RETAIL MARKETING MIX DI CARREFOUR SOLO PARAGON MALL
KONSUMEN ATAS RETAIL MARKETING MIX DI CARREFOUR SOLO
PARAGON MALL PADA TAHUN 2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012 Yang membuat pernyataan
Dwi Setianingsih K7408208
commit to user
RETAIL MARKETING MIX DI CARREFOUR SOLO PARAGON MALL PADA TAHUN 2012
Oleh: DWI SETIANINGSIH K7408208
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commit to user
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Juli 2012
Pembimbing I
Dra. Sri Wahyuni, M.M NIP. 19540817198203 2 001
Pembimbing II
Jonet Ariyanto N, S.E, M.M NIP. 19750728 200501 1 002
commit to user
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi Ketua
: Drs. Sunarto, M.M
1. .................... Sekretaris
: Leny Noviani, S.Pd, M.Si
2. ................... Anggota I
: Dra. Sri Wahyuni, M.M
3. .................... Anggota II
: Jonet Ariyanto N, S.E, M.M
4. ....................
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n. Dekan Pembantu Dekan 1
Prof. Dr. rer.nat. Sajidan, M.Si. NIP.19660415 199103 1 002
commit to user
Dwi Setianingsih, K7408208. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN ATAS RETAIL MARKETING MIX DI CARREFOUR SOLO
PARAGON MALL PADA TAHUN 2012, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen atas retail marketing mix yang meliputi: lokasi (location), barang dagangan (merchandise), harga (price), promosi (promotion), suasana toko (store atmosphere), dan pelayanan ritel (retail service) yang dilakukan oleh manajemen Carrefour Solo Paragon Mall pada tahun 2012, ditinjau dari kesenjangan antara tingkat kinerja dengan tingkat kepentingan retail marketing mix yang dirasakan konsumen.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelanggan atau konsumen yang melakukan pembelian di Carrefour Solo Paragon Mall pada tahun 2012. Pada penelitian ini besarnya jumlah sampel ditentukan sebanyak 100 responden. Try out yang dilakukan terhadap 30 responden di dalam populasi, dengan hasil valid dan reliabel. Adapun teknis analisis data yang digunakan adalah teknik Importance Performance Analysis (IPA).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Perhitungan tingkat kesesuaian total antara kinerja retail marketing mix dengan tingkat harapan konsumen sebesar 90,72% lebih kecil dari 100% sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kinerja retail marketing mix belum sesuai dengan tingkat harapan konsumen. (2) Rata-rata dari tingkat kepentingan total adalah 3,77. Angka ini menunjukkan tingkat harapan konsumen yang sangat penting. (3) Rata- rata tingkat kinerja total adalah 3,42. Angka ini menunjukkan tingkat kinerja retail marketing mix kurang memuaskan konsumen.
Kata kunci: Marketing, Kepuasan Konsumen, Retail Marketing Mix
commit to user
Dwi Setianingsih. K7408208. ANALYSIS OF CUSTOMER SATISFACTION
TO RETAIL MARKETING MIX IN CARREFOUR OF SOLO PARAGON
MALL IN 2012. Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. July 2012.
The purpose of research is to know out the customer satisfaction level to retail marketing mix including: location, merchandise, price, promotion, store atmosphere, and retail service conducted by the Carrefour of Solo Paragon Mall management in 2012, viewed from the gap between performance level and retail marketing mix importance level the consumer perceives.
This research was a descriptive quantitative. The population of this research was all customers who make purchasing in Carrefour of Solo Paragon Mall in 2012. In this research, the samples consisted of 100 respondents. Try out was conducted to 30 respondents in the population with valid and reliable outcomes. Technique of analyzing data used was Importance Performance Analysis (IPA) technique.
Based on the result of research, it could concluded that (1) the calculation of the total compatibility level between the performance of retail marketing mix and customer expectation level was 90.72% lower than 100% so that it could be said that the performance level of retail marketing mix had not been consistent with the consumer expectation level. (2) The mean total importance level was
3.77. This figure indicated the consumer expectation level who very important. (3) The mean total performance level was 3.42. This figure indicated the performance
level of retail marketing mix less satisfactory to the consumer.
Keyword: marketing, customer satisfaction, retail marketing mix.
commit to user
”Kebanyakan orang gagal adalah orang yang tak menyadari betapa dekatnya mereka dengan titik sukses saat mereka memutuskan untuk menyerah.”
(Thomas Alfa Edyson)
”Hati-hatilah dengan pikiranmu, karena pikiran dan angan-anganmu itu pada suatu saat akan menjadi kenyataan.” (Emerson)
“Mimpi itu memang semu, tetapi akan nyata dan sangat indah jika kita berusaha mewujudkannya dan membaginya dengan sesama.” (Penulis)
commit to user
Karya ini kupersembahkan untuk:
Bapak Maryoto dan ibu Mulyani orang tuaku tercinta, terima kasih atas doa, kasih sayang dan pengorbanan yang tidak akan aku lupakan
Kakakku (Mas Sigit dan Mbak Ida), Adikku (Tri Roma) dan keponakanku (Marissa) aku berjuang dan berusaha untuk menjadi panutan yang baik
Seseorang dalam doa dan harapanku yang menjadi inspirasi dan semangatku. Kakak tingkat ”Kemeruh” (bang FQ, teh Cunny, teh Aphy, bang Andre, mas
Antar, mas Budy, mas Kirun, mas Bonny) yang selalu memberi pengarahan, dukungan dan doa.
Sahabatku (Puput, Aini, Evy, Duta, Heru, Fajar, Dona, Atik, Widhy, Opic, Indar) kalian adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki.
