PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA
SMA TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN
PERANTI DENGAR DI SMAN X TANGERANG
SELATAN TAHUN 2016
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :
Zaima Dzatul Ilma
NIM : 1113103000029

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438H/ 2016

3

4

5


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan
karunia yang senantiasa tercurahkan kepada penulis. Segala kemudahan,
kesehatan, dan semangat senantiasa dilimpahkan oleh-Nya kepada penulis
sehingga mampu menyelesaikan penelitian ini. Tidak lupa, shalawat serta salam
penulis haturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW serta keluarga dan para
sahabatnya yang telah menjadi suri tauladan bagi penulis. Dalam penelitian ini,
penulis menyadari bahwa banyak sekali pihak yang turut memberikan bantuan
serta dukungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT,
selaku Ketua Program Studi
Kedokteran dan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Flori Ratna Sari selaku penanggung jawab riset untuk PSKPD angkatan
2013
4. dr. Fikri Mirza Putranto dan dr.Marita Fadhilah

selaku dosen
pembimbing, yang telah memberi pengarahan dan bantuan dalam bentuk
apapun kepada penulis hingga laporan penelitian ini dapat selesai dengan
baik. Terima kasih atas waktu, tenaga dan pemikiran yang telah dokter
berikan untuk kelancaran penelitian saya.
5. dr. Nurmila Sari selaku pembimbing akademik, yang memberikan doa dan
dukungannya kepada penulis.
6. Kedua orangtuaku tercinta, Buya Habibul Fuadi dan Mama Subriyeni
yang selalu memberikan doa, dukungan dan dorongan semangat dengan
penuh ketulusan dan kasih sayang, serta memberikan banyak masukan,
motivasi, bantuan tenaga pikiran moral waktu dan material.
7. Bunda Salmaini dan Papa Abdurrahman yang selalu menyempatkan waktu
dan pikiran untuk penulis.
8. Seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung kelancaran
perkuliahan yang sedang dijalani penulis.
9. dr. Ning Widya Putri Herman yang telah memberikan masukan terkait
penelitian ini.
10. Febianza Mawaddah, Isna Akmalia dan M.Iqbal Khusni teman
sekelompok risetku. Bersyukur sekelompok bareng kalian yang mau saling
bantu, mengerti adanya kegiatan lain, menyemangati cepat sidang,

Menjalani perjalanan panjang bersama kalian.

6

11. Nicco Hakim, Namira dan Fiona. Terimakasih untuk selalu ada.
12. Wahyu, Sakinah, Tika, Mba Ima, Mila dan kelompok sendi-sendirian,
terimakasih atas waktu dan semangatnya.
13. Teman-teman kosan Kemala Mbak Nurul yang tidak pernah bosan
menyapa penulis saat sedang kehabisan ide. Teh Dwi Restarina dan Dewi
semoga selanjutnya kalian bisa menyusul. Kak Mahdiah maimunah yang
telah meninggalkan harta warisan berharga di kosan Kemala.
14. Teman sejawatku yang selama ini menempuh pendidikan preklinik
bersama dan akan terus bersama sampai lulus nanti. Semoga kita selalu
kompak dalam kebaikan dan kesuksesan “PSPD TREITZ 2013”
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memperlancar proses pengerjaan laporan penelitian ini.
Dengan segala kejujuran dan kerendahan hati penulis sadari bahwa laporan
penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi pembahasan maupun
penyusunannya. Oleh karena itu, saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Semoga laporan penelitian ini bermanfaat untuk penulis dan seluruh pihak, juga
dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan atau sumber ide untuk penelitian lebih
lanjut di bidang kedokteran.
Ciputat, 17 Oktober 2016

Zaima Dzatul Ilma

7

ABSTRAK
Zaima Dzatul Ilma. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.
PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TERHADAP
PERILAKU PENGGUNAAN PERANTI DENGAR DI SMAN X
TANGERANG SELATAN TAHUN 2016. 2016.
Prevalensi penggunaan peranti dengar berisiko, marak di kalangan remaja.
Pengetahuan dan sikap dianggap memiliki pengaruh terhadap perilaku
penggunaan peranti dengar pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap perilaku
penggunaan peranti dengar. Penelitian ini dilakukan terhadap 256 responden
dengan menggunakan desain deskriptif potong lintang melalui pengisian

kuosioner, kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian
didapatkan 96,1% memiliki gambaran pengetahuan baik, 13,1% memiliki
gambaran sikap baik dan 41,9% memilki gambaran perilaku yang baik. Meskipun
responden memiliki gambaran pengetahuan yang baik, namun sikap dan perilaku
responden menunjukkan hal yang sebaliknya. Tidak terdapat pengaruh yang
bermakna antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penggunaan peranti
dengar. (P= 0,497 dan 0,119). Promosi kesehatan perlu difokuskan pada
peningkatan kesadaran remaja melalui pemberian informasi terkait fakta akan
bahaya bising.
Kata kunci : peranti dengar, remaja, pengetahuan, sikap, perilaku
ABSTRACT
Zaima Dzatul Ilma. Medical and Professional Studies Program. THE
EFFECT OF KNOWLEDGE AND ATTITUDES TOWARD HIGH SCHOOL
STUDENT BEHAVIOR OF PERSONAL LISTENING DEVICE USAGE AT
X SMAN TANGERANG SELATAN 2016. 2016.
The prevalence of high risk personal listening device usage is high among
teenagers. Knowledge and attitude is related to the practice of personal listening
device usage. This study is purposed to see the influence of knowledge and
attitude towards the practice of personal listening device usage in senior high
school students. This cross-sectional study was comprised of 256 students who

were asked to fill a questionnaire As the result, 96.1% students have good
knowledge, 13.1% students have good attitude and 41.9% have good practice.
Although they appeared to be generally know of the risks of exposure to loud
music, they expressed low awareness and insisted bad behavior. There is no
significant association found between knowledge and attitude of risky personal
listening device usage and practice of high risk personal listening device usage.
(P= 0,497 dan 0,119). The health promotion should be focused on increasing the
teenager’s awareness through giving information about noise harm.
Keywords : personal listening device, teenager, adolescent, knowledge, attitude,
practice

