Pengaruh Sertifikasi, Motivasi Berprestasi, dan Komitmen Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri 3 Tanjung Morawa

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini, begitu banyak tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan maupun organisasi. Perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing untuk menghadapi kompetitor. Salah satu faktor penting dalam menciptakan keunggulan bersaing adalah dengan menggunakan Sumber Daya yang ada di perusahaan semaksimal mungkin.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan Sumber Daya Manusia merupakan salah satu Sumber Daya perusahaan yang memegang peran penting dalam tercapainya tujuan perusahaan. Sumber Daya Manusia yang berkualitas, merupakan asset penentu yang dapat meningkatkan keberhasilan suatu perusahaan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak hanya bersaing dalam menghadapi era globalisasi, tetapi lebih dari itu sekolah memberikan kontribusi yang besar untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Sekolah diharapkan dapat menghasilkan pemimpin yang tangguh, kreatif dan inovatif dimasa mendatang. Namun pada kenyataannya rendahnya daya saing didunia pekerjaan menunjukkan bahwa dunia pendidikan masih belum mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Dunia pendidikan kini dihadapkan oleh berbagai perubahan, Prof. Sanusi dalam Mulyasa (2007:3) menyatakan bahwa perubahan yang terjadi mencakup


(2)

social change, turbulence, complexity, and chaos ; seperti pasar bebas (free

trade), tenaga kerja bebas (free labour), perkembangan masyarakat informasi,

serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang sangat dasyat. Menurut Siahaan dan Martiningsih dalam Wardana (2013:98) Pendidikan itu bukan hanya penting, tetapi sangat mendasar bagi perkembangan kehidupan manusia. Maka UNESCO (United Nations Education, Scientific and cultural

Organization) menerapkan dan mengkampanyekan program pendidikan

sepanjanghayat (life-long education), pendidikan untuk semua (education for all), dan semuauntuk pendidikan (all for education).

Menurut Mc. Donald dalam Subagio (2011:2) “… is a process or an activity which is directed at producing desirable in the behavior of human beings.” Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2013, menyatakan :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan pembentukan watak serta peradapan bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlat mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.

Untuk mendukung dan menunjang pelaksanaan pendidikan tersebut, dibutuhkan Sumber Daya Manusia, yaitu guru. Mardjuki dalam Wardana (2013:98 ), menyatakan bahwa guru merupakan Sumber Daya Manusia yang menjadi perencanaan, pelaku dan penentu tercapainya tujuan pendidikan.

Guru sebagai agen of change memegang peran penting dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang dihadapkan pada perubahan-perubahan globalisasi


(3)

yang terjadi saat ini. Untuk itu guru diharapkan memiliki kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya. Guru dituntut untuk mampu memberikan dan merealisasikan harapan dari semua pihak melalui kinerjanya.

Kinerja Guru pada dasarnya merupakan unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru menentukan kualitas hasil pendidikan. Artinya kinerja guru merupakan faktor penentu bagi mutu pendidikan yang akan berdampak pada kualitas hasil pendidikan setelah menyelasaikan sekolah.

Besarnya tanggungjawab yang diberikan kepada guru dalam proses peningkatan mutu layanan dan kualitas lulusan membuat guru layak untuk mendapatkan perhatian. Dan sudah selayaknya pemerintah turut berperan dalam meningkatkan mutu layanan tersebut.

Sertifikasi upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan. Muslich (2007: 8) menyatakan bahwa “Peningkatan mutu guru lewat sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan”.

Guru yang bermutu merupakan syarat mutlak dalam menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Ret (2010:7) menyatakan hampir semua bangsa di dunia ini selalu mengembangkan kebijakan yang mendorong keberadaan guru dan dosen yang berkualitas. Salah satu kebijakan yang dikembangkan oleh pemerintah di banyak negara adalah kebijakan intervensi langsung menuju peningkatan mutu dan memberikan jaminan dan kesejahteraan hidup guru dan dosen yang memadai.


