PROGRAM KONSELING KELOMPOK PEER SUPPORT UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI REMAJA : Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.
PROGRAM KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK
KELOMPOK PEER SUPPORT UNTUK MENGEMBANGKAN
KONSEP DIRI REMAJA
(Studi Deskriptif Terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh : Riska Mustikawati
0808366
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
(2)
Halaman Hak Cipta Mahasiswa S1
Program Konseling Kelompok
dengan Teknik Kelompok
Peer
Support
untuk Mengembangkan
Konsep Diri Remaja
Oleh
Riska Mustikawati
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Riska Mustikawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
ABSTRAK
Riska Mustikawati. (2014). Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013). Penelitian ini dilatarbelakangi dengan banyaknya fenomena peserta didik Sekolah Menengah Atas yang memiliki konsep diri yang tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Beberapa litelatur menyebutkan faktor penyebab peserta didik yang memiliki konsep diri negatif bukan hanya karena faktor lingkungan yaitu keluarga, guru dan teman sebaya, namun faktor internal yang terdapat dalam diri peserta didik sendiri juga mempengaruhi. Banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri peserta didik, yaitu usia kematangan, penampilan diri, kepatutan seks, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman-teman sebaya, kreatifitas, dan cita-cita”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data empiris mengenai gambaran umum konsep diri sebagai dasar program konseling kelompok peer support untuk mengembangkan konsep diri peserta didik. Pendekatan yang digunakan untuk meneliti konsep diri peserta didik adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi penelitian adalah peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung tahun ajaran 2012-2013 yang berjumlah 358 peserta didik. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel populasi, yaitu seluruh peserta didik dijadikan sampel dalam penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan: a) secara umum peserta didik cenderung memiliki konsep diri negatif (54.75%); b) keberagaman tingkat pencapaian aspek dan indikator, beberapa diantaranya berada pada kategori konsep diri negatif, c) hasil data penelitian dijadikan acuan dalam program konseling kelompok peer support. Program konseling kelompok peer support merupakan suatu strategi layanan bimbingan dan konseling yang dalam penelitian bertujuan untuk mengembangkan konsep diri peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung.
Kata Kunci: Program Konseling Kelompok Peer Support, Konsep Diri, Peserta Didik, , Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung
(5)
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
ABSTRACT
Riska Mustikawati. (2014). Peer Support Group Counseling Program for Developing Self Concept of Youth (Descriptive Study of the Eleventh Grade Students of SMA Negeri 18 Bandung Academic Year 2012-2013).
This research is motivated by the many phenomena of high school students who have a self-concept that does not correspond to its potential. Some litelatur mentioned factors causing learners who have a negative self-concept is not only due to environmental factors, namely family, teachers and peers, but there are internal factors within learners themselves also affect. Many factors affect the concept of self-learners, ie the age of maturity, personal appearance, sexual propriety, names and nicknames, family relationships, peers, creativity, and ideals".
This study aimed to gather empirical data on the general overview of the basic concepts of self as a peer support group counseling program to develop the concept of learners. The approach used to examine the concept of self-learners is a quantitative approach with descriptive methods. The study population was a class XI student of SMAN 18 Bandung 2012-2013 school year, amounting to 358 learners. Techniques used in the sampling is done by taking a sample of the population, ie all students sampled in the study. The results showed: a) learners in general tend to have a negative self-concept (54.75%); b) the diversity of aspects and levels of achievement indicators, some of which are in the category of negative self-concept, c) the results of the research data referenced in the peer support group counseling program. Peer group support counseling program is a strategy guidance and counseling services in research aims to develop a self-concept of students in class XI in SMAN 18 Bandung.
Keywords: Group Counseling Program Peer Support, Self-Concept, Students, Class XI SMAN 18 Bandung
(6)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN
ABSTRAK….. ... i
ABSTRACT… ... ii
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR BAGAN ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Metode Penelitian ... 9
F. Struktur Organisasi Penelitian ... 9
BAB II PEER SUPPORT DAN KONSEP DIRI REMAJA ... 10
A. Konsep Dasar Konsep Diri Remaja ... 10
1. Definisi dan Teori Konsep Diri ... 10
2. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 11
3. Komponen Konsep Diri ... 12
4. Karakteristik Konsep Diri ... 13
5. Perkembangan Konsep Diri ... 14
6. Konsep Diri Remaja ... 16
B. Konsep Dasar Peer Support dalam Bimbingan dan Konseling ... 16
1. Definisi Bimbingan dan Konseling ... 16
2. Definisi Bimbingan dan Konseling Kelompok ... 21
3. Definisi dan Teori Peer Support ... 27
C. Konsep Dasar Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja ... 34
1. Penggunaan Teknik Peer Support ... 34
2. Program Pengembangan Konsep Diri dengan Mempergunakan Peer Support ... 36
D.Penelitian Terdahulu ... 41
E. Kerangka Penelitian ... 42
BAB III METODE PENELITIAN ... 43
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 43
B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 44
(7)
ix
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
1. Peer Support ... 46
2. Konsep Diri ... 46
D. Instrumen Penelitian ... 47
1. Angket ... 47
2. Pedoman Wawancara ... 50
3. Pedoman Observasi ... 51
4. Studi Dokumentasi ... 51
E. Uji Coba Alat Pengumpul Data ... 51
1. Uji Kelayakan Instrumen ... 51
2. Uji Keterbacaan Instrumen ... 52
3. Uji Validitas dan Reabilitas ... 52
F. Teknik Analisis Data ... 55
1. Prosedur Pengumpulan Data ... 55
2. Pengolahan Data ... 56
G. Prosedur Penelitian ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Hasil Penelitian ... 61
1. Gambaran Umum Konsep Diri Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 61
2. Pelaksanaan Program Konseling Kelompok dengan Teknik Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Peserta Didik di SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 75
3. Program Konseling Kelompok dengan Teknik Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Peserta Didik di SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 78
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 83
1. Gambaran Umum Konsep Diri Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 83
2. Gambaran Umum Konsep Diri Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 pada Setiap Aspek ... 86
3. Pelaksanaan Program Konseling Kelompok dengan Teknik Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Peserta Didik di SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 91
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 93
A. Kesimpulan ... 93
B. Rekomendasi ... 93
(8)
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Teknik Peer Support ... 30
Tabel 2.2 Kondisi- kondisi yang Menyebabkan Remaja Diterima atau Ditolak ... 35
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Sebelum Validasi ... 48
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Sebelum Validasi ... 49
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pelaksanaan Konseling Kelompok Peer Support ... 50
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas ... 54
Tabel 3.5 Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen ... 55
Tabel 3.6 Pola Penyekoran Setiap Butir Pernyataan Angket Konsep Diri ... 56
Tabel 3.7 Kriteria Penggelompokkan Data ... 57
Tabel 3.8 Interpretasi Kategori Konsep Diri ... 58
Tabel 4.1 Gambaran Umum Konsep Diri Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 61
Tabel 4.2 Gambaran Konsep Diri pada Aspek Fisik ... 62
Tabel 4.3 Gambaran Setiap Indikator pada Aspek Fisik ... 63
Tabel 4.4 Gambaran Konsep Diri Akademik pada Aspek Psikis ... 64
Tabel 4.5 Gambaran Setiap Indikator pada Aspek Psikis Menurut Pandangan Diri ... 65
Tabel 4.6 Gambaran Setiap Indikator pada Aspek Psikis Berdasarkan Penilaian Orang Lain Tentang Diri ... 67
Tabel 4.7 Gambaran Konsep Diri pada Aspek Sikap ... 69
Tabel 4.8 Gambaran Konsep Diri pada Aspek Sikap Menurut Pandangan Diri ... 70
Tabel 4.9 Gambaran Setiap Indikator pada Aspek Sikap Berdasarkan Penilaian Orang Lain Tentang Diri ... 71
Tabel 4.10 Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja yang Negatif ... 79
(9)
xi
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka penelitian program pelatihan konseling kelompok dengan teknik kelompok Peer Support untuk
(10)
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Interaksi dalam Peer Support ... 39 Gambar 2.1 Alur pelaksanaan konseling kelompok peer support ... 40
(11)
xiii
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
DAFTAR LAMPIRAN
1. Administrasi... 100
2. Instrumen Penelitian ... 101
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 110
4. Program Sebelum Judgement ... 111
5. Program Setelah Judgement ... 174
6. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling ... 207
7. Hasil Judgement Instrumen Konsep Diri ... 251
8. Hasil Judgement Program Konseling Kelompok Peer Support ... 264
9. Dokumentasi Kegiatan ... 271
(12)
BAB I PENDAHULUAN
Bab satu terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat/ signifikansi penelitian serta struktur organisasi skripsi.