Rekan-rekan seperjuangan PTN 2008 Almamater tercinta
commit to user
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”ANALISIS TINGKAT KEPUASAN
KONSUMEN ATAS RETAIL MARKETING MIX DI CARREFOUR SOLO PARAGON MALL PADA TAHUN 2012”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ridak lepas menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin dalam rangka mengadakan penelitian guna penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah menyetujui penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Wiedy Murtini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin atas penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Sri Wahyuni, M.M., selaku Ketua BKK Pendidikan Tata Niaga Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UNS serta pembimbing I, yang telah memberikan ijin atas penyusunan skripsi ini.
5. Leny Noviani, S.Pd., M.Si selaku Pembimbing Akademis yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan bangku kuliah selama ini.
commit to user
bimbingan dan pengarahan sehingga memperlancar penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Arijanti Tjandra selaku pimpinan Carrefour Solo Paragon Mall yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Tata Niaga yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga dapat menunjang terselesainya skripsi ini.
9. Responden yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu peneliti dalam pengisian kuesioner.
10. Sahabatku ”Ompla-Omplo” (Aphy, Puput, Aini, Evy, Duta, Heru, Fajar, Dona, Atik, Widhy, Opic, Indar), kalian adalah sahabat terbaikku yang takkan terlupakan dan telah mengajarkan banyak hal dalam hidupku.
11. Teman-teman Solo Batik Carnival 5 (Najib, Arifin, Benny, Abhe, Baruno, Esti, Very, Mbak Atikah, Galih, Ikhwan, Didik, Bayu, Tio, Mas Didik, Agung, Eko), terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
12. Teman-teman PTN’08 yang selalu memberikan semangat dan dorongan.
13. Teman-teman PPL SMK Kristen 1 Surakarta (Krisa) yang selalu memberikan semangat dan dorongan.
14. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan pengarahan yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
Gambar Halaman
2.1. Tahapan Dalam Proses Keputusan Pembelian ......................................... 26
2.2. Konsep Kepuasan Konsumen .................................................................. 27
2.3. Kerangka Berpikir .................................................................................... 35
3.1. Diagram Kartesius .................................................................................... 48
4.1. Grafik Histogram Data Variabel Kinerja Lokasi ...................................... 51
4.2. Grafik Histogram Data Variabel Harapan Lokasi..................................... 51
4.3. Grafik Histogram Data Variabel Kinerja Merchandise ........................... 52
4.4. Grafik Histogram Data Variabel Harapan Merchandise........................... 52
4.5. Grafik Histogram Data Variabel Kinerja Harga ...................................... 53
4.6. Grafik Histogram Data Variabel Harapan Harga ..................................... 54
4.7. Grafik Histogram Data Variabel Kinerja Promosi ................................... 55
4.8. Grafik Histogram Data Variabel Harapan Promosi ................................. 55
4.9. Grafik Histogram Data Variabel Kinerja Store Atmosphere .................... 56
4.10. Grafik Histogram Data Variabel Harapan Store Atmosphere ................. 56
4.11. Grafik Histogram Data Variabel Kinerja Retail Service......................... 57
4.12. Grafik Histogram Data Variabel Harapan Retail Service ....................... 58
4.13. Hasil Pemetaan Diagram Kartesius ........................................................ 62
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Jenis Perusahaan Retail di Solo ................................................................ 2
3.1. Jadwal Penelitian ...................................................................................... 36
4.1. Hasil Deskriptif Statistik Variabel Lokasi ................................................ 50
4.2. Hasil Deskriptif Statistik Variabel Merchandise ..................................... 51
4.3. Hasil Deskriptif Statistik Variabel Harga ................................................. 53
4.4. Hasil Deskriptif Statistik Variabel Promosi ............................................. 54
4.5. Hasil Deskriptif Statistik Variabel Store Atmosphere............................... 55
4.6. Hasil Deskriptif Statistik Variabel Retail Service ..................................... 57
commit to user
Lampiran Halaman
1. Definisi Operasional .................................................................................. 78
2. Kisi – Kisi Angket ..................................................................................... 81
3. Surat Pengantar Angket ............................................................................. 84
4. Kuesioner Penelitian/ Angket ................................................................... 85
5. Tabulasi Uji Validitas Angket (Kinerja) ……........................................... 89
6. Tabulasi Uji Validitas Angkat (Harapan ) ................................................. 90
7. Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ............................................... 91
8. Tabulasi Data Angket Tingkat Kinerja ……………….............................. 105
9. Tabulasi Data Angket Tingkat Harapan .................................................... 108
10. Tabulasi Skor Nilai Kuisioner Atribut Kinerja dan Harapan..................... 111
11. Perhitungan Tingkat Kesesuaian Antara Kinerja dan Harapan ................. 114
12. Tabel Rata-rata Tingkat Kinerja dan Tingkat Harapan ............................ 131
13. Surat Permohonan Penyusunan Skripsi kepada Dekan FKIP UNS........... 132
14. Surat Ijin Menyusun Skripsi dari Dekan FKIP UNS ................................. 133
15. Surat Ijin Penelitian kepada Carrefour Solo Paragon Mall ....................... 134
16. Surat Keterangan Telah Melakukan Research .......................................... 135
commit to user
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyak investor yang melakukan investasi di bidang tersebut. Bisnis ritel di Indonesia berkembang dari ritel tradisional ke ritel modern, misalnya mall, hipermarket, supermarket, dan sebagainya. Pada tahun 2010 industri ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), total belanja ritel modern pada tahun 2010 mencapai Rp 100 trilyun. Sebanyak Rp 65 trilyun merupakan belanja makanan dan sisanya non-makanan. Dari jumlah belanja makanan ini, hipermarket mengambil porsi 35 persen, minimarket 35 persen dan supermarket 30 persen. Makanan yang merupakan kebutuhan pokok manusia, mengharuskan kita mau tidak mau untuk berbelanja makanan dan minuman setiap harinya. Hal inilah yang menyebabkan mengapa minimarket dan hipermarket pertumbuhannya sangat pesat. Pertumbuhan gerai ritel makanan di hipermarket rata rata 30% per tahun dan supermarket 7% per tahun dan convenience store /minimarket sekitar 15%. Pada tahun 2003, penjualan sektor ritel modern makanan dikuasai oleh supermarket 60%, hipermarket 20% dan sisanya 20% oleh convenience store /minimarket. (Kompas.com, 2010).
