PEMAKNAAN ABDI DALEM TERHADAP MANFAAT YANG DIDAPATKAN DARI KERATON YOGYAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  PEMAKNAAN ABDI DALEM TERHADAP MANFAAT YANG DIDAPATKAN DARI KERATON YOGYAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh: Yohanes De Deo Yustiananta NIM: 06 9114 056 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  SKRIPSI

  

PEMAKNAAN ABDI DALEM TERHADAP MANFAAT YANG

DIBERIKAN DARI KERATON YOGYAKARTA

  Oleh:

  

Yohanes De Deo Yustiananta

NIM: 069114056

  Telah disetujui oleh: Pembimbing Skripsi, C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi Yogyakarta, …………………….

  SKRIPSI

  

PEMAKNAAN ABDI DALEM TERHADAP MANFAAT YANG

DIDAPATKAN DARI KERATON YOGYAKARTA

  Dipersiapkan dan ditulis oleh:

  

Yohanes De Deo Yustiananta

NIM: 069114056

  Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji pada tanggal: 13 Juni 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

  Susunan Panitia Penguji: Nama Lengkap Tanda Tangan

  C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi ………………………… Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. ………………………… Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi. ………………………… Yogyakarta, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan,

  C. Siswa Widiyatmoko, M.Psi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

“SUGIH TANPA BANDA,

SEKTI TANPA AJI,

NGLURUG TANPA BALA,

MENANG TANPA NGASORAKE.”

  

“KEKAYAAN TANPA KEMEWAHAN,

KESAKTIAN TANPA AJIAN,

MENYERANG TANPA PASUKAN,

MENANG TANPA MERENDAHKAN.”

  Karya tulis ini saya persembahkan kepada:

  Kebudayaan masa lalu yang mempunyai nilai-nilai luhur, diwariskan oleh leluhur dan kini berusaha bertahan tergilas jaman.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 2013 Peneliti,

  Yohanes De Deo Yustiananta

  

PEMAKNAAN ABDI DALEM TERHADAP MANFAAT YANG

DIDAPATKAN DARI KERATON YOGYAKARTA

Yohanes De Deo Yustiananta

  

ABSTRAK

Kebanyakan orang biasanya dalam bekerja berusaha untuk mendapatkan gaji yang

setimpal dengan beban kerjanya. Namun di Yogyakarta ada sekelompok orang yang bernama Abdi

  

Dalem yang mengkontribusikan diri kepada di Kerataon Yogyakarta dengan manfaat yang

sangat jauh dari Upah Minimum Provinsi (UMP) Provinsi Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana pemaknaan Abdi Dalem terhadap manfaat didapatkan dari Keraton

Yogyakarta. Penelitian ini mengunakan tiga subjek yang merepresentasikan tiga jenis Abdi Dalem

yang ada di keraton yogyakarta yaitu Abdi Dalem kaprajan, Abdi Dalem prajurit dan Abdi Dalem

punakawan

  . Data penelitian diambil dengan cara wawancara semi-terstruktur. Penelitian ini

menggunakan analisa data dengan metode penelitian kualitatif fenomenologi. Kredibilitas

diperoleh dengan cara verifikasi data dengan membagikan salinan deskripsi tekstural struktural

dari pengalaman responden kemudian tiap responden diminta untuk secara seksama memeriksa

deskripsi tersebut. Dari hasil penelitian terhadap tiga jenis Abdi Dalem dapat ungkap bahwa

meskipun terdapat banyak manfaat yang didapatkan namun ada manfaat yang utama yang

didapatkan oleh Abdi Dalem yaitu ketentraman. Dan ketentraman tersebut dimaknai sebagai

penerimaan abdi terhadap keberadaan sistem budaya Jawa yang dimiliki oleh pihak Keraton

Yogyakarta. Dengan kata lain ketentraman tersebut muncul karena adanya kestabilan status quo

antara kelompok interior (abdi dalem) dengan kelompok superior (Keraton Yogyakarta).

  Kata Kunci: pemaknaan, abdi dalem, manfaat, keraton Yogyakarta

  

THE MEANING OF ABDI DALEM (PALACE SERVANT) TOWARD THE

BENEFITS OBTAINED FROM THE YOGYAKARTA PALACE

Yohanes De Deo Yustiananta

  

ABSTRACT

People who work are usually trying to get rewards commensurate with their workload.

  

But in Yogyakarta there are some group of people who called abdi dalem (Palace Servant) which

dedicated their self for Yogyakarta Palace. Their be rewarded by Yogyakarta palace that below to

Yogyakarta regional minimum salary rate. This study aims to know the meaning of abdi dalem

toward benefit obtained from the Yogyakarta Palace. This study uses three types of subjects that

represent of tshree abdi dalem who exist in the Yogyakarta palace, there is abdi dalem kaprajan,

abdi dalem prajurit, abdi dalem prajurit. Data were collected by semi-structured interviews. This

study use phenomenological qualitative research methods. Credibility is obtained by verification

of data is done by distributing copies of a structural-textural description of the experience of

respondents. Then each respondent was asked to carefully examine the description. From the

results of a study of three types of abdi dalem said that although there are some benefits earned

but there is peaceful feeling that’s be the primary reward that obtained by abdi dalem. Peaceful

feeling has interpreted as acceptance of the existence of Javanese culture system owned by the

Sultan of Yogyakarta. In other words, the tranquility arise because of the stability of the status

quo between the interior (abdi dalem) with the superior group (Yogyakarta Palace).

