DINAMIKA KEPRIBADIAN TOKOH-TOKOH UTAMA DALAM NOVEL 3 CINTA 1 PRIA KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO : KAJIAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

DINAMIKA KEPRIBADIAN TOKOH-TOKOH UTAMA DALAM NOVEL

3 CINTA 1 PRIA

  KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO :

KAJIAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

Skripsi

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

  

Oleh

Yustinus Wendi Setiadi

NIM : 054114007

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

  

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

DINAMIKA KEPRIBADIAN TOKOH-TOKOH UTAMA DALAM NOVEL

3 CINTA 1 PRIA

  KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO :

KAJIAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

Skripsi

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

  

Oleh

Yustinus Wendi Setiadi

NIM : 054114007

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

  

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Sang Juruselamat Yesus Kristus untuk kecintaan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik untuk memenuhi dan melengkapi syarat guna mencapai gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Terselesaikannya skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang membantu penyusunan skripsi selama ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Ibu S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum selaku dosen pembimbing I, kritikan dan ungkapan ibu di meja kerja, menjadi tabungan pemikiran bagi penulis.

  2. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M. Hum selaku dosen pembimbing II, kata- kata yang lugas, itu yang selalu tersirat dalam diri ibu.

  3. Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum selaku dosen penguji skripsi.

  4. Seluruh dosen Sastra Indonesia, tempat bernaung bagi penulis untuk belajar.

  5. Dewi, istriku tercinta; untuk kesetiaanmu dan kasih sayangmu, endapkan sepi-sepiku, genangkan cintaku.

  6. El, anakku, buah hatiku; kehadiranmu, tangismu, keceriaanmu, dan duniamu, menjadikan nuansa batin untuk Papa, malaikat kecilku.

  7. Sigmund Freud, Yustinus Semiun, E. Koeswara, dan K. Bertens yang telah menjadi perantara pengetahuan mengenai teori-teori kejiwaan bagi penulis untuk ikut menjelajahi alam ketidaksadaran.

  8. Teman-teman angkatan 2005; untuk derap langkah dan perjuangan kita yang dimulai pertengahan tahun 2005 untuk suatu cita-cita.

  9. Semua karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, baik di Perpustakaan Mrican dan Perpustakaan Paingan untuk pelayanannya selama ini.

  10. Para staf Sekretariat Sastra atas pelayanannya bagi penulis untuk minta ini dan itu.

  Penulis telah berupaya mengerjakan skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun rasanya, tak ada gading yang tak retak. Kesemuanya ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis semata. Untuk merekatkannya kembali keretakan itu, penulis sangat membutuhkan masukan dan kritik yang membangun demi perkembangan dan kemajuan khazanah sastra di masa mendatang. Dari kekurangan yang ada pada skripsi ini, diperoleh juga sedikit manfaat bagi pihak yang menaruh minat pada permasalahan yang sejenis.

  Penulis

  

endapan kenangan : yang kurindu yang kunanti

kamu t’lah membuatku terpasung dalam ingatan

kamu tahu…

aku s’lalu menunggu kedatanganmu…

untuk melihat kamu…

untuk mendengar suaramu…

merasakanmu saat tidak di dalam hati…

dari kerinduan dan penantian

  satu sisi sebuah napak tilas K .21 K .41 K .42 K .43 skripsi ini, sampai kuperoleh gelar ini, kupersembahkan untuk:

  Bapak dan Mamak di Sintang Kalimantan Barat.

  Kegigihan kalian dalam mendidikku dan menghidupiku, membentuk kepribadianku yang tangguh sebagai orangtua saat ini untuk anak-anakku.

  

ABSTRAK

Setiadi, Yustinus Wendi. 2012. Dinamika Kepribadian Tokoh-tokoh Utama

Dalam Novel 3 Cinta 1 Pria Karya Arswendo Atmowiloto Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Novel 3 Cinta 1 Pria adalah salah satu novel Arswendo yang sarat dengan persoalan kepribadian yang kompleks. Dinamika kepribadian sebagian besar diatur oleh keperluan memuaskan kebutuhan-kebutuhan dimana peran lingkungan tidak disangsikan lagi sangatlah penting. Pengaruh lingkungan terhadap kepribadian ditunjukkan oleh fakta, disamping bisa memuaskan atau menyenangkan individu, lingkungan bisa memfrustrasikan, tidak menyenangkan, dan bahkan mengancam atau membahayakan individu. Hal itu dinarasikan melalui tokoh-tokoh utama dalam novel 3 Cinta 1 Pria karya Arswendo yang mengalami naluri dan kecemasan, yang secara otomatis menyiratkan penyaluran dan penggunaan energi psikis dan mekanisme pertahanan ego. Penulis menggunakan metode analisis untuk menguraikan objek penelitian, metode penelitian deskriptif untuk menjelaskan dan penyajian hasil penelitian.

  Untuk penelitian ini, penulis menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Teori tersebut memandang kepribadian manusia dibangun atas tiga struktur, id, ego, dan superego. Berdasarkan struktur tersebut, dalam teks novel 3 dapat diketahui adanya dinamika kepribadian yang dialami tokoh-

  Cinta 1 Pria

  tokoh utamanya secara komprehensif. Dalam hal ini penulis menemukan keterkaitan antara mimpi dan lupa nama yang mempengaruhi dinamika kepribadian tokoh-tokoh utamanya.

