KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI (Telaah Kitab BAYAN) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI

(Telaah Kitab BAYAN)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

RINA LAILANA

  

NIM: 114 14 019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 1438 H/2018 M

  

MOTTO

Hidup adalah belajar, jika manusia

berhenti belajar, maka berhenti pula manfaat

kehidupannya.

  

PERSEMBAHAN

  Dengan penuh ketulusan dan rasa syukur yang mendalam kepada-Mu ya Robb, maka skripsi yang penulis susun ini di persembahkan kepada:

  1. Ibu dan Bapakku tercinta yang senantiasa memberikan semangat, nasehat, dukungan serta doa. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  2. Adikku (Ayu Dea) yang telah dan selalu memberi semangat, motivasi, dan memberikan banyak bantuan sampai penulis selesai menyusun skripsi ini.

  3. Guru-guruku dari masa pendidikan paling awal sampai saat ini, seluruh dosen

  IAIN Salatiga yang telah mencurahkan ilmu dan nasehat selama masa pendidikan.

  4. Teman-temanku seperjuangan di fakultas maupun di institusi yang tidak pernah henti-hentinya mendukung aku sampai skripsi ini terselesaikan.

  5. Kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa belajar dan berusaha meraih Ridho-Nya dan seluruh pembaca yang budiman yang bersedia membaca skripsi ini. Seluruh makhluk hidup didunia ini yang ikut menjadi inspirasi penulis.

  6. Almamaterku tercinta, IAIN Salatiga, tempat diri ini menimba Ilmu. Sekolah ku dari MI, MTS, hingga SMA yang telah memberiku lahan ilmu dan wawasan.

KATA PENGANTAR

  

ميحّرلا نحمّرلا للها مسب

ّطلل َقير

َرئاصب َرّصبو ،َين ّطلا َحضوأ يِذّلا ِلله ُدملحا

قتملِل ِةداعّسلا َجهنم َلّهسو ،َينِبلا ِناسحلإا

  ّدصلما َراونأو ِنايملإا َرارسأ مهَحنمو ،ِني دلا في ِماكحلأاو ِمكلحا ِرئاسب َينِق ّلإ هلإ لآ ْنأ ُدهشأو ،ِينقيلاو

  ّنأ ُدهشأو ،ُينبلما قلحا َُللما ُهل ََيرش ل َدحو ُللها ُلوسرو ُدبع اًدممح انَدّيس ِفي ُهْه قَفُ ي اًرْ يَخ ِهِب ُللها ِدِرُي ْنَم ُلئاقلا ،ُينملا ُدعولا ُقداّصلا ه .ِنيّدلا ِموي َلَإ ٍناسحإب مله ،َينِعباّتلاو هِباحصأو هِلآ ىَلعو ِهيلع ُللها ىّلص ،ِنْي دلا

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah „Azza wa Jalla). atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidupmanusia dan yang menjadi cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad SAW).

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaika tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1.

  Bapak Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan FTIK Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  3. Bapak Rovi‟in M.Ag. Selaku pembimbing yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini.

  4. Bapak/ibu dosen dan seluruh karyawan FTIK IAIN Salatiga yang telah memberikan pelayanan kepada penulis.

  5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

  Atas jasa-jasa dan kebaikan beliau di a tas, penulis berdo‟a semoga Allah SWT menerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik.

  Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat Al-Hamdulillahi Robbil „Alamiin. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.

  Salatiga, 14 Maret 2018 Penulis

  Rina Lailana NIM: 114 14 019

  

ABSTRAK

  Rina Lailana. 2018. Konsep Pendidikan Islam Menurut Pemikiran Syaikh Ahmad Rifai (Telaah Kitab Bayan). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rovi‟in, M.Ag.

  Kata kunci: Konsep Pendidikan Islam, Ahmad Rifai Syaikh Ahmad Rifai adalah seorang ulama jawa yang produktif yang telah menulis sekurang-kurangnya 60 judul kitab dalam bahasa jawa dengan menggunakan tulisan arab (arab pegon). Salah satu diantara karya beliau adalah kitab Bayan yang membahas tentang pendidikan islam dan dakwah. Dalam hal ini penulis ingin menelaah beberapa hal, diantaranya: (1) Bagaimanakah biografi dan latar belakang penulis kitab Bayan? (2) Bagaimanakah Konsep Pendidikan Islam menurut pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam kitab Bayan? (3) Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan konsep pendidikan menurut pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam kitab Bayan? (4) Bagaimanakah relevansi Konsep Pendidikan Islam menurut pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dengan pendidikan Islam pada masa kini?.

  Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library

  

research ). Sumber data primer adalah kitab Bayan, sumber sekundernya adalah

  buku sejarah perjuangan beliau dan sumber tersiernya adalah kitab-kitab dan buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian. Adapun teknis analisis data menggunakan metode deskriptif analisis, dan content analysis

  Temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa Syaikh Ahmad Rifai adalah salah seorang ulama jawa yang hidup pada masa penjajahan Belanda dan menjadi salah satu pejuang dakwah dan pejuang kemerdekaan, beliau menempuh pendidikan Islam di Timur Tengah yaitu Makah, Madinah dan Mesir selama 20 tahun. Konsep pendidikan Islam yang ada dalam kitab Bayan karya Syaikh Ahmad Rifai mencakup tujuan pendidikan Islam, hukum pendidikan Islam, rukun pendidikan Islam, syarat pendidik maupun murid serta menjelaskan hubungan ilmu dan amal. Kelebihan dalam kitab Bayan adalah kitab yang berbahasa jawa dan sangat mudah dipahami, sementara kekurangannya adalah Syaikh Ahmad Rifai belum menjelaskan secara rinci metode dan evaluasi pendidikan Islam. Konsep pendidikan Islam yang disusun oleh Syaikh Ahmad Rifai sangat relevan dengan pendidikan sekarang, konsep pendidikan Islam dalam kitab Bayan karya Syaikh Ahmad Rifai adalah konsep yang mendasar dan selaras dengan dasar-dasar pendidikan dalam Al Quran dan Hadis. Dengan demikian, sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan pada masa kini, berdasarkan dalil-dalilnya.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i LOGO IAIN .................................................................................................... ii

NOTA PEMBIMBING .................................................................................. iii

PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIHAN TULISAN .................................................. v

MOTTO .......................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8 E. Penegasan Istilah ......................................................................... 8 F. Metode Penelitian........................................................................ 9 G. Sistematika Penulisan.................................................................. 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islam ............................................................ 14 B. Pendidikan Islam di indonesia .................................................... 24

BAB III PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI TENTANG KONSEP

PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB BAYAN A. Biografi Syaikh Ahmad Rifai...................................................... 28 B. Isi kitab Bayan tentang Konsep Pendidikan islam ...................... 46

  

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI TENTANG

PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB BAYAN A. Aplikasi Pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam Pendidikan Islam.............................................................................. 54 B. Kelebihan Pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam Pendidikan Islam.............................................................................. 63 C. Kekurangan Pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam Pendidikan I

  slam……...……………………………………………66 D. Inti Pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam

  Pendidikan Islam...............................................................................66 E. Relevansi pemikiran Syaikh Ahmad Rifai terhadap pendidikan

  Islam modern.....................................................................................67

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………...70 B. Saran………………………………………………………………..72 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran diturunkan oleh Allah membawa perhatian besar terhadap

  perkembangan hidup manusia. Alquran diwahyukan tidak terbatas kepada Umat Rasulullah Muhammad SAW saja, akan tetapi diperuntukkan bagi alam semesta. Teks-teks di dalam al Quran mempunyai daya dorong yang sangat kuat bagi umatnya untukmelakukan penafsiran dan pengembangan makna terhadap ayat-ayatnya, bahkan umat manusia pada umumnya.

  Al Quran adalah pedoman bagi seluruh umat manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan mempersiapkan kehidupan di akhirat. Allah memilih manusia sebagai khalifah di muka bumi, bukannya malaikat ataupun jin. Seperti wahyu Allah SWT pada surah Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi :

                                

  “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

  Sementara itu, untuk melaksanakan kehidupan dan menjadi khalifah yang baik, manusia harus belajar. Allah SWT mengutus manusia sebagai khalifah dengan alasan yang telah Allah cantumkan dalam Al Quran surah Ali Imran ayat 110 yang berbunyi :

  

             

           

  “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang- orang yang fasik”.