8

DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................iv
KATA PENGANTAR .........................................................................................v
ABSTRAK ...........................................................................................................vii
DAFTAR BAGAN ..............................................................................................x

DAFTAR TABEL ................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang Penelitian............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3. Hipotesis......................................................................................................3
1.4. Tujuan Penelitian.........................................................................................3
1.5. Manfaat Penelitian.......................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................5
2.1. Landasan Teori............................................................................................5
2.1.1. Pengetahuan...........................................................................................5
2.1.1.1 Definisi..........................................................................................5
2.1.1.2 Tingkat pengetahuan dan ranah kognitif........................................6
2.1.1.3 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan......................................6
2.1.2. Sikap......................................................................................................7
2.1.2.1. Definisi.........................................................................................7
2.1.2.2. Tingkatan sikap.............................................................................8
2.1.3. Perilaku..................................................................................................8
2.1.3.1.Definisi..........................................................................................8

2.1.3.2. Klasifikasi.....................................................................................8
2.1.4. Teori health belief model.......................................................................9
2.1.5. Peranti Dengar.......................................................................................10
2.1.6. Telinga...................................................................................................12

9

2.1.6.1 Anatomi dan fisiologi....................................................................12
2.1.6.2 Definisi pendengaran.....................................................................16
2.1.6.3 Mekanisme Mendengar.................................................................16
2.1.6.4 Jaras pendengaran..........................................................................17
2.1.6.5 Fisika pendengaran .......................................................................19
2.1.6.6 Rentang frekuensi pendengaran ....................................................20
2.1.7 Kuosioner Penelitian
2.1.7.1 Wawancara Adolescent’s Perceptions ..........................................20
2.1.7.2 Kuosioner gambaran pemakaian peranti dengar ...........................20
2.1.7.3 Kuosioner Youth Attitude to Noise Scale .....................................21
2.2. Kerangka Teori 22
2.3. Kerangka Konsep


22

2.4. Definisi Operasional

23

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
25
3.1. Desain Penelitian.........................................................................................25
3.2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan..................................................................25
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................25
3.4. Besar sampel ...............................................................................................25
3.5. Cara pengambilan sampel............................................................................26
3.6. Kriteria sampel ...........................................................................................26
3.7. Alur penelitian ............................................................................................26
3.8. Manajemen Data .........................................................................................27
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

29


4.1. Hasil Uji Validitas .......................................................................................29
4.2 Analisis Univariat ........................................................................................30
4.2.1. Gambaran karakteristik responden
4.2.2. Gambaran pengetahuan
4.2.3. Gambaran sikap

30

30

31

4.2.4. Gambaran perilaku 32
4.3. Hasil bivariat...............................................................................................34
BAB 5 PENUTUP

37

5.1. Kesimpulan .................................................................................................37
5.2. Saran............................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA

39

LAMPIRAN 43

10

DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1

Kerangka Teori ........................................................................... 22

Bagan 2.2

Kerangka Konsep ..........................................................................22

Bagan 3.1

Alur Penelitian ............................................................................ 26

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 4.1

Definisi operasional ......................................................................23
Hasil uji validitas pada item kuosioner .........................................28

Tabel 4.2

Gambaran pengetahuan .................................................................29

Tabel 4.3

Gambaran sikap ............................................................................30

Tabel 4.4

Gambaran perilaku ........................................................................31

Tabel 4.5

Gambaran kategori perilaku ..........................................................31

Tabel 4.6

Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku ......................32

Tabel 4.7

Hubungan pengetahuan dengan sikap ...........................................34

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8

Circumaural headphone ................................................................10
Supraaural headphone ..................................................................11
Earphone .......................................................................................11
Canalphone ...................................................................................12
Anatomi telinga .............................................................................15
Stimulasi reseptor pendengaran ....................................................17
Jaras pendengaran utama ...............................................................18
Hubungan antara ambang dengar dan persepsi somestatik ...........19

11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat permohonan komite etik ....................................................... ..43
Lampiran 2. Surat ijin pengantar dari fakultas ................................................... ..44
Lampiran 3. Lembar surat persetujuan responden ............................................. .45
Lampiran 4. Sumber kuosioner .............................................................................46
Lampiran 5 Kuosioner penelitian .........................................................................47
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas ............................................................................53
Lampiran 6. Hasil Uji Statistik ..............................................................................56
Lampiran 7. Dokumentasi ................................................................................... .69
Lampiran 8. Daftar riwayat hidup ....................................................................... .70

