diri, (Wingkel, 2004 : 566 – 567).

Menurut Charles L. Thomson dan William A. Popen (1979) dalam bukunya yang berjudul Guidance Activities for Counselor and Teacher, bahwa bimbingan kelompok lebih menekankan pada konsep developmental yang memberikan tekanan pada usaha dalam tujuh bidang yaitu (1) memperdalam konsep diri; (2) mengembangkan hubungan sosial dengan teman sebaya; (3) meningkatkan disiplin dalam hidup dan disiplin diri; (4) memperbaiki komunikasi antara orang tua dan anak antara tenaga pendidik dengan siswa; (5) membantu siswa mencapai sukses dalam studi dan akademik; (6) mengembangkan


(17)

pemahaman tentang dunia kerja dan apresiasi terhadap karier dimasa depan; (7) menciptakan suasana positif untuk proses belajar mengajar di dalam kelas.

Pada hakikatnya layanan bimbingan kelompok yaitu layanan yang sifatnya informatif atau layanan pemberian informasi, padahal layanan informasi merupakan layanan tersendiri sebagai strategi layanan bimbingan dan konseling. Nandang Rusmana (2009:14) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok pada prakteknya dapat dilakukan melalui teknik diskusi, simulasi, latihan, karyawisata, serta sosiodrama. Juntika (2006 : 24) mengemukakan hampir sama dengan pendapatnya Nandang Rusmana (2009) bahwa bimbingan melalui aktivitas kelompok pada dasarnya menggunakan prinsip dan proses dinamika kelompok, seperti dalam kegiatan diskusi, sosiodrama, bermain peran, simulasi dan lain-lain. Bimbingan kelompok diasumsikan lebih efektif lebih efektif untuk meningkatkan kematangan karier siswa SMA, karena selain peran individu lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana, dan penyelesaian masalah.

Adanya program bimbingan kelompok di sekolah yang berkualitas sesuai sasaran analisa kematangan karier yang ditetapkan sebagai tujuan layanan merupakan hal yang tidak dapat dibantah lagi urgensinya bagi bantuan layanan yang berkualitas.

Mengkaji hal yang berkaitan dengan kematangan karier siswa yang cenderung rendah, maka tidak ada alasan jika kematangan karier siswa SMA dibiarkan begitu saja, atau mengikuti perkembangan yang tidak terkontrol tingkat kematangannya. Asumsi yang dapat dijadikan pemikiran bagi konselor perihal


(18)

perkembangan karier yaitu bahwa fokus kajian perkembangan karier terletak pada kematangan karier. Pengkajian terhadap layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier dapat dilakukan melalui dua ranah yaitu perkembangan sikap karier dan perkembangan pengetahuan serta keterampilan karier. Perkembangan sikap karier terdiri dari bagaimana siswa melakukan perencanaan karier, ekplorasi karier, dan realism. Sedangkan perkembangan pengetahuan dan keterampilan karier menyangkut kajian pengambilan keputusan, informasi dunia kerja, serta pengetahuan tentang kelompok pekerjaan.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini difokuskan pada layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier siswa SMA Negeri 14 Garut tahun pelajaran 2010/2011. Atas dasar itulah maka perlu dilakukan kajian ilmiah berupa penelitian, maka penelitian ini mengambil judul “Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kematangan Karier Siswa SMA”

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, terdapat tiga poin penting sebagai acuan penelitian yaitu :

1. Pentingnya mengupayakan peningkatan kematangan karier siswa, mengingat kematangan karier merupakan kemampuan individu dalam melakukan pengambilan keputusan karier.

2. Bimbingan kelompok merupakan strategi layanan yang dianggap tepat untuk meningkatkan kematangan karier siswa karena dapat dilakukan kepada semua siswa dalam kontek suasana kelompok.


(19)

3. Bimbingan kelompok merupakan setrategi layanan yang tidak akan membosankan bagi siswa karena siswa terlibat aktip dalam setiap kegiatan, dengan teknik bimbingan kelompok yang tepat sasaran.

Lebih lanjut, rumusan masalah dirinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran kematangan karier siswa SMA sebelum mengikuti bimbingan kelompok ?

2. Bagaimana gambaran kematangan karier siswa SMA setelah mengikuti bimbingan kelompok ?

3. Bagaimana rumusan layanan bimbingan kelompok yang tepat untuk meningkatkan kematangan karier siswa SMA ?

4. Bagaimana efektivitas layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier siswa SMA ?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum untuk menguji efektivitas program layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier siswa kelas X di SMA Negeri 14 Garut. Secara rinci sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian untuk mengetahui:

1. Gambaran kematangan karier siswa SMA sebelum mengikuti bimbingan kelompok.

2. Gambaran kematangan karier siswa SMA setelah mengikuti bimbingan kelompok.


(20)

3. Rumusan layanan bimbingan kelompok yang tepat untuk meningkatkan kematangan karier siswa SMA.

4. Efektivitas layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier siswa SMA.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian dapat memberikan manfaat sebagai berikut. a) Pengembangan khasanah baru bagi konselor dalam meningkatkan

kematangan karier siswa.

b) Memperkaya studi keilmuan tentang bimbingan kelompok yang dipandang sesuai untuk meningkatan kematangan karier siswa.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian adalah sebagai berikut.

a) Rujukan bagi guru bimbingan dan konseling agar dapat lebih mengoptimalkan pelayanan dalam pengembangan kematangan karier siswa siswa.

b) Masukan bagi Wali kelas / guru agar dapat lebih memahami pentingnya melibatkan dinamika kelompok dalam bimbingan dan pengajarannya. c) Masukan bagi sekolah dalam pengembangan proses pembelajaran dan juga

bimbingan siswa agar siswa mencapai kematangan karier yang optimal dan mencapai masa depan yang sukses.