(4)

Sertifikasi merupakan bukti pengakuan atas kompetensi guru yang sudah memenuhi standar profesional guru. Sebagai penghargaan, guru yang telah lulus sertifikasi mendapatkan tunjangan profesi sebesar 1 (satu) kali gaji pokok. Dengan adanya sertifikasi, pemerintah berharap kinerja guru akan meningkat.

Widayati (2013:20), menyatakan profesionalitas guru dapat dilihat dari berbagai aspek seperti peningkatan kualitas pembelajaran dengan memberdayakan berbagai aspek pendukung pembelajaran sehingga guru meningkat kreativitas dan produktivitasnya. Penguasaan, penerapan, dan produk ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti menulis buku, karya ilmiah, penelitian, membuat alat peraga, penerapan aspek teknologi dalam pembelajaran seperti media baik yang dihasilkan dalam bentuk software maupun hardware. Kontribusi guru dalam karya yang dapat dimanfaatkan orang lain juga dapat dijadikan tolok ukur profesionalitas guru. Pemanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana pembelajaran seperti internet. Motivasi terus berkembang untuk maju dan berkualitas dalam pembelajaran, administrasi, pengembangan diri, yang mengarah pada perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran.

Selain sertifikasi, guru juga memerlukan motivasi berprestasi dalam menjalankan profesinya. Mangkunegara (2004: 103) mendifinisikan motivasi berprestasi sebagai suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji.

Adapun karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi menurut McClelland dan Murray dalam mangkunegara (2004:104), yaitu


(5)

memiliki tingkat tangungjawab pribadi yang tinggi, memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta berjuang untuk merealisasikannya, memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil resiko yang dihadapi, melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan, mempunyai keinginan menjadi orang terkemuka yang menguasai bidang tertentu.

Komitmen juga berpengaruh terhadap kinerja guru. Komitmen guru merupakan salah satu kunci yang turut menentukan berhasil tidaknya sekolah mencapai tujuannya dalam pendidikan. Echols (2003:130) commit artinya melakukan, commitment artinya melakukan janji-janji dan tanggung jawab. Komitmen merupakan suatu keputusan seseorang dengan dirinya sendiri, apakah ia akan melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan. Seseorang yang telah memiliki suatu komitmen, tidak akan kurang setuju dalam menentukan sikap dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil. Tanpa ada suatu komitmen, tugas-tugas yang diberikan kepada guru sukar untuk terlaksana dengan baik.

Komitmen guru erat kaitannya dengan sejauh mana seorang guru memiliki kepedulian dan perhatian terhadap tugas. Seorang guru yang memiliki tingkat komitmen rendah, maka dia cendrung memiliki tingkat kepatuhan yang rendah dalam bekerja. Agar guru yang disertifikasi mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan yang diharapkan diperlukan komitmen yang tinggi dalam dirinya untuk menujuguru profesional.

Seorang guru yang profesional dituntut untuk mempunyai komitmen tinggi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Komitmen adalah suatu hal yang sangat


(6)

mendasaryang perlu dimiliki oleh seorang guru agar tugas yang diberikan benar-benarberjalan seoptimal mungkin.

SMP Negeri 3 Tanjung Morawa merupakan salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan observasi peneliti dan wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 3, diperoleh informasi bahwa hampir semua guru di SMP tersebut sudah mendapatkan sertifikasi, yaitu sebanyak 42 dari 46 guru sudah mendapatkan sertifikasi.

Pada dasarnya, sertifikasi sudah meningkatkan kinerja guru. Karena untuk mendapatkan sertifikasi, guru harus memenuhi beberapa syarat dan tahapan. Seperti, mengajar tatap muka minimal 24 jam/minggu. Hal ini tentunya sudah membuat guru lebih berproduktifitas di sekolah dari sebelumnya.

