ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN

DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun Oleh : SIDIQ KURNIAWAN

NIM : F1106045

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN SIDIQ KURNIAWAN NIM : F1106045

Tujuan dari penelitian ini adalah : a) Untuk mengetahui tingkat kelayakan dan tingkat profitabilitas investasi usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung.

b) Untuk mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi yang digunakan untuk usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei terhadap responden melalui kuisioner. Penelitian dilakukan terhadap 40 responden dari 106 Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten. Alat analisis yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Pay Back Periode (PBP) dan Analisis Sensitifitas.

Hasil dari analisis kriteria finansial dapat disimpulkan bahwa total biaya proyek yang diperlukan untuk mendirikan peternakan Jalak Suren untuk Peternak A sebesar Rp. 335.530.000,00, dimana investasi tersebut sepenuhnya berasal dari modal sendiri. Dengan menggunakan discount factor sebesar 30% dapat dihasilkan nilai NPV sebesar 266.509.558 (NPV>0), nilai IRR sebesar 56,6% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,79 (B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 1 tahun 3,9 bulan (lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun). Investasi yang diperlukan oleh Peternak B adalah sebesar Rp. 377.230.000,00 yang merupakan modal sendiri dengan menggunakan discount factor sebesar 30% dapat dihasilkan nilai NPV sebesar 175.141.937 (NPV>0), nilai IRR sebesar 49,3% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,46 (B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 1 tahun 7 bulan (lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun). Sedangkan peternakan yang dilakukan oleh Peternak C memerlukan investasi sebesar Rp. 495.850.000,00 dengan menggunakan discount factor sebasar 30% yang dihasilkan nilai NPV sebesar 48.530.484 (NPV>0), nilai IRR sebesar 34,1% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,10 (B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 2 tahun 3,6 bulan (lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun). Berdasarkan analisis sensitifitas, menunjukan bahwa peternakan yang dilaksanakan oleh Peternak A, Peternak B dan Peternak C lebih sensitif terhadap perubahan pendapatan dibandingkan dengan perubahan biaya. Dengan demikian proyek peternakan yang dilakukan baik oleh Peternak A, Peternak B dan Peternak C dapat dinyatakan layak dilaksanakan dan menguntungkan secara finansial.

Kata kunci : Peternakan Jalak Suren, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Pay Back Periode (PBP) dan Analisis Sensitifitas.

“Ketahuilah bahwa kemenagan akan datang bersama kesabaran, jalan keluar akan datang bersama kesulitan, dan kemudahan itu ada bersama kesusahan”

(Rasulullah SAW)

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.

(Aristoteles)

Keluarkan uang demi waktu jangan habiskan waktu untuk uang, karena uang bisa

dicari sedangkan waktu tak pernah kembali.

Percayalah, hari ini akan lebih indah daripada kemarin jika kita mengawalinya

dengan doa dan senyuman.

Kemuliaan Manusia Bukan Terletak Pada Kemenangan Saja, Tetapi Terlebih Pada Upaya Bagaimana Kita Bisa Bangkit Setelah Kekalahan.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap

(Q.S. Al Insyiroh : 6-8)

Karya ini kupersembahkan untuk :

1. Orang Tuaku tercinta yang selalu mendorong dan mendo’akanku.

2. Kakakku tersayang.

3. Dhek Vera yang selalu mendukungku.

4. Teman dan Sahabat.

5. Almamaterku UNS.

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kasih sayangnya dan tak henti-hentinya menyayangiku, bahkan disaat aku jauh dengan-Nya. Tidak lupa rahmat serta nikmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan umatnya dari kegelapan kearah yang lebih terang.

Penulisan skripsi dengan judul “ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN” ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi. Namun berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Mugi Rahardjo, Dipl. M.si. selaku dosen Pembimbing yang telah berkenan memberikan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

banyak memberikan dukungan moril selama penulis berproses di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Supriyono, Msi selaku Kepala Jurusan Ekonomi Pembangunan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi UNS yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu penulis selama kuliah.

7. Kepala Kantor Kecamatan Kalikotes dan Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten beserta seluruh staffnya yang telah membantu peneliti dalam memperoleh informasi untuk kelengkapan dalam menyusun Skripsi.

8. Bapak dan Ibu tercinta, atas cinta dan kasih sayang, doa, dukungan, semangat dan segala yang telah diberikan yang tidak ternilai harganya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini.

9. Kakakku tercinta Noor Ratnawati yang selama ini telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan, ikatan persaudaraan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Vera Anna Yunita, terima kasih karena senantiasa mencintai, menyayangi dan menyertai setiap langkahku, selalu menasehatiku, membantuku, mendengarkan curhatku dan terima kasih atas segala dukungan yang telah kau berikan padaku.

11. Teman-teman kos yang menemaniku selama menjalani masa kuliah Arif Endra Pradana, Pransismas Andi Wijaya, Ardya Eka, Ryo Darmawan, Zulham Arifin, 11. Teman-teman kos yang menemaniku selama menjalani masa kuliah Arif Endra Pradana, Pransismas Andi Wijaya, Ardya Eka, Ryo Darmawan, Zulham Arifin,

12. Teman-teman Ekonomi Pembangunan ’06 yang tidak bisa saya sebutin satu persatu terima kasih atas semua dukungan, motivasi dan kekompakan kalian. ”We Are The Inchah-Inchih Genk”.