  Key words: meaning, abdi dalem (palace servant), benefits, Yogyakarta Palace

  

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

  NAMA : YOHANES DE DEO YUSTIANANTA NIM : 069114056 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

  Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Pemaknaan Abdi Dalem Terhadap Manfaat yang dapatkan

dari Keraton Yogyakarta

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 13 Juni 2013 Yang menyatakan, Yohanes De Deo Yustiananta

KATA PENGANTAR

  Ucapan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ini ditulis karena ketertarikan peneliti akan nasib keberlangsungannya kebudayaan Jawa. Salah satu warisan kejayaan Nusantara, yang sudah ada beratus tahun yang lalu dan kini mencoba bertahan di zaman moderen serba praktis dan pramatis. Peneliti prihatin atas tergerusnya nilai-nilai kebijaksanaan lokal pada generasi muda, hal ini menumbuhkan rasa sayang kepada kebudayaan yang luhur karena perlahan mulai pudar menuju lenyap. Oleh Karena itu karya ini dibuat sebagai usaha peneliti untuk mengangkat kembali minat generasi muda untuk menyadari sejarah peradabannya. Selain itu karya tulis ini juga merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  Peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini berkat dukungan dan bantuan dari orang lain. Oleh karena itu, dengan segenap hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Seluruh pejabat fakultas karena telah memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk menyelesaikan studi. Bapak C. Siswa Widiyatmoko, M.Psi. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing akademik sekaligus Kaprodi Fakultas Psikologi USD Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Psi.

  2. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi.

  3. Segenap Dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang telah mentransferkan segala pengetahuan dan pemahaman mengenai kejiwaan manusia.

  4. Keluarga yang selalu mendukung dengan segala cara, Ibu, Bapak, mas Ernest, mbak Tika, Mbak Dita, kedua ponakanku Eleanor dan Max.

  5. Kepada Debora Ratri, seorang yang terkasih, yang telah mengerakkan penulis untuk terus bergerak dari masa lalu dan mendorong untuk menerima tugas-tugas perkembangan hidup selanjutnya.

  6. Masbrow Simplex, yang telah menjadi teman diskusi tentang kehidupan dan pengalaman-pengalaman spiritual selama 3 tahun terakhir.

  7. Keluarga Besar Tumindak Ngiwa (TN), sebuah keluarga yang terlahir dari tema-teamn tanpa ikatan sedarah dari berbagai generasi. Mas Win, mas Iwil, Indro, Eva, Sari, mas Abu, mas Kopet, Pak Wok, Tino, mas Peyek, Bembi dan teman-teman yang lain yang tidak sebutkan satu-persatu karena begitu banyak orang yang pernah berdinamika di , matur nuwun.

  Tumindak Ngiwa

  8. Kepada Pak Jaya yang telah menjadi teman diskusi yang memperkaya pikiran yang make sense maupun yang common sense.

  9. Anak-anak mahasiswa angkatan 2006, 2005, 2007, 2008 yang terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu, terima kasih atas tahun-tahun yang penuh dinamika pengalaman, suka dan duka yang bersama

  10. Warung Omah Sapen, terima kasih atas penghiburan yang tidak pernah terduga, tempat diman penulis terdampar diantara anak-anak mahasiswa arsitektur Atmajaya yang tidak hanya guyub tapi produktif, Tia, Mia, mbak Alit, Bagas, Budi, Yer, dan teman-teman yang lain.

  11. Kepada mbah L, Mbah P, dan mbah S yang bersedia untuk membagikan pengalaman mengenai Abdi Dalem dan segelintir kebudayaan Jawa.

  Yogyakarta, 31 Mei 2013 Yohanes De Deo Yustiananta

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

  .......................... ii

  HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

  DAN PERSEMBAHAN ......................................... iv

  HALAMAN MOTTO HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................. v ABSTRAK .................................................................................................. vi

  ................................................................................................ vii

  ABSTRACT HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... viii

  ................................................................................. ix

  KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ............................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi

  ..................................................................................... xvii

  DAFTAR SKEMA

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii

.......................................................................

  1 BAB I. PENDAHULUAN

  A. Latar Belakang ....................................................................... 1

  B. Rumusan Masalah .................................................................. 6

  C. Tujuan Penelitian ................................................................... 6

  D. Manfaat Penelitian ................................................................. 7

  1. Manfaat Teoritis ............................................................... 7

  2. Manfaat Praktis ................................................................ 7

  .............................................................

