PENGARUH PENERAPAN KODE ETIK APARAT PENG

AUDITORINTERNAL PEMERINTAH (STUDI PADA APIP DI PROVINSI SUMATERA SELATAN)

Rosy Armaini Susi Ardiani Shelly Dwiayu

Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya Email : [email protected]

Abstrak

Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pengelolaan keuangan negara di wilayah Sumatera Selatan masih menjadi pekerjaan yang besar bagi pemerintah di daerah. Hal ini menjadi indikator bahwa peran APIP dalam melaksanakan pengawasan belum optimal, padahal seharusnya Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) menjadi ujung tombak dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi melalui peran pengawasannya dalam bidang audit, reviu, evaluasi, dan monitoring. Kinerja yang optimal akan tercapai apabila auditor pemerintah memiliki pemahaman yang memadai atas kode etik APIP dan penerapan kepatuhan terhadap kode etik. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh integritas, obyektivitas, kerahasiaan, kompetensi, akuntabel dan perilaku profesional terhadap kinerja APIP baik secara simultan maupun secara parsial. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dijadikan bahan pertimbangan dalam segala bentuk regulasi terkait penerapan/penyusunan Kode Etik APIP terhadap auditor APIP di Provinsi Sumatera Selatan digunakan untuk menjalankan profesinya sebagai auditor pemerintahan secara lebih baik dan lebih berkualitas, serta mengurangi kesempatan terjadinya human error. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional. Populasi objek penelitian adalah 168 auditor dan sampel sebanyak 63 auditor. Data primer bersumber dari distribusi kuisioner terhadap 63 responden yang telah terisi dan dapat diolah, serta perolehan data sekunder bersumber dari BPKP Perwakilan Sumatera Selatan dan Inspektorat Provinsi Sumatera Selatan yang merupakan bagian dari APIP di Provinsi Sumatera Selatan .

Kata kunci: Kode Etik APIP dan Kinerja.

1. PENDAHULUAN

keuangan negara untuk menjamin bahwa

pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan Beberapa tahun terakhir, permasalahan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan hukum terutama berkaitan dengan korupsi, serta untuk menjamin bahwa tujuan tercapai kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan segala secara hemat, efisien, dan efektif. praktiknya

1.1 Latar belakang

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah wewenang, penyuapan, pemberian uang No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem pelicin, pungutan liar, pemberian imbalan atas Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), dasar kolusi dan nepotisme serta penggunaan pelaksanaan pengendalian intern tersebut uang negara untuk kepentingan pribadi telah dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Intern menjadi perhatian masyarakat dan dianggap Pemerintah (APIP). APIP adalah instansi sebagai suatu hal yang lazim terjadi di negara pemerintah sekaligus sebagai auditor internal ini.

seperti

penyalahgunaan

akan pemerintah yang dibentuk dengan tugas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih melaksanakan

Tuntutan

masyarakat

pengawasan intern di dan bebas KKN menghendaki adanya lingkungan pemerintah pusat dan/atau pelaksanaan fungsi pengawasan dan sistem pemerintah daerah, yang terdiri atas Badan pengendalian intern yang baik atas Pengawasan Keuangan dan Pembangunan pelaksanaan pemerintahan dan pengelolaan (BPKP), Inspektorat Jenderal Kementerian,

Inspektorat/unit pengawasan intern pada handal atau dapat dipercaya ), Trisnaningsih Kementerian

Negara, Inspektorat dalam Wati, dkk (2010) mengungkapkan Utama/Inspektorat Lembaga Pemerintah Non bahwa kinerja suatu auditor dapat diukur dari Kementerian, Inspektorat/unit pengawasan standar yang telah ditetapkan, dimana kualitas intern pada Kesekretariatan Lembaga Tinggi berkaitan dengan mutu kinerja yang Negara dan Lembaga Negara, Inspektorat dihasilkan dan kuantitas merupakan jumlah Provinsi/Kabupaten/Kota,

unit hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu pengawasan intern pada Badan Hukum tertentu yang telah direncanakan. Pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan

dan

Kinerja auditor yang belum baik dapat perundang-undangan. Tugas APIP yang diatur dilihat dari tingginya skandal keuangan atau dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun tingkat korupsi dan buruknya tata kelola 2008 ini adalah melakukan pengawasan intern pemerintahan di tingkat daerah. Peran aparat yang didefinisikan sebagai seluruh proses pengawasan di daerah yang tidak efektif kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, merupakan salah satu penyebab semakin dan kegiatan pengawasan lain terhadap meratanya kasus korupsi dan buruknya tata penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi kelola pemerintahan daerah. Hal tersebut dalam rangka memberikan keyakinan yang sebagaimana diungkapkan oleh Emerson memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan Yuntho, Koordinator Divisi Hukum dan sesuai dengan tolak ukur yang telah Monitoring Peradilan Indonesian Corruption ditetapkan secara efektif dan efisien untuk Watch (ICW) . Ia menduga, korupsi di daerah kepentingan pimpinan dalam mewujudkan masih terjadi secara masif karena lemahnya tata kelola pemerintahan yang baik.

pengawasan penegak hukum terhadap para Fungsi pengawasan intern yang pejabat daerah. Korupsi masih merata di dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern daerah, otonomi jadi automoney. Sistem Pemerintah (APIP) merupakan salah satu

pengawasannya tidak cukup optimal sehingga pilar yang penting dalam mewujudkan mendorong mereka masih melakukan praktek pemerintahan yang bersih dan bebas KKN. korupsi (Nadia, 2014). Pendapat senada juga APIP berperan sebagai konsultan yang dapat diutarakan oleh Menteri Pendayagunaan memberikan nilai tambah bagi manajemen Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan tidak lagi mendeteksi masalah namun pada acara ulang tahun BPKP di Jakarta, pada sudah berubah menjadi mencegah masalah. tanggal 13 Mei 2015, ia menyebutkan bahwa APIP memberikan keyakinan (quality indikasi pengawasan intern yang belum assurance) yang memadai atas ketaatan, efektif antara lain masih maraknya Korupsi, kehematan,efisiensi,

efektifitas Kolusi dan Nepotisme (KKN), masih pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan rendahnya

dan

akuntabilitas kinerja atas fungsi instansi pemerintah. APIP dijadikan penggunaan anggaran serta masih buruknya sebagai early warning untuk mencegah kualitas pelayanan publik. Menurut Menpan terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan RB, akar permasalahan pengawasan intern wewenang sehingga mampu membantu

yang belum efektif adalah lemahnya meningkatkan kualitas tata kelola instansi independensi, aparat pengawasan yang kurang pemerintah.

