ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG RAKYAT DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI

RAKYAT DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI

Oleh: JOSUA SAHALA H0508011

RAKYAT DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Peternakan

Oleh: JOSUA SAHALA H0508011

RAKYAT DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR

yang dipersiapkan dan disusun oleh JOSUA SAHALA

H 0508011

Telah dipertahankan di depan dewan penguji

pada tanggal:

Juli 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Shanti Emawati, S.Pt.,MP NIP. 19800903 200501 2 001

Anggota I

drh. Endang Tri Rahayu, MP

NIP. 19720305 200604 2 001

Anggota II

Ir. YBP. Subagyo, MS NIP. 19480314 197903 1 001

Surakarta, Juli 2012

Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh Kasih dan Anugerahnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Potong Rakyat Di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Penulis menyadari selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini, mendapat banyak bimbingan, arahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Shanti Emawati, S.Pt.,MP. sebagai dosen pembimbing utama.

4. Ibu drh. Endang Tri Rahayu.,MP sebagai dosen pembimbing pendamping dan anggota penguji I.

5. Bapak Ir. YBP Subagyo.,MS sebagai anggota penguji II.

6. Kedua orang tua yang selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman yang selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam pelaksanaan penelitian di penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karenanya kritik dan saran yang membangun diharapkan dan

1. Jumlah peternak sapi potong di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar tahun 2011 ......................................................................... 21

2. Jumlah responden di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar ............................................................................................ 22

3. Luas penggunaan tanah di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar tahun 2010 ......................................................................... 31

4. Luas lahan dan produksi tanaman pangan di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karananyar tahun 2010.......... ......................... 32

5. Populasi ternak dari berbagai jenis ternak di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karangaanyar tahun 2010. .............................. 33

6. Umur peternak usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. ................................................... 33

7. Pengalaman beternak responden usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar ................................. 34

8. Tingkat pendidikan peternak usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar ................................. 35

9. Pekerjaan peternak usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar .................................................... 36

10. Jumlah anggota keluarga peternak usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar ............................. 37

11. Luas lahan pertanian peternak usaha penggemukan sapi potong di

Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar per 3 ekor ................ 49

16. BEP usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar .......................................................................... 51

1. Grafik BEP .............................................................................................. 19

1. Identitas responden usaha penggemukan sapi potong (Peranakan Simental) di Kecamatan Gondangrejo .................................................... 57

2. Identitas responden usaha penggemukan sapi potong (Peranakan ongole) di Kecamatan Gondangrejo ........................................................ 59

3. Biaya investasi usaha penggemukan sapi potong (Sapi Peranakan Simental) di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar............ ................................................................................ 61

4. Biaya investasi usaha penggemukan sapi potong (Sapi Peranakan Ongole) di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar... ............ 62

5. Biaya Operasional Usaha Penggemukan Sapi Potong (Sapi Peranakan Simental) Di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar..... ....................................................................................... 63

6. Biaya Operasional Usaha Penggemukan Sapi Potong (Sapi Peranakan Ongole) Di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganayar .......................................................................................... 65

7. Penerimaan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Peranakan Simental) Di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar........... 67

8. Penerimaan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Peranakan Ongole) Di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar ............................ 68

9. Cash flow usaha penggemukan sapi potong (Peranakan Simental) di Kecamatan Gondangrejo ......................................................................... 69

10. Perhitungan NPV dan IRR usaha penggemukan sapi potong

Kecamatan Gondangrejo ......................................................................... 74

14. Perhitungan NPV dan IRR usaha penggemukan sapi potong (Peranakan Ongole) di Kecamatan Gondangrejo .................................... 76

15. Perhitungan BCR dan PPC usaha penggemukan sapi potong (Peranakan Ongole) di Kecamatan Gondangrejo .................................... 77

16. Perhitungan BEP usaha penggemukan sapi potong (Peranakan Ongole) di Kecamatan Gondangrejo ....................................................... 78

17. Kuesioner Penelitian ............................................................................... 79

18. Peta Kabupaten Karanganyar dan Kecamatan Gondangrejo .................. 85

19. Kondisi sapi potong dan Kunjungan Dosen ke tempat daerah tempat penelitian ................................................................................................. 86

20. Surat Ijin Penelitian ................................................................................. 88

RAKYAT DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR JOSUA SAHALA

H0508011

RINGKASAN

Pembangunan sub-sektor peternakan sebagai bagian dari sektor pertanian memegang peranan penting dalam penyediaan bahan pangan asal hewan. Bahan pangan asal hewan merupakan sumber protein hewani. Salah satu sumber protein hewani adalah berasal dari daging. Peternakan sapi potong rakyat berperanan penting dalam menyediakan daging sapi potong baik dalam jumlah maupun kualitasnya. Usaha penggemukan sapi potong rakyat di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar umumnya masih diusahakan secara tradisional dengan usaha skala kecil. Hal inilah yang menjadikan usaha ternak sapi potong dapat berkembang sehingga dapat memberikan peluang usaha dan dapat memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat di pedesaan yang mengusahakannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial dan Break Even Point pada usaha penggemukan sapi potong. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar, pada bulan Februari sampai dengan Maret 2012.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei

Kecamatan Gondangrejo memiliki nilai NPV sapi Peranakan Ongole (PO) sebesar Rp. 2.138.302,634; BCR sebesar 1,08; IRR sebesar 15,63%; PPC selama 3,34 tahun; nilai BEP berdasarkan penjualan sebesar Rp. 54.813.608,48 dan berdasarkan unit ternak sebesar 6 ekor dan untuk sapi peranakan Simental (PS) memiliki nilai NPV sebesar Rp. 15.231.886,89; BCR sebesar 1,46; IRR sebesar 17,26%, PPC selama 2,52 tahun dan BEP berdasarkan penjualan Rp. 50.228.837,29 dan berdasarkan unit ternak sebesar 5 ekor.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu bahwa usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar layak untuk diusahakan dan peternak akan memperoleh keuntungan apabila peternak sapi Peranakan Ongole (PO) dan sapi Peranakan Simental (PS) masing-masing memelihara lebih dari 6 dan 5 ekor.