  Tokoh Bong dan tokoh Keka dalam novel 3 Cinta 1 Pria karya Arswendo, menampakkan adanya mimpi dan lupa nama yang mempengaruhi dinamika kepribadiannya. Mimpi pertama tokoh Bong adalah keinginan yang tidak disadari yang berasal dari ingatan- ingatan di masa kecil. Mimpi keduanya merupakan pengaktifan kembali endapan memori tokoh Bong di masa lampau. Pada mimpi pertama tokoh Keka, tampak jelas keinginan seksual tokoh Keka terhadap Bong sebagai bentuk represi yang ditekan oleh ayah semasa kecilnya yang kemudian menjadi mimpi. Sedangkan pada mimpi keduanya, merupakan keseimbangan energi psikis Keka terhadap penyakitnya untuk terus hidup. Bentuk usaha tokoh Bong untuk melupakan nama adalah main asmara tahap pendahuluan bagi kesenangan seksual tokoh Bong yang direpresi. Sedangkan tokoh Keka yang melupakan namanya sendiri karena akibat kompromi mental sebagai bentuk pelampiasan hasrat seksualnya akibat represi dari sang ayah. Dari hasil analisis mimpi dan lupa nama, diperoleh keterkaitan dengan pengalihan keinginan pengarang yang merupakan ketidaksadaran Arswendo sebagai pengarang.

  Dalam pembahasan dinamika kepribadian, diperoleh gambaran mengenai naluri dan kecemasan tokoh-tokoh utamanya. Tokoh Bong dan tokoh Keka mengalami kompleksitas naluri kehidupan dan kematian yang secara berputar dan tokoh Keka mengalami kecemasan moral, kecemasan realistik, dan kecemasan neurosis.

  

ABSTRACT

Setiadi, Yustinus Wendi. 2012. Personality Dynamics of Main Characters in

The Novel of 3 Cinta 1 Pria Writen By Arswendo Atmowiloto Adapt

  Sigmund Freud’s psychoanalysis Approach. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program, Indonesian Literature

Department, Faculty of Literature, Sanata Dharma University.

  The novel of 3 Cinta 1 Pria is one of Arswendo’s novels which is full of complicated personal conflicts. The personality dynamics are mostly determined by the need to satisfy any necessity in which the role of environment is undoubtedly considered to be a very important thing. The environmental influences over the personality are shown by the fact that instead of giving satisfactory or pleasure to the individuals, environment can frustrate them, make them unhappy, and even threaten or endanger them. It is narrated throught the main characters in the novel of 3 Cinta 1 Pria, written by Arswendo, who have experienced instinct and anxiousness that automatically imply the channelization and the use of psychological energy and ego defense mechanism. The writer uses analysis method to analyze research object, and descriptive research method to explain and provide the research result.

  For this research the writer applies Sigmund Freud’s psychoanalysis theory. The theory sees human’s personality is built of 3 structures; id, ego, and superego. Based on the structures it can be seen in the novel 3 Cinta 1 Pria that there are personality dynamics experienced comprehensively by the main characters. Here the writer finds relationship between the dream and forgetfullness about name that affects personality dynamics of the main characters.

  The characters of Bong and Keka in the novel 3 Cinta 1 Pria, written by Arswendo, show that there are the dream and forgetfullness about name affecting their personality dynamics. The first dream of the main characters Bong is his unrealizable wish coming from the memories of his childhood. The second dream is reactivation of Bong’s memories of the past. In the first dream it can be clearly known that Keka’s passion for Bong is the repression done by his father in the childhood and then it becomes the dream. While in the second dream it is illustrated that Keka has psychological balance to fight against her illness to stay alive. Bong tries to forget his name by having love affair at the preface level for his repressed sexual desire. Keka forgets her own name because of mentally compromise as the implication of her sexual desire repressed by her father. From the analysis of dream and the forgetfullness about name we can find that the writer wants to.

  The discussion of personality dynamics is about instinct and anxiousness of the main characters. The characters of Bong and Keka experience instinct complexity in life and death that is rotary and continuously occurs in human’s life. Keka and Bong have moral anxiousness, realistic one, and neurosis one.

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ...…………………………………………………………… i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ..………………………………... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ..……………………………………... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...………………………... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...…………………. v KATA PENGANTAR ..………………………………………………………… vi PERSEMBAHAN ...…………………………………………………………… viii ABSTRAK ..…………………………………………………………………….. ix

  ……...………………………………………………………………. xi

  ABSTRACT

  DAFTAR ISI ……………………………...……………………………………. xii

  BAB I PENDAHULUAN ………………..……………………………………… 1

  1.1 Latar Belakang ………………..……………………………………... 1

  1.2 Rumusan Masalah ………………………...…………………………. 4

  1.3 Tujuan Penelitian ……………………………..……………………... 4

  1.4 Manfaat Penelitian …………………………..………………………. 4

  1.5 Tinjauan Pustaka …………………………..………………………… 4

  1.6 Landasan Teori ………………………………...…………………….. 5

  1.6.1 Mimpi …………………………...…………………..…… 6

  1.6.2 Lupa Nama …………...……………………..…………… 7

  1.6.3 Dinamika Kepribadian ……………………...…………… 7

  1.6.3.1 Naluri ………………………...…………………... 8

  1.6.3.2 Penyaluran dan Penggunaan Energi Psikis …….... 9

  1.6.3.3 Kecemasan ………………..……………………. 10

  1.6.3.4 Mekanisme Pertahanan Ego ………………...….. 12

  1.7 Metode Penelitian ...………………………...……………………… 13

  1.7.1 Metode Pengumpulan Data ……..……………………… 13

  1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data …………………. 14

  1.8 Sistematika Penyajian ……………………………………………… 14

  BAB II MIMPI DAN LUPA NAMA DALAM NOVEL KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO …...……... 16