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia pada dasarnya akan melalui tahapan perkembangan dimulai dari masa bayi, kanak-kanak, remaja dan masa dewasa dalam rentang hidupnya. Salah satu tahapan yang akan dijalani individu adalah masa remaja. Pada masa remaja, individu sering mengalami permasalahan karena remaja mengalami peralihan dari masa anak-anak. Masalah-masalah yang dialami remaja, seringkali dan bahkan hampir semua berasal dari dalam diri. Salah satu permasalahan yang berasal dari dalam diri adalah konsep diri.
Keguncangan dan kebingungan yang dialami remaja sebagai akibat dari masa peralihan sering menimbulkan perilaku yang salah suai yang ditampilkan dalam bentuk perilaku seperti rendah diri, sikap pesimis, tidak percaya diri, rasa cemas yang berlenihan dan perilaku penilaian negatif terhadap diri atau konsep diri yang negatif.
Konsep diri adalah persepsi atau pandangan yang dimiliki remaja tentang diri masing-masing. Menurut Burns (1993: v) “konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang dipikirkan oleh orang lain, pendapat orang lain mengenai diri, dan seperti apa diri yang diinginkan oleh setiap individu”.
Konsep diri bukan merupakan sesuatu yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri remaja ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan pada masa anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi kehidupannya di kemudian hari. Setiap remaja akan
(13)
2
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
menerima tanggapan-tanggapan yang diberikan dan dijadikan cermin bagi remaja untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Konsep diri terbentuk karena suatu proses umpan balik dari orang lain. Hurlock (1980: 235) mengemukakan :
faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja adalah (a) usia kematangan, (b) penampilan diri, (c) kepatutan seks, (d) nama dan julukan, (e) hubungan keluarga, (f) teman-teman sebaya, (g) kreatifitas, dan (h) cita-cita.
Ferliana (Merdekawati, 2002 : 5) mengemukakan banyak remaja yang memiliki pandangan buruk terhadap dirinya dan kurang memiliki keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya, sehingga mereka kurang dapat mengaktualisasikan potensi yang sesungguhnya. Sedangkan menurut Clara (1985 : 1) “dari berbagai pengamatan yang dilakukan, banyak siswa yang memiliki kegagalan dalam pelajaran bukan disebabkan oleh tingkat intelegensi yang rendah atau keadaan fisik yang lemah, melainkan ada perasaan tidak mampu melaksanakan tugas”.
Sebagai contoh kasus yang disampaikan pada majalah kawanku nomor 08/xxxv/2005, seorang siswi di salah satu SMA Negeri di Jakarta melakukan bunuh diri karena merasa dikucilkan oleh teman-temannya. Begitu pula yang terjadi di salah satu SMA Negeri di kota Bekasi, seorang siswi melakukan tindakan yang sama karena merasa teman-temannya tidak mau berteman dengannya karena ia anak seorang tukang bubur. Sebelum melakukan bunuh diri, kedua siswi tersebut tidak mau sekolah, bahkan siswi yang bersekolah di Kota Bekasi tidak naik kelas. Kasus tersebut menggambarkan bagaimana konsep diri yang negatif dapat mempengaruhi perilaku individu yang berdampak bukan hanya pada kepribadian, tetapi juga pada masalah belajar.
Adanya pemahaman serta penilaian remaja bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan, tidak memiliki penampilan yang menarik, dapat menimbulkan permasalahan lanjutan. Masalah yang dimaksud mulai dari evaluasi terhadap diri yang negatif, harga diri yang rendah, kurangnya manajemen diri, kurangnya penerimaan terhadap diri, tidak ada penguatan positif di dalam diri dan kurangnya aktualisasi diri yang mendukung. Permasalahan yang timbul tidak dapat dibiarkan karena akan mengganggu pada remaja maupun pada lingkungan. Remaja akan
(14)
3
memiliki pemahaman, penilaian dan harapan yang rendah terhadap diri sendiri. Adanya pemahaman, penilaian dan harapan peserta didik tidak memiliki kemampuan, memiliki penampilan yang kurang menarik, mengalami permasalahan-permasalahan di lingkungannya, dapat menimbulkan permasalahan lanjutan, antara lain munculnya perasaan tidak percaya diri, minder, merasa tidak mampu dengan kekuatan diri, menyesali keadaan dirinya dan putus asa.
Pandangan mengenai fisik, psikis dan sosial dapat memberikan kontribusi yang sangat besar pada konsep diri. Syarif (2007: 79) menjelaskan persentase terkecil aspek fisik pada konsep diri peserta didik mengenai keadaan fisik diperoleh sebesar 48,4%, mengindikasikan masih banyak peserta didik yang memiliki penilaian, pengetahuan, dan pengharapan yang belum positif tentang keadaan fisik sehingga memiliki persepsi negatif tentang tubuhnya. Cara peserta didik dalam menilai dirinya sendiri yang dinamakan konsep diri.
Solihah (2007: 144) menyatakan permasalahan yang banyak dikonsultasikan remaja pada Mitra Citra Remaja (MCR) PKBI Jawa Barat pada masa pubertas, yaitu mengenai permasalahan perubahan fisik sebanyak 27,9 %, dampak perubahan fisik 27 %, kekhawatiran pada masa puber 16 %, kekhawatiran pada masa pubertas sebagai awal remaja 10,1 % dan keadaan emosi 7,6 %.
Permasalahan-permasalahan peserta didik yang memiliki konsep diri negatif, perlu diupayakan pemberian bantuan pada peserta didik dengan cara menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan konsep diri yang positif. Keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya bergantung pada kemampuan dalam memahami siapa dirinya. Pemahaman terhadap diri berkaitan dengan bagaimana peserta didik memandang kelebihan maupun kekurangan diri secara positif. Diperlukan pihak yang dapat membimbing, memberikan informasi dan pemahaman mengenai bagaimana peserta didik memandang kelebihan maupun kekurangan diri secara positif, sehingga peserta didik memiliki konsep diri yang positif. Salah satu pihak yang dapat membantu peserta didik dalam memahami siapa dirinya adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor.
(15)
4
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
Bimbingan dan konseling sebagai suatu sub-sistem sekolah merupakan salah satu unsur penting bagi keseluruhan proses pembelajaran yang tertuju pada pencapaian tujuan pendidikan secara optimal. Bidang pembinaan peserta didik (Bimbingan dan Konseling) terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik dalam upaya mencapai perkembangannya melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Diharapkan memberikan kontribusinya kepada peserta didik dalam mengembangkan konsep diri ke arah yang positif.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam upaya mengembangkan konsep diri peserta didik ke arah yang positif mengarah kepada bimbingan pribadi karena konsep diri terbentuk berdasarkan aspek pribadi. Aspek pribadi menyangkut pengetahuan, penilaian, pengharapan dan cara pandang baik tentang fisik, psikis maupun sikap yang dimiliki peserta didik. Oleh karena itu program bimbingan yang dirancang mengarah pada program bimbingan pribadi.
Dengan adanya program bimbingan pribadi yang mengarah pada pengembangan konsep diri, diharapkan dapat membantu peserta didik dalam mengenali dirinya, mengarahkan dirinya secara tepat, mampu mengembangkan segala potensi yang dimiliki agar berkembang secara optimal. Program disusun secara komperhensif dengan menggunakan teknik atau strategi khusus yang diharapkan mampu mengembangkan konsep diri peserta didik ke arah yang positif. Melalui penelitian penulis mempergunakan setting kelompok guna mengembangkan konsep diri yang positif pada remaja.
Teknik pendekatan kelompok efektif dalam membantu peserta didik untuk mengembangkan konsep diri yang positif karena konsep diri terbentuk dari adanya hubungan interaksi sosial antara individu dengan orang lain. Interaksi dalam hubungan kelompok diharapkan berdampak positif pada peserta didik dalam pencapaian kemandirian dirinya, yang mencakup : pengetahuan diri, pemahaman diri, penerimaan diri dan pengambilan keputusan.