12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Musik bukanlah hal yang langka ditemui pada zaman globalisasi. Sebagai
salah satu media hiburan, musik sudah dapat ditemukan dalam genggaman
tangan. Hanya dengan menyalakan alat pemutar musik, seseorang dapat
mendengarkan lantunan musik dengan berbagai macam genre seperti jazz,
blues, metal, pop, hingga clasic.1
Pemutar musik zaman sekarang sudah berevolusi sehinga dapat dibawa
kemana-mana. Benda ini juga dapat digunakan oleh berbagai kalangan dan
tingkatan umur karena mudah dioperasikan, diakses serta berukuran kecil.
Selain itu, pemutar musik juga dapat ditemukan didalam telepon genggam dan
komputer pribadi. Biasanya, pemutar musik model ini dilengkapi dengan

headset sebagai sebuah peranti dengar yang dapat membantu seseorang saat
ingin mendengarkan musik untuk dirinya sendiri.2
Pada suatu penelitian didapatkan bahwa sebanyak 88,2% dari 1407 anak
menggunakan pemutar musik pribadi yang dikenal dengan MP3 dan 27,4%
diantaranya mendengarkan musik dengan volume maksimal dalam waktu
yang lama tanpa jeda. Pada penelitian lain juga disebutkan bahwa dari 490
subjek penelitian, 94,3% diantaranya menggunakan pemutar musik pribadi
dan hampir seluruhnya menggunakan alat tersebut selama 1-3 jam setiap
harinya selama tiga tahun. Sedangkan peranti dengar yang paling banyak
digunakan adalah jenis earphone.3,4 Hal ini menunjukkan betapa maraknya
pemakaian peranti dengar pada masyarakat, khususnya remaja.
Selain manfaat yang dimiliki oleh peranti dengar, alat ini juga secara tidak
langsung dapat memberikan dampak buruk terhadap pendengaran. Pada tahun
2012 World Health Organization (WHO) mengeluarkan perkiraan jumlah
terjadinya tuli dari 42 populasi dan didapatkan hasil sebanyak 5,3% dari
jumlah penduduk dunia khususnya Asia Selatan dan Asia Pasifik menderita
ketulian.5 Sedangkan dalam sebuah artikel American Speech-LanguageHearing Association mengutip penelitian dari Niskar AS, terdapat sekitar
12,5% anak dan remaja usia 6-19 tahun dan 17% orang dewasa mengalami
kerusakan permanen berupa ketulian pada pendengaran yang diakibatkan oleh
paparan bunyi yang sangat tinggi dan terus menerus.6 Pada penelitian yang
dilakukan oleh Laoh A di Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi juga didapatkan
kesimpulan bahwa dari 30 orang responden yang sering menggunakan
headset, 26,7% responden mengalami tuli ringan dan 6,7% responden
mengalami tuli sedang. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan peranti
dengar mempengaruhi kualitas pendengaran. 7
Secara global World Health Organization (WHO) telah mengeluarkan
anjuran terkait pencegahan gangguan dengar akibat bising, diantaranya
melakukan kerjasama lintas sektoral antar pemerintahan melalui regulasi dan
organisasi non pemerintahan melalui komunikasi dan media massa untuk
meningkatkan kesadaran terkait pendengaran.8 Beberapa negara telah
menerapkan langkah-langkah pencegahan terhadap ancaman gangguan
pendengaran di berbagai sektor. Negara maju seperti Amerika telah membuat

inovasi mengenai pencegahan ketulian. Peraturan yang mereka miliki tidak
hanya mengatur bising di lingkungan kerja industri namun juga sampai ke
lingkungan kerja seni seperti pemain musik, DJ dan orang-orang yang bekerja
di klub malam. Dalam mewujudkan terlaksananya hal ini pemerintah Amerika
bekerja sama dengan produsen-produsen earplug untuk membuat inovasi
piranti yang tidak mengurangi efektivitas orang-orang yang bekerja di bidang
musik. 9 Sedangkan di Indonesia, pemerintah hanya memiliki peraturan terkait
ambang paparan bising di tempat kerja serta ambang bising kendaraan
bermotor yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi nomor 13 tahun 2011 dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup nomor 7 tahun 2009. 10,11
Penulis memilih melakukan penelitian tentang pengaruh pengetahuan dan
sikap terhadap penggunaan peranti dengar karena penulis melihat maraknya
penggunaan peranti dengar atau headset dan besarnya pengaruh penggunaan
peranti dengar terhadap pendengaran khususnya remaja SMA yang sangat
mudah terpengaruh oleh perubahan pola hidup di lingkungan sekitarnya. Oleh
karena itu penulis berminat untuk melakukan penelitian ini untuk mengetahui
ada atau tidaknya pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku tersebut.
Selain itu, penulis ingin membandingkan hasil survei luar negeri yang
menyatakan bahwa siswa-siswi dari sekolah menengah sering mendengarkan
MP3 dengan volume tinggi meskipun sadar dengan risikonya. Mereka
menunjukkan kepedulian yang rendah terhadap hal tersebut dan menolak
gangguan terhadap kebiasaan tersebut.12
Penulis memilih Tangerang Selatan sebagai lokasi penelitian karena dekat
dengan domisili penulis dan merupakan wilayah sub-urban yang banyak
terkontaminasi ibukota.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, peneliti dapat merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Apakah terdapat pengaruh pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap
perilaku penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan?
1.3 Hipotesis
Peneliti mengambil hipotesis bahwa :

Pengetahuan dan sikap siswa SMA memiliki pengaruh terhadap perilaku
penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap
1.4.2

perilaku penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap
perilaku penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan.
2. Mengetahui pengaruh pengetahuan siswa SMA terhadap perilaku
penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan.
3. Mengetahui pengaruh sikap siswa SMA terhadap perilaku penggunaan
peranti dengar di SMAN X tangerang Selatan.
4. Mengetahui prevalensi siswa SMA yang

memiliki

perilaku

penggunaan peranti dengar berisiko.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
1. Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang gambaran
pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap perilaku penggunaan
peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan.
2. Penelitian ini dapat memberikan informasi terkait ada atau tidaknya
pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penggunaan peranti
1.5.2

dengar di SMAN X Tangerang Selatan.
Bagi Siswa
Mengetahui informasi mengenai pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap

1.5.3

perilaku penggunaan peranti dengar.
Bagi Masyarakat Luas
Memberikan masukan kepada instansi

pemerintahan,

pendidikan,

kesehatan serta media informasi dan komunikasi serta pihak-pihak yang
terllibat mengenai pengaruh pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap
penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengetahuan
2.1.1.1 Definisi
Pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan pancainderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (belief),
takhayul

(superstition)

dan

penerangan-penerangan

yang

keliru

(misinformation).13 Pengetahuan juga merupakan hasil mengingat kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja
dan ini terjadi setelah orang-orang melakukan kontak dan pengamatan terhadap
suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).14
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, didalam diri seseorang
terjadi beberapa proses, yaitu:
- Kesadaran (awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus.
- Merasa tertarik (interest), terhadap stimulasi atau objek tertentu.
- Evaluasi (evaluation), menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
- Mencoba (trial), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu yang sesuai
dengan keinginan stimulus.

- Adopsi (adoption), diamana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus. 13

2.1.1.2 Tingkat Pengetahuan Dan Ranah Kognitif
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,
yaitu:
1. Tahu (know), yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya termasuk recall terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
stimulus yang diterima.
2. Memahami (comprehension), yaitu kemampuan mnejelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara luas.
3. Aplikasi (application), yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
4. Analisis (analysis), yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
kedalam suatu struktur organisasi tersebut juga masih berkaitan satu sama
lain.
5. Sintesis

(synthesis),

yaitu

kemampuan

untuk

meletakkan

atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6. Evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. 13
2.1.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah ia menerima
informasi dan pengetahuannya semakin banyak. Begitu juga sebaliknya.
b. Pekerjaan

Lingkungan

pekerjaan

dapat

membuat

seseorang

mendapatkan

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung.

c. Umur
Dengan bertambahnya umur, maka akan terjadi perubahan fisik dan
fisiologis yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
d. Minat
Suatu kecendrungan dan keinginan akan menuntun seseorang untuk
mencari lebih banyak informasi.
e. Pengalaman
Pengalaman akan memberikan ingatan dan kesan pada diri seseorang
untuk membentuk sikap positif maupun negatif.
f. Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap
seseorang.
g. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. 13
2.1.2 Sikap
2.1.2.1 Definisi Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek dan dalam kehidupan sehari hari bersifat emosional terhadap stimulus
sosial. Sikap dianggap sebagai predisposisi dari tindakan atau perilaku. 13 Sikap
merupakan sindroma atau objek, sehingga sikap melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian dan gejala kejiwaan lainnya.

Alport menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen utama yaitu
kepercayaan terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi emosional
dan kecendrungan untuk bertindak. 13,14

2.1.2.2 Tingkatan Sikap13,14
1. Menerima (receiving), menunjukkan bahwa seseorang mau menerima
stimulus yang diberikan.
2. Menanggapi (responding) yaitu memberikan tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai (valuing), menunjukkan bahwa subjek memberikan nilai
positif terhadap objek atau stimulus.
4. Bertanggung Jawab (responsible) merupakan sikap yang paling tinggi
tingkatan nya dengan mengambil resiko dan bertanggung jawab terhadap
keputusan yang telah diambil.
2.1.3 Perilaku
2.1.3.1 Definisi Perilaku
Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus baik dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah
dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah diamati dan dilihat oleh
orang lain. 14,15,16
2.1.3.2 Klasifikasi Perilaku
Dilihat dari respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua:
1) Perilaku tertutup
Respon terhadap stimulus dalam bentuk terselubung. Respon terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau

kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
dan belum dapat diamati oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka
Respon terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka
dan mudah diamati.13,14,15
Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum individu mengadopsi perilaku
baru, di dalam dirinya trjadi proses berurutan , yaitu : 13,16
1. Awarness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus.
2. Interest (tertarik), individu mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluation (menimbang- nimbang), tahapan yang lebih baik
dimana

subjek

mempertimbangkan

apakah

stimulus

berdampak baik atau tidak.
4. Trial (mencoba), individu mulai mencoa perilaku baru
5. Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai

akan

dengan

pengetahuan, sikap dan kesadaran nya terhadap stimulus.
2.1.4

Teori Health Belief Model
Teori Health Belief Model termasuk dalam pendekatan intrapersonal. Teori

ini mengandung beberapa konsep utama yang meramalkan mengapa orang-orang
akan mengambil tindakan untuk mencegah, menyaring atau untuk mengontrol
kondisi penyakit yang meliputi kerentanan, keseriusan, manfaat dan batasan
perilaku, pengenalan tindakan dan pengobatan diri yang terbaru. Pendekatan yang
dilakukan menekankan pada aspek kognitif atau model kognitif yang digunakan
untuk meramal perilaku peningkatan kesehatan. Perilaku kesehatan ditentukan
langsung oleh dua keyakinan, yaitu 17,18 :
- Ancaman yang dirasakan (perceived threat of injury and ilness)
- Pertimbangan keuntungan dan kerugian (benefits and cost)
Penilaian tentang ancaman ditentukan oleh17,18 :
- Ketidakkebalan yang dirasakan (perceived threat of vulnerability)
- Keseriusan masalah kesehatan yang dirasakan (perceived of sverity)

- Petunjuk untuk berperilaku (clues of action) seperti : media masa,
kampanye, nasihat orang lain, penyakit dari anggota keluarga yang lain, dll.

