STRATEGI PEMASARAN TAHU DI KOTA SURAKARTA

STRATEGI PEMASARAN TAHU DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

Oleh : Dwi Eka Putri

H 0306052

Oleh : DWI EKA PUTRI

H 0306052

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

STRATEGI PEMASARAN TAHU DI KOTA SURAKARTA

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh : Dwi Eka Putri

H 0306052

Oleh : DWI EKA PUTRI

H 0306052

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

STRATEGI PEMASARAN TAHU DI KOTA SURAKARTA

yang dipersiapkan dan disusun oleh : DWI EKA PUTRI

H 0306052

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 26 Juli 2010 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Dr. Ir. Mohd.Harisudin, MSi

Erlyna Wida R., S.P,M.P NIP. 196710121993021001

R .Kunto Adi. S.P, M.P

NIP. 19731017 2003121 002 NIP. 197807082003122001

Surakarta, 29 Juli 2010

Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. NIP. 19551217 198203 1 003

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih anugerah, rahmat, karunia, serta kemudahan-Nya sehingga Penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar.

Skripsi yang berjudul Strategi Pemasaran Tahu di Kota Surakarta ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas Maret Surakarta. Pelaksanaan penelitian serta penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, MSi selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Dr. Ir. Mohamad Harisudin, MSi selaku Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Utama yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat, dan petunjuk selama proses belajar dan penyusunan skripsi ini.

5. Bapak R. Kunto Adi, SP. MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang dengan sabar selalu memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP, selaku dosen penguji tamu skripsi yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

8. Bapak/Ibu staf

Studi Sosek Pertanian/Agrobisnis yakni Mbak Ira dan Bapak Syamsuri, yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini

administrasi

Jurusan/Program

9. Kesbangpolinmas Kota Surakarta, Bappeda Kota Surakarta, BPS Kota Surakarta, Disperindag Kota Surakarta yang telah memberi izin Penulis melakukan penelitian dan memberikan bantuannya dalam penelitian.

10. Bapak/Ibu, Saudara dan saudari yang berkenan menjadi responden dalam penelitian ini dan membantu selama proses penelitian.

11. Orangtuaku Bapak Adolf Jolly Siahaan yang sekarang sedang bersamaNYA, Mama Estirawaty Siregar, kakak Susan Esther Madelina Siahaan dan adik Yuli Mega Anggraeni Siahaan, terima kasih atas segala dukungan, semangat, nasehat dan doa yang tiada pernah putus, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Andreas Tanizar Purba, terima kasih atas support, motivasi, saran, dukungan doa dan semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis sejak awal pekuliahan.

13. Seluruh keluarga besar Agrobisnis 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas support dan kebersamaan, yang telah kita lalui selama kuliah dan dalam penyusunan skripsi ini merupakan kenangan terindah dan kisah klasik untuk masa depan kita.

14. Teman-temanku terkasih, Kokondao, Dwi Putri Bonsai, Danang Tri, terima kasih atas semangat dan bantuannya selama penyusunan skripsi ini serta Mbak Cebret, Mbak Pandan, Mbak Aya, Adik Gulan, Mas Panji, Mas Toto, terimakasih untuk persaudaraan kita.

15. Teman-teman Heloween Kos : mbak Ayi, mbak Shanti, mbak Khendi, Desi, Melinda, Sun, Dina, Etik, Sol, Ria, Dani, Nela, Endah, Siska, Resaresi dan NHKBP Solo : kak ket, kak ana, kak sila, kak ririn, kak icha, bang Elias, bang Robin, pipi, geby, welly, aris, andre, jere, erwin, yang sudah menjadi keluarga kedua bagiku selama berada di kota Surakarta.

16. Sahabat Onya, Nana dan Ririn, terimakasih untuk semangat dan nasehatnya.

17. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua bantuannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan. Akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 43

A. Karakteristik Responden Industri Tahu .............................................. 43

B. Visi, Misi & Tujuan Sentra Industri Tahu ........................................... 46

C. Perumusan Strategi Pemasaran Tahu di Kota Surakarta .................... 46

1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal........................................... 46

2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman 57

3. Alternatif Strategi .......................................................................... 70

4. Prioritas Strategi ............................................................................ 75

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 81

A. Kesimpulan ......................................................................................... 81

B. Saran .................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

19. Jumlah dan Rata-rata Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman

45 sebagai Pedagang di Kota Surakarta..........................................

20. Jumlah dan Rata-rata Responden Konsumen Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Lama Mengkonsumsi Tahu di Kota

46 Surakarta................................................................................

21. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan

58 Ancaman dalam Pemasaran Tahu di Kota Surakarta................

71

22. Matriks SWOT Pemasaran Tahu di Kota Surakarta..................

23. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Pemasaran

79 Tahu di Kota Surakarta.............................................................

DAFTAR GAMBAR

1. Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif ..........

23

2. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah ...................................