Layanan bimbingan kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dengan memanfaatkan dinamika kelompok dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
(16)
5
Bimbingan kelompok merupakan lingkungan yang kondusif dimana setiap anggota memberikan kesempatan untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Suasana kelompok dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat mengembangkan konsep diri yang positif.
Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok memiliki banyak fungsi. Selain dapat lebih memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga dapat membuat suasana yang terbangun dalam kegiatan bimbingan kelompok agar lebih semangat dan tidak membuat peserta didik jenuh dalam mengikutinya.
Intervensi yang digunakan untuk mengembangkan konsep diri yang positif pada peserta didik yaitu menggunakan teknik penguatan kembali (reinforcement) yang ada di dalam terapi kelompok behavioral yang masing-masing anggotanya memberikan penguatan berupa penghargaan, persetujuan, dukungan dan perhatian. Salah satu penguatan dalam konseling kelompok behavioral yang akan dijadikan teknik untuk mengembangkan konsep diri positif pada peserta didik, yaitu konseling peer support.
Teknik peer support memungkinkan terjadi interaksi dan dinamika dalam kelompok yang diharapkan membantu peserta didik lebih terbuka dan menerima diri lebih positif. Pada bimbingan dengan teknik peer support terdapat tahap-tahap yang mengandung usaha perbaikan terhadap konsep diri negatif peserta didik.
Salmivalli (Cowie dan Wallace, 1999: 9) mengemukakan „peer support
adalah kegiatan dimana terdapat dukungan dari teman sebaya yang dibangun dengan alasan teman-teman secara spontan membantu satu sama lain, tetapi terjadi di mana saja, dalam organisasi apapun dan dalam setiap bidang usia‟.
Melalui teknik peer support, remaja merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainya seperti di bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat diri. Pelaksanaan teknik peer support akan digunakan dalam membantu permasalahan peserta didik dan mengembangkan diri khususnya dalam mengembangkan konsep diri yang positif. Kegiatan peer support memfasilitasi
(17)
6
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
terjadinya proses interaksi secara dinamis dalam memecahkan suatu permasalahan antar anggota kelompok, khususnya dalam permasalahan konsep diri.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penelitian mengambil judul: “Program Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer
Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja”.
B.Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
a. Konsep Diri
Konsep diri didefinisikan sebagai pengetahuan, penilaian dan harapan individu terhadap diri sendiri dan pandangan orang lain tentang diri. Konsep diri memiliki peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Bagaimana individu memandang diri, akan tampak dari keseluruhan perilaku. Perilaku individu akan sesuai dengan cara orang memandang diri sendiri. Apabila individu memandang dirinya negatif dan serba tidak mampu, maka akan ditunjukkan dalam perilaku ketidakmampuan.
Konsep diri tidak hanya mencakup pandangan, pengetahuan, penilaian dan pengharapan individu mengenai diri sendiri, konsep diri juga dipengaruhi oleh pandangan dan penilaian dari orang lain tentang diri individu. Konsep diri dalam penelitian adalah keseluruhan cara pandang, mengenai pandangan, pengetahuan, penilaian dan pengharapan individu mengenai diri sendiri yang dipengaruhi oleh pandangan lingkungan sosial dimana individu berada.
Hurlock (1980: 373) menjelaskan “individu dengan konsep diri yang positif terhadap diri akan menyukai dan menerima keadaan diri sehingga mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, serta dapat melakukan interaksi sosial secara tepat”. Rasa percaya diri dan harga diri yang tumbuh seiring dengan adanya keyakinan terhadap kemampuan diri membuat individu cenderung tampil lebih aktif dan terbuka dalam melakukan hubungan sosial dengan orang lain.
(18)
7
b. Teknik Peer support
Bimbingan kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dengan memanfaatkan dinamika kelompok dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Intervensi yang digunakan untuk mengembangkan konsep diri yang positif pada peserta didik yaitu menggunakan teknik penguatan kembali (reinforcement) dimana dalam terapi kelompok behavioral masing-masing anggotanya memberikan penguatan berupa penghargaan, persetujuan, dukungan dan perhatian. Salah satu penguatan dalam konseling kelompok behavioral ini yang akan dijadikan teknik untuk mengembangkan konsep diri positif pada peserta didik, yaitu teknik peer support. Teknik peer support merupakan bimbingan kelompok teman sebaya di mana terdapat dukungan dari teman sebaya yang dibangun dengan alasan teman-teman secara spontan membantu satu sama lain, dapat terjadi di mana saja, baik dalam organisasi apapun maupun setiap tahapan usia (Cowie dan Wallace, 1999: 9). Teknik peer support memberi kesempatan pada remaja untuk menjalin persahabatan yang erat sehingga memberikan dukungan, semangat, memberi perhatian yang membuat remaja dapat mencurahkan permasalahan yang dirasakannya.
Intervensi konseling dilakukan dengan mengambil setting lingkungan sekolah dengan menggunakan pendukung dari kelompok teman sebaya (peer
supporter) dan mempertimbangkan prinsip-prinsip dinamika kelompok.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang dan batasan masalah maka perlu diungkap dan dianalisis mengenai Program Bimbingan Kelompok dengan Teknik
Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Positif pada Peserta Didik
Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013. Rumusan masalah dijabarkan dalam pernyataan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana gambaran umum konsep diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013?
(19)
8
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
b. Bagaimana pelaksanaan program bimbingan kelompok dengan teknik peer
support untuk mengembangkan konsep diri positif pada peserta didik kelas
XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013?
c. Bagaimana program bimbingan kelompok untuk mengembangkan konsep diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013?
C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Tujuan penelitian adalah memperoleh merumuskan program bimbingan kelompok melalui teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri positif peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian adalah memperoleh gambaran:
a. konsep diri peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013.
b. program bimbingan kelompok melalui teknik peer support yang berlangsung di SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013.
c. rancangan program bimbingan kelompok melalui teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri positif peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013.
D.Manfaat / Signifikasi Penelitian
Hasil dari penelitian memiliki beberapa manfaat, yaitu :
1. Bagi guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 18 Bandung, dapat dijadikan suatu pedoman sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling khususnya untuk mengembangkan konsep diri peserta didik.
2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, menambah ragam hasil penelitian bimbingan dan konseling.
(20)
9
E.Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif yaitu suatu metode untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang suatu permasalahan yang sedang terjadi dengan cara mengolah, menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan data hasil penelitian yaitu mengenai gambaran konsep diri peserta didik di SMA Negeri 18 Bandung yang diuraikan secara gamblang. Penelitian yang dilakukan merupakan dasar bagi rancangan program bimbingan kelompok dengan teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri positif peserta didik.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Penulisan skripsi terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I pada skripsi mengungkapkan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat/ signifikansi penelitian serta struktur organisasi skripsi, bab II terdiri dari kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian, bab III merupakan penjabaran dari metode penelitian. Prosedur dan tahap-tahap penelitian mulai persiapan hingga penelitian berakhir, serta dilaporkan instrumen yang digunakan. Bab IV melaporkan hasil-hasil penelitian dan bab V menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian serta implikasinya bagi konselor, sekolah dan peneliti.
(21)
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi penelitian adalah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 18 Kota Bandung pada tahun ajaran 2012-2013. Letak sekolah ini berada di Jalan Madesa No. 18 Situgunting Bandung.
2. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2009 : 57) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Riduwan (2009 : 6) “populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu
yang berkaitan dengan masalah penelitian”. Dari beberapa definisi para ahli dapat dipahami populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang berada dalam satu wilayah yang memenuhi syarat dalam sebuah penelitian.
Populasi dalam penelitian menurut Riduwan (2009 : 6) dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu populasi terbatas dan populasi tidak terbatas (tak terhingga). Populasi terbatas adalah populasi yang mempunyai sumber data yang jelas batasannya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya. Populasi tidak terbatas adalah populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batasannya sehingga relatif tidak dinyatakan dalam bentuk jumlah. Dalam desain penelitian, peneliti menggunakan data populasi terbatas yaitu peserta didik kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 18 Kota Bandung berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilaksanakan pada bulan Februari 2012 yang menunjukkan kecenderungan peserta didik memiliki konsep diri yang negatif.
