FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENAKALA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Remaja pada hakikatnya sedang berjuang untuk menemukan dirinya sendiri, jika dihadapkan pada keadaan luar atau lingkungan yang kurang serasi penuh kontradiksi dan labil, maka akan mudahlah mereka jatuh kepada kesengsaraan batin, hidup penuh kecemasan, ketidakpastian dan kebimbangan. Hal seperti ini telah menyebabkan remaja-remaja Indonesia jatuh pada kelainan-kelainan kelakuan yang membawa bahaya terhadap dirinya sendiri baik sekarang, maupun di kemudian hari.

Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak akan banyak mendapatkan pembelajaran tentang kehidupan. Seorang anak akan sangat produktif di usia ini, tergantung orang tua, lingkungan sekitar dan budaya yang akan mengarahkan seorang anak menjadi seperti apa. Salah satu permasalahan yang sangat kompleks tentang remaja adalah kenalan remaja. Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa. Saat ini, hampir tidak terhitung berapa jumlahremaja yang melakukan hal-hal negatif. Bahkan, akibat kenakalan remaja tersebut, banyak sekali kerugian yang terjadi, baik bagi remaja itu sendiri maupun orang-orang di sekitar mereka. Remaja adalah seorang anak yang bisa dibilang berada pada usia tanggung, mereka bukanlah anak kecil yang tidak Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak akan banyak mendapatkan pembelajaran tentang kehidupan. Seorang anak akan sangat produktif di usia ini, tergantung orang tua, lingkungan sekitar dan budaya yang akan mengarahkan seorang anak menjadi seperti apa. Salah satu permasalahan yang sangat kompleks tentang remaja adalah kenalan remaja. Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa. Saat ini, hampir tidak terhitung berapa jumlahremaja yang melakukan hal-hal negatif. Bahkan, akibat kenakalan remaja tersebut, banyak sekali kerugian yang terjadi, baik bagi remaja itu sendiri maupun orang-orang di sekitar mereka. Remaja adalah seorang anak yang bisa dibilang berada pada usia tanggung, mereka bukanlah anak kecil yang tidak

Peran orang tua sangat di perlukan, orang harus mengontrol dan mengawasi putra-putri mereka dengan melarang hal-hal tertentu. Namun, bagi sebagian anak remaja, larangan-larangan tersebut malah dianggap hal yang buruk dan mengekang mereka. Akibatnya, mereka akan memberontak dengan banyak cara. Tidak menghormati, berbicara kasar pada orang tua, atau mengabaikan perkataan orang tua adalah contoh kenakalan remaja dalam keluarga.

Remaja berusaha menghindari pengawasan yang ketat dari orang tua dan guru dan ingin mendapatkan kebebasan. Mereka mencari tempat untuk bertemu dimana mereka tidak terlalu diawasi. Meskipun dirumah mereka ingin mendapatkan privasi dan tempat dimana mereka dapat mengobrol dengan teman

temannya tanpa didengar oleh keluarganya. Remaja mulai banyak berinteraksi

dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang berbeda. Walaupun anak perempuan dan laki laki berpartisipasi dalam kegiatan dan berkelompok persahabatan yang berbeda selama masa pertengahan kanak-kanak, tetapi pada masa remaja interaksi dengan remaja yang berbeda jenis semakin meningkat, sejalan dengan semakin menjauhnya remaja dengan orang tua mereka. Selama masa remaja, kelompok

teman sebaya menjadi lebih memahami nilai-nilai dan perilaku dari sub-budaya remaja yang lebih besar. Mereka juga mengidentifikasikan diri dalam kelompok pergaulan tertentu.

Seorang anak juga mengalami perubahan rohani yang timbul pada remaja yang telah mulai berfikir abstrak\

\ ingatan logis makin lama makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis \yang satu dengan yang lain tidak dalam keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami pertentangan batin dan gangguan, yang biasa disebut gangguan integrasi. Kehidupan sosial anak remaja juga berkembang sangat luas. Akibatnya anak berusaha melepaskan diri darikekangan orang tua untuk mendapatkan kebebasan, meskipun di sisi lain masih tergantung pada orang tua. Dengan demikian terjadi pertentangan antara hasrat kebebasan dan perasaan tergantung.

Akibat kenakalan remaja yang paling nampak adalah dalam hal pergaulan. Sampai saat ini, masih banyak para remaja yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik. Mulai dari pemakaian obat-obatan terlarang sampai seks bebas. Menyeret remaja pada sebuah pergaulan buruk memang relatif mudah, dimana remaja sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif yang menawarkan kenyamanan semu. Akibat pergaulan bebas inilah remaja, bahkan keluarganya, harus menanggung beban yang cukup berat.

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metoda coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungannya, orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama- sama masih dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metoda coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungannya, orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama- sama masih dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang

Remaja merupakan aset masa depan suatu bangsa. Di samping hal-hal yang menggembirakan dengan kegiatan remaja-remaja pada waktu yang akhir-akhir ini dan pembinaan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi pelajar dan mahasiswa, kita melihat pula arus kemorosotan moral yang semakin melanda di kalangan sebagian pemuda-pemuda kita, yang lebih terkenal dengan sebutan kenakalan remaja. Dalam surat kabar-surat kabar sering kali kita membaca berita tentang perkelahian pelajar, penyebaran narkotika, pemakaian obat bius, minuman keras, penjambret yang dilakukan oleh anak-anak yang berusia belasan tahun, meningkatnya kasus-kasus kehamilan di kalangan remaja putri dan lain sebagainya. Hal tersebut adalah merupakan suatu masalah yang dihadapi masyarakat yang kini semakin marak, Oleh karena itu masalah kenakalan remaja seyogyanya mendapatkan perhatian yang serius dan terfokus untuk mengarahkan remaja ke arah yang lebih positif, yang titik beratnya untuk terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kenakalan di kalangan remaja.