RINGKASAN

Dwi Eka Putri, H0306052. 2010. “Strategi Pemasaran Tahu Di Kota Surakarta”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi. dan R. Kunto Adi, S.P., M.P.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta, merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta dan menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta.

Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling (sengaja), yaitu di Kecamatan Jebres Kota Surakarta yang merupakan sentra industri tahu di Kota Surakarta. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah (1) analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam strategi pemasaran tahu, (2) matriks SWOT digunakan untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran tahu, dan (3) matriks QSP untuk menentukan prioritas strategi pemasaran tahu.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan pemasaran tahu di Kota Surakarta adalah pengalaman usaha di bidang industri tahu, hubungan yang baik antar pengusaha, saluran distribusi yang pendek, kualitas produk tahu baik, kontinuitas produksi terjamin. Faktor yang menjadi kelemahan adalah modal usaha terbatas, tingkat pendidikan yang masih rendah, tidak adanya keragaman produk, promosi terbatas, pengelolaan kurang higienis, belum melaksanakan pengawasan dan evaluasi secara baik, limbah belum dikelola secara optimal. Faktor yang menjadi peluang adalah adanya perhatian dari pemerintah, adanya kepercayaan dari konsumen, kontinuitas bahan baku terjamin, pedagang membantu memperluas pemasaran, perkembangan teknologi pengolahan pangan. Faktor-faktor yang menjadi ancaman adalah implementasi kebijakan/peraturan rendah, proses yang rumit untuk mendapatkan pinjaman modal dari Dinas Koperasi, adanya persaingan kualitas dan kuantitas tahu antar industri tahu, adanya fluktuasi harga bahan baku. Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta yaitu: mempertahankan kualitas produk dengan pemanfaatan perkembangan teknologi untuk menjaga kepercayaan konsumen; membentuk asosiasi/serikat pengusaha tahu guna menjaga bargaining position kepada pemasok; meningkatkan volume penjualan melalui diversifikasi produk dengan memanfaatkan kebijakan mengenai kuliner; peningkatan kualitas SDM melalui program-program dari pemerintah; meningkatkan kualitas dan menjaga kontinuitas produk dengan manajemen produksi yang baik untuk meningkatkan daya saing; meningkatkan efisiensi pemasaran dengan menjalin kemitraan; penggunaan SOP secara sederhana guna keefektifan dan efissien; peningkatan jejaring permodalan dan promosi melalui kemasan produk serta peningkatan SDM. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta adalah meningkatkan volume penjualan melalui diversifikasi produk dengan memanfaatkan kebijakan mengenai kuliner.

Kata Kunci: Kedelai, Tahu, Strategi Pemasaran, Analisis SWOT

SUMARRY

Dwi Eka Putri, H0306052. 2010. “Marketing Strategy of Tofu In Surakarta City”. Faculty of Agriculture Sebelas Maret University. Under the guidance by Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi. and R. Kunto Adi, S.P., M.P.

This study aimed are identify internal and external factors into strengths, weaknesses, opportunities and threats in the marketing of tofu in Surakarta, propose an alternative strategy that can be applied in marketing of tofu in Surakarta and determine the priority strategies that can be applied in marketing of tofu in Surakarta.

The basic method of this research uses descriptive analytical method. The method to determine the location of research conducted on a purposive sampling, which is in District Jebres Surakarta as the center of tofu’s industry in Surakarta. Data used in this study are primary and secondary data. Data analysis methods used are (1) SWOT analysis to identify internal and external factors into strengths, weaknesses, opportunities and threats in the marketing strategy of tofu, (2) SWOT matrix is used to formulate alternatives marketing strategy of tofu, and (3) QSP matrix to determine the priority of the marketing strategy known.

Based the results showed that internal factors into the marketing power of marketing of tofu in Surakarta are business experience in the industry knows, good relationships between employers, short distribution channels, product quality and know well, ensured the continuity of production. Factors of tofu marketing weaknesses in Surakarta are venture capital limited, low education levels, lack of product variety, limited promotion, management of less hygienic, not to implement the principles of modern management, waste not managed optimally. Factors that became the tofu of marketing opportunities in Surakarta are the attention of the government, the trust of consumers, ensure continuity of raw materials, traders helping to expand their market, the development of food processing technology. Factors that pose a threat of marketing of tofu in Surakarta are implementation of policy/regulation is low, a complex process to obtain capital loan from the Department of Cooperatives, there’s quality and quantity competition among the tofu of tofu industry, raw material price fluctuations. Alternative strategies can be applied in marketing the tofu in Surakarta are improving product quality with the use of technological developments to maintain consumer confidence, forming associations/unions of tofu entrepreneur in order to maintain bargaining position, increase sales volume through diversification of products by using the policy on culinary, improving the quality of human resources through government programs, improve product quality and maintain continuity with the good management to improve competitiveness, improve marketing efficiency with partnerships, Production Operations Standard usage in a simple and efficient in order to effectiveness, the raising of capital networking and promotion through a good product packing and humanl resources. Priority strategies that can be applied in marketing the tofu in Surakarta is increase sales volume through diversification of products by using the policy on culinary.