profesional serta proses pengawasan yang Sebagai instansi pengawas pemerintah masih lemah. Pernyataan Menpan RB terbukti dengan tugas dan kewenangannya, APIP yang ada

Berdasarkan laporan dalam hal ini sebagai auditor internal harus Laboratorium Ilmu Ekonomi UGM dalam dapat berperan aktif untuk membantu analisa database korupsi yang diterbitkan pemerintahan

benarnya.

dalam mewujudkan pada 5 April 2016, disusun oleh tim peneliti pemerintahan yang baik, transparan, dan Rimawan Pradiptyo, Timotius Hendrik bebas dari KKN. Harus selalu berpegang pada Partohap, dan Pramashavira menyebutkan aturan dan menegakkan integritas dalam bahwa korupsi yang dilakukan politisi mengelola pemerintahan, sehingga dapat (legislator dan kepala daerah) dan swasta terhindar dari tindak pidana korupsi. Selain itu sepanjang 2001-2015, sebanyak 1.420 auditor bertanggung jawab untuk menjaga terpidana yang dihukum sedangkan korupsi profesionalisme

yang dari kalangan PNS sebanyak 1.115 terpidana. dilaksanakannya, agar dapat menghasilkan Total nilai korupsi yang dilakukan oleh hasil audit yang kompeten dan reliable ( politisi dan swasta pada tahun 2001-2015

kinerja kinerja

maupun media cetak “.

Tabel 1

Catatan Kasus Korupsi dan Kecurangan di Sumatera Selatan

No

Kasus Kecurangan

1 Kasus korupsi dana hibah dan bantuan sosial di Sumsel pada 2013 senilai Rp2,38 miliar yang melibatkan pihak Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Sumatera Selatan dan mantan Kepala Kesbangpol Provinsi Sumatera Selatan (Rosana, 2017. Antarasumsel.com)

2 Kasus Korupsi Wisma Atlet Sumsel Muhammad Nazaruddin sejumlah 13 persen, Gubernur Sumsel sejumlah 2,5 persen, Komite Pembangunan Wisma Atlet sejumlah 2,5 persen, Panitia Pengadaan sejumlah 0,5 persen dan Sesmenpora Wafid Muharam sejumlah 2 persen dan KPK menetapkan Dudung Purwadi sebagai tersangka (Priatmojo, 2016. Viva.co.id)

3 Kasus Darna Dahlan Kepala Dinas PU Bina Marga Sumatera Selatan tahun 2004-2008 menyalahgunakan kewenangan dalam Proyek Jalan Palembang-Tanjung Api-Api pembangunan dan jalan Muara Enim-Baturaja sehingga menimbulkan kerugian negara sebesar Rp 42,7 miliar (Bungalan, 2011. Suaramerdeka.com).

4. Kasus korupsi dua pejabat Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Palembang, Hasanuddin SPd.,MSi dan Drs Rahmat Purnama MT yang merugikan keuangan negara senilai Rp 3,4 miliar, dalam menyalurkan Dana Alokasi Khusus (DAK) Anggaran Rehab Rumah Sekolah tahun2012-2013 ke masing-masing sekolah (Hadinata, 2016. Tribunnews.com)

5. Kasus dugaan korupsi oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) Rakhman Akhmad atas dana pelayanan kesehatan sebesar Rp 4,14 miliar, pengadaan mobiler Rp199,8 juta dan dana perjalanan dinas sebesar Rp 826 juta di tahun 2014 (Agoes, 2015. Sindonews.com)

6. Lima tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi dana APBD kas di Sekretariat Daerah (Setda) Kota Prabumulih tahun 2007-2011 yaitu :

1. Ferdiansyah (mantan bendahara anggaran periode 2007-2013) yang saat ini menjabat sebagai Kabag Keuangan.

2. Muslimin (mantan Kasubag anggaran 2007-2010) yang kini menempati posisi staf Sekda Prabumulih.

3. Abdul Latif, (mantan Sekda Kota Prabumulih periode 2003-2008)

4. Nila Utama, (mantan Sekda periode 2008-2011)

5. Ahmad Sobri, (mantan Kabag Keuangan 2007-2009) Untuk kerugian negara dalam kasus dugaan ini, saat ini memang kita masih menunggu audit dari BPKP Sumsel. Tapi dari hasil penghitungan jaksa penyidik Kejati Sumsel para tersangka diduga telah merugikan negara sekitar Rp 3,8 miliar (Permana, 2015. Palembang.tribunnews.com)

7. Walikota Prabumulih Rachman Djalili ditetapkan menjadi tersangka kasus korupsi pengadaan lahan untuk pembangunan kantor pemerintah kota dan Rumah Sakit Umum Daerah Prabumulih tahun anggaran 2003 dengan kerugian negara mencapai Rp 4,6 miliar (Ardiansyah, 2007. Antikorupsi.com)

Sumber : Diolah oleh peneliti dari berbagai referensi

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dimiliki APIP agar dapat mewujudkan peran pencegahan dan pemberantasan TPK dalam APIP secara efektif. pengelolaan keuangan negara di wilayah

Hasil pemetaan kapabilitas APIP, Sumatera Selatan masih menjadi pekerjaan berdasarkan pendekatan Internal Audit yang besar bagi pemerintah di daerah. Capability Model (IA-CM) oleh perwakilan Fenomena catatan kecurangan tersebut dapat BPKP Provinsi Sumatera Selatan terhadap 18 menjadi indikator bahwa peran APIP dalam APIP di tahun 2016, menunjukkan bahwa melaksanakan pengawasan belum optimal, 50% APIP masih berada pada level 1 (Initial padahal seharusnya APIP menjadi ujung ) artinya APIP belum dapat memberikan tombak dalam upaya pencegahan dan jaminan atas proses tata kelola sesuai pemberantasan tindak pidana korupsi melalui peraturan dan belum dapat mencegah korupsi, peran pengawasannya dalam bidang audit, pada level 2 (Infrastructure) sebesar 33% reviu, evaluasi, dan monitoring. Rendahnya artinya APIP mampu menjamin proses tata kapabilitas APIP dalam melakukan fungsi kelola sesuai dengan peraturan dan mampu pengawasan dalam tata kelola pemerintahan mendeteksi terjadinya korupsi. Sedangkan turut memberikan andil dalam kondisi sisanya 17% pada level 3 (Integrated) artinya tersebut. Peraturan Kepala Badan Pengawasan APIP mampu menilai efisiensi, efektivitas, Keuangan Dan Pembangunan (BPKP) No: ekonomis suatu kegiatan dan mampu PER –1633/K/Jf/2011 menjelaskan bahwa memberikan konsultasi pada tata kelola, kapabilitas APIP merupakan kemampuan manajemen

dan pengendalian untuk

risiko,

pencapaian level pengawasan yang terdiri dari tiga unsur yang kapabilitas APIP pada wilayah kerja saling terkait yaitu kapasitas, kewenangan, perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Selatan. dan kompetensi SDM APIP yang harus

melaksanakan

tugas

– tugas intern.Berikut

tabel

Tabel 2 Pencapaian Level Kapabilitas APIP pada Wilayah Kerja Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016

Level No.

