NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM BUKU SAMUDERA Al-FATIHAH KARYA H BEY ARIFIN SKRIPSI

NILAI DALAM

  

AM BUKU SAMUDERA Al-FATIH

KARYA H BEY ARIFIN

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

Diah Fajar Utami

  

NIM 111-13-267

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

  HID

  IHAH UAN

JUR FAKUL

ULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUA

NILAI DALAM

  

AM BUKU SAMUDERA Al-FATIH

KARYA H BEY ARIFIN

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

Diah Fajar Utami

  

NIM 111-13-267

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

  HID

  IHAH UAN

JUR FAKUL

ULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUA

  

MOTTO

h h

  û]j ûǬiȹ ŴhŲhb ôi;

͵ hƆŠhʄ hŗ ğŮ hŗ ûʼnhŪhȯ j ğĬĭ

Aeʼnžjšhķ ü jķ

  ۦ ƅ h ğĬ‹ mĵhŒhȹ Ŵhųjɉ hūjɉŠhə h`biI ĵhŲ iŋjŧûŤhɆhb = iŋjŧûŤhȬ ğ`j? jŷjķ h]h ûǬiȹ `

  

Artinya

:

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan

(sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik

bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang

mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia

telah tersesat sejauh-jauhnya” (An-Nisa: 116)

  

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi

ini saya persembahkan kepada:

   Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa selalu medo’akan disetiap langkah

  

yang ku tempuh dan senantiasa memberikan dukungan baik secara moral

maupun material.

   Kakak dan adikku tercinta, Dwi Wulan Sari dan Dwi

  Yunita Sari, yang selalu memberi semangat dan cinta yang tulus.

   Sahabat-sahabatku Siti Qomariah, Inna Laila Rahmah, dan Tri Astutik

  

yang selalu memberi motivasi satu sama lain, Semoga jalan yang kita lalui

ini membuahkan hasil sesuai dengan apa yang kita idam-idamkan.

   Teman-teman PAI kelas H mb nida, isti, bastia, nurul, lisa,

  dkk terimakasih untuk pertemuan yang manis dan kekompakan kalian di IAIN Salatiga.

   Tak lupa untuk Dwi S yang selalu ada untuk mendorong, membantu dan memberikan semangat untuk melakukan hal-hal yang positif.

   Dan yang terakhir terimakasih buat teman-teman KKN

  Kiki, Aliya, Wasil, Kunni, Dewi, Arifin, Dhofir dan Aris kalian layaknya keluarga baru yang saling memberi dukungan satu sama lain, semoga apa yang kita cita dan cintakan dapat terwujud sesuai yang diharapkan, Amin.

KATA PENGANTAR

  

ِﻢْﯿ ِﺣﱠﺮﻟا ِﻦﻤْﺣ ّْﺮﻟا ِﷲ ِﻢْﺴِﺑ

  Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera Al- Fatihah Karya H Bey Arifin.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana S1 Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga.

  4. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberi nasehat, arahan serta masukan-masukan yang sangat membantu dan membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

  5. Ibu Rr. Dewi Wahyu Mustikasari, S.S., M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang sabar membimbing dan sabar mendengar keluh kesah perkuliahan.

  6. Seluruh dosen dan petugas administrasi Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung.

  7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  8. Terakhir untuk kampus tercinta IAIN Salatiga, terimakasih telah menjadi bagian terpenting dari perjalanan hidup.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

  Amin Ya Robbal ‘Alamin Salatiga, 31 Desember 2016

  Penulis DIAH FAJAR UTAMI NIM. 111-13-267

  

ABSTRAK

  Utami, Diah Fajar. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera Al-

  Fatihah Karya H Bey Arifin . Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Pembimbing: Dra. Sri Suparwi, M.A. Kata Kunci : Nilai-nilai, Pendidikan, Tauhid, Samudera Al-Fatihah.

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku samudera al-fatihah karya H Bey Arifin. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah 1) Apa saja nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku samudera al-fatihah? 2) Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku samudera al-fatihah karya H Bey Arifin dengan praktik pendidikan masa kini?.

  Penelitian ini bersifat literature (kepustakaan) yang berfokus pada referensi buku dan sumber-sumber yang relevan. Penelitian dilakukan dengan mencermati sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-buku, artikel atau sumber lain yang berkaitan dengan nilai- nilai pendidikan tauhid. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan library research, yaitu penelitian perpustakaan dengan langkah-langkah mengumpulkan buku-buku yang ada relevansinya dengan kajian permasalaan. Dalam hal ini penulis menguraikan teks-teks dalam buku Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan tauhid. Kemudian menjelaskan teks-teks tersebut dan menganalisis penjelasan sesuai dengan rumusan masalah yang ingin dijawab oleh penulis. Dan terakhir menarik suatu kesimpulan sebagai hasil suatu penelitian tentang pokok permasalahan. Dari data- data yang telah diidentifikasi, maka penulis menarik kesimpulan mengenai nilai- nilai pendidikan tauhid.