Bisnis retail merupakan bisnis yang strategis dalam kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia. Dalam konteks global, potensi pasar retail Indonesia tergolong cukup besar. Pada saat ini perkembangan perusahaan retail di Solo semakin besar, sehingga banyak berdiri perusahaan-perusahaan retail besar di Solo. Retail modern yang tumbuh di Solo antara lain dengan format minimarket, supermarket, hipermarket dan perkulakan. Adapun datanya sebagai berikut:
commit to user
Carrefour Hypermarket Assalam Hypermarket
1 Perkulakan
Lotte Mart
1 Supermarket
Luwes Group
8 Minimarket
Indomaret, alfamart, as gross, dan minimarket yang lain.
35 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta
Perkembangan bisnis retail di Solo sekarang ini semakin ketat persaingannya. Banyak bermunculan perusahaan retail yang baru di Solo. Hal ini membuat konsumen bebas memilih tempat belanja yang sesuai dengan keinginan/harapan dan mampu memenuhi kebutuhannya. Harapan konsumen pada tempat belanja pun beraneka ragam, seperti harga barang yang dijual, kenyamanan, pelayanan, kelengkapan produk yang dijual, informasi yang dapat dipercaya, serta lokasi belanja yang strategis sehingga mudah dijangkau oleh konsumen. Persaingan yang ketat dalam dunia bisnis disebabkan oleh pelanggan yang semakin cerdas, sadar harga, dan didekati oleh banyak produk. Kemajuan teknologi komunikasi juga ikut berperan meningkatkan intensitas persaingan. Oleh karena itu untuk mempertahankan kinerja bisnis, banyak perusahaan yang berupaya memberikan kepuasan untuk mempertahankan pelanggannya. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan kepada pelanggannya.
Seiring memasuki Era Pasar Bebas Asia Pasific atau APEC tahun 2010 dan pasar bebas dunia tahun 2030, menciptakan iklim bisnis yang semakin kompetitif dan tak terbendung terutama di Solo. Oleh karena itu, untuk menarik konsumen yang sebanyak-banyaknya perusahaan ritel harus bersaing menawarkan keunggulan-keunggulan tempat bisnis mereka. Salah satunya adalah Carrefour
commit to user
bertambah menjadi sebanyak 3 cabang, yaitu terdapat di Pabelan, Solo Baru dan yang terbaru terdapat di Solo Paragon Mall. Carrefour Solo Paragon Mall merupakan Carrefour yang paling luas yang terdapat di Kota Solo ini, sehingga semua pelayanan yang diberikan akan lebih maksimal dibandingkan Carrefour yang lain. Masing-masing Carrefour tersebut akan berusaha memberikan keunggulan-keunggulan tempat perusahaannya dalam menarik konsumen sekaligus sebagai daya tarik perusahaannya, misalnya perbedaan penataan produk, bentuk promosi, dan pelayanan yang ditawarkan oleh peritel untuk memanjakan konsumen agar dapat memilih dan menentukan produk apa yang akan di beli serta dimana dia akan berbelanja. Oleh karena itu, pemasar harus memahami unsur- unsur retail marketing mix untuk mencapai keuntungan yang maksimal dan mendapatkan pelanggan yang potensial.
Menurut Hendy Ma’ruf (2005:176) “bahwa retail marketing mix adalah kombinasi dari beberapa elemen usaha retail yang digunakan untuk kepuasan konsumen yang dibutuhkan untuk mempengaruhi keputusan pembelian.” Elemen tersebut antara lain : location (lokasi), merchandise (barang dagangan), price (harga), promotion (promosi), store atmosphere (suasana toko), dan retail sevice (pelayanan). Hal – hal yang termasuk dalam retail marketing mix inilah yang nantinya harus lebih mendapat perhatian dari perusahaan, sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan. Pada saat ini, banyak para konsumen atau pengunjung sebuah pusat perbelanjaan menarik diri dikarenakan kurang mendapatkan kepuasan saat mengunjungi pusat perbelanjaan. Kurang puasnya terhadap sesuatu dapat mengakibatkan hilangnya konsumen atau pengunjung tetap pada pusat perbelanjaan.
Location (lokasi) akan mempengaruhi keinginan konsumen atau pelanggan untuk melakukan pembelian dan menjadikan pelanggan merasa puas. Pelanggan menginginkan lokasi dari toko itu strategis dan mudah dijangkau. Merchandise (barang dagangan) merupakan kegiatan pengadaan barang – barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani toko untuk disediakan dalam toko untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan ritel. Kelengkapan produk yang dijual
commit to user
halnya Carrefour Solo Paragon Mall yang menyediakan berbagai macam produk kebutuhan konsumen. Price (harga) merupakan suatu komponen yang penting bagi konsumen dalam menentukan keputusan pembelian. Konsumen selalu berharap bahwa barang yang akan dibeli harganya murah, dengan uang yang telah dikeluarkannya sebanding dengan kualitas barang yang didapatnya. Promosi (promotion) merupakan kegiatan yang mempengaruhi persepsi, sikap dan perilaku konsumen terhadap suatu toko ritel dengan segala penawarannya. Suasana toko (store atmosphere) yang diciptakan oleh retailer haruslah nyaman dan menarik bagi pelanggan karena pelanggan/konsumen akan lebih senang dengan suasana yang nyaman dan menarik agar konsumen lebih senang dalam melakukan pembelian dalam toko/gerai tersebut. Retail service (pelayanan) juga diperhatikan oleh Carrefour Solo Paragon Mall agar konsumen merasa nyaman untuk berjalan- jalan dalam toko ketika sedang berbelanja.
