Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa dan Mahasiswi Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Di susun Oleh : Utari Ragil Sayekti

  NIM : 069114050

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

  Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa dan Mahasiswi Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Di susun Oleh : Utari Ragil Sayekti

  NIM : 069114050

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

  

MOTTO

Di antara ciri-ciri kebahagiaan dan kemenangan

seorang hamba adalah : Bila ilmu pengetahuan nya

bertambah, bertambah pula kerendahan hati dan

kasih sayang nya. Setiap bertambah amal -amal

sholih yang dilakukan, bertambah pula rasa takut

dan kehati-hatiannya dalam menjalankan perintah

  

Allah. Semakin bertambah usianya, semakin

berkurang lah ambisi-ambisi keduniaannya. Ketika

bertambah hartanya, bertambah pula kedermawanan

dan pemberiannya kepada sesama. Jika bertambah

tinggi kemampuan dan kedudukannya, bertambahlah

kedekatannya pada manusia dan semakin rendah hati

kepada mereka.

~Imam Ibnul Qayyim~

”Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat

baik bagimu, dan boleh jadi

(pula) kamu me nyukai sesuatu padahal ia amat

buruk bagimu; Allah

mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

  

(Q.S. Al-Baqarah: 216)

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

ALLAH SWT

yang selalu memberikan rachmat dan nafas dalam

kehidupanku sampai saat ini..

  

Bapak, ibu, kakak-kakakku, saudara kembarku,

keponakanku, sepupuku

Dan segenap keluarga besar yang telah banyak memberikan

dukungan dan nasihat-nasihat

  

Serta sahabat-sahabatku

Dan kekasihku yang selalu menyediakan waktu untuk

memberikan saran dan dukungan..

  

Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa dan Mahasiswi

Utari Ragil Sayekti

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan self regulated learning antara

mahasiswa dan mahasiswi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan self

regulated learning antara mahasiswa dan mahasiswi. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 84 yang

terbagi dari 42 mahasiswadan 42 mahasiswi yang memiliki rentang usia 19 sampai 22 tahun yang

sedang menempuh kuliah pada semester 7 sampai 9 atau mahasiswa maupun mahasiswi angkatan 2006

dan 2007 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik purposive sampling. Data penelitian diungkap dengan menggunakan skala self regulated

(SRL) dengan teknik likert. Validitas penelitian ini menggunakan validitas isi. Skala SRL learning

memiliki Koefisien reliabilitas sebesar 0.945. Analisis data yang digunakan adalah uji T atau

independent sample t test . Hasil penelitian menunjukkan nilai p = 0.939 sedangkan p > 0.01 atau 0.939

> 0.01, maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa dan mahasiswi dalam

menggunakan kemampuan SRL.

  Kata kunci : strategi belajar, self regulated learning, gender

  

The Difference of Self Regulated Learning between

Male Students and Female Students

Utari Ragil Sayekti

ABSTRACT

  The aim of this study was to know the difference of self regulated learning between male and

female students. Hyphotesis in this study was there any difference of self regulated learning between

male and female students. Subject of this study were 84 students, separated into 42 male and 42 female

students. In this study, researcher use purposive sampling technique. Age was 19-22 years old, which

was studying at 7-9 semester or at 2006-2007 class of Sanata Dharma University, Yogyakarta. Data

of study was showed using self regulated learning scale with likert technique. Validity of this study was

content validity. Self regulated learning scale have coefficient of reliability 0,945. Data was analyzed

using T-test or independent sample T-test. The result showed t = -0,077 and p = 0,939 where p > 0,01

or 0,939 > 0,01. This meant were no significant difference between male and female students on self

regulated learning Keywords: learning strategy, self regulated learning, gender

KATA PENGANTAR

  Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan kesempatan yang telah diberikan selama mengerjakan skripsi yang berjudul “Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa dan Mahasiswi.” Dengan selesainya skripsi ini berarti saya telah berhasil menyelesaikan satu tahap dari suatu rangkaian kehidupan yang panjang. Banyak bantuan dan dukungan yang saya dapatkan selama proses penyelesaian skripsi ini berlangsung. Atas terciptanya karya sederhana ini, dengan segala kerendahan hati saya ingin mengucapkan terimakasih yang sangat dalam kepada :

  1. Ibu Titik Kristiyani, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi untuk segala bimbingan, nasihat, saran, kesabaran, waktu dan dukungan yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi.

  2. Bapak Agung Santoso, S.Psi., M. A & Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.si. selaku dosen penguji skripsi atas segala masukan dan kritik yang membangun selama proses pengujian skripsi.

  3. Bapak Y. Heri Widodo, M. Psi. selaku dosen yang selalu bersedia menyediakan waktu untuk memberikan beberapa masukan dan bimbingan kilat.

4. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si. selaku dekan yang selalu mendorong kami agar cepat menyelesaikan skripsi.

  5. Bapak Prof. Dr. Augustinus Supraktiknya. selaku dosen pembimbing akademik selama semester 1 sampai semester 6 untuk pendampingan dan saran-sarannya.

  6. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik untuk semua saran-sarannya.

  7. Semua dosen Fakultas Psikologi, Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah

memberikan pengetahuan dan ilmu yang berharga kepada penulis.

  8. Mas Doni, Mas Muji, Mbak Nanik, Mas Gandung dan Pak Gie yang telah

banyak membantu dan juga menjadi teman bagi para mahasiswa.

  9. Seluruh mahasiswa KKN Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terimakasih atas partisipasi dan bantuannya dalam proses pengumpulan data.