  Berdasarkan hasil analisis dapat dirumuskan bahwa dalam buku Samudera Al-Fatihah karya H Bey Arifin terdapat nilai-nilai pendidikan tauhid yaitu nilai- nilai ilahiyah, meliputi: iman, islam, ihsan, taqwa, tawakal, syukur, sabar, dan ikhlas. Nilai ilahiyah tersebut relevan dengan praktik pendidikan tauhid masa kini. Hal itu dikarenakan pendidikan tauhid masa kini yang dikaji pokok materinya adalah rukun iman. Dan di dalam kandungan Al-Fatihah banyak sekali mengenai pendidikan tauhid tidak hanya iman saja yang terkandung didalamnya, melainkan juga sikap islam, ihsan, taqwa, tawakal, syukur, sabar, dan ikhlas juga tertuang di dalamnya. Sehingga akan membentuk pribadi seseorang menjadi islam sejati. Selain itu pembelajaran juga dilakukan secara kontinu dan dilakukan secara berulang-ulang.

  

DAFTAR ISI

  LEMBAR BERLOGO ..................................................................................... i JUDUL ............................................................................................................. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... iii PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv DEKLARASI ................................................................................................... v MOTTO............................................................................................................ vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

  BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 7 D. Kegunaan Penelitian............................................................................. 7 E. Penegasan Istilah.................................................................................. 8 F. Metode Penelitian................................................................................. 10

  G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 13

  BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 15 A. Pengertian Nilai Pendidikan Tauhid..................................................... 15 B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid................................................... 17 C. Materi Ilmu Pendidikan Tauhid............................................................ 21 D. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Tauhid.......................................... 30 BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN H BEY ARIFIN ..................................... 33 A. Riwayat Hidup H Bey Arifin ............................................................... 33 B. Karya-karya H Bey Arifin.................................................................... 39 C. Sistematika Penulisan Buku H Bey Arifin ........................................... 43 D. Buku Samudera Al-Fatihah .................................................................. 44 BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM BUKU SAMUDERA AL-FATIHAH ............................................................... 57 A. Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera Al-Fatihah Karya H Bey Arifin .............................................................................. 57 B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera Al-Fatihah dengan Praktik Pendidikan Tauhid Masa Kini................... 77 BAB V PENUTUP........................................................................................... 80 A. Kesimpulan .......................................................................................... 80 B. Saran dan Kritik ................................................................................... 81

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Daftar Pustaka

  2. Riwayat Hidup Penulis

  3. Nota Pembimbing Skripsi

  4. Lembar Konsultasi

  5. Surat Keterangan Kegiatan

  6. Cover Buku Samudera Al-Fatihah

  7. PPT Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tauhid adalah pegangan yang utama dan yang menentukan bagi

  kehidupan manusia, karena tauhid sebagai landasan dari setiap amal yang dikerjakan oleh setiap orang. Seorang manusia akan mendapatkan kehidupan yang hakiki di akhirat apabila amal yang dilakukannya berlandaskan tauhidullah, karena itu adalah tuntutan dari ajaran agama islam (Harun, 2004:3).

  Allah Berfirman:

  ﺢُﻨَﻠَﻓ

ۖ ٗ ٗ ۥ ۡ ٞ ﻦِﻣ ۡ ۡ ٗ ۡ

ة ٰﻮَﯿَﺣ وَأ ٍﺮَﻛَذ ﻦِّﻣ ا ﺔَﺒِّﯿَط ُﮫﱠﻨَﯿِﯾ ﺆُﻣ َﻮُھ َو ٰﻰَﺜﻧُأ ﺢِﻠ َٰﺻ َﻞِﻤَﻋ ﻦَﻣ

  جَأ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ͢ َنﻮُﻠَﻣ ﻊَﯾ ْاﻮُﻧﺎَﻛ ﺎَﻣ ِﻦَﺳ حَﺄِﺑ ﻢُھ َر ﻢُﮭﱠﻨَﯾ ِز ﺞَﻨَﻟ َو

  Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki

  maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (An-Nahl: 97).

  Tauhid tidak hanya sekedar mengenal dan mengetahui bahwa Allah pencipta alam semesta, tidak hanya mengetahui keberadaan dan keesaan- Nya, dan tidak pula mengetahui Asma’ dan sifat-Nya. Hakikat tauhid disini adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Maksudnya adalah menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekuensi dengan mentaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap, dan takut kepada-Nya.

  Tujuan manusia diciptakan adalah untuk bertauhid kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman:

  لٱ ُت ۡ ۡ ۡ ۡ ̹ ِنوُﺪُﺑ ﻊَﯿِﻟ ﱠﻻِإ َﺲﻧِإ لٱ َو ﱠﻦ ِﺟ ﻖَﻠَﺧ ﺎَﻣ َو

  Artinya: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia mealainkan

  supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariat: 56)

  Dari ayat diatas jelas, bahwa Allah menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya. Tidaklah mereka diciptakan untuk besenang-senang dan menghabiskan waktu untuk duniawinya saja. Mereka mengakui adanya Allah, tetapi mereka tidak menjalankan perintah dan bahkan melanggar apa yang dilarang Allah. Selain itu, mereka juga menunda-nunda sholat demi pekerjaannya. Padahal semua itu datangnya dari Allah.