13. Dan semua pihak yang telah membantu penyusunan penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu sumbang saran dari berbagai pihak yang bersifat konstruktif, sangat penulis harapkan demi perbaikan atau penyempurnaan penulisan skripsi selanjutnya. Demikian semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, baik untuk penulisan, akademisi, praktisi maupun masyarakat umum. Mudah-mudahan Allah SWT mencatat kebaikan semua itu sebagai amal yang bisa diambil pahalanya di hari kelak.

Surakarta, Mei 2012

Penulis

E. Definisi Operasional Variabel ......................................................... 35

F. Teknis Analisis Data ....................................................................... 36 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum ............................................................................ 37

B. Analisis Data dan Pembahasan ....................................................... 46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................... 68

B. Saran ............................................................................................... 69 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan jenis Kelamin

Kabupaten Klaten Tahun 2009 ............................................................

Tabel 4.2 Gedung Sekolah Negeri dan Swasta Menurut Tingkat Pendidikan

Kabupaten Klaten Tahun 2009 ............................................................

Tabel 4.3 Penduduk Kecamatan Kalikotes Menurut Desa dan Jenis Kelamin ...

Tabel 4.4 Penduduk Kecamatan Kalikotes Menurut kelompok Umur dan Jenis

Kelamin ...............................................................................................

Tabel 4.5 Penduduk Desa Jimbung Menurut kelompok Umur dan Jenis

Kelamin ...............................................................................................

45 Tabel 4.6 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Usia ......................................................................................................

46 Tabel 4.7 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Tingkat Pendidikan .............................................................................

47 Tabel 4.8 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Banyaknya Ternak ..............................................................................

47 Tabel 4.9 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Harga Indukan .....................................................................................

48 Tabel 4.10 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Biaya Kandang ..................................................................................

Tabel 4.11 Jumlah Hasil Produksi Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung

Tabel 4.12 Peternak Jalak Suren Berdasarkan Skala Ternak yang Dipelihara ...

51 Tabel 4.13 Total Anggaran Proyek 40 Peternakan Jalak Suren Di Desa Jimbung 57 Tabel 4.14 Total Anggaran Peternakan A Dalam Beternak Jalak Suren

Di Desa Jimbung .................................................................................

58 Tabel 4.15 Total Anggaran Peternakan B Dalam Beternak Jalak Suren Di Desa Jimbung .................................................................................

59 Tabel 4.16 Total Anggaran Peternakan C Dalam Beternak Jalak Suren Di Desa Jimbung .................................................................................

59 Tabel 4.17 Hasil Analisis Sensitifitas peternak A Dalam Beternak Jalak Suren Di Desa Jimbung ..............................................................

65 Tabel 4.18 Hasil Analisis Sensitifitas peternak B Dalam Beternak Jalak Suren Di Desa Jimbung ..............................................................

66 Tabel 4.19 Hasil Analisis Sensitifitas peternak C Dalam Beternak Jalak Suren Di Desa Jimbung ..............................................................

66

Daftar Gambar

Halaman

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ..................................................... 30

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN SIDIQ KURNIAWAN NIM : F1106045

Tujuan dari penelitian ini adalah : a) Untuk mengetahui tingkat kelayakan dan tingkat profitabilitas investasi usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung.

b) Untuk mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi yang digunakan untuk usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei terhadap responden melalui kuisioner. Penelitian dilakukan terhadap 40 responden dari 106 Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten. Alat analisis yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Pay Back Periode (PBP) dan Analisis Sensitifitas.

Hasil dari analisis kriteria finansial dapat disimpulkan bahwa total biaya proyek yang diperlukan untuk mendirikan peternakan Jalak Suren untuk Peternak A sebesar Rp. 335.530.000,00, dimana investasi tersebut sepenuhnya berasal dari modal sendiri. Dengan menggunakan discount factor sebesar 30% dapat dihasilkan nilai NPV sebesar 266.509.558 (NPV>0), nilai IRR sebesar 56,6% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,79 (B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 1 tahun 3,9 bulan (lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun). Investasi yang diperlukan oleh Peternak B adalah sebesar Rp. 377.230.000,00 yang merupakan modal sendiri dengan menggunakan discount factor sebesar 30% dapat dihasilkan nilai NPV sebesar 175.141.937 (NPV>0), nilai IRR sebesar 49,3% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,46 (B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 1 tahun 7 bulan (lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun). Sedangkan peternakan yang dilakukan oleh Peternak C memerlukan investasi sebesar Rp. 495.850.000,00 dengan menggunakan discount factor sebasar 30% yang dihasilkan nilai NPV sebesar 48.530.484 (NPV>0), nilai IRR sebesar 34,1% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,10 (B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 2 tahun 3,6 bulan (lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun). Berdasarkan analisis sensitifitas, menunjukan bahwa peternakan yang dilaksanakan oleh Peternak A, Peternak B dan Peternak C lebih sensitif terhadap perubahan pendapatan dibandingkan dengan perubahan biaya. Dengan demikian proyek peternakan yang dilakukan baik oleh Peternak A, Peternak B dan Peternak C dapat dinyatakan layak dilaksanakan dan menguntungkan secara finansial.

Kata kunci : Peternakan Jalak Suren, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Pay Back Periode (PBP) dan Analisis Sensitifitas.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Sebenarnya, perkembangan ke arah komersial sudah ditata sejak puluhan tahun yang lalu, bahkan pada saat ini peternakan di Indonesia sudah banyak yang berskala industri. Apabila perkembangan ini tidak diimbangi dengan pengelolaan yang profesional dan tata laksana yang baik, produksi ternak yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan harapan, bahkan peternak bisa mengalami kerugian.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya ditahun 1997 dan hingga kini belum tampak tanda-tanda akan berakhir, hal ini menjadi pangkal tolak untuk melakukan koreksi atas berbagai kebijakan yang telah ditempuh di masa lalu. Krisis ekonomi ini bisa dimaknai sebagai sebuah bencana ekonomi, tetapi dapat juga diartikan sebagai bentuk koreksi yang dilakukan oleh pasar akibat strategi dan kebijakan ekonomi pro impor dan sarat subsidi.