Keyword : Soybean, Tofu, Marketing Strategy, SWOT Analysis.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara sektoral, sektor pertanian terdiri sub sektor pertanian tanaman pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor perikanan dan sub sektor kehutanan (Adiratma, 2004). Pertanian sampai saat ini masih diyakini sebagai salah satu akar perekonomian bangsa Indonesia. Dalam pelaksanaannya diperlukan reorientasi dan reformasi pertanian sehingga mempunyai tujuan yang terandalkan untuk dapat membangun pertanian. Menurut Wibowo (2004), pembangunan pertanian dilaksanakan melalui pengembangan diberbagai sektor pertanian seperti pada sub sektor tanaman pangan. Pembangunan dan pengembangan sub sektor tanaman pangan mempunyai posisi yang strategis dan penting karena sub sektor ini mempunyai peran sebagai penghasil makanan pokok bagi penduduk Indonesia sehingga peranan ini tidak dapat disubtitusi secara sempurna oleh sektor lain.

Di Indonesia, salah satu komoditas tanaman pangan yang dikembangkan ialah kedelai. Kedelai adalah salah satu dari sekian banyak produk pertanian yang dibutuhkan dan diminati masyarakat di Indonesia, baik sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak, dan bahan baku industri.

(Anonim, 2009 a ) . Salah satu hasil olahan kedelai yang banyak berkembang di masyarakat adalah tahu. Tahu merupakan salah satu produk olahan kedelai

yang mengandung 7,8 gram protein; 4,6 gram lemak; 124 miligram kalsium dan 84,8 gram air yang bermanfaat bagi tubuh. Berikut ini adalah tabel perbandingan antara kandungan gizi pada beberapa produk olahan kedelai dalam tiap 100 gram bahan. Tabel 1. Kandungan Gizi Tempe, Tahu, dan Kecap Per 100 Gram Bahan

Kandungan Gizi

Kecap Energi (Kalori)

Tempe

Tahu

68 46 Protein (gr)

5,7 Lemak (gr)

1,3 Kalsium (mg)

123 Air (gr)

63 Sumber : Cahyadi, 2007

Berdasarkan Tabel 1, tempe, tahu dan kecap memiliki kandungan energi, protein, kalsium dan lemak untuk memenuhi kebutuhan gizi akan tetapi tahu memiliki kandungan air dan kalsium yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tempe dan kecap. Kandungan air dan kalsium yang tinggi pada tahu dapat memenuhi kebutuhan air dan kalsium bagi tubuh. Selain kandungan gizinya, tahu memiliki harga yang relatif murah sehingga tahu dapat dikonsumsi oleh berbagai konsumen. Sebagai makanan rakyat, tahu mudah dijumpai di pasaran dan dapat dimasak dengan aneka cara seperti digoreng, dibacem, atau bahkan hanya direbus. Masyarakat menyukai tahu sebagai lauk-pauk dan cemilan. Adapun industri pengolahan kedelai yang banyak berkembang di masyarakat adalah industri tahu.

Industri pengolahan tahu yang berkembang di masyarakat berupa industri kecil, industri menengah atau dalam skala rumah tangga. Industri ini memiliki peranan terhadap pemerataan dan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sumbangsihnya terhadap penerimaan devisa telah membuktikan bahwa industri tidak hanya aktif namun juga produktif (Sapparudin, 2008).

Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang terdapat beberapa kelompok unit usaha atau industri yang bergerak di bidang pengolahan hasil pertanian, terutama komoditas pangan. Adapun jenis industri dan jumlah unit usaha hasil pertanian dan kehutanan di Kota Surakarta sebagai berikut : Tabel 2. Jenis Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan dan Jumlah Unit Usaha

di Kota Surakarta Tahun 2008 Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan

Jumlah Usaha(unit) Tempe

227 Tahu

99 Krupuk karak

38 Kue basah

34 Kusen

13 Mebel + Bubut Kayu

108 Sangkar burung

25 Jumlah

544 Sumber : BPS Kota Surakarta Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa di Kota Surakarta terdapat beberapa kelompok unit usaha atau industri yang bergerak di bidang Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa di Kota Surakarta terdapat beberapa kelompok unit usaha atau industri yang bergerak di bidang

Permintaan tahu di Kota Surakarta cukup besar dilihat dari kebutuhan kedelai bagi industri setiap bulannya. Menurut salah satu pengusaha tahu terbesar yang berada di Kota Surakarta, setiap harinya industri ini membutuhkan antara 500kg sampai dengan 700kg kedelai yang akan diproduksi menjadi tahu. Selain itu, pengusaha lainnya membutuhkan kedelai antara 50 kg sampai dengan 200 kg kedelai setiap harinya. Melihat kebutuhan kedelai pada industri tahu, mencerminkan bahwa permintaan masyarakat akan produk tahu tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan. Pada Tabel 3, dapat dilihat volume produksi, bahan baku dan wilayah pemasaran usaha sentra berbahan baku kedelai secara kumulatif Kota Surakarta yaitu : Tabel 3. Volume Produksi dan Wilayah Pemasaran Usaha Sentra Berbahan

Baku Kedelai Secara Kumulatif Kota Surakarta Tahun 2008 No Kecamatan Usaha Sentra

Pemasaran .

