JU R U SA N T A R BIY A H PRO G RAM STUDI PEN D ID IK A N A G A M A ISLA M SEK O LAH TIN G G I A G A M A ISLA M NEG ERI (STA IN ) SALATIG A 2007
METODE KISAH DALAM AL QUR’AN
DANAPLIKASINYA PADA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat Guna memperoleh Gelar Saijana Strata I
Dalam Ilmu Tarbiyah Disusun O le h :
A H M A D K H A E R U D IN
N IM :111 02 059
JU R U SA N T A R B IY A H
PRO G RAM STUDI PE N D ID IK A N A G A M A ISLA M
SEK O LAH T IN G G I A G A M A ISLA M NEG ERI (ST A IN )
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
S A L A T
I G A
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706 Dra. Siti Asdiqoh
Dosen STAIN Salatiga Jl. Stadion NO. 03 Salatiga
Salatiga, 5 September 2007
NOTA PEMBIMBING
Sdr. Ahmad Khoirudin Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga
Lampiran : 3 ( tiga) Eksemplar Hal : Naskah Skripsi
Assalamualaikum W r. Wb
Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Ahmad Khoirudin NIM : 111 02 059 Jurusan/Progdi: Tarbiyah/PAI Judul : METODE KISAH DALAM AL Q UR’AN DAN
APLIKASINYA PADA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Bersama ini mohon agar naskah skripsi saudara tersebut di atas agar dapat segera di munaqosyahkan.
Demikian harap menjadikan perhatian.
Wassalamu ’alaikum Wr. Wb
Pembimbing
di Salatiga
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
S A L A T I G A
M. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706
P E N G E S A H A N
Skripsi Saudara: Ahmad Khaerudin dengan Nomor Induk Mahasiswa 111 02
059 yang berjudul: METODE KISAH DALAM AL QUR’AN DAN
APLIKASINYA PADA PENDIDIKAN AGAMAISLAM telah
dimunaqosyahkan pada Sidang Panitia Ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri pada hari: Senin, 1 Oktober 2007 M. yang bertepatan dengan tanggal
19 Ramadhan 1428 H dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah 1 Oktober 2007 M.
Salatiga, ---------------------------- 19 Ramadhan 1428 H.
PANITIA UJIAN
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
S A L A T I G A
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433. 323706
DEKLARASI
B ism illahirrahm aanirrahim
Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar refemsi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian kripsi ini dihadapan sidang munaqasyah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 5 September 2007
Ahmad K hoim din 111 02 059
MOTTO
“Sesungguhnya pada kisah-kisah itu terdapat pengajaran
bagi orang-orang yang berakal ”(Q.S. Yusuf: 111)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Almamater tercinta STAIN Salatiga
2. Bapak, Ibu tercinta^ dan kakak, adik yang kusayangi yang selalu memberi motivasi dan selalu mendukungku dalam menuntuy ilmu.
3. Seseorang yang kusayangi dan keluarga, yang selalu menyayangiku dan memberikan motivasi serta dukungannya kepada saya sehingga skripsi ini dapat selesai.
4. Teman-teman MAP ALA MITAPASA serta temen-temen UKM STAIN Salatiga.
KATA PENGANTAR
M aha suci Allah, segala puji bagi-Nya, tiada Tuhan selain Dia. D ia lah yang menabur hikmah benih-benih kehidupan, Dial ah yang memiliki nama-nama yang indah, dan hanya Dial ah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Salawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rasul allah Muhammad Saw, teladan utama bagi manusia dan rahmat bagi seluruh alam. Rasa syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Nya yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat menyelesaikan tulisan yang sederhana ini.
Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur, skripsi dengan judul “ METODE KISAH DALAM AL QUR’AN DAN APLIKASINYA PADA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM “ ini telah selesai. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Kami haturkan terima ksih yang setinggi- tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.
Penulis yakin tulisan ini tidak akan terwujud tanpa ada pertolongan dari Allah SWT serta bantuan berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi. Maka dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan terima kasih kepada :
1. Ketua STAIN Salatiga, Drs. Imam Sutomo, M , Ag.
2. Ketua Jurusan Tarbiyah, Drs. Sa’adi, M, Ag.
3. Ketua Program Studi PAI SATIN Salatiga, Fatchurrahman, M. Pd.
4. Pembimbing skripsi, Dra. Siti Asdiqoh atas segala ilmu, waktu, tenaga dan bimbingan yang telah diberikan kepada kami dengan segala kesabaran dan keikhlasan.
5. Segenap Dosen STAIN Salatiga yang telah memberi motivasi sehingga skripsi dapat selesai.
6. Segenap karyawan perpustakaan STAIN Salatiga, yang memberikan pelayanan yang baik kepada kami.
7. Teman-teman aktivis UKM di STAIN Salatiga, yang telah memberi dukungan, saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat selesai.
Penulis yakin, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat banyak kekurangan. Maka, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari siapa saja. Besar harapan kami, skripsi ini bisa bermanfaat kepada pihak-pihak terkait secara khusus,dan bagi semua pembaca secara umum.
