Kumpulan PTK Bahasa Inggris Gratis bab II

(1)

BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Menurut Gagne dalam Slameto (1995) ciri-ciri penting belajar adalah: (1) belajar adalah proses dimana manusia dapat melakukannya, (2) belajar umumnya melibatkan interaksi dengan lingkungan eksternal; dan (3) belajar terjadi bila suatu perubahan atau modifikasi perilaku terjadi, dan perubahan itu tetap dalam masa yang relatif lama pada kehidupan individu. Gagne membagi ada dua jenis pengertian belajar yaitu : (1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keter0mpilan, kebiasaan tingkah laku, (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

Hillgard (1962) mengatakan bahwa : “Learning is the process by which an activity originates or changed through responding to a situation, provided the changed can not be attributed to growth or the temporary state of the organism as in fatique or under drugs”.


(2)

Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan. Perubahan dapat disebut belajar apabila disebabkan tidak oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan. Intinya bahwa belajar merupakan proses yang disengaja melalui latihan atau pengalaman dalam pengetahuan, kecakapan, tingkah laku dan keterampilan.

Dengan demikian terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri seseorang dapat disebut sebagai hasil belajar yang diperoleh dari usaha belajar. Jadi, hasil belajar merupakan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Snellbecker (1974) menjelaskan bahwa ciri-ciri perubahan tingkah laku yang diperoleh dari belajar adalah (a) terbentuknya tingkah laku berupa kemampuan aktual maupun potensial, (b) kemampuan itu berlaku dalam waktu yang relatif lama dan kemampuan baru itu diperoleh melalui usaha.

Menurut Gagne (1975) belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Setelah mengikuti proses pembelajaran seseorang akan memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pencapaian hasil belajar ini disebut kapabilitas. Kapabilitas diperoleh melalui stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang meliputi pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan


(3)

menunjukkan pada informasi yang tersimpan dalam fikiran, sedangkan keterampilan merupakan suatu tindakan atau tingkah laku yang mampu diperlihatkan seseorang sebagai indikasi penguasaannya terhadap keterampilan tersebut.

Menilai kapasitas seseorang sangat sukar dilakukan, karena kapabilitas itu suatu yang tidak nyata dan tidak dapat diukur. Simanjuntak dan Pasaribu (1983) mengatakan bahwa kapasitas seseorang baru dapat diketahui kalau diberi kesempatan kepada orang tersebut dan sesudah itu dilakukan tes. Oleh karena itu yang selalu menjadi perhatian adalah kesanggupan (ability) seseorang. Kesanggupan inilah yang diuji setelah seseorang menjalani pembelajaran.

Umumnya hasil belajar hampir selalu dipakai sebagai indikator keberhasilan pembelajaran. Dan hasil belajar umumnya diukur dengan menggunakan tes baik formatif maupun sumatif selama atau sesudah proses belajar berlangsung. Hasil ini sesuai dengan pendapat Admidjaya (1980) yang mengatakan bahwa hasil atau prestasi belajar adalah segala sesuatu yang menggambarkan tingkat pencapaian belajar selama waktu tertentu. Biasanya hasil belajar ini dapat dari penilaian yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan penyelenggaraan pendidikan.


(4)

Harahap dkk (1979) menyatakan bahwa hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Sedangkan Djamarah (1994) mengatakan bahwa hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemampuan siswa setelah melakukan aktivitas belajar. Dari dua pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk-bentuk angka-angka atau nilai.

Hasil yang akan dicapai melalui proses belajar merupakan tujuan dari pembelajaran. Bloom yang dikutip oleh Slameto (1988) mengemukakan taksonomi tujuan pembelajaran kepada tiga lapangan (domain) yakni lapangan kognitif, afektif dan psikomotor. Lapangan kognitif meliputi tujuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Lapangan afektif mencakup tujuan-tujuan yang berkaitan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Lapangan psikomotor meliputi tujuan-tujuan yang berhubungan dengan keterampilan manual dan motorik.