(21)

E. Asumsi

Penelitian tentang efektivitas program layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan siswa SMA didasarkan pada asumsi sebagai berikut: 1. Kematangan karier individu dipengaruhi oleh bagaimana individu mengalami

perkembangan sikap karier yaitu pada aspek perencanaan karier, ekplorasi karier, dan realisasi pemahaman dirinya terhadap pilihan karier (realism). Serta perkembangan pengetahuan dan keterampilan karier yaitu pada aspek pengambilan keputusan, informasi dunia kerja, serta pengetahuan tentang kelompok pekerjaan.

2. Perkembangan sikap karier pada aspek perencanaan karier, ekplorasi karier, dan realisasi pemahaman dirinya terhadap pilihan karier (realism), serta perkembangan pengetahuan dan keterampilan karier yaitu pada aspek pengambilan keputusan, informasi dunia kerja, serta pengetahuan tentang kelompok pekerjaan perlu mendapatkan layanan yang menyeluruh untuk lebih dikuasai oleh siswa sehingga siswa lebih mampu melakukan pengambilan keputusan dan pilihan karier secara tepat.

3. Bimbingan kelompok merupakan strategi layanan bimbingan dan konseling yang dapat dilakukan melalui teknik diskusi, simulasi, latihan, serta sosiodrama, akan memberikan pola layanan yang menyeluruh kepada semua siswa. Hal itu sesuai dengan prinsip layanan bimbingan dan konseling harus menyentuh seluruh siswa.


(22)

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan asumsi dasar di atas hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti adalah sebagai berikut.

“Terdapat perubahan signifikan dalam kematangan karier siswa SMA setelah mengikuti bimbingan kelompok .”

H0 : Program bimbingan kelompok tidak efektif dalam meningkatkan kematangan karier siswa SMA.

H1 : Program bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan kematangan karier siswa SMA

Sedangkan hipotesis statistiknya dapat digambarkan sebagai berikut:

�0∶ �1=�2 �1∶ �1>�2

G. Metode Penelitian

Pada penelitian ini digunakan penelitian quase eksperiment. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan tindakan yang bertujuan untuk mengetahui akibat tindakan terhadap perilaku individu yang diamati. Tindakan yang dilakukan dapat berupa situasi tertentu yang diberikan kepada individu atau kelompok yang setelah tindakan dilihat pengaruhnya. Penelitian eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Penelitian eksperimen sebagaimana dikemukakan Latipun (2002:6) merupakan penelitian prediktif, yaitu meramalkan akibat dari suatu tindakan terhadap pariabel terikat. Penelitian ini akan menguji seberapa efektif program bimbingan kelompok yang


(23)

telah dirumuskan peneliti dalam meningkatkan kematangan karir siswa SMA, selanjutnya hasil penelitian ini akan diuji melalui uji t.

H. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 14 Garut dengan mengambil sampel kelas X (sepuluh) tahun pelajaran 2010/2011. Peneliti menggunakan kelas X sebagai subjek penelitian, karena kelas X dipandang sebagai kelas yang transisi dari SLTP untuk dihadapkan pada pemilihan jurusan di kelas XI yang notabene merupakan kecenderungan bagian dari pengambilan keputusan karier.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan pada data angka-angka (numerical) yang dilakukan pengolahan dengan metoda statistik. Motoda penelitian secara kuantitatif dapat diperoleh secara signifikanasi untuk memperoleh perbedaan kelompok atau hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam konteks penelitian ini metoda kuanlitatif ditujukan untuk mengetahui perbedaan perubahan antara sebelum dilakukan tindakan (treatment) dan setelah dilakukan tindakan.

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan tujuan penelitian, guna menguji pengaruh layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier siswa SMA, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian

quasi-experiments. Penelitian ini tidak menggunakan percobaan murni (true

experiment), karena tidak mungkin menempatkan subjek penelitian dalam situasi laboratorik murni yang sama sekali bebas dari pengaruh lingkungan sosial selama diberikan perlakuan eksperimental.

Sesuai dengan rancangan penelitian bahwa penelitian ini menggunakan metode quasi-eksperiment. Maka peneliti menggunkaan desain penelitian dengan nonequivalent control groups design, sebuah kelompok treatment dan sebuah kelompok pembanding (control) dibandingkan dengan menggunakan ukuran-ukuran pra uji (pretest) dan pasca uji (postest) dalam menentukan sampel penelitian dilakukan random secara acak berdasarkan konsep undian (Kartini Kartono,

1996:137).

Desain kelompok kontrol nonequivalent dapat diikhtisarkan pada Tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1


(25)

Desain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok Pretes Perlakukan Postes

Eksperimen Q1 X Q2

Kontrol Q3 - Q4

Penjelasan gambar 3.1 tersebut diatas sebagai berikut : O1 adalah skor kematangan karier siswa SMA sebelum dilakukan treatment yang dilakukan melalui pretest layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier. Skor kematangan karier siswa SMA didapatkan melalui pengumpulan data menggunakan Inventori Kematangan Karier atau diberi identitas IKK. X adalah perlakuan yang diberikan atau treatment yaitu pelayanan bimbingan kelompok dengan teknik pendekatan diskusi kelompok, simulasi, latihan serta sosiodrama/role playing. Layanan bimbingan kelompok yang diberikan kepada siswa terlebih dahulu dilakukan penyusunan program melalui proses penimbangan baik oleh para ahli sebagai team pen-judgment atau oleh praktisi dilapangan. O2 adalah skor kematangan karier siswa SMA setelah diberikan pelayanan bimbingan kelompok untuk mengembangkan kematangan karier. Skor kematangan karier siswa SMA setelah pelayanan bimbingan kelompok didapatkan melalui posttest pengumpulan data menggunakan instrument yang sama dengan pretest, yaitu Inventori Kematangan Karier (IKK). O3 adalah skor kematangan karier siswa SMA pada kelompok kontrol yang dilakukan melalui pretest dengan diberikan treatment melalui layanan informasi melalui metoda atau teknik ceramah. O4 adalah tes yang dilakuan sebagai posttest terhadap kelompok kontrol yang tidak diberikan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier.