Ancaman, keseriusan, ketidakkebalan dan pertimbangan keuntungan dan
kerugian, dipengaruhi oleh17,18 :
- Variabel demografis : usia, jenis kelamin, latar belakang budaya
- Variabel struktural

: pengetahuan dan pengalaman tentang masalah

2.1.5 Peranti dengar
2.1.5.1 Definisi
Di Indonesia lebih dikenal dengan istilah headset atau headphone
adalah sepasang pengeras suara kecil yang digunakan didekat telinga
penggunanya dan dihubungkan ke sumber sinyal seperti radio, CD player,
media player portable dan lain-lain.19
2.1.5.2 Jenis peranti dengar
Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, dipasaran kini
ditawarkan banyak sekali jenis dan berbagai bentuk peranti dengar. Contoh
dari PLD antara lain circumaural headphone, supraaural headphone,
earphone, dan canalphone.20
1. Circumaural adalah headphone yang sepenuhnya mengelilingi telinga.
Secara harfiah circumaural berarti sekitar telinga. Hal tersebut
memungkinkan telinga penggunanya untuk sepenuhnya tertutup dan
dirancang untuk menempel di kepala sehingga memberikan banyak isolasi
dari luar, yang bertujuan untuk meredam kebisingan lingkungan (noise
canceling headphone) yang tidak diinginkan. Hal tersebut memungkinkan
penggunanya untuk mendengarkan musik dengan volume minimum
meskipun di lingkungan yang bising.

Gambar 2.1 circumaural headphone20
Sumber: Audiology Diagnosis: Basic Instrument And Calibration, Tom Frank, 200020

2. Supra-aural atau juga dikenal dengan earpad headphone merupakan
headphone yang menempel pada permukaan daun telinga namun tidak
sepenuhnya menutupi telinga seperti circumaural. Supra-aural headphone
tidak sama besar dengan headphone circumaural. Karena ukurannya yang
tidak sebesar circumaural, headphone jenis supra-aural menjadi lebih
mudah dibawa karena ukuran dan beratnya yang lebih kecil dari jenis
circumaural.

Gambar 2.2 supraaural headphone
Sumber: Audiology Diagnosis: Basic Instrument And Calibration, Tom Frank, 200020

3. Earbud atau earphone merupakan salah satu bentuk dari interaural
headphone yang ukurannya jauh lebih kecil dari dua jenis sebelumnya.
Penggunaannya langsung ditempatkan di luar telinga. Bentuknya yang
kecil membuat peranti jenis ini lebih cenderung dipilih untuk dibawa bawa
karena tidak butuh ruang yang besar untuk membawa peranti jenis ini.
Peranti jenis ini biasanya hanya memiliki satu ukuran sehingga
kemampuan meredam suaranya akan berbeda-beda pada masing-masing
orang. Hal ini dapat memicu pengguna untuk menaikkan level volume saat
mendengarkan musik di lingkungan yang bising seperti jalan raya,
cafetaria dan lain-lain.21

Gambar 2.3 earphone20
Sumber: Audiology Diagnosis: Basic Instrument And Calibration, Tom Frank, 2000

4. Canalphone dikenal juga sebagai In- Ear- Monitor (IEM), termasuk
kedalam golongan interaural. Seperti namanya, peranti ini dipakai dengan
cara memasukkan bagian eartip dari peranti kedalam bagian depan lubang
telinga yang bertujuan untuk “menyegel” telinga. Segel umumnya
melayani dua fungsi yaitu, memblokir kebisingan dan membentuk ruang
akustik dalam rangka mencapai suara yang lebih jelas. Canalphone jauh
lebih baik dalam meredam suara lingkungan (29-377dB) di banding jenis
peranti circumaural dan supraaural (8-11dB).

Gambar 2.4 Canalphone20
Sumber: Audiology Diagnosis: Basic Instrument And Calibration, Tom Frank, 2000

2.1.6 Telinga
2.1.6.1 Anatomi Dan Fisiologi Telinga
Telinga terdiri atas tiga bagian besar yaitu telinga luar yang
berfungsi untuk mengumpulkan gelombang bunyi dan meneruskannya ke
dalam telinga, telinga tengah yang berfungsi mengirimkan getaran bunyi
ke tingkap oval dan telinga dalam yang merupakan lokasi dari reseptor
pendengaran dan keseimbangan.22

Telinga luar terdiri atas aurikula, kanal auditori eksterna dan
gendang telinga. Aurikula merupakan bagian penutup dari tulang rawan
kartilago yang elastis, berbentuk seperti ujung terompet dan diselimuti
oleh kulit. Bagian ini dibagi lagi menjadi helix (bagian yang melingkar)
dan lobule (bagian bawah). Ligamen dan otot mengikatkan aurikula ke
kepala. Kanal auditori eksterna adalah sebuah tuba melengkung sepanjang
2.5 cm yang terletak di tulang temporal dan mengarah ke gendang telinga.
Membran timpani atau gendang telinga adalah sekat tipis dan semi
transparan diantara kanal auditori eksterna dan telinga tengah. Membran
timpani ini dilapisi oleh epidermis dan epitel kubus selapis. Antara lapisan
epitelial tersebut terdapat jaringan ikat yang tersusun atas kolagen, serat
elastis dan fibroblas. 22
Didekat bagian paling luar, kanal auditori eksterna mengandung
sedikit rambut dan kelenjar keringat khusus yang disebut kelenjar
seruminosa yang mensekresi lilin telinga atau serumen. Kombinasi antara
rambut dan serumen tersebut membantu mencegah debu dan benda asing
untuk masuk ke dalam telinga. Serumen juga mencegah kerusakan bagian
kulit yang lembut dari kanal telinga luar yang disebabkan air dan serangga.
22