  Lebih lagi pada masa globalisasi seperti saat ini nampaknya tidak dapat terlepas dari berbagai perkembangan kemajuan baik pengetahuan, teknologi, dan informasi serta filsafat dan ideologi. Dalam hal itu, muncul adanya dampak positif dan negatif. Dampak negatif yang dikhawatirkan adalah manusia akan cenderung menganggap satu-satunya yang dapat membahagiakan hidupnya adalah nilai materialnya saja. Sehingga mereka mengesampingkan nilai spritualnya yang sebenarnya berfungsi sebagai penata dan pengatur hidupnya ke jalan yang lurus dan benar.

  Dengan adanya masalah tersebut, maka perlu adanya penanaman tauhid pada setiap individu. Hal tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan tauhid. Pendidikan tauhid dapat diberikan di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga. Di Sekolah kini menerapkan adanya kurikukulum 2013 yang membentuk adanya pendidikan karakter. Dalam pendidikan karakter yang pertama dan utama yang perlu dibentuk adalah pendidikan tauhid itu sendiri. Apabila seseorang sudah memahami pendidikan tauhid dan berkomitmen kepada akidah biasanya terimplementasi dalam bentuk perilaku, moralitas, visi dan pola pikirnya dalam kehidupan yang nyata.

  Dengan demikian semakin dangkal akidah tauhid seseorang semakin rendah pula kadar akhlak, watak dan kepribadian, serta kesiapannya menerima konsep Islam sebagai way of life. Sebaliknya bilamana akidah seseorang telah kokoh, maka itu akan terlihat dalam operasionalnya. Setiap konsep dari islam pasti akan diterima secara utuh dan lapang dada, tanpa rasa keberatan dan terkesan mencari alasan-alasan untuk menolaknya, itulah sikap muslim sejati (Rasyid, 1988:15-16).

  Keutaman Pendidikan tauhid bagi manusia adalah untuk menjadikan manusia yang utuh dan menjadi manusia yang mengabdi kepada Sang Maha Pencipta, menjadi manusia demi manusia yang lain dan alam semesta. Karena pada dasarnya, dalam masa kandungan pada usia tiga bulan sepuluh hari dihembuskan ruh Allah dan sekaligus adanya pengakuan manusia untuk meyakini Allah sebagai Tuhannya. Dan ketika manusia lahir ke dunia telah memiliki potensi-potensi ilahiyah, namun potensi tersebut masih tersimpan dalam diri manusia. Hal itu perlu direalisasikan secara nyata agar manusia mengerti hakekat dan tujuan hidup sebenarnya.

  Sedangkan tujuan pendidikan tauhid menurut Chabib Thoha adalah untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Esa dan untuk menginternalisasikan nilai ketuhanan sehingga dapat menjiwai lahirnya nilai etika insani (Thoha, 1997:72).

  Pokok-pokok pembahasan ilmu tauhid meliputi tiga hal, yaitu

  

ma’rifat al-mabda’, ma’rifat al-wasitah, dan ma”rifat al-ma’ad. Ma’rifat

al-mabda’ adalah mepercayai dengan penuh keyakinan bahwa penciptaan

  alam adalah Allah Yang Maha Esa. Ma’rifat al-wasitah adalah mempercayai tentang para utusan Allah. Ma”rifat al-ma’ad adalah mempercayai adanya kehidupan abadi di akhirat (Ensiklopedi Islam, 2003:90).

  Dalam Skripsi ini penulis akan membahas tentang nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah karya H Bey Arifin.

  Penulis menggunakan buku ini, karena didalam buku ini permasalahan diuraikan secara jelas dan terperinci. Dalam buku Samudera Al-Fatihah berisi tentang penafsiran surat Al-Fatihah. Dalam penulisannya H. Bey Arifin menggunakan pemikiran beberapa tokoh, tetapi beliau juga memberikan pandangannya mengenai ayat yang kemudian dihubungkan dengan berbagai hal seperti: mengenai ilmu astronomi, ilmu biologi, juga mengenai peribadatan seperti pembahasan mengenai bible dan ahlu kitab.

  Dalam buku Samudera Al-Fatihah dijelaskan mengenai berbagai permasalahan, di setiap permasalahan itu membuat seseorang agar ingat dengan kekuasaan Allah. Seperti halnya dalam kutipan berikut:

  “Demikianlah besarnya rahmat Allah yang telah memutar bumi di kelilingi matahari dan memiringkannya ke Utara dan Selatan. Satu rahmat besar yang harus diingat-ingat, jangan hendaknya lupakan saja, agar kita selalu dalam keadaan bersyukur terhadap Allah. Sehingga selalu pula dalam keadaan taat dan patuh menjalankan ibadah yang diperintahkan-Nya. Hanya orang-orang yang tak memikirkan ini semualah yang berat baginya mengerjakan ibadah berupa shalat dan puasa Amat berat baginya untuk membungkukkan badan kepada Allah, tetapi amat ringan membungkuk-bungkukkan badan mengambil bola tennis. Berat baginya sembahyang dan puasa, tetapi ringan saja baginya melakukan gerak jalan ratusan kilometer jauhnya atau mendaki puncak gunung yang tinggi.”