Nama APIP Prov/Kab/Kota

Elemen

A. Provinsi

1. Inspektorat Provinsi/Sumatera Selatan

B. Kabupaten

1. Ogan Komering Ulu

2. Ogan Komering Ilir

3. Muara Enim

4. Lahat

5. Musi Banyuasin

6. Musi Rawas

7. Banyuasin

8. Ogan Komering Ulu Timur

9. Ogan Komering Ulu Selatan

10. Ogan Ilir

11. Empat Lawang

12. Penukal Abab Lematang Ilir

13. Musi Rawas Utara (Muratara)

D. Kota

1. Palembang

2. Pagar Alam

3. Lubuklinggau

1 Sumber : Hasil Pemetaan Kapabilitas APIP oleh BPKP Tahun 2016

4. Prabumulih

Hasil pemetaan tersebut perlu segera

2. LANDASAN TEORI

ditindaklanjuti dengan

meningkatkan

2.1 Hubungan Integritas dengan Kinerja

kapabilitas APIP ke level yang lebih tinggi.

APIP

Dengan kondisi APIP saat ini yang mayoritas Integritas adalah suatu karakter yang masih berada pada level 1 dan level 2, seluruh mendasari timbulnya pengakuan profesional. APIP diharapkan berada pada level 2 Integritas merupakan kualitas yang mendasari (Infrastructure), selanjutnya

dapat kepercayaan publik yang dijadikan patokan ditingkatkan

3 bagi anggota dalam menguji semua keputusan (Integrated). Diharapkan APIP di Provinsi yang diambilnya. Integritas mengharuskan Sumatera

pada

level

mencegah, seorang anggota untuk bersikap jujur dan menangkal, mendeteksi tindakan pelanggaran berterus terang tanpa harus mengorbankan terhadap ketentuan, prosedur termasuk rahasia penerima jasa, pelayanan dan mendeteksi dan mencegah korupsi, serta kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan meningkatkan ketaatan kepada peraturan, oleh keuntungan pribadi.Berdasarkan definisi kebijakan dan prosedur.

Selatan

mampu

dalam melaksanakan Berdasarkan fenomena-fenomena yang tanggungjawab sebagai seorang auditor, telah dikemukakan dan kondisi real yang ada maka mereka harus memiliki sikap integritas pada Aparat Pengawasan Intern Pemerintah sebagai bentuk perilaku profesional.Dari (APIP) maka peneliti tertarik untuk definisi mengenai integritas terkait dengan melakukan penelitian mengenai pengaruh tanggungjawab auditor dalam kinerja yang integritas,

tersebut,

maka

objektivitas, kerahasiaan, dilakukan, maka dapat dilihat bahwa integritas kompetensi,

perilaku memiliki pengaruh terhadap kinerja auditor. profesional

akuntabel

dan

Aparat Hal ini telah dikemukakan dan dibuktikan Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) di secara ilmiah dalam penelitian Erina (2012), Provinsi Sumatera Selatan. Dengan objek dimana

terhadap

kinerja

memiliki pengaruh penelitianyaitu seluruh Aparat Pengawasan signifikan terhadap kinerja APIP pada Intern Pemerintah (APIP) di Provinsi Inspektorat Aceh. Penelitian yang dilakukan Sumatera Selatan.

integritas

oleh Utami (2015)juga membuktikan bahwa integritas memiliki pengaruh yang signifikan

kualitas pemeriksaan Permasalahan yang terdapat dalam auditor.Berdasarkan teori-teori dan penelitian penelitian ini adalah bagaimanakan pengaruh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap integritas,

1.2 Rumusan Masalah

terhadap

objektivitas, kerahasiaan, integritas yang dimiliki seorang adutior dapa kompetensi,

perilaku memengaruhi kinerja dan hasil kinerja yang profesional

Aparat dilaksanakan.

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) di Provinsi Sumatera Selatan. Dengan objek

2.2 Hubungan Objektivitas dengan Kinerja

penelitianyaitu seluruh Aparat Pengawasan

APIP

Intern Pemerintah (APIP) di Provinsi

merupakan suatu Sumatera Selatan.

Objektivitas

keyakinan, kualitas yang memberikan nilai bagi jasa atau pelayanan. Pinsip objektivitas

menetapkan suatu kewajiban bagi auditor Tujuan yang ingin dicapai dalam untuk tidak memihak, jujur secara intelektual penelitian ini adalah untuk mengetahui dan bebas dari konflik kepentingan. Prinsip pengaruh integritas, objektivitas, kerahasiaan, objektivitas merupakan suatu keharusan, kompetensi,

1.3 Tujuan Penelitian

perilaku artinya bahwa setiap anggota profesi wajib profesional

akuntabel

dan

Aparat melaksanakan dan mengusahakannya. Prinsip Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) di objektivitas mensyaratkan agar auditor Provinsi Sumatera Selatan. Dengan objek melaksanakan audit dengan jujur dan tidak penelitianyaitu seluruh Aparat Pengawasan mengkompromikan kualitas. Dalam beberapa Intern Pemerintah (APIP) di Provinsi pejelasan mengenai objektivitas terkait Sumatera Selatan.

terhadap

kinerja

pelaksanaan auditor di atas, maka dapat dilihat keterkaitannya dengan teori etika keutamaan yaitu bagaimana objektivitas menjadi sikap yang harus dimiliki oleh pelaksanaan auditor di atas, maka dapat dilihat keterkaitannya dengan teori etika keutamaan yaitu bagaimana objektivitas menjadi sikap yang harus dimiliki oleh

cermat dan tersebut,

maka dapat dilihat bahwa seksama. Atas dasar demikian, dapat objektivitas memiliki pengaruh terhadap disimpulkan bahwa dalam menjalankan tugas pelaksanaan tanggungjawab auditor.