AAMIIN.
S j ’ " ‘ b e r 2007
Ahmad Khoirudin 111 02 059
D A FT A R ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II Metode Kisah Dalam Pendidikan Agama Islam
A. Metode Kisah Dalam Pendidikan Agama Islam
3. Macam-Macam Bentuk Kisah Dan Manfaat Metode Kisah Dalam
B. Pendidikan Agama Islam
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Agama
BAB III Ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung kisah serta terdapat nilai-nilai Pendidikan Agama Islam serta Hadisi Rosulallah yang mengandung kisah atau cerita A. Ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung kisah serta terdapat nilai-nilai
BAB IV M etode kisah dalam Al Qur’an dan Aplikasinya pada Pendidikan Agama Islam.
B. Aplikasi M etode kisah dalam Al Qur’an pada Pendidikan Agama Islam
BA BI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan yang ideal adalah “proses pendidikan yang dikemas dengan memperhatikan adanya berbagai aspek baik itu kognitif, afektif, maupun psikomotor”1. Hal ini berarti bahwa dalam melaksanakan pendidikan, harus tetap mengupayakan terpenuhinya berbagai aspek baik itu koqnitif, afektif maupun psikomotor. Dengan terpenuhinya ketiga aspek tersebut diharapkan akan terbentuk manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia inilah kunci utama dalanj keberhasilan pembangunan dimasa mendatang.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan seharusnya dapat menjadi sarana efektif bagi terciptanya pemahaman yang kritis dan kreatif, menjadi tempat bagi anak didiknya dalam upaya pengembangan dan mengarahkan potensinya agar mampu menjadi generasi mandiri, sehingga mereka tidak selalu tergantung pada orang lain dalam memahami dan memecahkan persoalan atau masalah yang dihadapinya.
Pada realitasnya pendidikan selama ini masih sangat memprihatinkan. Menurut Suyanto “proses pendidikan kita saat ini terlalu mementingkan perkembangan aspek kognitif pada tataran pengetahua* dengan mengabaikan persoalan kreativitas. Proses pengajaran disekolah lebih mementingkan target
1 Suyamto dan Djihad Hasyim, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki
pencapaian kurikulum dibanding penghayatan isi kurikulum secara imajinatif dan kreatif’.2 Hal senada disampaikan oleh H.A.R. Tilaar, bahwa “pendidikan yang beijalan lebih sebagai proses domestifikasi atau penjinakan, yaitu membunuh kreativitas dan menjadikan manusia sebagai robot-robot yang sekedar menerima transmisi nilai-nilai kebudayaan yang ada” .3 Karena anak merupakan modal dasar sumber daya manusia yang memiliki berbagai potensi, sehingga anak sebagai salah satu aset bangsa harus diberdayakan sedemikian rupa agar kelak mampu memunculkan ide-ide kreatif yang dapat dipergunakan untuk kepentingan dan kemaslahatan masyarakat.
Seorang anak yang berada pada tahun-tahun pertama tingkat Taman Kanak- kanak dan Sekolah Dasar tentunya belum mampu membaca (kisah) sendiri dengan baik dan benar, karena ketrampilan mereka yang pertama anak-anak adalah mendengarkan dan menyimak, dan dari situlah mereka menyerap informasi. Menurut hemat penulis, sepatutnyalah penggunaan metode kisah tetap dipertahankan, bahkan bila perlu ditambah porsinya. Dengan metode kisah juga anak akan terhindar dari beberapa kisah yang negatif.
Untuk menghindari asumsi bahwa pendidikan hanya sebagai proses domestifikasi atau penjinakan, maka penulis akan mencoba memasukkan metode kisah sebagai salah satu media untuk mengembangkan imajinasi anak agar tidak
2 Ibid, him. 161 3 H.A.R Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan, Magelang, Indonesia Tera, 2003, him. 90.
3 hanya menjadi robot-robot yang tanpa kreasi tapi sebaliknya dengan kisah anak akan lebih kreatif dan penuh kreasi tanpa mengenyampingkan nilai-nilai yang terkandung dalam kisah tersebut. Karena metode kisah sebagai bagian dari metode-metode pendidikan, sering dilupakan atau tidak banyak digunakan dalam proses belajar mengajar, dengan alasan tuntutan pencapaian target kurikulum yang sarat dengan materi, sehingga metode kisah dianggap kurang relevan lagi untuk digunakan.
Metode Pendidikan Agama Islam telah diletakan dasar-dasarnya oleh Al Qur'an berkenaan dengan tujuan Pendidikan Islam dan materi yang harus diajarkan dalam Pendidikan Agama Islam, adapun salah satu metode dalam pendidikan Islam adalah menggunakan metode kisah atau cerita, metode kisah dalam Al Qur'an adalah untuk memberi dorongan psikologis bagi anak didik.4
Satu sisi, hal ini terlihat wajar, namun bila ditelusuri lebih jauh, ditinggalkanya metode kisah dapat berpengaruh pada kreativitas dan proses pengekspresian diri anak, walaupun pada prinsipnya tidak satupun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam semua bidang studi, karena setiap metode mengajar pasti mempunyai keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan tertentu.