(26)

Dalam penelitian ini terdapat dua definisi operasional yaitu kematangan karier dan layanan bimbingan kelompok. Kedua definisi operasional tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kematangan Karier

Super (Sharf, 1992 : 155) mengemukakan banhwa kematangan karier

didefinisikan sebagai “…. The readiness to make appropriate career decision” … readiness ta kame (a) good choice (s), makna dari pendapat Super tersebut menunjukan bahwa kematangan karier merupakan kesiapan individu untuk membuat pilihan karier yang tepat. Makna yang melekat pada pendapat Super lebih kepada kesiapan individu untuk membuat pilihan karier dan keputusan karier yang tepat. Ahli lain yang mengemukakan definisi kematangan karier, yang lebih menekankan pada tahapan hidup (life-stages), yaitu Crites (Herr & Cramer,

1979 : 174) mengemukakan “… the maturity of an individual’s vocational behavior as indicated by the similarity berween his behavior and that of the oldest individual stages”.

Savickas (Patton, et al. 2005) menunjukan bahwa kematangan karier lebih menekankan pada kesiapan individu untuk mencari informasi karier, membuat keputusan karier serta mengelola tugas-tugas perkembangan kariernya secara

tepat. Pendapat Savickas tersebut adalah “… the indiviual’s readiness to make informed, age appropriate career decisions and manage his her career development task”.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan definisi kematangan karier, maka dapat disimpulkan bahwa kematangan karier adalah


(27)

suatu kesiapan individu dalam melakukan pengambilan keputusan dan pilihan karier yang tepat.

Secara operasional yang dimaksud dengan kematangan karier dalam penelitian ini adalah skor total dari kesiapan konseli (siswa SMA) dalam aspek-aspek kematangan karier yauti : 1) merencanakan karier; 2) melakukan ekplorasi karier; 3) meningkatkan pengetahuan tentang pengambilan keputusan; 4) meningkatkan pengetahuan (informasi) tentang dunia kerja; 5) meningkatkan pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang disuakai; dan 6) meningkatkan kemampuan untuk mebnadingkan kemampuan diri dengan pekerjaan secara realistis.

2. Layanan Bimbingan Kelompok

Proses bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling, merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan dalam seting pelaksanaan yang menggunakan strategi layanan bimbingan dan konseling. Fokus kegiatan bimbingan dan konseling terletak pada layanan yang diberikan kepada siswa. Setiap layanan yang diberikan kepada siswa tidak terlepas dari perencanaan yang dilakukan yang dituangkan dalam suatu program. Layanan yang diberikan kepada siswa harus menyangkut hal-hal sebagai berikut: tujuan, jenis kegiatan, personel, waktu, seknik serta strategi yang digunakan, pelaksanaan, dan fasilitas lainnya. Suherman (2007).

Bimbingan kelompok pada hakikatnya merupakan bagian dari strategi layanan yang terdapat pada ranah pelayanan dasar. Bimbingan kelompok menjadi bagian penting dalam meningkatkan kematangan karier karena akan menyentuh


(28)

semua individu dengan seting layanan kelompok/klasikal. Nandang Rusmana (2009) mengemukakan pengertian bimbingan kelompok yaitu suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan. Sukardi (2002: 48) menjelaskan bahwa: Layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari nara sumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan pandangan para ahli tentang definisi layanan bimbingan kelompok diatas, maka definisi operasional mengenai layanan bimbingan kelompok adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisir, serta terkoordinir selama periode waktu tertentu dengan menggunakan teknik diskusi kelompok (group duscusion), latihan, simulasi dan sosiodrama (role play) yang didesain untuk meningkatkan keterlibatan dalam aktivitas-aktivitas perencanaan karier, melakukan aktivitas ekplorasi karier, menambah pengetahuan tentang membuat keputusan yang memadai, menambah pengetahuan tentang informasi dunia kerja, menambah pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang disukai; dan realistis terhadap keputusan karier.


(29)

Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri 14 Garut kabupaten Garut tahun pelajaran 2010/2011 dengan asumsi sekolah tersebut adalah sekolah yang disinyalir para siswanya benyak yang belum mencapai kematangan karier. Hal lain juga sekolah tersebut memiliki kecenderungan kelanjutan ke jenjang yang lebih tinggi tergolong rendah yaitu dibawah 20 %.

Propulasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 14 Garut tahun pelajaran 2010/2011. Alasan pemilihan kelas X sebagai populasi penelitian karena kelas X akan dihadapkan pada keputusan dan pilihan program studi yang akan diambilnya serta kelas X termasuk kategori fase remaja yang seharusnya sudah mulai mencapai kematangan karier. Jumlah populasi pada penelitian ini sebagaimana terdapat pada table 3.2.

Tabel 3.2 Populasi penelitian No Kelas Jumlah

1 X – 1 36 2 X – 2 36 3 X – 3 36 4 X – 4 36 5 X – 5 36 6 X – 6 36

7 X - 7 36

Jumlah 252

Sesuai dengan rancangan penelitian bahwa penelitian ini menggunakan metode quasi-eksperiment. Penentuan sampel penelitian sesuai pendapat Tini Kartono (1996:137) bahwa teknik pengambilan sampel dapat menggunakan cara pengambilan sampel secara pilihan random

sembarang tanpa memilih bulu. Rancangan penentuan sampel menggunakan undian. Adapun

langkah-langkahnya sebagai berikut: pertama pada semua kelompok sebagian dari populasi diberikan kode bilangan; kedua kode-kode tersebut dituliskan pada kertas kecil dan digulung


(30)

dengan baik, lalu dimasukan pada tempat yang tertutup lalu dikocok sehingga didapatkan dua

kelompok yang akan digunakan sebagai sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Berdasarkan pengundian tersebut maka kelas X – 2 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X – 5 sebagai kelompok control yang masing masing berjumlah 36 siswa. Perlakukan atau treatment ini diberikan kepada kelas yang memiliki karakteristik kematangan yang berbeda-beda yaitu ada siswa yang tergolong tinggi, sedang dan rendah. Tujuan perlakuan diberikan kepada kelompok yang memiliki keragaman kematangan karier didasari oleh prinsip bimbingan yaitu bersifat developmental.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan angket dalam bentuk inventori kematangan karier (IKK), yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pernyataan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal mengisi atau menandai dengan mudah dan cepat (Sudjana, 1975:57). Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini, terdiri atas studi pendahuluan, perizinan, dan pelaksanaan pengumpulan data.