Kata kunci : Penggemukan Sapi Potong, Analisis Finansial, BEP

CATTLE FATTENING FARM IN GONDANGREJO, KARANGANYAR. JOSUA SAHALA

H0508011

SUMMARY

The development of animal husbandry sub-sector as a part of the agriculture sector has an important role in providing animal-based food materials, which are animal protein resources. One of the resources is the cattle meat. The beef cattle plays an important role in the meat production in terms of quantity and quality. The beef cattle fattening farm in Gondangrejo, Karanganyar generally is run traditionally in a small-scale farm, which enables it to develop sand to create a farm opportunity as well as to give an additional income to the community in rural area.

The objective of this research is to investigate the financial feasibility and the Break Even point of the beef cattle fattening farm in Gondangrejo, Karanganyar. This research used the survey method to gather the primary data from the respondents and the secondary data from the related offices. It was conducted in Gondangrejo, Karanganyar from February to March 2012.

The samples of the research consisted of 60 respondents, and were taken by using the purposive sampling technique. The financial feasibility analysis of the beef cattle fattening farm used the criteria of Net Present Value

Karanganyar has the NPV of Rp 15,231,886.89; the BCR of 1.46; the IRR of 17.26%; the PPC of 2.52 years; and the cattle sale-based BEP of Rp 50,228,837.29 with the cattle unit of 5 cows.

Based on the results the research, a conclusion is drawn that the beef cattle fattening farm in Gondangrejo, Karanganyar r is feasible to be run, and the breeders will get profits if they raise more than six Ongole crossbreed cows and five Simmental crossbreed cows respectively

Keywords : Beef cattle fattening, financial analysis, and BEP.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan sub-sektor peternakan sebagai bagian dari sektor pertanian memegang peranan penting dalam penyediaan bahan pangan asal hewan. Bahan pangan asal hewan merupakan sumber protein hewani. Salah satu sumber protein hewani adalah berasal dari daging. Daging merupakan produk dari hewan ternak yang dapat berasal dari sapi, kambing, domba, ayam dan sebagainya. Usaha peternakan di Indonesia terutama sapi potong masih diusahakan oleh masyarakat pedesaan secara tradisional dengan skala usaha kecil, motif produksi rumah tangga, usaha sampingan dan teknologi yang digunakan masih sederhana.

Sebagian besar usaha peternakan sapi potong di Indonesia adalah peternakan rakyat. Peternakan sapi potong rakyat berperanan penting dalam menyediakan daging sapi potong baik dalam jumlah maupun kualitasnya. Hal inilah yang menjadikan usaha ternak sapi potong dapat berkembang sehingga dapat memberikan peluang usaha dan dapat memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat di pedesaan yang mengusahakannya (Winarso et al. , 2005).

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan peternakan sapi potong rakyat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar (2011), jumlah populasi sapi potong dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4,8% per tahun. Tahun 2006, populasi sapi Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan peternakan sapi potong rakyat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar (2011), jumlah populasi sapi potong dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4,8% per tahun. Tahun 2006, populasi sapi

Usaha penggemukan sapi potong harus memperhatikan kelebihan dan kekurangan usaha yang telah dijalankannya agar tidak mendatangkan kerugian. Pakan merupakan biaya terbesar dalam usaha peternakan sehingga seorang peternak harus memperhatikan kebutuhan ternaknya. Usaha peternakan pasti bertujuan supaya untung sehingga harus mengetahui kelayakan usahanya (Subagyo, 2009). Analisis finansial dapat dijadikan salah satu alat analisis untuk mengukur kelayakan usaha yang telah dijalankan. Analisis finansial yang sering digunakan adalah Benefit Cost Ratio (B/C), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Periods, dan Break even point (BEP). Analisis finansial yang telah dijabarkan tersebut diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kelayakan usaha penggemukan sapi potong rakyat di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

B. Perumusan Masalah

Usaha penggemukan sapi potong secara ekonomis dapat memberikan hasil keuntungan yang tinggi, bukan hanya dari segi penjualan ternak tetapi juga penting artinya di dalam kehidupan masyarakat sebagai salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang dan sebagainya. Sejauh ini usaha penggemukan sapi potong masih dilakukan dalam skala peternakan rakyat dan belum mengetahui secara pasti seberapa besar manfaat dan keuntungan yang diperoleh oleh pemiliknya karena keuntungan yang diperoleh tidak Usaha penggemukan sapi potong secara ekonomis dapat memberikan hasil keuntungan yang tinggi, bukan hanya dari segi penjualan ternak tetapi juga penting artinya di dalam kehidupan masyarakat sebagai salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang dan sebagainya. Sejauh ini usaha penggemukan sapi potong masih dilakukan dalam skala peternakan rakyat dan belum mengetahui secara pasti seberapa besar manfaat dan keuntungan yang diperoleh oleh pemiliknya karena keuntungan yang diperoleh tidak

1. Apakah usaha penggemukan sapi potong rakyat di Kecamatan

Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar layak secara finansial ?