(22)
44
3. Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (1998 : 117) “sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Sampel ditentukan untuk memperoleh informasi tentang obyek penelitian dengan mengambil representasi populasi yang diprediksikan sebagai inferensi terhadap seluruh populasi. Penelitian diberikan kepada peserta didik yang memiliki konsep diri yang negatif, maka sampel adalah semua peserta didik SMA Negeri 18 Bandung, yang diambil melalui teknik sensus. Penelitian sensus adalah memperoleh data dari semua anggota populasi. Sampel pada penelitian adalah peserta didik yang memiliki konsep diri negatif dan peserta didik yang memiliki konsep diri yang positif yang bersedia mendukung sebagai peer support dalam intervensi guna mengembangkan konsep diri peserta didik. Adapun tujuannya menggunakan teknik, yaitu membentuk konsep diri positif melalui layanan konseling peer support. Adapun yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan populasi dan sampel yaitu sebagai berikut.
a. Peserta didik kelas XI pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) berada pada masa dimana peserta didik telah dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan memahami dirinya secara fisik, sosial dan akademiknya di sekolah. Terdapat peserta didik yang belum memahami diri sehingga mengalami permasalahan konsep diri.
b. Peserta didik kelas XI berada pada rentang usia 15-16 tahun, dalam lingkup psikologi perkembangan individu pada saat ini termasuk masa remaja tengah. Selain itu, peserta didik kelas XI telah satu tahun mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah dan juga mengetahui kehidupan lingkungan sekolah, sehingga data-data yang diperoleh dalam penelitian ini lebih akurat.
c. Peserta didik kelas XI pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berada pada masa remaja yang erat kaitannya dengan perkembangan sense of
identity vs role confusion yaitu perasaan atau kesadaran jati diri yang
berdampak pada pembentukan konsep diri.
(23)
45
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2007: 14) mengemukakan penelitian kuantitatif berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik. Data hasil penelitan berupa skor dianalisis menggunakan pengolahan statistik, selanjutnya dideskripsikan untuk menggambarkan konsep diri peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang suatu permasalahan yang sedang terjadi dengan cara mengolah, menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan data hasil penelitian yaitu mengenai gambaran konsep diri peserta didik Kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 18 Kota Bandung periode 2012-2013.
Hasil penelitian merupakan dasar bagi pengembangan program konseling kelompok peer support untuk mengembangkan konsep diri remaja. Upaya menghasilkan program konseling kelompok dengan teknik kelompok peer support yang layak dilaksanakan maka tahapan yang dilakukan meliputi lima tahapan kegiatan sebagai berikut.
1. Tahap pengidentifikasian, yaitu pengumpulan data tentang konsep diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung dan program konseling kelompok dengan teknik kelompok peer support di SMA Negeri 18 Bandung.
2. Tahap perancangan layanan konseling kelompok peer support di SMA Negeri 18 Bandung berdasarkan kajian terhadap data-data hasil pengidentifikasian disertai hasil pemberian layanan kepada peer support , maka dikembangkan sebuah program konseling kelompok dengan teknik kelompok peer support untuk mengembangkan konsep diri remaja.
3. Tahap diskusi program konseling kelompok dengan teknik kelompok peer
support. Untuk menguji kelayakan sebuah program konseling kelompok
dengan teknik kelompok peer support langkah berikutnya adalah mengadakan diskusi dengan dosen dan guru Bimbingan dan Konseling sebagai
(24)
46
pertimbangan dalam pengembangan program konseling kelompok dengan teknik kelompok peer support.
4. Tahap penyempurnaan program konseling kelompok dengan teknik kelompok
peer support. Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan akhirnya program
konseling kelompok dengan teknik kelompok peer support disempurnakan dan dinyatakan sebagai program yang memiliki kelayakan untuk dilaksanakan.
5. Pengujicobaan program kepada peer support dalam membantu pelaksanaan konseling kelompok peer support kepada peserta didik yang memiliki konsep diri negatif.
C. Definisi Operasional Variabel 1. Peer Support
Konseling peer support merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling dalam mengurangi permasalahan yang terjadi di dalam kelompok yang di dalamnya terdapat dukungan yang dapat mengubah, menginspirasi dan mendorong individu untuk menyelesaikan masalah konsep diri negatif peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung. Melalui konseling peer support, peserta didik berkesempatan untuk menjalin persahabatan yang erat sehingga memberikan dukungan dan semangat, memberikan perhatian dan tanpa perasaan takut peserta didik dapat mencurahkan segala permasalahan yang dirasakannya.
Peer support adalah beberapa peserta didik kelas XI SMA Negeri 18
Kota Bandung yang memiliki konsep diri positif yang bersedia untuk terlibat sebagai pendukung bagi peserta didik yang memiliki konsep diri negatif.
2. Konsep Diri
Konsep diri yang dimaksud dalam penelitian adalah penilaian peserta didik terhadap dirinya dan penilaian peserta didik terhadap dirinya berdasarkan pandangan orang lain. Peserta didik yang dimaksud yaitu kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 18 Kota Bandung dalam aspek berikut.
(25)
47
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
a. Konsep diri fisik (Perceptual / Physical self-concept), dengan indikator yaitu penilaian diri dan penilaian orang lain terhadap kondisi fisik.
1) penilaian diri terhadap fisik
2) Penilaian diri berdasarkan pendapat orang lain terhadap kondisi fisik
b. Konsep diri psikis (Conceptual / Psychological self-concept), dengan indikator yaitu karakteristik yang khas, kemampuan dan ketidakmampuan diri, dan masa depan, serta meliputi juga kualitas penyesuaian hidup.
1) karakteristik yang khas
2) kemampuan diri di masa sekarang 3) ketidakmampuan diri di masa sekarang 4) kemampuan di masa depan
5) ketidakmampuan di masa depan 6) kualitas penyesuaian hidup
c. Sikap (Attitudinal), dengan indikator yaitu perasaan tentang diri sendiri, sikapnya terhadap keberadaan diri, dan sikap terhadap keberhargaan, kebanggaan dan keterhinaan.
1) perasaan tentang diri
2) sikap seseorang terhadap keberadaan diri 3) sikap terhadap keberhargaan
4) sikap terhadap kebanggaan 5) sikap terhadap keterhinaan
D. Instrumen Penelitian 1. Angket
Angket yang dikembangkan berdasarkan pada teori Jersild (Burns, 1993 : 139) mengenai kategori skala penilaian konsep diri peserta didik. Angket yang digunakan adalah angket yang berstruktur dengan bentuk jawaban yang tertutup. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan. Data yang diperoleh dalam penelitian diolah dengan pemberian bobot skor pada tiap item pernyataan instrumen penelitian.
