Perbedaan efikasi diri mahasiswa yang sedang menyusun skripsi ditinjau dari jenis kelamin.

(1)

i

PERBEDAAN EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Elisabeth Intan Dyah Perwitasari NIM: 079114093

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

(3)

(4)

iv

MOTTO

“Semua impian kita dapat menjadi nyata, jika

kita memiliki keberanian untuk mengejarnya”


(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

K arya ini ku persembahkan untuk:

M y L ord Jesus Christ,

Orang tuaku tercinta,

K akak-kakakku

K ekasihku ,

sahabat-sahabatku,

D an orang-orang yang berusaha keras membantuku


(6)

(7)

vii

PERBEDAAN EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

Elisabeth Intan Dyah Perwitasari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan efikasi diri pada mahasiswa laki-laki dengan perempuan yang sedang menyusun skripsi. Hipotesis yang diajukan adalah efikasi diri mahasiswa yang sedang menyusun skripsi lebih tinggi dari mahasiswa laki-laki. Subjek dalam penelitian ini adalah 80 orang yang terdiri dari 40 mahasiswa laki-laki dan 40 mahasiswa perempuan. Pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menggunakan skala efikasi diri yang disusun oleh peneliti dengan menggunakan metode jawaban Likert. Reliabilitas skala prokrastinasi akademik tersebut diuji dengan menggunakan metode koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil 0,886 dari 34 item dengan rentang korelasi item total antara 0,321 sampai dengan 0,496. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan independent sample t-test. Hasil analisis data menghasilkan nilai t sebesar -5,928(p<0,000). Artinya hipotesis pertama ditolaksehinggaefikasi diri mahasiswa yang sedang menyusun skripsi berdasarkan jenis kelamin berbeda secara statistik. Pada uji tiap aspek efikasi diri didapatkan nilai t = -6,451 (p<0,000) pada aspek level, nilai t= -1,602 (p<0,113) pada aspek strength, dan nilai t= -7,353 (p<0,000) pada aspek generality. Nilai tersebut menunjukkan ada perbedaan efikasi diri antara mahasiswa laki-laki dan perempuan yang terletak pada aspek-aspek efikasi diri kecuali pada aspek strength.


(8)

viii

THE DIFFERENCE OF SELF-EFFICACY ON STUDENTS WHO ARE DOING THESIS SORT IN REVIEW OF SEX

Elisabeth Intan Dyah Perwitasari

ABSTRACT

This research aimed to see differences in self efficacy in male college students with a woman who is working on a thesis. The hypothesis is self efficacy female student is working on a thesis that is higher than male students. The subjects in this study were 80 people consisting of 40 male students and 40 female students. The collection of the data used is by using self efficacy scale developed by researchers using the Likert method. Self efficacy scale reliability was tested using Alpha Cronbach reliability coefficient method and the results obtained 0.886 of 34 items with item total correlation ranges between 0.321 to 0.496. Data was analyzed using independent sample t-test. The results of the analysis of data produced the value of t -5.928 (p<0,000). This means that the first hypothesis is rejected and self efficacy of students is working on a thesis based on sex differ statistically. In every aspect of self efficacy trials obtained value t = -6.451 (p<0,000) in the level aspect, the value of t = -1.602 (p<0.113) on the strength aspect, and the value of t = -7.353 (p<0.000) in the aspect of generality. The value of self efficacy showed no difference between male students and female except strength aspects.


(9)

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasihnya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Efikasi Diri Pada Mahasiswa Yang Sedang Menyusun Skripsi Ditinjau Dari Jenis Kelamin”.

Penulis menyadari banyak pihak yang dengan kesungguhan hati memberikan dorongan, bimbingan, pikiran, waktu, tenaga maupun saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus yang sudah memberikan kekuatan, kesehatan, dan akal sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayaniselaku dekan yang sudah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu M. M. Nimas E. S., S.Psi., Psi., M.Si selaku dosen pembimbing yang sudah membimbing saya dengan penuh kesabaran dari awal sampai akhir dalam pembuatan skripsi ini.

4. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis menjalankan studi. 5. Segenap dosen Fakultas Psikologi yang selama ini telah memberikan ilmu

dan pengetahuannya selama penulis menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.


(11)

xi

6. Karyawan Psikologi, Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie, Mas Doni, Mas Muji, terima kasih atas bantuannya selama ini. Maaf jika selama ini sering merepotkan.

7. Semua teman-teman Psikologi yang tidak bisa disebut satu persatu, terima kasih atas kerjasamanya.

8. Semua teman-teman “Tumindak Ngiwo”, Sari, mas Windra, mas Simen, mas Kriwil, mas Komenk, mas Pet, mas Abu, mas Kowok, mas Yek, Tino, Dodi, Indro, Eva, Bora dan Dita, terima kasih atas kebersamaannya, banyak hal yang bisa penulis dapat ditempat ini.

9. Sahabat-sahabatku Bundo, Nyak, Ina, Oppie, Ita, Nenis, Stella, Sari, Nandis yang saling memberikan dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Untuk Bapak FD. Sugiyono dan ibu Yohana Fransiska Sri Hartati, terima kasih sudah memotivasi dan mendorong penulis untuk menyelesaikan skripsi, Mas Andit dan Mas endy yang terkadang mau bertukar pikiran selama proses pembuatan skripsi ini… Terimakasih untuk kasih, penerimaan, pemahaman, dan kesabaran kalian semua.

11.My Beloved Bamby yang telahmemberikan berbagai kisah selama pembuatan skripsi ini. Terimakasih untuk semua proses yang telah kita lalui, dan terimakasih sudah selalu memberikan semangat dan dukungan dalam pembuatan skripsi ini. “Ayoo, kamu juga yang semangat yaa, kamu pasti bisa… “


(12)

xii

12.Semua teman yang sudah membantu membuat skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari juga bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 01 Februari 2013


(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7


(14)

xiv

A. Efikasi Diri ... .8

1. Pengertian Efikasi Diri... 8

2. Aspek Efikasi Diri ... 10

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri ... 11

4. Sumber Efikasi Diri ... 13

B. Jenis Kelamin ... 16

C. Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi ... 18

1. Pengertian Mahasiswa ... 18

2. Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi ... 19

D. Perbedaan Efikasi Diri Pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi Ditinjau Dari Jenis Kelamin... 20

E. Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 26

C. Definisi Operasional ... 26

1. Variabel Tergantung ... 27

2. Variabel Bebas ... 27

D. Subjek Penelitian ... 28

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 28

1. Skala Efikasi Diri ... 28

2. Penyusunan Item Pernyataan ... 29


(15)

xv

4. Distribusi Item Sebelum Uji Coba ... 30

F. Validitas, Reliabilitas, dan Seleksi Item ... 31

1. Validitas ... 31

2. Reliabilitas ... 32

3. Seleksi Item ... 33

G. Metode Analisis Data ... 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Pelaksanaan Penelitian ... 36

B. Hasil Penelitian ... 36

1.Deskripsi Subjek Penelitian ... 36

2.Uji Asumsi ... 37

3.Uji Hipotesis Penelitian ... 39

C. Pembahasan ... 45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 51

1. Bagi Mahasiswa dan Pihak Universitas ... 51

2. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban ... 30

Tabel 2. Distribusi Item Skala Efikasi Diri Sebelum Uji Coba ... 31

Tabel 3. Distribusi Item yang Sah dan yang Gugur Pada Skala Efikasi Diri ... 34

Tabel 4. Distribusi Item Skala Efikasi Diri Setelah Uji Coba dan Penelitian ... 35

Tabel 5. Data Karakteristik Usia Responden ... 37

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas ... 38

Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Antara Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan ... 39

Tabel 8. Hasil dari Independent Sampel t - Test ... 40

Tabel 9. Hasil Deskripsi Statistik Skala Efikasi Diri Responden ... 40

Tabel 10. Norma kategorisasi ... 41

Tabel 11. Kategorisasi Efikasi Diri Mahasiswa Laki-laki yang Sedang Menyusun Skripsi ... 42

Tabel 12. Kategorisasi Efikasi Diri Mahasiswa Perempuan yang Sedang Menyusun Skripsi... 42

Tabel 13. Mean Empiris dan Mean Teoritis ... 43


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Skala Efikasi Diri Uji Coba ... 55

Lampiran II. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Efikasi Diri ... 66

Lampiran III. Skala Efikasi Diri untuk Penelitian ... 69

Lampiran IV. Uji Normalitas ... 76

Lampiran V. Uji Independent Sampel T-Test ... 77


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Setiap individu di dalam kehidupan memiliki berbagai peran, dimana salah satunya adalah peran sebagai seorang mahasiswa.Banyak sekali pekerjaan, tantangan, dan tuntutan yang dihadapi dan harus dijalankan oleh mahasiswa diantaranya banyaknya tugas, laporan, makalah, ujian, maupun mengerjakan skripsi.Berbagai hal dan situasi juga dapat mempengaruhi keberhasilan prestasi mahasiswa atau justru menghambatnya (Zulkarnain, 2009).

Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggid iharapkan mampu menyelesaikan studinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Orang tua ingin segera melihat anak-anaknya memperoleh gelar yang dapat dibanggakan. Selain itu, adanya keinginan dari diri sendiri untuk segera lulus. Tuntutan, dorongan maupun keinginan dari diri sendiri, orangtua, maupun pihak akademik akan mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam memandang penyelesaian studi sesuai batas waktu yang telah ditentukan atau tidak. Namun, pada kenyataan untuk menyelesaikan studi tersebut sangat tidak mudah. Mahasiswa harusmenghadapi berbagai tantangan dan hambatan agar dapat lulus dari perguruan tinggi. Salah satu kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan studi adalah menyusun tugas akhir atau skripsi (Ulfah, 2010).