  8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

  A. Makna dan Makna Hidup ....................................................... 8

  1. Makna .............................................................................. 8

  2. Makna Hidup (Meaning of Life) ....................................... 10

  3. Pemaknaan terhadap Pekerjaan ......................................... 13

  B. Pengertian Abdi dan Abdi dalem Keraton Yogyakarta ............ 15

  1. Abdi ................................................................................. 15

  2. Pengertian Abdi Delem ..................................................... 15

  3. Motivasi atau Faktor Pendorong Menjadi Abdi dalem ....... 17

  4. Kewajiban Abdi Dalem ..................................................... 23

  5. Manfaat yang didapatkan Abdi Dalem dari Keraton Yogyakarta................................................... 27 C. Teori Justifikasi Sistem .......................................................... 31

  D. Kerangka Penelitian ............................................................... 38

  

BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................... 40

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 40 B. Fokus Penelitian .................................................................... 43 C. Definisi Operasional ............................................................... 43 D. Subjek Penelitian.................................................................... 44 E. Metode Pengumpulan Data .................................................... 44 F. Metode Analisis Data ............................................................. 47 G. Verifikasi Data ....................................................................... 48

  ............................ 50

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 50

  1. Persiapan Penelitian ......................................................... 50

  2. Pelaksanaan Penelitian ..................................................... 53

  B. Profil Subjek .......................................................................... 55

  1. Subjek I (Abdi Dalem Kaprajan)` ..................................... 54

  2. Subjek II (Abdi Dalem Prajurit) ....................................... 55

  3. Subjek III (Abdi Dalem Punakawan) ................................ 56

  C. Hasil Penelitian ...................................................................... 58

  1. Subjek I (Mbah S) ........................................................... 58

  2. Subjek II (Mbah P) ........................................................... 64

  3. Subjek III (Mbah S) .......................................................... 71

  D. Pembahasan .. ............................................................................ 73

  1. Dinamika Pemaknaan Manfaat ......................................... 73

  2. Dinamika Pemaknaan Abdi Dalem terhadap Manfaat yang Diberikan oleh Keraton Yogyakarta ......................... 80

  

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 85

A. Kesimpulan ............................................................................ 85 B. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 86 C. Saran ..................................................................................... 87

  1. Bagi Kaum Akademisi...................................................... 87

  2. Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................. 87

  .................................................................................. 88

  DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN ................................................................................................ 91

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Jenjang Kepangkatan Abdi Dalem Punakawan dan Kaprajan Berdasarkan Pranatan Kalenggahan No. 01/Pran/KHPP/XII/2004 ................................. 29

  Tabel 2 Tabel Interview Guide ................................................................ 45 Tabel 3 Jadwal Wawancara ..................................................................... 53

  

DAFTAR SKEMA

  Skema 1 Kerangka Penelitian ................................................................... 38 Skema 2 Alur Tema Utama Subjek I ......................................................... 82 Skema 3 Alur Tema Utama Subjek II ........................................................ 83 Skema 4 Alur Tema Utama Subjek III ....................................................... 84

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Tabel 1: Tema Subjek I (Mbah L) .......................................... 92 Lampiran 2 Tabel 2: Analisis Subjek I (Mbah L)....................................... 85 Lampiran 3 Tabel 3: Tema Subjek II (Mbah P). ........................................ 108 Lampiran 4 Tabel 4: Analisis Subjek II (Mbah P)...................................... 110 Lampiran 5 Tabel 5: Tema Subjek III (Mbah S) ........................................ 118 Lampiran 6 Tabel 6: Analisis Subjek III (Mbah S) .................................... 119

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sebagian masyarakat Indonesia masih di bawah garis

  kemiskinan.Masih banyak komponen masyarakat Indonesia kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar.Menurut data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2006, diperkirakan 17,8% jumlah penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Sedangkan 49.0% penduduk Indonesia hidup dengan pendapatan kurang dari AS$ 2 atau sekitar Rp 20.000,00 per hari. Selain itu jumlah penganguran di Indonesia sebanyak 9,75% dari jumlah penduduk Indonesia. Dengan kondisi kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat, masyarakatIndonesia berusaha untuk meningkatkan kesejateraan mereka sendiri. Ada berbagai macam profesi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Petani dan buruh adalah profesi yang paling banyak ditekuni dari sekian banyak profesi yang ada (BPS, 2009).

  Namun perkembangan ekonomi Indonesia yang lambat di tambah dengan perkembangan globalisasi yang cepat membuat kebutuhan dan keinginan masyarakat semakin tinggi. Fenomena kekecewaan kemudian sering muncul pada komponen masyarakat Indonesia karena ketidaksesuaian antara pendapatan dengan kebutuhan hidup. Eksesnya sering terjadi protes sebagai bentuk ketidakterimaan mereka atas ketidaksesuaian antara pendapatan dan kebutuhan dasar masyarakat. Protes semacam ini sering dilakukan oleh kaum pekerja dan buruh terhadap kebijakan upah minimum yang di tentukan oleh Pemerintah. Mereka menuntut atas kesesuaian antara upah mereka berkerja dengan Kebutuhan Layak Hidup (KHL) mereka (Ridwan, 2013).

  Kebutuhan hidup layak (KHL) adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi seseorang pekerja untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik dan sosial untuk kebutuhan satu bulan (Kementrian Tenaga Kerja, 2005). Kebutuhan Layak Hidup (KHL) dikeluarkan melalui UU No.