  Dari kutipan itu jelas, bahwasannya Allah penguasa segala alam raya. Allah menciptakan sesuatu dengan sempurna tanpa ada cacat sedikitpun. Apabila Allah tidak memiringkan bumi ke Utara maupun ke Selatan maka tidak akan terjadi pergantian musim. Hal itu menyebabkan manusia tidak dapat bertahan hidup.

  Fenomena dan kejadian di alam ini dapat menyadarkan seseorang untuk selalu mengingat Allah. Begitulah H. Bey Arifin dalam menyajikan buku ini, dengan menyajikan sesuatu yang akan membuat pembacanya untuk selalu kagum kepada Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT. Hal yang demikian akan meningkatkan rasa keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan terbentuklah kekuatan aqidah tauhid dalam diri setiap orang.

  Pendidikan tauhid yang bisa diterapkan kepada peserta didik di sekolah yaitu menjelaskan dengan nyata kejadian nyata atas kebesaran Allah yang telah ditunjukan ini. Apabila pendidikan tauhid hanya dijelaskan melalui cerita saja peserta didik akan ragu dan akan bertanya mengapa yang demikian itu terjadi. Berbeda dengan menunjukkan kejadian yang nyata terjadi di alam ini, peserta didik tidak akan ragu dan yakin bahwa semua itu bersumber dari Allah dan yang patut disembah hanyalah Allah.

  Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menggali nilai- nilai pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah ulasan-ulasan pemikiran H. Bey Arifin dan beberapa tokoh lainnya. Dimana agar selalu berada dalam jalan kebenaran. Untuk itu, maka dalam penelitian ini penulis memberi judul: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM BUKU SAMUDERA AL-FATIHAH KARYA H BEY ARIFIN. Penulis akan berusaha mengulas nilai-nilai pendidikan tauhid yang ada dalam buku Samudera Al-Fatihah. Diharapkan nantinya dapat dijadikan referensi dalam pembimbingan tauhid para pelajar dan juga masyarakat umum.

B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

  1. Apa saja nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al- Fatihah?

  2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah karya H Bey Arifin dengan praktik pendidikan tauhid masa kini?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

  1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung dalam buku Samudera Al-Fatihah.

  2. Menemukan relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah karya H Bey Arifin dengan praktik pendidikan tauhid masa kini.

  D. Kegunaan Penelitian

  Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian, yaitu:

  1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan tauhid. Serta menambah wawasan tentang keberadaan karya sastra yang memuat tentang pendidikan tauhid.

  2. Kegunaan Praktis Penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan, pedoman dan petunjuk bagi para peneliti pendidikan untuk mengembangkan sebuah konsep pendidikan tauhid yang dapat diimplementasikan dalam ranah

  Pendidikan Agama Islam. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan kontribusi ilmiah sehingga dapat dijadikan referensi untuk pengembangan penelitian islam pada khususnya.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari penafsiran dan kesalahpahaman, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut:

  1. Nilai Pendidikan Tauhid Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga preferensinya tercemin dalam perilaku, sikap dan perbuatannya (Maslikhah, 2009:106).

  Pendidikan adalah suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup (Sabdulloh, 2014: 5).

  Tauhid secara harfiah berarti mengesakan atau menyatukan. Kata tauhid, yang dikehendaki disini, tidak lain adalah tahidullah, yang berarti mengesakan Allah, atau dengan kata lain menyatakan bahwa Allah (Tuhan) itu esa, satu, atau tunggal (Ensiklopedi Islam Indonesia, 1992: 933).

  Tauhid menurut pendapat Muhammad Abduh adalah asal makna tauhid ialah meyakini bahwa Allah adalah satu, tidak ada syarikat baginya (Abduh, 1992:3). Keyakinan tentang satu atau Esanya Zat Allah, tidak hanya percaya bahwa Allah ada, yang menciptakan seluruh alam semesta beserta pengaturannya, tetapi haruslah percaya kepada Allah dengan segala ketentuan tentang Allah meliputi sifat, asma dan af ’al-Nya (Zainudin, 1992:1).

  Pendidikan tauhid adalah suatu upaya yang keras dan bersungguh-sungguh dalam mengembangkan, mengarahkan, membimbing akal pikiran, jiwa, qalbu, dan ruh kepada pengenalan (ma’rifat) dan cinta (mahabbah) kepada Allah (Hamdani, 2001:10).

  Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa nilai pendidikan tauhid adalah suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan diri yang diyakini benar oleh stiap orang atau kelompok sehingga dapat menetapkan keyakinan atas keesaan Allah.

  2. Samudera Al-Fatihah Ini adalah buku yang ditulis oleh H. Bey Arifin pada tahun 1966. Buku ini berisi tentang penafsiran tentang surah Al-Fatihah.

  Sistematika yang digunakan adalah pertama mengenai keistimewaan surah Al-Fatihah, yang kedua menerangkan nama-nama surah Al- Fatihah, yang ketiga menafsirkan surat sesuai urutan ayat yang ada dalam surah Al-Fatihah, kemudian penutup dan Bibliografi.