Namun dalam beberapa hal kinerja dan profesionalisme guru masih dirasa kurang memuaskan. Adanya asumsi bahwa sertifikasi merupakan kondisi final dari profesi sebagai guru ( puncak karir ) membuat guru merasa puas terhadap pencapaian kinerjanya. Begitu juga dengan motivasi berprestasi dan komitmen guru yang masih dirasa kurang. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(7)

Dari Tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa guru yang melaksanakan perencanaan pembelajaran hanya sebanyak 31 guru (73.8%), sedangkan sebanyak 11 guru (26.19%) masih belum melaksanakan perencanaan pembelajaran dengan baik. Menurut Pedoman Penyusunan Portofolio, (2009:7), perencanaan pembelajaran adalah persiapan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk satu topik atau kompetensi tertentu. Perencanaan pembelajaran sekurang-kurangnya memuat perumusan tujuan/kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber/ media pembelajaran, scenario pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar. Dengan merencanakan pembelajaran maka proses belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien.

Adapun prestasi yang telah dicapai guru dalam mengikuti kejuaraan 3 tahun terakhir, yaitu mengikuti perlombaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada tingkat Provinsi hanya 1 guru atau sama dengan 2.38%. Selain perlombaan PTK, guru yang mengikuti lomba guru berprestasi pada tingkat Kabupaten/Kota juga hanya 1 guru dari jumlah guru sertifikasi. Walaupun dalam mengikuti lomba, baik pada tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota guru memperoleh kejuaraan, hal ini dikarenakan dorongan kuat dari diri seorang guru untuk berprestasi masih dirasa kurang.

Keikutsertaan guru mejadi pengurus organisasi kependidikan atau organisasi sosial hanya sebanyak 23.8%. Adapun pengurus organisasi dibidang pendidikan menurut Pedoman Penyusunan Portofolio (2009:12) antara lain; Pengurus Forum Komunikasi Kepala Sekolah (FKKS), Forum Kelompok Kerja Guru (FKKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia


(8)

(ISPI) dan lain sebagainya. Sedangkan kepengurusan sekolah, seperti: tugas tambahan menjadi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua jurusan, kepala laboratorium, perpustakaan, laboratorium komputer, laboratorium IPA, laboratorium bahasa. Dari keikutsertaan guru dalam organisasi, diharapkan kinerja dan profesionalisme guru ikut meningkat.

Guru yang membimbing siswa sampai mengerti mata pelajaran yang diajarkan ada sebanyak 36 guru (85.7%). Memperlihatkan bahwa kesadaran dorongan akan tanggungjawab sebagai seorang guru masih belum dirasakan oleh semua guru. Seperti yang diketahui bahwa salah satu tanggungjawab seorang guru adalah membimbing siswa sampai mengerti akan matapelajaran yang diajarkan.

Mulyasa, (2007:156) menyatakan, “Untuk memperoleh hasil yang optimal, guru dituntut tidak hanya mengandalkan terhadap apa yang ada di kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri berbagai sumber pembelajaran yang

diperlukan”. Melalui pengamatan peneliti, banyak guru yang masih berfokus pada

buku ajaran, yang membuktikakn bahwa masih kurangnya pemberdayaan sumber pembelajaran.

Hal ini membuat siswa kurang tertarik atau merasa proses pembelajaran teras monoton. Mulyasa (2007:157) menjelaskan ada berbagai sumber pengajaran yang memungkinkan untuk diberdayagunakan, seperti : (1) Manusia (people), guru dapat memberikan kemudahan belajar dengan menghadirkan narasumber yang terkait langsung dengan objek pembelajaran sehingga diperoleh informasi, pengetahuan, dan pengalaman bagi peserta didik. (2) Bahan (material), seperti film pendidikan, grafik, yang digunakan sebagai media pembelajaran


(9)

(instructional media) dan mengandung pesan pembelajaran. (3) Lingkungan

(setting) seperti ruang atau tempat yang di gunakan untuk berinteraksi dengan

siswa. Contohnya ruang perpustakaan, laboratorium, micro teaching bahkan tempat-tempat seperti museum. (4) alat dan peralatan (tools and equipment) seperti kamera, tape recorder, proyektor, radio dan lain sebagainya.