  Allah telah memberikan konsep belajar yang paling mudah melalui wahyu dalam surah Al Alaq ayat 1-5 sebagai wahyu yang pertama kali turun. Allah menurunkan ayat pertama kepada Nabi Muhammad SAW yaitu Al Alaq 1-5 dimana ayat tersebut berisikan tentang perintah membaca. Bertolak dari perintah Allah dalam al Alaq 1-5 dapat disimpulkan bahwa tugas utama seorang manusia adalah membaca (belajar) .

  Setelah seseorang belajar, Allah kembali memberikan tugas lain kepada manusia yaitu mengajarkannya. Perintah ini terdapat dalam surah At Taubah ayat 122 yang berbunyi :

  

               

       

  “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

  Asbabun nuzul dari diturunkannya ayat tersebut adalah : Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ikrimah, dia berkata : Tatkala turun ayat 38-39 dari surah ini yang berisi izin dari Allah kepada kaum muslimin untuk berperang, kaum mukminin bergegas dan bersemangat keluar berperang sehingga meninggalkan beberapa kelompok orang yang tengah mengajarkan agama kepada kaum arab di pedalaman. Lalu, orang-orang munafik berkata : sungguh, orang-orang yang berada di lembah pedalaman itu telah tertinggal dari kewajiban. Celakalah mereka!” Lalu, turunlah ayat 122 ini ( Lubabun Nuqul : 144, Departemen Agama Republik Indonesia . 2003 . Al Quran dan Terjemahan)

  Dari ayat-ayat tersebut diatas, maka terjadilah interaksi pendidikan. Sudah mencapai beribu tahun sejak ayat tersebut turun hingga saat ini. Tentu saja dalam perkembangan zaman sejak Rasulullah yang mana pendidikan dilaksanakan secara klasikal hingga saat ini dapat kita temui fasilitas pendidikan yang masih menggunakancara-cara klasik maupun beralih menggunakan cara-cara modern.

  Dalam sebuah pendidikan kita mengenal bahwa jantung dari terlaksana dengan baik atau tidaknya sebuah pendidikan adalah kurikulum. A Ferry T.

  Indratno mengatakan bahwa kurikulum adalah program dan isi dari suatu sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi pengetahuan antar generasi dalam masyarakat. Bila ditarik benang merah maka dapat dipahami bahwa kurikulum adalah sebagai alat sentral bagi keberhasilan pendidikan (A Fery T Indratno, 2007:108).

  Dengan tersedianya kurikulum yang tersusun dengan baik, pendidikan akan berjalan lancar . Meski begitu, dapat dengan mudah kita temui dilapangan bahwa pendidikan merupakan persoalan hidup manusia sepanjang hayatnya, baik secara individu, kelompok sosial, maupun sebagai bangsa. Sementara itu, pemerintah dan masyarakat berharap agar lulusan dapat menjadi pemimpin, manajer, inovator, operator yang efektif dalam bidang ilmu pengetahuan dan mampu beradaptasi dengan perubahan ilmu dan teknologi saat ini dan memiliki iman dan takwa yang kuat (Muhammad Fathurrahman, 2015:1).

  Membaca adalah belajar sepanjang hayat, dalam diri seeorang ketika belajar dalam sepanjang hayatnya tentu mengalami perubahan-perubahan baik secara internal maupun eksternal. Faktor yang memengaruhi belajar seeorang secara internal misalnya motivasi, kondisi fisik dan psikologis.

  Sementara itu pengaruh secara eksternal diantaranya adalah perubahan sosial. Menurut Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed dalam bukunya Sosiologi Pendidikan (Individu, Masyarakat dan Pendidikan) mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan gejala perubahan dari suatu keadaan sosial tertentu ke arah keadaan sosial lain. Perubahan sosial pasti memiliki suatu arah dan tujuan tertentu (Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed, 2013:207). Proses belajar yang diperintahkan oleh Allah memang sedianya harus diolah agar menjadi suatu konsep yang relevan dengan kebutuhan kehidupan tanpa meninggalkan konsep-konsep dasar dari dalam al-Quran. Namun, kita tidak bisa menghindari adaya perubahan-perubahan dalam kultur pendidikan. Banyak faktor yang dapat memengaruhi proses belajar.

  Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed juga mengatakan bahwa proses perubahan sosial adalah : Pertama, komunikasi, dimana melalui kontak komunikasi, unsur-unsur baru dapat menyebar, baik berupa ide-ide, gagasan, keyakinan, maupun kebendaan. Difusi tersebut mendorong terjadinya akulturasi dan asimilasi. Akulturasi merupakan proses penerimaan unsur- unsur kebudayaan baru dari luar secara lambat dengan tidak menghilangkan khas kepribadian kebudayaan sendiri. Sementara asimilasi adalah suatu proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan baru yang berbeda, sebagai akibat dari adanya toleransi antar kebudayaan yang berbeda, kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi, adanya sikap menghargai terhadap hadirnya orang asing dan kebudayaan yang dibawa, adanya sikap terbuka terhadap golongan yang berkuasa, adanya unsur-unsur kebudayaan yang sama, terjadinya perkawinan campuran, adanya musuh bersama dari luar (Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed, 2013:212-213).

  Menurut pengamatan penulis, perubahan tersebut tentunya juga dapat dialami oleh siapa saja khususnya murid sebagai pelaku pendidikan.

  Pengaruh-pengaruh tersebut tentunya membawa dampak pada budaya di ranah pendidikan sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi cara pandang terhadap konsep-konsep pendidikan dari masalalu. Inilah akhirnya melahirkan perubahan-perubahan kosep dan terkadang menjadi penyebab hilangnya konsep lain yang sudah lebih dahulu ada.

  Di Indonesia, referensi pendidikan yang digunakan tentu sudah sangat banyak, mengingat pendidikan di Indonesia juga telah berjalan bahkan sebelum negara Indonesia merdeka. Referensi pendidikan tersebut beragam, ada referensi pendidikan dari barat dan ada referensi pendidikan dari timur tengah. Sejak dimulainya pendidikan itu sendiri, tentu pendidikan di Indonesia juga telah mengalami banyak modifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan umat di Indonesia, khususnya pendidikan Islam. Diantara kitab- kitab pendidikan tersebut adalah kitab Bayan.

  Saat ini, kitab Bayan karangan Syaikh Ahmad Rifai memang belum tersebar luas layaknya kitab-kitab arab lain yang sudah terlebih dahulu masyhur. Namun, di kalangan pengikut Syaikh Akhmad Rifai, kitab ini dikaji dan dipelajari dalam ranah pendidikan formal maupun di pesantren-pesantren.

  Salah satuhal yang istimewa dari kitab Bayan adalah bahwasanya kitab ini ditulis dalam bahasa jawa sehingga menjadi sebuah ilmu instant yang bisa dengan mudah dilaksanakan tanpa diterjemahkan lagi oleh orang jawa (pada zamannya).Namun, setelah berpuluh tahun kitab ini diringkas, agaknya justru bahasa jawa mulai ditinggalkan, padahal bahasa jawa adalah bahasa yang tinggi nilai sastra, begitu luhur dan sarat makna. Disinilah penulis mencoba menjabarkan isi kandungan yang tertulis dalam kitab karangan Syaikh Ahmad Rifai tersebut. Kitab Bayan ini secara keseluruhan terdiri dari 2 jilid yang terdapat 176 halaman. Ditulis menggunakan huruf arab pegon (huruf arab yang dibaca menggunakan bahasa jawa) dan tersusun berupa bait-bait.

  Dari deskripsi yang telah penulis paparkan diatas, maka penulis sangat tertarikuntuk mengkaji lebih lanjut tentang konsep pendidikan Islam dalam kitab Bayan, sehingga melalui kerangka berfikir Syakh Ahmad Rifai inilah, penulis mengangkat jud ul “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

  PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI” (Telaah Kitab Bayan).

B. Rumusan Masalah

  Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini penulis uraikan sebagai berikut :

  1. Bagaimana riwayat hidup Syaikh Ahmad Rifai (Penulis Kitab Bayan)? 2.

  Bagaimana isi kandungan kitab Bayan tentang konsep pendidikan Islam? 3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang konsep pendidikan Islam?

  4. Bagaimana relevansi pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang pendidikan Islam dengan pendidikan Islam modern saat ini? C.

   Tujuan Penelitian

  Agar dapat terarahnya penelitian ini, maka penulis menuliskan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu :

  1. Untuk mengetahui latar belakang biografi dan riwayat hidup Syaikh Ahmad Rifai.

  2. Untuk mengetahui bagaimana isi dari kitab Bayan tentang konsep pendidikan Islam.

  3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang pendidikan Islam.

4. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang pendidikan Islam dengan pendidikan Islam modern saat ini.

D. Manfaat Penelitian

  Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap akan mendapatkan manfaat yaitu :

  1. Dapat mengetahui latar belakang biografi dan riwayat hidup Syaikh Ahmad Rifai.

  2. Dapat mengetahui isi dari kitab Bayan tentang konsep pendidikan Islam.

  3. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangann pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang pendidikan Islam.

  4. Dapat mengetahui relevansi pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang pendidikan dengan pendidikan Islam modern saat ini.

E. Penegasan Istilah

  Untuk memperjelas penelitian skripsi ini dan menghindari dari salah faham, maka penulis menjabarkan istilah-istilah dalam judul diatas sebagai berikut : 1.

  Konsep Pendidikan Islam Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Dalam kenyataannya konsep dapat memiliki tingkat generalisasi yang berbeda. Semakin dekat suatu konsep dengan realita maka akan semakin mudah diukur dan diartikan (Mardalis, 1995:45). Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa konsep adalah abstraksi dari realita yang menggambarkan intisari atau kesimpulan umum suatu hal dan memiliki fungsi sebagai penyederhana pemikiran tentang suatu hal sehingga timbul keteraturan dan kemudahan komunikasi.

  Sementara itu, pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Achmad Munib, 2010:34).

  Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan adalah abstraksi dari realita yang menggambarkan intisari atau kesimpulan dalam mencapai usaha sadar untuk mempengaruhi peserta didik sesuai cita-cita dari usaha tersebut.

2. Kitab Bayan

  Merupakan kitab karangan Syaikh Ahmad Rifai yang berisikan nadzam-nadzam syair dalam bahasa jawa sebanyak 2 jilid berisi 176 halaman. Yang bermakna tentang tata cara pendidikan baik dari sudut pandang guru maupun murid. Kitab ini ditulis dalam tulisan arab pegon (arab berbahasa jawa), dan berupa bait-bait seperti pantun 4 baris dengan bunyi vocal ataupun konsonan yang sama.

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah yaitu mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena- fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atauang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005:24).

  2. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis menempuh langkah-langkah melalui riset kepustakaan (lybrary research) yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian murni (Hadi,1987: 9). Dan metode ini mengkaji sumber-sumber tertulis yang telah dipublikasikan (Arikunto, 1991 : 10). Misalnyakitab-kitab dan buku atau referensi lainnya yang ada kaitannya dengan yang diteliti penulis.

  Adapun sebagai sumber data primer adalah

  “Kitab Bayan” dan tanpa

  menafikan buku-buku lain yang ada hubungannya dengan sumber data primer yaitu buku-buku sekunder berkaitan tentang pendidikan maupun biografi Syaikh Ahmad Rifai.

  3. Metode Analisis Data Dalam analisis data, penulis berusaha untk mencoba memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian (Moleong, 2001 : 103).

  Adapun metode-metode yang dipakai penulis dalam menganalisisdata adalah : a.

  Metode Deskriptif Analysis Deskriptif adalah berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada, baik kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung dan telah berkembang (Faisal Sanapiah, 1982:19)

  Sedangkan menurut Ibnu Hajar, metode deskriptif adalah memberikan gambaran yang jelas dan akurat tentang fenomena yang diselidiki (Ibnu Hajar, 1996:274).

  Jadi, Metode deskriptif analisis adalah mendeskripsikan atau menginterpretasikan sesuatu yang ada dengan memberikan gambaran yang jelas dan akurat.

  b.

  Metode Content Analysis Metode content analysis adalah suatu metode untuk mengungkapkan isi pemikiran tokoh yang di teliti (Nawawi Handari,

  1995:68). Soedjono memberikan definisi content analisis adalah usaha untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu itu ditulis (Soedjono, 1999:14).

  Hal ini sangat penting sekali untuk mengetahui kerangka berfikir Syaikh Ahmad Rifai yang tertuang dalam kitab Bayan tentang pendidikan agama Islam.

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika yang dimaksud disini adalah gambaran singkat tetang subtansi pembahasan secara garis besar. Agar dapat memberi gambaran yang lebih jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi, maka penulis bagi sistematika ke dalam lima bab yang diawali dengan halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pegantar, abstrak dan daftar isi yang selanjutnya diikuti oleh bab ke bab.