2. Bagaimana hasil capaian nilai Break Event Point (BEP) pada usaha penggemukan sapi potong rakyat di Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Menentukan kelayakan usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar berdasarkan analisis finansial.

2. Menentukan capaian nilai Break Even Point (BEP) pada usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : Manfaat dari penelitian ini adalah :

3. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan menjadi sumber informasi bagi peneliti lainnya.

E. Keterangan Empiris yang Diharapkan

Keterangan empiris yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk menentukan:

1. Kelayakan usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganayar berdasarkan analisis finansial yang diperoleh.

2. Break Event Point (BEP) usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

A. Ternak Sapi Potong

Sapi merupakan hewan ternak yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan kulitnya menghasilkan sekitar 85% kebutuhan kulit untuk sepatu, dompet dan tas. Sapi adalah salah satu genus dari famili Bovidae (Williamson dan Payne, 1993). Secara umum, ada tiga rumpun (ras) sapi, yaitu Bos Taurus (Berasal dari Inggris dan Eropa daratan), Bos Indicus (berasal dari benua Asia dan Afrika), serta Bos Sondaicus yang terdapat di Semenanjung Malaya dan Indonesia (Rianto dan Purbowati, 2010).

Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi lokal dan sapi dari luar negeri yang khusus dipelihara sebagai penghasil daging dan dapat dijadikan sebagai bakalan untuk usaha penggemukan (Siregar, 2003). Jenis-jenis sapi potong itu masing-masing mempunyai sifat- sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetik laju pertumbuhannya (Murtidjo, 2001). Jenis-jenis sapi potong yang dapat diajadikan sapi bakalan saat ini berada di seluruh wilayah di Indonesia yaitu jenis-jenis sapi lokal dan sapi import. Menurut Siregar (2003); Rianto dan Purbowati (2010), Jenis - jenis sapi yang dapat dijadikan sapi bakalan adalah :

1. Jenis Sapi Lokal Sapi lokal merupakan jenis-jenis sapi yang sudah lama terdapat di 1. Jenis Sapi Lokal Sapi lokal merupakan jenis-jenis sapi yang sudah lama terdapat di

Sapi Bali mempunyai keunggulan dibandingkan dengan sapi- sapi lokal lainnya karena mempunyai fertilitas yang tinggi, angka kebuntingan dan angka kelahiran yang tinggi (lebih dari 80%) dan potensial sebagai penghasil daging. Pertambahan bobot badan dengan pakan yang baik dapat mencapai 0,7 kg/hari pada jantan dewasa dan 0,6 kg/hari pada betina dewasa.

b) Sapi Madura Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali dengan sapi India (Bos indicus). Sapi Madura sekarang ini mempunyai bentuk dan warna yang umum (uniform), badannya kompak dan kecil. Sapi jantan dan betina mempunyai warna merah bata, bulu pantat dan kaki bawah berwarna putih. Perbedaaanya dengan sapi Bali adalah pada sapi Madura bulu putih tidak jelas batasannya dan garis hitam pada punggung tidak selalu ada. Punuk pada sapi Madura betina kurang jelas dan gelambir kecil.

c) Sapi Ongole c) Sapi Ongole

d) Sapi Peranakan Ongole (PO) Sapi PO adalah sapi yang telah dilakukan grading up antara sapi lokal dengan sapi Ongole. Sapi PO terutama terdapat di Pulau Jawa dengan penyebaran terdapat di Jawa Tengah. Sapi ini memiliki postur tubuh dan bobot badan yang lebih kecil dibandingkan dengan sapi Ongole. Warna bulunya sangat bervariasi, tetapi pada umumnya berwarna putih atau putih keabu-abuan. Punuk dan gelambir kelihatan kecil atau tidak memiliki sama sekali.

Sapi PO merupakan sapi potong yang memiliki pertumbuhan berat badan harian sekitar 0,47-0,81 kg (tergantung kualitas pakan yang diberikan). Sapi PO memiliki ciri-ciri antara lain punuk besar, lipatan-lipatan kulit yang terdapat di bawah leher dan perut, telinga panjang dan menggantung, kepalanya relatif pendek dengan profil melengkung, mata besar dan tenang. Kulit sekitar lubang mata selebar ± 1 cm berwarna hitam. Tanduk yang betina lebih panjang daripada yang jantan. Warna bulu putih atau putih kehitam-hitaman, dengan warna kulit kuning. Tinggi sapi jantan sekitar 150 cm, yang betina sekitar 135 cm, dengan berat badan sapi jantan sekitar 600 kg dan yang betina sekitar 450 kg. Sapi ini menjadi dewasa pada umur 4-5 tahun (Sosroamidjojo, 1991).