Telinga tengah adalah ruangan berisi udara yang berukuran kecil di
bagian tulang temporal dan dilapisi oleh epitelium. Bagian ini dipisahkan
dari telinga luar oleh membran timpani dan telinga dalam dengan tingkap
oval da tingkap bulat yang berbentuk membran. Terdapat osikel berupa
tiga tulang kecil yang dihubungkan oleh sendi sinovial. Tulang tulang ini
dinamakan berdasarkan bentuk nya, yaitu maleus, inkus dan stapes.
Gagang dari maleus menempel pada permukaan internal membran
timpani. Bagian kepala maleus bersambung dengan bagian badan inkus.
Inkus bersambung dengan bagian stapes. Bagian dasar stapes sesuai
dengan tingkap oval. Tepat dibawah tingkap oval terdapat tingkap bulat
yang diselubungi oleh membran yang disebut membran timpani sekunder.

Selain ligamen, dua otot rangka kecil juga melekat pada osikel.
Otot tensor timpani yang berasal dari mandibular membatasi perpindahan
dan peningkatan tekanan gendang telinga saat adanya suara keras.
Bagian anterior dari telinga tengah memiliki lubang yang
mengarah pada tuba auditori yang disebut tuba eustasius. Tuba ini terbuka
selama menelan dan menguap dan menyebabkan udara dapat masuk ke
dalam telinga sehingga tekanan dalam atmosfer dan telinga sama. Telinga
dalam juga disebut labirinth karena terdiri atas banyak kanal yang
membingungkan. Secara struktur, bagian ini terdiria atas dua bagian utama
yaitu bagian luar yang menutupi bagian dalam. 22
Tulang labirin ini merupakan gabungan dari rongga yang terdiri
atas kanal semisrkular, vestibuli yang memiliki reseptor untuk
keseimbangan dan koklea yang memiliki reseptor pendengaran. Tulang
labirin ini dilapisi oleh periosteum dan mengandung perilimf. Cairan ini
mengelilingi membran labirin. Epitel dari membran labirin juga
mengandung endolimf. Level kalium dari endolimf biasanya tinggi dan
memiliki peran dalam proses sinyal auditori.22
Di tengah labirin tulang, terdapat vestibulum yang merupakan
tabung berbentuk oval. Labirin membranosa pada vestibulum mengandung
dua saluran yang mirip kantung yakni utrikulus dan sakulus. Di bagian
superior dan posterior dari vestibulum terdapat tiga tulang kanalis
semisirkularis, yang masing-masing terletak pada sudut yang sama antara
satu sama lain. Berdasarkan posisinya, tiga tulang kanalis semisirkularis
tersebut disebut kanalis semisirkularis anterior, posterior, dan lateral.
Kanalis semisirkularis anterior dan posterior terletak vertikal, sedangkan
kanalis semisirkularis lateral terletak horizontal. Di ujung setiap kanal
terdapat pelebaran yang disebut ampula. Bagian labirin membranosa yang
terletak

di

dalam

semisirkularis.22

tulang

kanalis

semisirkularis

disebut

duktus

Struktur ini terhubung dengan utrikulus pada vestibulum. Cabang
vestibular dari nervus vetibulokoklearis (VIII) terdiri dari nervus ampular,
utrikular, dan sakular. Bagian anterior dari vestibulum adalah koklea,
sebuah saluran tulang yang berbentuk spiral yang mirip dengan rumah
siput. Koklea terbagi menjadi tiga bagian yakni duktus koklearis (skala
media), skala vestibuli, dan skala timpani. Duktus koklearis adalah terusan
dari labirin membranosa ke arah koklea yang teirisi oleh endolimfe. Di
atas duktus koklearis terdapat skala vestibuli yang berujung di oval
window. Sedangkan di bawahnya terdapat skala timpani yang berujung di
round window. Skala vestibuli dan skala timpani merupakan bagian dari
labirin tulang pada koklea, maka dari itu ruang tersebut terisi oleh
perilimfe. Seluruh bagian skala vestibuli dan skala timpani dipisahkan oleh
duktus koklearis, kecuali pada bagian apeks koklea yang disebut
helikotrema.22
Skala vestibuli dan duktus koklearis dipisahkan oleh membran
vestibular (membran Reissner), sedangkan duktus koklearis dan skala
timpani dipisahkan oleh membran basilar. Membran basilar mengandung
20.000 sampai 30.000 serat basilar yang keluar dari sumbu tulang di
koklea, yaitu modiolus, menuju ke dinding luar. Serat ini kaku dan elastis
pada salah satu ujung bebasnya sehingga dapat bergetar seperti buluh
harmonika.22
Pada membran basilar terdapat organ Corti. Organ Corti
mengandung 16000 sel rambut yang merupakan reseptor pendengaran.
Terdapat dua kelompok sel rambut, yakni sel rambut dalam yang terdiri
dari satu baris dan sel rambut luar yang terdiri dari tiga baris. Pada ujung
apikal setiap sel rambut, terdapat 40-80 stereosilia yang menyentuh atau
tertanam pada endolimfe duktus koklearis. Pada ujung basal, sel rambut
dalam dan sel rambut luar bersinaps dengan neuron sensorik orde pertama
dan dengan neuron motorik dari cabang koklear nervus vestibulokoklearis
(VIII). Walaupun sel rambut luar lebih banyak dari sel rambut dalam,
tetapi sel rambut dalam bersinaps lebih banyak dengan neuron sensorik

orde pertama yakni sekitar 90-95%. Sebaliknya, 90% neuron motorik
bersinaps dengan sel rambut luar.22