(19)

Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis di Perguruan Tinggi (Poerwadarminta dalam Gunawati, 2006).Semua mahasiswa wajib mengambil mata kuliah penyusunan skripsi tersebut, karena skripsi digunakan sebagai salah satu prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar akademisnya sebagai sarjana.

Dalam proses bimbingan skripsi tidak jarang mahasiswa dengan susah payah menyusun tulisan yang kemudian dikoreksi dan dievaluasi oleh pembimbing lalu diminta untuk memperbaiki lagi. Hal ini terjadi karena kurangnya kemampuan mahasiswa dalam memahami standar penyusunan skripsi yang telah ditentukan. Skripsi bisa menjadi stresor bagi sebagian mahasiswa, namun dapat pula dianggap sebagai tantangan positif yang harus dihadapi bagi mahasiswa yang lain (Prianto, 2010).

Stres yang dialami mahasiswa terjadi karena mahasiswa memiliki berbagai kesulitan dalam mengerjakan skripsi. Kesulitan yang dialami tersebut adalah tidak adanya orientasi ke masa depan yang berakibat pada munculnya rasa malas dari dalam diri mahasiswa dan adanya hambatan keuangan dan sulitnya mendapatkan sumber pustaka (Utomo, 2009). Selain itu, mahasiswa juga mengalami kesulitan dalam menentukan tema dan judul, kesulitan dalam mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan, serta kesulitan mencari subjek (Kurniawati, 2010). Agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa dalam menyusun skripsi, maka dibutuhkan suatu keyakinan dalam diri mahasiswa. Keyakinan yang dimiliki seseorang dalam melakukan sesuatu


(20)

atau kemampuan menghadapi kesulitan biasanya disebut efikasi diri atau self-efficacy.

Bandura (1997) menggambarkan bahwa efikasi diri merupakan kepercayaan terhadap diri sendiri dalam melakukan suatu tindakan guna menghadapi suatu situasi sehingga dapat memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Efikasi diri adalah bagian dari diri yang dapat mempengaruhi jenis aktivitas yang dipilih, besarnya usaha yang akan dilakukan oleh individu dan kesabaran dalam menghadapi kesulitan.

Efikasi diri juga mempengaruhi besar usaha dan ketahanan individu dalam menghadapi kesulitan. Individu dengan efikasi diri tinggi akan memandang tugas-tugas sulit sebagai tantangan untuk dihadapi daripada sebagai ancaman untuk dihindari. Individu mempunyai komitmen tinggi untuk mencapai tujuan-tujuannya dan menginvestasikan tingkat usaha yang tinggi serta mampu berfikir strategis untuk menghadapi kegagalan. Individu memandang kegagalan sebagai kurangnya usaha untuk mencapai keberhasilan. Selain itu individu secara cepat memulihkan perasaan mampu setelah mengalami kegagalan (Bandura, 1997).

Tingginya efikasi diri yang dimiliki memungkinkan mahasiswa memiliki motivasi untuk melakukan tindakan dan usaha dalam menyusun skripsi, sebaliknya semakin rendah efikasi diri yang dimiliki maka mahasiswa kurang memiliki dorongan yang kuat dalam dirinya dalam menyusun skripsi dan mahasiswa tersebut tidak berusaha melakukan tindakan-tindakan dalam menyusun skripsi.


(21)

Bandura (1997), mengemukakan bahwa efikasi diri berkaitan dengan kemampuan yang dirasa seseorang untuk mendapatkan hasil dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan mahasiswa ini, berkaitan dengan kemampuan memaksimalkan kinerja mereka. Secara umum diketahui bahwa sukses akademik seseorang dipengaruhi oleh kemampuan kognitif mereka. Mahasiswa-mahasiswa yang memiliki potensi intelektual yang tinggi akan memperoleh sukses yang lebih bagus dibanding mereka yang memiliki kemampuan lebih rendah.

Penelitian Hadi Warsito (2004) menunjukkan bahwa terdapat hubungan kausal yang positif signifikan antara self efficacy dengan prestasi akademik (Nugroho, 2007). Hal tersebut didukung dengan pernyataan para ahli psikologi pendidikan yang umumnya berpendapat bahwa prestasi yang dicapai seorang individu mempunyai hubungan erat dengan kemampuan dan rasa keberhasilan yang dimilikinya. Pada dasarnya prestasi yang dicapai seorang individu merupakan realisasi kemampuannya. Di antara kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan intelektual yang mempunyai hubungan fungsional yang lebih nyata dengan prestasi belajar seseorang (Bennett & Aiken dalam naqiyah, 2010).

Sebuah lembaga penelitian Pew Research Center mendata bahwa setengah dari mahasiswa wanita lulus empat tahun dari perguruan tinggi di Amerika, dan lulus lebih cepat dengan nilai yang baik," ujar data yang dilansir dari situs Pew Research Center, Minggu (21/8/2011). Jumlah lulusan pria yang lulus tepat waktu hanya 37 persen (http://kampus.okezone.com). Hal tersebut


(22)

menunjukkan bahwa ada berbagai kesulitan yang dihadapi mahasiswa terutama mahasiswa laki-laki, dimana mahasiswa tersebut tidak memiliki keyakinan yang tinggi dalam menyelesaikan skripsi sehingga menghambat kelulusan mereka.

Menurut Martono (2010), perempuan lebih berprestasi daripada laki-laki karena perempuan lebih termotivasi dan bekerja lebih rajin daripada laki-laki dalam mengerjakan pekerjaan sekolah. Selain itu, kepercayaan diri perempuan lebih baik dibandingkan laki-laki. Selain itu, perempuan lebih suka membaca daripada laki-laki. Prestasi laki-laki lebih rendah daripada perempuan dikarenakan mahasiswa laki-laki kurang memiliki usaha dan memiliki sikap pesimis.

Pernyataan tersebut didukung dengan penelitian sebelumnya tentang “Hubungan Efikasi Diri dan Prestasi Akademik” dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara efikasi diri dengan prestasi akademik (Pabiban, 2007). Akan tetapi, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa prestasi laki-laki cenderung lebih baik daripada perempuan. Beberapa penelitian yang dilakukan antara lain oleh Weston and Mantony; Mutchler et al, Lipe dan Lenney (Nainggolan, 2008). Peneliti ini menyimpulkan bahwa prestasi akademis laki-laki lebih baik dibandingkan dengan akademik perempuan. Lalu, apabila efikasi diri berkorelasi positif dengan prestasi, lebih tinggi mana efikasi diri antara laki-laki dengan perempuan jika terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa laki-laki lebih tinggi namun disisi lain perempuan juga lebih tinggi.


(23)

Penelitian mengenai efikasi diri pada mahasiswa yang menyusun skripsi pernah dilakukan di Fakultas Psikologi Sanata Dharma oleh FX. Resky Prianto (2010), akan tetapi penelitian tersebut hanya ingin mengetahui gambaran efikasi diri mahasiswa Fakultas Psikologi Sanata Dharma secara umum, dimana hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa yang menyusun skripsi di fakultas psikologi termasuk dalam kategori sedang. Untuk itu, peneliti tertarik melihat perbedaan efikasi diri pada mahasiswa laki-laki dengan perempuan yang sedang menyusun skripsi.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas muncul pertanyaan apakah ada perbedaan efikasi diri antara mahasiswa laki-laki dengan perempuan dalam menyusun skripsi.

B.Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan efikasi diri pada mahasiswa yang mengerjakan skripsi ditinjau dari jenis kelamin?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efikasi diri pada mahasiswa yang mengerjakan skripsi ditinjau dari jenis kelamin


(24)

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan atau tambahan pengetahuan bagi para praktisi pengetahuan atau peneliti lain yang tertarik pada masalah efikasi diri pada mahasiswa yang menghadapi skripsi dan demi pengembangan penelitian selanjutnya, hasil dari penelitian ini diharapkan akan dapat menimbulkan ide-ide baru untuk penelitian yang lebih luas.

2. Manfaat Praktis

Bagi seluruh mahasiswa, penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai efikasi dirikhususnya efikasi diri mahasiswa yang sedang meyusun skripsi ditinjau dari jenis kelamin.


(25)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Efikasi Diri

1. Pengertian Efikasi Diri

Efikasi diri merupakan konstruk yang diajukan oleh Bandura yang berdasarkan teori sosial kognitif. Di dalam teorinya, Bandura menyatakan bahwa tindakan manusia merupakan suatu hubungan yang timbal balik antara individu, lingkungan, dan perilaku (Bandura, 1997).Teori sosial kognitif menekankan bahwa manusia merupakan individu yang aktif dan menggunakan potensi kognitifnya untuk menggambarkan suatu kejadian, mengantisipasi sesuatu, dan memilih serangkaian tindakan yang dilakukan.Teori ini menyatakan manusia bukanlah makhluk yang pasif yang hanya menerima dorongan naluri ataupun pengaruh lingkungan eksternal (Pervin & Jhon dalam Manara, 2008).

Teori kognitif sosial memandang bahwa persepsi tentang efikasi diri berperan sebagai sebuah mekanisme kognitif yang mengendalikan individu untuk menghadapi tekanan.Hal tersebut disebabkan karena efikasi diri lebih menekankan pada keyakinan pada diri individu mengenai kemampuannya didalam menjalankan suatu tugas. Apabila individu merasa tidak dapat mengendalikan situasi dan lingkungan yang sedang dihadapinya, serta situasi dan lingkungan dirasa mengancam, maka individu tersebut akan merasa gelisah dan cemas. Sebaliknya jika individu merasa mampu


(26)

menghadapi tekanan yang berasal dari lingkungan, maka individu tersebut tidak akan merasa cemas. Individu tersebut akan melihat situasi dan lingkungan yang menekan sebagai sesuatu yang menantang dan kemudian akan melakukan tindakan yang sudah matang dan sudah diperhitungkan (Nurlaila, 2011).