Volume

Produksi Per Tahun

1. Banjarsari - Tempe

2.171.061 kg

Dalam Negeri

Dalam Negeri

- Tempe

1.968.300 kg

Dalam Negeri

Dalam Negeri Sumber : Disperindag Kota Surakarta Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 3, sentra industri tahu Kota Surakarta terdapat di

Kecamatan Jebres dengan volume produksi per tahun sebesar 2.846.660 kg Kecamatan Jebres dengan volume produksi per tahun sebesar 2.846.660 kg

Untuk memenuhi permintaan akan tahu di Kota Surakarta tidak cukup hanya melakukan peningkatan pengembangan produksinya saja, tetapi juga perlu didukung aspek pemasarannya. Pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan implementasi dari konsep produk, pricing, promosi, dan distribusi (ide, produk maupun jasa), sehingga dapat diciptakan pertukaran agar dapat memuaskan kebutuhan pelanggan dan perusahaan sekaligus (The American Marketing Assocciation dalam Iswanto, 2008). Mekanisme pemasaran tahu melibatkan beberapa pihak diantaranya produsen, konsumen, pemasok dan lembaga pemasaran.

Di Kota Surakarta, pada tahun 2009 harga bahan baku tahu yaitu kedelai, untuk satu kilogram kedelai yang berasal dari pemasok bahan baku di daerah Palur, Gilingan dan Mojosongo berkisar Rp. 5.800- Rp. 6.800. Pemasok bahan baku mendapatkan kedelai dari petani-petani kedelai yang berasal dari daerah Purwodadi, Praci ataupun Nganjuk sehingga kontinyuitas bahan baku terjamin. Harga yang dipatok oleh pengusaha tahu untuk 1 kilogram tahu sebesar Rp. 6.000 sedangkan harga yang dipatok oleh para pedagang kecil di pasar untuk tahu ukuran 5 x 5 cm berkisar Rp. 250-Rp. 300. Sebagai pembanding, di Kabupaten Sragen, harga tahu putih ukuran 5 x 5 cm berkisar Rp.300-Rp. 400 dan di Kabupaten Sukoharjo harga tahu putih ukuran

5 x 5 cm berkisar Rp. 200-Rp 250. Adanya perbedaan harga tahu putih dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan harga kedelai, biaya produksi dan lain sebagainya.

Selain dari masalah harga, yang mempengaruhi pemasaran tahu di Kota Surakarta adalah masalah promosi dan kualitas produk tahu itu sendiri. Tahu Selain dari masalah harga, yang mempengaruhi pemasaran tahu di Kota Surakarta adalah masalah promosi dan kualitas produk tahu itu sendiri. Tahu

Ada banyak faktor yang mempengaruhi pemasaran tahu, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Oleh karena itu, sangat penting melakukan analisis faktor internal dan eksternal untuk mendapatkan strategi yang tepat dalam pemasaran industri tahu. Diharapkan strategi pemasaran ini dapat memberi arahan dalam pemasaran industri tahu sehingga kepuasan konsumen tercapai dan produsen mendapatkan keuntungan serta dapat meningkatkan taraf hidupnya.

B. Rumusan Masalah

Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian dan hasil olahan dari produk pertanian juga memiliki peranan untuk pemenuhan gizi manusia. Tahu merupahan salah satu olahan dari kedelai yang banyak diusahakan karena kandungan gizinya yang tinggi dan harga tahu yang murah. Tahu biasanya dinikmati sebagai makanan pelengkap, sebagai lauk dan dapat dinikmati sebagai makanan camilan. Proses pembuatan tahu yang cukup mudah serta harga yang relatif murah menjadikan tahu digemari oleh konsumennya.

Salah satu usaha pengolahan kedelai yang banyak berkembang di masyarakat berbentuk industri tahu. Perkembangan industri tahu saat ini penting karena dengan adanya industri tahu dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Selain itu, industri tahu penting untuk dikembangkan karena industri ini berguna untuk memenuhi permintaan masyarakat akan tahu.