Tabel 1.1

Data Kriminalitas Desa Kapur yang Dilakukan Oleh Remaja Bulan Januari 2014

s/d Bulan Juni 2014

No

Jenis Kejahatan

Jumlah

1 Curanmor R2

2 Curiaan Berat

3 Curi Biasa

4 Aniaya

5 Pengeroyokan

5 Sumber : Kapolsek Sungai Raya, Data diolah Tanggal 14 November 2014

Jumlah

Dapat kita lihat pada tabel 1.1 bahwa kenakalan remaja di Desa Kapur rentang waktu 6 bulan terdapat 5 kasus. Satu kasus pencurian sepeda motor, satu kasus pencurian berat, satu kasus pencurian biasa, satu kasus penganiayaan, satu kasus pengeroyokan. Kesemuanya itu dilakukan oleh remaja. Dimana seharusnya remaja di arahkan ke hal positiv dalam kapasitas pengembangan diri, namun pada kenyataannya sesuai data di atas masih ada remaja yang melakukan tindakan di batas norma.

Desa Kapur merupakan salah satu Desa yang berada di wilayah Kabuapten Kubu Raya. Dalam interaksi remaja di Desa Kapur, cenderung kurang bersosialisasi, baik dengan sesama remaja yang bereda latar belakang maupun dengan para orang yang lebih tua. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi pola pikir dan kehidupan sosial para remaja, baik dilingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat umumnya. Sudah tentu situasi ini merupakan tantangan sekaligus tanggungjawab moral bagi para remaja agar dapat berinteraksi dengan masing-masing remaja dari berbagai latar belakang yang berbeda.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil beberapa masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini yaitu terdapat remaja yang melakukan tindakan kriminal, terdapat remaja yang melakukan kebut-kebutan dijalan, terdapat remaja mabuk-mabuan, seks bebas, curanmor, dan ngelem.

1.3 Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi yang telah dikemukakan di atas, maka fokus penelitian ini adalah : meliputi remaja yang kurang mematuhi orang tua, ketua RT/RW, tokoh agama, keamanan dan remaja yang mabuk-mabukan serta pergaulan bebas.

1.4 Rumusan Masalah

Perumusan masalah berdasarkan latar belakang banyak penyimpangan yang dilakukan oleh remaja di Desa Kapur, seperti Mabuk-mabukan, kebut-kebutan dijalan, melakukan tindakan kriminal, melanggar aturan lalu lintas. Maka dari itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah fenomena kenakalan remaja yang terjadi di Desa Kapur ? Berdasarkan rumusan masalah peneeliti ingin mengetahui :

1.4.1 Bagaimana bentuk – bentuk kenakalan remaja yang terjadi di Desa Kapur.

1.4.2 Faktor – faktor apa sajakah yang mendorong timbulnya kenakalan remaja.

1.4.3 Upaya – upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kenakalaan remaja.

1.5 Tujuan Penelitian

Dari uraian latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1.5.1 Ingin mengetahui tentang kenakalan remaja di Desa Kapur

1.5.2 Ingin mengetahui faktor-faktor pendorong terjadinya kenakalan remaja;

1.5.3 Ingin Mengetahui Bentuk-bentuk kenakalan remaja di Desa Kapur;

1.5.3 Ingin mengetahui upaya penanggulangan kenakalan remaja.

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan Tujuan Penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan adalah:

1. 6.1 Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para remaja, orang tua, tokoh agama, aparat desa, kapolsek di Desa Kapur agar lebih baik lagi ke depannya;

1. 6.2 Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam pengembangan konsep sosiologi tentang konsep kenakalan remaja berdasarkan kajian ilmiah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah prilaku yang diluar batas toleransi kebudayaan, nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Dimana suatu waktu nilai dan norma tersebut dilanggar maka terjadilah kenakalan remaja, kasus kenakalan remaja sangat sering terjadi pada remaja atau yang biasa lebih dikenal dengan Anak Baru Gede (ABG), dimana para remaja masih sangat labil dalam mengendalikan emosi, tanpa pikir panjang mereka akan melakukan tindakan diluar akal sehatnya (Kartini, 2003:23).