  13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pemerintah menetapkan KHL sebagai dasar dalam penetapan Upah Minimum seperti yang di atur dalam pasal 88 ayat 4. Komponen standar Kebutuhan Hidup Layak sendiri terdiri dari makanan dan minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi dan tabungan (Kementrian Tenaga Kerja, 2012).

  Kebutuhan Hidup Layak (KHL) resmi tahun 2013 di provinsi Yogyakarta sebesar Rp 1.046.514,56. Perhitungan tersebut didapatkan berdasarkan inflasi, pertumbuhan ekonomi dan kondisi mikro kecil dan menengahdi Yogyakarta (http://www.mediaindonesia.com/read/ 2012 /10/05/353468/289/101/Biaya-Hidup-Layak-di-Yogyakarta-Rp1-jutaan, diakses 16 Januari 2013, 10.00 WIB). Sedangkan Upah Minimun Provinsi Dari data diatas amat logis jika para pekerja dan buruh menuntut upah yang lebih layak, minimal mampu menutup Kebutuhan Layak Hidup.

  Pada saat ini era globalisasi menekankan efektivitas dan efisiensi di segala hal. Nilai-nilai efektivitas dan efisiensi ini dapat membuat suatu masyarakat menjadi semakin maju. Dalam masyarakat yang belum siap dengan adanya globalisasi maka akanada ekses negatif bagi kehidupan masyakat. Nilai ini efektivitas dan efisiensi di segala hal ini jika terlalu mendominasi dalam kehidupan manusiaakan menyebabkan munculnya sikap pragmatis dan materialistis dalam berperilaku. Dampak negatifnya dari sikap pragmatis dan materialistis ini membuat manusia cenderung berfokus pada hasil bukan pada proses sehingga semuanya diukur dari sesuatu yang bersifat material. Kebutuhan-kebutuhan utama manusia pun hanya terbatas pada kebutuhan pokok yang bersifat material.Namun keterpenuhan kebutuhan material tak menjamin seseorang bahagia.

  Di tengah kondisi Indonesia yang dinamis itu masih ada sekelompok orang, yang dikenal sebagai abdi dalem yang masih bertahan pada prinsip-prinsip tradisional. Jika dihitung dengan perhitungan nalar ekonomis amatlah tidak masuk akal untuk mampu hidup di zaman globalisasi.Mereka diberikan manfaat yang relatif kecil oleh Keraton Yogyakarta, jauh dari UMP Yogykarta tahun 2013 sebesar Rp 981.765,00, namun mereka harus hidup dengan standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Yogyakarta. Mereka rela memberikan kontribusi pada Keraton dan pekerja yang sering menuntut kenaikan upah, abdi dalem dengan suka rela memberikan kontribusi mereka pada Keraton Yogyakarta meskipunimbalanyang diberikan Keraton Yogyakarta kepada mereka tidak seberapa.Merekadengan suka rela memberikan kontribusinya bagi Keraton Yogyakarta karena mencari sesuatu yang bersifat rohani bukan material.

  Menurut sumber dari Parentah Hageng (bagian Keraton Yogyakarta yang mengurusi abdi dalem) diperkirakan jumlah seluruh abdi

  dalem saat ini sekitar 3000-an orang. Jika dibandingkan dengan jumlah

  penduduk Yogyakarta yang berjumlah sekitar 3.000.000 orang, maka dapat diperkirakan bahwa penduduk Yogyakarta yang berstatus sebagai

  abdi dalem h hanya sekitar 0,1 %. Prosentase ini menunjukan bahwa abdi

  dalem belum atau setidaknya kurang menarik sebagai pilihan profesi penduduk Yogyakarta pada umumnya (Sudaryanto, 2008).

  Keraton Yogyakarta secara umum dapat di artikan

  Abdi Dalem

  sebagai pembantu atau pengurus Keraton Yogyakarta. Abdi Dalem sendiri tidak merasa ada paksaan untuk menjadi abdi dalem.P elaku Abdi dalem itu sendiri merupakan abdi budaya, tidak bisa diartikan sebagai pembantu atau batur. Mereka merupakan orang yang mengabdikan dirinya untuk kerabat karadah Keraton dan mengabdikan sepenuh hati untuk Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan aturan yang ada. Abdi dalem keraton Yogyakarta dibagi menjadi tiga, yakni abdi dalem keprajan dan abdi

  . Yang membedakan antara

  dalem Punokawan dan abdi dalem Prajurit derajat yan lebih tinggi dibandingkan dengan abdi dalem punakawan dan . Abdi dalem keprajan biasanya pegawai aktif atau

  abdi dalem prajurit

  pensiunan, sedangkan abdi dalem punokawan dan prajurit mayoritas berasal bukan pegawai (PNS).