Begitu juga Gagne dan Brigss (1978) mengemukakan bahwa kemampuan sebagai hasil belajar dapat dikelompokkan


(5)

dalam lima kategori yaitu keterampilan intelektual, strategi, kognitif, informasi verbal, kemampuan motorik dan sikap.

Keterampilan intelektual merupakan kemampuan yang memungkinkan seseorang mengkonseptualisasikan lingkungannya sehingga dengan keterampilan intelektual seseorang tahu bagaimana mengerjakan sesuatu dengan memanfaatkan pikirannya. Strategi kognitif merupakan semacam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berfikir. Ia merupakan proses internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berfikir. Informasi verbal yang sering juga disebut dengan pengetahuan verbal adalah kemampuan yang berhubungan dengan mengingat informasi yang diterima. Inofrmasi verbal diperoleh dari kata-kata yang diucapkan orang, dari membaca, mendengar radio, menonton TV, dan mengikuti media lainnya. Keterampilan motorik yaitu kemampuan yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas fisik seseorang, seperti bersepeda, mengendara mobil dan sebagainya. Sikap dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang terhadap benda-benda, peristiwa-peristiwa atau makhluk lainnya. Sikap mengacu kepada suatu tindakan dalam suatu keadaan yang ditandai dengan reaksi positif atau negatif.


(6)

Sedangkan Bloom dalam Zais (1971) mengklasifikasikan hasil belajar dalam tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Romizowski (1981) membagi hasil belajar kepada dua bagian yakni pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan adalah semua informasi yang ditangkap oleh alat indera seseorang dan selanjutnya tersimpan dalam otaknya. Keterampilan adalah suatu aksi atau tingkah laku yang mampu diperlihatkan seseorang sebagai tanda bahwa orang tersebut mempunyainya.

Pembelajaran dan hasil belajar selain dipengaruhi faktor internal siswa juga dipengaruhi faktor eksternal berupa faktor lingkungan dan alat-alat yang digunakan dalam proses belajar pembelajaran. Dalam hal ini termasuk sarana belajar dan sebagainya.

Belajar dan hasil belajar memiliki hubungan timbal balik yang sangat erat. Baik tidaknya proses belajar pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaian yang didapatkan siswa merupakan cerminan dari kualitas pembelajaran yang dilakukan. Amidjaja (1980) mengatakan bahwa “Antara pengajaran dan penilaian terdapat pengaruh timbal balik, prosedur tertentu menuntut terselenggaranya program pengajaran yang sesuai. Sebaliknya suatu pendekatan pengajaran dengan kekhususan tertentu menuntut usaha dan penilaian tertentu pula”.


(7)

Dari uraian ini dapat dipahami bahwa proses belajar melalui pembelajaran dan penilaian hasil belajar memiliki kaitan erat. Baik tidaknya proses belajar pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Sebaliknya tinggi rendahnya hasil belajar merupakan cerminan dari kualitas belajar dan usaha pembelajaran yang dilakukan.

Untuk menunjukkan tinggi rendahnya atau baik buruknya hasil belajar yang dicapai siswa ada beberapa cara. Satu cara yang sudah lazim digunakan adalah dengan memberikan skor terhadap kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, penulis lebih cendrung kepada beberapa pendapat dalam mengambil hasil belajar siswa yaitu Amidjaja (1980), Harahap (1979) dan Djamarah (1994) yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa adalah penilaian tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum yang dicapai selama waktu tertentu dan ditentukan dalam bentuk angka-angka atau skor nilai.

Hasil belajar dikatakan baik apabila angka atau nilai yang didapatnya dikategorikan baik, demikian juga hasil belajar siswa


(8)

disebut jelek jika angka atau nilai yang diperoleh siswa termasuk dalam kategori jelek.