  Dalam menuliskan tafsir ini penulis menggunakan banyak rujukan kitab tafsir maupun kitab hadis dan kitab pendukung lainnya. Seperti tafsir Ibnu Katsir, al-Maraghy, Fi Zhilaalil Quraan, al-Kabiir, Mukhtashar Shahih Muslim, Syarhu Shahih Muslim, dan lain-lain.

  Dari uraian dan tulisan yang ada dalam penafsiran H. Bey Arifin, dapat diketahui bahwa penafsirannya ini menggunakan metode

  tahlili . Dimana penulis memberikan uraian dan keterangan jelas secara terperinci dan urut sesuai ayat per ayat.

  Adapun dalam penafsiran yang dilakukan kerap kali mengutip ayat dan hadis. Akan tetapi berbagai pemikiran baru juga kerap dimasukkan dalam tulisan tafsirnya. Mulai dari pandangannya mengenai ayat yang kemudian dihubungkan dengan berbagai hal, seperti: mengenai ilmu astronomi, ilmu biologi, juga mengenai peribadatan seperti pembahasan mengenai bible dan ahlu kitab.

F. Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (library research), karena yang dijadikan objek penelitian adalah buku karya H. Bey Arifin yaitu Samudera Al-Fatihah.

  Riset Kepustakaan (library research) adalah penelitian yang dilakukan di perpustakaan di mana obyek penelitian biasanya digali lewat beragam informasi kepustakaan berupa buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah, dan dokumen (Zed, 2004:89).

  2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). Sumber data yang digunakan dalam penyusunan proposal ini yaitu sumber data primer, sekunder, dan tersier dengan rincian sebagai berikut: a. Data Primer adalah pustaka yang merupakan penjelasan langsung dari seorang peneliti mengenai kegiatan penelitian yang telah dilakukannya (Anggoro, 2011:2.11). Adapun sumber primer dalam penelitian ini adalah buku Samudera Al Fatihah karya H Bey Arifin yang diterbitkan oleh PT Bina Ilmu.

  b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas data primer. Yaitu buku Mengenal

  Tuhan dan Hidup Sesudah Mati karya H Bey Arifin.

  c. Data Tersier adalah sumber lain yang dapat dijadikan sumber tambahan yang mendukung penelitian ini. Adapun sumber tersier yaitu berbagai literatur yang berhubungan dengan objek penelitian, baik itu berupa transkip, buku, artikel di surat kabar, majalah, tabloid, dan website.

  3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a. Library research (penelitian kepustakaan). Dengan metode ini peneliti mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian.

  b. Literatur yaitu salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menelusuri data historis. Selain itu, literatur juga dapat diartikan sebagai penelitan yang berupa catatan-catatan peristiwa yang sudah berlalu berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah karya monumental buku Samudera Al-Fatihah karya H. Bey Arifin.

  4. Teknik Analisis Data Metode yang digunakan adalah analisis isi, dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.

  Isi dalam metode analisis terdiri atas dua macam, isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007:48).

  Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode isi adalah penafsiran, sehingga peneliti menekankan bagaimana memaknai isi komunikasi, memaknai isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi. Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji isi buku Samudera Al- Fatihah yang mengandung nilai-nilai pendidikan tauhid.

  Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data adalah: a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam buku

  Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan tauhid.

  b. Langkah interpretasi, menjelaskan teks-teks dalam buku

  Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan tauhid.

  c. Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari buku

  Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan tauhid.

  d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari dalam Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan tauhid.

G. Sistematika Penulisan

  Skripsi ini akan ditulis dengan menggunakan sistematika yang terdiri dari 5 bab, antara lain: BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini akan membahas tentang pengertian nilai pendidikan tauhid, dasar dan tujuan pendidikan tauhid, materi pendidikan tauhid, dan internalisasi pendidikan tauhid.

  BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN H BEY ARIFIN. Bab ini menjelaskan tentang biografi penulis H. Bey Arifin yang meliputi riwayat hidup, karya-karyanya, sistematika penulisan buku dan isi pokok buku Samudera Al-Fatihah.

  BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM BUKU SAMUDERA AL-FATIHAH. Bab ini akan membahas tentang nilai pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah dan relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah dengan praktik pendidikan tauhid masa kini.

  BAB V PENUTUP. Menguraikan kesimpulan, kritik dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai diartikan sebagai

  harga, yang dimaksudkan nilai disini adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Dari segi etik nilai diartikan untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, misalkan: kejujuran, nilai yang berhubungan dengan akhlak, nilai yang berkaitan dengan benar dan salah yang dianut oleh golongan atau masyarakat.

  Nilai juga bisa diartikan sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang yang sehingga preferensinya tercemin dalam perilaku, sikap dan perbuatannya (Maslikhah, 2009:106). Nilai mempengaruhi sikap dan perilaku setiap individu. Sehingga nilai bisa dijadikan pedoman hidup untuk membuat suatu kepribadian yang lebih baik, karena nilai itu sesuatu yang sangat dihargai dan dijunjung tinggi.