Secara komersial, sapi PO dapat digunakan sebagai ternak pedaging yang cukup baik, karena memiliki laju pertumbuhan yang

Sapi untuk bakalan dalam usaha penggemukan dapat pula dipilih dari jenis sapi import. Jenis sapi di luar negeri banyak yang khusus dipelihara sebagai penghasil daging dan dapat dijadikan sebagai bakalan untuk usaha penggemukan. Beberapa diantaranya yang penting diutarakan adalah sebagai berikut :

a) Sapi Simental Sapi simental banyak dijumpai di Eropa. Sapi jenis ini merupakan sapi potong keturunan Bos taurus yang berasal dari Switzerland. Sapi ini berwarna krem agak cokelat atau merah seperti sapi bali. Pada bagian kepala kaki mulai dari lutut hingga telapak, dan ujung ekor berwarna putih. Sapi ini memiliki tanduk yang kecil. Pertumbuhan ototnya bagus dan penimbunan lemak dibawah kulit rendah (Yulianto dan Saparinto, 2010).

b) Sapi Limousin Sapi ini berasal dari Perancis. Warna buluh merah cokelat, tetapi pada sekeliling mata dan kaki mulai dari lutut ke bawah berwarna agak terang. Ukuran tubuh besar dan panjang, pertumbuhan bagus. Tanduk pada sapi jantan tumbuh keluar dan agak melengkung (Sugeng, 2003). Sapi Limousin merupakan bangsa tipe potong dan termasuk ke dalam ukuran sedang. Berat rata-rata sapi dewasa sekitar 589 kg (Rianto dan Purbowati, 2010). Sapi Simental memiliki pertumbuhan berat badan harian 0,7-1,3 Kg (Subiharta et al, 2000; Hadi dan Ilham, 2002).

(Sugeng, 2003; Siregar 2003).

d) Sapi Brahman. Sapi Brahman berasal dari India dan termasuk dalam golongan sapi Zebu. Sapi Brahman ditandai dengan punuk yang besar pada jantan, tetapi kecil pada betina. Ukuran tubuhnya besar dan panjang. Warna tubuh sapi ini pada umumnya gelap keabu-abuan. warna pada jantan lebih gelap dari pada betina. Sapi Brahman mampu berkembang baik dengan pakan yang berkualitas rendah dan tahan terhadap panas. Sapi Brahman jantan mempunyai bobot badan sekitar 800 kg dan betina dewasa sekitar 550 kg (Siregar, 2003).

B. Kondisi Usaha Penggemukan Sapi Potong

Usaha penggemukan sapi akhir-akhir ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat maupun pemerintah daerah yang mengusahakan penggemukan sapi potong. Penggemukan sapi potong dapat dilakukan secara perusahaan dalam skala usaha besar maupun perseorangan dalam usaha kecil (Siregar, 2003). Berdasarkan hasil pendataan sapi potong, sapi perah dan kerbau (PSPK) 2011 populasi sapi potong di Indonesia pada tahun 2011 tercatat 14,8 juta ekor. Secara regional/pulau, populasi sapi potong sebagian besar terdapat di pulau Jawa sebanyak 7,5 juta ekor atau 50,74% dari total populasi sapi potong di Indonesia .

Kondisi peternakan saat ini menurut Sugeng (2003) bahwa Indonesia saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi bakalan karena pertambahan populasi tidak seimbang dengan kebutuhan nasional. Usaha Kondisi peternakan saat ini menurut Sugeng (2003) bahwa Indonesia saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi bakalan karena pertambahan populasi tidak seimbang dengan kebutuhan nasional. Usaha

Pakan merupakan komponen biaya yang cukup besar dalam usaha penggemukan sapi potong. Pakan dalam penggemukan berupa hijauan dan konsentarat. Hijauan diberikan 10 % dari bobot badan, konsentrat 1 % dari bobot badan dan air minum 20-30 l/ekor/hari. (Ferdiman, 2007 cit Suryana 2009). Berdasarkan umur sapi yang akan digemukkan, lama penggemukan dibedakan menjadi tiga yaitu 1) untuk sapi bakalan dengan umur kurang dari

1 tahun, lama penggemukan berkisar antara 8 - 9 bulan, 2) untuk sapi bakalan umur 1 – 2 tahun, lama penggemukan 6-7 bulan dan 3) untuk sapi bakalan umur 2 - 2,5 tahun lama penggemukan 4-6 bulan (Sugeng, 2006 cit Suryana, 2009).

Sistem penggemukan sapi potong di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 metode yaitu :

1. Sistem Dry lot fattening Sistem dry lot fattening yaitu penggemukan sapi dengan memperbanyak pemberian pakan konsentrat (Yulianto dan Saparitno, 2010). Pada metode ini sapi digemukkan ditempatkan didalam kandang sepanjang waktu. Pakan hijauan dan konsentrat diberikan kepada sapi didalam kandang. Konsentrat merupakan porsi utama ransum yang diberikan. Perbandingan hijauan : konsentrat berkisar antara 40 : 60 sampai 20 : 80 (Rianto dan Purbowati, 2010).

onggok dan bekatul (Rianto dan Purbowati, 2010).

2. Sistem Pasture fattening Sistem pasture fattening adalah sistem penggemukan dengan sapi berada di padang penggembalaan sepanjang hari. Sapi tersebut baru dimasukkan ke dalam kandang pada malam hari atau pada saat matahari bersinar sangat terik. Sapi tidak mendapat pakan penguat (konsentrat) artinya sapi hanya mendapat pakan dari hijauan yang ada di padang penggembalaan. Sistem ini harus memperhatikan produktivitas sapi, selain ditanami rumput padang penggembalaan juga harus ditanami leguminosa agar kualitas pakan yang ada di padang menjadi lebih tinggi. Leguminosa memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kualitas pakan yang dikonsumsi oleh sapi. Metode pasture fattening lebih murah daripada dry lot fattening karena biaya pakan dan tenaga kerja yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Namun demikian, waktu yang dibutuhkan oleh sapi untuk mencapai bobot badan yang diinginkan lebih lama (Rianto dan Purbowati, 2010).