2. Hakikat Efektifitas Pembelajaran Bahasa

Efektifitas pembelajaran bermanfaat untuk menghasilkan tujuan pembelajaran yaitu menggunakan prosedur yang tepat dalam pencapaian hasil belajar. Menurut Arends (1989) bahwa terdapat empat karakteristik yang mempunyai tingkat paling tinggi sebagai syarat efektifitas pembelajaran melalui mengajar efektif, yaitu: (1) effective teachers have control of knowledge base that guides the art of teaching, (2) effective teachers have a repertoire of best pratice, (3) effective teachers have attitudes and skills for reflectiob and problem solving, (4) effective teacher consider learning to teach a life long process.

Keempat karakteristik tersebut di atas memberi penekanan dalam pembelajaran efektif yaitu upaya penyadaran dan penguasaan proses kegiatan belajar mengajar yang sistematik untuk membantu seseorang melakukan kegiatan belajar mengajar agar mereka mampu mengubah, mengembangkan, dan mengendalikan sikap dan prilakunya yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya secara efektif dan efisian.

Lowman dalam Centra (1987) mengusulkan model dua dimensional (two dimensional model) untuk mencapai efektifitas pembelajaran. Dimensi pertama disebut perangsangan intelektual (intellectual excitement), yang mencakup dua hal, yaitu apa yang


(9)

diajarkan dan bagaimana mengajarkannya. Kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan untuk komunikasi yang jelas meliputi isi yang akurat dan tuntas, kemampuan menganalisis, mengintegrasikan, menerapkan, mengevaluasi informasi, dan kemampuan untuk mengorganiser mata pelajaran. Keahlian teknik berbicara-umum membutuhkan apa yang disebut kemampuan-kemampuan tenaga pendidik seperti kemampuan-kemampuan menggunakan suara, gerakan-gerakan tubuh, gerak-gerik untuk merangsang perasaan, menghargai waktu dan kemampuan memusatkan energi ke dalam prilaku mengajar. Dimensi kedua adalah mengadakan hubungan antar orang (interpersonal rapport), mencaup kesadaran tenaga pendidik tentang gejala perorangan dan kemampuan berkomunikasi yang dapat menolong motivasi pebelajar, rasa senang dan belajar mandiri.

Kegiatan pembelajaran yang diprogramkan guru merupakan kegiatan integralistik antara guru dan peserta didik. Kegiatan pembelajaran secara metodologis berakar dari pihak guru, dan kegiatan belajar secara pedagogis terjadi pada diri peserta didik (Rasyad, 2004). Situasi yang memungkinkan terjadinya belajar mengajar yang optimal bila guru mampu menciptakan situasi belajar (learning situation) sehingga peserta didik dapat berinteraksi dengan guru secara intensive, berdasarkan agenda yang telah diprogramkan guru. Situasi belajar mengajar akan lebih hidup atau harmonis bila ditunjang dengan penggunaan metode mengajar yang serasa dan media yang tepat. Selanjutnya Rasyad


(10)

(2004) juga menjelaskan bahwa kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen yaitu: peserta didik, guru, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar yang digunakan, media dan evaluasi. Dari pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila komponen-komponen pembelajaran lengkap dan saling mendukung satu dengan yang lainnya.

Morisson, Ross dan Kemp (2001) bahwa terdapat empat pertanyaan kunci untuk merencanakan kegiatan pembelajaran, yaitu: 1) Untuk siapa program pembelajaran dikembangkan? 2) Apa tujuan dari kegiatan pembelajaran tersebut? 3) Bagaimanakah struktur isi materi pelajaran diajarkan? dan 4) Bagaimanakah mengukur keberhasilan program pembelajaran?. Keempat faktor tersebutlah yang menjadi komponen dasar – siswa yang belajar – tujuan – metode, dan evaluasi – sebagai kerangka kerja untuk mendesain sistem pembelajaran yang tepat.