Bandura menyatakan bahwa “self efficacy refers to beliefs in one’s capability to organize and execute the courses of action required to produce given attainments”(Bandura, 1997). Pernyataan Bandura tersebut, dapat dipahami bahwa efikasi diri merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan hasil yang ingin dicapai. Efikasi diri mempengaruhi bagaimana individu beraktivitas, seberapa jauh usaha individu dalam menghadapi suatu tugas tertentu, seberapa lama individu bertahan, dan reaksi emosi individu ketika menghadapi situasi atau tugas tertentu (Bandura dalam Manara, 2008).

Berdasarkan pada beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk melakukan serangkaian tindakan pada situasi tertentu untuk mencapai keberhasilan atau kesuksesan. Efikasi diri tidak terkait dengan seberapa banyak kemampuan yang dimiliki seseorang, namun terkait dengan keyakinan apa yang dapat kita lakukan dengan kemampuan yang kita miliki dalam berbagai kondisi.


(27)

2. Aspek Efikasi Diri

Bandura (1997), mengemukakan bahwa keyakinan diri individu dapat dilihat dari tiga dimensi, yang kemudian oleh peneliti digunakan sebagai aspek penelitian, yaitu :

a. Level (tingkatan)

Dimensi level mengacu pada taraf kesulitan tugas yang diyakini individu akan mampu mengatasinya. Tingkat efikasi diri seseorang berbeda satu sama lain. Tingkatan kesulitan dari sebuah tugas, apakah sulit atau mudah akan menentukan efikasi diri. Pada suatu tugas atau aktivitas, jika tidak terdapat suatu halangan yang berarti untuk diatasi, maka tugas tersebut akan sangat mudah dilakukan dan semua orang pasti mempunyai efikasi diriyang tinggi pada permasalahan ini. Bandura (1997) menjelaskan keyakinan akan kemampuan meloncat pada seorang atlet. Seorang atlet menilai kekuatan dari keyakinanyang dimiliki bahwa dia mampu melampaui kayu penghalang pada ketinggian yang berbeda. Seseorang dapat memperbaiki atau meningkatkan keyakinannya dengan mencari kondisi yang dapat menambahkan tantangan dan kesulitan yang lebih tinggi levelnya.

b. Strength (kekuatan keyakinan)

Dimensi ini terkait dengan kekuatan dari efikasi diri seseorang ketika berhadapan dengan tuntutan tugas atau suatu permasalahan. Efikasi diri yang lemah dapat dengan mudah


(28)

ditiadakan dengan pengalaman yang menggelisahkan ketika menghadapi sebuah tugas. Sebaliknya orang yang memiliki keyakinan yang kuat akan bertekun pada usahanya meski tantangan dan rintangannya besar. Dimensi ini mencakup derajat kemantapan individu terhadap keyakinannya. Kemantapan inilah yang menentukan ketahanan dan keuletan individu.

c. Generality (generalitas)

Dimensi ini mengacu pada variasi situasi di mana penilaian tentang efikasi diridapat diterapkan. Seseorang dapat menilai dirinya memiliki efikasi diri pada banyak aktifitas atau pada aktivitas tertentu saja. Semakin banyak keyakinan yang dapat diterapkan pada berbagai kondisi, maka semakin tinggi efikasi diri seseorang.

Dari uraian di atas bisa kita simpulkan bahwa dimensi efikasi diri meliputi taraf kesulitan tugas yang dihadapi individu, derajat kemantapan individu terhadap keyakinan tentang kemampuannya, dan variasi situasi di mana penilaian efikasi diri dapat diterapkan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri

Menurut Bandura (1986), faktor yang mempengaruhi efikasi diri, yaitu : a. Sifat tugas yang dihadapi

Situasi-situasi atau jenis tugas tertentu menuntut kinerja yang lebih sulit dan berat daripada situasi tugas yang lain. Semakin sulit


(29)

tugas yang dihadapi maka semakin besar keraguan terhadap kemampuannya. Sebaliknya, jika tugas yang dihadapi mudah semakin yakin untuk berhasil.

b. Insentif eksternal

Faktor lain yang dapat mempengaruhi efikasi diri adalah insentif yang diperolehnya. Bandura menyatakan bahwa salah satu fakor yang dapat meningkatkan efikasi diri adalah competent contingents incentive, yaitu insentif yang diberikan oleh orang lain yang merefleksikan keberhasilan. Misalnya pemberian pujian, materi, dan lainnya.

c. Status atau peran individu dalam lingkungan

Derajat status sosial seseorang mempengaruhi penghargaan dari orang lain dan rasa percaya dirinya. Individu yang memiliki status sosial lebih tinggi akan memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi pula dibanding individu yang berstatus sosial lebih rendah. Status sosial tinggi akan membuat individu memperoleh penghargaan yang lebih dari orang-orang yang menghormatinya, sehingga memberi pengaruh pula terhadap keyakinan dirinya.

d. Informasi tentang kemampuan diri

Efikasi diri seseorang akan meningkat atau menurun jika ia mendapat informasi yang positif atau negatif tentang dirinya, artinya efikasi diri akan meningkat jika individu mendapat informasi yang positif tentang dirinya. Demikian sebaliknya, efikasi diri akan


(30)

menurun jika individu mendapat informasi negatif mengenai kemampuannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri dipengaruhi oleh sifat tugas yang dihadapi, insentif eksternal, status atau peran individu dalam lingkungan dan informasi tentang kemampuan dirinya.

4. Sumber efikasi diri

Bandura (1997) menjelaskan bahwa keyakinan diri individu didasarkan pada empat hal, yaitu:

a. Pengalaman yang telah dilalui (enactive mastery experience) merupakan informasi yang paling berpengaruh karena menyediakan bukti yang paling otentik berkenaan dengan kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu. Hasil yang dicapai oleh individu melalui pengalaman sebelumnya adalah sumber informasi yang penting karena langsung berhubungan dengan pengalaman pribadi seseorang. Kesuksesan dibangun dari keyakinan yang mantap berkenaan dengan efiksi diri seseorang. Pengalaman keberhasilan atau kesuksesan dalam mengerjakan sesuatu akan meningkatkan efikasi diri seseorang, sedangkan kegagalan juga akan menguranginnya, terutama ketika kegagalan ini terjadi pada saat efikasi dirinya belum terbentuk. Suatu kesulitan menyediakan kesempatan untuk belajar bagaimana kegagalan bisa berbuah kesuksesan dengan mengasah kemampuan


(31)

dari kegagalan tersebut. Setelah seseorang menjadi yakin bahwa mereka memiliki hal yang diperlukan untuk sukses, maka mereka akan berani untuk melakukan sebuah tindakan.

b. Pengalaman orang lain (vicarious experience).

Efikasi diri juga dipengaruhi oleh pengalaman orang lain dengan cara melihat apa yang telah dicapai oleh orang lain. Pada konteks ini terjadi proses modelling yang juga dapat menjadi hal efektif untuk meningkatkan efikasi seseorang. Seseorang bisa jadi mempunyai keraguan ketika akan melakukan sesuatu meskipun ia mempunyai kemampuan untuk melakukannya, namun ketika ia melihat orang lain mampu atau berhasil dalam melakukan sesuatu dimana dia mempunyai kemampuan yang sama, maka akan meningkatkan efikasinya. Selain itu, orang lain dapat menjadi ukuran seberapa baik dia dalam melakukan suatu tugas. Pada beberapa aktivitas mungkin tidak ada ukuran apakah sesuatu dilakukan dengan baik atau tidak. Oleh karena itu seseorang harus menilai kemampuannya dengan melihat hasil yang telah dicapai oleh orang lain. Sebagai contoh, seorang pelajar yang mendapat skor 115, dari hasil ujiannya tidak akan mempunyai landasan untuk menyatakan nilainya tinggi atau rendah tanpa membandingkan dengan nilai yang didapat oleh teman-temannya. Di sisi lain pengalaman dari orang lain juga dapat melemahkan keyakinan individu dalam melakukan sesuatu ketika melihat seseorang yang


(32)

mempunyai kemampuan sama atau lebih tinggi dari dia gagal dalam melakukan sesuatu.

c. Persuasi verbal (verbal persuasion) merupakan penguatan yang didapatkan dari orang lain bahwa seseorang mempunyai kemampuan untuk meraih apa yang ingin dilakukannya. Efikasi diri seseorang akan meningkat ketika sedang menghadapi kesulitan, terdapat orang yang meyakinkannya bahwa ia mampu menghadapi tuntutan tugas yang ada padanya. Verbal persuasion mungkin tidak terlalu kuat dalam mempengaruhi efikasi diri, namun ini dapat menjadi pendukung sejauh persuasi verbal tersebut diberikan dalam konteks yang realistik. Orang yang mendapatkan persuasi verbal akan mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu kemungkinan yang akan mengerahkan usaha yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang mendapatkan perkataan yang meragukan dirinya. Adanya persuasi (bujukan) yang meningkatkan efikasi diri mengarahkan seseorang untuk berusaha lebih giat.

d. Keadaan fisiologis dan emosi (physiological and affective states). Keadaan fisik yang tidak mendukung seperti stamina yang kurang, kelelahan, dan sakit merupakan faktor yang tidak mendukung ketika seseorang akan melakukan sesuatu. Karena kondisi ini akan berpengaruh pada kinerja seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas. Kondisi mood juga mempengaruhi pendapat seseorang terhadap efikasi dirinya. Oleh karena itu efikasi diri dapat


(33)

ditingkatkan dengan meningkatkan kesehatan dan kebugaran fisik serta mengurangi tingkat stress dan kecenderungan emosi yang negatif.

B.Jenis Kelamin

Jenis kelamin didefinisikan sebagai istilah biologis berdasarkan perbedaan anatomi dan fisik antara laki-laki dan perempuan.Fakih (2012) mengatakan bahwa jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu.