E. Pengembangan Instrumen

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah gambaran kematangan karier siswa SMA. Mengacu pada kebutuhan, instrument yang digunakan adalah inventori kematangan karier (IKK) yang dikembangkan berdasarkan konstruk kematangan karier dari Super. Konstruk kematangan karier Super yang digunakan mengacu bahwa teori Super tentang kematangan karier memiliki relevansi yang kuat terhadap perkembangan karier remaja atau usia sekolah menengah atas.


(31)

Berdasarkan konstruk kematangan karier, dikembangkan kisi-kisi instrument penelitian yang disajikan pada tabel 3.2 untuk selanjutnya dibuat butir-butir pernyataan. Kisi kisi instrument tersebut yaitu sebagai berikut:

Table 3.3

Kisi-kisi Kematangan Karier Siswa SMA (Sebelum Uji Coba)

Dimensi Aspek Indikator/Faktor No. Item

Jml Item 1. Sikap (Non Kogni tif) 1.1. Perencanaan karir (Career planning)

1.1.1 Mempelajari semua informasi tentang karier

1,2,3,4 4

1.1.2 Membicarakan karier dengan orang dewasa

5,6,7,8,9 5 1.1.3 Mengikuti kursus

sesuai dengan karier yang diinginkan

10,11,12 3

1.1.4 Berpartisipasi dalam kegiatan

ekstrakurikuler

13,14,15, 16

4

1.1.5 Mengikuti pelatihan atau pendidikan sebagai bekal karir dimasa depan

17,18,19 3

1.2 Eksplorasi Karir (Career

exploration)

1.2.1 Mencari informasi karir dari berbagai sumber ( orang tua, saudara-saudara, guru, konselor, buku-buku, dan film sebagai sumber informasi karier) 20,21,22, 23,24,25, 26,27,28, 29, 30 11

1.2.2 Memiliki pengetahuan tentang kemampuan diri

31,32,33, 34,35,36, 37

7

1.3 Realisme keputus- an karier (realism)

1.3.1 Memiliki pemahaman yang baik tentang kelebihan dan kekura ngan diri berhubungan dengan pilihan karier yang diinginkan

38,39,40, 41,42,43, 44

7

1.3.2 Mampu melihat faktor-faktor yang akan mendukung karier yang diinginkan

45,46,47, 48,49,50, 51


(32)

yang ada berkaitan dengan pilihan karier yang dinginkan

55

1.3.4 Mampu menerima keadaan diri secara realistis apa adanya berhubungan dengan pilihan karier yang diinginkan

56,57,58 3

2. Kogni tif 2.1. Pengetahuan tentang membuat keputusan

1.1.1 Memahami cara dan langkah-langkah membuat keputusan tentang karier

59,60,61, 62,63

5

1.1.2 Mempelajari bagai-mana orang lain membuat keputusan tentang karier

64,65,66 3

1.1.3 Menggunakan pengeta huan dan pemikiran untuk membuat ke-putusan bagi rencana karier

67,68,69, 70,71

5

2.2. Pengetahuan tentang dunia kerja

2.1.1 Mengetahui cara

orang lain

mempelajari pekerjaannya

72,73, 2

2.1.2 Mengetahui mengapa orang lain berganti pekerjaan

74,75,76 3

2.1.3 Mengetahui rincian tugas dalam pekerjaan pada suatu jabatan

77,78,79, 80 4 2.3. Pengetahuan tentang kelompok pekerjaan

2.3.1 Memahami persyarat- an fisik dari pekerjaan yang disukai

81,82,83, 84

4

2.3.2 Mengetahui peralatan atau perlengkapan yang dibutuhkan dari pekerjaan yang disukai

85,86,87, 88,89

5

2.3.3 Mampu mengiden-tifikasi alasan dalam memilih pekerjaan yang lebih disukai

90,91,92, 93,94

5


(33)

Instrumen penelitian yang digunakan harus memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang diakui secara kekuatan patokan karena akan digunakan sebagai alat ukur penelitian. Instrument penelitian untuk mendapatkan atau memenuhi kriteria diperoleh melalui tahapan sebagai berikut:

Pertama, menguraikan indikator-indikator dari aspek kematangan karier yang diteliti sehingga penelitian yang dituju semakin jelas dan disusun dalam bentuk kisi-kisi instrument penelitian.

Kedua, menguraikan indikator-indikator kematangan karier kedalam bentuk pernyataan sebagai sarana untuk mengungkap tingkat kematangan karier dari responden yang dijadikan treatment atau subjek penelitian.

Ketiga, dilakukan penimbangan kepada tiga orang ahli untuk mendapatkan penimbangan terhadap konteks dan konstruk instrument yang dikembangkan sehingga dengan dilakukan penimbangan akan memberikan konteks yang semakin mengarah pada penelitian yang ditetapkan. Proses penimbangan (judgement) dilakukan oleh tiga orang ahli yaitu: Dr. Budi Susetyo, M.Pd, Dr. Ilfiandra, M.Pd, Nandang Budiman M.Si. Berdasarkan hasil judgement ketiga dosen ahli tersebut diperoleh beberapa masukan yang difokuskan pada validitas konstruks dan isi, berupa faktor atau aspek dan indikator yang hendak diukur, redaksi setiap butir pernyataan, keefektifan susunan kalimat serta hubungannya terhadap bentuk format yang digunakan.

Keempat, dilakukan uji keterbacaan item-item instrument kepada siswa SMA Negeri 14 Garut. Maksud dilakukan uji keterbacaan item-item instrument yaitu untuk mengetahui pemahaman, persepsi dari siswa terhadap isi dari setiap


(34)

2 Y

 

 

  2 2 2 2 Y Y X X n Y X XY N rxy

X

Y

2 X

XY

item, sehingga diharapkan dapat sesuai dengan tujuan instrument yang diberlakukan.