Pemasaran merupakan ujung tombak dari suatu usaha. Hal ini karena tanpa pemasaran yang baik maka suatu usaha tidak akan bertahan lama. Pemasaran sangat diperlukan dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen guna mendukung peningkatan pendapatan tersebut. Masalah yang dihadapi industri tahu di Kota Surakarta salah satunya adalah masalah pemasaran. Dilihat dari produknya, tahu memiliki kelemahan yaitu kandungan airnya yang tinggi sehingga mudah rusak karena mudah ditumbuhi mikroba. Tahu harus segera didistribusikan ke tangan konsumen agar kualitasnya tetap baik, tidak berjamur dan menghasilkan bau yang tidak sedap sehingga diperlukan suatu solusi agar produk tahu tetap terjamin kualitasnya ketika sampai ditangan konsumen. Terkadang ada beberapa tahu yang tidak habis terjual sehingga diperlukan suatu perbaikan sistem pemasaran atau sistem penjualannya agar semua produk laku terjual. Selain itu, tahu tak harus digoreng atau dibuat tumisan, dengan sedikit kreasi, tahu dapat diolah menjadi berbagai macam olahan seperti yang sudah berkembang dimasyarakat saat ini sehingga pengusaha harus mampu bersaing untuk menciptakan kreasi olahan tahu yang sesuai dengan permintaan konsumen. Banyaknya pesaing dalam memproduksi tahu menyebabkan pengembangan tahu serta pemasaran tahu harus mampu menciptakan variasi dari produk tahu sehingga mampu bersaing dengan produsen lain.

Masalah lainnya yaitu menyangkut promosi yaitu promosi yang dilakukan hanya sebatas dari mulut ke mulut saja. Fakta-fakta diatas menunjukkan bahwa usaha pemasaran tahu di Kota Surakarta memiliki kekuatan dan potensi serta dihadapkan pada kendala-kendala yang dapat berupa kelemahan maupun hambatan sehingga faktor-faktor tersebut sangat penting diidentifikasi sebagai pertimbangan alternatif strategi. Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas maka perumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah :

1. Faktor-faktor internal dan eksternal apakah yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta?

2. Alternatif strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta?

3. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian Strategi Pemasaran Tahu di Kota Surakarta adalah :

1. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta.

2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta.

3. Menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menambah wawasan peneliti terkait dengan bahan yang dikaji dan merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah daerah setempat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran atau pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan di sektor industri khususnya sub sektor industri bahan pangan.

3. Bagi pengusaha tahu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai strategi pemasaran industri tahunya.

4. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan referensi penelitian selanjutnya.

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Menurut Yoga Rieke Meisiana (2010) dalam penelitian yang berjudul Strategi Pengembangan Industri Kecil Tahu di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen, diperoleh hasil bahwa faktor internal yang dapat mempengaruhi pengembangan industri tahu di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen adalah adanya subsidi, bantuan peralatan, adanya penyuluhan, pengawasan bahan baku, subsidi kedelai kurang, sumber daya manusia pemerintah terbatas dan penyuluhan kurang sesuai sedangkan faktor eksternalnya adalah kondisi lingkungan, ketersediaan teknologi, kenaikan harga sembako, kesenjangan sosial, kurangnya bimbingan teknis dan persepsi konsumen tentang tahu. Alternatif strategi yang dapat diterapkan adalah meningkatkan bantuan modal, peralatan, pengawasan kualitas kedelai dan mempertahankan kepercayaan konsumen, perbaikan distribusi subsidi dan pengawasan untuk meningkatkan produksi tahu, meningkatkan kuantitas sumber daya manusia melalui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan potensi industri kecil tahu. Prioritas strategi yang dapat diterapkan adalah meningkatkan bantuan modal, peralatan, pengawasan kualitas kedelai serta mempertahankan kepercayaan konsumen melalui teknologi yang ada.

Menurut Adi (2006) dalam penelitian yang berjudul Strategi Pemasaran Strawberry di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, dapat diketahui bahwa alternatif strategi pemasaran didapat dari mengidentifikasi lingkungan pemasaran, baik itu lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Strategi kombinasi faktor internal dan eksternal antara lain strategi kombinasi dari kekuatan dan peluang adalah memaksimumkan kinerja unit usaha yang ada dan merekrut produsen baru dalam koperasi, lebih menitikberatkan pada kerja sama kemitraan dengan produsen sejenis dan koperasi., mengadakan pelatihan pengembangan SDM, dan diversifikasi produk. Strategi kombinasi kekuatan dengan ancaman adalah melakukan promosi gencar-gencaran agar dapat merebut hati konsumen, melakukan Menurut Adi (2006) dalam penelitian yang berjudul Strategi Pemasaran Strawberry di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, dapat diketahui bahwa alternatif strategi pemasaran didapat dari mengidentifikasi lingkungan pemasaran, baik itu lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Strategi kombinasi faktor internal dan eksternal antara lain strategi kombinasi dari kekuatan dan peluang adalah memaksimumkan kinerja unit usaha yang ada dan merekrut produsen baru dalam koperasi, lebih menitikberatkan pada kerja sama kemitraan dengan produsen sejenis dan koperasi., mengadakan pelatihan pengembangan SDM, dan diversifikasi produk. Strategi kombinasi kekuatan dengan ancaman adalah melakukan promosi gencar-gencaran agar dapat merebut hati konsumen, melakukan

Kedua penelitian di atas dapat menjadi landasan atau referensi dalam penelitian ini dengan alasan adanya kesamaan dalam metode pendekatan analisis yaitu menggunakan analisis pendekatan analisis SWOT dan memberikan gambaran mengenai alternatif dan prioritas strategi seperti perbaikan sarana dan prasarana produksi serta sumberdaya manusia, memanfaatkan kemajuan teknologi. Penelitian di atas dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan gambaran secara komprehensif sehingga akan membantu peneliti untuk menentukan strategi pemasaran selanjutnya.