  BAB I : Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,metode penilitian, dan sistematika penulisan skripsi.

  BAB II : Landasan Teori yang berisikan pembahasan mengenai konsep pendidikan Islam secara umum. BAB III : Pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang pendidikan Islam dalam kitab Bayan, dalam hal ini memuat beberapa pembahasan seperti halnya tentang riwayat hidup Syaikh Ahmad Rifai, latar belakang pendidikan Syaikh Ahmad Rifai dan guru-gurunya, latar belakang sosial politik, karya-karya Syaikh Ahmad Rifai, Isi kitab Bayan dan konsep pendidikan Islam menurut Syaikh Ahmad Rifai dalam kitab Bayan.

  BAB IV : Merupakan bab pembahasan yang meliputi aplikasi pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam pendidikan, kelebihan dan kekurangan pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang pendidikan Islam, Inti pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang pendidikan Islam dalam kitab Bayan dan relevansi pemikiran Syaikh Ahmad Rifai terhadap pendidikan Islam modern.

  BAB V : Merupakan bab yang terakhir yang menjabarkankesimpulan, saran-saran dan penutup.

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islam 1. Pengertian Konsep. Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,

  sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Dalam kenyataannya konsep dapat memiliki tingkat generalisasi yang berbeda. Semakin dekat suatu konsep dengan realita maka akan semakin mudah diukur dan diartikan (Mardalis, 1995:45). Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa konsep adalah abstraksi dari realita yang menggambarkan intisari atau kesimpulan umum suatu hal dan memiliki fungsi sebagai penyederhana pemikiran tentang suatu hal sehingga timbul keteraturan dan kemudahan komunikasi.

2. Pengertian Pendidikan.

  Terminologi Pendidikan merupakan terjemahan dari istilah Pedagogi : Istilah ini berasal dari bahasa Yunani Kuno Paidos dan aago.

  Paidos artinya budak dan aagoo artinya membimbing. Akhirnya, pedagogie diartian sebagai budak yang mengantarkan anak majikan

  untuk belajar. Dalam perkebangannya, pedagogie dimaksudkan sebagai ilmu mendidik. Dalam khazanah teorisasi pendidikan, ada yang membedakan secara tegas antara pendidikan dan pengajaran. Pembedaan tersebut umumnya didasarkan karena hasil akhir yang dicapai serta cakupan rambahan yang dibidik oleh kegiatan tersebut (Drs. M Jumali, 2004:78).

  Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan ( Drs. M. Noor Syam, 1988:45).

3. Pengertian Pendidikan Islam

  Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam, DR. H. Samsul Nizar, M.A (2002) mengutip teori dari Ahmad Syalabi bahwa “Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah,

  al- ta‟dib, dan al-ta‟lim.dari ketiga istilah tersebut term yang popular

  digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-

  ta‟dib dan al‟ta‟lim jarang sekali digunakan. Padahal

  kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam. Pengertian dari term-term tersebut adalah sebagai berikut : a.

  Istilah al-Tarbiyah Penggunaan kata al-tarbiyah berasal dari kata rabb yang memiliki pengertian dasar menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur dan menjaga kelestarian atau eksistensinya (DR. H. Syamsu Nizar, 2002:25-26). Dalam konteks yang luas pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term

  al-Tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu :

  1) Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh).

  2) Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan. 3) Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan. 4)

  Melaksanakan pendidikan secara bertahap (Abdurrahman An Nahlawi, 1992:32).

  b.

  Istilah al-Ta‟lim Istilah al-talim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal di banding dengan al-Tarbiyah maupun al-

  Ta‟dib. Rasyid Ridha

  mengartika al-

  Ta‟lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu

  pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu (M Rasyid Ridha, tanpa tahun:262).

  c.

  Istilah al-Ta‟dib Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam adalah al-

  Ta‟dib. Kata al-Ta‟di dimaknai al-Attas

  sebagai mendidik. Maka al-

  Ta‟dib berarti pengenalan dan

  pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini, pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya (M. Nauqib Al Atas, 1994:60).

  Dari ketiga pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah upaya memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian dalam proses transmisi ilmu pengetahuan pada jiwa individu sehingga manusia akan terbimbing secara tepat dalam wujud dan kepribadiannya.