Remaja merupakan kelompok yang rentan terlibat dalam penyimpangan perilaku. Hal ini kurang lebih dikarenakan usia remaja yang merupakan usia pencarian jati diri dan mudah terpengaruh. Kenakalan remaja merupakan gejala umum, khususnya terjadi di kota-kota besar yangkehidupannya diwarnai dengan adanya persaingan-persaingan dalam memenuhi kebutuhan hidup, baik yang dilakukan secara sehat maupun secara tidak sehat. Persaingan-persaingan tersebut terjadi dalam segala aspek kehidupan khususnya kesempatan memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Betapa kompleksnya kehidupan tersebut memungkinkan terjadinya kenakalan remaja. Penyebab kenakalan remaja sangatlah kompleks, baik yang berasal dari dalam diri remaja tersebut, maupun penyebab yang berasal dari lingkungan, lebih-lebih dalam era globalisasi ini pengaruh lingkunganakan lebih terasa. Pemahaman terhadap penyebab kenakalan

remaja mempermudah upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Sesungguhnya masalah kenakalan remaja ini merupakan tanggung jawab kita semua sebagai warga negara demi kebaikan generasi muda yang kelak akan menentukan nasib bangsa ini. Remaja masa kini banyak sekali tekanan-tekanan yang mereka dapatkan, mulai dari perkembangan fisiologi, ditambah dengan kondisi lingkungan dan sosial budaya serta perkembangan teknologi yang semakin pesat. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya masalah- masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau perilaku yang mengakibatkan bentuk penyimpangan perilaku yang disebut kenakalan remaja.

2.2 Teori Fungsional

Menekankan pada keteraturan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain, dengan kata lain masyarakat senantiasa berada dalam keadaan berubah secara berangsur- angsur dengan tetap memelihara keseimbangan. Setiap peristiwa dan setiap struktur yang ada, fungsional bagi sistem sosial itu (Durkheim dalam Sopyanasauri.com).

Setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya jika tidak fungsional maka struktur tersebut tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya. Masyarakat juga lebih dari sekedar jumlah dari seluruh bagiannya. Kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup kesadaran individual, norma-norma sosial kuat dan prilaku diatur dengan rapi.yang terpenting adalah Setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya jika tidak fungsional maka struktur tersebut tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya. Masyarakat juga lebih dari sekedar jumlah dari seluruh bagiannya. Kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup kesadaran individual, norma-norma sosial kuat dan prilaku diatur dengan rapi.yang terpenting adalah

Berkaitan dengan penelitian ini memang dalam diri dan masing-masing remaja tentu memiliki banyak dan berbagai perbedaan, namun semuanya bila ditangani dengan tepat maka dapat disatukan dalam sebuah ikatan demi tercapainya tujuan bersama.

Teori fungsionalisme yang menekankan kepada keteraturan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain, dengan kata lain masyarakat senantiasa berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara keseimbangan. Setiap peristiwa dan setiap struktur yang ada, fungsional bagi sistem sosial itu. Demikian pula semua institusi yang ada diperlukan oleh sistem sosial itu, bahkan kemiskinan serta kepincangan sosial sekalipun. Masyarakat dilihat dari kondisi dinamika dalam keseimbangan.

Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya jika tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya. Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada sekadar jumlah dari seluruh bagiannya. Dalam bukunya "Pembagian Kerja dalam Masyarakat", Durkheim meneliti bagaimana tatanan sosial dipertahankan dalam berbagai bentuk masyarakat ia memusatkan perhatian pada pembagian kerja dan meneliti bagaimana hal itu berbeda dalam Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya jika tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya. Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada sekadar jumlah dari seluruh bagiannya. Dalam bukunya "Pembagian Kerja dalam Masyarakat", Durkheim meneliti bagaimana tatanan sosial dipertahankan dalam berbagai bentuk masyarakat ia memusatkan perhatian pada pembagian kerja dan meneliti bagaimana hal itu berbeda dalam

Sedangkan dalam masyarakat modern, pembagian kerja yang sangat kompleks menghasilkan solidaritas 'organik'. Spesialisasi yang berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya, karena mereka tidak lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan mereka sendiri. Dalam masyarakat yang 'mekanis', misalnya, para petani gurem hidup dalam masyarakat yang swasembada dan terjalin bersama oleh warisan bersama dan pekerjaan yang sama. Dalam masyarakat modern yang 'organik', para pekerja memperoleh gaji dan harus mengandalkan orang lain yang mengkhususkan diri dalam produk-produk tertentu seperti bahan makanan, pakaian, dll untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akibat daripembagian kerja yang semakin rumit ini. Menurut Durkheim bahwa kesadaran individual berkembang dalam cara yang berbeda dari kesadaran kolektif. Seringkali malah berbenturan dengan kesadaran kolektif.

Mengutamakan keseimbangan, dengan kata lain teori ini memandang bahwa semua peristiwa dan struktur adalah fungsional bagi suatu masyarakat. Dimana jika sekelompok masyarakat ingin memajukan kelompoknya, mereka akan

bahkan melestarikan tradisi-tradisi dan budaya yang sudah berkembang dan menjadikannya sebagai alat modernisasi. Namun dalam hal ini penganut teori fungsional seringkali mengabaikan variabel konflik dan perubahan sosial dalam analisa mereka, akibatnya mereka seringkali di cap sebagai kelompok konservatif karena terlalu menekankan kepada keteratuan dalam masyarakat dan mengabaikan variabel konflik dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Dalam masyarakat yang beragam kebudayaan akan sangat mudah terjadi konflik, namun teori fungsional akan menjadi garis tengah untuk menjadikan sebuah perbedaan menjadi alat untuk bersatu.

2.3 Teori Struktural (Keseimbangan)

Teori ini menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik serta perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest, dan keseimbangan (equilibrium).

Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. Penganut teori ini cenderung untuk melihat hanya kepada sumbangan satu sistem atau peristiwa terhadapa sistem yang lain dan karena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau suatu sistem dapat menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial. Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi suatu masyarakat. Maka jika terjadi konflik, Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. Penganut teori ini cenderung untuk melihat hanya kepada sumbangan satu sistem atau peristiwa terhadapa sistem yang lain dan karena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau suatu sistem dapat menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial. Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi suatu masyarakat. Maka jika terjadi konflik,

Singkatnya adalah masyarakat menurut kaca mata teori (fungsional) senantiasa berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara keseimbangan. Setiap peristiwa dan setiap struktur fungsional bagi sistem sosial itu. Demikian pula semua institusi yang ada, diperlukan oleh sosial itu, bahkan kemiskinan serta kepincangan sosial sekalipun. Masyarakat dilihat dalam kondisi: dinamika dalam keseimbangan (Samaronjie, 2013 dalam https://dhayassamaronjie.wordpress.com).

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Akhir-akhir ini di beberapa media masa sering kita membaca tentang perbuatan kriminalitas yang terjadi di negeri yang kita cintai ini. Ada anak remaja yang meniduri ibu kandungnya sendiri, perkelahian antar pelajar, tawuran, penyalahgunaan narkoba dan minum-minuman keras dan masih banyak lagi kriminalitas yang terjadi di negeri ini. Kerusakan moral sudah merebak di seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa serta orang yang sudah lanjut usia.

Termasuk yang tidak luput dari kerusakan moral ini adalah remaja. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-19 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi Termasuk yang tidak luput dari kerusakan moral ini adalah remaja. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-19 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi

Remaja merupakan usia yang sangat produktif dalam melakukan berbagai hal. Maka dari itu usia remaja merupakan usia yang paling rawan akan pengrauh dunia luar yang negatif. Menurut (Kartini, 2003:56), faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja secara umum dapat dikelompokan ke dalam dua faktor, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Internal

a) Faktor Kepribadian Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis pada sistem psikosomatis dalam individu yang turut menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (biasanya disebut karakter psikisnya). Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya. Pada periode ini, seseorang meninggalkan masa anak-anak untuk menuju masa dewasa. Masa ini di rasakan sebagai suatu Krisis identitas karena belum adanya pegangan, sementara kepribadian mental untuk menghindari timbulnya kenakalan remaja atau perilaku menyimpang. b)Faktor Kondisi Fisik

Faktor ini dapat mencakup segi cacat atau tidaknya secara fisik dan segi jenis kelamin. Ada suatu teori yang menjelaskan adanya kaitan antara cacat tubuh dengan tindakan menyimpang (meskipun teori ini belum teruji secara baik dalam kenyataan hidup). Menurut teori ini, seseorang yang sedang mengalami cacat fisik cenderung mempunyai rasa kecewa terhadap Faktor ini dapat mencakup segi cacat atau tidaknya secara fisik dan segi jenis kelamin. Ada suatu teori yang menjelaskan adanya kaitan antara cacat tubuh dengan tindakan menyimpang (meskipun teori ini belum teruji secara baik dalam kenyataan hidup). Menurut teori ini, seseorang yang sedang mengalami cacat fisik cenderung mempunyai rasa kecewa terhadap

Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis pada system psikosomatis dalam individu yang turut menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (biasanya disebut karakter psikisnya). Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya. Pada periode ini, seseorang meninggalkan masa anak-anak untuk menuju masa dewasa. Masa ini di rasakan sebagai suatu Krisis identitas karena belum adanya pegangan, sementara kepribadian mental untuk menghindari timbulnya kenakalan remaja atau perilaku menyimpang. c)Faktor Status dan Peranannya di Masyarakat

Seseorang anak yang pernah berbuat menyimpang terhadap hukum yang berlaku, setelah selesai menjalankan proses sanksi hukum (keluar dari penjara), sering kali pada saat kembali ke masyarakat status atau sebutan “eks narapidana” yang diberikan oleh masyarakat sulit terhapuskan sehingga anak tersebut kembali melakukan tindakan penyimpangan hukum karena meresa tertolak dan terasingkan.

2. Faktor Eksternal

a) Kondisi Lingkungan Keluarga Khususnya di kota-kota besar di Indonesia, generasi muda yang orang tuanya disibukan dengan kegiatan bisnis sering mengalami kekosongan a) Kondisi Lingkungan Keluarga Khususnya di kota-kota besar di Indonesia, generasi muda yang orang tuanya disibukan dengan kegiatan bisnis sering mengalami kekosongan

Tidak diragukan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan pribadi remaja dan menentukan masa depannya. Mayoritas remaja yang terlibat dalam kenakalan atau melakukan tindak kekerasan biasanya berasal dari keluarga yang berantakan, keluarga yang tidak harmonis di mana pertengkaran ayah dan ibu menjadi santapan sehari-hari remaja. Bapak yang otoriter, pemabuk, suka menyiksa anak, atau ibu yang acuh tak acuh, ibu yang lemah kepribadian dalam atri kata tidak tegas menghadapi remaja, kemiskinan yang membelit keluarga, kurangnya nilai- nilai agama yang diamalkan dll semuanya menjadi faktor yang mendorong remaja melakukan tindak kekerasan dan kenakalan.