  3 CINTA 1 PRIA

  2.1 Pengantar …………………………………………………………… 16

  2.2 Mimpi …………..…………………………………………………... 17

  2.2.1 Mimpi ya ng Dialami Tokoh Bong ……………………….. 19

  2.2.2 Mimpi ya ng Dialami Tokoh Keka ……………………….. 23

  2.3 Lupa Nama …………………………...…………………………….. 27

  2.3.1 Lupa Nama yang Dialami Tokoh Bong ………………...... 28

  2.3.2 Lupa Nama yang Dialami Tokoh Keka ……..…………… 30

  2.4 Mimpi dan Lupa Nama sebagai Pengalihan Keinginan Arswendo …………………………………………………..………. 31

  2.5 Ra ngkuman ………………………………………………………… 33

  BAB III DINAMIKA KEPRIBADIAN TOKOH-TOKOH UTAMA DALAM NOVEL 3 CINTA 1 PRIA KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO ….…………………………………..……………… 35

  3.1 Pengantar ....………………………………………………………… 35

  3.2 Dinamika Kepribadian Tokoh Bong ……………………………….. 39

  3.2.1 Naluri Tokoh Bong ………………………………………. 41

  3.2.1.1 Naluri Kehid upan-Kematian-Kehidupan- Kematian-Kehidupan-Kematian Tokoh Bong ……………...…………………….. 41

  3.2.2 Kecemasan Tokoh Bong …………………………………. 49

  3.2.2.1 Kecemasan Moral Tokoh Bong ………………... 49

  3.2.2.2 Kecemasan Realistik Tokoh Bong ……………... 51

  3.2.2.3 Kecemasan Neurosis Tokoh Bong ……………... 52

  3.3 Dinamika Kepribadian Tokoh Keka ………………………..……………… 53

  3.3.1 Naluri Tokoh Keka ………………………………...……... 54

  3.3.1.1 Naluri Kehidupan-Kematian-Kehidupan- Kematian-Kehidupan-Kematian Tokoh Keka ……………………...…………….. 54

  3.3.2 Kecemasan Tokoh Keka …………………………………. 59

  3.3.2.1 Kecemasan Moral Tokoh Keka ………………… 59

  3.3.2.2 Kecemasan Realistik Tokoh Keka ……………... 60

  3.3.2.3 Kecemasan Neurosis Tokoh Keka ……………... 60

  3.4 Rangkuman ………………………………………………………… 61

  BAB IV PENUTUP ……………………………………………………………. 63

  4.1 Kesimpulan ……………………………………………………….... 63

  4.2 Saran ………………………………………………………………... 67 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 69 LAMPIRAN ……………………………………………………………………. 70

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Sebagai bagian dari karya sastra, teks dalam novel berusaha mengungkapkan dan menceritakan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang terdapat di dalamnya, termasuk teks dalam novel 3 Cinta 1 Pria (selanjutnya disingkat 3C1P) karya Arswendo Atmowiloto (selanjutnya disebut Arswendo).

  Teks tersebut menarasikan kehidupan tiga orang wanita dan satu orang pria yang sarat dengan persoalan kepribadian. Hal itu karena tokoh-tokoh dalam novel 3C1P memiliki kemerdekaan karena dicip takan dengan mempertimbangkan kompleksitas dinamika kepribadian. Oleh sebab itu, teks novel Arswendo seolah- olah hidup, berperilaku, dan berpikir atas kemauannya sendiri.

  Dinamika kepribadian dalam penelitian ini dianggap sebagai salah satu bentuk dari upaya karya sastra merekam gejala kejiwaan yang terungkap melalui perilaku tokoh-tokohnya. Oleh sebab itu, perilaku yang tercermin dari ucapan dan perbuatan dianggap sebagai data atau fakta empiris yang menjadi penunjuk kejiwaan sang tokoh (Siswantoro, 2005 : 31). Tokoh-tokoh dalam novel 3C1P karya Arswendo dengan demikian dapat diasumsikan menampilkan dinamika kepribadian sebagai bagian dari latar belakang kejiwaan yang dipengaruhi oleh usaha tokoh-tokoh tersebut dalam memuaskan kebutuhannya.

  Pemahaman terhadap kepribadian tokoh dalam suatu karya sastra merupakan tujuan dari psikologi sastra (Ratna, 2004 : 342). Analisis dinamika kepribadian tokoh dalam psikologi sastra dapat dianalisis menggunakan kajian psikoanalisis Sigmund Freud. Hal itu karena pemahaman terhadap situasi kejiwaan yang berhubungan dengan dinamika kepribadian tokoh berkaitan dengan fungsi deskriptif, menguraikan serta menerangkan, yang merupakan ciri dari teori psikoanalisis (Koeswara, 1991 : 6).