3. Kombinasi dry lot dan pasture fattening Metode kombinasi dry lot dan pasture fattening dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, pada musim penghujan saat hijauan berlimpah sapi digembalakan di padang penggembalaan sementara pada musim kemarau, sapi dikandangkan dan dipelihara secara dry lot. Kedua, pada siang hari, sapi digembalakan dipadang penggembalaan. Sementara pada malam hari, sapi dikandangkan dan diberi konsentrat. Metode ini 3. Kombinasi dry lot dan pasture fattening Metode kombinasi dry lot dan pasture fattening dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, pada musim penghujan saat hijauan berlimpah sapi digembalakan di padang penggembalaan sementara pada musim kemarau, sapi dikandangkan dan dipelihara secara dry lot. Kedua, pada siang hari, sapi digembalakan dipadang penggembalaan. Sementara pada malam hari, sapi dikandangkan dan diberi konsentrat. Metode ini

1. Kandang Bebas/Koloni Kandang bebas koloni merupakan suatu area yang cukup luas dengan atap di atasnya. Kandang ini dapat ditempati populasi sapi tanpa adanya sekat atau batasan sehingga sapi dapat bergerak bebas di dalam areal kandang. Kandang koloni hanya terdiri satu bangunan yang digunakan untuk ternak dalam jumlah banyak yang berukuran 7 x 9 m dengan daya tampung 20 - 40 ekor sapi. Pembesaran sapi di kandang bebas/koloni ini dapat menyebabkan beberapa hal yaitu membutuhkan biaya pembuatan kandang, tetapi lebih murah dari kandang inividual, sapi mudah yang saling beradu dan mudah untuk membantu mendeteksi birahi (Yulianto dan Saparinto, 2010).

2. Kandang Individual/Tunggal Kandang individual merupakan pemeliharaan ternak di suatu areal terbatas dan ruang gerak ternak dibatasi hingga sulit bergerak. Pembatasannya dapat berupa sekat-sekat. Setiap sekat ditempati oleh satu ekor sapi. Sapi ditambahkan dengan tali pada patok yang sediakan. Bahkan, ada cara tanpa sekat, yaitu sapi cukup ditambatkan pada patok yang dibuat secara berderet. Sapi hanya dapat bergerak ke depan dan ke belakang serta duduk (Yulianto dan Saparinto, 2010).

3. Sistem Paduan

1. Investasi Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2003). Investasi yang ditanamkan hanya untuk proses produksi semata-mata, padahal dalam kegiatan investasi tidak hanya ditujukan untuk kegiatan produksi semata-mata tetapi juga unuk membangun berbagai sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan investasi (Salim dan Sutrisno, 2008).

Investasi atau modal yang ditanam pada usaha penggemukan sapi potong pada intinya bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak di kemudian hari. Modal yang termasuk di dalam perbaikan penggemukan sapi potong terdiri dari biaya penyusutan bangunan, kekayaan yang mudah diuangkan seperti ternak, pakan ternak, bibit, pupuk dan biaya yang digunakan untuk pemeliharaan. Modal juga terdiri dari penyusutan, pergantian alat-alat yang rusak dan pemeliharaan ternak. Penggolongan modal berdasarkan prinsipnya dibagi atas barang-barang yang tidak habis sekali proses produksi seperti peralatan dan bangunan dan barang-barang yang langsung habis dalam sekali produksi misalnya pupuk (Soekartawi et al ., 1986).

2. Biaya Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan, yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur untuk menghasilkan produk (Cyrilla dan Ismail, 1988 cit Siregar, 2. Biaya Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan, yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur untuk menghasilkan produk (Cyrilla dan Ismail, 1988 cit Siregar,

Biaya variabel (Variabel Cost) ialah biaya yang akan dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dikehendaki. Biaya variabel terdiri dari bakalan sapi, makanan ternak, pembelian sarana produksi, dan sebagainya (Prasetya, 1995). Biaya Variabel juga merupakan biaya yang besar kecilnya ditanggung tergantung kepada biaya skala produksi. Meliputi tenaga kerja upahan, sewa tanah, dan sebagainya (Hernanto, 1993). Pendapat yang serupa dijelaskan oleh Subagyo (2009) bahwa biaya tidak tetap (Variabel cost) adalah biaya yang harus dibayar dan sangat tergantung dengan jumlah produk yang dihasilkan seperti pembelian sapi bakalan dan biaya pakan yang diperlukan.

b) Biaya yang Dibayarkan dan Biaya yang Tidak Dibayarkan

Biaya pengelolaan usahatani dapat dibedakan antara biaya yang dibayar dengan uang tunai atau dengan benda dan biaya yang tidak dibayar yang sebenarnya juga merupakan biaya usahatani. Pada usaha penggemukan sapi potong biaya yang dibayarkan terdiri dari Biaya pengelolaan usahatani dapat dibedakan antara biaya yang dibayar dengan uang tunai atau dengan benda dan biaya yang tidak dibayar yang sebenarnya juga merupakan biaya usahatani. Pada usaha penggemukan sapi potong biaya yang dibayarkan terdiri dari

3. Penerimaan Penerimaan dari usaha penggemukan sapi potong dapat berupa penjualan sapi yang telah digemukkan dan dari kotoran sapi. Usaha penggemukan sapi potong yang mempunyai tujuan utama menjual sapi yang telah digemukkan (Sugeng, 1998). Besarnya penerimaan dari usaha penggemukan sapi potong tergantung pada pertambahan bobot badan sapi yang dicapai selama proses penggemukan dan harga jual sapi per kilogram bobot badan hidup. Hal ini dinyatakan dalam satuan harga per kilogram bobot badan hidup karena pada umumnya para peternak yang mengusahakan penggemukan sapi, menjual sapi-sapinya yang sudah digemukkan kepada pedagang ternak dengan harga yang didasarkan pada bobot badan hidup (Rianto dan Purbowati, 2010).