Gambar 2.5 Stimulasi Reseptor Pendengaran
Sumber: Principles of Anatomy and Physiology, Tortora, 2009

2.1.6.2 Definisi Pendengaran
Pendengaran adalah persepsi energi suara oleh saraf yang terdiri atas dua
aspek yaitu identifikasi suara dan lokalisasinya.23
2.1.6.3 Mekanisme Mendengar
Proses mendengar melalui beberapa tahap kejadian berikut:
1. Aurikula menangkap gelombang suara dan diteruskan ke saluran
pendengaran eksternal.
2. Ketika gelombang suara sampai ke gendang telinga, pergantian tekanan
tinggi dan rendah membuat gendang telinga bergetar maju dan mundur.
Jarak perpindahannya bergantung pada intensitas dan frekuensi gelombang
suara. Gendang telinga bergetar pelan terhadap frekuensi suara yang
rendah dan bergetar kencang terhadap frekuensi suara yang tinggi.
3. Area tengah gendang telinga terhubung oleh tulang maleus yang juga
ikut bergetar. Getaran itu kemudian diteruskan ke tulang inkus dan
kemudian ke tulang stapes.
4. Ketika tulang stapes bergerak ke luar dan ke dalam, tulang stapes
membuat tingkap oval tertarik ke luar dan terdorong ke dalam. Tingkap
oval bergetar 20 kali lebih keras daripada gendang telinga karena osikel
secara efisien mentransmisikan getaran kecil yang tersebar di di area

permukaan yang luas (gendang telinga) menjadi getaran besar pada
permukaan yang lebih kecil (tingkap oval).
5. Pergerakan tingkap oval menghasilkan gelombang tekanan cairan
perilimfe di koklea. Tingkap oval yang terdorong ke dalam membuat
perilimfe pada skala vestibuli ikut terdorong.
6. Gelombang tekanan ditransmisikan dari skala vestibuli ke skala timpani
kemudian ke tingkap bulat, menyebabkan tingkap bulat terdorong keluar
ke telinga tengah.
7. Selama gelombang tekanan mendorong dinding skala vestibuli dan
skala timpani, gelombang tekanan tersebut juga mendorong membran
vestibular ke depan dan ke belakang, sehingga membentuk gelombang
tekanan di endolimfe pada duktus koklearis.
8. Gelombang tekanan di endolimfe menyebabkan membran basilar
bergetar, yang kemudian menyebabkan sel-sel rambut pada organ Corti
bergerak ke arah yang berlawanan dari membran tektorial. Hal ini
menyebabkan membengkoknya stereosilia yang kemudian menciptakan
potensial reseptor dan mengaktifkan impuls saraf.

Gambar 2.6 Stimulasi Reseptor Pendengaran
Sumber: Principles of Anatomy and Physiology, Tortora, 2009

2.1.6.4 Jaras Pendengaran
Serabut saraf dari ganglion spiralis korti memasuki nukleus
koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak di bagian atas medulla. Pada
titik ini, semua serabut sinaps dan neuron tingkat dua berjalan terutama ke

sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di nukleus olivarius
superior. Beberapa serabut tingkat kedua lainnya juga berjalan ke nukleus
olivarius superior pada sisi yang sama. Dari nukleus olivarius superior ,
jaras pendengaran kemudian berjalan ke atas melalui lemnikus lateralis.
Beberapa serabut terakhir di nukleus lemnikus lateralis, tetapi sebagian
melewati nukleus ini dan berjalan ke kolikulus inferior, temat semua atau
hampir semua serabut pendengaran bersinaps. Dari sini jaras berjalan ke
nukleus genikulatum medial, tempat semua serabut bersinaps. Akhirnya,
jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks audiotorik, yang
terutama terletak pada girus superior lobus temporalis. 24
Ada 3 hal penting dalam penyaluran impuls pada jaras
pendengaran, yaitu:
1. Sinyal dari kedua telinga dijalarkan melalui dua jaras kedua sisi otak,
dengan penjalaran sedikit lebih besar pada jaras kontralateral. Mereka juga
bersilangan di korpus trapezoid, dalam komisura di antara dua inti
lemnikus lateralis dan dalam komisura yang menghubungkan dua
kolikulus inferior.
2. Banyak serabut kolateral dari traktus auditorik berjalan langsung ke dalam
sistem aktivasi retikular di batang otak. Sistem ini menonjol secara difus
ke atas dalam batang otak dan ke bawah ke dalm medula spinalis dan
mengaktivasi seluruh sistem saraf untuk memberi respon terhadap suara
yang keras. Koateral lain menuju ke vermis serebelum yang juga aktif jika
3.

ada suara keras yang timbul mendadak.
Orientasi spasial dengan derajat tinggi dipertahnakan dalam traktus
serabut yang berasal dari koklea sampai ke korteks. 24

Gambar 2.7 Jaras pendengaran utama.
Sumber : Guyton, Arthur C.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran-Edisi 11. Jakarta :
EGC