  Pendidikan adalah salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Secara bahasa pendidikan dari bahasa Yunani, pedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh pelayannya. Dalam bahasa Romawi pendidikan diistilahkan sebagai educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris pendidikan diistilahkan to

  

educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual

(Muhajir, 2000: 20).

  Menurut Langeveld, pendidikan diartikan sebagai setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada pendewasaan anak itu, atau membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. John Dewey memberi batasan pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Banyak pendapat yang berlainan tentang pendidikan. Walaupun demikian, pendidikan berjalan terus tanpa menunggu keseragaman arti (Kadir, 2012: 61).

  Di sini dapat ditarik kesimpulan bahwasannya pendidikan adalah suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup (Sabdulloh, 2014: 5).

  Secara bahasa kata tauhid merupakan bentuk mashdar dari asal kata kerja lampau yaitu: wahhada-yuwahhidu-tauhidan { } اﺪﯿﺣﻮﺗ ﺪّﺣﻮﯾ ـ ﺪّﺣو yang memiliki arti mengesakan atau menunggalkan. Kemudian ditegaskan oleh Ibnu Khaldun dalam kitabnya Muqaddimah bahwa kata tauhid mengandung makna keesaan Tuhan. Maka dari pengertian etimologi tersebut dapat diketahui bahwa tauhid mengandung makna meyakinkan bahwa Allah adalah “satu” tidak ada syarikat bagi-Nya (Mulyono, 2010:13). Syekh Muhammad Abduh mengatakan bahwa:

  Ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah dan sifat-sifat yang wajib ada pada-Nya, dan sifat yang boleh pada- Nya dan sifat yang tidak harus ada pada-Nya (mustahil), ia juga membahas tentang para Rasul untuk menegaskan tugas risalahnya, sifat-sifat wajib yang ada padanya yang boleh ada padanya (jaiz) dan yang tidak boleh ada padanya (mustahil).

  Sedangkan menurut Syekh Husain Affandial-Jisral-Tharablusy menta’rifkan ilmu tauhid yaitu ilmu yang membahas atau membicarakan bagaimana menetapkan aqidah (agama islam) dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan.

  Dalam kajian pendidikan, tauhid adalah suatu upaya yang keras dan bersungguh-sungguh dalam mengembangkan, mengarahkan, membimbing akal pikiran, jiwa, qalbu, dan ruh kepada pengenalan (ma’rifat) dan cinta (mahabbah) kepada Allah (Hamdani, 2001:10).

  Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa nilai pendidikan tauhid adalah suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan diri yang diyakini benar oleh setiap orang atau kelompok sehingga dapat menetapkan keyakinan atas keesaan Allah.

B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid

1. Dasar Pendidikan Tauhid

  a. Al-Qur’an

  Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan tauhid.

  Misalnya dalam surah Luqman ayat 13, menerangkan kisah Luqman yang mengajari anaknya tentang tauhid yaitu:

  ِﮫِﻧ ﻖُﻟ َلﺎَﻗ ۖ ۡ ۡ ۥ ۦ ۡ ۡ ۡ ﱠنِإ ˶͉๡Խ˶Α ك ِر ﺶُﺗ َﻻ ﱠﻲَﻨُﺒَٰﯾ ُﮫُﻈِﻌَﯾ َﻮُھ َو Ώ˶ڈ ˵Ϧ Ի˴ϣ ذِإ َو ﻞُﻈَﻟ َك ﺮِّﺸﻟٱ

  ٞ ۡ ۡ ̎ ﻢﯿِﻈَﻋ ٌم

  Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada

  anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepada anaknya: “Hai anakku, janganlah kamu memepersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar

kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13 )

  Pengajaran yang disampaikan Luqman kepada anaknya, merupakan dasar pendidikan tauhid yang melarang berbuat syirik, karena pada hakekatnya pendidikan tauhid adalah pendidikan yang berhubungan dengan adanya Allah dengan keesaan-Nya, sehingga timbul dalam ketetapan dalam hati untuk tidak mempercayai selain Allah. Kepercayaan itu dianut karena kebutuhan (fitrah) dan harus merupakan kebenaran yang ditetapkan dalam hati sanubarinya.

  b. Hadis

  Hadis merupakan dasar kedua setelah Al-Qur’an. Hadis berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia dan untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Inilah tujuan pendidikan yang dirancangkan dalam Al-Qur’an.

  Dalam sejarah pendidikan Islam, Nabi Muhammad Saw telah memberikan pendidikan secara menyeluruh di rumah- rumah dan di masjid-masjid. Salah satu rumah sahabat yang dijadikan tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama adalah rumahnya Arkam di Mekkah, sedang masjid yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran adalah masjid Nabawi di Madinah.

  Adanya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan dilanjutkan oleh pengikutnya, merupakan realisasi Nabi Muhammad sendiri. Adapun hadis yang berkaitan dengan pendidikan tauhid ialah: “Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw.

  bersabda “tidak ada orang anakpun kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” (HR.

  Muslim).