Laki-laki dan perempuan memiliki berbagai perbedaan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut menimbulkan adanya perbedaan gender terutama dalam hal pendidikan. Perbedaan gender dalam pendidikan dapat terjadi dalam perolehan prestasi belajar. Secara biologis laki-laki dan perempuan itu berbeda. Perbedaan itu terlihat jelas pada alat reproduksi. Perbedaan biologis laki-laki dan perempuan disebabkan oleh adanya hormon yang berbeda. Perbedaan ini berakibat pada perlakuan yang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan. Selain faktor biologis, faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor psikologis. Secara psikologis laki-laki dan perempuan berbeda.Faktor psikologis terkait dengan intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan (Ekawati & Wulandari, 2011).


(34)

Di dalam masyarakat, perempuan diposisikan sebagai “orang kedua” dalam struktur hubungan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan diharuskan selalu tampil cantik, halus, dan lemah lembut, sedangkan laki-laki diposisikan sebagai “makhluk” kuat yang mampu dan mampu melindungi perempuan. Perempuan kurang dihargai melalui kecerdasannya, sebaliknya laki-laki lebih dihargai melalui kecerdasannya. Oleh karena itu, banyak perempuan yang tidak menempuh pendidikan sampai tingkat tinggi, karena masih banyak masyarakat yang menganggap “untuk apa perempuan sekolah tinggi-tinggi, jika akhirnya kembali ke rumah?”(Fakih, 2012).

Beberapa waktu terakhir ini perempuan mengalami kemajuan dalam hal prestasi belajar. Perempuan juga dipandang memiliki kesempatan yang lebih banyak dalam bidang publik. Perkembangan masyarakat industri memberikan banyak peluang dalam sektor publik. Dalam bursa pasar kerja, perempuan mendapat kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan karirnya. Ketika perempuan diberikan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk mengembangkan kemampuannya di sektor publik, maka perempuan berupaya untuk mencapai tingkat pendidikan setinggi mungkin. Untuk itu, perempuan akan lebih termotivasi untuk mencapai cita-citanya tersebut (Haralambos dan Horlborn dalam Martono, 2010).

Laki-laki sejak kecil hingga dewasa memperlihatkan kemampuan spasialnya yang lebih baik, sedangkan perempuan sejak kecil hingga dewasa menunjukkan kemampuan verbalnya yang lebih maju. Anak perempuan biasanya mulai berbicara pada usia yang lebih dini, cenderung memiliki


(35)

perbendaharaan kata yang lebih besar, umumnya memperoleh nilai yang lebih tinggi disekolah dan mengerjakan tugas-tugas membaca dan menulis secara lebih baik dibandingkan anak laki-laki. (Halpern dalam Martono, 2010).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa laki-laki dengan perempuan itu memiliki perbedaan terutama bidang pendidikan dan pengalaman keberhasilan.

C.Mahasiswa yang sedang Menyusun Skripsi

1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri, yaitu (Kartono dalam Ulfah, 2010) :

a. Memiliki kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi,sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia.

b. Yang karena kesempatan di atas diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja.

c. Diharapkan dapat menjadi “daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi”.

d. Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan profesional.

Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun


(36)

(Monk dalam Gunawati, 2006). Pada usia tersebut mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke dewasa awal.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan mahasiswa adalah seorang peserta didik dengan usia 18 tahun hingga 30 tahun yang sedang menempuh pendidikan didalam universitas atau perguruan tinggi dan aktif dalam mengikuti semua kegiatan perkuliahan.

2. Mahasiswa yang sedang Menyusun Skripsi

Mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang memiliki kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia dan pada nantinya diharapkan menjadi tenaga kerja yang professional (Kartono dalam Ulfa, 2010). Pada umumnya, universitas yang memiliki program sarjana menuntut para mahasiswa untuk mampu menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan.

Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis di Perguruan Tinggi (Poerwadarminta dalam Gunawati, 2006). Pengertian tersebut berarti bahwa semua individu yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi wajib menyusun skripsi.

Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi melakukan proses belajar secara individual. Kondisi tersebut berbeda dengan kondisi ketika mahasiswa mengikuti mata kuliah lain, karena mata kuliah lain umumnya dilakukan secara klasikal. Proses belajar secara individual tersebut menuntut


(37)

mahasiswa untuk dapat mandiri dalam mencari pemecahan masalah-masalah yang dihadapi.

D.Perbedaan Efikasi Diri pada Mahasiswa yang sedang Menyusun Skripsi

Ditinjau Dari Jenis Kelamin

Banyak tuntutan dan tantangan yang dihadapi mahasiswa salah satunya adalah menyusun skripsi.Skripsi merupakan suatu karya ilmiah yang wajib dikerjakan oleh mahasiswa baik mahasiswa laki-laki maupun perempuan agar memperoleh gelar akademisnya sebagai sarjana. Pada kenyataannya, mahasiswa laki-laki dengan perempuan memiliki hambatan dalam penyelesaian skripsi. Untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam menyusun skripsi, maka dibutuhkan suatu keyakinan diri atau efikasi diri.

Efikasi diri dikatakan tinggi maupun rendah dapat dilihat dari faktor dan sumbernya. Faktor dan sumber dapat menunjukkan perbedaan efikasi diri antara mahasiswa laki-laki maupun perempuan ketika sedang menyusun skripsi.Perbedaan laki-laki dengan perempuan dalam hal efikasi diri dapat dilihat dari status atau peran individu dalam lingkungan, informasi tentang kemampuan diri, pengalaman yang telah dilalui, pengalaman orang lain, dan persuasi verbal.

Dilihat dari status sosial dalam masyarakat, laki-laki dengan perempuan itu tidak memiliki perbedaan. Pada jaman dahulu perempuan selalu dibawah laki-laki.Akan tetapi, pada saat ini perempuan bisa setara dengan laki-laki. Hal


(38)

tersebut membuat pandangan masyarakat terhadap perempuan cukup baik. Masyarakat pada saat ini memandang perempuan lebih mampu untuk sejajar dengan laki-laki. Keadaan seperti itu membuat status sosial atau derajat perempuan lebih meningkat. Adanya anggapan masyarakat tentang status sosial terhadap perempuan tersebut membuat perempuan tetap memperjuangkan status mereka dalam masyarakat agar tidak mengalami penurunan dengan mengembangkan pendidikan maupun karirnya (Fakih, 2012).

Dalam beberapa waktu terakhir ini, perempuan mengalami kemajuan dalam hal prestasi belajar. Perempuan juga dipandang memiliki kesempatan yang lebih banyak dalam bidang publik. Perkembangan masyarakat industri memberikan banyak peluang dalam sektor publik. Perempuan dalam bursa pasar kerja mendapat kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan karirnya, terlebih bagi perempuan yang belum menikah. Kondisi ini sangat berbeda dengan masa sebelum era industri berkembang dengan pesat. Perempuan pada masa itu hampir tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya di sektor publik. Ketika perempuan diberikan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk mengembangkan kemampuannya di sektor publik maka perempuan berupaya untuk mencapai tingkat pendidikan setinggi mungkin. Hal ini dapat dikaitkan dengan faktor efikasi diri yaitu status atau peran individu dalam lingkungan, dimana perempuan saat ini memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya dalam


(39)

masyarakat sehingga mereka termotivasi untuk berprestasi lebih baik lagi (Fakih, 2012).

Didalam informasi tentang kemampuan diri dapat terlihat dari anggapan masyarakat bahwa perempuan lebih memiliki image yang baik, misalnya dalam kepercayaan diri. Kepercayaan diri perempuan lebih baik daripada laki-laki dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya (Martono, 2010). Kepercayaan diri tersebut membuat perempuan yakin bahwa mereka mampu menyelesaikan skripsi, sedangkan untuk laki-laki membuat mereka merasa kurang yakin dalam penyelesaian skripsi mereka.

Pengalaman yang telah dilalui menjadi informasi yang berpengaruh karena berhubungan langsung dengan pengalaman pribadi seseorang. Pengalaman keberhasilan dalam mengerjakan sesuatu dapat meningkatkan efikasi diri seseorang, sedangkan kegagalan juga akan menguranginya (Bandura, 1997). Pada kenyataannya, mahasiswa perempuan lebih memiliki pengalaman akan keberhasilan. Hal tersebut karena perempuan suka membaca (Martono, 2010).Aktivitas membaca tersebut sangat dibutuhkan dalam penyusunan skripsi. Apabila minat untuk membaca besar, maka keberhasilan yang akan diraih juga baik.

Dalam observasi menunjukkan bahwa keyakinan yang dimiliki laki-laki dengan perempuan dalam menyelesaikan skripsi berbeda. Hal tersebut dikarenakan perempuan ketika berteman dapat saling mendukung satu sama lain. Ketika berbincang-bincang pun yang dibicarakan tentang skripsi sehingga hal tesebut dijadikan modelling bagi perempuan. Akan tetapi, berbeda dengan


(40)

laki-laki. Laki-laki sering sekali berkumpul dan berbincang-bincang dengan teman laki-laki lain. Namun, pada kenyataannya mereka jarang membicarakan skripsi. Selain itu, dalam menjalin pertemanan laki-laki jarang sekali saling memberikan dukungan sehingga proses modeling jarang sekali karena tidak adanya penguatan yang didapat dari orang lain.

Penguatan yang diperoleh dari orang lain dimana seseorang memiliki kemampuan disebut dengan persuasi verbal (Bandura, 1997). Laki-laki dengan perempuan dalam hal persuasi verbal berbeda. Laki-laki jarang mendapatkan penguatan bahwa mereka memiliki kemampuan. Hal tersebut dikarenakan adanya pandangan negatif pada laki-laki dan lingkungan teman sebaya tidak memberikan penguatan.Di dalam observasi terlihat bahwa laki-laki sering sekali nongkrong dengan teman-teman laki-laki. Hal yang sering diperbincangkan bukan mengenai skripsi. Di sisi lain, perempuan sering juga berkumpul dengan teman-teman perempuannya, dimana ada yang mampu memberikan penguatan dan modelling bagi teman-temannya tersebut.