(26)
48
Angket atau kuesioner dalam penelitian dipergunakan untuk memperoleh data empiris mengenai konsep diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung. Terlebih dahulu dirumuskan kisi-kisi yang dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen dengan variabel konsep diri terdiri dari tiga komponen yakni komponen perceptual, conceptual dan
attitudinal. Perumusan kisi-kisi instrumen tersaji pada tabel 3.1 dan 3.2 berikut.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri Peserta didik Sekolah Menengah Atas (Sebelum Uji Coba)
Aspek Indikator Sub Indikator Butir Pernyataan ∑ (+) (-)
1.Fisik
1.1 Penilaian
terhadap diri Penilaian diri terhadap fisik 1, 2, 3 4, 5, 6 6 1.2 Penilaian diri
berdasarkan pendapat orang lain terhadap diri
Penilaian orang lain
terhadap kondisi fisik 7, 8, 9, 10, 11, 12 6
2.Psikis
2.1 Penilaian terhadap diri
Karakteristik diri yang khas 13, 14, 15 16, 17, 18 6 Kemampuan diri di masa
sekarang 19, 20 21, 22 4
Ketidakmampuan diri di
masa sekarang 23, 24 25, 26 4
Kemampuan diri di masa
depan 27, 28 29, 30 4
Ketidakmampuan di masa
depan 31, 32 33, 34 4
Kualitas penyesuaian hidup 35, 36, 37 38, 39, 40 6
2.2 Penilaian diri berdasarkan pendapat orang lain terhadap diri
Karakteristik diri yang khas 41, 42, 43 44, 45, 46 6 Kemampuan diri di masa
sekarang 47, 48 49, 50 4
Ketidakmampuan diri di
masa sekarang 51, 52 53, 54 4
Kemampuan diri di masa
depan 55, 56 57, 58 4
Ketidakmampuan di masa
depan 59, 60 61, 62 4
Kualitas penyesuaian hidup 63, 64 65, 66 4
3.Sikap 3.1 Penilaian terhadap diri
Perasaan tentang diri 67, 68, 69 70, 71, 72 6 Sikap terhadap keberadaan
diri 73, 74, 75 76, 77, 78 6 sikap terhadap keberhargaan
(27)
49
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
sikap terhadap kebanggaan
diri 83, 84 85, 86 4
sikap terhadap keterhinaan
diri 87, 88 89, 90 4
3.2 Penilaian diri berdasarkan pendapat orang lain terhadap diri
Perasaan orang lain
terhadap diri 91, 92, 93 94 , 95, 96 6 Sikap orang lain terhadap
keberadaan diri 97, 98 99, 100 4 Sikap orang lain terhadap
keberhargaan diri 101, 102 103, 104 4 Sikap orang lain terhadap
kebanggaan diri 105, 106 107, 108 4 sikap orang lain terhadap
keterhinaan diri 109, 110 111-112 4
Jumlah 112
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri Peserta didik Sekolah Menengah Atas (Setelah Uji Coba)
Aspek Indikator Sub Indikator Butir Pernyataan ∑ (+) (-)
1.Fisik 1.1 Penilaian terhadap diri
Penilaian diri terhadap fisik 1, 2 3, 4 4 1.2 Penilaian diri
berdasarkan pendapat orang lain terhadap diri
Penilaian diri berdasarkan pendapat orang lain terhadap
kondisi fisik
5, 6 7, 8 4
2.Psikis 2.1 Penilaian terhadap diri
Karakteristik diri yang khas 9, 10 11, 12 4 Kemampuan diri di masa
sekarang
13, 14 15, 16 4
Ketidakmampuan diri di masa sekarang
17, 18 19, 20 4
Kemampuan diri di masa depan
21, 22 23, 24 4
Ketidakmampuan di masa depan
25. 26 27, 28 4
Kualitas penyesuaian hidup 29, 30 31, 32 4 2.2 Penilaian diri
berdasarkan pendapat orang lain terhadap diri
Karakteristik diri yang khas 33, 34 35, 36, 37 5 Kemampuan diri di masa
sekarang
38, 39 40, 41 4
Ketidakmampuan diri di masa sekarang
42, 43 44, 45 4
Kemampuan diri di masa depan
(28)
50
Ketidakmampuan di masa depan
50, 51 52, 53 4
Kualitas penyesuaian hidup 54, 55 56, 57 4 3.Sikap 3.1 Penilaian
terhadap diri
Perasaan tentang diri 58, 59 60, 61, 62 5 Sikap terhadap keberadaan
diri
63, 64 65, 66, 67 5 sikap terhadap keberhargaan
diri
68, 69 70, 71 4
sikap terhadap kebanggaan diri
72, 73 74, 75 4
sikap terhadap keterhinaan diri
76, 77 78, 79 4
3.2 Penilaian diri berdasarkan pendapat orang lain terhadap diri
Perasaan diri berdasarkan pendapat orang lain tentang
diri
80, 81, 82 83, 84 5
Sikap orang lain terhadap keberadaan diri
85, 86 87, 88 4
Sikap orang lain terhadap keberhargaan diri
89, 90 91, 92 4
Sikap orang lain terhadap kebanggaan diri
93, 94 95, 96 4
sikap orang lain terhadap keterhinaan diri
97, 98 99, 100 4
Jumlah 100
2. Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan kepada guru bimbingan dan konseling. Teknik pelaksanaan wawancara berupa teknik wawancara terbuka, yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara. Hasil dari wawancara diproses dan ditafsirkan menjadi analisis data untuk dijadikan pertimbangan dalam membuat pengembangan teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri peserta didik.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Peer Support
Aspek Indikator
Program Konseling Kelompok dengan Teknik Kelompok Peer
Support
Penyusunan layanan
a. Landasan penyusunan rencana pelaksanaan
(29)
51
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
Aspek Indikator
Perencanaan layanan
Pemetaan pemberian layanan Promosi layanan
Proses pemberian layanan a. Jenis layanan
b. Strategi pelaksanaan layanan c. Wujud partisipasi sekolah
Pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut Teknik Peer Support Untuk
Mengembangkan Konsep Diri
Tanggapan pengadaan layanan Harapan pengadaan layanan Gambaran layanan bimbingan
Potensi keterlibatan partisipasi sekolah
3. Pedoman Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik (peer
support) memahami teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri.
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilaksanakan dengan melakukan pengamatan terhadap gambar-gambar yang diambil pada saat pelaksanaan treatment pada peer support berlangsung berupa foto dan video.
E. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen bertujuan untuk mengetahui kelayakan alat ukur dari segi konstruk, isi dan bahasa yang sesuai dengan kebutuhan. Penimbangan atau uji validitas rasional dilakukan oleh tiga dosen dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yaitu Bapak Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd, Bapak Drs. Nurhudaya, M.Pd, dan Bapak Eka Sakti Yudha, M.Pd. penimbangan dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan item tersebut dapat digunakan dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua
(30)
52
kemungkinan yaitu item tersebut tidak dapat digunakan atau diperlukan revisi pada item tersebut.
2. Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan dilakukan kepada 5 orang peserta didik yang menjadi subjek pada usia remaja. Uji keterbacaan dilakukan untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kata-kata yang kurang dipahami oleh peserta didik, sehingga kalimat dalam pernyataan dapat disederhanakan tanpa mengubah maksud dari pernyataan tersebut.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Item a. Uji Validitas Butir Item
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Pengujian validitas butir item dilakukan terhadap seluruh item yang terdapat dalam angket konsep diri peserta didik. Pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mampu mengukur konsep diri peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA).
Penimbangan atau uji validitas empiris dilakukan dengan mengujicobakan angket hasil judgement. Uji coba angket dilaksanakan terhadap peserta didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung
Pengujian validitas butir yang dilakukan dalam penelitian melibatkan seluruh item yang terdapat dalam angket pengungkap konsep diri peserta didik. Uji validitas butir dilakukan untuk mengetahui apakah butir pernyataan yang digunakan merupakan bagian dari kelompok yang diukur.
Pengujian validitas butir yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan mengkorelasikan skor butir dengan skor total. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2010. Pengujian validitas alat pengumpul data menggunakan rumus Point Biserial Correlation.
(31)
53
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
(Sudijono, 2008: 185) Keterangan :
pbis
r = koefisiensi biserial
= skor rata-rata responden yang menjawab benar pada setiap butir item = rata-rata dari skor total
= simpangan baku dari skor total
= proporsi responden yang menjawab benar
= proporsi responden yang menjawab salah Untuk melihat signifikansinya digunakan Uji-t dengan rumus :
Keterangan : t = Nilai t hitung
r = Koefisien korelasi hasil r hitung n = Jumlah responden
Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Kriteria yang digunakan adalah item yang memiliki thitung > ttabel dinyatakan
sebagai item yang valid dan apabila thitung < ttabel dikatakan invalid.
√
√
(32)
54
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas
KESIMPULAN ITEM JUMLAH
1 2 3
Memadai
1,2,3,4,5,6,7,8,10,12,13,14,15,17,18,19,21,23 ,23,24,25,27,28,29,30,33,34,35,37,38,39,
40,41,42,44,45,46,47,49,50,51,52,54,55, 56,58,61,62,63,64,65,68,69,70,72,73,74, 75,76,77,79,80,81,82,83,84,86,87,88,90,
91,92,94,95,96,98,100
76
Buang 9,11,16,20,22,26,31,32,35,43,48,53,57,59,60,
66,67,71,78,85,89,92,97,99 24
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen ditunjukkan sebagai derajat (konsitensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians perolehan subjek.
Uji reliabilitas instrumen hanya dilakukan pada butir item pernyataan yang valid yaitu pada 52 item. Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha dengan memanfaatkan program Microsoft Office Excel
2010. Adapun rumus yang digunakan dengan metod Kuder-Richardson sebagai
berikut:
(Sudijono, 2008:253) Keterangan :
= koefisien Reliabilitas tes
= Varians total = Jumlah item
(33)
55
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
= proporsi testee yang menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan
= proporsi testee yang jawabannya salah, atau
= jumlah dari hasil perkalian antara dengan
Sebagai kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen
Kriteria Kategori
0,80 – 1,00 Derajat keterandalan sangat tinggi 0,60 – 0,799 Derajat keterandalan tinggi 0,40 – 0,599 Derajat keterandalan sedang 0,20 – 0,399 Derajat keterandalan rendah
0,00 – 0,199 Derajat keterandalan sangat rendah
Arikunto (2006: 276)
Hasil uji reliabilitas menunjukan nilai reliabilitas instrumen sebesar 0,883 dengan tingkat kepercayaan 95%, artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan sangat tinggi yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan sudah baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.