auditnya, aditor wajib memiliki kemahiran Penelitian yang dilakukan oleh Arini dalam hal akademik dan teknis untuk (2010) telah membuktikan bahwa objektivitas mempertanggungjawabkan profesionalisme memiliki pengaruh yang signifikan terhadap mereka.Tidak hanya keahlian dalam lingkup kinerja auditor BPKP Yogyakarta. Hasil yang kegiatan audit (kompetensi teknis, standar sama juga dibuktikan dalam penelitian Erina audit, kebijakan, prosedur dan praktik-praktik (2012),

dimana objektivitas memiliki audit) dan akuntansi (catatatan akuntansi, pengaruh yang signifikan terhadap kinerja laporan keuangan) yang wajib dimiliki oleh APIP pada Inspektorat Aceh. Berdasarkan seorang auditor, namun juga keahlian yang teori dan penelitian-penelitian yang dilakukan memadai tentang lingkungan pemerintahan sebelumnya

memiliki sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit kesimpulan bahwa objektivitas memiliki yang dilayani oleh APIP. pengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.

maka

peneliti

Dari beberapa penjelasan mengenai kompetensi di atas, terlihat jelas bagaimana

2.3 Hubungan Kerahasiaan dengan

seorang auditor harus memiliki kompetensi

teknis dan pengetahuan akan audit yang Auditor harus menghargai nilai dan mereka lakukan.Hubungan yang signifikan kepemilikan informasi yang diterima dan antara kompetensi terhadap kinerja auditor tidak mengungkapkan informasi tersebut dikemukakan dalam penelitian Arini (2010) tanpa otorisasi yang memadai, kecuali yang membuktikan secara ilmiah bahwa diharuskan oleh peraturan perundang- kompetensi memiliki pengaruh signifikan undangan. Auditor hanya mengungkapkan terhadap kinerja auditor internal BPKP informasi yang diperolehnya kepada yang Yogyakarta. Penelitian selanjutnya yang berhak untuk menerimanya sesuai dengan dilakukan

Kinerja APIP

Erina (2012) juga peraturan dan ketentuan yang berlaku, menyimpulkan

oleh

bahwa kompetensi Pusdiklatwas BPKP (2010:27). Kerahasiaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja informasi yang diperoleh auditor mengenai auditor setelah uji parsial yang telah klien merupakan prinsip yang harus dijaga dilakukannya. Dari beberapa penelitian dan sebagaimana

diungkapkan dalam teori yang dikemukakan di atas, maka dapat PER/04/M.PAN/03/2008, bahwa didalam disimpulkan bahwa kompetensi memiliki melakukan pemeriksaan seorang auditor harus pengaruh terhadap kinerja auditor. menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang

2.5 Hubungan Akuntabel dengan Kinerja

mengungkapkan informasi tersebut tanpa

APIP

otorisasi yang memadai, kecuali diharuskan Akuntabel adalah dorongan psikologi oleh

perundang-undangan.Erina (2012) yang bisa mempengaruhi seseorang untuk menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa mempetanggungjawabkan tindakannya dan kerahasiaan

ditimbulkannya kepada signifikan

memiliki

pengaruh

yang akibat

yang

tempat seseorang Berdasarkan teori dan hasil penelitian di atas, tersebutmelakukan

terhadap

kinerja

auditor. lingkungan

dimana

aktivitasnya. Terkait maka dapat disimpulkan bahwa kerahasiaan dengan kinerja auditor, akuntabilitas adalah memiliki pengaruh terhadap kinerja auditor.

kewajiban seorang auditor untuk memberikan pertanggung jawaban atau menjawab dan

2.4 Hubungan Kompetensi dengan Kinerja menerangkan kinerja dan tindakan

hukum/pimpinan suatu Kompetensi merupakan sikap yang organisasi kepada pihak yang memiliki hak diharuskan untuk seorang auditor, dimana atau

APIP

seseorang/badan

untuk meminta dalam melakukan proses audit harus memiliki keterangan atau pertanggungjawaban. Dalam keahlian dan pelatihan teknis yang cukup penelitian Salsabila dan Prayudiawan (2011) sebagai seorang auditor.Dalam pelaksanaan menyimpulkan bahwa akuntabilitassecara audit dan penyusunan laporannya, auditor simultan berpengaruh signifikan terhadap

berkewenangan berkewenangan

penelitian ini menggunakan rumus Slovin dalam penarikan sampel karena jumlahnya

2.6 Hubungan Perilaku Profesional

harus representative agar hasil penelitian

dengan Kinerja APIP

digeneralisasikan. Perhitungannya Dalam pengertian umum, seseorang sampel dengan teknik

dapat

Slovin tidak dikatakan profesionalisme jika memenuhi tiga memerlukan tabel jumlah sampel, namun kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk dapat dilakukan dengan rumus

dan melaksanakan tugas dengan bidangnya, perhitungan sederhana. melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan Rumus Slovin untuk menentukan sampel menetapkan standar baku dibidang profesi adalah sebagai berikut : yang bersangkutan dan menjalankan tugas

profesinya dengan mematuhi etika profesi

yang ditetapkan. Profesionalisme merupakan N = N . suatu kemampuan yang dilandasi pengetahuan

1 + N (e) ² dan dedikasi dalam melaksanakan tugas

sesuai etika profesional yang ada. Jadi dapat

dikatakan bahwa profesionalisme itu adalah Keterangan: sikap tanggung jawab dari seorang auditor n : Ukuran sampel/jumlah responden dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya N

: Ukuran populasi

sesuai etika professional yang ada agar

E : Presentase kelonggaran ketelitian tercapainya kinerja.

kesalahan pengambilan sampel yang Dinata (2013) menyimpulkan dalam

masih bisa ditolerir; e=0,1 penelitiannya

bahwa

profesionalisme

berpengaruh positif terhadap kinerja auditor, Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai yang dimana semakin tinggi tingkat berikut: keprofesionalismean auditor maka kinerja Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam yang dihasilkan akan semakin memuaskan.

jumlah besar Hasil yang sama juga dibuktikan dalam Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam

penelitian Nugraha dan Ramantha (2015)

jumlah kecil

menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari profesionalisme berpengaruh positif terhadap

teknik Solvin adalah antara 10-20 % dari kinerja auditor. Berdasarkan teori tersebut populasi penelitian dan adanya penelitian sebelumnya yang

membahas mengenai pengaruh perilaku Jumlah populasi dalam penelitian ini profesional terhadap kinerja auditor. Peneliti adalah sebanyak 168 auditor, sehingga membuat hipotesis bahwa perilaku profesional presentase kelonggaran yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap kinerja adalah 10% dan hasil perhitungan dapat auditor.

dibulatkan untuk mencapai kesesuaian. Maka untuk mengetahui sampel penelitian, dengan

3. METODE PENELITIAN

perhitungan sebagai berikut :

3.1 Populasi dan Teknik Pengumpulan

Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh auditor internal pemerintah bekerja di n = 168 Badan