Konsep kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan bermanfaat dalam memberikan informasi lebih jelas tentang seberapa puas atau tidak puas konsumen lain terhadap produk atau jasa tertentu. Dengan informasi yang lebih berkualitas , konsumen diharapkan mampu membuat keputusan pembelian yang lebih bijaksana dan mampu menghindari pengalaman buruk dari konsumen lainnya. Melalui survei yang peneliti lakukan beberapa minggu yang lalu dengan 10 pengunjung di Carrefour Solo Paragon menyatakan bahwa 7 diantaranya merasa kurang puas dengan beberapa variabel yang terdapat pada bauran pemasaran ritel, diantaranya yaitu: variabel price (harga) yang menurut konsumen masih mahal, barang dagangan (mechandise) yang terkadang kosong dari display sehingga sering membuat konsumen kecewa, dan kualitas pelayanan (ritel service) yang diberikan pramuniaga kepada konsumen belum sesuai dengan harapan konsumen karena pramuniaga kurang respect kepada konsumen sehingga seringkali konsumen harus menegur pramuniaga terlebih dahulu untuk mendapatkan informasi serta seringkali pramuniaga bercanda dengan pramuniaga yang lain di dalam toko sampai membuat konsumen tidak nyaman dalam berbelanja.
commit to user
Pemasar sangat mengharapkan dapat mempertahankan pelanggannya dalam jangka panjang, bahkan jika mungkin untuk selamanya. Usaha ini akan mendatangkan sukses besar dalam jangka panjang. Konsumen yang puas akan menjadi pelanggan yang loyal sehingga mempunyai kecenderungan lebih rendah untuk melakukan switching (berpindah merek) dan menjadi strong word of mouth.
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka penulis bermaksud mengadakan suatu penelitian yang berkaitan dengan retail marketing mix. Penelitian tersebut tertuang dalam judul: “ANALISIS TINGKAT
KEPUASAN KONSUMEN ATAS RETAIL MARKETING MIX DI CAREFOUR SOLO PARAGON MALL PADA TAHUN 2012”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana tingkat kepuasan konsumen atas retail marketing mix yang meliputi: lokasi (location), barang dagangan (merchandise), harga (price), promosi (promotion), suasana toko (store atmosphere), dan pelayanan ritel (retail service) yang dilakukan oleh manajemen Carrefour Solo Paragon Mall pada tahun 2012, ditinjau dari kesenjangan antara tingkat kinerja dengan tingkat kepentingan retail marketing mix yang dirasakan konsumen?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan faktor yang penting di dalam melakukan penelitian, sebab dengan adanya tujuan penelitian akan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai arah penelitian yang akan dicapai. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen atas retail marketing mix yang meliputi: lokasi (location), barang dagangan (merchandise), harga (price), promosi (promotion), suasana toko (store atmosphere), dan pelayanan ritel (retail service) yang dilakukan oleh manajemen Carrefour Solo Paragon Mall pada tahun 2012, ditinjau dari kesenjangan antara
commit to user
konsumen.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan di bidang manajemen pemasaran ritel khususnya mengenai retail marketing mix dan kepuasan konsumen.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat digunakan sebagai informasi bagi Carrefour Solo Paragon Mall mengenai hal – hal apa saja yang menjadi harapan dari konsumen sehingga akan menciptakan kepuasan konsumen di Carrefour Solo Paragon Mall.
b. Dapat memberikan masukan bagi Carrefour Solo Paragon Mall untuk memahami kepuasan konsumen.
c. Dapat digunakan sebagai sarana berpikiran ilmiah yang didapat di bangku kuliah terhadap faktor – faktor kepuasan konsumen dalam berbelanja.
d. Bagi Fakultas, dapat memberikan informasi kepada mahasiswa sebagai bahan studi lebih lanjut bagi yang ingin mengadakan penelitian yang berkaitan dengan topik ini serta memberikan sumbangan bagi perbendaharaan karya tulis ilmiah di perpustakaan.
commit to user
KAJIAN PUSTAKA
Landasan teori dalam suatu penelitian berisi pengkajian terhadap pengetahuan ilmiah yang sudah ada. Pengkajian dapat berbentuk asumsi dan konsep dalam lingkup studi yang akan diteliti.
A. Tinjauan pustaka
Dalam pengkajian variabel-variabel penelitian diperlukan teori-teori yang relevan dimana teori-teori tersebut dikaji dalam tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka pada dasarnya merupakan pengkajian terhadap pengetahuan tentang konsep-konsep, hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang relevan dengan permasalahan. Dilihat dari penelitian ini maka tinjauan pustaka yang dikaji adalah sebagai berikut:
1. Tinjauan Tentang Retailing
a. Pengertian Retailing
Menurut Dunne dan Lusch (2005 : 4) “Retailing is the final stage in the progression of merchandise from producer to consumer”. Sedangkan menurut Berman dan Evans (1992 : 14) “ Retailing is those business activities involved in the sale of good and sevice to consumers for their personal, family or household use”. Dari pendapat yang telah diuraikan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa retailing adalah suatu bentuk usaha yang menjual produk dan jasa langsung pada konsumen akhir untuk dikonsumsi.
b. Karakteristik Bisnis Retailing
Berikut ini adalah beberapa karakteristik suatu bisnis retail yang membedakannya dengan bisnis lainnya. Menurut Berman dan Evans (1992), karakteristik bisnis retail ada 3 yaitu : small enough quantity, impulse buying dan store condition. Adapun penjelasan dari masing-masing karakteristik, yaitu sebagai berikut :
commit to user
Penjualan barang dan jasa dalam small enough quantity (partai kecil, dalam jumlah secukupnya untuk dikonsumsi sendiri dalam periode waktu tertentu). Meskipun retailer mendapatkan barang dari supplier dalam bentuk kartonan(cases), namun retailer mendisplay dan menjualnya dalam pecahan per unit(piece(s)).