(41)

Skema Perbedaan Efikasi Diri Penelitian

Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

 status sosial di masyarakat : perempuan sudah mampu menjajarkan diri dengan laki-laki.

 informasi tentang kemampuan diri : anggapan masyarakat terhadap perempuan

 pengalaman yang telah dilalui : perempuan minat untuk membaca

 pengalaman orang lain :adanya proses modeling

 persuasi verbal : lebih mudah

mempengaruhi perempuan karena ada proses modeling

 keadaan emosi dan fisiologis

 status sosial di masyarakat : laki-laki menjadi setara dengan perempuan

 informasi tentang kemampuan diri : anggapan masyarakat terhadap laki-laki

 pengalaman yang telah dilalui : laki-laki kurang memiliki minat untuk membaca

 pengalaman orang lain :kurang dalam proses modeling

 persuasi verbal : lebih sulit mempengaruhi karena proses modeling kurang

 keadaan emosi dan fisiologis : sering


(42)

E.Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan efikasi diri antara mahasiswa laki-laki dengan perempuan yang sedang menyusun skripsi.


(43)

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif komparasi. Penelitian komparasi atau perbandingan adalah penelitian yang menitikberatkan pada subjek penelitian dan membandingkan variabel yang diteliti pada kelompok subjek yang diperbandingkan (Arikunto, 2002). Berdasarkan pengertian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efikasi diri pada mahasiswa laki-laki dan perempuan yang sedang sedang menyusun skripsi.

B.Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kualitatif maupun kuantitatif (Azwar, 2007). Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Variabel tergantung : Efikasi Diri

2. Variabel bebas : Jenis Kelamin

C.Definisi Operasional

Untuk memperjelas pengertian tentang variabel-variabel dalam penelitian ini, maka dirumuskan definisi masing-masing variabel.


(44)

1. Variabel Tergantung

Efikasi diri adalah keyakinan sejauhmana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau melakukan suatu tugas yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu dengan meliputi kepercayaan diri, kemampuan menyesuaikan diri, kapasitas kognitif, kecerdasan dan kapasitas bertindak pada situasi yang penuh tekanan.

Efikasi diri diukur dengan skala efikasi diri yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan Bandura (1997), yaitu level, strength, dan generality. Level (tingkat kesulitan tugas), yaitu masalah yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu, Strength (kekuatan keyakinan), yaitu berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya Generality

(generalitas), yaitu hal yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya.

Semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala efikasi diri berarti semakin tinggi pula efikasi diri yang dimiliki seseorang dan sebaliknya semakin rendah nilai yang diperoleh dari skala efikasi diri menunjukkan semakin rendah pula efikasi diri yang dimiliki.

2. Variabel Bebas

Perbedaan jenis kelamin adalah pengkategorian sex secara biologis yang ditujukan untuk membedakan jenis pria dan wanita berdasarkan pada alat reproduksi.


(45)

D.Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan didalam penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang menyusun skrispi. Menurut Azwar (1999), populasi adalah kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat yang terdaftar secara resmi pada salah satu perguruan tinggi, yang berjenis kelamin pria dan wanita, yang sedang menempuh proses penyelesaian skripsi.

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling. Pada metode ini tidak semua unsur dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Jenis non-probabilitysampling yang digunakan adalah convenience sampling, yaitu mengumpulkaninformasi dari anggota populasi yang paling mudah didekati dan didapatkan. Pada metode ini penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2008)

E.Metode dan Alat Pengumpulan Data

1. Skala Efikasi Diri

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan skala, yaitu skala efikasi diri. Peneliti menyusun sendiri skala efikasi diri berdasarkan aspek-aspek yang telah diuraikan oleh Bandura (1997).


(46)

Model skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Dalam skala Likert tersebut, subjek akan diminta untuk menyatakan kesesuaian atau ketidaksesuaiannya terhadap isi pernyataan dalam empat macam kategori jawaban. Empat kategori jawaban tersebut yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak setuju (STS). Keempat kategori tersebut dinilai 1 - 4 berdasarkan penolakan atau dukungan terhadap isi pernyataan. Peneliti menggunakan empat kategori jawaban saja dan meniadakan pilihan jawaban netral dikarenakan untuk menghindari timbulnya central tendency effect.

Central tendency effect adalah kemungkinan subjek untuk memilih jawaban yang sifatnya netral atau di tengah. Jawaban ditengah menimbulkan

central tendency effect terutama bagi responden yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya, kearah setuju atau tidak setuju. Tersedianya jawaban ditengah akan menghilangkan banyak data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring responden (Hadi, 1991).

2. Penyusunan Item Pernyataan

Penyusunan item pada skala efikasi diri dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan pada aspek-aspek yang disusun oleh Bandura yaitu aspek level,

strength, dan generality(Bandura, 1997). Skala efikasi diri initerdiri dari 60 item dengan 30 item bersifat favourable (item yang mendukung atribut yang


(47)

diukur) dan 30 item lagi bersifat unfavorable (item yang tidak mendukung atribut yang sedang diukur).

3. Pemberian Skor Skala

Pemberian skor pada skala efikasi diri, pada item favorable bergerak dari skor 4 hingga 1. Sementara pada item unfavorable skor bergerak dari 1 hingga 4. Pemberian skor tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.

Skor Berdasarkan Kategori Jawaban

Kategori Jawaban Pernyataan

Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

4. Distribusi Item Sebelum Uji Coba

Efikasi diri diukur melalui skala efikasi diri yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori Bandura (Bandura, 1997). Dalam skala tersebut, efikasi diri diukur melalui aspek :

a. Level(tingkatan)

Dimensi level mengacu pada taraf kesulitan tugas yang diyakinindividu akan mampu mengatasinya.

b. Strength (kekuatan keyakinan)

Dimensi ini terkait dengan kekuatan dari efikasi diriseseorang ketika berhadapan dengan tuntutan tugas atau suatu permasalahan yang menentukan ketahanan dankeuletan individu.


(48)

c. Generality (generalitas)

Dimensi ini mengacu pada variasi situasi di mana penilaiantentang efikasi diridapat diterapkan

Berikut ini distribusi item pada skala efikasi diri sebelum uji coba : Tabel 2

Distribusi Item Skala Efikasi Diri Sebelum Uji Coba

Aspek

Jumlah Item

Total Favorable Unfavorable

Level 1,7,13,19,25,31,37, 43,49,55

2,8,14,20,26,32,38, 44,50,56

20

Strength 3,9,15,21,27,33,9,4 5,51,57

4,10,16,22,28,34,4 0,46,52,58

20

Generality 5,11,17,23,29,35,4 1,47,53,59

6,12,18,24,30,36,4 2,48,54,60

20

Total 30 30 60

Skala ini nantinya diujicobakan terlebih dahulu untuk mendapatkan butir-butir pernyataan yang valid dan reliabel, sehingga dapat digunakan untuk penelitian yang sesungguhnya

.

F. Validitas, Reliabilitas, Dan Seleksi Item

1. Validitas

Validitas diartikan sebagai ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya


(49)

pengukuran tersebut, sebaliknya tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar, 2011).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.Validitas ini merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment (Azwar, 2011).Professional judgement dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing penelitian ini.

2. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan keajegan, konsistensi, kestabilan. Suatu instrumen dikatakan memiliki reliabilitas apabila dilakukan beberapakali pelaksanaan pengukuran terhadap subjek yang sama maka hasilnya akan relatif sama selama aspek yang diukur pada subjek belum berubah (Azwar, 2011).

Untuk menilai apakah skala efikasi diri yang disusun peneliti merupakan skala yang reliabel maka peneliti menguji skala tersebut dengan menggunakan teknik koefisiensi Alpha Cronbach dalam program SPSS 16.0 for windows. Setelah dihitung dengan teknik tersebut didapatkan koefisien sebesar 0,886 yang berarti bahwa skala efikasi diri yang telah disusun peneliti bersifat reliabel atau dapat dipercaya.


(50)

Seleksi item dilakukan untuk melihat dan memilih item-item mana yang lolos seleksi untuk dipakai dalam proses pengambilan data penelitian. Dalam memilih item agar diperoleh item yang akurat, maka menggunakan daya beda atau daya diskriminasi item. Daya diskriminasi item yaitu sejauh mana item mampu membedakan antar individu maupun kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Indeks daya diskriminasi item merupakan indikator keselarasan atau konsistensi antara fungsi item dengan fungsi skala secara keseluruhan yang dikenal dengan korelasi item total (Azwar, 2011).

Untuk memilih item berdasarkan korelasi item totalnya maka digunakan batasan rix ≥ 0,30. Setiap item yang mencapai koefisien korelasi

minimal 0,30 maka item tersebut dianggap memuaskan (Azwar, 2010).Oleh karena itu, item-item yang gugur pada uji coba yang telah dilakukan pada tanggal 2 Mei 2012 sampai dengan tanggal 8 Mei 2012 dengan subjek sebanyak 60 subjek (30 mahasiswa laki-laki dan 30 mahasiswa perempuan) sebagai berikut :


(51)

Tabel 3.