  Ada beberapa penelitian tentang abdi dalem Keraton Yogyakarta. Penelitian ini adalah kelanjutan dari salah penelitian tentang abdi dalem Keraton Yogyakarta yang berjudul “Kebermaknaan Hidup pada Abdi

  Dalem Punakawan Keraton Yogyakarta.” Hasil penelitian tersebut

  mengatakan bahwa abdi dalem punakawan Keraton Yogyakarta mengabdi bertujuan sebagai sarana untuk mendapatkan ketentraman hidup dan kebahagiaan rohani. Para Abdi Dalem percaya pada mitologi Jawa yang mengatakan bahwa Keraton merupakan sumber kehidupan yang mendatangkan berkah, ketentraman hidup, kebahagiaan rohani, dan pandangan terhadap Sultan Yogyakarta sebagai wakil Tuhan yang menjalankan perannya di dunia. Karena kepercayaan pada mitos atau nilai- nilai tersebut dan menghayati dengan sungguh-sungguh, mereka merasakan kebahagiaan rohani dan ketentraman hidup. Dari penelitian tentang abdi dalem sebelumnya peneliti berkesimpulan bahwa makna hidup mereka sebagai abdi Keraton Yogyakarta lebih bersifat spiritual yaitu mencari ketentraman hidup dan mengabdi pada budaya. Meskipun demikian penelitian terdahulu belum mengungkap secara mendalam bagaimana abdi dalem memaknai imbalan dari Keraton yang relatif kecil dari tahun-ke tahun. Tahun 2012 Kebutuhan Layak Hidup di provinsi Yogyakarta sebesar Rp 862.390,76 pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp 1.046.514,00.

  Berdasarkan fakta-fakta diatas maka fenomena kontribusi abdi

  dalem kepada keraton Yogyakarta amatlah menarik untuk

  diteliti.Fenomena kontribusi abdi dalem kepada keraton Yogyakarta, jika dihitung secara nalar matematis terasa tidak seimbang antara kewajiban dengan hak yang dialami olehpara abdi dalem. Fenomena tersebut semakin menarik karena di zaman globalisasi, patokan material dan pragmatisme sebagai ekses nilai efisiensi dan efektitivas menjadi ukuran kesejahteraan manusia. Dengan alasan itulah maka peneliti tertarik untuk mengambarkan dinamika pemaknaan abdi dalem Keraton Yogyakarta terhadap manfaatyang didapatkan dari Keraton Yogyakarta.

  B. Rumusan Masalah

  Bagaimanakah pemaknaan abdi dalemt erhadap manfaat yang didapatkan dari Keraton Yogyakarta?

  C. Tujuan Penelitian

  Untuk mengetahui pemaknaan Abdi Dalem terhadap manfaat yang didapatkan dari Keraton Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis

  a. Penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh gambaran pemaknaan Abdi Dalem terhadap manfaat yang didapatkan dari Keraton Yogyakarta.

  b. Menyajikan fakta-fakta dan wacana tentang khasanah kearifan lokal dibelahan dunia timur yaitu Indonesia pada khususnya peradaban manusia Jawa untuk perkembangan ilmu psikologi, terutama psikologi sosial budaya.

  2. Manfaat Praktis

  a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk sarana refleksi bagi itu sendiri dalam memahami memaknai manfaat

  Abdi Dalem

  yang didapatkandari Keraton Yogyakarta yang tidak seberapa di tengah kebutuhan hidup di provinsi Yogyakarta yang semakin meningkat.

  b. Hasil penelitian ini dapat bergunabagi para pembaca hasil penelitian untuk mengenal dan lebih memahami cara hidup dan cara pandang Abdi Dalem sebagai representasi dari orang Jawa yang masih kental kultur Jawanya. Terutama untuk memahami cara pandang Abdi Dalem dalam memaknai manfaat yang mereka dapatkan dari Keraton Ngayogyakarta .

  Hadiningrat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna dan Makna Hidup 1. Makna Menurut Kamus besar bahasa Indonesia (1998), kata makna

  dideskripsikan sebagai arti. Sedangkan kata pemaknaan dideskripsikan sebagai menjadikan sesuatu bermakna.

  Victor Frankl (Bastaman, 1996), mengatakan bahwa manusia berusaha memahami eksistensi kehidupannya melalui pemaknaan dari berbagai pengalaman hidupnya. Ada 3 prinsip yang menjadi landasan pemikiran Frankl mengenai peencarian manusia terhadap eksistensinya melalui pemaknaan hidup yaitu;

a. Kebebasan Berkehendak

  Manusia pada dasarnya memiliki kebebasan.Namun kebebasan ini bukanlah kebebasan yang tak terbatas, melainkan kebebasan dalam batas-batas tertentu. Manusia tidak mungkin terlepas dari kondisi biologis, kondisi psikologis, kondisi sosial, maupun kondisi kesejarahannya, jadi bukan kebebasan dari (freedom from) kondisi kondisi tersebut (Bastaman dalam Sukmono, Djohan dan Ellywati, 2000).