B. Tinjauan Pustaka

1. Kedelai

Kedelai telah beratus-ratus tahun dibudidayakan di Indonesia dan prospek pengembangannya masih tetap cerah. Hal ini memberikan isyarat bahwa kedelai mempunyai nilai ekonomi sosial yang tinggi dan peranannya makin strategis dalam tatanan kehidupan manusia. Kedelai merupakan komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di Indonesia, baik sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak, bahan baku industri maupun bahan penyegar. Bahkan dalam tatanan perdagangan pasar internasional, kedelai merupakan komoditas ekspor berupa minyak nabati, pakan ternak di berbagai negara di dunia (Rukmana dan Yuyun, 1996).

Menurut Cahyadi (2007), kedelai mengandung protein 35 persen, bahkan pada varietas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40-43 persen. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa per 100 gram biji Menurut Cahyadi (2007), kedelai mengandung protein 35 persen, bahkan pada varietas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40-43 persen. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa per 100 gram biji

No. Komponen Jumlah

1. Kalori 331,0 (kkal)

2. Protein 34,9 (gram)

3. Lemak 18,1(gram)

4. Karbohidrat 34,8 (gram)

5. Kalsium 227,0 (mg)

6. Fosfor 585,0 (mg)

7. Besi 8,0 (mg)

8. Vitamin A 110,0 (SI)

9. Vitamin B1 1,1 (mg)

10 Air 7,5 (gram) Sumber : Cahyadi, 2007

2. Tahu

Tahu merupakan pangan yang berasal dari hasil olahan bahan dasar kacang kedelai yang pembuatannya melalui proses pengendapan dan penggumpalan oleh bahan penggumpal yang berasal dari asam asetat atau garam. Proses pembuatan tahu adalah :

a. Memilih biji kedelai yang berkualitas baik.

b. Merendam biji kedelai dalam air bersih selama 6-7 jam agar menjadi empuk dan mudah digiling.

c. Menggiling kedelai sampai halus berbentuk bubur.

d. Merebus bubur kedelai dalam wajan sambil ditambahkan air selama beberapa waktu.

e. Mengaduk-aduk bubur kedelai secara berulang-ulang agar tidak berbusa.

f. Menyaring bubur kedelai yang masih mendidih dengan kain saringan yang diletakkan diatas sangkar bamboo sambil diperas berulang-ulang hingga diperoleh bantuk sari kedelai.

g. Mencampurkan tiap 36 liter sari kedelai dengan 700 cc asam cuka sehingga membentuk gumpalan-gumpalan.

h. Memasukkan gumpalan-gumpalan tadi kedalam cetakan, kemudian press agar airnya tuntas.

i. Membuka kain saringnya, kemudian tahu dipotong-potong dengan ukuran menurut selera.

(Rukmana dan Yuyun, 1996).

3. Industri Tahu

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa (Godam, 2006).

Kriteria usaha mikro, kecil dan menengah berdasarkan undang- undang nomor 20 tahun 2008 adalah :

a. Usaha mikro : asset maksimal 50 juta dan omset maksimal 300 juta

per tahun

b. Usaha kecil : asset > 50 juta-500 juta dan omset > 300juta-2,5

milyar per tahun

c. Usaha menegah : asset > 500 juta-10 milyar dan omset 2,5 milyar-50

milyar per tahun

(Anonim, 2009 b ) Industri tahu adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan

mentah yaitu kedelai menjadi tahu sehingga memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri tahu merupakan jenis usaha yang dapat digolongkan sebagai industri kecil karena berskala ukuran kecil, meningkatkan keikutsertaan masyarakat, tenaga kerja dan faktor produksi lain yang digunakannya serba terbatas, sehingga kapasitas produksinya pun terbatas (Anonim dalam Yuliastuti, 2010).

4. Strategi

Menurut Jauch dan William F. Glueck (1997), strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang Menurut Jauch dan William F. Glueck (1997), strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang

Pada prinsipnya, strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe strategi yaitu strategi manajemen, strategi investasi dan strategi bisnis. Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro, misalnya strategi pengembangan produk, strategi penetapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, dan sebagainya. Strategi investasi merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi sedangkan strategi bisnis berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen misalnya strategi pemasaran, strategi produksi, strategi distribusi dan strategi- strategi yang berhubungan dengan keuangan (Rangkuti,2006).

Menurut David (2004), tahapan manajemen strategis terdiri dari tahapan perumusan strategi, implementasi strategi serta evaluasi dan pengendalian strategi. Tahapan perumusan strategi terdiri dari kegiatan mengembangkan pernyataan visi dan misi, melakukan audit eksternal dan audit internal untuk mengenali peluang, ancaman serta faktor kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, mengevaluasi dan memilih strategi. Tahapan berikutnya yaitu implementasi strategi yaitu melaksanakan strategi dengan melihat isu-isu manajemen, pemasaran, keuangan dan litbang sedangkan tahapan akhir adalah mengevaluasi dan pengendalian strategi, melalukan tindakan perbaikan. Berikut ini adalah model proses manajemen strategis yang komprehensif menurut Fred R. David.