2. Tujuan Pendidikan Tauhid

  Setiap kegiatan, apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar selalu dihadapkan pada tujuan yang ingin dicapai. Bagaimanapun, segala sesuatu yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian, tujuan merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap kegiatan, termasuk kegiatan pendidikan. Cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai harus dinyatakan secara jelas sehingga semua pelaksana dan sasaran pendidikan memahami atau mengetahui suatu proses kegiatan seperti pendidikan, bila tidak mempunyai tujuan yang jelas untuk dicapai, maka prosesnya akan menjadi kabur (Kadir, 2012: 81).

  Tujuan pendidikan dalam arti khusus adalah membawa anak kepada kedewasaannya, yang berarti bahwa ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan tentang fungsi dan tujuan pendidikan sebagai berikut:

  Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

  Tujuan tersebut merupakan tujuan pendidikan secara makro yang sangat luas, menyangkut taraf hidup manusia yang ingin dicapai oleh suatu masyarakat, atau suatu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.

  Sedangkan ilmu tauhid bertujuan untuk mengesakan Tuhan, baik Zat-Nya, sifat-sifat maupun perbuatan-Nya, tanpa ada sekutu bagi-Nya. Selain itu, ilmu tauhid memberikan dasar dan landasan mental (basic mentality) yang kuat bagi keimanan seseorang muslim terhadap ke-esaan Tuhan sebagai satu-satunya Pencipta alam (Tauhid Rububiyah) dan satu-satunya sesembahan dalam ibadah (Tauhid Uluhiyah).

  Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya tujuan pendidikan tauhid adalah tertanamnya akidah tauhid dalam jiwa manusia secara kuat, sehingga nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran agama islam.

C. Materi Pendidikan Ilmu Tauhid

  Agama Islam seperti pokok kayu, rukun iman sebagai urat atau akar, sedangkan rukun islam sebagai batang, dahan, dan ranting.

  Dengan demikian, rukun iman mempunyai kedudukan yang jauh lebih penting dari rukun islam. Bila akar kayu tidak hidup, tidak kuat, tidak terunjam jauh ke perut bumi, maka akibatnya pokok kayu itu akan merasa hidup atau mati. Begitulah keadaan orang islam yang tidak beriman, atas lemah imannya karena tidak dipupuk dipelihara, agamanya akan merana, tidak ada perhatian dan kegiatan padanya untuk melakukan ibadah yang dinamakan rukun islam yang lima. Orang yang beragama Islam yang tidak melakukan ibadah adalah agamanya ibarat pokok kayu yang tidak berubah. Tidak ada usaha yang pantas dilakukan, selain usaha-usaha yang memperkokoh keimanan, yaitu usaha mempuk dan menyuburkan keimanan.

  Untuk memupuk keimanan diperlukan adanya pendidikan tauhid. Karena tauhid adalah inti ajaran umat islam. Materi yang terkait dengan pendidikan tauhid , yaitu:

  1. Adanya wujud Allah Berbicara tentang Tuhan, pertama kita perlu yakin terlebih dahulu tentang adanya Tuhan. Marilah kita mencoba menyetir atau membimbing jalan pikiran kita masing-masing, untuk dapat mempercayai tentang adanya Tuhan.

  Sebelum lahirnya Nabi Isa dan Nabi Muhammad Saw., sudah banyak ahli-ahli pikir (philosophers) yang dengan akal dan pikiran mereka sudah membenarkan adanya Tuhan dengan berbagai caranya. Ada 4 macam dalil (preuve) yang mereka gunakan untuk menetapkan adanya Tuhan: a. Preuve Metaphisique, yaitu dalil-dalil yang berupa akal semata.

  Menurut akal, alam yang maha luas yang terdiri dari bumi, matahari, bulan, dan berjuta-juta bintang, tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Jangankan bumi atau matahari yang begitu besar, seekor nyamuk atau sehelai bulu hidung sekalipun tidak akan terjadi dengan sendirinya. Pasti ada yang menjadikan atau menciptakannya yaitu Tuhan.

  Alam ini adanya karena diciptakan: maka alam ini bersifat tidak sempurna. Sedangkan Tuhan menciptakan alam, maka Dia bersifat sempurna. Sebab itu, Tuhan adalah ghaib untuk kita. Maka tidaklah heran jika masih ada manusia yang belum percaya adanya Tuhan.

  b. Preuve Phisique, yaitu dalil-dalil yang terdiri dari alam (Phisica).

  Yaitu dalil-dalil yang pertama kali dipakai oleh Abul Huseil Al- Allaf, seorang ahli dalam mahzab Mu’tazilah, pengikut Wasil bi Atha.

  Dia mulai dalil ini dengan teori Atom. Bahwa alam ini baik yang berupa benda padat, benda cair atau benda gas dapat dibagi-bagi sampai bagian yang terkecil yang disebut molekul. Molekul-molekul itu saling tarik-menarik, maka terjadilah benda itu. Tiap molekul itu terdiri dari atom-atom dan tiap atom berputar di sekitar atom lainnya. Dari perputaran atom inilah timbul kekuatan tarik-menarik antara molekul-molekul. Jika atom tidak berputar, tidak ada kekuatan tarik-menarik maka tidak akan ada satu benda pun di alam ini. Di sini timbul pertanyaan:

  Siapakah yang memutarnya (primier moteur- atau penggerak pertamanya?