Struktur keluarga anak nakal pada umumnya menunjukkan beberapa kelemahan/cacat di pihak ibu, antara lain ialah sebagai berikut:

1) Ibu ini tidak hangat, tidak mencintai anak-anaknya, bahkan sering membenci dan menolak anak laki-lakinya, sama sekali tidak acuh terhadap kebutuhan anaknya.

2) Ibu kurang mempunyai kesadaran mengenai fungsi kewanitaan dan keibuannya; mereka lebih banyak memiliki sifat ke jantan-jantanan.

3) Reaksi terhadap kehidupan anak-anaknya tidak adekuat, tidak cocok, tidak harmonis. Mereka tidak sanggup memenuhi kebutuhan anak- anaknya, baik yang fisik maupun yang psikis sifatnya.

4) Kehidupan perasaan ibu-ibu tadi tidak mantap, tidak konsisten, sangat mudah berubah dalam pendiriannya, tidak pernah konsekuen., dan tidak bertanggung jawab secara moral.

Beberapa kelemahan di pihak ayah yang mengakibatkan anaknya menjadi nakal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mereka menolak anak laki-lakinya.

2) Ayah-ayah tadi hampir selalu absen atau tidak pernah ada di tengah keluarganya, tidak perduli, dan sewenang-wenang terhadap anak dan istrinya.

3) Mereka pada umumnya alkoholik, dan mempunyai prestasi kriminalitas, sehingga menyebarkan perasaan tidak aman (insekuritas) kepada anak dan istrinya.

4) Ayah-ayah ini selalu gagal dalam memberikan supervisi dan tuntunan moral kepada anak laki-lakinya.

5) Mereka mendidik anaknya dengan disiplin yang terlalu ketat dan keras atau dengan disiplin yang tidak teratur, tidak konsisten. Selain itu, ada juga beberapa faktor yang datang dari keluarga, antara lain :

1) Rumah tangga berantakan. Bila rumah tangga terus menerus dipenuhi konflik yang serius, menjadi retak, dan akhirnya mengalami 1) Rumah tangga berantakan. Bila rumah tangga terus menerus dipenuhi konflik yang serius, menjadi retak, dan akhirnya mengalami

2) Perlindungan lebih dari orang tua. Bila orang tua terlalu banyak melindungi dan memanjakan anak-anaknya, dan menghindarkan mereka dari berbagai kesulitan atau ujian hidup yang kecil, anak-anak pasti menjadi rapuh dan tidak akan pernah sanggup belajar mandiri. Mereka akan selalu bergantung pada bantuan - orang tua, merasa cemas dan bimbang ragu selalu; aspirasi dan harga-dirinya tidak bisa tumbuh berkembang. Kepercayaan dirinya menjadi hilang.

3) Penolakan orang tua. Ada pasangan suami-istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu. Mereka ingin terus melanjutkan kebiasaan hidup yang lama, bersenang-senang sendiri seperti sebelum kawin. Mereka tidak mau memikirkan konsekuensi dan tanggung jawab selaku orang dewasa dan orang tua. Anak-anaknya sendiri ditolak, dianggap sebagai beban, sebagai hambatan dalam meniti karir mereka. Anak mereka anggap cuma menghalang-halangi kebebasan bahkan cuma merepotkan saja.

4) Pengaruh buruk dari orang tua. Tingkah-laku kriminal, a-susila (suka main perempuan, korup, senang berjudi, sering mabuk-mabukan, kebiasaan minum dan menghisap rokok berganja, bertingkah sewenang- wenang, dan sebagainya) dari orang tua atau salah seorang anggota keluarga bisa memberikan pengaruh menular atau infeksius kepada anak. Anak jadi ikut-ikutan kriminal dan a-susila, atau menjadi anti-sosial. Dengan begitu kebiasaan buruk orang tua mengkondisionir tingkah-laku dan sikap hidup anak-anaknya.

b) Kontak Sosial dari Lembaga Masyarakat Kurang Baik Apabila sistem pengawasan lembaga-lembaga sosial masyarakat terhadap pola perilaku anak muda sekarang kurang berjalan dengan baik, akan memunculkan tindakan penyimpangan terhadap nilai dan norma yang berlaku. Misalnya, mudah menoleransi tindakan anak muda yang menyimpang dari hukum atau norma yang berlaku, seperti mabuk-mabukan yang dianggap hal yang wajar, tindakan perkelahian antara anak muda dianggap hal yang biasa saja. Sikap kurang tegas dalam menangani tindakan penyimpangan perilaku ini akan semankin meningkatkan kuantitas dan kualitas tindak penyimpangan di kalangan anak muda.

Selain itu tidak kalah pentingnya adalah Interaksi sosial yang merupakan syarat utama bagi terjadinya aktivitas sosial dan hadirnya kenyataan sosial, kenyataan sosial didasarkan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosialnya. Ketika berinteraksi seseorang individu atau kelompok sosial Selain itu tidak kalah pentingnya adalah Interaksi sosial yang merupakan syarat utama bagi terjadinya aktivitas sosial dan hadirnya kenyataan sosial, kenyataan sosial didasarkan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosialnya. Ketika berinteraksi seseorang individu atau kelompok sosial

2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Kenakalan remaja yang terjadi di Desa Kapur

Bentuk-bentuk kenakalan remaja

Faktor-faktor yang mendorong terjadinya

kenakalan remaja

Upaya penanggulangan kenakalan remaja

di Desa Kapur

Dalam Kartini (2003:56) Faktor penyebab kenakalan

remaja adalah :