2) Impulse Buying Yaitu kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan jenis yang sangat variatif sehingga dapat minimbulkan banyak pilihan dalam proses belanja konsumen. Seringkali konsumen dalam proses belanjanya, keputusan yang diambil untuk membeli suatu barang adalah yang sebelumnya tidak tercantum dalam belanja barang (out of purchase list ). Keputusan ini muncul begitu saja tersetimulasi oleh variasi bauran produk(assortment) dan tingkat barang yang ditawarkan.
3) Store Condition Kondisi lingkungan dan interior dalam toko/gerai yang dipengaruhi oleh lokasi toko, efektifitas penerangan barang, open hour (jam buka toko) dan tingkat harga yang bersaing.
c. Tipe Bisnis Retailing
Menurut Berman dan Evans (1992), bahwa tipe bisnis retail dapat di klasifikasikan menjadi empat. Yaitu antara lain : berdasarkan kepemilikan bsinis (ownership), berdasarkan katagori barang dagangan (merchandise category ), berdasarkan luas area( area penjualan) dan retailer tanpa toko (non- store retailer ).
1) Tipe Bisnis Retailer Atas Kepemilikan (Ownership)
a) Single Store Retailer Merupakan tipe bisnis retail yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah 100 m 2 . Mulai dari kios atau toko di pasar tradisional sampai dengan minimarket modern : dengan kepemilikan secara individu.
commit to user
Toko retail dengan banyak (lebih dari satu) cabang dan biasanya dimiliki oleh suatu intitusi bisnis bukan perorangan, melainkan dalam bentuk perseroan (company owned retail chain).
c) Toko Waralaba (Franchise Store) Toko retail yang dibangun berdasarkan kontrak kerja waralaba(bagi hasil). Antara waralaba (franchisee) yakni pengusaha investor perorangan (independent business person) dengan pewaralaba (franchisor) yang merupakan pemegang lisensi.
2) Tipe Bisnis Retailer Atas Merchandise Category
a) Specialty Store (Toko Khas) Merupakan toko retail yang menjual suatu jenis kategori barang atau suatu tentang kategori barang yang sempit/sedikit. Contok : Apotek, Optik Store, Gallery.
b) Grocery Store (Toko Serba Ada) Merupakan toko retail yang menjual sebagian besar kategori barangnya adalah barang groceries(kebutuhan sehari-hari). Contoh : Carrefour, Makro, Hero.
c) Department Store Sebagian assortment yang dijual adalah merupakan non-basic items(bukan kebutuhan pokok), fashionables dan branded item (bermerek). Contoh : Matahari Dept.Store, Ramayana, Borobudur.
d) Hyperstore Menjual barang-barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas. Menjual hampir semua jenis barang kebutuhan setiap lapisan konsumen. Mulai dari barang grocery, househoid, textile, appliance, optical , dan lainnya dengan konsep one-stop-shopping.
commit to user
a) Small Store /Kios Sebuah toko kecil (kios) yang umumnya, merupakan toko retail tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales area
kurang dari 100 m 2 .
b) Minimarket Dioperasikan dengan luasan sales area antara 100 m 2 sampai dengan
1000 m 2 .
c) Supermarket Dioperasikan dengan luasan sales area antara 1000 m 2 sampai dengan 5000 m 2
d) Hypermarket
Dioperasikan dengan luasan sales area lebih dari 5000 m 2
4) Non – Store Retailer
a) Multi-Level-Marketing (MLM) Adalah sebuah model penjualan barang secara langsung dengan system komisi penjualan berperingkat berdasarkan setatus keanggotaan peringkat distribusi. Dalam model distribusi MLM terdapat 3 komponen, yaitu : rect-seller, merchandise user,dan manufacture .
b) Mail and Phone Older Retailing Perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui surat atau dan telepon.
c) Internet/Online Store Bisnis yang transaksi jual-belinya dilakukan lewat internet, mulai dari memamerkan produk, pemesanan produk, cara bertransaksi.
commit to user
a. Pengertian Retail Marketing Mix
Menurut Dunne dan Lusch (2005 : 345), bahwa retail marketing mix adalah The combination of factors use to santisfy consumer need influense
purchase decision. Element in the retailing marketing mix include the types of the merchandise and sevice offered, merchandise, pricing, advertising and promotional program, store design, merchandise display, assistance to costomers provided by sales people and convenience of the store’s location.
Sedangkan Menurut Hendri Ma’ruf (2005:13) “bahwa retailing marketing mix adalah kombinasi dari beberapa elemen usaha retail yang digunakan untuk kepuasan konsumen yang dibutuhkan untuk mempengaruhi keputusan pembelian.” Elemen tersebut antara lain : location (lokasi), merchandise (barang dagangan), price (harga), promosi (promotion), store atmosphere (suasana toko), dan retail service (pelayanan).
b. Elemen Retail Makteting Mix
1) Location (Lokasi)
Menurut Hendri Ma’ruf (2005:116), bahwa lokasi adalah Faktor yang sangat penting dalam bauran pemasaran ritel (retail
marketing mix) . Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama, oleh pramuniaga yang sama banyak dan terampil, dan sama-sama punya setting/ambience yang bagus.
Sedangkan menurut Peter and Olson (2000), lokasi adalah aspek terpenting dalam strategi saluran distribusi. Lokasi yang baik menjamin tersediannya akses yang cepat, dapat menarik sejumlah besar konsumen , dan cukup kuat untuk mengubah pola berbelanja dan pembelian konsumen.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan lokasi toko sangat menentukan sekali dalam bisnis retail. Lokasi toko yang letaknya
commit to user
pemilik bisnis retail. Lokasi toko haruslah mudah untuk dikunjungi oleh para pelanggannya. Tersedianya berbagai jenis sarana angkutan umum untuk para konsumen. Sehingga konsumen lebih mudah mengunjungi toko tersebut.