Lebih lanjut, dinyatakan bahwa keempat komponen tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan antara keempat komponen dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Siswa Metode


(11)

Gambar 1. Komponen Dasar Desain Pembelajaran

Keberhasilan pembelajaran tidak selalu disertai dengan keefektifan. Keberhasilan pembelajaran dikatakan efektif bila terdapat keampuhan pelaksanaan pembelajaran sebagai usaha untuk keseimbangan yang dinamis antara kualitas dan kuantitas pembelajaran, Disamping keterbatasan sumber dana dan biaya yang ada. Sebaliknya keberhasilan pembelajaran dikatakan tidak efektif apabila pembelajaran itu tidak dapat mencapai sasaran.

Miarso (2004) mendefenisikan bahwa pembelajaran yang efektif sebagai pembelajaran yang menghasilkan manfaat dan bertujuan bagi siswa melalui pemakaian prosedur pembelajaran yang tepat. Dune dan Wragg (1996) menjelaskan bahwa efektivitas pembelajaran dalam praktek pembelajaran merupakan hal-hal apa saja yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa belajar. Selanjutnya Dune dan Wragg (1996) juga menjelaskan bagaimana karakteristik suatu pembelajaran dikatakan efektif. Karakteristik pertama, yaitu “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup serasa dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Pengertian sesuatu “bermanfaat” memadukan isi dan nilai sekaligus dalam pembelajaran. Keterampilan bukan konsep yang berdimensi tunggal atau unidimensional. Mengajar


(12)

seseorang untuk mencuri boleh menurut pengertian tertentu dilakukan dengan kemahiran tinggi, tetapi akan mengundang celaan bukan pujian. Karakteristik kedua dari pembelajaran efektif adalah bahwa keterampilan tersebut diakui bagi orang-orang yang berkompeten menilai, seperti guru, pengawas, tutor dan sebagainya.

Wotruba dan Wright dalam Miarso (2004) menjelaskan bahwa ada tujuh indikator yang menjadi dasar sebuah pembelajaran dikatakan efektif, yaitu, (1) pengorganisasian kuliah dengan baik, (2) komunikasi secara efektif, (3) penguasaan terhadap materi, (4) sikap positif terhadap peserta belajar, (5) pemberian ujian dan nilai yang adil, (6) keluwesan dalam pendekatan dalam pengajaran, dan (7) hasil belajar siswa yang baik.

Licio (1979) memandang pembelajaran efektif dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu: 1) proses, 2) karakteristik guru, dan 3) hasil. Pertama, proses pembelajaran menyangkut prilaku guru yang dinilai berdasarkan standar penampilan, misalnya bagaimanakah guru membuat perencanaan pembelajaran, menyajikan serta mengevaluasi pembelajaran. Kedua, karakteristik guru berkaitan dengan intelegensi, kesopanan, kefasihan berbahasa, kepribadian, kesehatan, kejujurannya. Ketiga, kriteria hasil yakni tingkat perubahan prilaku siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.


(13)

Pada penelitian ini, keefektifan pembelajaran dari segi proses. Depdikbud (1982) menjelaskan ada tiga komponen kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam mengajar, yaitu: 1) kemampuan merencanakan pembelajaran, 2) kemampuan melaksanakan pembelajaran, dan 3) kemampuan melaksanakan hubungan antar pribadi. Mouly (1977) mengelompokkan kemampuan guru menjadi, 1) mengarahkan dan memotivasi siswa, 2) memberikan pengalaman belajar, 3) mengembangkan kepribadian siswa secara menyeluruh.

Berdasarkan uraian teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan yang menjadi indikator sebuah pembelajaran efektif adalah, 1) merencanakan pembelajaran, 2) melaksanakan pembelajaran, 3) evaluasi pembelajaran, 4) memotivasi siswa, dan 5) melaksanakan hubungan antar pribadi.

3. Hakikat Aktivitas Belajar Siswa

Dalam proses belajar mengajar siswa merupakan sasaran pembelajaran. Sebab tujuan dari interaksi edukasi adalah membimbing dan membantu siswa dalam perubahan tingkah laku. Proses yang seperti ini dapat membantu dengan cepat untuk mencapai tujuan yang dimaksud. OLeh sebab itu, siswa yang belajar harus memiliki sikap mental dan bersungguh-sungguh, tekun serta menutamakan mencari ilmu yang lebih penting.