Sektor pertanian di Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perekonomian, disamping sebagai sumber makanan, sumber bahan mentah bagi sektor industri, juga sebagai lapangan pekerjaan bagi sebagian penduduk. Dengan tanpa mengabaikan sub sektor lainnya, sub sektor Sektor pertanian di Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perekonomian, disamping sebagai sumber makanan, sumber bahan mentah bagi sektor industri, juga sebagai lapangan pekerjaan bagi sebagian penduduk. Dengan tanpa mengabaikan sub sektor lainnya, sub sektor

Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati serta tingkat endemisme (keunikan) yang sangat tinggi sehingga dimasukkan dalam salah satu negara mega biodiversity. Menurut World Conservation Monitoring Committee Indonesia memiliki 1.539 jenis burung (17% dari seluruh jenis burung di dunia).

Predikat sebagai negara mega-biodiversity baik dari segi keanekaragaman genetik, jenis, maupun ekosistemnya memang cukup membanggakan, disamping menuntut adanya tanggung jawab yang sangat besar untuk mempertahankan keseimbangan antara kelestarian fungsi (ekologis) dan kelestarian manfaat (ekonomis) keanekaragaman hayati.

Jalak Suren yang bernama ilmiah Sturnus contra jalla sebagai satwa langka yang merupakan salah satu makhluk tersisa penghuni bumi, populasinya berada pada kondisi menghawatirkan, keberadaannya cenderung mengarah pada situasi terancam bahaya punah. Jalak Suren sebenarnya bisa ditemukan hampir di seluruh Pulau Jawa. Namun, sekarang burung ini semakin sulit ditemukan. Apa yang dialami burung lain, populasinya kian hari kian susut di alam, ternyata juga dialami Jalak Suren. Pencemaran sawah oleh Jalak Suren yang bernama ilmiah Sturnus contra jalla sebagai satwa langka yang merupakan salah satu makhluk tersisa penghuni bumi, populasinya berada pada kondisi menghawatirkan, keberadaannya cenderung mengarah pada situasi terancam bahaya punah. Jalak Suren sebenarnya bisa ditemukan hampir di seluruh Pulau Jawa. Namun, sekarang burung ini semakin sulit ditemukan. Apa yang dialami burung lain, populasinya kian hari kian susut di alam, ternyata juga dialami Jalak Suren. Pencemaran sawah oleh

Keistimewaan Jalak Suren adalah Jalak Suren dilambangkan sebagai burung jinak penjaga rumah. Dengan memelihara burung ini, rumah akan selalu terjaga setiap hari. Mungkin ada benarnya anggapan ini karena Jalak Suren merupakan burung yang sangat peka. Jika ada orang datang, akan bersuara nyaring dan bervariasi. Bisa dipahami kalau banyak orang yang memelihara burung ini.

Ada empat alasan orang memelihara Jalak Suren. Pertama, untuk menjaga rumah. Kedua, untuk kesenangan. Ketiga, untuk memancing suara burung lain agar ikut berkicau. Kecerewetan Jalak Suren akan merangsang burung lain untuk mengeluarkan nyanyiannya. Jalak Suren dapat dijadikan master bagi whambei atau whabi. Keempat, untuk diternak atau dibudidayakan. Usaha peternakan dilatarbelakangi oleh kesadaran terhadap kelestarian jenis burung ini dan alasan ekonomis.

Jalak Suren bisa berkembangbiak sepanjang tahun. Puncak perkembangbiakan terjadi pada pertengahan tahun, yaitu antara bulan Januari- Juni. Bulan Juli - Desember merupakan masa penurunan perkawinan. Membudidayakan burung tidaklah begitu sulit karena memelihara burung Jalak Suren bisa berkembangbiak sepanjang tahun. Puncak perkembangbiakan terjadi pada pertengahan tahun, yaitu antara bulan Januari- Juni. Bulan Juli - Desember merupakan masa penurunan perkawinan. Membudidayakan burung tidaklah begitu sulit karena memelihara burung

Perkembangan populasi ternak Jalak Suren di Jawa khususnya di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten menunjukkan kemajuan positif. Ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah peternak dari tahun ketahun. Saat ini didaerah Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten terdapat peternak Jalak Suren sebanyak 106 peternak dengan jumlah ternak sebanyak 1522 pasang burung Jalak Suren. Dimana satu peternak Jalak Suren dapat memelihara rata-rata 14 pasang Jalak Suren yang dapat menghasilkan rata-rata 18 ekor piyek (anakan) dalam waktu satu bulan. Dengan kisaran harga sebesar Rp 150.000,00/ekor (umur 1 hari), Rp 400.000,00/pasang (umur 15 hari), Rp 500.000,00/pasang (umur 30 hari). Peternakan Jalak Suren hasilnya cukup menjanjikan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan didaerah desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten.

Dilihat dari segi pemasaran, berapapun jumlah hasil produksi ternak Jalak Suren semuanya dapat terserap oleh pasar. Dimana para pedagang datang sendiri untuk membeli hasil ternak Jalak Suren tersebut. Pemasaran hasil ternak Jalak Suren kebanyakan tersebar kepasar-pasar burung yang berada

Selain karena alasan tersebut diatas, para peternak mau beternak Jalak Suren karena keuntungannya yang relative besar dengan tingkat kematian atau kegagalan yang relative sangat kecil.