F. Teknik Analisis Data
1. Prosedur Pengumpulan Data a. Verifikasi Data
Verifikasi data adalah suatu langkah pemeriksaan terhadap data yang diperoleh dalam rangka pengumpulan data, sehingga verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi atau memilih data yang memadai untuk diolah. Dari hasil
(34)
56
verifikasi diperoleh data yang diisikan responden menunjukkan kelengkapan dan cara pengisian yang sesuai dengan petunjuk, atau jumlah dan sesuai dengan subjek dan keseluruhan data memenuhi persyaratan untuk dapat diolah.
2. Pengolahan Data a. Penskoran
Penskoran instrumen dalam penelitian disusun dalam bentuk skala
ordinal yaitu skala yang didasarkan pada ranking yang diurutkan dari jenjang
yang lebih tinggi sampai jenjang terrendah atau sebaliknya dan dilakukan secara sederhana.
Semua indikator yang diuraikan dari masing-masing aspek akan diteliti ke dalam bentuk pernyataan. Pernyataan-pernyataan yang dibuat disusun dalam bentuk angket yang dapat mengungkap permasalahan mengenai konsep diri negatif peserta didik.
Pengukuran item-item angket konsep diri diukur dengan menggunakan pernyataan angket dalam bentuk Skala Guttman. Angket ini berbentuk pernyataan
yang bersifat positif dan negatif dengan alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”
(forced choice). Jawaban “Ya” untuk pernyataan yang sesuai dengan diri peserta
didik dan jawaban “Tidak” untuk pernyataan yang tidak sesuai dengan diri peserta
didik. Pemberian skor akan bergantung kepada jawaban yang dipilih peserta didik dan sifat dari setiap pernyataan pada angket. Bila pernyataan positif, maka skor
jawaban “Ya” adalah satu dan “Tidak” adalah nol. Sebaliknya jika pernyataan bersifat negatif, maka skor jawaban “Ya” adalah nol dan “Tidak” adalah satu.
Format penilaian angket dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut. Tabel 3.6
Pola Penyekoran Setiap Butir Pernyataan Angket Konsep Diri
Pernyataan Ya Tidak
Positif (+) 1 0
(35)
57
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
b. Pengelompokkan Skor
Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai konsep diri peserta didik yang diperoleh berdasarkan angket yang telah disebar pada peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013. Data yang diperoleh akan diolah untuk dijadikan landasan penyusunan rencana pelaksanaan konseling kelompok peer support (dukungan kelompok teman sebaya) untuk mengembangkan konsep diri peserta didik. Gambaran umum karakteristik sumber data penelitian yaitu konsep diri, terlebih dahulu akan dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu positif dan negatif. Untuk mengetahui dua kategori konsep diri pengelompokkan data menggunakan proses perhitungan dengan kriteria sebagai berikut:
Keterangan :
: Rata-rata ideal
Jumlah item : Jumlah item keseluruhan
Nilai maksimal : Nilai maksimal pada jawaban responden (1)
Dari perhitungan dengan menggunakan rumus didapatkan rata-rata ideal sebesar 38. Setelah rata-rata ideal didapatkan maka data dapat digolongkan berdasarkan kriteria pengelompokannya. Kriteria pengelompokkan skor dapat dilihat pada tabel 3.7 Berikut:
Tabel 3.7
Kriteria Penggelompokkan Data
Kriteria Kategori
Positif
Negatif c. Pengolahan Data untuk Pengembangan Layanan
Hasil pengolahan data konsep diri peserta didik yang dijadikan landasan dalam penyusunan program konseling kelompok dengan teknik kelompok peer
(36)
58
support (dukungan kelompok teman sebaya) untuk mengembangkan konsep diri
peserta didik terlebih dahulu dilakukan pengelompokkan data menjadi dua kategori yaitu positif dan negatif. Hasil pengelompokkan data berdarkan kategori dan interpretasinya dijelaskan pada Tabel 3.8 berikut
Tabel 3.8
Interpretasi Kategori Konsep Diri
Rentang Kategori Interpretasi
39-76 Konsep diri positif
Peserta didik memiliki penilaian diri dan penilaian diri berdasarkan pendapat orang lain secara positif dalam aspek fisik, psikis dan sikap, baik mengenai aspek fisik dengan indikator penilaian diri dan penilaian orang lain terhadap kondisi fisik, mengenai aspek psikis dengan indikator karakteristik yang khas, kemampuan dan ketidakmampuan diri, dan masa depan, serta meliputi juga kualitas penyesuaian hidup dan mengenai aspek sikap dengan indikator perasaan tentang diri sendiri, sikapnya terhadap keberadaan diri, dan sikap terhadap keberhargaan, kebanggaan dan keterhinaan diri.
0-38 Konsep diri negatif
Peserta didik belum memiliki penilaian diri dan penilaian diri berdasarkan pendapat orang lain secara positif dalam aspek fisik, psikis dan sikap, baik mengenai aspek fisik dengan indikator penilaian diri dan penilaian orang lain terhadap kondisi fisik, mengenai aspek psikis dengan indikator karakteristik yang khas, kemampuan dan ketidakmampuan diri, dan masa depan, serta meliputi juga kualitas penyesuaian hidup dan mengenai aspek sikap dengan indikator perasaan tentang diri sendiri, sikapnya terhadap keberadaan diri, dan sikap terhadap keberhargaan, kebanggaan dan keterhinaan diri.
5. Langkah-Langkah Penyusunan Layanan
Proses penyusunan program konseling kelompok dengan teknik kelompok peer support untuk mengembangkan konsep diri remaja dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Penyusunan program
Penyusunan layanan dilakukan setelah peneliti mendapatkan hasil analisis data penelitian mengenai konsep diri peserta didik. Hasil data analisis penelitiaan tersebut dijadikan sebagai landasan dasar dalam penyusunan
(37)
59
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
rancangan layanan konseling kelompok peer support untuk mengembangkan konsep diri remaja. Penyusunan layanan konseling kelompok terdiri dari aspek-aspek antara lain landasan penyusunan layanan, proses penyusunan layanan dan evaluasi layanan.
b. Validasi Program (Rencana Layanan)
Langkah berikutnya setelah melakukan penyusunan program untuk peer
support dan untuk peserta didik yang memiliki permasalahan konsep diri negatif
adalah validasi program yang dilakukan oleh dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan serta Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 18 Bandung. Hasil validasi layanan merupakan pedoman untuk melakukan revisi dan perbaikan untuk menyusun layanan konseling kelompok yang tepat untuk mengembangkan konsep diri peserta didik. Proses validasi layanan diawali dengan penimbangan kisi-kisi penilaian uji kelayakan layanan konseling kelompok peer support untuk mengembangkan konsep diri peserta didik.
c. Penyusunan layanan hipotetik setelah validasi
Tahap berikutnya adalah validasi program, yaitu melakukan revisi pada program yang telah diuji validasi. Program yang dihasilkan diujicobakan kepada peserta didik yang bersedia berperan sebagai peer support yang bersedia membantu peserta didik yang memiliki permasalahan dengan konsep diri negatif.
6. Langkah-Langkah Pelatihan Peer Support a. Pemilihan peer support
Pemilihan peer support didasarkan pada hasil analisis data penelitian mengenai konsep diri peserta didik. Hasil data analisis penelitiaan pada peserta didik yang memiliki konsep diri positif tersebut dijadikan sebagai landasan dasar dalam pemilihan peer support. Kemudian peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap guru BK dan wali kelas SMA Negeri 18 Bandung. Lalu didapat enam orang peserta didik yang memiliki konsep diri positif, yang bersedia menjadi peer support dan bersedia menerima perlakuan dari peneliti mengenai rancangan layanan konseling kelompok peer support untuk mengembangkan konsep diri peserta didik.