Kelima, dilakukan uji coba instrument penelitian kepada siswa SMA Negeri 14 Garut. Uji coba instrument penelitian dilakukan untuk mendapatkan item-item instrument penelitian yang berkualitas, melalui pengujian validitas dan reliabilitas.

1. Pengujian Validitas

Pemilihan item (pernyataan) yang dapat digunakan untuk dijadikan instrument penelitian dilakukan melalui uji validitas item dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:

(Arikunto, 2003: 78) Keterangan :

r = Koefesien korelasi n = Banyaknya responden

= Jumlah skor variabel bebas = Jumlah skor variabel terikat

= Jumlah kuadrat skor variabel bebas = Jumlah kuadrat skor variabel terikat

= Jumlah hasil kali skor variabel bebas dan terikat

Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan harga rxy dengan harga tabel kritik r product moment, dengan ketentuan rxy dikatakan valid apabila rxy > r table pada taraf kepercayaan 5%.

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat komputer program excel. Hasil perhitungan validitas item dari 94 item


(35)

kematangan karier siswa yang diuji, didapatkan 69 item yang memenuhi kriteria valid. Sedangkan nomer item yang tidak valid yaitu item-item sebagai berikut: 4, 11, 14, 15, 22, 26, 29, 34, 35, 36, 37, 41, 42, 43, 44, 47, 50, 55, 61, 67, 70, 75, 86, 91, 93.

Berdasarakan uji validitas instrumen, maka ditetapkan kisi-kisi instrumen penelitian kematangan karier hasil uji coba sebagaimana terdapat pada tabel 3.3 dibawah ini.

Table 3.4

Kisi-kisi Kematangan Karier Siswa SMA (Setelah Uji Coba)

Dimensi Aspek Indikator/Faktor No.

Item Jml Item 1. Sikap (Non Kognitif ) 1.1Perencanaan karir (Career planning)

1.1.1 Mempelajari semua infor-masi tentang karier

1,2,3 3 1.1.2 Membicarakan karier de-ngan

orang dewasa

5,6,7,8,9 5 1.1.3 Mengikuti kursus sesuai

dengan karier yang diinginkan

10,12 2 1.1.4 Berpartisipasi dalam kegiat-

an ekstrakurikuler

13, 16 2 1.1.5 Mengikuti pelatihan atau pen

didikan sebagai bekal karir dimasa depan

17,18,19 3

1.2 Eksplorasi Karir (Career exploration)

1.2.1 Mencari informasi karir dari berbagai sumber ( orang tua, saudara-saudara, guru, konselor, buku-buku, dan film sebagai sumber informasi karier)

20,21,23 ,24,25,2 7,28, 30

8

1.2.2 Memiliki pengetahuan ten-tang kemampuan diri

31,32,33 , 3 1.3 Realisme keputusan karier (realism)

1.3.1 Memiliki pemahaman yang baik tentang kelebihan dan kekurangan diri berhubungan dengan pilihan karier yang diinginkan

38,39,40 ,

3

1.3.2 Mampu melihat faktor-faktor yang akan mendukung karier yang diinginkan

45,46,48 ,49,51

5

1.3.3 Melihat Kesempatan yang ada berkaitan dengan pilihan


(36)

1.3.4 Mampu menerima keadaan diri secara realistis apa adanya berhubungan dengan pilihan karier yang diinginkan

56,57,58 3

2.Kognitif 2.1Pengetahuan tentang membuat keputusan

2.1.1 Memahami cara dan langkah-langkah membuat keputusan tentang karier

59,60,62 ,63

4

2.1.2 Mempelajari bagaimana orang lain membuat keputusan tentang karier

64,65,66 3

2.1.3 Menggunakan pengetahuan dan pemikiran untuk membuat keputusan bagi rencana karier

68,69,71 3

2.2Pengetahuan tentang dunia kerja

2.2.1 Mengetahui cara orang lain mempelajari pekerjaannya

72,73, 2 2.2.2 Mengetahui mengapa orang

lain berganti pekerjaan

74,76 2 2.2.3 Mengetahui rincian tugas

dalam pekerjaan pada suatu jabatan 77,78,79 ,80 4 2.3Pengetahuan tentang kelompok pekerjaan

2.3.1 Memahami persyaratan fisik dari pekerjaan yang disukai

81,82,83 ,84

4 2.3.2 Mengetahui peralatan atau

perlengkapan yang dibutuh kan dari pekerjaan yang disukai

85,86,88 ,89

4

2.3.3 Mampu mengidentifikasi alasan dalam memilih pekerjaan yang lebih disukai

90,92,93 3

Jumlah 69

2. Pengujian Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrument penelitian dimaksudkan untuk melihat konsistensi internal instrument yang digunakan. Rumus reliabilitas yang digunakan untuk menguji alat pengumpul data adalah dengan menggunakan rumus Spearman-Brown.

11=

2 �1 2 .

1 2 1 + �1

2 . 1 2


(37)

Keterangan:

�11 = reabilitas instrument

1

2 . 1 2

= � yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara belahan Instrument

Langkah-langkah operasional rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut: Pertama, mengelompokan skor butir bernomir ganjil sebagai belahan pertama dan kelompok kenap sebagai belahan kedua, cara tersebut biasa disebut dengan teknik belah dua ganjil-genap.

Kedua, mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua dan akan diperoleh rxy.

Ketiga, indeks korelasi yang diperoleh baru menunjukan hubungan antara dua belahan instrument.

Keempat, indeks reliabilitas instrument akan diperoleh dengan rumus

Spearman-Brown.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data mengikuti tiga prosedur penelitian sebagai berikut:

1. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan dengan tujuan untuk menyeleksi dan menandai data yang terkumpul pada tahap pengumpulan data. Kegiatan yang dilakukan dalam verifikasi data adalah : (a) memeriksa kesesuaian antara pengadministrasian


(38)

tes dengan petunjuk pelaksanaan; (b) memeriksa setiap alat pengumpul data yang telah diisi oleh responden; dan (c) memeriksa penyekoran dengan pedoman penyekoran.