2.1.6.5 Fisika Pendengaran
Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat yang terdiri dari
daerah-daerah bertekanan tinggi akibat kompresi (pemadatan) molekul udara
bergantian dengan daerah-daerah bertekanan rendah akibat penjarangan
(peregangan) molekul udara. Setiap alat yang mampu menghasilkan gangguan
pola molekul udara disebut sumber suara. 23
Nada suara ditentukan oleh frekuensi getaran. Semakin besar frekuensi
getaran maka nada akan semakin tinggi juga. Telinga manusia mampu mendeteksi
gelombang suara dengan frekuensi dari 20 sampai 20.000 siklus perdetik tetapi
paling peka untuk frekuensi antara 1000 dan 4000 siklus perdetik. 23
Intensitas atau kekuatan suara bergantung pada amplitudo gelombang
suara atau perbedaan tekanan antara daerah bertekanan tinggi dan daerah
bertekanan rendah. Dalam rentang pendengaran, semakin besar amlitudo, semakin
keras suara. Telinga manusia dapat mendengar intensitas suara dengan kisaran
yang lebar, dari bisikan paling lemah hingga bunyi pesawat lepas landas yang
memekakkan telinga. Kekuatan suara diukur dalam desibel(db), yaitu ukuran
logaritmik intensitas dibandingkan dengan suara paling lemah yang masih
terdengar (ambang dengar). 23

Gambar 2.8 Hubungan antara ambang pendengaran dan persepsi somestatik (ambang
taktil dan tusukan) terhadap tingkat energi suara pada setiap frekuensi suara

Gambar ini menunjukkan bahwa suara 3000 siklus perdetik dapat didengar
bahkan bila intensitasnya serendah 70 desibel di bawah 1 dyne /cm2 tingkat
tekanan suara, yaitu satu per sepuluh juta mikrowatt per sentimeter persegi .
Sebaliknya suara 100 siklus per detik dapat dideteksi hanya jika intensitas nya
10.000 kali lebih besar dari ini.
2.1.6.6 Rentang Frekuensi Pendengaran
Frekuensi suara yang dapat didengar oleh orang muda adalah antara 2020.000 siklus perdetik. Namun, rentang suara bergantung pada perluasan
kekerasan yang sangat besar. Jika kekerasannya 60 db dibawah 1 dyne /cm2
tingkat tekanan suara, rentang suara adalah 500 sampai 5000 siklus perdetik yang
artinya hanya dengan suara keras rentang 20 sampai 20.000 siklus dapat dicapai
secara lengkap. 22
2.1.7 Kuosioner Penelitian
2.1.7.1 Wawancara pada penelitian Adolescent’s Perceptions of Loud Music
and Hearing Conservation
Item pada daftar pertanyaan asli memiliki format pertanyaan semi-structured yang
berpedoman pada literatur review dan diskusi para ahli yang dihubungkan dengan
protection motivation theory (PMT). Hanya beberapa item yang diambil dan
dimodifikasi pada penelitian ini.12 (Lampiran 4)

2.1.7.2 Kuosioner gambaran pemakaian peranti dengar
Merupakan kuosioner yang menunjukkan identitas pasien, gambaran pemakaian
peranti dengar yang meliputi frekuensi, intensitas bunyi, lama pemakaian, jenis
peranti dengar, sumber bunyi dan kemampuan responden mendengar bising
lingkungan saat memakai peranti dengar dengan kondisi menyala. Kuosioner ini
mengikuti kuosioner pada penelitian terdahulu oleh Herman NWP tahun 2011.

25

(Lampiran 4)

2.1.7.3 Kuosioner Youth Attitude to Noise Scale (YANS)
Kuosioner YANS terdiri atas 19 item yang dikembangkan oleh Widen et al.(2004)
untuk mengeksplorasi sikap remaja terhadap bising. Setiap item dinilai dengan
lima poin yang dimulai dengan pilihan sangat setuju (5 poin) sampai sangat tidak
setuju (1 poin). Pertanyaan-pertanyaan dalam kuosioner ini dikategorikan lagi
menjadi empat subdivisi yaitu, item yang menilai sikap terhadap kebudayaan
remaja (item 1, 4, 6, 9, 10, 12, 15 dan 18), item yang menilai sikap terhadap
kemampuan responden untuk berkonsentrasi dalam kondisi bising (item 2, 5 dan
8), item yang menilai sikap terhadap bising sehari-hari seperti bising lalu lintas
(item 11, 14, 16 dan 17) dan item yang menilai sikap terhadap mempengaruhi
lingkungan (item 3, 7, 13 dan 19). Kuosioner ini telah divalidasi ulang oleh
Keppler tahun 2010 dan didapatkan nilai Cronbach’s alpha sebesar 0,71 untuk
keseluruhan kuosioner. 26 (Lampiran 5)

2.2 Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka teori

2.3 Kerangka Konsep
Sikap terhadap informasi
tentang PD

Pengetahuan tentang
PD

Perilaku

Bagan 2.2 Kerangka konsep

2.4 Definisi Operasional
Tabel 2.2 Definisi operasional
Variabel
Usia

Definisi
Usia pasien saat diminta mengisi

Cara pengukuran
Jumlah hari sejak

kuosioner

lahir sampai

Skala
Numerik

tanggal
Jenis

Jenis kelamin pasien sesuai

pemeriksaan/365
Sesuai yang

kelamin

dengan fakta saat mengisi

tertulis di data

kuosioner . Terdiri atas kategori

kuosioner dan

Pengetahuan

laki-laki dan perempuan.
Kesan dalam pikiran manusia

status pasien.
Sesuai yang

tentang

sebagai hasil penggunaan

tertulis di

peranti

pancainderanya.13 Dalam hal ini

kuosioner.

dengar

terkait PD. Dibagi kedalam

Kategorik

Kategorik

kategori :
1. Baik (>80% total skor
pertanyaan)
2. Buruk (80% total skor

Perilaku

pertanyaan)
2. Buruk (60% total skor
pertanyaan)
2. Buruk (