4. Pendapatan Pendapatan (input) adalah hasil yang didapat dari penjualan produk pokok yang dihasilkan, produk sampingan ataupun pemasukan-pemasukan yang lain (Subagyo, 2009). Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan juga sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan setiap hari yang berpengaruh terhadap pengeluaran biaya hidup. Bentuk dan jumlah pendapatan mempunyai

dikurangi arus kas keluar pada periode berjalan (Subramanyam dan John, 2010). Cash flow menurut Kasmir dan Jakfar (2010) merupakan arus kas atau aliran kas yang ada diperusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar (cash out) serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Jenis-jenis cash flow yang dikaitkan dengan suatu usaha terdiri dari Initial cah flow atau lebih dikenal kas awal yang merupakan pengeluaran-pengeluaran pada awal periode untuk investasi. Contoh biaya pra-investasi adalah pembelian tanah, rumah, mesin peralatan dan modal kerja. Operasional cash flow merupakan kas yang diterima atau dikeluarkan pada ssat operasi usaha seperti penghasilan yang diterima dan pengeluaran yang dikeluarkan pada suatu periode. Terminal cash flow merupakan uang kas yang diterima saat usaha tersebut berakhir.

F. Analisis Finansial

Soeharto (1997) menyatakan bahwa studi kelayakan harus dapat menyuguhkan hasil analisis secara kuantitatif tentang manfaat yang akan diperoleh dibandingkan dengan sumber daya yang diperlukan. Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu proyek investasi yang berjalan ataupun yang telah dijalankan seperti Benefit cost ratio (B/C), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP).

1. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net benefit cost ratio adalah suatu perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negatif (-). Jika Net B/C Ratio lebih besar dari 1 (satu) berarti gagasan

NPV adalah selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow ) dimasa yang akan datang dan untuk mengetahui nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan (Husnan dan Suwarsono, 1993). Penjelasan yang sama juga diberikan oleh Umar (1997) bahwa NPV adalah selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang.

3. Internal Rate of Return (IRR) IRR menurut Umar (1997) bahwa metode IRR digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus khas yang diharapkan di masa datang atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal. Metode IRR digunakan untuk menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa mendatang. Apabila tingkat bunga ini lebih besar daripada tingkat bunga yang relevan (tingkat keuntungan yang disyaratkan), maka investasi dikatakan menguntungkan, kalau lebih kecil dikatakan merugikan (Husnan dan Suwarsono, 1993).

4. Payback Period (PP) Payback Period menurut Mulyana (2008) adalah suatu indikator yang dinyatakan dengan ukuran waktu, yakni berapa tahun yang 4. Payback Period (PP) Payback Period menurut Mulyana (2008) adalah suatu indikator yang dinyatakan dengan ukuran waktu, yakni berapa tahun yang

G. Analisis Break Event Point (BEP)

BEP adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa suatu usaha tidak rugi dan tidak untung. Analisis BEP adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel dan volume kegiatan yang mendasarkan pada hubungan antara biaya (cost) dan penghasilan penjualan (revenue) (Subagyo. 2009). BEP adalah volume produksi dimana jumlah seluruh ongkos sama dengan jumlah seluruh penerimaan (Soetrisno, 1993). Analisis pulang pokok (BEP) adalah sarana yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel dalam kegiatan perusahaan seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya (Umar, 2003). Titik impas atau BEP adalah titik di mana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapat yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan (Soeharto, 1999).

Pendapatan & Biaya

Volume penjualan

Penjualan

Titik Impas

Total biaya

Biaya tetap

Rugi

Laba

Grafik 1. Grafik BEP

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di tiga desa yaitu Desa Jatikuwung, Rejosari, dan Tuban yang berada di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Pemilihan lokasi penelitian secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan jumlah populasi ternak tertinggi, sedang dan terendah. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2012.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini didesain dengan menggunakan metode survei (survey method ). Metode survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data (Singarimbun et al., 1995). Data penelitian yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif (quantitative descriptive). Deskriptif kuantitatif (quantitative descriptive) adalah penelitian yang dapat menuturkan masalah yang ada sekarang dengan berdasarkan data-data dan hasil pengolahan data selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-angka sehingga lebih mudah ditangkap oleh siapapun yang membutuhkan informasi (Prasetyo, 2010).

C. Teknik Penentuan Sampel

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan waktu dan kemampuan serta jangkauan

Kecamatan Gondangrejo sebagai salah satu sentra penggemukan ternak sapi potong. (3) Daerah Kecamatan Gondangrejo mempunyai tempat pemotongan hewan (TPH) ternak ruminansia besar dan kecil. (4) Dekat dengan akses ke Pasar Hewan Purworejo Desa Jeron Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali sehingga ternak sapi potong mudah untuk dipasarkan oleh peternak. (5) Kecamatan Gondangrejo berdekatan dengan Kota Surakarta sehingga dekat dengan konsumen untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di Kota Surakarta dan sekitarnya.