Selain itu, keinginan untuk membuat kegiatan kerja ilmiah, seperti melaksanakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), menulis karya ilmiah dan keinginan menjadi terkemuka yang menguasai bidang tertentu masih rendah dikalangan guru bahkan masih banyak guru yang golongannya tidak meningkat. Berdasarkan pengamatan dan data yang peneliti peroleh, guru yang golongannya sudah meningkat sebanyak 10 guru atau sama dengan 23.8%. sedangkan 32 guru lainnya walaupun sudah mendapatkan sertifikasi masih kurang termotivasi untuk meningkatkan golongannya.

Fenomena lainnya menunjukkan bahwa masih ada guru yang lebih memilih untuk menggunakan suatu produk pembelajaran yang bersifat “instan”, seperti

memfotocopy atau “copy-paste” silabus, Rancangan Persiapan Pengajaran (RPP)

maupun media pembelajaran dari sesama guru atau internet yang semuanya itu belum tentu sesuai dengan pembelajaran yang diasuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa, guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya bukan karena adanya motivasi dari dirinya, melainkan untuk menjalankan kewajiban disekolah.

Kurangnya kesadaran akan tugas dan tanggungjawab yang diembankan, memperlihatkan bahwa guru kurang memiliki komitmen kuat terhadap dirinya sendiri. Hal ini terlihat dari masih ada guru yang belum tepat waktu dalam


(10)

menyelesaikan tugas, masih ada guru yang kurang peduli terhadap masalah yang dihadapi sekolah, seperti masalah perkembangan anak didik maupun masalah administrasi sekolah. Komitmen guru untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga dirasa kurang, misalnya masih banyak guru yang tidak mengerti bagaimana menggunakan komputer, internet dan lain sebagainya.

Guru yang memiliki komitmen, akan menunjukkan sikap kerja yang penuh perhatian terhadap tugas dan tanggungjawabnya untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Fenomena diatas memperlihatkan bahwa tidak hanya kurangnya motivasi yang kuat dikalangan guru sertifikasi, melainkan guru tersebut juga kurang memiliki komitmen yang kuat pada sekolah dan diriya sendiri. Guru yang memiliki komitmen, akan berjanji dengan dirinya sendiri untuk melaksanakan tugas dengan penuh kepeduliaan, disiplin, loyalitas dan kebanggaan pada tugas meskipun tidak diawasi oleh kepala sekolah, maupun supervisor. Melakukan sesuatu sesuai dengan aturan dan kesepakatan yang telah ada serta menggunakan nilai-nilai kebenaran dalammenetapkan suatu keputusan. Tanpa komitmen, maka tugas guru sebagaimana telah dijelaskan akan sulit untuk terlaksana walaupun guru tersebut sudah mendapat sertifikasi.

Melihat kenyataan yang ada, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Sertifikasi Guru, Motivasi Berprestasi, dan Komitmen terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam objek penelitian ini adalah sebagai berikut:


(11)

1. Apakah Sertifikasi Guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa?

2. Apakah Motivasi Berprestasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa?

3. Apakah Komitmen berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa?

4. Apakah Sertifikasi Guru, Motivasi Berprestasi dan Komitmen secara bersamaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Sertifikasi Guru terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Komitmen terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa.


(12)

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Sertifikasi Guru, Motivasi Berprestasi dan Komitmen terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian bagi:

1. SMP Negeri 3 Tanjung Morawa.

Sebagai bahan masukan bagi Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Tanjung Morawa dalam melaksanakan sertifikasi guru yang baik, motivasi berprestasi dan komitmen yang tinggi guna meningkatkan kinerja guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa.