Distribusi Item yang Sah dan yang Gugur pada Skala Efikasi Diri

Aspek

No pernyataan

Sebelum Uji Coba Item yang Gugur Setelah Uji Coba

F UF F UF F UF

Level 1,7,13,19, 25,31,37,4

3,49,55

2,8,14,20, 26,32,38,4

4,50,56

13, 31, 2, 8, 44, 50

1, 7, 19, 25, 37, 43, 49, 55

14, 20, 26, 32, 38, 56

Strength 3,9,15,21, 27,33,9,45

,51,57

4,10,16,22 ,28,34,40,

46,52,58

9, 45, 51, 57

4, 16, 22, 34, 40, 46, 58

3, 15, 21, 27, 33,

10, 28, 52

Generality 5,11,17,23 ,29,35,41,

47,53,59

6,12,18,24 ,30,36,42,

48,54,60

5, 23, 29, 12, 18, 24, 36, 54, 60

11, 17, 35, 41, 47, 53, 59

6, 30, 42, 48

30 30 9 17 21 13

Total 60 26 34

Berdasarkan penghitungan tersebut, koefisien korelasi total (rix)

berkisar dari 0,321-0,496Oleh karena itu, dari 60 item yang telah disusun terdapat 26 item yang gugur. Item-item tersebut adalah 2, 4, 5, 8, 9, 12, 13, 16, 18, 22, 23, 24, 29, 31, 34, 36, 40, 44, 45, 46, 50, 51, 54, 57, 58, 60.


(52)

Berikut ini distribusi data setelah uji coba dan untuk digunakan dalam penelitian:

Tabel 4

Distribusi Item Skala Efikasi Diri Setelah Uji Coba dan Penelitian

No Aspek Favorable Unfavorable Total

1 Level 1, 7, 19, 25, 37, 43, 49, 55

14, 20, 26, 32, 38, 56

14 item

2 Strength 3, 15, 21, 27, 33, 39,

10, 28, 52 9 item

3 Generality 11, 17, 35, 41, 47, 53, 59

6, 30, 42, 48 11 item

4 Total 21 item 13 Tem 34 tem

G.Metode Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efikasi diri pada mahasiswa laki-laki dengan perempuan yang sedang menyusun skripsi.Oleh karena itu,, metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t dengan menggunakan Independent Sample t-test.


(53)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan mulai sejak tanggal 24 Juli 2012 sampai dengan 30 Juli 2012.Subjek penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, baik perempuan maupun laki-laki. Subjek yang dijadikan sampel dalam penelitian diambil dari berbagai Universitas di Yogyakarta mulai dari Universitas Sanata Dharma, Universitas Atma Jaya, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan STIE YKPN

Penelitian dilakukan dengan cara menyebar 84 skala efikasi diri yang telah disusun oleh peneliti, baik secara langsung maupun melalui perantara. Skala yang kembali adalah 80 skala.Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 40 mahasiswa laki-laki dan 40 mahasiswa perempuan.

B.Hasil Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Data keseluruhan berasal dari 80 responden dan semuanya layak untuk dilakukan analisis.Dari data responden tersebut diketahui data karakteristik usia dari responden. Data ini dapat dijadikan bahan analisis dalam pembahasan. Berikut merupakan diskripsi responden disajikan pada tabel 1 di bawah ini:


(54)

Tabel 5. Data Karakteristik Usia Responden

Usia (tahun) Laki-laki Perempuan

21 2 12

22 8 20

23 13 6

24 10 2

25 7 0

Responden yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari 40 laki-laki dan 40 perempuan. Semua responden sedang menyusun skripsi. Adapun data mahasiswa laki-laki yang sedang menyusun skripsi dan berusia 21 tahun ada 2 orang sedangkan yang perempuan ada 12 orang. Mahasiswa laki-laki yang berusia 22 tahun ada sebanyak 8 orang sedangkan yang perempuan ada sebanyak 20 orang.

Untuk mahasiswa laki-laki berusia 23 tahun saat menyusun skripsi ada sebanyak 13 orang sedangkan yang perempuan ada sebanyak 6 orang. Usia 24 tahun saat penyusunan skripsi pada responden yang berjenis kelamin laki-laki ada sebanyak 10 orang sedangkan yang perempuan ada sebanyak 2 orang. Terakhir data responden yang berusia 25 tahun saat penyusunan skripsi ada 7 orang laki-laki dan yang perempuan tidak ada.

2. Uji Asumsi

Dalam penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah uji t sampel saling bebas.Untuk itu perlu untuk dilakukan uji asumsi sebagai syarat menggunakan analisis statistik parametrik dan untuk memperoleh hasilyang


(55)

tidak menyimpang dari yang seharusnya (Hadi, 1991). Berikut akan dipaparkan hasil uji asumsi dan hasil dari uji hipotesis penelitian.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas menggunakan teknik analisis Kolmogorov-Smirnov dan untuk perhitungannya menggunakan program SPSS 16for windows.Hasil uji normalitas untuk masing-masing variabel penelitian disajikan berikut ini.

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas

Variabel Sig. Keterangan

Efikasi diri pada laki-laki 0,133 Normal Efikasi diri pada perempuan 0,849 Normal

Hasil uji normalitas variabel penelitian dapat diketahui bahwa semua variabel penelitian mempunyai nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel penelitian berdistribusi normal. Variabel yang berdistribusi normal berarti variabel tersebut mempunyai sebaran data yang polanya mengikuti kurva normal. Data yang terdistribusi normal dapat digunakan untuk proses analisis selanjutnya, karena hal tersebut merupakan salah satu uji prasyarat analisa.


(56)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data saling homogen atau tidak. Dalam uji beda homogenitas dapat dilihat dari nilai levene’s test for equality variance. Berikut hasil uji homogenitas disajikan pada tabel 7 di bawah ini:

Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Antara Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan

Variabel F Signifikansi

Mahasiswa laki-laki dengan mahasiswa perempuan

1,326 0,253

Pada penelitian ini, nilai F pada uji levene’s sebesar 1,326 dengan nilai signifikansi sebesar 0,253.Oleh karena nilai signifikansi yang lebih besar dari tingkat kesalahan 5% maka data tersebut bersifat homogen.

3. Uji Hipotesis Penelitian

Setelah uji prasyarat normalitas dan homogenitas terpenuhi maka uji

independent samples test untuk statistika parametrik dapat digunakan. Berikut hasil dari uji independent samples test disajikan pada tabel 8 berikut ini:


(57)

Tabel 8. Hasil dari Independent Samples t Test

T df Sig Mean

Difference

95% confidence interval

Lower Upper

-5,928 78 0,000 -0,33603 -0,44889 -0,22317

Hasil dari independent sample t tesyang di sajikan pada tabel di atas terlihat bahwa nilai t hitung sebesar -5,928 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (<0,05). Perbedaan ratarata sebesar 0,33603dengan batas bawah -0,44889 dan batas atas sebesar -0,22317. Ho ditolak karena signifikasi kurang dari taraf kesalahan 5% sehingga ada perbedaan efikasi diri terhadap mahasiswa laki-laki dengan perempuan dalam penyusunan skripsi.

Oleh karena nilai signifikansi dalam penelitian ini (0,000) yang kurang dari taraf kesalahan 5% maka didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan efikasi diri antara mahasiswa laki-laki dengan perempuan dalam menyusun skripsi. Berikut ini disajikan pada tabel 9 mengenai hasil penelitian skala efikasi diri mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan dalam penyusunan skripsi:

Tabel 9. Hasil Deskripsi Statistik Skala Efikasi Diri Responden

Kelompok N Xmin Xmak Rata-rata

Standar deviasi

Rata-rata std eror

Mahasiswa

laki-laki 40 80 112 89,73 8,45 1,34

Mahasiswa


(58)

Berdasarkan tabel 9 terlihat bahwa rata-rata skor skala efikasi diri untuk mahasiswa laki-laki sebesar 89,73 ada dibawah rata-rata skor efikasi diri mahasiswa perempuan sebesar 101,15. Nilai standar deviasi mahasiswa laki-laki sebesar 8,45 dan untuk mahasiswa perempuan sebesar 8,78. Untuk rata-rata standar eror mahasiswa laki-laki tidak jauh berbeda dengan mahasiswa perempuan yaitu 1,34 dan 1,39.

Untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden atas skala efikasi diri, data yang diperoleh dapat dianalisis melalui pengkategorian skor. Kategori yang digunakan adalah kategori lima. Dengan kategori lima ini dapat diketahui mayoritas jawaban responden berada pada tingkatan efikasi pada sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah atau sangat rendah. Kategori tingkat efikasi diri menggunakan norma kategori yang disajikan pada tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Norma Kategorisasi

Kategori Keterangan

X ≥ (M + 1,5SD) Sangat tinggi

(M + 0,5SD) ≤ X < (M + 1,5SD) Tinggi (M - 0,5SD) ≤ X < (M + 1,5SD) Sedang (M - 1,5SD) ≤ X < (M - 0,5SD) Rendah

X ≤ (M - 1,5SD) Sangat rendah

Dimana:

M : Mean teoristik SD : Standar Deviasi


(59)

Skala efikasi diri mahasiswa laki-laki dan perempuan berjumlah 34 item dengan skor minimal dan maksimal 4. Rentang minimumnya adalah 1 x 34 = 34 dan skor maksimal 4 x 34 =136. Untuk memperoleh nilai mean teoristik dan standar deviasi maka digunakan rumus dibawah ini

Skor Mean teoristik (M) = ½ (nilai maksimal + nilai minimal) = ½ x (136 + 34) = ½ x 170 = 85 Standar Deviasi (SD) =1/6 (nilai maksimal - nilai minimal)

= 1/6 x (136 – 34) = 1/6 x 102 = 17

Setelah ditemukan skor rerata (M) ideal dan simpangan baku (SD) ideal, maka dapat dilakukan kategorisasi dengan penggolongan tingkat efikasi diri. Dari hasil kategori lima dengan rumus di atas maka didapatkan hasil yang tercantum pada tabel 11 di bawah ini:

Tabel 11. Kategori Efikasi Diri Mahasiswa Laki-laki yang Sedang Menyusun Skripsi

Kategori Jumlah Presentase (%)

Sangat tinggi 3 7,5

Tinggi 8 20

Sedang 29 72,5

Tabel 12. Kategori Efikasi Diri Mahasiswa Perempuan yang Sedang Menyusun Skripsi

Kategori Jumlah Presentase (%)

Sangat tinggi 8 10

Tinggi 23 28,8


(60)

Dari hasil kategori di atas dapat dilihat efikasi diri mahasiswa laki-laki yang sedang menyusun skripsi masuk dalam kategori tinggi dari 40 respnden ada sebanyak 3 orang atau sebesar 4,5%. Untuk kategori tinggi ada sebanyak 8 orang atau sekitar 20% dan sisanya ada 29 orang atau sebesar 72,5%.