2. Penyekoran dan Pengolahan Data

Pedoman penyekoran data penelitian, khususnya inventori kematangan karier (IKK) siswa diberi bobot penilaian untuk menentukan skala skor adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Pedoman Penyekoran Instrumen Kematangan Karier

Arah Pernyataan

Sangat Sesuai (SS)

Sesuai (S)

Biasa Saja (BS)

Kurang Sesuai

(KS)

Tidak Sesuai

(TS)

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

3. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Untuk menjawab pertanyaan penelitian nomor 1 dan nomor 2 yang berkaitan dengan gambaran

kematangan karier siswa SMA sebelum dan sesudah mengikuti layanan bimbingan kelompok

digunakan rumus :

X + 1.5 (SD) ke atas berada dalam kategori sangat tinggi; antara X + 1.5 (SD) sampai dengan X

+ 0.5 (SD) berada pada kategori tinggi; antara X + 0.5 (SD) sampai dengan X - 0.5 (SD) berada

pada kategori sedang; antara X - 0.5 (SD) sampai dengan X + 1.5 (SD) berada pada kategori

rendah; dan X - 1.5 (SD) ke bawah berada pada kategori rendah sekali. Selanjutnya, untuk

memudahkan dalam melihat gambaran digunakan tiga kategori yaitu tinggi, rendah dan sedang.

Tinggi sekali pada dasarnya berada pada kategori tinggi dan rendah sekali pada dasarnya berada


(39)

Untuk menjawab pertanyaan penelitian nomor 3 (tiga) yaitu program bimbingan

kelompok digunakan validasi ahli. Dalam hal ini program mendapat penilaian dari Bapak Dr.

Ilfiandra, M.Pd, Bapak Dr. H. Mubiar Agustin, M.Pd dan Ibu Dr. Ipah Saripah, M.Pd. tujuan

dilakukan validasi ini untuk memberikan keakuratan program baik dari konstruk maupun dari

konten.

Pertanyaan penelitian nomor 4 berkaitan dengan efektivitas layanan bimbingan kelompok

untuk meningkatkan kematangan karier siswa SMA, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi statistik, yaitu uji normalitas dan homogenitas varians. Data yang digunakan adalah perbandingan hasil skor rata-rata pretest dan posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selain skor rata-rata perbandingan juga digunakan data skor gain (selisih antara hasil pretest dan posttest) dari kedua kelompok.

a. Uji Normalitas Data

Sebelum mengetahui efektivitas program layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier siswa kelas X SMA Negeri 14 Garut tahun pelajaran 2010/2011 terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, gunanya untuk mengetahui kenormalan data sebelum dan sesudah perlakuan. Uji normalitas data pada penelitan ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov dan Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi yang digunakan sebagai aturan untuk menerima atau menolak pengujian normalitas atau ada tidaknya suatu distribusi data adalah � = 0.05. Pengolahan data dilakukan melalui bantuan perangkat lunak


(40)

SPSS version 16.0 for Windows. Dasar pengambilan keputusan hasil pengujian normalitas data adalah sebagai berikut:

1) Jika Lmak < dari L table maka data berdistribusi normal, atau 2) Jika nilai sig. > � maka data berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok yang dianalisis memiliki varians yang sama atau tidak. Test homogenitas disebut dengan Test of Homogeneity of Variance. Dasar pengambilan keputusan hasil pengujian homogenitas data adalah sebagai berikut:

1) Jika signifikan atau nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama.

2) Jika signifikan atau nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians sama.

Pengujian selanjutnya adalah Test of Homogeneity of Variance yaitu uji keseragaman varians untuk melihat data sampel yang diambil berasal dari populasi yang sama atau berbeda. Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut.

1) Jika signifikan atau nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama. Atau Jika Asymp. Sig. (2-tailed) > α (0.05), maka rata-rata pretest dan posttest kematangan karier sama (homogen).

2) Jika signifikan atau nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians sama. Atau Jika Asymp. Sig.


(41)

(2-tailed) < α (0.05), maka rata-rata pretest dan posttest kematangan karier tidak sama (heterogen) .

Efektivitas program layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier siswa SMA dilakukan dengan uji-t terhadap dua sampel independen (Independent-Sample t Test) yaitu pretest-posttest pada kelompok eksperimen (Kelas X-2) dan pretest-postest pada kelompok kontrol (Kelas X-5) berdasarkan gain skor. Dalam pengujian hipotesis kriteria yang digunakan adalah:

H0:µ

1=µ2

H1:µ

1>µ2

dimana :

µ1= mean skor kematangan kariersiswa dari kelompok eksperimen yang mengikuti

bimbingan kelompok.

µ0 = mean skor kematangan karier dari kelompok kontrol yang tidak mengikuti

bimbingan kelompok.

Dengan daerah penerimaan :

Jika p-value < α, maka H0 ditolak.

Jika p-value > α, maka H0 tidak dapat ditolak.

Untuk menentukan efektivitas layanan bimbingan kelompok dilakukan uji tdengan interval kepercayaan 95 % α = (1 – 0,95) = 0,05. Selanjutnya dalam membantu perhitungan pengolahan data statistik peneliti menggunakan program komputer SPSS 16.0 for Windows.


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan tentang program layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier siswa SMA disajikan sebagai berikut.

1. Kematangan karier siswa kelas X SMA Negeri 14 Garut sebelum mengikuti layanan bimbingan kelompok dapat dikategorikan kedalam dua kategori yaitu matang dan belum matang. Kecenderungan data hasil penelitian menunjukan siswa yang belum matang memiliki jumlah yang lebih banyak dari siswa yang telah matang.

2. Kematangan karier siswa kelas X SMA Negeri 14 Garut setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok dapat dikategorikan kedalam dua kategori yaitu matang dan belum matang. Data menunjukan siswa kelas X SMA Negeri 14 Garut setelah diberikan layanan bimbingan kelompok menunjukan kategori matang lebih banyak dari yang belum matang. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh peningkatan kematangan karier siswa setelah diberilan layanan bimbingan kelompok.