Metode kisah memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor anak. Di samping itu, metode kisah merupakan
4 Dr Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan A l Qur'an, Jakarta,
4 metode yang sangat digemari oleh anak-anak pada usia Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Dasar, kisah (edukatif) juga dapat memotivasi anak untuk mengubah perilakunya sesuai dengan tuntutan dan arahan kisah itu. Melalui dialog tokoh-tokoh yang ditampilkan, seorang anak dapat menyerap berbagai nilai-nilai yang diajarkan, dari situlah budi pekerti dapat tercapai. Bahkan pelajaran matematika yang dianggap sulitpun butuh kisah, karena hal ini akan membuat soal-soal matematika lebih mudah dicerna oleh anak.
Relevansi metode cerita di lingkungan sekolah seolah-olah seperti benar- benar teijadi dengan sesungguhnya. Cerita-cerita yang dimaksudkan merupakan metode yang sangat bermanfaat untuk meyampaikan informasi pelajaran. Maka kewajiban pendidik muslim adalah berkehendak merealisasikan peranannya untuk membentuk sikap-sikap yang merupakan bagian dari tujuan Pendidikan Islam.
Mengenai perlunya metode kisah ini, Muhammad Said Mursi menyatakan bahwa, dengan berkisah dapat merangsang dan menumbuhkan motivasi yang paling tinggi bagi anak. Karena kisah yang disampaikan akan bertahan didalam otak, tidak mudah terlupakan dan dapat menjadikan sebab untuk mengingatkan masalah yang diceritakan, dapat menumbuhkan perasaan senang kepada yang menceritakannya, dan kepada tempat di mana kisah itu disampaikan.5
5 Muhammad Sa’id Mursi, Melahirkan Anak Masya Allah: Sebuah Terobosan Baru Dunia Pendidikan M odem, terj, Muhammad Ali Yahya, Jakarta, CV. Cendekia Sentra Muslim, 2001, him.
32 .
Bahkan Al-Qur’an sendiri memuat berbagai kisah yang mengandung hikmah bagi para pembacanya. Di dalamnya terdapat cerita-cerita tentang kebajikan dan terdapat pula cerita-cerita tentang keburukan/kejahatan. Dari cerita
- cerita tersebut umat manusia diharapkan mampu menangkap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat meningkatkan iman, mempersiapkan moral dan spiritual untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang- orang yang mempunyai akal. Al-Our'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf: i n f
Ayat di atas mengandung pengertian bahwa salah satu media yang digunakan Al-Qur’an untuk membangkitkan dorongan berfikir manusia adalah dengan kisah.
Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman dalam surat Al A'raaf ayat 176 yang berbunyi 6
6 R.H.A Soenaijo, dkk. A l-Q ur’an dan Terjemahnya, Semarang, PT.Kumudasmoro
6
i Z* ' '
S . ' ' f
j j j j j j A -* £ o l j ^ J ^ b j^ l A J ^ .J J j ! jj2»-l b jLi.
^d=>j6
jl c^L ^J_*_k- o! s-^==^^ ^ ji* tiiJ'i C-^L aII p A rtinya: Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajal)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS.AI-A'raaf: 176)'
Sebagai uswatun hasanah (suri tauladan yang baik) Nabi Muhammad SAW, juga menggunakan metode kisah dalam mengembangkan dakwah dan pendidikan terhadap ummatnya. Seringkah Rosulallah memberikan pelajaran kepada para sahabat beliau dengan cara berkisah tentang kehidupan dan kejadian-kejadian di masa lalu, karena menurut beliau metode yang demikian dianggap lebih membekas dalam jiwa-jiwa orang-orang yang mendengarkanya, serta lebih
S menarik perhatian mereka. Kisah dijadikan oleh beliau sebagai alat untuk membantu menjelaskan suatu pemikiran dan mengungkapkan suatu masalah, karena sungguh pada kisah- kisah banyak terkandung pengarahan dan hikmah yang sangat dalam 7
8 7 Al Qur’an MS For Word.
8 Abd Al-Fattah Abu Ghuddah, 40 Strategi Pembelajaran Rosulallah, Yogyakarta, Tiara
7 menumbuhkembangkan semangat berbuat baik dan peringatan, serta tidak lagi memerlukan penjelasan dan keterangan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis termotivasi untuk mengkaji lebih jauh tentang Metode Kisah dalam Al-Qur’an dan Aplikasinya pada Pendidikan Agama Islam.
B. Alasan Pemilihan Judul
1. Semakin ditinggalkannya metode kisah dalam lembaga pendidikan dengan dalih tuntutan perkembangan zaman.
2. Respek anak terhadap sebuah cerita harus dimanfa’atkan secara optimal sebagai media pendidikan.
3. Metode kisah merupakan sebuah metode yang tidak kalah penting dengan metode-metode pendidikan yang lain dalam meningkatkan kreativitas anak.
C. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul skripsi Metode
Kisah Dalam Al-Qur’an dan aplikasinya pada Pendidikan Agama Islam ini, ada baiknya penulis mempertegas beberapa istilah yang terdapat di dalamnya, di antaranya :
1. Metode kisah dalam Al Qur'an Metode kisah ialah suatu penyampaian materi pelajaran dengan cara mengkisahkan kronologis terjadinya sebuah peristiwa baik benar atau terbentuk fiktif saja.9
Metode kisah di sini ialah suatu cara untuk melaksanakan kegiatan kependidikan khususnya penyajian materi pelajaran melalui sebuah kisah. Jadi yang dimaksud metode kisah dalam Al Qur'an adalah bagaimana cara Al Qur'an untuk menjelaskan makna yang tersirat dalam kisah tersebut.
2. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Islam yaitu segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.10 Jadi yang kami maksudkan Pendidikan Agama Islam dalam skripsi ini adalah bagaimana memasukkan nilai-nilai Islam dalam pendidikan dengan cara melalui kisah-kisah dalam Al Qur'an.
3. Al Qur’an Al Qur'an menurut bahasa, ialah : bacaan atau yang dibaca. Al Qur'an adalah " mashdar" yang diartikan dengan arti isim m aful, yaitu " maqm = yang dibaca."11
,1 9 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan M etodologi Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Pers, 2002, him. 163 '° Achmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta, Aditya Media, 1992, him. 20.
11 Chorudin Chadhiri SP, Klasifikasi Kandungan A l Qur ’an, Jakarta, Gema Insani Press,
Ringkasnya dapat dikatakan, bahwa: Al Qur'an itu wahyu Ulahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s. a. w., yang telah disampaikan kepada kita umatnya dengan jalan mutawatir, yang dihukum kafir bagi orang yang
- l') • mengingkarinya. .
Jadi yang dimaksud dengan judul skripsi “Metode kisah dalam Al-Qur’an dan Aplikasinya pada Pendidikan Agama Islam” ini, adalah penelitian untuk mendalami dan menjelaskan ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung metode kisah yang dapat diaplikasikan pada Pendidikan Agama Islam serta nilai-nilai penting metode kisah terhadap Pendidikan Agama Islam.
D. Rumusan Masalah
Atas dasar pemikiran tersebut di atas, maka rumusan masalah yang menjadi pokok penelitian ini adalah :
1. Ayat-ayat apa saja dalam Al Qur’an yang mengandung metode kisah ?
2. Nilai-nilai pendidikan apa dalam ayat Al Qur’an yang mengandung kisah ?
3. Bagaimana aplikasi metode Kisah dalam Al-Qur’an pada Pendidikan Agama Islam ? E. Tujuan Penulisan Skripsi.
Tujuan yang penulis harapkan dalam penulisan skripsi ini, adalah : 1. Untuk mengetahui ayat-ayat dalam Al Qur'an yang mengandung kisah.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam ayat-ayat Al Qur'an yang mengandung kisah. 1
2
12 M Hasbi Ash Shidieqqy,.v<?>rra/? dan pengantar ilmu A l Our'an/tafeir,Jakarta, Bulan Bintang,! 954, hlm.l.
3. Untuk mengetahui aplikasi metode kisah dalam Al-Qur’an pada Pendidikan Agama Islam.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian pustaka, untuk dapat mengambil kesimpulan dari pokok-pokok permasalahan yang penulis analisa, maka penulis mengadakan penelitian kepustakaan (library research)13. Yaitu dengan meneliti kitab-kitab tafsir Al-qur’an dan buku lain yang menunjang pengayaan data penelitian.
2. Teknik Analisis a. Metode Tafsir / maudlu’i.
Tafsir Maudlu’i yaitu tafsir yang dikenalkan oleh Quraish Shihab dari Abdul hay Al Farmawi sebagai metode mempelajari Al-Qur’an. Metode ini digunakan dalam mencari pembahasan ayat-ayat Al-Qur’an dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mendapatkan masalah yang akan dibahas (topik).
2) Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut. 3) Menyusun runtutan ayat yang sesuai dengan masa turunnya, disertai dengan pengetahuan tentang asbabun nuzul.
4) Memahami korelasi ayat tersebut dalam suratnya masing-masing.
13 Sutrisno Hadi, Metode Penelitian Research, Jilid I, Yogyakarta, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, cet XVI, 1989, him. 9
5) Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna. 6) Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang
14 sama . b . Metode pemahaman dan reflektif kontekstual.
Metode ini oleh Noeng Muhadjir dimaksudkan sebagai “cara mencari sesuatu yang tersirat” .1
4 maksud nash Al-Qur’an dan hadist. Sedangkan menurut kami metode ini penulis gunakan sebagai perbandingan dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam.