4. Substansi dalam Pendidikan Islam

  Berangkat dari kesimpulan diatas, maka pendidikan Islam merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinyu dan berkesinambungan atau dapat disebut juga pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Maka pendidikan Islam memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut : a.

  Tugas Pendidikan Islam Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan pesrta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal (DR. H. Samsul Nizar, 2002:32).

  b.

  Fungsi Pendidikan Islam Fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar (DR. H.

  Samsul Nizar, 2002:33-34). Dari kedua pengertian tersebut diatas, penulis setuju dengan pendapat DR. H. Samsul Nizar, M.A yang menyimpulkan bahwa tugas pendidikan Islam setidaknya dapat dilihat dari tiga pendekatan. Ketiga pendekatan tersebut adalah : Pendidikan Islam sebagai pengembangan potensi, proses pewarisan budaya, serta interaksi antara potensi dan budaya.

  Tugas dan fungsi dalam pendidikan Islam tersebut tidak dapat dijalankan tanpa adanya pokok dasar yang melandasi kegiatan pendidikan Islam. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik ke arah pencapaian pendidikan (DR. H. Samsul Nizar, 2002:34-35). Penjelasan mengenai dasar pendidikan Islam dan tujuan pendidikan Islam : a.

  Dasar Pendidikan Islam.

  Dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah al-Quran dan Sunnah Rasulullah (hadis). Menetapkan al Quran dan Sunah sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justeru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Beberapa dasar pendidikan dalam al Quran :

  1) Sebagai pedoman, al Quran tidak ada keraguan padanya (Q.S Al

  Baqarah ayat 2) 2)

  Al Quran tetap terpelihara kesucian dan kebenarannya (Q.S Ar Ra‟d ayat 9)

  3) Kepribadian Rasul sebagai uswat al-hasanah yaitu contoh tauladan yang baik (Q.S. Al Ahzab ayat 21)

  4) Oleh karenanya, perilaku Rasul senantiasa terpelihara dan dikontrol oleh Allah SWT (Q.S An Najm ayat 34)

  Dalam pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai dua fungsi yaitu (DR. H. Samsul Nizar, 2002:47) :

  1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam al Quran dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat di dalamnya.

  2) Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya.

  Setelah menguraikan dasar pendidikan diatas, penulis setuju bahwa pendidikan Islam haruslah didasarkan pada al Quran dan Sunah. Meskipun seiring dengan perkembangan zaman banyak sekali metode dan cara

  • –cara baru atau kontemporer dalam memfasilitasi pendidikan, sebelum program-program tersebut dilaksanakan haruslah dikoreksi terlebih dahulu apakah berkesesuaian dengan dasar dari al Quran dan Sunah atau tidak.
b.

  Tujuan Pendidikan Islam Tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen utama pada sistem pendidikan. Dengan tujuan pendidikan, diharapkan proses pendidikan dapat mencapai hasil efektif dan efisien. Apabila tujuan pendidikan tidak digariskan secara tegas, maka pendidikan akan mengalami ketidakpastian dalam prosesnya, yang akibatnya manusia sebagai out-put pendidikan tidak memiliki patokan atau pedoman hidup luhur yang sesuai dengan hakekatnya sebagai menusia (Drs. M. Jumali, 2004:48-49). Kongres se-Dunia ke II tentang Pendidikan Islam tahun 1980 di Islamabad, menyatakan bahwa :

  Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik-pen) secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional; perasaan dan indera. Kerena itu, pendidikan Islam hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek spiritual; imajinasi; fisik; ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif; mendorong semua spektersebut berkembang ke arah kebaikan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Alla, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia (SWCC, 2002:37-38).

  Menyimpulkan rumusan mengenai tujuan pendidikan bahwa penulis setuju dimana tujuan pendidikan Islam adalah untuk melejitkan potensi pesrta didik sesuai dengan fitrahnya dalam segala aspek dan berkesesuaian dengan pengertian pendidikan Islam itu sendiri. Setelah kita mengetahui tugas, fungsi, dasar dan tujuan pendidikan, maka kita sebagai komponen pendidikan (manusia) pada akhirnya yang akan melaksanakan proses pendidikan tersebut. Dalam melaksanakan pendidikan, kita membutuhkan metode-metode dalam pendidikan agar pendidikan yang kita laksanakan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya, dan sesuai dengan dasar dan tujuan pendidikan Islam.