Lokasi penelitian dipilih di tiga desa yaitu Desa Jatikuwung, Rejosari, dan Tuban, dengan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut memiliki jumlah peternak sapi potong tertinggi, sedang dan rendah. Jumlah peternak sapi potong tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah peternak sapi potong di Kecamatan Gondangrejo

Kabupaten Karanganyar tahun 2011.

No.

Desa

Jumlah Peternak (Orang)

1. Jatikuwung

2. Jeruksawit

3. Wonosari

4. Plesungan

5. Dayu

6. Rejosari

7. Karangturi

8. Kragan

9. Krendowahono

10. Selokaton

11. Wonorejo

12. Bulurejo

13. Tuban

PO dan PS tiap desa terpilih diambil secara merata dan proposional.

Pengambilan sampel dari masing-masing desa terpilih dilaksanakan secara proporsional dengan menggunakan rumus :

x 60

Nk

Ni =

Keterangan : Ni : Jumlah sampel peternak sapi potong pada desa ke-i. Nk : Jumlah peternak sapi potong dari masing masing desa.

N : Jumlah peternak sapi potong dari semua desa.

Pemilihan jumlah responden di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah responden di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Karanganyar

Nama desa

Peternak

(Nk)

Responden Nk/Nx60 Jatikuwung

8 Total jumlah (N)

60 Sumber: Data primer terolah, 2011

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari literatur- literatur pemerintah dan instansi-instansi lain yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar, serta instansi lainnya yang terkait dengan penelitian. Data sekunder ini diharapkan sebagai data penunjang yang digunakan untuk kelengkapan dalam menganalisis data.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Observasi Observasi adalah metode atau cara yang dilakukan dalam

pengambilan data yang kemudian dianalisis dengan pencatatan secara sistematis terhadap tingkah laku seseorang, obyek, atau mengamati individu secara langsung untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.

2. Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data dan mendapatkan

informasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung terhadap responden peternak usaha penggemukan sapi potong yang telah dipilih sebagai sampel atau tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung (Susanto, 2006).

3. Pencatatan Pencatatan dipakai untuk mengumpulkan data dan informasi yang

Studi pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berupa jurnal ilmiah, hasil-hasil penelitian, skripsi, tesis dan disertasi, proseding, buku teks, dan internet yang berguna untuk membantu permasalahan yang ada dalam penelitian.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah :

1. Pendapatan Peternak Pendapatan peternak sapi potong digunakan dengan rumus :

Keterangan : π = Total pendapatan peternak sapi potong.

TR = Total penerimaan dari penjualan seluruh hasil peternakan

sapi PO. TC = Total biaya yang dikeluarkan peternak sapi potong. Kriteria Penilaiannya adalah :

a) Pendapatan > 1 berarti usaha yang dijalankan tersebut mengalami untung.

b) Pendapatan < 1 berarti usaha yang dijalankan tersebut mengalami

rugi.

c) Pendapatan = 0 berarti usaha yang diajalankan tersebut tidak mengalami untung dan rugi (Gittinger, 1990).

2. Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

π = TR – TC

BCR

= Benefit Cost Ratio pada tahun ke-t

B t = Benefit kotor pada tahun ke-t

= Umur ekonomis dari proyek (Jumlah Tahun)

C t = Biaya kotor pada tahun ke-t

= Tingkat bunga yang berlaku

= Jangka usaha penggemukan Kriteria penilaiannya adalah :

a) B/C Ratio > 1 : Usaha tersebut layak dijalankan (menguntungkan)

b) B/C Ratio = 1 : Usaha tersebut mengembalikan modal sama persis

biaya yang dilakukan (impas)

c) B/C Ratio < 1 : Usaha tersebut ditolak karena tidak menguntungkan (Mulyana, 2008).

3. Net Present Value (NPV) NPV merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. Net Benefit merupakan selisih antara cash inflow dengan cash outflow yang terjadi pada setiap tahun. Net Benefit selanjutnya di discounted dengan opportunity cost of capital menghasilkan present value. Jumlah dari hasil present value net benefit menghasilkan NPV. Net Present Value dihitung dengan rumus :

Keterangan :

̢PV = ζ

H− 1+ H− 1+

c) NPV = 1 tersebut ditolak karena tidak menguntungkan (Gray et al ., 1993).

4. Internal Rate of Return (IRR) Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilai faktor diskonto (discount rate) yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Nilai Internal Rate of Return dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan : IRR = Internal Rate of Return (IRR) NPV ’ = NPV yang positif

NPV ” = NPV yang negatif

i ’ = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif.

i ” = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif. Kriteria penilaiannya adalah :

a) IRR ≥ 1 : Usaha tersebut dianggap layak dijalankan

b) IRR ≤ 1 : Usaha tersebut dianggap tidak layak dijalankan (Gray et

al ., 1993).

5. Payback Periods Discounted Payback Period (discounted PP) digunakan untuk mengetahui jangka waktu investasi yang dilakukan dapat dikembalikan

IRR = +

̬t Ǵ ̬t Ǵ ̬t ǴǴ

= Payback Period

I = Investasi

E = penerimaan bersih setiap tahun Pengambilan kesimpulan adalah apabila discounted PP lebih rendah dari umur ekonomis maka investasi diterima, namun apabila lebih tinggi dari umur ekonomis maka ditolak (Umar, 1997).