3. Hasil validasi rasional program layanan bimbingan kelompok menunjukan banhwa program layak digunakan sebagai modus pelayanan bimbingan kelompok. Program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier siswa SMA kelas X SMA Negeri 14 Garut terdiri atas komponen-komponen berikut: rasional/dasar pemikiran, analisis kebutuhan, tujua, komponen program, langkah-langkah kegiatan, strategi layanan, pelaksanaan


(43)

kegiatan, rencana operasional, pengembangan satuan layanan, evaluasi dan tindak lanjut, serta anggaran.

4. Program layanan bimbingan kelompok terbukti efektif dapat meningkatkan kematangan karier siswa kelas X SMA Negeri 14 Garut. Efektivitas bimbingan kelompok terbukti efektif untuk seluruh aspek kematangan karier yaitu aspek perencanaan karier, eksplorasi karier, pengetahuan tentang membuat keputusan, pengetahuan tentang dunia kerja, pengetahuan tentang kelompok pekerjaan, dan realisme keputusan karier.

B. Rekomendasi

Rekomendasi penelitian ditujukan kepada kepala sekolah, konselor/guru bimbingan dan konseling sekolah, program studi bimbingan dan konseling, dan peneliti selanjutnya.

1. Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai top manajemen memiliki peran strategis dalam menentukan kebijakan pendidikan di tingkat satuan pendidikan yang dipimpinnya. Kebijakan yang dapat dilakukan yaitu lebih mendukung terhadap fasilitan layanan bimbingan dan konseling khususnya fasilitas kegiatan layanan bimbingan kelompok (ruangan bimbingan kelompok). .

2. Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling

Konselor / guru bimbingan dan konseling memiliki peran strategis untuk memfasilitasi layanan bimbingan dan konseling bagi seluruh siswa untuk mencapai tingkat kematangan karier yang termasuk pada bidang layanan karier. Langkah-langkah yang dapat dilakukan konselor sekolah, antara lain: (1)


(44)

memanfaatkan perangkat Inventori Kematangan Karier (IKK) untuk menjaring data tentang kematangan karier siswa SMA yang menjadi binaannya; (b) memanfaatkan manual program bimbingan kelompok untuk mengembangkan kematangan karier siswa SMA; (c) bekerja sama dengan peneliti dan prodi bimbingan dan konseling di SPs UPI atau jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) FIP UPI serta lembaga professional lain yang terkait; (d) senantiasa mengembangkan kompetensi diri yang dilakukan dengan cara mengikuti berbagai pelatihan, seminar, dan berbagai pelatihan lain yang mendukung terhadap kemampuan melakukan layanan bimbingan kelompok; (e) implementasi program perlu melibatkan seluruh sivitas akademika sekolah, sehingga beban layanan bimbingan dan konseling mendapat dukungan dari semua pihak.

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian lanjutan yang dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya berkenaan pengan penelitian tentang bimbingan kelompok dan kematangan karier adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini menguji efektivitas program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier untuk siswa yang memiliki kematangan karier yang heterogen. Artinya, pemberian treatmen kepada siswa dilakukan terhadap siswa yang memiliki kecenderungan kategori kematangan karier tinggi, sedang, dan rendah. Oleh karena itu peneliti selanjutnya dapat mengkaji dan menguji efektivitas program bimbingan kelompok terhadap siswa yang


(45)

memiliki kategori rendah saja. Hal ini disarankan untuk mengetahui apakah cenderung lebih efektif atau tidak.

b. Penelitian ini hanya mengkaji satu faktor eksternal yang mempengatuhi kematangan karier siswa SMA, yaitu implementasi program bimbingan kelompok padahal banyak faktor yang mempengaruhi kematangan karier, baik internal maupun eksternal. Untuk itu diperlukan kajian teoritik maupun emprik terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi kematangan karier siswa SMA, baik variabel internal maupun variabel ekternal.


(1)

SPSS version 16.0 for Windows. Dasar pengambilan keputusan hasil pengujian normalitas data adalah sebagai berikut:

1) Jika Lmak < dari L table maka data berdistribusi normal, atau 2) Jika nilai sig. > � maka data berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok yang dianalisis memiliki varians yang sama atau tidak. Test homogenitas disebut dengan Test of Homogeneity of Variance. Dasar pengambilan keputusan hasil pengujian homogenitas data adalah sebagai berikut:

1) Jika signifikan atau nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama.

2) Jika signifikan atau nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians sama.

Pengujian selanjutnya adalah Test of Homogeneity of Variance yaitu uji keseragaman varians untuk melihat data sampel yang diambil berasal dari populasi yang sama atau berbeda. Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut.

1) Jika signifikan atau nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama. Atau Jika Asymp. Sig. (2-tailed) > α (0.05), maka rata-rata pretest dan posttest kematangan karier sama (homogen).

2) Jika signifikan atau nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians sama. Atau Jika Asymp. Sig.


(2)

(2-tailed) < α (0.05), maka rata-rata pretest dan posttest kematangan karier tidak sama (heterogen) .

Efektivitas program layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier siswa SMA dilakukan dengan uji-t terhadap dua sampel independen (Independent-Sample t Test) yaitu pretest-posttest pada kelompok eksperimen (Kelas X-2) dan

pretest-postest pada kelompok kontrol (Kelas X-5) berdasarkan gain skor. Dalam pengujian hipotesis kriteria yang digunakan adalah:

H0:µ 1=µ2 H1:µ

1>µ2

dimana :

µ1= mean skor kematangan kariersiswa dari kelompok eksperimen yang mengikuti

bimbingan kelompok.

µ0 = mean skor kematangan karier dari kelompok kontrol yang tidak mengikuti

bimbingan kelompok. Dengan daerah penerimaan : Jika p-value< α, maka H0 ditolak.

Jika p-value> α, maka H0 tidak dapat ditolak.