Menurut Hendri Ma’ruf (2005), beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam letak atau tempat gerai yang akan dibuka atau didirikan yaitu :
a) Lalu lintas pejalan kaki Informasi tentang jumlah pria dan wanita yang melintas, proporsi potensi konsumen, dan proporsi orang yang berkunjung dari total yang melintas.
b) Lalu lintas kendaraan Informasi tentang jumlah dan karakteristik mobil-mobil/ kendaraan yang melintas, faktor lebar jalan, kondisi jalan, dan kemacetan akan menjadi nilai kurang bagi pelanggan itu menjadi perhatian penting bagi seorang pemasar.
c) Fasilitas parkir Untuk kota-kota besar, pertokoan atau pusat perbelanjaan yang memiliki fasilitas parkir yang memadai dapat menjadi pilihan yang lebih baik bagi peritel dibandingkan dengan pertokoan dan pusat belanja yang fasilitasnya tidak memadai.
d) Transportasi umum Transportasi umum yang banyak melintas di depan pusat perbelanjaan akan memberi daya tarik yang lebih tinggi karena membantu konsumen dengan mudah langsung masuk ke area perbelanjaan
commit to user
Seorang peritel hendaknya jika ingin membuka toko harus mempelajari lebih dulu toko-toko apa saja yang ada disekitarnya, karena toko yang saling melengkapi akan menimbulkan sinergi.
f) Letak berdirinya gerai Letak berdirinya gerai sering kali dikaitkan dengan visibility (keterlihatan), yaitu mudah terlihatnya toko dan plang namanya oleh pejalan kaki dan pengendara mobil yang melintas di jalan.
g) Penilaian keseluruhan Penilaian keseluruhan atau overall rating perlu dilakukan berdasarkan faktor-faktor agar dapat menentukan pilihan lokasi yang tepat.
Menurut Widya Utami (200:61), terdapat beberapa faktor-faktor yang memberi pengaruh dan daya tarik sebuah lokasi, yaitu:
a) Aksesibilitas lokasi, adalah kemudahan bagi konsumen untuk datang atau masuk dan keluar dari lokasi tersebut. Analisis ini memiliki dua tahap, yaitu: analisis makro dan analisis mikro. Analisis makro digunakan untuk menaksir aksesbilitas lokasi pada tingkat makro ritel secara bersamaan mengevaluasi beberapa faktor seperti pola – pola jalan, kondisi jalan, dan hambatan-hambatan. Sedangkan analisis mikro berkonsentrasi pada masalah-masalah menyangkut lokasi, seperti visibilitas, arus lalu lintas, parkir, keramaian, dan jalan masuk atau jalan keluar.
b) Keuntungan di dalam Pusat Perdagangan, faktor ini bertujuan untuk melokasikan toko – toko yang menarik terhadap target pangsa pasar yang saling berdekatan. Hal ini terjadi karena konsumen ingin berbelanja dimana mereka menemukan sejumlah variasi barang dagangan yang lengkap.
2) Merchandise (Barang Dagangan)
Menurut Hendri Ma’ruf (2005:135), merchandise adalah Kegiatan pengadaan barang – barang yang sesuai dengan bisnis yang
dijalani toko (produk berbasis makanan, pakaian, barang kebutuhan rumah, produk umum, dan lain – lain, atau kombinasi) untuk disediakan dalam toko pada jumlah, waktu, dan harga yang sesuai untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan ritel.
commit to user
adalah keseluruhan dari penawaran yang dilakukan secara normal oleh perusahaan kepada konsumen dalam memberikan pelayanan, letak toko, dan nama barang dagangannya.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produk yang dijual kepada konsumen haruslah memiliki mutu yang sangat baik. Untuk menambah volume lini produk, meningkatkan kualitas dan keanekaragaman produk maka manajemen perusahaan haruslah menetapkan perencanaan barang dagang sehingga pengaturan barang dagang menjadi lebih baik.
Menurut Widya Utami (2008:88-89), langkah-langkah pengaturan arah merchandise adalah sebagai berikut:
a) Melakukan analisis pasar dan segmentasi.
b) Analisis pasar dilakukan dengan meneliti pasar, konsumen, dan pesaing, perlu diperhatikan siapa yang harus melakukannya, di mana, kapan dan bagaimana melakukannya.
c) Menentukan target pasar.
d) Menetapkan tujuan dan memutuskan, berdasarkan tren secara umum dalam pasar, kelompok barang dagangan mana yang patut mendapat perhatian lebih.
e) Rencana keragaman barang (assortment plan), merupakan aktivitas untuk melakukan perencanaan terhadap kategori barang dagangan dan bauran margin.
f) Kategori barang dagangan (merchandise category) adalah kelompok barang dalam persepsi konsumen yang saling berhubungan atau pemakaiannya dapat saling menggantikan.
g) Bauran margin (margin mix) adalah komposisi margin yang terbaik yang ditentukan berdasarkan peranan dari masing-masing kategori barang (category role).
h) Penjualan dan rencana barang dagangan umum.
i) Perencanaan pembelian dan sumber. j) Logistic. k) Penjualan dan analisis barang dagangan umum.
Setelah mengimplementasikan semua langkah di atas dalam melakukan evaluasi barang dagangan, retailer dapat melakukan beberapa pilihan berikut:
commit to user
Variasi adalah sejumlah kategori barang-barang yang berbeda di dalam toko atau departemen. Toko dengan banyak jenis barang dagangan dapat dikatakan mempunyai keleluasaan bagus. Istilah jenis (variety) dan keleluasaan (breadth) sering digunakan (saling menggantikan) untuk menunjukkan keluasan barang dagangan.
b) Keberagaman Kebergaman (assortment) merupakan sejumlah SKU dalam kategori. Toko dengna keberagaman yang luas (large assortmen) dapat dikatakan mempunyai kedalaman (depth) yang baik-keberagaman dan kedalaman juga dapat digunakan untuk menunjukkan kedalaman barang dagangan.
c) Ketersediaan produk Ketersediaan produk (product availability) dapat didefinisikan sebagai presentase permintaan untuk beberapa SKU yang memuaskan.