Winkel (1996) menyatakan belajar pada manusia merupakan suatu proses yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan


(14)

lingkungannya dan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan atau kemahiran yang sedikit banyaknya permanent. Dengan demikian dalam belajar terdapat aktivitas fisik dan psikis untuk merespon dan menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lingkungan sehari-hari.

Sekolah merupakan wadah untuk mengembangkan aktivitas. Aktivitas siswa dalam belajar tidak cukup hanya mendengar dan mencatat seperti yang lazim terjadi di sekolah-sekolah tradisional. Diedrich dalam Sardiman (1990) menyebutkan aktivitas belajar siswa meliputi hal-hal berikut ini, yaitu: (1) visual activities, yaitu aktivitas belajar yang termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan yang yang dilakukan siswa membaca apa yang akan dipelajari, memperhatikan terutama semua keterangan guru, memperhatikan gambar-gambar yang didemonstrasikan, melakukan percobaan-percobaan dan lain sebagainya, (2) Oral activites, yaitu kegiatan yang dilakukan siswa berupa merumuskan segala pernyataan dalam belajar, bertanya terhadap apa yang dipelajari, memberikan saran terhadap permasalahan yang sedang dikerjakan, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara diskusi dan interupsi, (3) listening activities, yaitu kegiatan mendengarkan semua uraian yang disampaikan guru, percakapan, diskusi, musik dan pidato. (4) Writing activities, yaitu kegiatan berupa menulisbaik cerita, angket, laporan, keterangan jurnal dan lain-lain. (5) Drawing activities, melakukan kegiatan menggambar, membuat


(15)

peta, grafik, diagram dan lain sebaginya, (5) motor activities, yanitu kegiatan yang termasuk di dalamnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermaian dan sebagainya, (6) mental activities, yaitu kegitan berupa menanggapi, mengingat, memecahkan masalah, meramalkan, mengambil keputusan dan sebaginya.

Purwanto (1997) menjelaskan ada dua jenis aktivitas siswa yaitu: (1) centered instruction. Dalam aktivitas belajar seperti ini, informasi terhadap masalah yang terjadi untuk diselesaikan banyak sumber dari guru dan siswa baru melaksanakan aktivitasnya setelah mendapat pengarahan, informasi, bimbingan dan tugas dari guru. Bidang instruktur centered instruction ini meliputi : (a) mengikuti pelajaran. Dalam pembelajaran terjadi interaksi multi arah. Pada satu pihak guru yang mengajar dan dipihak lain siswa yang belajar. Interaksi yang demikian ini menggambarkan peran guru dan aktivitas siswa. Namun interaksi yang seperti ini sering terjadi hanya padfa satu pihak saja. Walaupun pembelajaran di tingkat menengah atas ini masih dimonopoli oleh guru akan tetapi pemberian tugas kepada siswa menjadi suatu kewajiban sehingga siswa dapat bekerja dan beraktivitas sendiri. (b) membuat catatan. Dalam mengikuti pelajaran, siswa harus membuat catatan dengan baik. Apa yang perlu dicatat adalah hal-hal pokok. (2) student centered introduction. Interaksi seperti ini dimana seorang guru memberi kesempatan kepada siswanya untuk memecahkan


(16)

masalahnya sendiri. Yang termasuk kedalam intraksi seperti ini adalah belajar sendiri, belajar beregu, berkunjung keperpustakaan dan juga membuat karya ilmiah atas bimbingan guru.

Jadi dengan melihat klasifikasi aktivitas belajar ini, maka menunjukkan bahwa aktivitas belajar di sekolah tersebut cukup kompleks dan bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan ini dapat dilakukan disekolah, tentunya sekolah akan lebih menjadi dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat dan transformasi kebudayaan. Tetapi, sebaliknya ini semua merupakan tantangan yang menuntut jawaban dari guru. Kreativitas dari guru mutlak sangat diperlukan agar dapat merancang dan merencanakan kegiatan siswa yang bervariasi.