2. Program Studi Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Sebagai bahan untuk menambah koleksi dan memperkaya penelitian ilmiah bagi Program Studi Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Peneliti Lainya

Sebagai bahan referensi bagi peneliti lainya yang mengkaji masalah yang sama di masa yang akan datang.


(1)

Dari Tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa guru yang melaksanakan perencanaan pembelajaran hanya sebanyak 31 guru (73.8%), sedangkan sebanyak 11 guru (26.19%) masih belum melaksanakan perencanaan pembelajaran dengan baik. Menurut Pedoman Penyusunan Portofolio, (2009:7), perencanaan pembelajaran adalah persiapan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk satu topik atau kompetensi tertentu. Perencanaan pembelajaran sekurang-kurangnya memuat perumusan tujuan/kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber/ media pembelajaran, scenario pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar. Dengan merencanakan pembelajaran maka proses belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien.

Adapun prestasi yang telah dicapai guru dalam mengikuti kejuaraan 3 tahun terakhir, yaitu mengikuti perlombaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada tingkat Provinsi hanya 1 guru atau sama dengan 2.38%. Selain perlombaan PTK, guru yang mengikuti lomba guru berprestasi pada tingkat Kabupaten/Kota juga hanya 1 guru dari jumlah guru sertifikasi. Walaupun dalam mengikuti lomba, baik pada tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota guru memperoleh kejuaraan, hal ini dikarenakan dorongan kuat dari diri seorang guru untuk berprestasi masih dirasa kurang.

Keikutsertaan guru mejadi pengurus organisasi kependidikan atau organisasi sosial hanya sebanyak 23.8%. Adapun pengurus organisasi dibidang pendidikan menurut Pedoman Penyusunan Portofolio (2009:12) antara lain; Pengurus Forum Komunikasi Kepala Sekolah (FKKS), Forum Kelompok Kerja Guru (FKKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia


(2)

(ISPI) dan lain sebagainya. Sedangkan kepengurusan sekolah, seperti: tugas tambahan menjadi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua jurusan, kepala laboratorium, perpustakaan, laboratorium komputer, laboratorium IPA, laboratorium bahasa. Dari keikutsertaan guru dalam organisasi, diharapkan kinerja dan profesionalisme guru ikut meningkat.

Guru yang membimbing siswa sampai mengerti mata pelajaran yang diajarkan ada sebanyak 36 guru (85.7%). Memperlihatkan bahwa kesadaran dorongan akan tanggungjawab sebagai seorang guru masih belum dirasakan oleh semua guru. Seperti yang diketahui bahwa salah satu tanggungjawab seorang guru adalah membimbing siswa sampai mengerti akan matapelajaran yang diajarkan.

Mulyasa, (2007:156) menyatakan, “Untuk memperoleh hasil yang optimal, guru dituntut tidak hanya mengandalkan terhadap apa yang ada di kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri berbagai sumber pembelajaran yang diperlukan”. Melalui pengamatan peneliti, banyak guru yang masih berfokus pada buku ajaran, yang membuktikakn bahwa masih kurangnya pemberdayaan sumber pembelajaran.

Hal ini membuat siswa kurang tertarik atau merasa proses pembelajaran teras monoton. Mulyasa (2007:157) menjelaskan ada berbagai sumber pengajaran yang memungkinkan untuk diberdayagunakan, seperti : (1) Manusia (people), guru dapat memberikan kemudahan belajar dengan menghadirkan narasumber yang terkait langsung dengan objek pembelajaran sehingga diperoleh informasi, pengetahuan, dan pengalaman bagi peserta didik. (2) Bahan (material), seperti film pendidikan, grafik, yang digunakan sebagai media pembelajaran


(3)

(instructional media) dan mengandung pesan pembelajaran. (3) Lingkungan (setting) seperti ruang atau tempat yang di gunakan untuk berinteraksi dengan siswa. Contohnya ruang perpustakaan, laboratorium, micro teaching bahkan tempat-tempat seperti museum. (4) alat dan peralatan (tools and equipment) seperti kamera, tape recorder, proyektor, radio dan lain sebagainya.