15 Hal ini digunakan sebagai upaya untuk mendekati
G. Telaah Pustaka.
Kajian-kajian tentang metode kisah dalam Al-Qur’an sebagai bagian dari pendidikan anak dalam Islam sebenarnya telah banyak dibahas, misalnya : Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam keluarga, di sekolah dan di Masyarakat, menyatakan bahwa, salah satu metode yang paling penting dan menonjol dalam pendidikan
Islam adalah melalui kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi.
Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan peran Wahyu dalam kehidupan Masyarakat menyatakan bahwa Tujuan yang; ingin
14 Quraish Shihab, Membumikan Al-Q ur ’an, Bandung, Mizan, 1993, him. 114-115.
15 Noeng Muhadjir, Metodogi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, Rake Sarasin, h a l: 47
dicapai oleh Al-Qur’an adalah membina manusia guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya.16 1
7 Dalam buku ini Quraish Shihab banyak mengupas tentang pembinaan manusia, dengan kata lain pendidikan Al-Qur’an terhadap anak didiknya dilakukan secara bersamaan baik itu dari unsur jasmani, akal, maupun jiwa.
Muhammad Said Mursi, dalam bukunya Melahirkan Anak Masya Allah, Sebuah terobosan Baru Dunia Pendidikan Modem, bahwa metode kisah merupakan salah satu metode mengasyikkan, dan dapat merangsang dan menumbuhkan motivasi, menarik perhatian, pemikiran dan akal anak.17
Hal senada disampaikan oleh Abdul Azis Abdul Majid dalam bukunya
Mendidik Anak Lewat Cerita
menyatakan bahwa “Eksistensi sebuah cerita di sekolah-sekolah dasar merupakan bagian dari masalah pendidikan yang tidak boleh diabaikan” .18
H. Sistematika Penulisan Sekripsi
Untuk mempermudah dan mendapatkan gambaran tentang bahasan yang dilakukan dalam tulisan ini maka akan disampaikan garis-garis besar yang terdiri dari lima bab.
16 Quraish Shihab, Membumikan Al-Q ur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung, Mizan, 1994, him. 173
17 Muhammad Said Mursi, op.cit., him. 116
18 Abdul Azis Abdul Majid, Mendidik Anak Lewat Cerita, Jakarta, Mustaqim, 2003 , him. 17 Bab I : Pendahuluan Bab ini meliputi : Latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penulisan skripsi, metode penelitian, telaah pustaka dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II : Metode Kisah Dalam Pendidikan Agama Islam. A. Metode Kisah Dalam Pendidikan Agama 1. Pengertian Kisah.
2. Metode Kisah Dalam Pendidikan Agama Islam.
3. Macam-macam bentuk Kisah dan manfaat metode Kisah dalam mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
B. Pendidikan Agama Islam.
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam.
2. Macam-macam metode dalam Pendidikan Agama Islam.
3. Faktor-fakor yang mempengaruhi keberhasilan Pendidikan Agama Islam.
Bab III . Ayat-ayat Al Qur'an yang mengandung kisah serta terdapat nilai- nilai Pendidikan Agama Islam serta Hadist Rosulallah yang mengandung kisah atau cerita.
1. Ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung kisah serta terdapat nilai- nilai Pendidikan Agama Islam.
2. Hadist Rosulallah yang mengandung Kisah atau Cerita. Bab IV : Materi Pendidikan Agama Islam dan Aplikasi metode kisah dalam Al Qur’an pada Pendidikan Agama Islam.
1. Materi Pendidikan Agama Islam.
2. Aplikasi metode kisah dalam Al Qur’an pada Pendidikan Agama Islam.
Bab V : Penutup Bab ini memuat kesimpulan, saran-saran dan kata penutup dari penulis.
BAB II Metode Kisah Dalam Pendidikan Agama Islam A. Metode Kisah Dalam Pendidikan Agama Islam.
1. Pengertian Kisah
Menurut Shalah al-Khalidy istilah kisah yang dalam bahasa Arabnya adalah “Al-Qashash ” mengandung beberapa a rti.19 a. Kisah berarti jejak (atsar) Seperti disebutkan dalam firman A lah SWT ( i i • i ^ \ J c . ........................
“........ Lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula ”.20
(QS. Al-kahfi: 64) b. Kisah (al-Qashash) berarti cerita-cerita yang dituturkan (kisah).
Seperti disebutkan dalam firman Allah SWT :
j i ^ ( 3 ^
W ^
I A ii o ! JL 5 y > jt
A rtinya: Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana . (QS. Ali-'lmran : 62)
Kemudian dalam bahasa arab cerita sama dengan bentuk jamak dari yang berarti kisah (cerita)21.
19 Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur ’an; Pelajaran dari Orang-orang terdahulu (
Jakarta. Gema Insani Press, 1999), him 22Secara etimologi cerita adalah “tuturan yang membentangkan bagaimana teijadinya sesuatu hal (peristiwa, kejadian dsb)” atau “karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang dsb (baik yang sungguh-sungguh teijadi ataupun yang hanya rekaan belaka)”22.
Dari berbagai uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa kisah adalah jejak, peristiwa, dongeng , atau cerita yang mengandung ajaran atau pelajaran yang baik, anjuran, teguran, atau peringatan yang baik.