  Menurut Frankl (dalam Koeswara, 1992) manusia bebas untuk tampil di atas determinan-determinan somatik dan psikis dari keberadaannya sehingga ia memasuki dimensi baru, dimensi noetik atau dimensi sprititual, suatu dimensi tempat kebebasan manusia terletak dan dialami. Dari situ manusia sanggup mengambil sikap bukan saja terhadap dunia tetapi juga terhadap dirinya sendiri.

b. Kehendak Hidup Bermakna (Will to Meaning)

  Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama pada diri manusia.Hasrat inilah yang memotivasi setiap orang untuk bekerja, berkarya dan melakukan kegiatan-kegiatan penting lainnya dengan tujuan agar hidupnya menjadi berharga dan dihayati secara bermakna. Hasrat untuk hidup bermakna tersebut tidak saja nyata bagi manusia tetapi juga penting, untuk itu keliru jika hasrat ini dikatakan sebagai sesuatu yang hayalki dan artifisial (Bastaman,1996). Frankl sengaja mengunakan istilah “the will to

  ” bukan “the drive for meaning, karena makan dan nilai-

  meaning

  nilai hidup tidak mendorong (to push to drive), tetapi seakan akan menarik (to pull) dan menawari (tooffer) manusia untuk memenuhinya (Bastaman dalam Sukmono, Djohan dan Ellyawati, 2000). Hasrat untuk hidup bermakna mendambakan seseorang menjadi pribadi yang berharga dan berarti (being somebody) dengan kehidupan yang sarat dengan kegiatan-kegiatan yang

  Dari uraian di atas maka pemaknaan dapat dikatakan sebagai hasil inti sari pengamalan-pengalaman hidup seorang individu.

c. Makna Hidup (Meaning of Life)

  Menurut pendapat Frankl (dalam Bastaman, 1996), makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Bila makna hidup ini ditemukan dan dipenuhi maka seseorang akan merasakan hidup berarti dan berharga dan akhirnya akan menimbulkan kebahagiaan (happiness).

  Dari uraian di atas maka pemaknaan dapat dikatakan sebagai hasil inti sari pengamalan-pengalaman hidup seorang individu dalam usahanya untuk menemukan eksistensinya.

2. Makna Hidup (Meaning of Life)

  Menurut Yallom (dalam Bastaman 1996), pengertian makna hidup secara langsung mengarah pada pencarian tujuan hidup, yaitu hal-hal yang perlu atau ingin dicapai dan dipenuhi oleh manusia dalam perjalanan hidupnya.Keterikatan di antara makna hidup dan tujuan hidup tak dapat dipisahkan sehingga untuk tujuan praktis maka kedua pengertian tersebut tidak dapat dibedakan (Bastaman, 1996).

  Makna hidup menurut Frankl (dalam Sukmono, Djohan dan Ellyawati, 2000) tidak hanya bersumber dari agama atau realisasi nilai- pengalaman-pegalaman kehidupan seseorang. Makna hidup cenderung bersifat khas dan unik bagi setiap individu, sehingga makna hidup dari setiap orang dapat berbeda-beda. Bahkan individu dapat menarik pemaknaan yang berbeda dari berbagai momen kehidupannya.

  Sebagimana dikonsepkan oleh Frankl (dalam Alfian dan Suminar, 2003) makna hidup memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:

  • Makna hidup bersifat unik dan personal, sehingga tidak dapat diberikan oleh siapapun, melainkan harus ditemukan sendiri.
  • Makna hidup bersifat spesifik dan kongkrit, hanya dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari- hari, serta tidak selalu harus dikaitkan dengan tujuan idealistis maupun renungan filosofis.
  • Makna hidup member pedoman dan arah terhadap kegiatan- kegiatan yang dilakukan .
  • Makna hidup juga diakui sebagai sesuatu yang bersifat mutlak, semesta dan paripurna

  Frankl mengemukakan tiga cara untuk menemukan makna hidup dalam berbagai situasi kehidupan yaitu (1) dengan memberikan sesuatu yang berkenaan dengan hasil kreasi atau pekerjaan, (2) dengan mengalami sesuatu atau berdinamika dengan orang lain, dan (3) individu berpengang pada nilai-nilai tertentu sebagai pedoman untuk menemukan makna dan menyederhanakan pengambilan keputusannya. Nilai –nilai yang dijadikan pedoman tersebut menurut Frankl dapat dibagi menjadi 3 kategori nilai yaitu nilai kreatif, nilai pengalaman, dan nilai sikap (Schutlz, 1991).

  Individu dalam menemukan makna dari pengalaman hidupnya dapat merealisasikan 3 nilai tersebut yaitu: (1) nilai-nilai kreatif, yang diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan produktif, (2) nilai-nilai eksperensial atau penghayatan, melalui sikap terbuka, menerima diri atau menyerahkan diri kepada pengalaman-pengalaman kehidupan, dengan cara menemukan keindahan, kebenaran lewat cinta, (3) nilai- nilai bersikap, yaitu ketika individu menunjukkan keberanian dan kemuliaan menghadapi penderitaan (Schutlz, 1991).

  Pada akhirnya individu yang menemukan makna dalam kehidupannya akan mencapai keadaaan transendensi diri. Ketika individu mentransendensikan diri, individu tersebut akan melihat dirinya yang otentik, yang membuat pilihan, yang unik dan istimewa menegaskan tanggung jawabnya (Rakhmat dalam Setiawati, 2001).