Pembangunan (BPKP) Perwakilan Sumatera

Selatan yang berjumlah 111 auditor dan n = 62,68 (disesuaikan oleh peneliti menjadi Inspektorat Provinsi Sumatera Selatan yang

berjumlah 57 auditor, sehingga jumlah Berdasarkan perhitungan diatas sampel populasi keseluruhan adalah 168 auditor. yang menjadi responden dalam penelitian ini

Dalam penelitian ini peneliti mempersempit di sesuaikan menjadi 63 auditor, hal ini populasi yaitu jumlah seluruh auditor Dalam penelitian ini peneliti mempersempit di sesuaikan menjadi 63 auditor, hal ini populasi yaitu jumlah seluruh auditor

seseorang untuk pengolahan data dan untuk hasil pengujian mempertanggungjawabkan sesuatu yang telah yang lebih baik. Teknik pengambilan mereka kerjakan kepada lingkungannya atau sampling yang digunakan dalam penelitian orang lain.Perilaku Profesional (X6) adalah ini, yaitu purposive sampling (sampling sikap atau perilaku yang ditunjukan seseorang pertimbangan) yang dipilih berdasarkan untuk bertanggung jawab akan perkerjaan pertimbangan

dimiliki

peneliti (Sugiyono,2016). yang diberikan dan dikerjakan dengan baik Teknik penentuan sampling ini dilakukan dan ikhlas untuk mencapai tujuan kinerja yang dengan mempertimbangkan kondisi kerja baik dengan standar tertentu yang sesuai auditor internal APIP di Provinsi Sumatera dengan undang-undang yang mengatur suatu Selatan yang sebagian besar bertugas untuk profesi.Kinerja auditor (Y) adalah hasil dari mengaudit diluar kota Palembang.

pelaksanaan dan tanggung jawab pekerjaan yang dilakukan oleh seorang auditor

berdasarkan kemampuan,tanggung jawab dan Integritas (X1) adalah sikap jujur, keobyektifan dalam melaksanakan audit berani, bijaksana, dan tanggung jawab auditor (Kode Etik APIP,2008). dalam melaksanakan audit.Objektivitas (X2) adalah kualitas yang memberikan nilai atas

3.2 Definisi dan Operasional Variabel

3.3 Metode Analisis Data dan Rancangan

jasa yang diberikan anggota. Kerahasiaan

Pengujian Hipotesis

(X3) adalah prinsip bahwa auditor harus Data yang diperoleh dari kuesioner menghargai nilai dan kepemilikan informasi dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis yang diterimanya dan tidak mengungkapkan dengan menggunakan

software SPSS informasi tersebut tanpa otorisasi yang (Statistical Product and Service Solution) memadai, kecuali diharuskan oleh peraturan versi 22. Metode analisis data yang digunakan perundang-undangan.

(X4) pada penelitian ini adalah analisis regresi adalah kemampuan auditor yang menjadi linier

Kompetensi

(Multiple Regression tolak ukur dalam kualitas audit sebagai Analysis ). Sebelum melakukan pengujian proses dimana seorang auditor harus regresi berganda, terlebih dahulu peneliti menemukan dan melaporkan pelanggaran harus melakukan uji validitas, uji realibilitas dalam sistem akuntansi dengan pengetahuan dan uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji dan

berganda

Akuntabel multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. (X5)merupakan dorongan psikologi sosial

keahlian

auditor.

4. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Data

4.1.1 Demografi Responden

Data demografi responden secara lebih jelas disajikan dalam tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 Data Demografi Responden

No.

Keterangan

Jumlah Persentase (%)

1. Umur

a. 30-36 tahun

b. 37-43tahun

20 31,74 atas Total

c. 44-50 tahun ke

2. Jenis Kelamin

a. Laki-Laki

35 55,56 Total

b. Perempuan

3. Pendidikan Terakhir

c. D4 1 1,58

d. D3 2 3,17 Total

4. Jabatan

a. Junior Auditor

b. Senior Auditor

c. Auditor Muda

9 14,28 Madya

d. Auditor

e. Lain-lain

Total

5. Lama Bekerja

a. >5 tahun

b. 5-10 tahun

c. 11-15 tahun

d. 16-20 tahun

17 26,98 Total

e. >20 tahun

63 100 Sumber : Data Primer Diolah (2017)

Berdasarkan tabel di atas data bekerja di BPKP dan Inspektorat selama >20 responden yang terkumpul sejumlah 63 tahun. responden. Ditinjau dari usia, responden di kelompok usia 30-36 tahun memiliki

4.1.2 Hasil Pengujian

persentase tertinggi dengan nilai sebesar

1. Uji Validitas

41,26%. Jumlah total responden menurut usia Teknik yang digunakan untuk berjumlah 63 responden, semua responden mengukur validitas dalam penelitian ini mencantumkan usia. Responden penelitian ini adalah dengan menggunakan Corrected Item didominasi oleh responden yang berjenis Total

dengan cara kelamin perempuan sebesar 55,56%. Tingkat mengkorelasikan antara skor masing-masing pendidikan

Colleration ,

masing-masing responden item pernyataan dengan skor total item berdasarkan data di atas diketahui bahwa pernyataan tersebut. Instrumen dinyatakan responden yang telah menempuh jenjang valid jika angka korelasi yang diperoleh lebih pendidikan S1 lebih dominan dengan jumlah besar dari angka kritik (r hitung > r tabel), sebesar 74,60%. Berdasarkan tingkat jabatan, dan nilai r tabel yang diketahui sebesar 0,248 presentase tertinggi berada pada kategori lain- (lihat lampiran r hitung) maka pertanyaan lain (jabatan fungsional auditor seperti auditor dalam kuisioner tersebut dikatakan valid. pelaksana,auditor pelaksana lanjutan,auditor Hasil uji validitas terhadap item pernyataan penyelia dan auditor pertama) yaitu sebesar dari semua variabel yang digunakan 46,03%. Dan sebagian besar responden ditunjukkan dalam tabel-tabel berikut : penelitian ini atau sebesar 26,98% telah

Tabel 4

Hasil Uji Validitas Variabel Integritas

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Cronbach's Alpha if Item Item Deleted

Scale Variance if

Corrected Item-

Deleted INT1

Item Deleted

Total Correlation

,955 Sumber : Output SPSS diolah (2017)

Dari tabel diatas, dapat dilihat hasil masing-masing dapat dilihat dari kolom pengujian validitas yang dilakukan terhadap Corrected Item-Total Colleration . Secara empat belas penyataan yang digunakan dalam keseluruhan nilai r hitung > dari nilai r tabel variabel integritas (X1). Nilai r hitung untuk (0,248), sehingga keseluruhan empat belas empat belas pernyataan instrumen secara pernyataan di atas dapat dikatakan valid.