Selain itu, keinginan untuk membuat kegiatan kerja ilmiah, seperti melaksanakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), menulis karya ilmiah dan keinginan menjadi terkemuka yang menguasai bidang tertentu masih rendah dikalangan guru bahkan masih banyak guru yang golongannya tidak meningkat. Berdasarkan pengamatan dan data yang peneliti peroleh, guru yang golongannya sudah meningkat sebanyak 10 guru atau sama dengan 23.8%. sedangkan 32 guru lainnya walaupun sudah mendapatkan sertifikasi masih kurang termotivasi untuk meningkatkan golongannya.

Fenomena lainnya menunjukkan bahwa masih ada guru yang lebih memilih untuk menggunakan suatu produk pembelajaran yang bersifat “instan”, seperti memfotocopy atau “copy-paste” silabus, Rancangan Persiapan Pengajaran (RPP) maupun media pembelajaran dari sesama guru atau internet yang semuanya itu belum tentu sesuai dengan pembelajaran yang diasuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa, guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya bukan karena adanya motivasi dari dirinya, melainkan untuk menjalankan kewajiban disekolah.

Kurangnya kesadaran akan tugas dan tanggungjawab yang diembankan, memperlihatkan bahwa guru kurang memiliki komitmen kuat terhadap dirinya sendiri. Hal ini terlihat dari masih ada guru yang belum tepat waktu dalam


(4)

menyelesaikan tugas, masih ada guru yang kurang peduli terhadap masalah yang dihadapi sekolah, seperti masalah perkembangan anak didik maupun masalah administrasi sekolah. Komitmen guru untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga dirasa kurang, misalnya masih banyak guru yang tidak mengerti bagaimana menggunakan komputer, internet dan lain sebagainya.

Guru yang memiliki komitmen, akan menunjukkan sikap kerja yang penuh perhatian terhadap tugas dan tanggungjawabnya untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Fenomena diatas memperlihatkan bahwa tidak hanya kurangnya motivasi yang kuat dikalangan guru sertifikasi, melainkan guru tersebut juga kurang memiliki komitmen yang kuat pada sekolah dan diriya sendiri. Guru yang memiliki komitmen, akan berjanji dengan dirinya sendiri untuk melaksanakan tugas dengan penuh kepeduliaan, disiplin, loyalitas dan kebanggaan pada tugas meskipun tidak diawasi oleh kepala sekolah, maupun supervisor. Melakukan sesuatu sesuai dengan aturan dan kesepakatan yang telah ada serta menggunakan nilai-nilai kebenaran dalammenetapkan suatu keputusan. Tanpa komitmen, maka tugas guru sebagaimana telah dijelaskan akan sulit untuk terlaksana walaupun guru tersebut sudah mendapat sertifikasi.

Melihat kenyataan yang ada, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Sertifikasi Guru, Motivasi Berprestasi, dan Komitmen terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam objek penelitian ini adalah sebagai berikut:


(5)

1. Apakah Sertifikasi Guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa?

2. Apakah Motivasi Berprestasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa?

3. Apakah Komitmen berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa?

4. Apakah Sertifikasi Guru, Motivasi Berprestasi dan Komitmen secara bersamaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Sertifikasi Guru terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Komitmen terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa.


(6)

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Sertifikasi Guru, Motivasi Berprestasi dan Komitmen terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian bagi:

1. SMP Negeri 3 Tanjung Morawa.

Sebagai bahan masukan bagi Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Tanjung Morawa dalam melaksanakan sertifikasi guru yang baik, motivasi berprestasi dan komitmen yang tinggi guna meningkatkan kinerja guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa.

2. Program Studi Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Sebagai bahan untuk menambah koleksi dan memperkaya penelitian ilmiah bagi Program Studi Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Peneliti Lainya

Sebagai bahan referensi bagi peneliti lainya yang mengkaji masalah yang sama di masa yang akan datang.