Peternakan Jalak Suren didesa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten memiliki kondisi yang berbeda-beda yang berkaitan dengan modal usaha, indukan, sangkar, pakan dan sarana pendukung. Disamping itu para peternak Jalak Suren kurang mengetahui faktor mana yang lebih berpengaruh terhadap tingkat keberhasilannya.

Dengan adanya latar belakang dan kondisi tersebut di atas, maka judul penelitian ini adalah : “ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN

JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan suatu perumusan masalah yaitu :

1. Apakah secara finansial investasi usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten dapat dinilai layak dan menguntungkan?

2. Berapa lamakah investasi yang digunakan untuk usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten tersebut akan terbayar kembali ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat kelayakan dan tingkat keuntungan investasi usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten.

2. Untuk mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi yang digunakan untuk usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam rangka mengupayakan pengembangan budidaya burung Jalak Suren yang sudah mengalami kelangkaan.

b. Sebagai bahan masukan bagi peternak di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan usahanya agar lebih baik dari sekarang.

c. Untuk menanbah informasi khususnya pengetahuan mengenai faktor- faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan budidaya atau peternakan Jalak Suren.

2. Manfaat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Untuk memperoleh referensi dalam bidang usaha peternakan, studi dan kepustakaan khusus yang berkaitan dengan profitabilitas usaha ternak Jalak Suren.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Peternakan

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal (Mubyarto, 1994).

Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, burung, kelinci dan lain-lain (Mubyarto, 1994).

Ternak adalah hewan yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Usaha pemeliharaan ternak disebut sebagai peternakan (atau perikanan, untuk kelompok hewan tertentu) dan merupakan bagian dari kegiatan pertanian secara umum (Mubyarto, 1994).

Ternak dapat berupa binatang apa pun (termasuk serangga dan vertebrata tingkat rendah seperti ikan dan katak). Namun demikian, dalam percakapan sehari-hari orang biasanya merujuk kepada unggas dan mamalia domestik, Ternak dapat berupa binatang apa pun (termasuk serangga dan vertebrata tingkat rendah seperti ikan dan katak). Namun demikian, dalam percakapan sehari-hari orang biasanya merujuk kepada unggas dan mamalia domestik,

Kelompok hewan selain unggas dan mamalia yang dipelihara manusia juga disebut (hewan) ternak, khususnya apabila dipelihara di tempat khusus dan tidak dibiarkan berkelana di alam terbuka. Penyebutan "ternak" biasanya dianggap "tepat" apabila hewan yang dipelihara sedikit banyak telah mengalami domestikasi, tidak sekedar diambil dari alam liar kemudian dipelihara. Kedalam kelompok ini termasuk ngengat sutera, berbagai jenis ikan air tawar (seperti ikan mas, gurami, mujair, nila, atau lele), beberapa jenis katak (terutama bullfrog), buaya, dan beberapa jenis ular. Usaha pemeliharaan ikan umumnya disebut sebagai perikanan atau lebih spesifik disebut budidaya ikan (Mubyarto, 1994).

Dilihat dari pola pemeliharaannya peternakan di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok (Mubyarto, 1994: 22), yaitu:

a. Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang tradisional.

Ketrampilan sederhana dan menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan mutu yang relatif terbatas. Ternak pemakan rumput digembalakan di Ketrampilan sederhana dan menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan mutu yang relatif terbatas. Ternak pemakan rumput digembalakan di

b. Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang semi komersil.

Ketrampilan yang mereka miliki dapat dikatakan lumayan. Penggunaan bibit unggul, obat-obatan dan makanan penguat cenderung meningkat, walaupun lamban. Jumlah ternak yang dimiliki 2-5 ekor ternak besar dan 5- 100 ekor ternak kecil terutama ayam. Bahan makanan berupa ikutan panen seperti bekatul, jagung, jerami dan rumput-rumputan yang dikumpulkan oleh tenaga dari keluarga sendiri.

Tujuan utama dari memelihara ternak untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri.

c. Peternak komersil.

Usaha ini dijalankan oleh golongan ekonomi yang mempunyai kemampuan dalam segi modal, sarana produksi dengan teknologi yang agak modern. Semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak terutama dibeli dari luar dalam jumlah yang besar. Tujuan utamanya adalah mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya. Biaya produksi ditekan serendah mungkin agar dapat

B. Investasi

Investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa datang. Istilah investasi dapat pula berarti penanaman modal di dalam perusahaan dengan tujuan agar keuntungan perusahaan bertambah (Kadarsan, 1992: 35)

Setiap investasi baik dalam bidang industri ataupun bidang yang lain pada dasarnya merupakan penanaman faktor-faktor produksi dalam tertentu. Sifat dasar dari tujuan investasi adalah untuk mendapatkan manfaat di masa yang akan datang.

Bagi kalangan swasta, manfaat dipandang secara sempit yaitu hanya dari segi ekonomi dan finansial saja. Bagi Pemerintah atau lembaga non profit pengertian manfaat dipandang dalam arti yang lebih luas, wujudnya adalah penyerapan tenaga kerja, penyerapan sumber daya dan bisa juga dikaitkan dengan tujuan nasional lainnya. Tetapi hal ini tidak berarti suatu proyek investasi swasta selalu melupakan masalah makro, masalah social dan masalah lainnya.