Tabel 5 Hasil Uji Validitas Variabel Obyektivitas

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Corrected Item- Cronbach's Alpha Item Deleted

Scale Variance if

if Item Deleted OBJ1

Item Deleted

Total Correlation

,943 Sumber : Output SPSS diolah (2017)

Dari tabel di atas, dapat dilihat hasil masing-masing dapat dilihat dari kolom pengujian validitas yang dilakukan terhadap Corrected Item-Total Colleration . Secara delapan penyataan yang digunakan dalam keseluruhan nilai r hitung > dari nilai r tabel variabel objektivitas (X2). Nilai r hitung (0,248), sehingga keseluruhan delapan untuk delapan pernyataan instrumen secara pernyataan di atas dapat dikatakan valid.

Tabel 6 Hasil Uji Validitas Variabel Kerahasiaan

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Corrected Item- Cronbach's Alpha Item Deleted

Scale Variance if

if Item Deleted KER1

Item Deleted

Total Correlation

,937 KER2

,931 KER3

,930 KER4

,931 KER5

,930 KER6

Sumber: Output SPSS diolah (2017)

Dari tabel tersebut, dapat dilihat hasil Corrected Item-Total Colleration . Secara pengujian validitas yang dilakukan terhadap keseluruhan nilai r hitung > dari nilai r tabel enam pernyataan yang digunakan dalam (0,248),

keseluruhan enam variabel kerahasiaan (X3). Nilai r hitung pernyataan di atas dapat dikatakan valid. untuk enam pernyataan instrumen secara masing-masing dapat dilihat dari kolom

sehingga

Tabel 7 Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Scale Variance if

Corrected Item- Cronbach's Alpha

if Item Deleted KOMP1

Item Deleted

Item Deleted

Total Correlation

,973 Sumber : Output SPSS diolah (2017)

Dari tabel di atas, dapat dilihat hasil hitung untuk enam pernyataan instrumen pengujian validitas yang dilakukan terhadap secara masing-masing dapat dilihat dari dua belas penyataan yang digunakan dalam kolom Corrected Item-Total Colleration. variabel kompetensi (X4). Nilai r hitung Secara keseluruhan nilai r hitung > dari nilai r untuk dua belas pernyataan instrumen secara tabel (0,248), sehingga keseluruhan dua belas masing-masing dapat dilihat dari kolom pernyataan di atas dapat dikatakan valid. Corrected Item-Total Colleration . Nilai r

Tabel 8 Hasil Uji Validitas Variabel Akuntabel

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Corrected Item- Cronbach's Alpha Item Deleted

Scale Variance if

if Item Deleted AKT1

Item Deleted

Total Correlation

,974 Sumber : Output SPSS diolah (2017)

Dari tabel di atas, dapat dilihat hasil masing dapat dilihat dari kolom Corrected pengujian validitas yang dilakukan terhadap Item-Total Colleration. Secara keseluruhan tujuh penyataan yang digunakan dalam nilai r hitung > dari nilai r tabel (0,248), variabel akuntabel (X5). Nilai r hitung untuk sehingga keseluruhan tujuh pernyataan di atas delapan pernyataan instrumen secara masing- dapat.dikatakan.valid.

Tabel 9 Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Profesional

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Scale Variance if

Corrected Item- Cronbach's Alpha

if Item Deleted PROF1

Item Deleted

Item Deleted

Total Correlation

,970 Sumber : Output SPSS diolah (2017)

Dari tabel di atas, dapat dilihat hasil secara masing-masing dapat dilihat dari pengujian validitas yang dilakukan terhadap kolom Corrected Item-Total Colleration. empat penyataan yang digunakan dalam Secara keseluruhan nilai r hitung > dari nilai r variabel perilaku profesional (X6). Nilai r tabel (0,248), sehingga keseluruhan empat hitung untuk empat pernyataan instrumen pernyataan di atas dapat dikatakan valid.

Tabel 10 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Corrected Item- Cronbach's Alpha Item Deleted

Scale Variance if

if Item Deleted KIN1

Item Deleted

Total Correlation

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Dari tabel di atas, dapat dilihat hasil dari masing-masing instrumen dalam satu pengujian validitas yang dilakukan terhadap variabel. Suatu konstruk atau variabel sembilan belas penyataan yang digunakan dikatakan reliabel jika memberikan nilai dalam variabel kinerja (Y). Nilai r hitung Cronbach Alpha > 0,60 (Nunnaly, 1994 dalam untuk delapan pernyataan instrumen secara Ghozali, 2013). masing-masing dapat dilihat dari kolom Instrumen penelitian dapat dikatakan handal Corrected Item-Total Colleration . Secara apabila nilai CronbanchAlpha lebih besar dari keseluruhan nilai r hitung > dari nilai r tabel 0,60 atau dengan kata lain nilai Cronbanch (0,248) kecuali butir pernyataan nomer 2, 3, Alpha harus berada pada tingkat cukup

4, 5, sehingga lima belas pernyataan di atas (0,599) hingga sangat tinggi (1,000). Hasil uji dikatakan valid dan empat pernyataan reliabilitas yang telah dilakukan pada tiap dikatakan tidak valid.

variabel

independen: Integritas (X1),

Objektivitas

(X2),

Kerahasiaan (X3),

Kompentensi(X4), Akuntabel (X5) dan Uji reliabilitas dalam penelitian ini Perilaku Profesional (X6) dan dependen: dilakukan dengan ujistatistik Cronbach Alpha

2. Uji Reliabilitas

Kinerja Auditor (Y) dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel dan penjelasan berikut :

Tabel 11

Uji Reliabilitas

Variabel

Cronbach’s Alpha

N of Items

7 Perilaku Profesional

15 Sumber: Output SPSS diolah (2017)

Dari tabel di atas, dapat dilihat hasil uji

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini objektivitas,

reliabilitas pada

variabel

integritas,

kerahasiaan, kompetensi, dilakukan dengan uji statistik non-parametrik akuntabel dan perilaku profesional dalam One Sample Kolmogorov-Smirnov Test . instrumen kuisioner yang digunakan dalam Pengambilan keputusan dilakukan dengan penelitian ini. Hasil uji reliabilitas tersebut membandingkan p value yang diperoleh dari menunjukkan nilai Cronbanch Alpha lebih hasil pengujian normalitas dengan tingkat besar dari tingkat signifikansi yang ditetapkan signifikansi yang ditentukan yaitu sebesar yaitu 0,6 sehingga instrumen kuisioner yang 0,05. Data dikatakan terdistribusi secara digunakan dapat dikatakan handal dan normal jika p value > α 0,05, begitu juga memiliki tingkat signifikansi yang sangat sebaliknya (Ghozali, 2013). Berikut ini hasil tinggi karena berada dalam kisaran 0,800.