Faktor Internal

Kepribadian

Kondisi Fisik Status dan Peranannya di Masyarakat

Faktor Eksternal

Kondisi Lingkungan Keluarga

Kontak Sosial dari Lembaga Masyarakat Kurang Baik

Peneliti menganalisis tentang kenakalan remaja di Desa Kapur, selanjutnya mencari tentang bentuk-bentuk kenakalan remaja di Desa Kapur, faktor-faktor Peneliti menganalisis tentang kenakalan remaja di Desa Kapur, selanjutnya mencari tentang bentuk-bentuk kenakalan remaja di Desa Kapur, faktor-faktor

2.5 Pertanyaan Penelitian

a. Mengapa Faktor Imitasi mempengaruhi tingkah laku remaja Desa Kapur?

b. Mengapa Faktor sugesti mempengaruhi tingkah laku remaja Desa Kapur?

c. Mengapa Faktor Simpati mempengaruhi tingkah laku remaja Desa

Kapur?

d. Mengapa Faktor Identifikasi mempengaruhi tingkah laku remaja Desa Kapur?

e. Mengapa Faktor Empati mempengaruhi tingkah laku remaja Desa Kapur?

f. Apakah Kepribadian Mempengaruhi prilaku kenakalan para remaja?

g. Apakah Kondisi Fisik Mempengaruhi prilaku kenakalan para remaja?

h. Apakah Status dan Peranannya di Masyarakat Mempengaruhi prilaku kenakalan para remaja?

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dalam bentuk deskriftif, yaitu menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan sesuai keadaan yang sebenarnya, dengan prosedur pemecahan masalah berdasarkan keadaan sebagaimana adanya (apa adanya). Menurut Nawawi (1996:40), bahwa penelitian deskriftif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah, diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain- lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana adanya.

3.2 Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah pertama studi tentang kepustakaan untuk menemukan teori-teori yang berkaitan dengan kenakalan remaja, mencari dokumen yang berkaitan dengan kenakalan remaja dan selanjutnya dilakukan penelitian ke lapangan. Penelitian ke lapangan dimulai dari membuat panduan observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi yang berkaitan dengan kenakalan remaja, melakukan analisis data, dan menjelaskan Teknik analisis yang di gunakan.

Proses pelaksanaan penelitian ilmiah terdiri dari langkah-langkah yang juga menerapkan prinsip metode ilmiah. Adapun langkah-langkah yang harus

1. mengidentifikasi dan merumuskan masalah

2. melakukan studi pendahuluan

3. merumuskan hipotesis

4. mengidentifikasi variabel dan definisi operasional variabel

5. menentukan rancangan dan desain penelitian

6. menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian

7. menentukan subjek penelitian

8. melaksanakan penelitian

9. melakukan analisis data

10. merumuskan hasil penelitian dan pembahasan

11. menyusun laporan penelitian dan melakukan desiminasi.

3.3 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di Kubu Raya, khususnya Desa KapurKecamatan Sungai Raya. Dengan pertimbangan dalam pemilihan tempat tersebut adalah bahwasanya masih banyaknya terjadi kenakalan remajayang belum di tangani dan dicegah secara tepat.

3.4 Subjek dan Objek Penelitian

Objek dalam penelitian adalah Kenakalan Remaja di Desa Kapur Kecamatan Sungai Raya, sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah seluruh elemen masyarakat yang ada di Desa Kapur Kecamatan Sungai Raya. Subjek yang menjadi informan dalam penelitian ini terdiri dari :

3.4.1 Kepala Desa;

3.4.2 Polresta Kecamatan Sungai Raya;

3.4.3 Tokoh Masyarakat Desa Kapur

3.4.4 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Desa Kapur

3.4.5 Remaja Desa Kapur

Tabel 1.2 Penduduk di Desa Kapur Tahun 2010 Dirinci Menurut Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin

No Usia Remaja

Laki-Laki

Perempuan Jumlah

Sumber : BPS Kabupaten Kubu Raya, data diolah tanggal 14 November 2014

Data terbaru di Desa Kapur pada tahun 2010 jumlah remaja laki-laki adalah 620 dan perempuannya adalah 637 dengan jumlah total laki-laki dan perempuan adalah 1.257 mengingat banyaknya jumlah laki-laki dan perempuan maka penelitian ini dilakukan di Desa Kapur.

Teknik pemilihan subjek penelitian digunakan dengan Teknik bertujuan (purposive) maksudnya penentuan sumber data diambil kepada orang-orang yang banyak mengetahui permasalahan atas yang terlibat langsung dalam permasalahan yang akan diteliti.

3.5 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:59), dalam penelitian kualitatif yang dimaksud instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Maka dari itu, sebelum melakukan penelitian peneliti terlebih dahulu memahami metodologi sehingga penelitian ini dilakukan dengan baik dan proses-proses penelitian dilakukan dengan benar.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik observasi

Yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan dilakukan secara terbatas, mengenai aktifitas dari subjek yang diteliti dengan didukung oleh alat panduan observasi yaitu catatan-catatan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan pencatatan dilakukan saat pengamatan berlangsung.