B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Efektivitas Pembelajaran dengan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa

Tujuan manusia untuk belajar adalah merubah prilaku, terutama dari rasa tidak tahu menjadi tahu, dari kurang ajar menjadi terpelajar dan sebagianya. Intinya tujuan belajar adalah untuk berubah kearah yang lebih baik.

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang sangat urgen dalam pelaksanaan pendidikan. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang diperoleh di lembaga tersebut. Prestasi yang baik akan menjadi ukuran terhadap berhasilnya program pendidikan yang dilaksanakan oleh


(17)

sebuah lembaga pendidika. Efektivitas dan efisiensi pembelajaran adalah menjadi kunci utama keberhasilan program pendidikan yang dilaksanakan oleh suatu lembaga.

Terkait dengan efektifitas pembelajaran, bahwa pembelajaran yang efektif adalah apabila pembelajaran yang dilakukan guru memberikan hasil yang baik bagi siswanya. Dalam pembelajaran bahasa inggris di sekolah, pembelajaran yang efektif adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berbahasa inggris siswa, baik dari segi reading, writing, listening, serta reading comprehension. Hal ini yang menajdi tantangan bagi guru bahasa inggris untuk dapat memaksimalkan segala fassilitas yang ada guna meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diduga terdapat hubungan yang positif antara efektifitas pembelajaran dengan hasil belajar bahasa inggris siswa.

2. Hubungan Aktivitas Belajar dengan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa

Aktivitas belajar siswa merupakan serangkaian kegiatan dalam belajar yang melibatkan aktivitas fisik dan mental. Kegiatan fisik seperti melakukan percobaan, membuat cacatan, meringkas atau mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan oleh guru. Kegiatan mental mencakup meramalkan, menanggapi pertanyaan dan lain sebagainya.


(18)

Jika dilihat dari uraian di atas, semua yang dilakukan oleh siswa dalam belajar adalah sesuatu yang sangat menunjang keberhasilan siswa dalam belajar. Aktivitas yang dilakukan dalam belajar adalah positif sifatnya sepanjang masih dalam kontrol guru.

Melalui aktivitas belajar ini siswa akan kembali mengulang pelajaran yang sudah diterima atau memantapkan kembali teori-teori yang sudah diperolehnya. Dalam pembelajaran bahasa inggris, banyak sekali aktivitas-aktivitas yang dapa dilakukan oleh siswa, seperti berlatih conversation bersama dengan rekan-rekannya pada saat atau usai jam pelajaran, atau menghafal vocabulary untuk memperbanyak perbendaharaan kata-kata.

Melihat kompleksnya aktivitas belajar siswa tersebut, maka sedikit banyak akan berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Sehingga berdasarkan uraian di atas, maka diduga terdapat hubungan yang positif antara aktivitas belajar siswa dengan hasil belajar bahasa inggris siswa.

3. Hubungan Efektivitas Pembelajaran dan Aktivitas Belajar Siswa secara bersama-sama dengan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa

Keberhasilan pembelajaran dikatakan efektif bila terdapat keampuhan pelaksanaan pembelajaran sebagai usaha untuk keseimbangan yang dinamis antara kualitas dan kuantitas pembelajaran, Disamping keterbatasan sumber dana dan biaya


(19)

yang ada. Sebaliknya keberhasilan pembelajaran dikatakan tidak efektif apabila pembelajaran itu tidak dapat mencapai sasaran.

Efektif atau tidaknya pembelajaran bergantung kepada kemampuan guru di dalam merancang dan melaksanakan program pembelajaran. Oleh sebab itu, perancangan program pembelajaran tersebut harus dilihat apakan benar-benar dapat membuat siswa belajar. Ada kalanya, program pembelajaran yang dirancang oleh guru kurang melibatkan siswa dalam belajar. Pembelajaran terkesan hanya satu arah saja. Siswa sebagai penerima dan guru sebagai pemberi pelajaran. Dari hal seperti ini dapat dinilai bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak efektif.