Apabila ditinjau dari kalangan swasta dan didasarkan pada tujuan dan manfaat, usulan investasi terbagi menjadi 3 macam (Kadarsan, 1992) :

1. Investasi Pendirian Usaha Pada umumnya investasi pendirian usaha mempunyai tingkat ketidakpastian yang besar karena menyangkut masalah produk baru.

2. Investasi Penambahan Kapasitas Misalnya saja ususlan untuk penambahan jumlah mesin-mesin atau penambahan jumlah pabrik-pabrik baru. Investasi ini bisa juga termasuk investasi penggantian, misalnya mesin-mesin yang sudah tua dan tidak efisien diganti dengan mesin yang baru.

3. Investasi Penggantian Investasi ini adalah yang paling sederhana, dilakukan untuk mengganti barang-barang modal, peralatan yang aus dengan yang baru dan lebih efisien dan efektif.

Bagi seorang pengusaha atau investor yang menanamkan investasinya harus memperhitungkan berbagai faktor yang menentukan investasi, faktor- faktor tersebut adalah (Kadarsan, 1992) :

1. Peramalan di Masa yang akan datang Suatu kegiatan penanaman modal (investasi) umumnya memerlukan waktu yang cukup panjang hingga menghasilkan suatu produk. Oleh sebab itu di dalam mementukan apakah investasi itu akan mendatangkan keuntungan atau kerugian, seorang pengusaha haruslah membuat forecasting atau perencanaan di masa datang.

2. Tingkat Bunga Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin rendah tingkat bunga yang harus dibayar oleh pengusaha, maka semakin banyak usaha yang dapat dilakukan dan semakin menguntungkan, sebagai akibat semakin 2. Tingkat Bunga Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin rendah tingkat bunga yang harus dibayar oleh pengusaha, maka semakin banyak usaha yang dapat dilakukan dan semakin menguntungkan, sebagai akibat semakin

3. Perubahan dan Pengembangan Teknologi Kegiatan para pengusaha di dalam produksi atau usaha-usaha lain mereka dinamakan inovasi. Pada umumnya makin banyak perkembangan teknologi yang dimunculkan, makin banyak kegiatan pembaharuan yang dilakukan oleh para pengusaha, yang berarti semakin banyak investasi yang terjadi.

4. Tingkat Pendapatan Nasional Invertasi mempunyai kecenderungan untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional semakin besar jumlahnya. Sebaliknya investasi akan semakin rendah apabila pendapatan nasional turun.

C. Pengertian Dasar Proyek

Suatu proyek yang dilakukan merupakan pencerminan dari beberapa tujuan dan sasaran yang telah direncanakan sebelumnya. Proyek tersebut dilaksanakan dengan tujuan utama adalah memberikan atau menambah daya guna atau suatu tempat atau wilayah. Pengertian proyek sendiri adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit); atau suatu kegiatan dengan mengeluarkan biaya dan dengan Suatu proyek yang dilakukan merupakan pencerminan dari beberapa tujuan dan sasaran yang telah direncanakan sebelumnya. Proyek tersebut dilaksanakan dengan tujuan utama adalah memberikan atau menambah daya guna atau suatu tempat atau wilayah. Pengertian proyek sendiri adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit); atau suatu kegiatan dengan mengeluarkan biaya dan dengan

Menurut Gray, pengertian proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Kegiatan tersebut dapat berbentuk investasi baru, survei atau penelitian, perluasan atau perbaikan program-program yang sedang berjalan, dan sebagainya.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan berarti bahwa baik sumber-sumber yang dipergunakan dalam suatu proyek maupun hasil-hasil proyek tersebut dapat dipisahkan dari sumber-sumber yang dipergunakan dan hasil-hasil dari kegiatan-kegiatan yang lain.

Kegiatan yang direncanakan berarti bahwa baik biaya maupun hasil-hasil pokok dari proyek dapat dihitung atau dapat dipergunakan dan kegiatan- kegiatan dapat disusun sedemikian rupa sehingga dengan penggunaan sumber- sumber terbatas dapat diperoleh benefit sebesar mungkin (Gray, 1992: 1).

1. Definisi Evaluasi Proyek Dalam suatu kegiatan selalu diperlukan adanya evaluasi. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk menilai seberapa besar tingkat keberhasilan suatu kegiatan yang telah direncanakan tersebut. Selain itu evaluasi 1. Definisi Evaluasi Proyek Dalam suatu kegiatan selalu diperlukan adanya evaluasi. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk menilai seberapa besar tingkat keberhasilan suatu kegiatan yang telah direncanakan tersebut. Selain itu evaluasi

Evaluasi proyek kini merupakan bagian tersendiri dari suatu pengetahuan baru yang muncul bersamaan dengan semakin besarnya laju pertumbuhan ekonomi khususnya di Negara-negara yang sedang berkembang. Pengetahuan tentang evaluasi proyek ini semakin berkembang dan memang merupakan pengembangan dari apa yang biasa disebut capital budgeting, yaitu suatu keseluruhan proses perencanaan pembiayaan aktiva tetap dalam suatu usaha untuk memaksimalkan keuntungan.