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

3.6.2 Teknik wawancara mendalam

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in –depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan tanya jawab secara langsung dan mendalam kepada subjek penelitian, guna pengumpulan data primer dengan mengacu kepada suatu panduan wawancara yang sudah dipersiapkan sebelumnya agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Didukung dengan alat seperi alat perekam suara, kamera digital, note, dan alat tulis.

3.6.3 Studi Dokumentasi

Menggunakan alat seperti kamera, alat perekam suara, catatan- catatan panduan agar penelitian tetap fokus ke permasalahan yang diangkat. Setelah itu menginput data-data yang didapat dari informan yang menjadi subjek penelitian ini. Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar Menggunakan alat seperti kamera, alat perekam suara, catatan- catatan panduan agar penelitian tetap fokus ke permasalahan yang diangkat. Setelah itu menginput data-data yang didapat dari informan yang menjadi subjek penelitian ini. Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Pengumpulan Data

Sebagai konsep dasar-dasar langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisa data, pertama mengorganisasikan data, data yang terkumpul banyak sekali yang terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, dokumen berupa laporan dan sebagainya. Sementara pekerjaan analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan memberikan kode dan mengkategorikannya.

3.7.2 Reduksi Data

Suatu kegiatan, proses pengahalusan atau penelitian data yang diperoleh dilapangan tersebut untuk lebih menyederhanakan data yang diperoleh dengan memberi kode, mengklasifikasi, membuat gagasan, Suatu kegiatan, proses pengahalusan atau penelitian data yang diperoleh dilapangan tersebut untuk lebih menyederhanakan data yang diperoleh dengan memberi kode, mengklasifikasi, membuat gagasan,

3.7.3 Penyajian Data

Setelah kegiatan reduksi dilakukan, kemudian data tersebut disajikan menjadi kumpulan informasi yang telah disusun, sehingga dari informasi tersebut dapat ditarik kesimpulan sementara yang akan di uji lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pada umumnya penyajian data disajikan dalam bentuk narasi dan tidak menutup kemungkinan penyajian data dilakukan dengan gambar- gambar matrik agar lebih mudah dimengerti semua pihak.

3.7.4 Penarikan Kesimpulan

Merupakan langkah terakhir dari suatu analisis data yang berusaha mencari arti terhadap data yang disajikan dan berusaha menghubungkan data dengan gejala sosial lainnya.

3.8 Teknik Keabsahan Data

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330).

Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi

3.8.1 Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;

3.8.2 Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi;

3.8.3 Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitiandengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;

3.8.4 Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

3.8.5 Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Selanjutnya menurut Satori dan Aan Komariah (2011:170), triangulasi sumber yaitu cara meningkatkan kepercayaan penelitian dengan mencari data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama lain.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Keadaan Penduduk Desa Kapur

berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk mengarahkan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk.

Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan.

Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertaqwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak.

4.1.2 Profil Desa Kapur

Tabel 1.3 Profil Desa Kapur Kecamatan Sungai Raya

Kelurahan/Desa

Desa

Nama Kelurahan/Desa

Kapur

Kode Wilayah Kelurahan/Desa

Nama Kecamatan

Sungai Raya

Nama Kabupaten/Kota Kabupaten Kubu Raya Provinsi

Kalimantan Barat Sumber : Sekretariat Desa Kapur 2014

4.1.3 Demografi

a. Jumlah Penduduk

Berdasarkan Profil Desa Kapur Kec. Sungai Raya Kab. Kubu Raya pada tahun 2009 tercatat total jumlah penduduk sebanyak 12.121 jiwa. Namun karena ada pemekaran desa pada tahun 2010 terjadi pengurangan jumlah penduduk pada Desa Kapur yaitu menjadi 8.120 jiwa. Luas wilayah Desa Kapur 12.036 km² dan luas tanah desa 5.517 Ha. Data ini berdasarkan peta desa yang terdapat di kantor Desa Kapur yang telah diukur oleh Badan Pertanahan Nasional (Sekretariat Desa Kapur 2014).

Desa Kapur mempunyai dua dusun yaitu Dusun Parit Mayor dan Dusun Parit bugis. Desa Kapur Berbatasan langsung dengan Kelurahan Parit

Mayor, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak dan Desa Mekar Baru, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya.

Bisa dilihat kepadatan penduduk di Desa Kapur jika kita memasuki desa tersebut dari Jalan Tanjung Raya 2, Dusun pertama yang dilewati adalah Dusun Parit Mayor. Di Dusun Parit Mayor sudah banyak di temui pembangunan perumahan dan sudah banyak usaha menengah yang di temui. Walaupun banyak perumahan di kawasan itu, tetapi berdasarkan pengakuan Sekretaris Desa Kapur bahwa penduduk perumahan kebanyakan masih merupakan penduduk asal bukan tercatat sebagai penduduk Desa Kapur. Infrastruktur seperti jalan yang melintas di Dusun Parit Mayor juga membuat Dusun Parit Mayor semakin ramai dan itu membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya di kawasan itu. Terlihat banyak sekali usaha-usaha yang bukan milik warga setempat berkembang dengan pesat.