Melakukan

Audit Eksternal

Melaksanakan

Membuat Menetapkan

dan Visi dan Misi

Pernyataan Tujuan Jangka

dan Memilih

Litbang , SIM

Audit Internal

Perumusan Strategi

Pelaksanaan Strategi

Evaluasi Strategi

Gambar 1. Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif

5. Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan implementasi dari konsep produk, pricing, promosi, dan distribusi (ide, produk maupun jasa), sehingga dapat diciptakan pertukaran agar dapat memuaskan kebutuhan pelanggan dan perusahaan sekaligus atau pelaksanaan dunia usaha yang mengarahkan arus barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen atau pihak pemakai (The American Marketing Assocciation dalam Iswanto, 2008).

Pemasaran merupakan pencocokan antara kemampuan dan keinginan untuk mencapai tujuan timbal balik yang saling menguntungkan. Pemasaran sendiri memiliki peran untuk memastikan bahwa perusahaan berfokus pada lingkungan total dari bisnis, pasar, persaingan, konsumen, pemerintah dan trend serta bahwa pemasaran menggunakan

pengalaman untuk mengembangkan suatu hubungan yang saling menguntungkan dengan konsumennya (Keegan dan Malcolm, 1999).

6. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran pada dasarnya memberikan arah dalam kaitannya dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya bauran pemasaran. Strategi pemasaran merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi (Tjiptono, 1995).

Menurut Keegan dan Malcolm (1999), strategi pemasaran adalah cara untuk mencapai sasaran pemasaran dan biasanya berkaitan dengan empat elemen utama bauran pemasaran yaitu :

a. Produk (Product) Kebijakan umum untuk penetapan merk, pemosisian, modifikasi, penambahan, desain dan pengepakan produk. Produk merupakan elemen penting sebab dengan inilah perusahaan berusaha untuk a. Produk (Product) Kebijakan umum untuk penetapan merk, pemosisian, modifikasi, penambahan, desain dan pengepakan produk. Produk merupakan elemen penting sebab dengan inilah perusahaan berusaha untuk

b. Harga (Price) Kebijakan umum harga yang harus diikuti oleh grup produk dalam segmen pasar. Harga suatu produk atau jasa ditentukan dari besarnya pengorbanan yang dilakukan untuk menghasilkan jasa tersebut dan laba atau keuntungan yang diharapkan. Oleh karena itu, penentuan harga produk dari suatu perusahaan merupakan masalah yang penting bagi perusahaan.

c. Distribusi (Place) Kebijakan umum untuk saluran distribusi dan tingkat layanan konsumen. Setelah perusahaan berhasil menciptakan barang atau jasa yang dibutuhkan dan menetapkan harga yang layak, tahap berikutnya menentukan metode penyampaian produk ke pasar melalui rute-rute yang efektif hingga tiba pada tempat yang tepat, dengan harapan produk tersebut berada ditengah-tengah kebutuhan dan keinginan konsumen yang membutuhkan produk tersebut. Masalah pemilihan saluran distribusi adalah masalah yang berpengaruh bagi marketing, karena kesalahan dalam memilih dapat menghambat bahkan memacetkan usaha penyaluran produk dari produsen ke konsumen.

d. Promosi (Promotion) Kebijakan umum untuk berkomunikasi dengan konsumen melalui beberapa cara antara lain periklanan (advertising), penjualan pribadi (personal selling), promosi penjualan (sales promotion) dan publisitas (publicity).

7. Penentuan Visi, Misi dan Tujuan Bisnis

Menurut David (2004), visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh organisasi mencakup tujuan-tujuan khusus sedangkan misi lebih terkait dengan perilaku dan masa kini. Berdasarkan hal tersebut, maka penetapan visi, sebagai bagian Menurut David (2004), visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh organisasi mencakup tujuan-tujuan khusus sedangkan misi lebih terkait dengan perilaku dan masa kini. Berdasarkan hal tersebut, maka penetapan visi, sebagai bagian

8. Analisis Lingkungan Pemasaran

Menurut Hadi (2007), lingkungan pemasaran merupakan pelaku dan kekuatan yang berada di sekeliling perusahaan yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak perusahaan, tetapi dapat mempengaruhi kegiatan dan kinerja pemasaran dan bisnis perusahaan.

Lingkungan pemasaran adalah berbagai aktor dan kekuatan di luar bagian pemasaran yang mempengaruhi kemampuan manajemen pemasaran untuk mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan pelanggan sasaran. (Kotler dan A.B Susanto, 2000 ).