Keefektifan pembelajaran terkait erat dengan aktifitas belajar siswa. Biasanya kedua variable ini mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Telah di jelaskan di atas, bahwa ukuran pembelajaran efektif atau tidak adalah apakah pembelajaran yang dirancang sudah mencapai sasaran yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka diduga terdapat hubungan yang signifikan antara efektifitas pembelajaran dan aktivitas belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar bahasa inggris siswa.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka berpikir di atas, maka dapat diajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:


(20)

1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan efektifitas pembelajaran dengan hasil belajar bahasa inggris siswa.

2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan aktivitas belajar siswa dengan hasil belajar bahasa inggris siswa.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara efektifitas pembelajaran dan aktivitas belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar bahasa inggris siswa.


(1)

peta, grafik, diagram dan lain sebaginya, (5) motor activities, yanitu kegiatan yang termasuk di dalamnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermaian dan sebagainya, (6) mental activities, yaitu kegitan berupa menanggapi, mengingat, memecahkan masalah, meramalkan, mengambil keputusan dan sebaginya.

Purwanto (1997) menjelaskan ada dua jenis aktivitas siswa yaitu: (1) centered instruction. Dalam aktivitas belajar seperti ini, informasi terhadap masalah yang terjadi untuk diselesaikan banyak sumber dari guru dan siswa baru melaksanakan aktivitasnya setelah mendapat pengarahan, informasi, bimbingan dan tugas dari guru. Bidang instruktur centered instruction ini meliputi : (a) mengikuti pelajaran. Dalam pembelajaran terjadi interaksi multi arah. Pada satu pihak guru yang mengajar dan dipihak lain siswa yang belajar. Interaksi yang demikian ini menggambarkan peran guru dan aktivitas siswa. Namun interaksi yang seperti ini sering terjadi hanya padfa satu pihak saja. Walaupun pembelajaran di tingkat menengah atas ini masih dimonopoli oleh guru akan tetapi pemberian tugas kepada siswa menjadi suatu kewajiban sehingga siswa dapat bekerja dan beraktivitas sendiri. (b) membuat catatan. Dalam mengikuti pelajaran, siswa harus membuat catatan dengan baik. Apa yang perlu dicatat adalah hal-hal pokok. (2) student centered introduction. Interaksi seperti ini dimana seorang guru memberi kesempatan kepada siswanya untuk memecahkan


(2)

masalahnya sendiri. Yang termasuk kedalam intraksi seperti ini adalah belajar sendiri, belajar beregu, berkunjung keperpustakaan dan juga membuat karya ilmiah atas bimbingan guru.

Jadi dengan melihat klasifikasi aktivitas belajar ini, maka menunjukkan bahwa aktivitas belajar di sekolah tersebut cukup kompleks dan bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan ini dapat dilakukan disekolah, tentunya sekolah akan lebih menjadi dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat dan transformasi kebudayaan. Tetapi, sebaliknya ini semua merupakan tantangan yang menuntut jawaban dari guru. Kreativitas dari guru mutlak sangat diperlukan agar dapat merancang dan merencanakan kegiatan siswa yang bervariasi.

B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Efektivitas Pembelajaran dengan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa

Tujuan manusia untuk belajar adalah merubah prilaku, terutama dari rasa tidak tahu menjadi tahu, dari kurang ajar menjadi terpelajar dan sebagianya. Intinya tujuan belajar adalah untuk berubah kearah yang lebih baik.

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang sangat urgen dalam pelaksanaan pendidikan. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang diperoleh di lembaga tersebut. Prestasi yang baik akan menjadi ukuran terhadap berhasilnya program pendidikan yang dilaksanakan oleh


(3)

sebuah lembaga pendidika. Efektivitas dan efisiensi pembelajaran adalah menjadi kunci utama keberhasilan program pendidikan yang dilaksanakan oleh suatu lembaga.