  Secara literal, metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kata yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui (M. Arifin, 1987:97). Al Syaibani mengatakan bahwa metode pendidikan adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta didiknya, suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka (Omar Muhammad, 1979).

  Sementara itru, an-Nahlawi, mengemukakan beberapa metode paling penting dalam pendidikan Islam (An Nahlawi, 1992:283-284), yaitu : a.

  Metode hiwar (percakapan) Qur‟ani dan Nabawi b. Mendidik dengan kisah Qur;ani dan Nabawi c. Mendidik dengan amstal (perumpamaan) Qur‟ani dan Nabawi d. Mendidik dengan memberi teladan e. Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman f.

  Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan mauidhah (peringatan) g. Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat takut).

  Metode-metode tersebut diatas merupakan metode-metode yang dicetuskan oleh ilmuwan muslim. Sementara itu, kita sebagai komponen pendidikan dapat menggunakan metode-metode tersebut maupun tidak. hal yang terpenting adalah kita harus berprinsip bahwa tidak ada metode yang paling ideal untuk semua tujuan pendidikan, semua ilmu dan mata pelajaran, semua tahap pertumbuhan dan perkembangan, semua taraf kecerdasan dan kematangan, semua guru dan pendidik, dan semua keadaan dan suasana yang meliputi proses pendidikan itu. Oleh karena itu kebijaksanaan dan kearifan pendidik sangat diperlukan dalam menentukan metode yang paling tepat untuk sebuah pembelajaran.

  Apabila proses pendidikan telah dilaksanakan, maka tugas pendidik adalah untuk menentukan hasil apakah pendidikan tersebut berjalan dengan baik atau tidak, sesuai dengan harapan atau tidak, berhasil atau tidak. Untuk dapat menentukan tingkat keberhasilan pendidikan maka pendidik memerlukan evaluasi.

  Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam adalah mengacu pada sistem evaluasi yang digariskan Allah SWT dalam al Quran sebagaimana telah dikembangkan oleh Rasul-Nya. Dari apa yang telah dilakukan Rasulullah dalam pembinaan rihlah Islamiyah, maka secara umum sistem evaluasi pendidikan Islam adalah sebagai berikut (DR. H. Samsul Nizar, 2002:81-82): a.

  Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dihadapi (Q.S. Al Baqarah ayat 155).

  b.

  Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai mana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah SAW kepada umatnya (Q.S. An Naml ayat 40) c. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah terhadap nabi

  Ibrahim yang menyembelih Ismail putra yang dicintainya (Q.S. Ash Shaffat ayat 103-107).

  d.

  Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran yang telah diberikan kepadanya, seperti pengevaluasian terhadap nabi Adam AS tentang asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya di hadapan para malaikat (Q.S. Al Baqarah ayat 31) e.

  Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktifitas baik, dan memberikan semacam

  „iqab (siska) bagi mereka yang

  beraktifitas buruk (Q.S. Al Zalzalah ayat 7-8) f. Allah SWT dalam mengevaluasi hambanya tanpa memandang formalitas (penampilan), tapi memandang substansi di balik tindakan hamba-hamba tersebut (Q.S. Al Hajj ayat 37) g.

  Allah SWT memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan (Q.S. Al Maidah ayat 8). Proses evaluasi pendidikan Islam secara essensial berlaku bagi setiap muslim.

  Demikian halnya dengan peserta didik yang sadar dan baik, adalah mereka yang sering mengevaluasi diri sendiri, baik mengenai kelebihan yang hendaknya dipertahankan maupun kekurangan dan kelemahan yang perlu dibenahi karena evaluasi itu sendiri hendaknya dilakukan secara objektif (Q.S. Adz Dzariyat ayat 21). Bahkan dalam konteks evaluasidiri, Umar bin Khattab pernah berkata

  “evaluasilah dirimu sebelum engkau dievaluasi orang lain”.

  Hal ini mutlak diperlukan, sebab Allah senantiasa mengawasi dan mengevaluasi tindakan manusia (Q.S. Al Baqarah ayat 115. Q.S.

  Muhammad ayat 4) dengan cara menugaskan malaikat (Q.S. Qaaf ayat 18).