2. Aspek-aspek Evaluasi Proyek Beberapa aspek dalam evaluasi proyek, antara lain (Kadariah, 1989):

a. Aspek Teknis Aspek ini meliputi analisis tentang input dan output yang berupa barang dan jasa yang akan diperlukan dan dihasilkan oleh proyek.

b. Aspek Menajerial dan Administratif Menyangkut kemampuan staf proyek untuk menjalankan administrasi kegiatan dalam ukuran besar (large scale activities). Keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subyektif, namun kalau hal ini tidak dapat b. Aspek Menajerial dan Administratif Menyangkut kemampuan staf proyek untuk menjalankan administrasi kegiatan dalam ukuran besar (large scale activities). Keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subyektif, namun kalau hal ini tidak dapat

c. Aspek Organisasi Perhatian terutama ditujukan kepada hubungan antara administrasi proyek dan bagian pemerintah lainya untuk melihat apakah hubungan antara masing-masing wewenang (authority) dan tanggungjawab (responsibility) dapat diketahui dengan jelas.

d. Aspek Komersial Analisis penawaran input (barang dan jasa) yang diperlukan dalam proyek, baik pada waktu membangun proyek maupun pada waktu proyek sudah berproduksi, dan menganalisa pasaran output yang akan dihasilkan proyek.

e. Aspek Finansial Menyelidiki terutama perbandingan antara pengeluaran dan “revenue earnings” proyek; apakah proyek ini akan terjamin dananya yang diperlukan; apakah proyek ini mampu membayar kembali dana tersebut; dan apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri.

f. Aspek Ekonomi Menyelidiki apakah proyek ini akan memberikan sumbangan atau memberikan peran yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi seluruhnya, dan apakah perananya cukup besar untuk membenarkan (to justify) penggunaan sumber-sumber yang langka.

Beberapa kriteria yang digunakan dalam analisis penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Analisis Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) adalah perbandingan antara

present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negative (net cost). Suatu proyek akan dikatakan layak atau feasible jika nilai perhitungan net benefit cost ratio (B/C Ratio) > 1. Jika B/C Ratio menunjukan angka < 1 maka proyek dinyatakan tidak layak (Kadariah, 1989: 40).

Net B/C Ratio =

b. Analisis Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara the present value dari benefit dan the present value dari cost. Untuk menentukan net present value harus ditetapkan terlebih dahulu discount rate yang akan digunakan untuk menghitung the present value baik dari benefit maupun dari biaya. Suatu proyek dikatakan layak atau feasible menurut kriteria NPV jika nilai dari perhitungan NPV tersebut > 0. Sebaliknya, proyek dinyatakan tidak layak jika NPV < 0 (Kadariah, 1989: 40).

NPV =

÷÷ - ø

Internal Rate of Return adalah discount rate yang dapat membuat besarnya NPV proyek sama dengan nol (0), atau yang dapat membuat B/C Ratio = 1. Dalam perhitungan IRR ini diasumsikan bahwa setiap benefit netto tahunan secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan memperoleh rate of return yang sama dengan investasi-investasi sebelumnya.

Besarnya IRR dihitung dengan cara coba-coba (Trial and Error), sehingga diusahakan untuk mendapatkan NPV yang negatife lalu diinterpolasikan antara discount rate tertinggi dengan nilai NPV positif dan discount rate terendah dengan nilai NPV yang negatife, sehingga diperoleh nilai NPV=0 (Kadariah,1989: 44).

Keterangan : i’

= Discount rate NPV = Nilai NPV yang positif

i”

= Discount rate yang terendah NPV ” = Nilai NPV yang negatif

d. Analisis Pay Back Period Digunakan untuk mengetahui berapa lama investasi tersebut dapat dikembalikan melalui hasil usaha yang diperoleh untuk mengangsur pinjaman. Pay Back Period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh net benefit dari

(Kadariah, 1989: 8)

PBP =

Penerimaan KasTahunan

NilaiInves tasi

x 1 tahun

e. Analisis Sensitifitas Apabila suatu rencana proyek sudah diputuskan untuk dilaksanakan dengan didasarkan pada perhitungan-perhitungan atau analisis-analisis serta didasarkan didasarkan pada hasil evaluasi (NPV, IRR, B/C Ratio), namun di dalam kenyataannya tidak tertutup kemungkinan terjadi kesalahan-kesalahan dalam perhitungan ataupun terjadi perhitungan diluar perkiraan; misalnya adanya kenaikan harga bahan baku atau penurunan harga produksi.

Untuk mengetahui seberapa jauh persentase kepekaan usaha peternakan Jalak Suren terhadap penurunan produksi. Analisis kepekaan terhadap kenaikan biaya produksi berguna untuk mengetahui kepekaan usaha ternak Jalak Suren dengan adanya kenaikan biaya produksi.

1. Pemilihan Calon Indukan Anakan Jalak Suren yang bagus dari hasil ternak, selain nilai ekonominya tinggi, nama peternak juga akan ikut terangkat. Oleh sebab itu, sebelum ternak dimulai, sebaiknya dilakukan persiapan-persiapan terlebih dahulu, yaitu mencari dan memilih burung yang bagus dan memenuhi syarat-syarat sebagai induk (Karso, 1996).

a. Memilih Kualitas yang Baik Burung Jalak Suren yang baik dan memenuhi syarat-syarat sebagai calon induk sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan, karena induk yang baik akan menghasilkan anak (bibit) dengan kualitas yang baik pula. Selain kicau, kondisi fisik dan mentalnya, yang juga perlu mendapat perhatian adalah daerah asalnya.

b. Kondisi dan Kesehatan Burung Kesehatan burung tidak boleh diabaikan, sebab induk yang sehat akan menghasilkan keturunan yang sehat dan kuat. Burung yang sehat dapat dilihat dan ditentukan dari penampilan luarnya, antara lain sinar matanya terang, tajam dan bercahaya. Nafsu makan tinggi (setiap kali diberi pakan selalu berusaha mendapatkannya). Gerakannya lincah, energik dan selalu berkicau. Bulunya menempel rapi di tubuhnya. Kotorannya baik, tidak terlalu keras dan tidak encer serta tidak terlalu berbau. Kotoran yang berbau, biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi.