Menurut Hendri Ma’ruf (2005:144), Keragaman produk terdiri dari dua hal yaitu :
a) Wide/ lebar, yaitu banyaknya variasi produk yang dijual:
1) Lebar: banyak ragam kategori produk
2) Sempit: sedikit ragam produk
b) Deep/ dalam, yaitu banyaknya item pilihan dalam masing-masing
kategori produk:
1) Dalam: banyak pilihan (warna, ukuran, bahan, dll) dalam
setiap kategori
2) Dangkal: sedikit pilihan dalam setiap kategori produk.
3) Price (Harga) Perusahaan haruslah menetapkan penetapan harga barang dagangannya sesuai dengan keadaan pasar karena bisnis ritel merupakan bisnis yang memiliki persaingan yang sangat ketat, apalagi pada saat ini. Sehingga tidak mungkin perusaahan menetapkan harga dengan sangat tinggi yang berbeda jauh dengan pesaingnya. Disamping itu, tanggapan konsumen
commit to user
harga oleh perusahaan. Menurut Hendri Ma’ruf (2005:155), “Harga adalah satu – satunya unsur dalam berbagai unsur bauran pemasaran ritel itu yang bakal mendatangkan laba bagi peritel. Sedangkan unsur – unsur lain dalam bauran pemasaran menghabiskan biaya.”
Menurut Basu Swastha dan Irawan (2002:241), “Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya".
Menurut Kotler (2008), Perusahaan haruslah mempertimbangkan banyak faktor dalam menyusun kebijakan menetapkan harga yaitu:
a) Perusahaan dengan cepat membuat sasaran pemasaran apakah bertahan, mengambil keuntungan sekarang yang maksimum, atau yang lainnya
b) Menentukan permintaan
c) Memperkirakan biaya
d) Menganalisis penawaran harga para pesaing
e) Memilih metode apa yang digunakan
f) Memilih harga akhir
Menurut Hendri Ma’ruf (2005), Aspek-aspek yang berkaitan dengan penetapan harga adalah :
a) Aspek laba, seperti halnya perusahaan lainnya usaha ritel juga menginginkan maksimalisasi laba.Laba dapat dicapai dalam jangka pendek dan jangka panjang.
b) Aspek pelanggan, maksimalisasi laba adalah salah satu sisi dari selembar mata uang. Sisi lainnya adalah kepuasan pembeli. Tujuan pemasaran adalah kepuasan pelanggan melalui operasional perusahaan yang akan memberi laba yang patut. Itu berarti kedua belah pihak sama-sama manfaat dari interaksi penjual-pembeli.
c) Aspek pasar dan pesaing, untuk melakukan penetrasi pasar diperlukan penetapan harga rendah atau bersaing.
commit to user
tempo kadaluarsa yang dekat memungkinkan penjualan segera dengan penetapan harga diskon.
e) Aspek citra kualitas, masih berlakunya anggapan bahwa terdapat korelasi antara harga dan kualitas.
f) Aspek merek, label harga disesuaikan keunggulan masing-masing merek.
g) Aspek hukum dan peraturan, minimnya peraturan yang mengikat dalam penetapan harga sehingga peritel cukup memiliki ruang yang luas menetapkan harga
Menurut Widya Utami (2008:100-102), dalam pasar ritel sekarang, terdapat dua strategi penetapan harga yang berlainan yaitu:
a) Penetapan harga rendah tiap hari (everyday low pricing-EDLP) yang menekankan kontinuitas harga ritel pada level antara harga nonobral regular dan harga obral diskon besar pesaing ritel (tidak selalu murah).
b) Penetapan harga tinggi atau rendah (high/low pricing-HLP), dimana peritel menawarkan harga yang kadang-kadang di atas EDLP pesaing, dengan memakai iklan untuk mempromosikan obral dalam frekuensi yang cukup tinggi.
Strategi EDLP mempunyai tiga manfaat relatif dibandingkan dengan HLP yaitu:
a) Berkurangnya perang harga Banyaknya pelanggan yang agak skeptis dengan harga jual dari ritel. Pelanggan banyak menunggu dan menunda pembelian sampai ritel melakukan penjualan secara obral (sale) dan hal yang mendorong semakin banyaknya perang harga dalam bisnis ritel. Menetapkan strategi EDLP akan menurunkan terjadinya perang harga.
b) Berkurangnya iklan Implementasi strategi EDLP menyebabkan kecenderungan harga stabil di pasaran. Dengan kondisi ini maka peritel dapat mengurangi frekuensi melakukan aktivitas iklan karena tidak perlu menginformasikan perubahan harga dalam waktu yang terlalu pendek.
c) Berkurangnya kelebihan ketresediaan dan memperbaiki manajemen persediaan Implementasi strategi EDLP menyebabkan tingginya frekuensi dan banyaknya variasi permintaan, dengan demikian akan cenderung mengurangi kelebihan persediaan dan memperbaiki manajemen persediaan.
commit to user
dengan manfaat sebagai berikut:
a) Barang dagangan yang sama memiliki berbagai pasar. Strategi HLP pada umumnya dilakukan oleh ritel pada pelanggan yang kurang sensitif terhadap harga.
b) Obral menciptakan kegairahan belanja Suasana yang diciptakan dalam obral barang sering kali menimbulkan perasaan puas bagi pelanggan karena merasa mendapatkan barang dengan harga relatif murah meskipun pada saat terakhir (saat barang tersebut sebenernya sudah tidak baru lagi). Suasana inilah yang biasanya dapat menimbulkan kegairahan pelanggan dalam berbelanja.
c) Obral menggerakkan barang dagangan. Melalui implementasi strategi HLP dengan melakukan obral maka barang dagangan yang termasuk dalam kelompok tidak laku dijual kemungkinan dapat terjual.
d) Penekanan terhadap kualitas barang dagangan. Penetapan harga yang tinggi sering kali menjadi tanda bagi pelanggan bahwa barang dagangan yang dijual dalam ritel memiliki kualitas yang baik.