  Uraian tentang ciri-ciri dan komponen kehidupan bermakna diatas dapat disimpulkan bahwa kebermaknaan hidup adalah penghayatan individu terhadap hal-hal yang dianggap penting, diyakini kebenarannya dan memberikan nilai khusus, serta dapat dijadikan dirinya sendiri dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kepuasan batin.

3. Pemaknaan terhadap Pekerjaan

  Menurut Frankl (1965) memahami manusia haruslah bergerak dari psikoanalsis (instingtif) ke analisis yang lebih bersifat eksistensial. Analisis eksistensial cenderung mengunakan fakta bahwa manusia dapat secara sadar memahami tanggung jawabnya sebagai manusia. Manusia yang sadar akan eksistensialnya adalah manusia yang sadar akan tanggung jawabnya, sehingga menurut Frankl melihat kesadaran akan tanggung jawab individu dapat menjadi titik permulaan dari analisis eksistensial. Frankl (1965) berpendapat bahwa dalam memahami eksistensi seseorang ada 2 cara yaitu (a) Analisa Eksistensial Umum dan (b) Analisa Eksistensial Khusus. Analisis eksistensial umum berusaha untuk memahami manusia dalam menyadari eksistensi mereka dalam lingkup (a) pemaknaaan terhadap hidup, (b) pemaknaan terhadap penderitaan, (b) pemaknaan terhadap pekerjaan, (c) pemaknaan terhadap cinta.

  Dalam pemaknaan terhadap pekerjaan, Frankl (1965) berpendapat bahwa manusia yang sadar akan eksistensinya akan selalu bertanya tentang pekerjaan yang dilakukannya sebagai bentuk aktualisasi diri. Menurutnya individu yang mengalami kondisi menganggur akan mengalami kehampaan eksistensi. Individu tersebut padakecemasan. Akibatnya maka individu tersebut akan mencari pelarian ke hal yang lain. Namun individu yang bekerja pun tidak akan luput dari kecemasan jika pekerjaan yang dijalani tidak dimaknai, dan lebih cenderung mengutamakan hasil pekerjaan daripada proses bekerja. Individu yang berkerja tanpa memaknai pengalamannya akan mengalami kejenuhan.

  Frankl (dalam Koeswara, 1992) berpendapat bahwa dalam nilai-nilai daya cipta (kreatif), aktivitas kerja merepresentasikan wilayah di mana keunikan individu tampil dalam hubungannya dengan masyarakat dan penemuan individu pada makna hidupnya.Pekerjaan dapat mengantarkan individu kepada makna jika perkerjaan itu merupakan usaha memberikan sesuatu nilai kepada hidupnya.Kemudian Bastaman (1996), berpendapat bahwa penghayatan hidup secara bermakna mempunyai ciri-ciri sebagai berikut; (a) Mampu menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh semangat dan gairah hidup serta jauh dari perasaan hampa.(b) Bagi Individu tugas-tugas dan perkerjaan sehari-hari merupakan sumber kepuasan dan kesenangan tersendiri sehingga mampu mengerjakan dengan semangat dan bertanggung jawab. (c) Bagi individu menjalani hari demi hari mampu menemukan beranekaragaman perngalaman baru dan hal-hal menarik yang semuanya menambah pengalaman hidup. Dari uraian diatas maka makna kerja dapat disimpulkan sebagai intisari dari pengalaman individu dalam usahanya untuk mencari eksistensi diri berdasarkan nilai-nilai daya kreatif dan pekerjaan.

B. Pengertian Abdi dan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta 1. Abdi

  Dalam Kamus Bahasa Indonesia (1988), pengertian abdi berarti orang bawahan, pelayan atau hamba.

2. Perngertian Abdi Dalem

  Abdi Dalem Keraton Yogyakarta adalah semua orang, baik

  laki-laki maupun perempuan, yang bekerja di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta, lebih dari sekedar pembantu rumah tangga.

  Mereka mencakup juga aparat pemerintahan yang mendukung seluruh aktivitas di Keraton Yogyakarta.Pada zaman pemerintahan Hamengku Buwono VIII, Abdi Dalem Kraton Yogyakarta secara umum dibagi ke dalam dua golongan.Pertama adalah Abdi Dalem perempuan, yang biasa disebut Abdi Dalem Keparak, dan kedua adalah Abdi Dalem laki- laki.Khusus Abdi Dalem laki-laki tidak ada sebutan khusus, cukup dengan sebutan Abdi Dalem. Abdi Dalem adalah orang-orang yang dengan suka rela memberikan pelayanannya pada keraton, Sultan dan keluarga keraton.Mereka menyiapkan hampir semua kebutuhan keseharian Sultan dan menjalankan upacara tradisional Jawa baik di berdasarkan pelayanan fungsionalnya. Abdi Dalem tidak sekedar pesuruh atau pembantu, tapi merupakan ujung tombak dalam mempromosikan keraton, mensosialisasikan sejarah keraton, dan mentransformasikan pernak-pernik keraton pada masyarakat. Abdi

  Dalem merupakan living monument (monument hidup). Ia menjadi

  saksi hidup dari rangkaian sejarah yang terukir dari zaman ke zaman, hingga saat ini. Keterkaitan Abdi Dalem dengan kraton sudah berlangsung lama yaitu sejak berdirinya Kasultanan Yogyakarta dan sejak itulah istilah Abdi Dalem lahir (Joyokusumo, dalam Kabare Jogja edisi XIV 2003).