(38)
60
b. Pelatihan peer support
Pelatihan peer support terdiri atas lima tahapan. Tahap yang pertama pengenalan mengenai materi peer support, tahap kedua pengenalan mengenai materi konsep diri, tahap ketiga pemberian materi satuan layanan kegiatan bimbingan dan konseling yang telah dibuat oleh peneliti, tahap keempat mengaplikasikan kemampuan peer support setelah pemberian layanan dan tahap terakhir adalah penutup. Pelatihan dilaksanakan selama satu bulan dengan pertemuan satu minggu tiga kali pertemuan dengan masing-masing satu materi.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam pelaksanaan penelitian meliputi langkah-langkah berikut: 1. Studi pendahuluan di SMA Negeri 18 Bandung yang dilaksanakan pada awal
Bulan Maret 2012.
2. Membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen mata kuliah Metode Riset Bimbingan Konseling.
3. Pengesahan proposal penelitian oleh dosen mata kuliah diserahkan dengan persetujuan dari dari dewan skripsi, calon dosen pembimbing skripsi serta ketua jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.
4. Membuat surat permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas.
5. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan untuk memberikan rekomendasi lanjutan ke tingkat Fakultas dan Rektor UPI. Kemudian surat izin penelitian yang telah disahkan kemudian disampaikan pada kepala sekolah SMA Negeri 18 Bandung.
6. Membuat instrumen penelitian berikut penimbangannya kepada tiga orang dosen ahli dari jurusan PPB, yaitu: Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd., Dr.Mubiar Agustin, M.Pd., dan Eka Sakti Yudha, M.Pd.
7. Melakukan uji coba angket dan keterbacaan soal kepada 5 peserta didik kelas XI Jurusan IPA dan IPS di SMA Negeri 18 Bandung pada tanggal 4 Desember 2012.
(39)
61
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
8. Mengumpulkan data dengan menyebarkan angket pada peserta didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 pada tanggal 14 Januari sampai akhir Bulan Januari 2013.
9. Mengolah dan menganalisis data dari hasil angket konsep diri yang telah disebarkan.
10.Pembuatan rencana pelaksanaan teknik peer support berdasarkan hasil analisis data deskripsi konsep diri peserta didik.
11.Uji kelayakan (validasi) program bimbingan hipotetik yang dilaksanakan kepada dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, yaitu: H. Nandang Budiman, S.Pd, M.Si., dan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd serta praktisi Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 18 Bandung yaitu Ida Nurlaelasari, S.Pd.
12.Uji coba terhadap enam peserta didik untuk mendapatkan pelatihan mengenai teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri peserta didik.
13.Mengumpulkan data hasil uji coba perlakuan kepada enam peserta didik dalam memahami teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri peserta didik.
14.Penyempurnaan program berdasarkan hasil diskusi dan penilaian yang telah dilakukan, sehingga rancangan layanan tersebut layak untuk dilaksanakan kepada peserta didik yang memiliki konsep diri negatif.
(40)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat diambil diuraikan sebagai berikut.
1. Hasil penelitian yang dilakukan pada peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung mengenai konsep diri menunjukkan mayoritas peserta didik memiliki konsep diri negatif.
2. Hasil akhir penelitian ini, yaitu berupa program konseling kelompok dengan teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri remaja. Konsep diri peserta didik dilihat secara umum berada pada kategori positif dan pelaksanaan layanan lebih difokuskan pada peserta didik yang berada pada kategori negatif. Strategi layanan yang digunakan dalam kegiatan konseling kelompok untuk mengembangkan konsep diri peserta didik berdasarkan pendekatan konseling peer support. Dalam menerapkan konseling peer
support, strategi yang digunakan, yaitu orientasi, eksperimentasi, adaptasi dan
stabilisasi dimana keterampilan yang digunakan, yaitu keterampilan berkomunikasi, keterampilan mendengarkan, keterampilan berempati dan keterampilan memecahkan masalah.
3. Program konseling kelompok dengan teknik peer support disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik atas dasar hasil penelitian. Pengembangan materi dalam program disesuaikan dnegan hasil analisis kebutuhan peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 yang diberikan melalui layanan konseling kelompok.
B. Rekomendasi
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling dapat mempergunakan program dan hubungan layanan konseling kelompok untuk mengembangkan konsep diri
(41)
94
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
peserta didik dengan mempergunakan teknik peer support. (terlampir pada halaman 175).
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Rekomendasi berikutnya ditujukan kepada para peneliti yang akan mengembangkan kajian serta konsep tentang konsep diri. Keterbatasan proses dan hasil penelitian tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan penyusun skripsi dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk :
a. Program yang dirumuskan oleh peneliti bersifat hipotetik, untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan uji coba program kepada peer support dan pelaksanaan program pada peserta didik yang memiliki konsep diri pada kategori negatif.
b. Penggunaan teknik peer support pada penelitian hanya dilakukan pada peserta didik yang berada pada kategori positif yang bersedia menjadi peer
supporter dan bersedia menerima pelatihan mengenai peer support dan
konsep diri. Peserta didik yang diharapkan mendapat treatment dari peer
support adalah peserta didik yang berada pada kategori negatif dan
(42)
DAFTAR PUSTAKA
ABKIN. (2008). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan. ABKIN: Bandung
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Edisi Revisi IV, Rineka Cipta.
____________. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. ____________. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Asmara, Tejo. (2007). Efektifitas Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer
Group dalam Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas III A Di SMP Mardisiswa 1 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007.Skripsi Sarjana pada
BK Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Malang: tidak diterbitkan. Agustiani, Hendriati. (2006). Psikologi Perkembangan. Pendekatan Ekologi
Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja.
Bandung: Refika Aditama.
Burns, Robert. (1979). The Self Concept : Theory, Measurement, Development
and Behaviour. Alih Bahasa (1993). Eddy. Konsep Diri : Teori,
Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta: Arcan.
____________. (1982). Self-Concept Development And Education. London: Holt, Rinehart and Wiston.
Byrne, B. M. (1996). Academic Self-Concept: Its Structure, Measurement, and
Relation To Academic Achievement. In B. A. Bracken (Ed.), Handbook of self-concept: Developmental, social, and clinical considerations (pp.
287-316). New York: Wiley.
Cowie, Helen, Wallace, Patti. (2000). Peer Support in Action : From Bystanding
to Standing By. London: Sage Publications Ltd.
Calhoun, James F., Acocella, Joan Ross. (1990). Psychology of Adjustment and
Human Relationship, Third Edition. New York : McGraw Hill Publishing
Company.
____________. (1995). Psychology of Adjustment and Human Relationship, Third
(43)
96
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya.
Gladding, S.T. (1995). Group Work. : A Counseling Specialty. (Second Edition). New Jersey: Prentice Hall.
Gunarsa, S.G. dan Gunarsa. 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Pt.BPK. Gunung Mulya.
Hurlock, B. Elizabeth. (1975). Developmental Psychology. Fourth Edition. New Delhi. Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd.
____________ . (1980). Adolescence Development. McGraw-Hill Inc.
____________ . (1993). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (Terjemahan Isti Widayanti). Jakarta: Erlangga.
Ilfiandra. (1997). Kontribusi Konsep Diri Terhadap Kematangan Karir Siswa. Skripsi Sarjana pada Jurusan PPB FIP UPI: tidak diterbitkan.
Kartadinata, Sunaryo. (1998). Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: Maulana. Kurniawati, Nia. (2000). Program Bimbingan dan Konseling dalam
Mengembangkan Konsep Diri Siswa. Skripsi Sarjana pada PPB FIP UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Natawidjadja, Rochman. (1987). Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan
Kelompok I. Bandung: Diponegoro.
Natawidjadja, Rochman. (2007). Konseling Kelompok : Konsep Dasar dan
Pendekatan. Bandung: Rizqi Press.
Rakhmat, Jalaludin. (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaludin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rachmawati, Wati. (2009). Perbedaan Profil Konsep Diri Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada PPB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Riduwan. (2009). Pengantar Statistika Sosial. Bandung: Alfabeta.
Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah
(Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi Press.
(44)
97
Sarwono, Sarlito Wirawan. (1997). Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori
Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.
Solihah, Soffi. (2007). Profil Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja dan
Strategi MCR dalam Memberikan Layanan Informasi dan Konsultasi.
Skripsi Sarjana pada PPB FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.
Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.