  Selanjutnya, Milner (1992 : xiii) menyebutkan dua alasan kedekatan teori psikoanalisis dengan sastra, sehingga teori tersebut menurut penulis dapat digunakan untuk mengkaji secara komprehensif dinamika kepribadian dalam novel 3C1P karya Arswendo. Pertama, psikoanalisis adalah suatu metode interogasi tentang kejiwaan manusia yang bekerja dengan mendengarkan pasien. Dengan demikian, karya sastra dalam psikoanalisis diasumsikan sebagai tuturan pasien yang berhubungan dengan ketidaksadaran manusia. Kedua, Freud menjadikan mimpi, fantasi, dan mitos dalam khasanah kesusastraan dipandang sebagai bagian dari imajinasi sehingga menimbulkan keterkaitan antara cara kerja psikoanalisis dan terciptanya karya sastra. Selain sebab-sebab yang telah disampaikan Milner, kajian psikoanalisis Freud dipilih karena adanya pembagian struktur kepribadian manusia dalam id, ego, dan superego dalam psikoanalisis yang menyebabkan proses-proses dalam dinamika kepribadian dalam diri tokoh dapat dideskripsikan dengan jelas.

  Novel 3C1P karya Arswendo menceritakan sekelumit percintaan antara Bong dan Keka, percintaan mereka berdua tidak berakhir sampai pernikahan.

  Yang tak biasa, Keka kemudian memberi nama anak perempuannya Keka juga. Ternyata Keka generasi kedua ini tertarik pada Bong, walau ia hamil dengan lelaki lain. Bong menyelamatkan bayi yang nyaris digugurkan. Bayi itu dipanggil Keka Siang, karena lahirnya siang hari. Yang tidak biasa juga, Keka Siang itu ketika remaja tertarik juga pada Bong, sempat pacaran, juga pernah tinggal bersama. Ketika mengetahui hal ini, Keka yang sudah menjadi nenek marah besar. Sang cucu tak peduli. Bong baru tahu bahwa Keka Siang adalah bayi yang pernah ditolong saat kelahirannya, ketika bertemu kekasihnya yang sudah tua, sudah menopause, juga sakit-sakitan, tapi masih bisa cemburu (Atmowiloto, 2008 : sampul belakang).

  Berdasarkan uraian di atas, novel 3C1P karya Arswendo dipilih sebagai objek kajian dengan tiga alasan. Pertama, alasan dipilihnya novel 3C1P karya Arswendo sebagai objek kajian adalah kekayaan persoalan kejiwaan. Persoalan tersebut berkaitan langsung dengan isi dari dinamika kepribadian Freud; naluri, penyaluran dan penggunaan energi psikis, kecemasan, dan mekanisme pertahanan ego. Kedua, novel 3C1P karya Arswendo dipilih karena terdapat mimpi dan lupa nama. Mimpi dan lupa nama merupakan salah satu kekhasan teori psikoanalisis dibanding dengan teori psikologi lainnya. Hal itu karena Freud, sebagai penemu psikoanalisis, meyakini ada sesuatu dalam ketidaksadaran manusia terkait dengan mimpi dan lupa nama. Ketiga, karena terdapat keterangan, bahwa usia kedua tokoh utama mengalami penuaan. Hal itu menjadi penting karena psikoanalisis pun menjadikan perkembangan usia sebagai salah satu penyebab terjadinya dinamika kepribadian.

  1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana mimpi dan lupa nama dalam novel 3C1P karya Arswendo.

  1.2.2 Bagaimana dinamika kepribadian tokoh-tokoh utama dalam novel 3C1P karya Arswendo.

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Mendeskripsikan mimpi dan lupa nama dalam novel 3C1P karya Arswendo.

  1.3.2 Mendeskripsikan dinamika kepribadian tokoh-tokoh utama dalam novel 3C1P karya Arswendo.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Sesuai dengan uraian di atas, penelitian ini mempunyai dua tujuan pokok, yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis. Secara teoretis, penelitian ini bertujuan mengaplikasikan teori psikoanalisis pada karya sastra untuk mengetahui kepribadian pada tokoh-tokoh novel 3C1P karya Arswendo. Secara praktis, penelitian ini diharapkan memiliki peran dalam upaya meningkatkan minat peneliti lain untuk ikut aktif melihat perspektif lain dalam penelitian sastra.

  1.5 Tinjauan Pustaka

  Berdasarkan pengamatan penulis, penelitian yang menggunakan teori psikoanalisis sebagai alat penelitian sastra di antaranya yaitu Indra Yeni Sugiarto (2007) “Perilaku Seksualitas Lima Tokoh Perempuan dalam Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan: Sebuah Pendekatan Psikoanalisis.” Skripsi tersebut menerapkan pendekatan psikologi sastra dengan memfokuskan pada analisis perilaku seksual tokoh-tokohnya dengan teori psikoanalisis.

  Kajian lain yang melakukan teks sastra dengan alat psikoanalisis adalah Listiana Kusuma Handaru (2010) “Perilaku Kekerasan Intensional Tokoh-tokoh dalam Kembang Jepun karya Remy Sylado: Tinjauan Psikoanalisis.” Penelitian tersebut menerapkan pendekatan psikologi sastra dengan memfokuskan pada analisis perilaku kekerasan intensional berdasarkan teori psikoanalisis.