6. Break Event Point (BEP) BEP adalah suatu nilai dimana keuntungan yang diterima perusahaan sama nilainya dengan total biaya yang dikeluarkan, dengan anggapan bahwa harga jualnya sudah tertentu (Zulkarnain, 1993; Swastha dan Soekotjo, 2000). BEP menurut Kuswadi (2006), menggemukakan bahwa BEP atau titik impas adalah suatu titik dimana suatu perusahaan tidak mengalami kerugian laba/rugi atau titik impas dimana penerimaan dan penghasilan sama besar dengan seluruh biaya yang dikeluarkan. BEP dapat dihitung dengan rumus :

a. Atas dasar penjualan dalam rupiah

BEP =

Biaya tetap

1 − (biaya variabel total penjualan) ⁄

b. Atas dasar unit ternak

HEP =

Biaya tetap

Harga per unit − Biaya variabel per unit

G. Batasan-Batasan Operasional G. Batasan-Batasan Operasional

3. Nilai yang dimasukkan dalam cash flow adalah nilai tunai dan non tunai.

4. Tingkat bunga yang digunakan 12 % sesuai dengan tingkat bunga kredit usaha penggemukan sapi potong saat penelitian.

5. Upah tenaga kerja luar keluarga/sewa dihitung berdasarkan tingkat upah yang berlaku di lokasi penelitian yang dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).

6. Total biaya adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan, terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

7. Penerimaan adalah penerimaan per tahun selama pengusahaan penggemukan sapi potong (Rp).

8. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total.

A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

1. Letak administratif

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Jawa Tengah yang terletak diantara 110 o 40” - 110 o 70” Bujur Timur dan 7 o 28” - 7 o 46” Lintang Selatan dan ketinggian rata-rata 511 m di atas permukaan air laut. Secara administratif luas wilayah Kabupaten Karanganyar sebesar 77.378,64 Ha yang terdiri dari 17 kecamatan yang meliputi 177 desa dan kelurahan. Batas-batas administratif Kabupaten Karanganyar sebagai berikut : Sebelah Utara

: Kabupaten Sragen

Sebelah Timur

: Propinsi Jawa Timur

Sebelah Barat : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo Sebelah Selatan

: Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali

(Badan Pusat Statistik a , 2011).

Kecamatan Gondangrejo merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang berada di Kabupaten Karanganyar yang terdiri dari 13 desa atau kelurahan. Kecamatan Gondangrejo mempunyai luas wilayah 5.680,08 Ha atau sekitar 7,34 % dari luas wilayah Kabupaten Karanganyar. Jumlah penduduk Kecamatan Gondangrejo pada tahun 2010 sebanyak 69.987 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 34.877 jiwa dan perempuan 35.020 jiwa. Desa dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Desa Tuban yaitu 2.435

jiwa/km 2 sedangkan kepadatan penduduk terendah adalah Desa Rejosari

Kabupaten karanganyar memiliki jenis tanah yang bervariasi. Jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Karanganyar seperti mediteran coklat yang terdapat pada Kecamatan Karangpandan, Matesih, Karanganyar dan Tasikmadu, latosol terdapat di daerah Kecamatan Jumantono dan Mojogedang, aluvial terdapat di daerah Kecamatan Jaten, regosol terdapat di daerah Colomadu sedangkan jenis tanah yang ada di daerah penelitian ini adalah gromusol dan litosol, yang secara umum sangat rentan terhadap erosi, apalagi didukung oleh kemiringan lereng yang relatif besar. Topografi lahan yang ada di Kabupaten Karanganyar sebagian besar datar sampai bergelombang. Kecamatan Gondangrejo mempunyai topografi datar hingga berbukit dengan kemiringan lereng 3 -

25 %. Hasil observasi lapangan diketahui bahwa daerah penelitian mempunyai variasi penggunaan lahan untuk pertanian diantaranya adalah untuk sawah dan tegalan. Tegalan di daerah penelitian ada yang ditanami tanaman sayur-sayuran dan tanaman lainnya yang sangat berpotensi untuk ketersediaan bahan pakan bagi ternak.

3. Kondisi klimatologis

Kabupaten Karanganyar memiliki dua iklim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Suhu di Kabupaten Karanganyar berkisar antara 22 o - 31 o

C. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Karanganyar mencapai 9.307,5 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Maret sedangkan yang terendah pada bulan Juli dan Agustus.

Iklim di wilayah Kecamatan Gondangrejo tidak jauh berbeda

Kecamatan Gondangrejo merupakan salah satu wilayah yang potensial dalam usaha penggemukan sapi potong yang dipelihara oleh peternak. Hal ini didukung dari banyaknya limbah pertanian yang melimpah, sumber daya manusia (SDM) yang berpotensi untuk dikembangkan, pemasaran yang dekat dengan kota Surakarta, akses pakan terhadap sumber pakan yang cepat serta dekat dengan pasar hewan dan tempat pemotongan hewan.

1. Pertanian

Luas penggunaan tanah di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas penggunaan tanah di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Karanganyar tahun 2010 Jenis tanah

Luas (ha)

Persentase (%) Tanah Sawah

Tadah hujan

Tanah Kering

Pekarangan / bangunan

Tegal / kebun Padang Rumput

82,08 Total jumlah

100 Sumber : Statistik Kecamatan Gondangrejo, 2011. Berdasarkan data luas penggunaan tanah, sebagian besar lahan