uji.normalitas.:

Tabel 12 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 63

Normal Parameters a,b Mean

0E-7

Std. Deviation

,125 Most Extreme Differences

-,125 Kolmogorov-Smirnov Z

Negative

,990 Asymp. Sig. (2-tailed)

,281 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Output SPSS diolah (2017)

Sample nilai lebih besar dari 0,05, yaitu sebesar 0,281. Kolmogorov-Smirnov Test dalam tabel di atas Hal ini berarti bahwa data residual menunjukkan bahwa nilai probabilitas (p terdistribusi secara normal. value ) residual dalam penelitian ini memliki

Hasil pengujian

One

4. Uji Asumsi Klasik

independen manakah yang dijelaskan oleh

1) Uji Multikolinieritas

variabel independen yang lain. Jika nilai Uji

multikolinearitas dilakukan tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF dengan membandingkan nilai tolerance dan lebih kecil dari 10, maka tidak terjadi Variances Inflation Factor (VIF) . Kedua multikoliniearitas.(Ghozali,2013). ukuran tersebut menunjukkan setiap variabel

Tabel 13

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficients a

Collinearity Unstandardized Coefficients

Standardized

Statistics Model

Coefficients

Sig. Tolerance VIF 1 (Constant)

B Std. Error

Beta

KERAHASIAA N

,800 ,568 1,762 PROFESIONA L

,005 ,349 2,865 a. Dependent Variable: KINERJA

Sumber: Output SPSS diolah (2017)

Dari tabel di atas, nilai tolerance untuk ini,digunakan uji glejser. Uji glejser dilakukan masing-masing variabel lebih besar dari 0,1 dengan meregres nilai absolut residual dan nilai VIF lebih kecil dari 10 sehingga terhadap variabel independen. Apabila dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi masalah variabel independen signifikan secara statistik multikolinieritas dalam model penelitian ini.

mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,

2) Uji Heterokedastisitas

Untuk menguji

Tabel 14 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficients a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

t Sig.

Coefficients

B Std. Error

-,064 ,950 Perilaku Profesional

,957 ,343 a. Dependent Variable: ABS_RES

Sumber: Output SPSS diolah (2017)

Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak mengetahui pengaruh variabel-variabel ada satupun variabel independen yang independen: Integritas (X1), Objektivitas signifikan secara statistik mempengaruhi (X2), Kerahasiaan (X3), Kompentensi(X4), variabel dependen nilai absolut residual Akuntabel (X5) dan Perilaku Profesional (X6) (AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas terhadap variabel dependen: Kinerja Auditor signifikansinya di atas tingkat kepercayaan Internal (Y). Dalam menguji tingkat pengaruh 0,05. Jadi, dapat disimpulkan model regresi variabel-variabel

independen terhadap tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. variabel dependen dalam analisis ini, maka Dari hasil uji asumsi klasik secara secara simlutan (seluruh) ditentukan ketetapan keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai βi (i=1,2,3,4,5,6) ≠ 0, sehingga Integritas parameter yang dihasilkan dalam model (X1), objektivitas (X2), kerahasiaan (X3), penelitian ini adalah sahih karena telah kompetensi (X4), akuntabel (X5) dan perilaku memenuhi asumsi klasik regresi.

profesional berpengaruh terhadap kinerja auditor internal (Y). Tingkat signifikansi

5. Uji Hipotesis

pengaruh variabel independen terhadap

1) Analisis Linear Berganda (Multipple

dependen dapat diperoleh dari persentasi nilai

R². Analisis ini digunakan sesuai dengan rumusan masalah yang ada, yaitu ingin

Regression)

Adjusted

Tabel 15 Hasil Analisis Regresi Berganda

Variabel

Koefisien Regresi

Nilai thitung

0,012 Profesional N = 63

Adjusted R² = 0,773

F = 36,199

Sig. F = 0,000

Signifikansi pada 0,05 Sumber: Output SPSS diolah (2017 )

Dari tabel di atas, diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = -0,131 + 0,212 X 1

+ 0,210 X 2 + 0,183 X 3 + 0,162 X 4 + 0,201 X 5 + 0,187 X 6

Berdasarkan ketentuan yaitu jika βi

kata lain Integritas (i=1,2,3,4,5,6) ≠ 0, maka integritas (X1),

atau

dengan

berpengaruh terhadap kinerja auditor objektivitas

internal pemerintah.

kompetensi (X4), akuntabel (X5) dan perilaku 2) Dari tabel dapat dilihat nilai β2 pada profesional (X6) berpengaruh terhadap kinerja

variabel X2 = 0,210 sehingga Ho2 ditolak auditor internal pemerintah (Y). Dari

atau dengan kata lain objektivitas persamaan yang diperoleh, maka dapat

berpengaruh terhadap kinerja auditor dikatakan bahwa seluruh variabel independen

internal pemerintah.

(X1,X2,X3,X4,X5,X6)

simultan 3) Dari tabel dapat dilihat nilai β3 pada berpengaruh terhadap variabel dependen

secara

variabel X3 = 0,183 sehingga Ho3 ditolak (kinerja auditor internal pemerintah).

atau dengan kata lain kerahasiaan

1) Dari tabel dapat dilihat nilai β1 pada berpengaruh terhadap kinerja auditor variabel X1=0,212 sehingga Ho1 ditolak

internal pemerintah.

4) Dari tabel dapat dilihat nilai β4 pada berpengaruh terhadap auditor internal variabel X4 = 0,162sehingga Ho4 ditolak

pemerintah.

atau dengan kata lain kompetensi Pada tabel tersebut terdapat nilai berpengaruh terhadap kinerja auditor adjusted R² yaitu sebesar 0,773 atau 77,3%. internal pemerintah.

Hal ini menunjukkan bahwa variabilitas

5) Dari tabel dapat dilihat nilai β5 pada variabel dependen yaitu kinerja auditor variabel X5 = 0,201sehingga Ho5 ditolak internal yang dapat dijelaskan oleh variabilitas atau

dengan kata lain akuntabel variabel independen yaitu penerapan kode etik berpengaruh terhadap kinerja auditor yang terdiri atas integritas, obyektivitas, internal pemerintah.

kerahasiaan, kompetensi, akuntabel dan

6) Dari tabel dapat dilihat nilai β4 pada perilaku

sebesar 77,3%. variabel X6 = 0,187 sehingga Ho6 ditolak Sedangkan sisanya 22,7% dijelaskan oleh atau dengan kata lain perilaku profesional variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam

profesional

model.regresi.