2. Metode Kisah Dalam Pendidikan Agama Islam.
Kisah tentang kejadian, terutama peristiwa sejarah, merupakan metode yang banyak ditemukan di dalam Al Qur’an. Banyak bagian-bagian Al Qur’an berisi cerita kesejarahan atau peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi, atau setidak-tidaknya merupakan bagian yang dianggap cerita.
Metode cerita mengandung arti suatu cara dalam penyampaian materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya suatu hal yang baik yang sebenarnya tetjadi atau rekaan saja. Oleh karena itu Islam sebagai agama yang berpedoman pada Al Qur'an dan Hadist menepis anggapan adanya kisah bohong, karena Islam selalu 2
1
2
2
21 H. Mahmud junus, Kamus Arab Indonesia. ( Jakarta YPPP al-Qur’an) him: 343
22 W. J.S Poerwadarminta, Kamus Umum bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 1985), him 202 berpedoman dari kedua sumber tersebut yang sangat dapat dipercaya, sehingga cerita yang disodorkan terjamin kesahehan dan kebenaranya.23 Dalam Pendidikan Agama Islam, metode cerita banyak digunakanya pada lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam penyampaian materi atau dalam proses belajar mengajar (PBM), karena metode cerita dianggap metode yang paling mudah disampaikan serta materi akan mudah diserap oleh peserta didik ketika suatu penyampaian materi di ikuti dengan cerita, akan tetapi tidak semua materi pelajaran dapat di sertai dengan kisah.
3. Macam-macam Bentuk Kisah dan Manfaat Metode Kisah dalam mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
Berdasarkan isinya, kisah dibedakan menjadi dua, yaitu fiksi dan non fiksi. Kisah fiksi merupakan kisah rekaan atau khayalan (tidak nyata), seperti roman, novel, cerita pendek dan dongeng. Sedangkan kisah non fiksi merupakan kisah yang benar-benar nyata, misalnya sejarah, baik yang menonjolkan tempat, orang atau peristiwa tertentu.
Lebih khusus lagi Abdurrahman An-Nahlawi menggolongkan kisah menjadi dua, yaitu : Kisah Qur’ani dan Kisah Nabawi.
a) Kisah Qur’ani. Yaitu kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Dalam Al-Qur’an ditampilkan seluruh tokoh secara wajar dan obyektif, tanpa dicampuri sikap keji dan dosa, seperti yang dilakukan oleh para penulis cerita. Kisah Qur’ani tidaklah menjauhkan diri dari 23 Arief Armai, Op.Cit, him 160. tabiat manusia, tidak pula melayang-layang di alam malakut saja (khayal) karena kisah itu disajikan sebagai terapi bagi manusia,
b) Kisah Nabawi, kisah ini tidak berbeda dengan kisah Qur’ani, akan tetapi kisah Nabawi lebih banyak berbicara tentang aspek tertentu dari kehidupan susila, sebagai contoh :
1) Menjelaskan pentingnya ikhlas beramal shaleh karena Allah dan bertawasul melalui amal shaleh kepada Allah agar melapangkan berbagai kemelut. 2) Pertama tujuan tak lengkap yaitu tujuan yang masih perlu penjelasan dan penjabaran yang lebih lengkap.
3) Menganjurkan supaya bersedekah dan mensyukuri nikmat Allah. 4) Kisah riwayat Nabawi, dalam hal ini terdapat perbedaan antara ketiga bentuk kisah historis Rasul :
- Pertama, sebagian kisah-kisah riwayat Nabawi merupakan pelengkap, penjelas, dan penjabar apa yang terdapat dalam Al-Qur’an.
- Kedua, sebagian kisah itu tidak seluruhnya memperkatakan Rasulullah SAW, akan tetapi menyangkut aneka peristiwa yang menonjol dari kehidupan sebagian para sahabat pada masa Rasulullah dan ada kalanya peristiwa itu dicatat dalam Al-Qur’an sebagai sebuah contoh.
19
- Ketiga, peristiwa bersejarah dan peperangan Rasulullah SAW adalah kisah yang berkesinambungan dan berkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.24
Kontribusi kisah dalam pembelajaran dapat membantu guru pada penjelasan, penafsiran, dan memudahkan berbagai kesulitan dalam memahami sebuah ilmu pengetahuan serta menambah wawasan siswa. Banyak hakikat (ilmu pengetahuan) yang diketahui anak didik, sehingga seorang guru harus mampu menjelaskan kepada anak didiknya melalui cerita-cerita, hikayat-hikayat untuk memperoleh berbagai hakikat dalam aktivitas kehidupannya.
Menurut Sholeh Abdul Azis, Kisah dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam pembelajaran lebih dikarenakan : Artinya :
1. Mampu menyampaikan informasi dan data-data dengan cara yang enak dan dapat dipercaya.
2. Pendidikan anak merupakan pendidikan yang mendidik perilaku secara benar, yaitu memberi contoh di depan mereka dan membimbing
24 Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan metode Pendidikan Islam dalam Keluarga,
kecenderungan mereka untuk mengikuti, menggerakkan dua sisi keinginan mereka (jasmani dan rohani).