  Selanjutnya, menurut pengamatan penulis sejauh ini, belum ada kajian yang secara khusus mengulas tentang teks novel 3C1P karya Arswendo, begitu pula mengenai belum adanya analisis yang menggunakan teori psikoanalisis dalam 3C1P karya Arswendo, sehingga penelitian ini akan menjadi bahan pertimbangan atau perbandingan dari segi hasil penelitian dalam kajian psikoanalisis. Penelitian yang memfokuskan adanya perincian dinamika kepribadian pada tokoh-tokohnya, dan selain itu penelitian ini juga menggunakan analisis mimpi dan lupa nama yang menjadi salah satu bagian penting dalam khazanah pemikiran Freud. Oleh karena itu, penelitian ini bukan merupakan pengulangan dari sebuah penelitian dan pantas untuk dikaji lebih lanjut.

1.6 Landasan Teori

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga acuan teoretis, yakni mimpi, lupa nama, dan dinamika kepribadian.

1.6.1 Mimpi

  Freud memandang mimpi sebagai jalan utama menuju ke alam tak sadar karena dia melihat isi mimpi sebagai ditentukan oleh keinginan-keinginan yang direpres (ditekan). Karenanya mimpi juga bisa ditafsirkan sebagai pemuasan simbolis dari keinginan-keinginan, dan isinya sebagian merefleksikan pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal (Koeswara, 1991 : 66). Berdasarkan anggapan Freud, melalui penafsiran atas sebuah mimpi, penulis bisa mengetahui keinginan-keinginan atau pengalaman-pengalaman apa yang direpres oleh si pemimpi di alam tak sadarnya. Dengan teknik penafsiran mimpi yang menyertakan analisis atas makna- makna yang samar dari simbol-simbol mimpi, penulis bisa memperbesar pemahaman kejiwaan tokoh-tokoh dalam 3C1P atas penyebab-penyebab dari gejala-gejala atau konflik-konflik motivasional yang dialaminya.

  Menurut Freud (2002 : 145), mimpi adalah keinginan yang tersensor. Sensor etika dan moralitas menyebabkan kemungkinan adanya distorsi dalam mimpi sebagai ekspresi dari keinginan. Ego orang yang bermimpi selalu muncul dalam setiap mimpi dan memainkan peran utama, meskipun ego tersebut menyamarkan diri dalam mimpi terbuka. Hal itu berkaitan dengan arah pikiran utama selama tidur, yaitu menarik diri dari dunia luar. Ego yang melepaskan diri dari semua ikatan etika menuntut pemenuhan dorongan seksual yang berlawanan dengan moralitas.

  Bagi Freud, yang berlaku dalam mimpi adalah “bukan sayalah yang bermimpi tapi ada yang bermimpi dalam diri saya”. Bila bermimpi, si pemimpi sendiri seolah-olah hanya merupakan penonton pasif. Tontonan itu disajikan kepadanya oleh ketaksadaran (Bertens, 2007 : 69).

  1.6.2 Lupa Nama

  Represi adalah konsep kunci yang utama bagi psikoanalisis. Salah satu aspek utama dari represi adalah lupa atau kelupaan. Lupa atau kelupaan muncul sebagai fungsi dari asosiasi-asosiasi yang tidak menyenangkan (Koeswara, 1991 : 56). Konsep dari represi ini meyakini bahwa individu yang mengalami kecemasan terbukti memiliki kecenderungan untuk merepres hal- hal yang berkaitan dengan kecemasan yang dialami individu itu, sehingga hal- hal tersebut oleh si individu terlupakan (Koeswara, 1991 : 58). Menurut Freud (2002 : 44), kasus lupa nama orang secara umum disebabkan oleh perasaan untuk menentang segala ingatan yang berhubungan dengan nama yang bersangkutan. Perasaan menentang tersebut disebabkan oleh adanya kenanga n buruk atau sesuatu yang intim yang berhubungan dengan nama seseorang secara langsung maupun tidak. Hal itu di dasarkan pada sistem memori manusia yang diyakini Freud terbagi menjadi dua kecenderungan, untuk mengingat dan melupakan nama (2002 : 70). Bagi Freud, perbuatan-perbuatan yang pada pandangan pertama rupanya remeh saja dan tidak punya arti, perbuatan-perbuatan seperti itu tidak kebetulan, tapi berasal dari kegiatan psikis yang tak sadar (Bertens, 2007 : 69).

  1.6.3 Dinamika Kepribadian

  Dinamika kepribadian merupakan bukti pengaruh filsafat deterministik dan positivistik yang mendominasi ilmu pengetahuan abad ke-19 pada pemikiran Freud. Hal tersebut disebabkan anggapan Freud tentang dirinya memandang manusia sebagai suatu sistem energi yang kompleks. Energi yang terdapat pada manusia, yang digunakan untuk berbagai aktivitas seperti bernapas, kontraksi otot, mengingat, mengamati, dan berpikir, berasal dari sumber yang sama, yakni makanan. Dalam hal ini Freud menambahkan bahwa energi manusia bisa dibedakan hanya dari penggunaannya, yakni untuk aktivitas fisik disebut energi fisik, dan energi yang digunakan untuk aktivitas psikis disebut energi psikis. Dari sini juga bisa diketahui bahwa Freud telah menerapkan hukum kelangsungan energi (conservation of energy) yang berasal dari fisika manusia. Menurut hukum kelangsungan energi, energi bisa diubah dari satu keadaan atau bentuk ke keadaan yang lain, tetapi tidak akan hilang dari sistem kosmik secara keseluruhan.