Untuk menentukan efektivitas layanan bimbingan kelompok dilakukan uji t dengan interval kepercayaan 95 % α = (1 – 0,95) = 0,05. Selanjutnya dalam membantu perhitungan pengolahan data statistik peneliti menggunakan program komputer SPSS 16.0 for Windows.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan tentang program layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier siswa SMA disajikan sebagai berikut.

1. Kematangan karier siswa kelas X SMA Negeri 14 Garut sebelum mengikuti layanan bimbingan kelompok dapat dikategorikan kedalam dua kategori yaitu matang dan belum matang. Kecenderungan data hasil penelitian menunjukan siswa yang belum matang memiliki jumlah yang lebih banyak dari siswa yang telah matang.

2. Kematangan karier siswa kelas X SMA Negeri 14 Garut setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok dapat dikategorikan kedalam dua kategori yaitu matang dan belum matang. Data menunjukan siswa kelas X SMA Negeri 14 Garut setelah diberikan layanan bimbingan kelompok menunjukan kategori matang lebih banyak dari yang belum matang. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh peningkatan kematangan karier siswa setelah diberilan layanan bimbingan kelompok.

3. Hasil validasi rasional program layanan bimbingan kelompok menunjukan banhwa program layak digunakan sebagai modus pelayanan bimbingan kelompok. Program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier siswa SMA kelas X SMA Negeri 14 Garut terdiri atas komponen-komponen berikut: rasional/dasar pemikiran, analisis kebutuhan, tujua, komponen program, langkah-langkah kegiatan, strategi layanan, pelaksanaan


(4)

kegiatan, rencana operasional, pengembangan satuan layanan, evaluasi dan tindak lanjut, serta anggaran.

4. Program layanan bimbingan kelompok terbukti efektif dapat meningkatkan kematangan karier siswa kelas X SMA Negeri 14 Garut. Efektivitas bimbingan kelompok terbukti efektif untuk seluruh aspek kematangan karier yaitu aspek perencanaan karier, eksplorasi karier, pengetahuan tentang membuat keputusan, pengetahuan tentang dunia kerja, pengetahuan tentang kelompok pekerjaan, dan realisme keputusan karier.

B. Rekomendasi

Rekomendasi penelitian ditujukan kepada kepala sekolah, konselor/guru bimbingan dan konseling sekolah, program studi bimbingan dan konseling, dan peneliti selanjutnya.

1. Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai top manajemen memiliki peran strategis dalam menentukan kebijakan pendidikan di tingkat satuan pendidikan yang dipimpinnya. Kebijakan yang dapat dilakukan yaitu lebih mendukung terhadap fasilitan layanan bimbingan dan konseling khususnya fasilitas kegiatan layanan bimbingan kelompok (ruangan bimbingan kelompok). .

2. Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling

Konselor / guru bimbingan dan konseling memiliki peran strategis untuk memfasilitasi layanan bimbingan dan konseling bagi seluruh siswa untuk mencapai tingkat kematangan karier yang termasuk pada bidang layanan karier. Langkah-langkah yang dapat dilakukan konselor sekolah, antara lain: (1)


(5)

memanfaatkan perangkat Inventori Kematangan Karier (IKK) untuk menjaring data tentang kematangan karier siswa SMA yang menjadi binaannya; (b) memanfaatkan manual program bimbingan kelompok untuk mengembangkan kematangan karier siswa SMA; (c) bekerja sama dengan peneliti dan prodi bimbingan dan konseling di SPs UPI atau jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) FIP UPI serta lembaga professional lain yang terkait; (d) senantiasa mengembangkan kompetensi diri yang dilakukan dengan cara mengikuti berbagai pelatihan, seminar, dan berbagai pelatihan lain yang mendukung terhadap kemampuan melakukan layanan bimbingan kelompok; (e) implementasi program perlu melibatkan seluruh sivitas akademika sekolah, sehingga beban layanan bimbingan dan konseling mendapat dukungan dari semua pihak.

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian lanjutan yang dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya berkenaan pengan penelitian tentang bimbingan kelompok dan kematangan karier adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini menguji efektivitas program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karier untuk siswa yang memiliki kematangan karier yang heterogen. Artinya, pemberian treatmen kepada siswa dilakukan terhadap siswa yang memiliki kecenderungan kategori kematangan karier tinggi, sedang, dan rendah. Oleh karena itu peneliti selanjutnya dapat mengkaji dan menguji efektivitas program bimbingan kelompok terhadap siswa yang


(6)

memiliki kategori rendah saja. Hal ini disarankan untuk mengetahui apakah cenderung lebih efektif atau tidak.

b. Penelitian ini hanya mengkaji satu faktor eksternal yang mempengatuhi kematangan karier siswa SMA, yaitu implementasi program bimbingan kelompok padahal banyak faktor yang mempengaruhi kematangan karier, baik internal maupun eksternal. Untuk itu diperlukan kajian teoritik maupun emprik terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi kematangan karier siswa SMA, baik variabel internal maupun variabel ekternal.


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN INFORMASI KARIER BERBANTUAN AUDIVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIER SISWA SMA WIRA USAHA BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG

0 22 29

PROGRAM BIMBINGAN AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA : Studi Quasi Eksperimen terhadap siswa kelas X di SMA Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 38

PROFIL KEMATANGAN KARIR SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN KARIR : Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012.

10 50 39

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Cicalengka-Bandung Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 44

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI METODE PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN FUNGSI OTAK KANAN SISWA: Studi Quasi-Eksperiment Terhadap Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Persis Tarogong Garut.

0 3 32

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI SISWA SMA: Penelitian Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung Tahun Ajaran 2010/2011.

4 18 122

(ABSTRAK) MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI DALAM PEMILIHAN KARIER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 14 SEMARANG TAHUN AJARAN 2009/ 2010.

0 0 2

MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI DALAM PEMILIHAN KARIER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 14 SEMARANG TAHUN AJARAN 2009/ 2010.

0 2 166

LAYANAN INFORMASI MINAT DAN PILIHAN KARIER UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIER SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 17

PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS XI IPA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 12 PEKANBARU

0 0 14