Tabel 16 Koefisien Korelasi

Model Summary b

Model R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

a. Predictors: (Constant), PROFESIONAL, OBJEKTIVITAS, KOMPETENSI, AKUNTABEL, INTEGRITAS, KERAHASIAAN Dependent, KINERJA Sumber: Output Spss diolah (2017)

Berdasarkan tabel koefisien korelasi di Akuntabel (X5) dan Perilaku Profesional (X6) atas, diketahui R sebesar 0,892. Hasil tersebut dilakukan untuk menguji diterima atau dapat dikategorikan “sangat kuat” atau dengan ditolaknya hipotesis yang telah diajukan.

kata lain, nilai koefisien korelasi pengaruh Dalam melihat signifikansi tiap variabel, kode etik APIP (integritas, objektivitas, maka dapat dilakukan dengan melihat dari kerahasiaan, kompetensi, akuntabel dan nilai t-hitung dan t-tabel setiap variabel X. perilaku profesional) terhadap kinerja auditor Jika nilai t-hitung > t-tabel maka secara

internal pemerintah terletak di antara 0,80 - individual (parsial), variabel X dapat 1,00 yang berarti “ sangat kuat” dinyatakan memiliki pengaruh signifikan (Gijarati,2006). Kemudian dari tabel di atas terhadap variabel Y, dan jika nilai t-hitung< t- dapat dilihat hasil dari R Square atau tabel maka variabel X secara individual tidak koefisien determinasi (KD). R Square yang memiliki pengaruh signifikan terhadap diperoleh adalah 0,795. Hal ini dapat di variabel Y. Nilai ttabel dicari pada interpretasikan bahwa variabel X memiliki signifikansi 0,05/2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan pengaruh kontribusi sebesar 79,5% terhadap derajak kebebasan df = n-k-1 atau 63-6-1 = variabel Y.

56. Hasil diperoleh untuk ttabel sebesar 2,003/-2,003. Penerimaan hipotesis juga dapat

dilihat dari nilai signifikansi setiap variabel Pengujian secara parsial (Uji t) terhadap independen. Jika nilai signifikansi < 0,05 atau masing-masing

2) Uji Parsial (Uji t)

variabel independen: 5% maka hipotesis dapat diterima. Hasil uji Integritas

(X2), parsial (t) dapat dilihat dalam tabel dan Kerahasiaan

(X4), penjelasan.berikut:

Tabel 17 Signifikansi Nilai t

Coefficients a

Standardized Coefficients Model

Unstandardized Coefficients

t Sig. 1 (Constant)

B Std. Error

,317 -,414

,219 2,606 ,012 a. Dependent Variable: KINERJA

Sumber: Output SPSS diolah (2017)

Dari tabel di atas maka dapat dillihat lain, hipotesis peneliti bahwa objektivitas nilai t-hitung dan derajat signifikansi tiap

memengaruhi kinerja (Ha2) diterima. variabel independen (X1,X2,X3,X4,X5,X6) 3. Variabel kerahasiaan (X3) nilai t-hitung yang merupakan indikator penerimaan dan

sebesar 2,063 lebih besar dari nilai t-tabel penolakan hipotesis. Hasil pengujian hipotesis

2,003, sehingga dapat dikatakan bahwa melalui uji parsial (Uji t) secara terperinci

variabel kerahasiaan (X4) memiliki dijelaskan sebagai berikut :

pengaruh terhadap variabel dependen

1. Variabel integritas (X1) nilai t-hitung kinerja auditor internal pemerintah (Y). sebesar 2,495 lebih besar dari nilai t-tabel

Dari nilai signifikansi yang diperoleh 2,003, sehingga dapat dikatakan bahwa

sebesar 0,044 maka dapat dinyatakan variabel independen integritas (X1)

bahwa kerahasiaan (X3) yang dilaksanakan memiliki pengaruh terhadap variabel

oleh auditor memiliki pengaruh signifikan dependen

auditor internal pemerintah (Y). Dari nilai signifikansi

pemerintah sebesar 4,4%. Berdasarkan yang diperoleh sebesar 0,016 maka dapat

hasil tersebut, maka dapat disimpulkan dinyatakan bahwa integritas (X1) yang

peneliti bahwa dilaksanakan oleh auditor memiliki

bahwa

hipotesis

kerahasiaan memengaruhi kinerja (Ha3) pengaruh signifikan terhadap kinerja

dapat diterima.

auditor internal pemerintah sebesar 1,6%. 4. Variabel kompetensi (X4) nilai t-hitung Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis

sebesar 2,311 lebih besar dari nilai t- peneliti bahwa integritas memengaruhi

tabel2,003, sehingga dapat dikatakan kinerja (Ha1) dapat diterima.

bahwa variabel independen kompetensi

2. Variabel objektivitas (X2) nilai t-hitung (X4) memiliki pengaruh terhadap variabel sebesar 2,852lebih besar dari nilai t-

dependen kinerja auditor pemerintah (Y). tabel2,003, sehingga dapat dikatakan

Dari nilai signifikansi yang diperoleh bahwa variabel independen objektivitas

sebesar 0,025 maka dapat dinyatakan (X2) memiliki pengaruh terhadap variabel

bahwa kompetensi (X4) yang dilaksanakan dependen kinerja auditor pemerintah (Y).

oleh auditor memiliki pengaruh yang Dari nilai signifikansi yang diperoleh

signifikan terhadap kinerja auditor internal sebesar 0,006 maka dapat dinyatakan

pemerintah sebesar 2,5 %. Dengan kata bahwa objektivitas (X2) yang dilaksanakan

lain, hipotesis peneliti bahwa kompetensi oleh auditor memiliki pengaruh yang

memengaruhi kinerja (Ha4) diterima. signifikan terhadap kinerja auditor internal 5. Variabel akuntabel (X5) nilai t-hitung pemerintah sebesar 0,6%. Dengan kata

sebesar 2,349 lebih besar dari nilai t- sebesar 2,349 lebih besar dari nilai t-

dilakukan dengan sebesar 0,022 maka dapat dinyatakan membandingkan tingkat signifikansi yang bahwa akuntabel (X5) yang dilaksanakan ditetapkan

ANOVA

penelitian dengan oleh auditor memiliki pengaruh yang probability value dari hasil penelitian. signifikan terhadap kinerja auditor internal

untuk

simultan variabel pemerintah sebesar 2,2%. Dengan kata independen

Pengujian