Terkait dengan efektifitas pembelajaran, bahwa pembelajaran yang efektif adalah apabila pembelajaran yang dilakukan guru memberikan hasil yang baik bagi siswanya. Dalam pembelajaran bahasa inggris di sekolah, pembelajaran yang efektif adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berbahasa inggris siswa, baik dari segi reading, writing, listening, serta reading comprehension. Hal ini yang menajdi tantangan bagi guru bahasa inggris untuk dapat memaksimalkan segala fassilitas yang ada guna meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diduga terdapat hubungan yang positif antara efektifitas pembelajaran dengan hasil belajar bahasa inggris siswa.

2. Hubungan Aktivitas Belajar dengan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa

Aktivitas belajar siswa merupakan serangkaian kegiatan dalam belajar yang melibatkan aktivitas fisik dan mental. Kegiatan fisik seperti melakukan percobaan, membuat cacatan, meringkas atau mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan oleh guru. Kegiatan mental mencakup meramalkan, menanggapi pertanyaan dan lain sebagainya.


(4)

Jika dilihat dari uraian di atas, semua yang dilakukan oleh siswa dalam belajar adalah sesuatu yang sangat menunjang keberhasilan siswa dalam belajar. Aktivitas yang dilakukan dalam belajar adalah positif sifatnya sepanjang masih dalam kontrol guru.

Melalui aktivitas belajar ini siswa akan kembali mengulang pelajaran yang sudah diterima atau memantapkan kembali teori-teori yang sudah diperolehnya. Dalam pembelajaran bahasa inggris, banyak sekali aktivitas-aktivitas yang dapa dilakukan oleh siswa, seperti berlatih conversation bersama dengan rekan-rekannya pada saat atau usai jam pelajaran, atau menghafal vocabulary untuk memperbanyak perbendaharaan kata-kata.

Melihat kompleksnya aktivitas belajar siswa tersebut, maka sedikit banyak akan berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Sehingga berdasarkan uraian di atas, maka diduga terdapat hubungan yang positif antara aktivitas belajar siswa dengan hasil belajar bahasa inggris siswa.

3. Hubungan Efektivitas Pembelajaran dan Aktivitas Belajar Siswa secara bersama-sama dengan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa

Keberhasilan pembelajaran dikatakan efektif bila terdapat keampuhan pelaksanaan pembelajaran sebagai usaha untuk keseimbangan yang dinamis antara kualitas dan kuantitas pembelajaran, Disamping keterbatasan sumber dana dan biaya


(5)

yang ada. Sebaliknya keberhasilan pembelajaran dikatakan tidak efektif apabila pembelajaran itu tidak dapat mencapai sasaran.

Efektif atau tidaknya pembelajaran bergantung kepada kemampuan guru di dalam merancang dan melaksanakan program pembelajaran. Oleh sebab itu, perancangan program pembelajaran tersebut harus dilihat apakan benar-benar dapat membuat siswa belajar. Ada kalanya, program pembelajaran yang dirancang oleh guru kurang melibatkan siswa dalam belajar. Pembelajaran terkesan hanya satu arah saja. Siswa sebagai penerima dan guru sebagai pemberi pelajaran. Dari hal seperti ini dapat dinilai bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak efektif.

Keefektifan pembelajaran terkait erat dengan aktifitas belajar siswa. Biasanya kedua variable ini mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Telah di jelaskan di atas, bahwa ukuran pembelajaran efektif atau tidak adalah apakah pembelajaran yang dirancang sudah mencapai sasaran yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka diduga terdapat hubungan yang signifikan antara efektifitas pembelajaran dan aktivitas belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar bahasa inggris siswa.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka berpikir di atas, maka dapat diajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:


(6)

1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan efektifitas pembelajaran dengan hasil belajar bahasa inggris siswa.

2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan aktivitas belajar siswa dengan hasil belajar bahasa inggris siswa.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara efektifitas pembelajaran dan aktivitas belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar bahasa inggris siswa.