4) Promotion (Promosi) Kegiatan promosi yang baik harus memperhatikan apa yang akan diberitahukan kepada konsumen, bagaimana media yang akan dipilih, siapa- siapa saja yang menjadi target promosi yang dilakukan perusahaan dan lain sebagainya. Menurut Hendri Ma’ruf (2005:183), “Promosi merupakan kombinasi dari beberapa alat promosi yang terdiri atas, periklanan, penjualan langsung dan sales promotion”. Adapun tiga macam alat promosi yang digunakan oleh peritel, yaitu:
a) Periklanan Merupakan segala bentuk presentasi nonpersonal dan promosi dari barang – barang serta pelayanan oleh sebuah sponsor tertentu yang dapat dilakukan melalui berbagai media seperti televisi, radio, majalah, surat kabar, catalog, dan media lainnya.
b) Penjualan langsung Merupakan bentuk presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan satu atau beberapa orang calon pembeli dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan pembelian.
commit to user
Merupakan aktivitas yang dapat merangsang konsumen untuk membeli yang meliputi pemajangan, pameran, pertunjukkan dan demonstrasi. Bentuk sales promotion, dapat juga dengan pemberian sampel dan kupon hadiah.
Menurut Widya Utami (2010:88), “Promosi merupakan kegiatan yang mempengaruhi persepsi, sikap dan perilaku konsumen terhadap suatu toko ritel dengan segala penawarannya.”
Teori komunikasi merupakan landasan bagi keberhasilan strategi promosi yang dilakukan peritel, termasuk jenis perusahaan lain di industri apa saja, teori ini menjelaskan siapa yang mengirim, pesan apa, dengan cara apa,kepada siapa dan bagaimana hasilnya. Pengecer menggunakan berbagai macam alat promosi untuk menghasilkan lalu lintas pengunjung atau pembelian. Program promosi yang lengkap disebut bauran promosi (promotion mix) yang terdiri atas iklan, promosi penjualan, public relation, dan personal selling.
Salah satunya dengan adanya sales promotion, adalah program promosi peritel dalam rangka mendorong terjadinya penjualan atau untuk meningkatkan penjualan atau dalam rangka mempertahankan minat pelanggan untuk tetap berbelanja. Selain itu sales promotion juga dimaksudkan untuk memperkenalkan produk baru atau suatu gerai baru.
Menurut Hendri Ma’ruf (2005), jenis-jenis sales promotion yaitu:
a) Poin of purchase Display di counter, lantai, atau jendela display yang memungkinkan para peritel mengingatkan para pelanggan menstimuli belanja impulsife. Kadangkala display disiapkan oleh pemasok atau produsen.
b) Kontes Para pelanggan berkompetisi untuk memperebutkan hadiah yang disediakan dengan cara memenangkan permainan.
commit to user
Peritel mengiklankan diskon khusus bagi para pembeli yang memanfaatkan kupon yang diiklankan, biasanya di Koran atau di keranjang belanja.
d) Program pelanggan setia Para pelanggan diberi poin atau diskon berdasarkan banyaknya barang belanja mereka.
e) Hadiah langsung Mirip dengan program diatas berupa poin, yaitu jumlah belanja menjadi faktor untuk memperoleh hadiah, bedanya hadiah diberikan langsung tanpa menunggu jumlah poin tertentu.
f) Contoh (sample) Adalah contoh produk yang diberikan secara cuma-cuma yang tujuannya adalah memberikan gambaran baik dalam manfaat, rupa, ataupun bau dari produk yang dipromosikan.
g) Demonstrasi Memberi peragaan langsung mengenai keunggulan suatu produk.
h) Hadiah untuk rujukan Hadiah yang diberikan pada pelanggan jika ia membawa calon pelanggan baru, ini menggunakan member club.
i) Sovenir Barang-barang souvenir dapat menjadi alat sales promotion yang menunjukkan nama logo peritel.
j) Acara-acara khusus Dibuat untuk lebih memperkenalkan gerai baru atau peluncuran produk tertentu
Disamping itu, iklan juga berperan penting diantara semua alat dalam bauran promosi bagi peritel besar. Periklanan mempunyai tujuan-tujuan seperti berikut ini :
commit to user
adanya program promosi penjualan, adanya pelayanan baru, atau untuk memperbaiki kesalahpahaman, atau untuk membangun citra perusahaan.
b) Membujuk, yaitu untuk membangun rasa suka konsumen kepada perusahaan, membujuk datang ke gerai, membujuk untuk mencoba produk baru.
c) Mengingatkan, yaitu untuk mengingatkan pelanggan bahwa perusahaan “kami” selalu menjual produk berkualitas, mengingatkan konsumen dari waktu ke waktu untuk berbelanja di gerai “kami”
5) Store Atmosphere (Suasana Toko) Suasana toko yang diciptakan oleh retailer haruslah nyaman dan menarik bagi pelanggan karena pelanggan/konsumen akan lebih senang dengan suasana yang nyaman dan menarik. Suasana ini dapat dilihat oleh berbagai aspek mulai dari eksterior toko, interior toko, presentasi barang dagangan, dan kebersihan. Jadi retailer harus mempunyai strategi dalam menciptakan suasana toko yang nyaman dan menarik, ini dilakukan agar konsumen lebih senang dalam melakukan pembelian dalam toko/gerai tersebut.