  Bagi mereka imbalan berupa gaji bukanlah ukuran sehingga mereka tertarik menjadi Abdi Dalem. Bagi mereka, pengakuan sebagai

  Abdi Dalem oleh pihak Kraton Yogyakarta merupakan anugerah

  karena mereka bisa ngabehi dan lelabuh kepada raja atau sering disebut Ngarso Dalem.Untuk menjadi Abdi Dalem Keraton Yogyakarta terbuka bagi siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Bagi laki-laki yang ingin mendaftarkan diri menjadi Abdi Dalem bisa mendaftarkan diri di kantor Kawedanan Ageng Punokawan Puraraksa, sedang bagi wanita mendaftarkan diri di kantor Keparak Sebelum diangkat menjadi Abdi Dalem kraton, calon yang memenuhi syarat harus menempuh masa magang terlebih dahulu selama kurang lebih dua tahun. Dalam masa pengabdiannya selama magang tersebut syarat dan bekerja dengan baik mempunyai kesempatan untuk diangkat secara resmi menjadi Abdi Dalem Keraton Yogyakarta. Pengangkatan seorang magang menjadi Abdi Dalem resmi di Keraton Yogyakarta, ditandai dengan surat kekancingan yang ditandatangani langsung oleh Sri Sultan yang sedang berkuasa. Surat kekancingan yang dikeluarkan tersebut hanya bersifat sementara. Surat kekancingan yang asli baru akan dikeluarkan pada saat Tingalan Dalem Sri Sultan yang berkuasa pada saat itu (Joyokusumo, dalam Kabare Jogja edisi XIV 2003).

  Berdasarkan beberapa pengertian Abdi Dalem tersebut dapat disimpulkan bahwa Abdi Dalem ialah semua orang yang bekerja untuk mendukung seluruh aktivitas kraton yang pengangkatannya ditandai dengan surat kekancingan yang ditandatangani oleh Sri Sultan yang sedang berkuasa pada masanya (Joyokusumo, dalam Kabare Jogja edisi XIV 2003).

3. Motivasi atau Faktor Pendorong Menjadi Abdi Dalem a. Ketentraman atau Ketenangan Hidup

  Fenomena Kehidupan masyarakt Jawa yang menitikberatkan pada kesederhanaan, harmoni selaras dengan alam akhir-akhir ini semakin ditinggalkan.Hal ini karena orang lebih cenderung mengutamakan kehidupan duniawi daripada rohani.Para

  Abdi Dalem yang masih kental filsafat hidup kejawaannya tidak

  mau larut dalam kehidupan duniawi yang hanya memikirkan materi yaitu memperkaya rohani atau kehidupan batin.Dalam Upaya mewujudkan kehidupan batin tersebut ketentraman dan ketenangan jiwa menjadi utama. Pengabdian mereka terhadap Keraton umumnya dilandasi pemikiran akan perlunya ketentraman dan ketenangan dalam hidup. Walaupun rejeki dari Keraton jumlahnya kecil namun mereka percaya bahwa aka nada suatu jalan lain untuk mendapatkan rejeki, baik melalui keterampilan maupun jasa/kepandaian yang mereka punyai.

  Kebanyakan para Abdi Dalem ini menjadi menyadari bahwa

  urip mung mampir ngombe (hidup manusia itu ibarat hanya

  numpang minum) sehingga mereka dalam hidupnya dapat tenang dan tentram.Sikap dan pandangan yang seperti ini mengakibatkan mereka menjadi narima ing pandum. Hal ini selaras dengan peribahasa Jawa yang menyatakan bahwa bandhaiku mung titipan,

  anak titipan lan nyawa gadhuhan (harta itu hanya titipan, anak

  titipan dan nyawa pinjaman). Dengan begitu, Abdi Dalem memahami bahwa seseorang akan kaya atau miskin itu sudah suratan takdir masing-masing individu. Keadaan hidup berbeda antara orang satu dengan lainnya itu merupakah sunatulah (Hukum Allah). Prinsip nerima ing pandum (menerima takdir secara iklas) ini tampaknya menjadi motor pengerak dan motivator mereka sehingga hari dan pikiran akan menjadi tenang dalam menghadapi

b. Berkah

  Berkah atau sawab (Jawa) adalah kata kunci untuk memahami motivasi dan pendorong Abdi Dalem dalam mengabdi di kraton.Berkah sifatnya abstrak tetapi nilainya begitu kuat dan dijadikan pengangan para Abdi Dalem. Mereka bekerja karena mengharapkan berkah dari sultan.Berkah merupakan sesuatu yang sifatnya non material, yaitu berupa kedamaian dan ketentraman hidup. Berkah selalu dicari dalam hidup orang Jawa, karena hal ini berarti ada pengaruh yang akan menuntun manusia untuk hidup tenang, kecukupan, dan selamat.