  Berdasarkan hukum ini Freud mengajukan gagasan bahwa energi fisik bisa diubah menjadi energi psikis, dan sebaliknya. Yang menjembatani energi fisik dengan kepribadian adalah id dengan naluri- nalurinya (Koeswara, 1991 : 35-36).

  Selanjutnya, isi dari dinamika kepribadian adalah naluri, kecemasan, penyaluran dan penggunaan energi psikis, serta mekanisme pertahanan ego. Akan tetapi, dalam penelitian ini dua dinamika kepribadian terakhir hanya dijelaskan secara terpisah pada landasan teori. Adapun dalam analisis penyaluran dan penggunaan energi psikis serta mekanisme pertahanan ego akan langsung dimasukkan dengan naluri dan kecemasan. Hal itu karena keduanya secara tidak langsung menjadi bagian dari naluri dan kecemasan.

1.6.3.1 Naluri

  Naluri atau insting adalah representasi psikologis bawaan dari eksitasi (keadaan tegang dan terangsang) pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh. Naluri terdapat empat unsur, yakni sumber, upaya, objek, dan dorongan. Sumber dari naluri adalah kebutuhan, upayanya adalah mengisi kekurangan atau memuaskan kebutuhan, sedangkan objeknya adalah hal- hal yang bisa memuaskan kebutuhan (misalnya makanan bagi naluri lapar). Adapun dengan unsur dorongannya jelas bahwa naluri itu bersifat mendorong atas diri individu untuk bertindak atau bertingkah laku (Koeswara, 1991 : 36).

  Selanjutnya Freud memandang bahwa naluri-naluri yang terdapat pada manusia dibedakan menjadi dua macam naluri, yakni naluri kehidupan dan naluri kematian. Naluri kehidupan adalah naluri yang ditujukan kepada pemeliharaan kehidupan manusia sebaga i individu maupun sebagai spesies. Contoh dari naluri kehidupan itu adalah lapar, haus, dan seks. Adapun naluri kematian (Freud menyebutnya naluri merusak) adalah naluri yang ditujukan kepada perusakan atau penghancuran atas apa yang telah ada (organisme atau individu itu sendiri). Naluri kematian pada individu dapat ditujukan pada dua arah, yakni perusakan kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain atau di luar diri (Koeswara, 1991 : 38-40).

1.6.3.2 Penyaluran dan Penggunaan Energi Psikis

  Dinamika kepribadian dalam psikoanalisis Freud juga mengandung jalan tempat energi psikis disalurkan dan digunakan oleh id, ego, dan superego.

  Keterbatasan jumlah energi pada individu menyebabkan terjadinya persaingan dalam penggunaan energi psikis (Koeswara, 1991 : 40). Hal itu menyebabkan adanya pola distribusi energi pada setiap individu yang dimunculkan melalui tindakan dan ucapan berkaitan dengan penggunaan energi psikis.

  Pada dasarnya id adalah penguasa tunggal atas seluruh energi psikis yang ada dan menggunakan energi yang dimilikinya untuk tindakan refleks dan proses primer berkaitan dengan upaya pemuasan kebutuhan. Energi psikis yang terdapat pada id bersifat mudah dialihkan arahnya dari satu objek ke objek lainnya. Hal itu karena id tidak mampu membedakan antara objek imajiner dan objek nyata. Sebagai contoh adalah bayi yang lapar akan memasukkan jarinya ke dalam mulut karena ketidakmampuannya membedakan objek (Koeswara, 1991 : 40).

  Ego tidak memiliki energi, sehingga ego harus mengambil energi id untuk memuaskan kebutuhannya. Pengalihan energi dari id ke ego pada umumnya melalui proses identifikasi (Koeswara, 1991 : 41). Identifikasi yang dimaksud Freud adalah proses mencocokkan atau menyesuaikan objek imajiner dengan objek pasangannya yang ada dalam kenyataan. Berdasarkan proses identifikasi tersebut ego memperoleh wewenang untuk memiliki dan menggunakan energi psikis tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan, tetapi juga untuk proses psikologis lain yang meliputi proses berpikir, mengamati, mengingat, membedakan, memutuskan, mengabstraksi, dan menggeneralisasi. Selain itu, energi psikis yang diambil dari id juga digunakan ego untuk mencegah id memunculkan naluri- naluri

  

irasional dan destruktif. Mekanisme identifikasi tersebut juga berlaku dalam

penyaluran energi psikis kepada superego.

1.6.3.3 Kecemasan

  Pada awalnya, Freud memandang kecemasan sebagai akibat dari libido yang tidak diungkapkan atau terbendung. Hal itu karena, libido, yang disembunyikan atau energi dorongan seksual yang terbendung karena represi, dilepaskan secara eksplosif dalam suatu keadaan yang berubah, yakni keadaan kecemasan. Pandangan tersebut secara tidak langsung menyebutkan bila kecemasan berasal dari represi dorongan seksual (Semiun, 2006 : 87-88).