3. Menyebarkan semangat kehidupan dan kreativitas yang stagnan dan baku.25 Di samping itu ada beberapa nilai penting kisah bagi anak, diantaranya :
a. Kisah bermanfaat bagi perkembangan pengamatan, ingatan, fantasi dan fikir anak.
b. Bahan kisah yang baik dan terpilih berguna sekali untuk pembentukan budi pekerti anak c. Bentuk kisah yang tersusun baik dan cara penyajiannya juga baik, akan dapat menambah pengetahuan umum dan perbendaharaan bahasa.26 2
7 Dalam hal yang sama, menurut Moeslichatoen berkisah mempunyai arti penting bagi perkembangan anak-anak, karena melalui kisah kita d a p at:
1. Mengkomunikasikan nilai-nilai budaya.
2. Mengkomunikasikan nilai-nilai sosial.
3. Mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan 4. Menanamkan etos keija, etos waktu, etos alam.
5. Membantu mengembangkan fantasi anak.
6. Membantu mengembangkan dimensi kognitif anak.
'Y! 7. Membantu mengembangkan dimensi bahasa anak.
25 Sholih Abdul A zis,A t-T arbiyah wa Thoriq at-Tadris ( M e s ir: D ar al-Ma’arif, tth ),
hlm.24726 Abu Ahmadi dan Zul Afdi Ardian, Ilmu Jiwa Anak, (Bandung : Armico, 2989), him. 86
27 Moeslichatoen, R. M etode Pengajaran D i Taman Kanak-kanak Jakarta, Rineka Karya. 1999. him 26-27
Adapun manfaat metode kisah dalam Pendidikan Agama Islam diantaranya: a. Dapat memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan b. Dapat memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan, sehingga anak memperoleh informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor anak.
28 d. Memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak. Sesuai dengan manfaat diatas, berkisah mempunyai tujuan untuk memberikan informasi, menanamkan nilai-nilai sosial, moral, keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
B. Pendidikan Agama Islam.
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan terhadap anak didik, agar kelak setelah, selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam serta menjadikannya way of live (jalan kehidupan).2
8
29
28 Ibid, him 168
Untuk membahas tentang pengertian Pendidikan Agama Islam secara tepat maka akan dibahas terlebih dahulu pengertian pendidikan secara umum.
a. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) nomor
20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
”.30
b. George F.Kneller mendefinisikan pengertian pendidikan adalah : “Education is the process of self-realization, in which the self realizes and developing all it’s potentialities”.31 A rtinya:
“Pendidikan ialah suatu proses realisasi diri, dimana seorang individu merealisasikan dan mengembangkan semua potensinya ”.
Sedangkan Pendidikan Agama Islam (PAI) ialah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam, melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam
30 Redaksi sainar Grafika Undang-Undang Sisdiknas no 20 tahun 2003, Jakarta, Sinar
Grafika, C e t l . h a l :231 George F.Kneller, Logic a n d Language o f education, John Willey & Sons inc.New york,
23 hubungan antara kerukunan umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.32
Dalam hal ini Pendidikan Agama Islam sebagai Pelajaran tidak sekedar mengajar atau mentransfer ilmu-ilmu tentang agama kepada peserta didik, tetapi juga berupaya agar ajaran tersebut diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka mempunyai keyakinan dan bertingkah
- laku sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam pedoman umum Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas, bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran serta latihan. Pendidikan Agama Islam yang hakikatnya merupakan sebuah proses itu, dalam perkembanganya juga dimaksudkan sebagai rumpun mata pelajaran yang diajarkan dalam sekolah umum. Jadi Pendidikan Agama Islam dapat dimaknai dalam dua pengertian, yakni: (l)Sebagai sebuah proses penanaman ajaran agama Islam, (2)Sebagai bahan kajian yang menjadi materi proses itu sendiri.33
Implikasi dari pengertain ini adalah bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan komponen yang tidak dapat terpisahkan dari Pendidikan Islam.
32 Zuharini, dkk, M ethodik khusus pendidikan Agam a, Ket. Ke 7. Biro Ilmiah Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, Malang 1981, hal.21.33 Departemen Agama RI, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Agam a Islam Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Pendidikan Agama Islam berfungsi sebagai jalur pengintegrasian wawasan Islam dengan bidang-bidang studi ( Pendidikan ) yang lain. Implikasinya lebih lanjut, Pendidikan Agama harus sudah dilaksanakan sejak dini sebelum anak memperoleh pendidikan atau pengajaran ilmu-ilmu yang lain.