Kategori efikasi diri mahasiswa perempuan yang masuk dalam kategori sangat tinggi dari 40 responden ada sebanyak 8 orang atau sekitar 10%. Kategori tinggi ada sebanyak 23 orang atau sebesar 28,8% dan sisanya ada 9 orang sekitar 11,3%.

Berdasarkan hasil kategori dapat menggambarkan tanggapan subyek secara keseluruhan mengenai efikasi diri responden yang cenderung tinggi atau rendah, dengan cara membandingkan Mean Teoritik dan Mean Empiris. Selain dengan membandingkan nilai rata-rata Mean Teoritik dan Empiris juga diperkuat dari hasil perbandingan one sampel t test. Berikut hasil dari perbandingan Mean Teoritik dan Mean Empiris dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini:

Tabel 13. Mean Empiris dan Mean Teoritis Jenis Penelitian N Mean

Empiris

Mean

Teoritik t Sig Efikasi mahasiswa

laki-laki 40 89,73 85 67,14 0,000

Efikasi mahasiswa


(61)

Pada tabel 13 menunjukkan bahwa hasil uji t menghasilkan nilai signifikansi baik laki-laki maupun perempuan sebesar 0,000 sehingga dikatakan terdapat perbedaan. Perbedaan yang dihasilkan menunjukkan bahwa rata-rata subyek penelitian memiliki tingkat efikasi yang cenderung tinggi. Hal tersebut dilihat dari nilai rata-rata empiris mahasiswa laki-laki lebih besar dari nilai rata-rata teoritik (89,73> 85). Begitu juga pada mahasiswa perempuan mempunyai nilai empiris yang lebih besar daripada nilai rata-rata teoritik (101,15> 85).

Di dalam penelitian ini skala efikasi diri terdiri atas tiga aspek yaitu

level, strength, dan generality. Masing-masing aspek diuji t untuk membandingkan efikasi diri mahasiswa laki-laki dan perempuan berdasarkan aspek tersebut. Hasil uji t disajikan pada tabel 14 di bawah ini:

Tabel 14. Hasil Uji-t Tiap Aspek

Aspek Kelompok Mean t Sig. (2-tailed)

Level

laki-laki 2,657

-6,451 0,000 perempuan 3,017

strength

laki-laki 2,694

-1,602 0,113 perempuan 2,844

generality laki-laki 2,570 -7,353 0,000 perempuan 3,027

Hasil yang diperoleh pada tiap-tiap aspek didapat nilai rata-rata efikasi diri mahasiswa perempuan lebih tinggi dari mahasiswa laki-laki. Hasil uji t menunjukan hasil yang berbeda antara aspek strength dengan


(62)

level dan generality. Nilai signifikansi untuk aspek strength sebesar 0.113 yang lebih besar dari taraf kesalahan 0,05 sehingga dapat dikatakan tidak ada perbedaan efikasi diri pada aspek strength antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan untuk aspek level dan generality mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,000 yang kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada aspek level dan generality.

C.Pembahasan

Hasil dari statistik diskripsi diketahui rata-rata nilai efikasi pada mahasiswa laki-laki sebesar 2,263 sedangkan rata-rata nilai efikasi diri pada mahasiswa perempuan sebesar 2,975. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa perempuan memiliki efikasi diri yang lebih tinggi daripada mahasiswa laki-laki.

Aspek efikasi diri meliputi 3 aspek level, strength, dan gemerality

(Bandura, 1997). Hasil uji-t menunjukkan bahwa ada perbedaan antara mahasiswa laki-laki dengan perempuan kecuali pada aspek strength.

Pada aspek level, antara mahasiswa laki-laki dengan perempuan memiliki perbedaan efikasi diri. Aspek level memacu pada taraf kesulitan tugas yang diyakini bahwa individu tersebut mampu mengatasinya (Bandura, 1997). Efikasi diri pada aspek level menunjukkan hasil yang bebeda. Hal ini terkait dengan informasi tentang kemampuan diri. Informasi tentang kemampuan diri seseorang meningkat atau menurun jika mendapat informasi yang positif atau negatif tentang dirinya, artinya efikasi diri akan meningkat jika individu mendapat informasi yang positif tentang dirinya. Demikian sebaliknya, efikasi


(63)

diri akan menurun jika individu mendapat informasi negatif mengenai kemampuannya (Bandura, 1997).

Dalam bebrapa waktu terakhir ini, perempuan mengalami kemajuan dalam hal prestasi. Perempuan dipandang memiliki kesempatan yang lebih banyak dalam bidang publik.Kondisi seperti ini sangat berbeda dengan masa sebelum era industri berkembang dengan pesat. Perempuan pada masa itu hampir tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri. Ketika perempuan diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk mengembangkan diri dalam sektor publik, maka perempuan berupaya mencapai tingkat pendidikam setinggi mungkin (Fakih, 2012). Hal tersebut membuat masyarakat beranggapan bahwa perempuan memiliki kemampuan yang lebih dan mereka dapat mengembangkan kemampuan yang mereka miliki sehingga pada akhirnya perempuan setara dengan laki-laki. Anggapan dari masyarakat tersebut membangkitkan keyakinan diri perempuan sehingga mereka yakin dalam menyelesaikan skripsi.

Selain itu, pengalaman yang telah dilalui juga menjadi sumber efikasi pada aspek level. Pengalaman yang telah dilalui (enactive mastery experience) merupakan informasi yang paling berpengaruh karena menyediakan bukti yang paling otentik berkenaan dengan kemampuan diri seseorang dalam melakukan sesuatu.Hasil yang dicapai oleh individu melalui pengalaman sebelumnya adalah sumber informasi yang penting karena langsung berhubungan dengan pengalaman pribadi seseorang. Pengalaman keberhasilan atau kesuksesan


(64)

dalam mengerjakan sesuatu akan meningkatkan efikasi diri seseorang, sedangkan kegagalan juga akan menguranginya (Bandura, 1997).

Pengalaman yang telah dilaluiantara laki-laki dengan perempuan berbeda. Perempuan lebih memiliki pengalaman akan keberhasilannya dibanding laki-laki. Hal tersebut didukung dengan penelitian dari Pew Research Center yang mendata bahwa dari setengah mahasiswa wanita lulus empat tahun dari perguruan tinggi dan mendapatkan nilai baik, sedangkan jumlah laki-laki yang lulus tepat waktu hanya 37 %. Hal ini didukung dengan minat perempuan dalam aktivitas membaca dibanding laki-laki (Mitsos dan Browne dalam Martono, 2010). Aktivitas membaca sering dilakukan oleh perempuan sehingga pengalaman akan keberhasilannya juga besar. Hal tersebut membuat perempuan memiliki efikasi diri yang tinggi pada aspek

level.

Aspek lain yang menunjukkan perbedaan efikasi diri antara laki-laki dengan perempuan adalah aspek generality. Aspek generality mengacu pada variasi situasi dimana penilaian tentang efikasi diri dapat diterapkan.Seseorang dapat menilai dirinya memiliki efikasi diri pada banyak aktivitas atau aktivitas tertentu saja.Dengan semakin banyak keyakinan yang dapat diterapkan pada berbagai kondisi, maka semakin tinggi efikasi diri seseorang (Bandura, 1997).Hal ini terkait dengan pengalaman yang telah dilalui.

Pengalaman yang telah dilalui individu akan sangat mempengaruhi karena langsung berhubungan dengan pengalaman pribadi. Apabila seseorang telah memiliki pengalaman keberhasilan yang sudah sering terjadi dalam


(65)

kehidupannya akan meningkatkan efikasi diri. Di dalam aspek generality dikatakan bahwa semakin banyak keyakinan yang diterapkan pada berbagai kondisi, maka semakin tinggi efikasi diri seseorang. Hal ini didukung dengan kemampuan perempuan dalam memelihara hubungan percakapan dan ketrampilan yang meliputi membaca dan mengembangkan ketrampilan berbahasa (Giddens dalam Martono, 2010). Hal tersebut sangat dibutuhkan dalam penyusunan skripsi. Kemampuan yang dimiliki oleh perempuan tersebut akan meningkatkan efikasi diri pada aspek generality.

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa laki-laki dengan perempuan memiliki perbedaan efikasi diri ketika menyusun skripsi. Hal tersebut dibuktikan dengan uji-t tiap aspek yang menunjukkan hasil bahwa efikasi diri yang berbeda.Sunber terpenting yang muncul dan mempengaruhi efikasi diri adalah pengalaman yang telah dilalui. Pengalaman yang telah dilalui tersebut terkait dengan pengalaman keberhasilan.Pengalaman keberhasilan perempuan lebih baik dibanding laki-laki. Hal ini didukung dengan kemampuan dalam memelihara hubungan percakapan, ketrampilan verbal, suka membaca, dan mengembangkan ketrampilan berbahasa (Giddens dalam Martono, 2010). Hal itu sangat diperlukan ketika menyusun skripsi. Oleh karena itu, adanya pengalaman dan kemampuan yang mendukung akan meningkatkan efikasi diri. Selain itu, juga di dukung dengan informasi tentang kemampuan seseorang, dimana masyarakat memandang bahwa perempuan bisa setara dengan laki-laki. Kesetaraan antara laki-laki dengan perempuan menjadi nilai positif bagi perempuan. Anggapan yang positif tersebut meningkatkan


(66)

keyakinan diri perempuan dalam meyusun skripsi karena mereka yakin dengan kemampuannya.