Setelah melewati Dusun Parit Mayor langsung Dusun Parit Bugis. Dusun ini dekat dengan Jembatan Tol Kapuas II serta Jalan Trans Kalimantan. Di Dusun ini, penduduknya tidak terlalu padat seperti di Dusun Parit Mayor. Terlihat ada beberapa pembangunan perumahan namun masih banyak belum ditempati oleh penghuninya. Infrastruktur di Dusun ini masih belum baik, seperti jalannya yang masih rusak walaupun sebagian sedang dalam masa perbaikkan. Letak Kantor Kepala Desa berada pada Dusun Parit Bugis.

b. Perincian Penduduk

Tabel 1. 4

Rincian Penduduk Desa Kapur Tahun 2010

No Kepala Keluarga

Laki-Laki

Perempuan

4.337 Sumber : Sekretariat Desa Kapur 2014 Adapun perincian penduduk pada Desa Kapur tahun 2010 ialah Jumlah Kepala Keluarga berjumlah 2051 orang, dengan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 3.813 jiwa dan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 4.337 jiwa.

c. Keadaan Perumahan

Peneliti tidak menemukan data yang tertulis pada keadaan perumahan di Desa Kapur tetapi menurut survey yang peneliti lakukan, keadaan perumahan di Desa Kapur hampir semuanya layak huni. Dari penjelasan Sekretaris Desa, jika ada rumah warga yang tidak layak huni maka akan ada pendataan dari Desa dan akan di beri bantuan untuk perbaikan rumah oleh bantuan dari Kabupaten. Pemberian bantuan rumah tidak layak huni ini, berdasarkan tingkat kerusakan rumah tersebut. Tidak semua warga desa yang didata bisa langsung mendapatkan bantuan. Bantuan ini juga diberikan secara bertahap oleh pemerintah Kabupaten Kubu Raya.

d. Mata Pencaharian Penduduk

Berdasarkan Profil Desa Kapur Tahun 2009 di ketahui mata pencaharian penduduknya mayoritas adalah buruh swasta berjumlah 1690

Profesi yang ketiga yaitu pedagang berjumlah 148 orang. Profesi yang keempat yaitu peternak berjumlah 80 orang. Profesi yang kelima yaitu pegawai negeri berjumlah 48 orang. Profesi yang keenam yaitu nelayan berjumlah 20 orang. Dan yang terakhir adalah berprofesi sebagai montir 4 orang.

e. Angka Kelahiran, Kematian dan Transmigrasi

Berdasarkan hasil survey peneliti, menurut Sekretaris Desa Kapur angka kematian dan kelahiran cendrung stabil dari tahun ke tahun. Serta daerah Desa Kapur juga tidak termasuk daerah transmigran.

f. Pendidikan

Berdasarkan Profil Desa Kapur Tahun 2009 tercatat tingkat pendidikan di desa tersebut sangat rendah. Penduduk yang berusia tujuh sampai empat puluh lima tahun yang pernah duduk dibangku Sekolah Dasar tetapi tidak tamat berjumlah 135 orang.

Jumlah penduduk yang buta huruf menempati urutan paling atas yaitu 247 orang. Penduduk yang memiliki pendidikan terakhir Sekolah Dasar / Sederajat mencapai 210 orang. Jumlah penduduk tamatan Sekolah Menengah Pertama / Sederajat 200 orang. Penduduk yang memiliki pendidikan terakhir Sekolah Lanjutan Tingkat Atas / Sederajat berjumlah 170 orang.

Adapun penduduk Desa Kapur yang pernah mengenyam Sekolah Tinggi di antaranya, Pendidikan Diploma 1 berjumlah 16 orang, jumlah penduduk yang memiliki pendidikan terakhir Diploma 2 yaitu 12 orang, Adapun penduduk Desa Kapur yang pernah mengenyam Sekolah Tinggi di antaranya, Pendidikan Diploma 1 berjumlah 16 orang, jumlah penduduk yang memiliki pendidikan terakhir Diploma 2 yaitu 12 orang,

Prasarana pendidikan di Desa Kapur memiliki beberapa sekolah mulai dari sekolah formal hingga non formal. Tercatat gedung Sekolah Menengah Atas / Sederajat berjumlah satu buah. Gedung Sekolah Menengah Pertama / Sederajat berjumlah dua buah. Bangunan Gedung Sekolah Dasar berjumlah enam buah. Bangunan gedung Taman Kanak-Kanak berjumlah dua buah. Serta sekolah non formal seperti Taman Pendidikan Al- qur’an (TPA) berjumlah dua buah dan Lembaga Pendidikan Agama lainnya berjumlah satu buah.

g. Keagamaan

Suatu Negara, Propinsi, Kabupaten, maupun Kota memiliki penduduk yang bervariasi jumlahnya bahkan etnik, budaya, serta agamanya juga macam-macam. Nah, yang akan kita bahas pada tulisan ini adalah mengenai suatu

di Kabupaten Kubu Raya, Propinsi Kalimantan Barat yaitu Desa Kapur. Disana terdapat berbagai macam etnis dan agama, diantaranya ada suku melayu yang beragamakan Islam,Kristen dan katolik, kemudian suku Madura yang mayoritasnya beragama Islam dan ada suku Tionghoa yang beragama Hindu dan Budha dan suku-suku lainnya. Banyak sekali ragam etnis di desa ini yang memiliki bermacam agama yang dianut sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.

desa

yang

terletak

Dengan adanya keberagaman ini lah setiap penduduk di Desa Kapur hidup saling menghargai dan menghormati antar setiap pemeluk agama. Tidak adanya keterbatasan dan tidak melihat status penduduk tersebut dalam menjalankan suatu urusan di desa tersebut. Desa ini menganut