Penerapan Justice Collaborator Terhadap Terdakwa Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Nomor: 161 Pid.Sus TPK 2015 PN.Jkt.Pst)

ABSTRAKSI
Lara Tisa Oktasia Manurung*
Syafruddin Kalo**
Edy Yunara***
Justice Collaborator merupakan hal yang masih baru dikenal dalam sistem
peradilan pidana di Indonesia. Justice Collaborator merupakan langkah baru yang
dimunculkan untuk memudahkan mengungkap perilaku dan tindakan korupsi.
Praktek korupsi di Indonesia semakin menggurita dan penyebabnya tentu karena
sikap acuh tak acuhnya lingkungan terhadap praktik tersebut. Orang-orang yang
mengetahui praktik-praktik korupsi yang terjadi disekelilingnya seringkali
membiarkannya. Pembiaran atau kurang responnya ketika melihat perilaku dan
tindakan korupsi bisa jadi disebabkan karena hal itu tidak terkait dengan
kepentingannya. Bisa juga karena dia mendapatkan “keuntungan” dari praktik
korupsi yang ada pada lingkungan kerjanya. Oleh karena itu, peran seorang
Justice Collaborator tentu sangat dibutuhkan untuk memberantas korupsi karena
Justice Collaborator merupakan bagian atau salah satu pelaku yang juga bersamasama melakukan perbuatan korupsi. Namun yang seringkali terjadi seorang
pelaku yang ingin bekerjasama dengan Aparat Penegak Hukum dengan
mengambil peran Justice Collaborator tidak berani untuk mengungkapkan praktik
korupsi dikarenakan ancaman yang pasti mereka terima baik itu berupa ancaman
bagi keselamatan fisik maupun psikis dirinya, dan keluarganya yang akan ia
terima dari sesama rekan yang melakukan perbuatan korupsi. Perlindungan

terhadap Justice Collaborator terkhusus Justice Collaborator tindak pidana
korupsi masih belum diatur secara khusus dan menyeluruh
Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimanakah peran
Justice Collaborator dalam menyelesaikan tindak pidana korupsi di Indonesia dan
bagaimanakah penerapan Justice Collaborator terhadap tindak pidana korupsi
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Metode penelitian
yang digunakan dalam skripsi ini adalah yuridis normatif yaitu dengan melakukan
analisis terhadap asas-asas hukum dengan mengacu kepada norma-norma hukum
yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, dimana pengumpulan data
dilakukan dengan metode kepustakaan (library research).
Penulisan skripsi ini juga menganalisis putusan pengadilan yaitu putusan
dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 161/Pid.Sus/TPK/2015/PN.Jkt.Pst.
Dalam putusan ini Gatot Pujo Nugroho dan Evy Susanti berkedudukan sebagai
Justice Collaborator dalam kasus suap terhadap Hakim PTUN Medan dan eks
Sekjen Partai Nasdem Patrice Rio Capella. Dari hasil analisis diketahui bahwa
Gatot Pujo Nugroho dan Evy Susanti memiliki peran yang cukup signifikan
sehingga dapat membuat terang penyelesaian kasus korupsi yang menjerat
mereka. Dengan ditetapkannya Gatot Pujo Nugroho dan Evy Susanti sebagai
Justice Collaborator maka penerapan terhadap status tersebut adalah pemberian
perlindungan hukum. Dalam putusan ini dapat diketahui bahwa bentuk

perlindungan hukum yang diberikan kepada Gatot Pujo Nugroho dan Evy Susanti
adalah berupa pengurangan hukuman.
xi

Universitas Sumatera Utara