Burung yang baik tidak hanya dilihat dari bentuk fisiknya saja, tetapi juga kicauannya yang melipiti volumenya keras, nada dan iramanya baik dan benar, enak didengar, bersih, mengkristal, jelas dan panjang-panjang, temponya lama serta tidak putus-putus.

d. Tidak Cacat Fisik dan Mental Sebagai calon induk, burung harus tidak cacat fisik dan mental. Fisik, antara lain kaki tidak pincang, paruh, mata dan ekornya utuh dan baik. Selain itu calon induk juga harus memiliki mental yang bagus, artinya tidak mudah stress, mudah beradaptasi dan tidak penakut.

e. Produktivitas Tinggi Calon induk, Selain mampu melakukan perkawinan dengan baik dan memiliki daya tetas tinggi, juga harus pandai mengasuh dan sayang kepada anak-anaknya, sehingga dapat tumbuh cepat dan sehat. Induk yang produktif baru diketahui setelah menetaskan telur-telurnya. Sifat-sifat induk burung yang baik dapat diketahui dari beberapa cirinya yaitu mudah bergaul, tidak bengis, rajin mencari makan, dan tidak mudah kaget.

2. Menentukan Jenis Kelamin Salah satu syarat dalam usaha peternakan Jalak Suren adalah mengetahui dan menentukan jenis kelaminnya. Bagi peternak pemula memang sulit untuk membedakan antara jantan dan betina, karena bentuk tubuh maupun suara kicaunya sangat mirip. Namun dengan pengamatan 2. Menentukan Jenis Kelamin Salah satu syarat dalam usaha peternakan Jalak Suren adalah mengetahui dan menentukan jenis kelaminnya. Bagi peternak pemula memang sulit untuk membedakan antara jantan dan betina, karena bentuk tubuh maupun suara kicaunya sangat mirip. Namun dengan pengamatan

a. Bentuk Luar Bentuk tubuh bagian luar burung Jalak Suren dapat dipakai untuk membedakan jenis kelaminnya. Burung jantan tubuhnya lonjong dan panjang, kepalanya lebih besar dan bulat, paruhnya besar. Bulu kepala, punggung dan dada berwarna hitam legam mengkilap. Demikian pula warna putihnya lebih bersih, ekornya lebih panjang dan menyatu. Terlihat ketika burung berkicau sambil bergerak seperti menari atau mengangguk- anggukkan kepalanya.

Burung Jalak Suren betina secara umum mempunyai ciri-ciri fisik yang berkebalikan dengan ciri-ciri burung Jalak Suren jantan, yaitu badan lebih bulat dan pendek, warna hitam dan putihnya agak suram, paruh dan ekornya lebih pendek.

b. Gerakan dan Tingkah Laku Jalak Suren jantan lebih agresif dan bila didekatkan seolah-olah ingin saling menyerang. Selain itu, bulu kepala atau jambulnya mengembang lebih besar dan tinggi, kepala tegak mendongak ke atas seakan-akan menantang dan kelihatan pemberani.sebaliknya, burung jalak suren betina tampak lebih lembut. Bulu kepalanya bila mengembang kelihatan agak ramping dan gerakannya ketika berkicau sambil menari pun lebih halus dan lebih bersahabat.

Dengan mendengarkan suara kicaunya, jalak suren dapat ditentukan jenis kelaminnya. Jalak Suren jantan suaranya lebih keras dan mempunyai lebih banyak variasi. Bila berkicau biasanya memulai lebih dahulu, ketika bersama-sama berkicau seakan memimpin. Burung Jalak Suren betina variasi kicauanya terbatas dan biasanya selalu mengikuti irama kicau burung jantan.

d. Bentuk Alat Kelamin (Kloaka) Alat kelamin pada burung jantan kelihatan kecil tetapi lebih menonjol. Apabila kloaka dipencet dan dibalik, seperti akan dikeluarkan, kelihatan di bagian atas permukaannya runcing, keluar seperti ujung pipa kecil.

Alat kelamin pada burung betina lubang kloakanya lebih lebar, lebih basah, halus han lembut. Bila dibalik dan dikeluarkan atau dipencet terdapat belahan keatas menuju suatu sudut. Tulang supit (tulang rawan yang bertemu di bawah dubur) pada burung betina lebih lebar daripada burung jantan (Karso, 1996: 20-23).

3. Kandang Kandang untuk ternak Jalak Suren sebaiknya dibuat mendekati kondisi dan keadaan habitat asli burung di alam bebas. Kandang untuk ternak memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain (Karso, 1996):

Agar dalam usaha peternakan nanti tidak mengalami hambatan, sebaiknya lokasi kandang diusahakan di tempat yang strategis. Artinya, mudah dijangkau dan terdapat banyak faktor pendukung, misalnya tersedia cukup air untuk minum dan mandi, dekat pasar burung atau tempat memperoleh pakan, dsb. Tetapi, harus dipertimbangkan pula agar lokasi peternakan cukup jauh dari keramaian yang dapat mengganggu ketenangan burung. Ketentraman dan ketenangan burung juga harus diperhatikan, misalnya bebas dari gangguan manusia atau binatang pengganggu yang lain, misalnya anjing, kucing dan tikus.

b. Bentuk dan Kontruksi Kandang yang Memadai Sebelum kandang untuk peternakan dibuat, bentuk dan kontruksi kandang perlu dipertimbangkan dan direncanakan terlebih dahulu. Pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain meliputi antara lain kandang harus kuat agar dapat melinduni burung dari panas dan hujan, serta gangguan binatang. Kandang harus tahan lama, kurang lebih tahan dalam jangka waktu 5-10 tahun. Bahan pembuat kandang dipilih yang bagus, karena apabila kehujanan atau kepanasan dapat tahan lama dan tidak cepat rusak. Ukuran untuk kandang ternak burung jalak suren biasanya dengan ukuran panjang 1 m, lebar 1m, dan tinggi 2 m (Karso, 1996: 24).