Menurut Lubis (2004), lingkungan pemasaran terdiri dari :

a. Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (kesempatan dan ancaman) yang berada di luar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak (Hunger and Wheelen, 2003). Lingkungan eksternal terdiri dari :

1) Teknologi Kecepatan perubahan teknologi, kesempatan inovasi yang tidak terbatas dan anggaran riset yang bervariasi.

2) Pemasok Pemasok adalah penyedia sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam hal ini manajemen pemasaran harus mengawasi ketersediaan pasokan, pemogokan tenaga kerja dan peristiwa lain yang dapat mengurangi penjualan dalam jangka pendek dan merusak kepuasan pelanggan dalam jangka panjang.

3) Distributor Distributor adalah sebuah organisasi tertentu yang membantu perusahaan untuk menimbun persediaan atau memindahkan barang dari tempat asalnya ke tempat tujuan.

4) Pesaing Adalah perusahaan lain yang memasarkan produk yang sejenis. Dalam hal ini perusahaan harus memberikan nilai dan kepuasan pelanggan yang lebih besar dibandingkan pesaingnya, dan juga harus menghimpun keunggulan strategik dengan memposisikan tawaran perusahaan yang lebih menarik bagi konsumen.

5) Pelanggan Pelanggan adalah orang atau sekelompok orang yang menggunakan produk dari sebuah perusahaan yang akan digunakan untuk konsumsi pribadi, untuk dijual kembali atau untuk diproses lebih lanjut.

b. Lingkungan Internal Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak (Hunger and Wheelen, 2003). Lingkungan internal terdiri dari :

1) Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia atau SDM merupakan potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari- hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi (Greer dan Charles R, 1995).

2) Sumberdaya Finansial

Kondisi keuangan sering dianggap satu-satunya barometer terbaik dalam melihat dalam posisi bersaing. Termasuk didalamnya adalah modal kerja, pemanfaatan harta, dan keuntungan (David, 2004).

3) Produksi Faktor produksi terdiri dari semua aktivitas yang mengubah input menjadi output. Kegiatan produksi meliputi prinsip efisiensi, efektifitas dan produktivitas (Umar, 2002).

4) Pemasaran Pemasaran mencakup setiap usaha untuk mencapai kesesuain antara perusahaan dengan lingkungannya dengan pertimbangan bagaimana bisnis yang dipilih dapat dijalankan dengan sukses dalam lingkungan yang kompetitif atas dasar perspektif produk, harga, distribusi dan promosi untuk melayani pasar sasaran (Tjiptono,1995).

9. Analisis SWOT

Analisis situasi merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis situasi juga mengharuskan para manajer strategis untuk menemukan kesesuaian strategis antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, di samping memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal (Hunger and Wheelen, 2003).

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner ) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner ) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini

10. Matriks SWOT

Matriks SWOT merupakan matching tool yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan 4 tipe strategi. Keempat strategi yang dimaksud adalah strategi SO (Strength-Opportunity), strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ST (Strength-Threat) dan strategi WT (Weakness-Threat). Pada matriks ini, menentukan key success factors untuk lingkungan internal dan eksternal merupakan bagian yang sulit sehingga dibutuhkan judgement yang baik (Umar, 2002).

Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal (David, 2004).

11. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kritis internal dan eksternal (David, 2004).

QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success factors internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Jadi secara konseptual, tujuan QSPM adalah untuk menetapkan ketertarikan relatif (relative attractiveness) dari QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success factors internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Jadi secara konseptual, tujuan QSPM adalah untuk menetapkan ketertarikan relatif (relative attractiveness) dari

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Tahu merupakan hasil olahan dari bahan dasar kacang kedelai melalui proses pengendapan atau penggumpalan oleh bahan penggumpal. Kacang kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tahu mempunyai kandungan protein sekitar 30 persen sampai dengan 45 persen. Dibandingkan dengan bahan pangan lain seperti daging yang mengandung protein hanya sekitar 19 persen, ikan sebesar 20 persen, dan telur sekitar 13 persen, ternyata kedelai merupakan bahan pangan yang mengandung protein tinggi. Selain karena kandungan protein yang tinggi, tahu menjadi pilihan konsumsi masyarakat dikarenakan dapat diperoleh dengan harga yang murah.

Tahu mempunyai banyak keunggulan dan juga memiliki manfaat baik bagi tubuh maupun kesehatan. Begitu banyaknya kelebihan yang dimiliki diharapkan industri tahu, terkhusus industri tahu yang ada di Kota Surakarta mendapat perhatian lebih dari semua pihak. Dalam proses pemasaran tahu tidak akan lepas dari permasalahan. Permasalahan dapat timbul dari dalam lingkungan industri tahu maupun dari luar lingkungan industri tahu.

Aspek pemasaran dibutuhkan agar produk tahu dapat sampai ke konsumen. Pemasaran produk dari industri tahu di Kota Surakarta memiliki kekuatan dan kelemahan, tetapi juga peluang maupun ancaman. Faktor-faktor tersebut sangat penting diidentifikasikan sebagai pertimbangan alternatif strategi dalam pemasaran produk dari industri tahu di Kota Surakarta.