  Yaitu Tuhan. Jadi Tuhan pasti ada.

  c. Preuveu Teleologique, yaitu dalil yang diambil dari susunan dan keindahan alam. Yang dimaksudkan dalil ini adalah: Di dalam alam ini ada susunan dan perputaran yang amat bagus, susunan yang amat indah. Dengan teratur sekali bumi mengitari matahari dalam waktu 365 hari 5 jam 49 menit dan 12 detik, bulan mengitari bumi waktu 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik. Semua itu tentu ada yang menjalankan dan mengatur. Bulan, bintang, dan matahari tentu ada Dieu Organisateur (Yang Maha Pengatur).

  Yaitu Allah. Jadi Tuhan pasti ada.

  d. Preuveu Morale, yaitu dalil yang diambil dari moral atau akhlak.

  Penjelasannya: Alam besar atau kosmos begitu indah dan teratur jalannya, tetapi kenapa tampak ketidakberesan dalam kehidupan alam kecil (manusia di dunia ini), kenapa ada manusia yang hidupnya senang dan menindas dan ada pula manusia yang hidupnya sengsara dan ditindas.

  Tidak ada keadilan dalam kehidupan manusia di dunia ini. Dilihat kebijaksanaan Allah dalam mengatur alam besar, maka pasti tiap macam penganiayaan ada Pengadilan Tertinggi di kemudian hari yang akan membereskan segala yang tidak beres itu. Pasti ada pemberes, yaitu Tuhan.

  Bagaimana caranya Tuhan sendiri berkata pada manusia, agar kita percaya dan ingat kepada Tuhan? Firman Allah, Surat Ad-Dahru ayat 1-4:

  ۡ ۡ ٔ ٗ ۡ ۡ ٞ ۡ ۡ ﻞَھ ̂ ا ًرﻮُﻛ ﺬﱠﻣ ا ﻲَﺷ ﻦُﻜَﯾ هﱠﺪﻟٱ َﻦِّﻣ

  ﺎﱠﻧِإ ﻢَﻟ ِر ﻦﯿ ِﺣ ِﻦَٰﺴﻧِإ لٱ ﻰَﻠَﻋ ٰﻰَﺗَأ ﺐﱠﻧ لٱ ﺎَﻧ ﻖَﻠَﺧ ۢ ۡ ۡ ٖ جﺎَﺷ ۡ مَأ ٍﺔَﻓ ۡ ۡ ۡ ا ًﺮﯿ ِﺼَﺑ ا

َﻊﯿِﻤَﺳ ُﮫَٰﻧ ﻞَﻌَﺠَﻓ ِﮫﯿِﻠَﺗ ﻂﱡﻧ ﻦِﻣ َﻦَٰﺴﻧِإ

ﺎَﻧ ﺪَﺗ عَأ

  ۡ ۡ ٗ ۡ ﺎﱠﻧِإٓ ̄ ا ًرﻮُﻔَﻛ ﺎﱠﻣِإ َو ا ﺮِﻛﺎَﺷ ﺎﱠﻣِإ َﻞﯿِﺒﱠﺴﻟٱ ُﮫَٰﻧ يَﺪَھ ﺎﱠﻧِإ ̃ ﻞَٰﻟ ﻞِﻟ ٗ ۡ ۡ

  ̅ ا ًﺮﯿِﻌَﺳ َو ا غَأ َو ْ َﻼِﺴَٰﻠَﺳ َﻦﯾ ِﺮِﻔَٰﻛ

  Artinya: “(1) Bukankan sudah berlalu atas manusia suatu masa

  dimana manusia itu tidak (belum) ada? . (2) Sesungguhnya kami ciptakan manusia itu dari setetes (mani) yang bercampur, yang kami cobai begitu rupa, sehingga menjadi manusia, yang akhirnya dapat melihat dan mendengar . (3) Sesungguhnya kepada manusia itu dalam hidupnya di dunia ini kami beri petunjuk jalan

  . Ada

  (berupa agama yang benar, agar jangan tersesat) diantara manusia itu yang bersyukur kepada Allah, tetapi ada pula yang lupa saja (tidak pandai membalas budi, malah kufur tidak percaya kepada Allah) . (4) Terhadap manusia yang lupa atau kufur itu, kami sediakan rantai, belenggu, dan api neraka yang menyala.”

  Di dalam ayat-ayat ini, Allah mengajak manusia, untuk mengingat dan mengenang akan kejadian diri kita masing- masing. Kita diperingatkan oleh Allah untuk mengingat dan mengenangkan sesuatu yaitu pertama, kita harus sadar, bahwa masing-masing kita manusia yang ada sekarang ini dulu tidak ada. Kedua, supaya kita coba mengingat bagaimana cara Tuhan menciptakan diri kita masing-masing. Ketiga, setelah mengenang itu semua, Allah mengajak kita untuk bersyukur dan berterimakasih, jang lupa terhadap Allah, seperti batu jatuh ke lubuk, tidak pernah muncul.