  Pandangan Awal Freud tentang kecemasan di atas kemudian diganti dengan pandangan barunya tentang kecemasan yang bertempat di ego. Pandangan terakhir inilah yang digunakan dalam penelitian ini dengan asumsi pandangan akhir ini sebagai penyempurnaan dari pandangan Freud sebelumnya.

  Model struktural baru dari Freud mengemukakan bahwa ego adalah satu- satunya tempat bagi kecemasan. Dengan demikian, hanya ego yang dapat menghasilkan dan merasakan kecemasan. Sedangkan id, superego, dan dunia luar terlibat secara aktif menjadi penyebab kemunculan dalam salah satu dari tiga kecemasan yang diidentifikasikan Freud. Semiun (2006 : 88) menyatakan bahwa ketergantungan ego pada id menyebabkan kecemasan neurotik; ketergantungan ego pada superego menyebabkan kecemasan moral; dan ketergantungan ego pada dunia luar menyebabkan kecemasan realistik.

  Kecemasan neurotik adalah kecemasan yang disebabkan oleh tidak terkendalinya naluri- naluri primitif oleh ego yang nantinya bisa mendatangkan hukuman. Adapun kecemasan moral merupakan kecemasan yang timbul akibat tekanan superego atas ego individu berhubung individu tersebut sedang melakukan tindakan yang melangar moral. Kecemasan realistik adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar (Koeswara, 1991 : 45).

1.6.3.4 Mekanisme Pertahanan Ego

  Salah satu fungsi kecemasan adalah membantu individu agar mengetahui adanya bahaya yang mengancamnya. Akan tetapi, kecemasan akan menjadi pengganggu yang sama sekali tidak diharapkan kemunculannya oleh individu. Kecemasan akan menjadi pengganggu terutama apabila keberadaannya dinilai berlebihan yang mengakibatkan taraf tegangan yang tinggi (Koeswara, 1991 : 45).

  Freud mengartikan mekanisme pertahanan ego sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuk a dari dorongan-dorongan id maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau diredakan (Koeswara, 1991 : 46). Mekanisme tersebut adalah represi, sublimasi, proyeksi, displacement, rasionalisasi, reaksi formasi, dan regresi.

  Represi merupakan mekanisme pertahanan ego yang paling utama karena

  menjadi basis bagi mekanisme-mekanisme pertahanan ego yang lainnya serta paling berkaitan langsung denga n peredaan kecemasan. Hal itu karena represi adalah mekanisme yang dilakukan oleh ego untuk meredakan kecemasan ke dalam alam tak sadar manusia. Sublimasi adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah dan atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif id yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam tingkah laku yang bisa diterima dan dihargai oleh masyarakat. Proyeksi adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan pada orang lain. Displacement adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya atau kurang mengancam dibanding dengan objek atau individu semula. Rasionalisasi ialah upaya individu menyelewengkan atau memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengancam ego melalui dalih atau alasan tertentu yang seakan-akan masuk akal. Sehingga, kenyataan tersebut tidak lagi mengancam ego individu yang bersangkutan. Reaksi formasi berkaitan dengan kemampuan individu untuk mengendalikan dorongan-dorongan primitif agar tidak muncul sambil secara sadar mengungkapkan tingkah laku sebaliknya. Regresi adalah usaha yang dilakukan individu untuk menghindarkan diri dari kenyataan yang mengancam dengan cara kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah serta bertingkah laku seperti ketika dia berada dalam taraf yang lebih rendah itu (Koeswara, 1991 : 46-48).

1.7 Metode Penelitian

  1.7.1 Metode Pengumpulan Data

  Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian pustaka dengan cara mencari sumber-sumber tertulis yang digunakan, dipilih, dan ditulis sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.

  1.7.2 Metode Analisis Data

  Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik pencatatan kartu guna memudahkan pendefinisian pandangan masing- masing tokoh setelah melakukan penyimakan dan pencermatan novel 3C1P karya Arswendo.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

  Data yang telah dikumpulkan lalu dianalisis secara deskriptif, yaitu metode analisis data yang bertujuan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek yakni seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain- lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya yang tergambar dalam teks 3C1P (Nawawi dalam Siswantoro, 2005 : 56).

  1.8 Sumber Data

  Judul buku : 3 Cinta 1 Pria Pengarang : Arswendo Atmowiloto Tahun Terbit : 2008 Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama Halaman : 296 halaman

  1.9 Sistematika Penyajian

  Sistematika penyajian dalam penelitian ini terdiri atas empat bab. Bab satu adalah pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab dua berisi analisis mimpi dan lupa nama. Pada bab tersebut akan dijelaskan arti dari mimpi dan lupa nama yang dialami dua tokoh utama yaitu tokoh Bong dan tokoh Keka dalam novel 3C1P karya Arswendo.