2. Macam-macam metode dalam Pendidikan Agama Islam.
Telah diletakkan dasar-dasar Al Qur’an berkenaan dengan tujuan Pendidikan Agama Islam dan materi yang harus diajarkan dalam Pendidikan
Agama Islam. Peranan metode pendidikan berasal dari kenyataan yang menunjukkan bahwa materi Pendidikan Agama Islam tidak mungkin akan diajarkan, melainkan diberikan dengan cara khusus. Ketidak tepatan dalam penerapan metode ini kiranya akan menghambat proses belajar mengajar yang akan membuang waktu dan tenaga yang tidak perlu34
Dalam dunia proses belajar mengajar yang disingkat menjadi PBM, sebuah ungkapan populer ldta kenal dengan :"metode lebih penting daripada materi". Demikian urgenya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran, sebuah proses belajar mengajar (PBM) bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak mengunakan metode. Karena metode menempati
34 Abdullah Saleh Abdurarahman, Teor-teori Pendidikan Berdasarkan A l Q ur'an,
posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran: tujuan, metode, mated» media dan evaluasi.35 Penjelasan tentang metod^metode yang dapat dipakai dalam
Pendidikan dan pengajaran Pendidikan Agama Islam, sebagai berikut: 1. Metode Pembiasaan.
Dalam Pendidikan Agama Islam, metode pembiasaan merupakan sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama Islam.
Dalam Al Qur'an Allah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan...........(Q.S. An Nissa : 43)
Meminum khamer adalah perbuatan dan kebiasaan yang tidak terpuji. Sebagian diantara kaum muslimin telah menyadari dan membiasakan diri untuk tidak lagi meminum minuman yang memabukkan. Namun masih ditemukan juga sebagian yang lain yang sulit merubah kebiasaan tersebut, sampai-sampai ingin melakukan salatpun mereka melakukan kebiasaan tersebut.36 Oleh karena itu, pendekatan pembiasaan sesungguhya sangat efektif dalam penanaman nilai-nilai positif kedalam diri anak didik, baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pembiasaan dianggap sangat efektif jika penerapanya dilakukan terhadap pesrta didik diusia kecil.
Karena memiliki rekaman atau ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan- kebiasaan yang mereka lakukan sehai-hari. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang paling efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral kedalam jiw a anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya itu kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupanya semenjak ia mulai melangkah keusia remaja dan dewasa.
2. Metode Keteladanan.
Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat sigifikan dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan. Karena secara psikologi, anak didik banyak meniru dan mencontoh perilaku sesosok figurnya termasuk diantaranya adalah pendidik. Oleh karena itu, keteladanan banyak kaitanya dengan perilaku, dan perilaku yang baik adalah tolok ukur keberhasilan pendidikan. Suatu bangsa dikatakan baik jika akhlaq pemimpinya baik.
3. Metode Pemberian Ganjaran
Ganjaran adalah penghargaan yang diberikan kepada anak didik, atas prestasi dan tingkah laku positif dari anak didik. Ganjaran dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap jiw a anak didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progrsif. Disamping itu juga dapat menjadi pendorong bagi anak-anak didik lainya untuk mengikuti anak yang telah memperoleh pujian dari gurunya, bak dalam tingkah laku, sopan santun, ataupun semangat dan motivasinya dalam berbuat yang lebih baik.
4. Metode Ceramah.
Metode ceramah masih banyak dilakukan oleh para pendidik dalam proses belajar mengajar. Metode ceramah ini dapat diartikan sebaai suatu metode di dal am proses belajar mengajar, di mana cara menyampaikan materi pelajara kepada anak didik adalah dengan lisan/penuturan. Metode ceramah memiliki kelebihan dan juga kekurangan, adapun klebihan dari metode ceramah adalah suasana kelas akan lebih tenang karena anak didik focus terhadap guru, sedangkan kekuranganya adalah guru lebih aktif sedangkan murid bersifat pasif.
5. Metode Tanya Jawab.
Metode Tanya jawab adalah penyampaian materi pelajaran dengan cara mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Dalam menggunakan metode Tanya jawab ada beberpa hal yang harus diperhatikan, antara lain jenis pertanyaan, teknik mengajukan pertanyaan, dan memperhatikan syarat-syarat penggunaan metode Tanya jawab sehingga dapat dirumuskan langkah-langkah yang benar.
6. Metode Diskusi.
Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk memecahkan suatu permasalahan yang memerlukan beberapa jawaban alternatif yang mendekati kebenaran dalam proses belajar mengajar. Metode ini bila di gunakan dalam PBM akan dapat merangsang murid berfikir sistematis, kritis dan bersikap demokatis dalam menyumbangkan pikiran-pikiranya imtuk memecahkan sebuah masalah.
Namun metode ini tidak selalu tepat digunakan pada setiap pelajaran, karena metode ini juga memiliki nilai positif dan negatif. Oleh karena itu pendidik hendaknya mampu menggunakan metode ini sesuai dengan situasi dan kondisi yang kondusif.
7. Metode Kisah atau Cerita.
Metode kisah adalah suatu penyampaian materi pelajaraaa dengan cara menceritakan kronologis terjadinya sebuah peristiwa baik benar atau berbentk fiktif saja. Metode Kisah telah di isyaratkan dalam Al Qur'an :
Artinya:
“Kami ceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan
A l Q ur'an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (kami