Pada latar belakang, terjadi hasil yang kontradiksi antara penelitian Martono dengan penelitian Weston & Mantony.Penelitian Martono tersebut terjadi di Indonesia, sedangkan penelitian Weston & Mantony terjadi di Amerika. Penelitian Martono menunjukkan bahwa perempuan memiliki prestasi yang baik daripada laki-laki, sedangkan hasil penelitian Weston & Mantony menunjukkan hasil yang berbeda, dimana laki-laki memiliki prestasi yang lebih baik daripada perempuan. Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa efikasi diri laki-laki dengan perempuan berbeda, dimana perempuan memiliki hasil yang baik daripada laki-laki. Dengan demikian, penelitian ini memperkuat hasil penelitian Martono, dimana perempuan memang memiliki keyakinan diri yang tinggi.


(67)

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan efikasi diri mahaiswa dalam penyusunan skripsi berdasarkan jenis kelamin. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t pada independent sampel t test sebesar -5,928 dengan signifikasi sebesar 0,000 yang kurang dari taraf kesalahan 0,05.

2. Rata-rata skala efikasi diri perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini ditunjukan dari statistik diskripsi nilai rata-rata skala efikasi diri mahasiswa laki-laki sebesar 89,73 dan mahasiswa perempuan sebesar 101,15.

3. Presentase kategori efikasi diri mahasiswa perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki. Hal ini ditunjukkan dari hasil kategorisasi yang menghasilkan 20% laki-laki mempunyai efikasi diri dengan kategori tinggi dan 28,8% untuk perempuan.

4. Mahasiswa perempuan lebih banyak yang mengambil tugas akhir skripsi pada saatnya daripada laki-laki. Hal ini ditunjukkan dari data karakteristik responden yang menginformasikan lebih banyak mahasiswa perempuan yang menyusun skripsi pada usia 21 tahun daripada laki-laki.


(68)

B.Saran

1. Bagi Mahasiswa dan Pihak Universitas

Agar dalam penyusunan skripsi baik mahasiswa laki-laki atau perempuan mempunyai efikasi diri yang tinggi maka perlu diadakan kegiatan pengarahan dan pendampingan bagi mahasiswa yang dirasa mengalami kegagalan dalam perkuliahan sehingga tidak mengalami kegagalan lagi dalam penyelesaian skripsi.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan ada penelitian selanjutnya yang terkait dengan efikasi diri mahasiswa yang sedang menyusun skripsi ditinjau dari jenis kelamin.Mengingat ada satu aspek yang tidak terdapat perbedaan sehingga dapat lebih dikembangkan lagi dengan mencari korelasi yang terkait dengan hal tersebut.

Penelitian selanjutnya dapat juga dengan melibatkan variabellain yang ada hubungannya dengan efikasi diri seorang mahasiswa dalam menyusun skripsi. Selain itu, penelitian ini masih memiliki kontrol yang kurang seperti jumlah proporsi item yang tidak sama dan jurusan yang tidak dicantumkan didalam angket lebih diperhatikan lagi oleh peneliti lain.


(69)

52

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Azwar, S. (2007).Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. (2007).Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bandura, A. (1997). Self efficacy : The Exercise Of Control. New York : N.H. Freeman Company

Ekawati, & Wulandari, (2011). Perbedaan Jenis Kelamin Terhadap Kemampuan Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika (Studi Kasus Sekolah Dasar). Jurnal Socioscientia vol. 3, nomor 1.

Fakih, Mansour. (2012). AnalisisGender dan Transformasi Sosial. Jakarta : Pustaka Pelajar

Gunawati, (2006). Hubungan Antara Efektivitas Komunikasi Mahasiswa Dosen Pembimbing Utama Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Undip. Jurnal Psikologi Undip, vol.3, No. 2, maret 2006

Hadi, S. (1991). Analisis Butir Untuk Instrumen (Angket, Tes, dan Skala Nilai Dengan Basica). Jakarta: Andi Offset

Hadi, S. (2004). Metodologi Research. Yogyakarta : Andy Offset

Kurniawati, (2010). Hubungan Antara Self Regulated Learning dengan Prokartinasi Pada Mahasiswa Yang Sedang Menyusun Skripsi.Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi USD

Lestari, (2011, 21 Agustus). Benarkah Mahasiswa Wanita Lebih Cepat Lulus dari Pria?. Dipungut 2 februari, 2012, dari http: //kampus.okezone.com

Martono, (2010). Perbedaan Gender Dalam Prestasi Belajar Mahasiswa Unsoed. Nainggolan, (2008). Self Confidence dan Ekspektasi Sukses Mahasiswa Akuntansi


(1)

menyelesaikannya.

33.

Saya tidak malu untuk bertanya ketika

mengalami kesulitan, sehingga ketika

dalam menyusun skripsi menemukan

kesulitan, saya yakin tidak akan malu

untuk bertanya.


(2)

LAMPIRAN IV

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

40 40

2.6390 2.9750 .24859 .25835 .184 .097 .184 .097 -.126 -.089 1.165 .611 .133 .849 N

Mean

Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

laki-laki perempuan

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(3)

LAMPIRAN V

UJI INDEPENDENT SAMPEL T-TEST

Group Statistics

40 2.6390 .24859 .03930 40 2.9750 .25835 .04085 jenis kelamin

laki-laki perempuan Efikasi Diri

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

1.326 .253 -5.928 78 .000 -.33603 .05669 -.44889 -.22317 -5.928 77.885 .000 -.33603 .05669 -.44889 -.22317 Equal variances assumed Equal variances not assumed Efikasi Diri F Sig. Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

Group Statistics

40 2.6571 .20537 .03247 40 3.0179 .28788 .04552 40 2.6944 .50684 .08014 40 2.8444 .30590 .04837 40 2.5705 .20482 .03239 40 3.0273 .33526 .05301 jenis kelamin laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan level strength generality

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

6.995 .010 -6.451 78 .000 -.36071 .05591 -.47203 -.24940 -6.451 70.530 .000 -.36071 .05591 -.47222 -.24921 3.077 .083 -1.603 78 .113 -.15000 .09360 -.33635 .03635 -1.603 64.084 .114 -.15000 .09360 -.33699 .03699 8.894 .004 -7.354 78 .000 -.45682 .06212 -.58049 -.33315 -7.354 64.554 .000 -.45682 .06212 -.58089 -.33274 Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed level strength generality F Sig. Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means


(4)

LAMPIRAN VI.

HASIL KATEGORISASI

Statistics

40 40

0 0

Valid Missing N

tingkat efikasi diri mahasiswa

laki-laki

tingkat efikasi diri mahasiswa perempuan

tingkat efikasi diri mahasiswa laki-laki

3 7.5 7.5 7.5

8 20.0 20.0 27.5 29 72.5 72.5 100.0 40 100.0 100.0

sangat tinggi tinggi sedang Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tingkat efikasi diri mahasiswa perempuan

8 20.0 20.0 20.0 23 57.5 57.5 77.5 9 22.5 22.5 100.0 40 100.0 100.0

sangat tinggi tinggi sedang Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

vii

PERBEDAAN EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

Elisabeth Intan Dyah Perwitasari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan efikasi diri pada mahasiswa laki-laki dengan perempuan yang sedang menyusun skripsi. Hipotesis yang diajukan adalah efikasi diri mahasiswa yang sedang menyusun skripsi lebih tinggi dari mahasiswa laki-laki. Subjek dalam penelitian ini adalah 80 orang yang terdiri dari 40 mahasiswa laki-laki dan 40 mahasiswa perempuan. Pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menggunakan skala efikasi diri yang disusun oleh peneliti dengan menggunakan metode jawaban Likert. Reliabilitas skala prokrastinasi akademik tersebut diuji dengan menggunakan metode koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil 0,886 dari 34 item dengan rentang korelasi item total antara 0,321 sampai dengan 0,496. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan independent sample t-test. Hasil analisis

data menghasilkan nilai t sebesar -5,928(p<0,000). Artinya hipotesis pertama

ditolaksehinggaefikasi diri mahasiswa yang sedang menyusun skripsi berdasarkan jenis kelamin berbeda secara statistik. Pada uji tiap aspek efikasi diri didapatkan nilai t = -6,451 (p<0,000) pada aspek level, nilai t= -1,602 (p<0,113) pada aspek strength, dan nilai t= -7,353 (p<0,000) pada aspek generality. Nilai tersebut menunjukkan ada perbedaan efikasi diri antara mahasiswa laki-laki dan perempuan yang terletak pada aspek-aspek efikasi diri kecuali pada aspek strength.


(6)

viii

THE DIFFERENCE OF SELF-EFFICACY ON STUDENTS WHO ARE DOING THESIS SORT IN REVIEW OF SEX

Elisabeth Intan Dyah Perwitasari

ABSTRACT

This research aimed to see differences in self efficacy in male college students with a woman who is working on a thesis. The hypothesis is self efficacy female student is working on a thesis that is higher than male students. The subjects in this study were 80 people consisting of 40 male students and 40 female students. The collection of the data used is by using self efficacy scale developed by researchers using the Likert method. Self efficacy scale reliability was tested using Alpha Cronbach reliability coefficient method and the results obtained 0.886 of 34 items with item total correlation ranges between 0.321 to 0.496. Data was analyzed using independent sample t-test. The results of the analysis of data produced the value of t -5.928 (p<0,000). This means that the first hypothesis is rejected and self efficacy of students is working on a thesis based on sex differ statistically. In every aspect of self efficacy trials obtained value t = -6.451 (p<0,000) in the level aspect, the value of t = -1.602 (p<0.113) on the strength aspect, and the value of t = -7.353 (p<0.000) in the aspect of generality. The value of self efficacy showed no difference between male students and female except strength aspects.