  Selain itu, pada bab kedua juga akan dijelaskan pengalihan keinginan pengarang yang berkaitan dengan mimpi dan lupa nama dalam teks novel 3C1P karya Arswendo. Bab tiga membahas dinamika kepribadian tokoh-tokoh utama dalam novel 3C1P karya Arswendo. Bab ini berisi naluri dan kecemasan yang dialami dua tokoh utama yakni tokoh Bong dan tokoh Keka. Bab empat adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang merupakan hasil dari penelitian terhadap novel 3C1P karya Arswendo dengan tinjauan psikoanalisis.

BAB II MIMPI DAN LUPA NAMA DALAM NOVEL 3 CINTA 1 PRIA KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO

2.1 Pengantar

  Melalui bab ini, penulis akan menjawab rumusan masalah pertama yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya, yakni mengenai mimpi dan lupa nama dalam novel 3C1P karya Arswendo. Pembahasan dalam bab ini akan memfokuskan kepribadian yang dialami tokoh utama laki- laki dan tokoh utama perempuan yaitu tokoh Bong dan tokoh Keka yang mengalami mimpi dan lupa nama. Selain itu, tokoh Bong dan Keka merupakan tokoh yang dinarasikan mengalami dinamika kepribadian dengan porsi yang paling besar. Oleh karena itu, analisis terhadap mimpi dan lupa nama yang dialami tokoh Bong dan tokoh Keka diasumsikan akan memberikan pengaruh pada analisis mengenai dinamika kepribadian dalam novel 3C1P. Analisis mimpi dan lupa nama dalam penelitian ini dilakukan untuk membongkar ketidaksadaran tokoh yang dimunculkan melalui mimpi dan lupa.

  Adapun pada bagian selanjutnya, akan diuraikan mengenai pengalihan keinginan Arswendo sebagai pengarang melalui penafsiran mimpi dan lupa nama dalam ketidaksadarannya melalui teks. Proses tersebut merupakan bagian dari anggapan Freud bahwa teks sastra merupakan bagian dari mimpi dengan mata terbuka (Milner, 1992 : 97). Pengalihan tersebut merupakan bagian dari ketidaksadaran Arswendo atau mimpi Arswendo dengan mata terbuka.

2.2 Mimpi

  “Misteri jiwa manusia, terletak dalam drama-drama psikis masa kecil mereka. Singkapkanlah itu, maka penyembuhan pun tampak pasti (Freud dalam Osborne, 2000 : 35). Mengutip kata-kata Freud tadi dari buku pertamanya yang berjudul (penafsiran mimpi- mimpi) telah

  Interpretation of Dreams

  menghantarkan penulis dalam proses analisis memposisikan diri sebagai seorang psikiater yang mempunyai keharusan untuk mendeskripsikan persoalan kepribadian yang dialami para tokoh dalam teks novel 3C1P karya Arswendo, karena tokoh-tokoh di dalam teks sastra sebagai pasien yang berbicara mengenai kehidupannya.

  Freud memandang mimpi sebagai jalan utama menuju ke alam tak sadar karena dia melihat isi mimpi sebagai ditentukan oleh keinginan-keinginan yang direpres (ditekan). Karenanya mimpi juga bisa ditafsirkan sebagai pemuasan simbolis dari keinginan-keinginan, dan isinya sebagian merefleksikan pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal (Koeswara, 1991 : 66).

  Menurut Freud (2002 : 145), mimpi adalah keinginan yang tersensor. Sensor etika dan moralitas menyebabkan kemungkinan adanya distorsi dalam mimpi sebagai ekspresi dari keinginan. Ego orang yang bermimpi selalu muncul dalam setiap mimpi dan memainkan peran utama, meskipun ego tersebut menyamarkan diri dalam mimpi terbuka. Hal itu berkaitan dengan arah pikiran utama selama tidur, yaitu menarik diri dari dunia luar. Ego yang melepaskan diri dari semua ikatan etika menuntut pemenuhan dorongan seksual yang berlawanan dengan moralitas.

  Freud memahami mimpi sebagai gejala neurosis yang merupakan sisa-sisa aktivitas mental dari kehidupan ketika individu dalam kondisi sadar sepenuhnya (Freud, 2002 : 79). Psikoanalisis menguraikan makna mimpi dengan cara membuka paksa (Milner, 1992 : 40), karena mimpi, seperti halnya tulisan, selalu menunjuk pada sesuatu yang berbeda dengan tanda-tanda itu sendiri (Milner, 1992 : 37). Upaya pembongkaran paksa terhadap mimpi ditujukan untuk mengetahui simbolisasi dari keinginan-keinginan yang direpresi sedemikian rupa sehingga hanya muncul dalam mimpi. Hal itu berkaitan dengan fungsi psikoanalisis yang lebih cocok untuk mene rangkan kejadian-kejadian yang dialami individu di masa lampau (Koeswara, 1991 : 56).

  Pandangan Freud mengenai mimpi, bahwa di dalam mimpi terdapat keinginan yang tidak disadari yang berasal dari ingatan- ingatan di masa kecil.

  Dari pandangan ini, Freud berkesimpulan bahwa alam tak sadar orang dewasa sebagian besar diciptakan oleh si anak yang ada di dalam dirinya. Seperti rasa cinta kepada si ibu, persaingan dengan ayah, rasa takut terkebiri, penyelesaian perasaan-perasaan ini ketika memasuki usia dewasa, dan akibat-akibatnya terus berlangsung dalam mimpi- mimpi dan di alam tak sadar (Osborne, 2000 : 34).