Sukmawati, Siswati, Mujab Masykur Achmad . _____. Konsep Diri Dengan
Konformitas Terhadap Kelompok Teman Sebaya Pada Aktivitas Clubbing (Sebuah Studi Korelasi Pada Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1 Purwokerto Yang Melakukan Clubbing). Jurnal : Universitas Dipenogoro.
Syarif, Mohamad. (2007). Faktor Determinan yang Mempengaruhi Konsep Diri
Pada Remaja. Skripsi Sarjana pada PPB FIP UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Willis, Sofyan. S. (2008). Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta.
Wima Bin Ary, Tri Rejeki Andayani, Dian Ratna Sawitri . _____. Hubungan
Konsep Diri Dengan Penyesuaian Sosial Siswa Kelas Akselerasi Di Smp Negeri 2 Dan Smp Pl Domenico Savio Semarang. Jurnal : Universitas
Dipenogoro.
Winkel, W. S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Yusuf, Syamsu LN. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.
____________ .(2008). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosda Karya. ____________ & Nurihsan, A Juntika. (2008). Landasan Bimbingan dan
Konseling. Bandung : Kerjasama Program Pasca Sarjana UPI dengan PT
Remaja Rosdakarya.
____________ .(2008). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizki Press.
(45)
98
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Akademik. Bandung : UPI. Yulianto, Hendra. (2011). Program Bimbingan Pribadi Sosial dalam
Mengembangkan Konsep Diri Remaja. Skripsi Sarjana pada PPB FIP UPI
(1)
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat diambil diuraikan sebagai berikut.
1. Hasil penelitian yang dilakukan pada peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung mengenai konsep diri menunjukkan mayoritas peserta didik memiliki konsep diri negatif.
2. Hasil akhir penelitian ini, yaitu berupa program konseling kelompok dengan teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri remaja. Konsep diri peserta didik dilihat secara umum berada pada kategori positif dan pelaksanaan layanan lebih difokuskan pada peserta didik yang berada pada kategori negatif. Strategi layanan yang digunakan dalam kegiatan konseling kelompok untuk mengembangkan konsep diri peserta didik berdasarkan pendekatan konseling peer support. Dalam menerapkan konseling peer
support, strategi yang digunakan, yaitu orientasi, eksperimentasi, adaptasi dan
stabilisasi dimana keterampilan yang digunakan, yaitu keterampilan berkomunikasi, keterampilan mendengarkan, keterampilan berempati dan keterampilan memecahkan masalah.
3. Program konseling kelompok dengan teknik peer support disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik atas dasar hasil penelitian. Pengembangan materi dalam program disesuaikan dnegan hasil analisis kebutuhan peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 yang diberikan melalui layanan konseling kelompok.
B. Rekomendasi
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling dapat mempergunakan program dan hubungan layanan konseling kelompok untuk mengembangkan konsep diri
(2)
94
peserta didik dengan mempergunakan teknik peer support. (terlampir pada halaman 175).
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Rekomendasi berikutnya ditujukan kepada para peneliti yang akan mengembangkan kajian serta konsep tentang konsep diri. Keterbatasan proses dan hasil penelitian tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan penyusun skripsi dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk :
a. Program yang dirumuskan oleh peneliti bersifat hipotetik, untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan uji coba program kepada peer support dan pelaksanaan program pada peserta didik yang memiliki konsep diri pada kategori negatif.
b. Penggunaan teknik peer support pada penelitian hanya dilakukan pada peserta didik yang berada pada kategori positif yang bersedia menjadi peer
supporter dan bersedia menerima pelatihan mengenai peer support dan
konsep diri. Peserta didik yang diharapkan mendapat treatment dari peer
support adalah peserta didik yang berada pada kategori negatif dan
(3)
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
DAFTAR PUSTAKA
ABKIN. (2008). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan. ABKIN: Bandung
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Edisi Revisi IV, Rineka Cipta.
____________. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. ____________. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Asmara, Tejo. (2007). Efektifitas Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer
Group dalam Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas III A Di SMP Mardisiswa 1 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007.Skripsi Sarjana pada
BK Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Malang: tidak diterbitkan. Agustiani, Hendriati. (2006). Psikologi Perkembangan. Pendekatan Ekologi
Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja.
Bandung: Refika Aditama.
Burns, Robert. (1979). The Self Concept : Theory, Measurement, Development
and Behaviour. Alih Bahasa (1993). Eddy. Konsep Diri : Teori,
Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta: Arcan.
____________. (1982). Self-Concept Development And Education. London: Holt, Rinehart and Wiston.
Byrne, B. M. (1996). Academic Self-Concept: Its Structure, Measurement, and
Relation To Academic Achievement. In B. A. Bracken (Ed.), Handbook of self-concept: Developmental, social, and clinical considerations (pp.
287-316). New York: Wiley.
Cowie, Helen, Wallace, Patti. (2000). Peer Support in Action : From Bystanding
to Standing By. London: Sage Publications Ltd.
Calhoun, James F., Acocella, Joan Ross. (1990). Psychology of Adjustment and
Human Relationship, Third Edition. New York : McGraw Hill Publishing
Company.
____________. (1995). Psychology of Adjustment and Human Relationship, Third
(4)
96
Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya.
Gladding, S.T. (1995). Group Work. : A Counseling Specialty. (Second Edition). New Jersey: Prentice Hall.
Gunarsa, S.G. dan Gunarsa. 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Pt.BPK. Gunung Mulya.
Hurlock, B. Elizabeth. (1975). Developmental Psychology. Fourth Edition. New Delhi. Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd.
____________ . (1980). Adolescence Development. McGraw-Hill Inc.
____________ . (1993). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (Terjemahan Isti Widayanti). Jakarta: Erlangga.
Ilfiandra. (1997). Kontribusi Konsep Diri Terhadap Kematangan Karir Siswa. Skripsi Sarjana pada Jurusan PPB FIP UPI: tidak diterbitkan.
Kartadinata, Sunaryo. (1998). Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: Maulana. Kurniawati, Nia. (2000). Program Bimbingan dan Konseling dalam
Mengembangkan Konsep Diri Siswa. Skripsi Sarjana pada PPB FIP UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Natawidjadja, Rochman. (1987). Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan
Kelompok I. Bandung: Diponegoro.
Natawidjadja, Rochman. (2007). Konseling Kelompok : Konsep Dasar dan
Pendekatan. Bandung: Rizqi Press.
Rakhmat, Jalaludin. (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaludin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rachmawati, Wati. (2009). Perbedaan Profil Konsep Diri Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada PPB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Riduwan. (2009). Pengantar Statistika Sosial. Bandung: Alfabeta.
Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah
(Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi Press.
(5)
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja Sarwono, Sarlito Wirawan. (1997). Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori
Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.
Solihah, Soffi. (2007). Profil Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja dan
Strategi MCR dalam Memberikan Layanan Informasi dan Konsultasi.
Skripsi Sarjana pada PPB FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.
Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.
Sukmawati, Siswati, Mujab Masykur Achmad . _____. Konsep Diri Dengan
Konformitas Terhadap Kelompok Teman Sebaya Pada Aktivitas Clubbing (Sebuah Studi Korelasi Pada Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1 Purwokerto Yang Melakukan Clubbing). Jurnal : Universitas Dipenogoro.
Syarif, Mohamad. (2007). Faktor Determinan yang Mempengaruhi Konsep Diri
Pada Remaja. Skripsi Sarjana pada PPB FIP UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Willis, Sofyan. S. (2008). Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta.
Wima Bin Ary, Tri Rejeki Andayani, Dian Ratna Sawitri . _____. Hubungan
Konsep Diri Dengan Penyesuaian Sosial Siswa Kelas Akselerasi Di Smp Negeri 2 Dan Smp Pl Domenico Savio Semarang. Jurnal : Universitas
Dipenogoro.
Winkel, W. S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Yusuf, Syamsu LN. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.
____________ .(2008). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosda Karya. ____________ & Nurihsan, A Juntika. (2008). Landasan Bimbingan dan
Konseling. Bandung : Kerjasama Program Pasca Sarjana UPI dengan PT
Remaja Rosdakarya.
____________ .(2008). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizki Press.
(6)
98
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Akademik. Bandung : UPI. Yulianto, Hendra. (2011). Program Bimbingan Pribadi Sosial dalam
Mengembangkan Konsep Diri Remaja. Skripsi Sarjana pada PPB FIP UPI