Jalak suren mulai siap berkembang biak pada umur 10-12 bulan. Satu tahun untuk betina dan 1,5-2 tahun untuk jantan merupakan umur ideal untuk penjodohan. Biasanya betina lebih cepat dewasa kelamin dibanding jantan. Tehnik penjodohan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, kalau jumlahnya banyak, penjodohan bisa dilakukan secara bebas. Artinya, masing-masing burung dibebaskan memilih pasangannya. Bila ada sepasang burung yang saling berdekatan, berkicau sahut-sahutan, dan bercumbu, itu pertanda jodoh. Burung yang sudah jodoh harus dipindahkan dalam kandang tersendiri. Biasanya burung yang sudah jodoh akan merajai di antara yang lain dan menyerang sesamanya atau sebaliknya diganggu oleh yang lain yang sama-sama jodoh atau berebut jodoh. Ini akan mengganggu proses perkawinan dan perkembangbiakan selanjutnya. Jika hanya ada dua ekor, seekor jantan dan seekor betina, penjodohan dapat dilakukan dengan mendekatkan betina ke jantan. Caranya, burung betina dimasukkan dalam sangkar kecil atau sangkar gantung. Burung jantan dibiarkan dalam kandang penangkaran. Selanjutnya, sangkar kecil berisi burung betina dimasukkan ke dalam kandang penangkaran. Karena memiliki sifat berahi yang tinggi dan musim kawin sepanjang tahun, kedua burung ini akan segera jodoh (Karso, 1996).

Burung yang sudah jodoh akan melakukan perkawinan 2-4 minggu setelah penjodohan. Selanjutnya, burung akan membuat sarang untuk bertelur pada tanaman yang banyak cabangnya. Dalam kandang peternakan Burung yang sudah jodoh akan melakukan perkawinan 2-4 minggu setelah penjodohan. Selanjutnya, burung akan membuat sarang untuk bertelur pada tanaman yang banyak cabangnya. Dalam kandang peternakan

Pembuatan sarang dilakukan selama 5-10 hari, tergantung agresivitas burung. Ukuran sarang termasuk besar. Panjang tumpukan susunan sarang antara 35-45 cm, lebar 20-30 cm, dan tinggi sekitar 20 cm. Lubang tempat keluar masuknya burung berada di permukaan atas sarang, agak miring dengan derajat kemiringan antara 40-45°. Jalak suren merupakan salah satu, mungkin satu-satunya, jenis dari keluarga Sturnidae yang membuat sarang bukan di dalam rongga pohon, tetapi menaruh sarang pada cabang-cabang pohon. Telur Jalak Suren berwarna biru, berukuran 19,8 x 27,7 mm, dan berjumlah 3-4 butir. Telur dierami bergantian oleh burung jantan dan betinanya. Telur-telur itu akan menetas setelah 14 hari dierami. Selain sebagai pengganti selama pengeraman telur, yang jantan juga bertindak sebagai pengaman di luar sarang. Anak Jalak Suren akan dipelihara induknya sampai berumur 1,5 bulan. Pada umur tersebut kita tinggal menanti saat yang tepat untuk mengambil dan memisahkannya dari kandang ternak. Jalak Suren bisa berkembang biak sepanjang tahun. Puncak

Januari-Juni. Bulan Juli-Desember merupakan masa penurunan perkawinan (Karso, 1996).

5. Cara Mempercepat Produksi Langkah-langkah terbaik untuk mempercepat produksi adalah (Karso, 1996):

a. Terlebih dahulu kita persiapkan box listrik (dengan bolam 5 watt), dengan ukuran : tinggi 60 cm, lebar 50 cm, panjang 60 cm, jarak bolam dari

bawah ± 18 cm. 60cm

50 cm

b. Setelah box listrik sudah tersedia, ambilah anakan (piyek) berumur 1 hari dari sarang dan masukan ke dalam box listrik.

c. Beri makan piyek dengan kotro yang bersih dan segar selama 5 hari, sesuai kebutuhan atau kenyang.

d. Piyek yang berumur 6 sampai 15 hari diberi makan dengan voor (lembut) dicampur kroto dan diberi air.

e. Piyek berumur 16 sampai 30 hari hanya makan dengan voor basah.

f. Setelah piyek berumur > 30 hari dicoba makanan voor yang kering.

Penelitian Agustiyani (2004) yang berjudul “Analisis Finansial Budidaya Pembenihan Udang Windu (Benur)” yang merupakan studi kasus di Desa Tlogoharum, Kecamatan Wearijaksa, Kabupaten Pati. Berdasarkan analisis data yang digunakan dapat diketahui hasil Net Present Value (NPV) sebesar 110.086.501 (NPV > 0), Internal Rate of Return (IRR) sebesar 49,6 (IRR > 1), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 4,528 (B/C Ratio > 1). Pay Back Period menunjukkan nilai 3 tahun 11 bulan (lebih cepat dari umur ekonomisnya, yaitu