  10. Bapakku tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan serta nasihat yang sangat berguna.

  11. Ibuku tersayang yang selalu memberikan dukungan, kesabaran dan doa disetiap shalatnya serta selalu menjadi teman berkeluh kesah.

  12. Kakak-kakakku, Mas Jarot dan Mbak Yani dengan keponakanku Anandya yang telah memberikan waktu untuk membantu proses skripsi dan selalu memberikan canda tawa ditengah kejenuhan.

  13. Saudara kembarku Toro, terimakasih atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan selama proses pengerjaan skripsi ini.

  14. Pakde, Bude, Om, Tante serta Sepupu-sepupuku yang memberikan perhatian dan dukungan untuk penulis agar cepat menyelesaikan skripsi.

  15. Sepupuku tersayang Tesa dan teman dekatnya Dia, yang banyak membantu dalam segala situasi.

  16. Asa Mawajekta, yang sampai saat ini masih menjadi seseorang yang istimewa setelah keluarga yang selalu memberikan perhatian, dukungan dan kesabaran serta kebersamaan.

  17. Dimas selaku teman dan sahabat yang telah banyak membantu dalam proses pengolahan data.

  18. Sahabat-sahabatku tercinta dan tersayang Ayu, Liza, Dita, atas dukungan, perhatian, kekompakan dan pengertian serta kebersamaan yang telah diberikan sampai saat ini.

  19. Teman-temanku Winda, Endy, Sasa, Ike, Sentya, Pipink atas semua semangat dan kebaikan hatinya.

  20. Christina Natasha (Sasa), atas bimbingannya dan bantuannya dalam proses penyelesaian skripsi.

  21. Teman-teman “Kineta”, Satria, Hayu, Yoga, Timo atas semua dukungan dan dorongan untuk cepat menyelesaikan skripsi.

  22. Mbak uwie yang selalu berbaik hati untuk menawarkan makanan, minuman dan banyak membantu di rumah.

  23. Teman-teman SMA yang selalu memotivasi untuk cepat lulus dan meraih

  24. Gadih Nova Andarina, yang selalu memberikan dukungan dan setia menjadi teman yang baik.

  25. Teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangat kalian.

  26. Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan teman-teman yang mungkin tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

  Yogyakarta, 22 Januari 2011 Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………… ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……………………………………... iii HALAMAN MOTTO…………………………………….……………………... iv HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………… v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………. vi

ABSTRAK……………………………………………………………………….. vii

ABSTRACT………………………………………………………………………. viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………. ix KATA PENGANTAR…………………………………………………………... x

DAFTAR ISI……………………………............................................................... xiv

DAFTAR TABEL……………………………………………………………….. xviii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….. xix

  BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………

  1 A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………… 1

  

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………. 7

  

C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………... 7

  

D. Manfaat Penelitian……………………………………………………….... 7

  1. Manfaat Teoritis……………………………………………………….. 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………. 8 A. Pengertian Mahasiswa dan Mahasiswi……………………………………. 8 B. Remaja……………………………………………………………………. 8

  1. Pengertian Remaja…………………………………………………….. 8

  2. Tugas Perkembangan Remaja…………………………………………. 9

  3. Aspek Perkembangan Remaja…………………………………………. 11

C. Self Regulated Learning…………………………………………………… 14

  1. Pengertian Self Regulated Learning…………………………………… 14

  2. Aspek-aspek Self Regulated Learning………………………………… 15

  3. Faktor-faktor Self Regulated Learning……………………………….... 17

D. Perbedaan Laki-laki dan Perempuan dari Segi Anatomi dan Kognitif……. 20

  E. Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa dan Mahasiswi…... 24

  F. Hipotesis…………………………………………………………………... 30

  

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………….. 31

A. Jenis Penelitian…………………………………………………………….. 31 B. Identifikasi Variabel Penelitian……………………………………………. 31 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian………………………………….. 31 D. Subyek Penelitian………………………………………………………….. 33 E. Pelaksanaan Uji Coba Item………………………………………………... 34 F. Metode dan Alat Pengumpulan Data……………………………………… 34

1. Metode………………………………………………………………… 34

  G. Validitas dan Reabilitas Alat Ukur………………………………………... 40

  1. Validitas……………………………………………………………….. 40

  2. Reabilitas…………………………………………………………......... 41

  H. Analisis Data…………………………………………………………......... 45

  1. Normalitas…………………………………………………………….. 45

  2. Homogenitas………………………………………………………….. 45

  3. Uji Hipotesis…………………………………………………………... 46

  

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………….. 47

A. Deskripsi Subyek Penelitian……………………………………………….. 47 B. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian……………………………………... 48

  a. Persiapan Penelitian…………………………………………………… 48

  b. Pelaksanaan Penelitian………………………………………………… 49

  C. Deskripsi Data Penelitian………………………………………………….. 49

  D. Hasil Penelitian …………………………………………………………… 50

  1. Normalitas……………………………………………………………... 51

  2. Homogenitas…………………………………………………………... 52

  3. Uji Hipotesis…………………………………………………………… 53

  4. Analisis Tambahan…………………………………………………….. 54

  E. Pembahasan………………………………………………………………... 55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………… 61 A. Kesimpulan………………………………………………………………… 61 B. Saran……………………………………………………………………….. 61 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 63 LAMPIRAN – LAMPIRAN…………………………………………………….. 66

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Spesifikasi Skala SRL Sebelum Dilakukan Seleksi Item………………… 39

Tabel 2. Skor Skala SRL…………………………………………………………… 40

Tabel 3. Tingkat Reabilitas Berdasar Nilai Koefisien Alpha……………………… 42

Tabel 4. Spesifikasi Item Gugur dari SRL Setelah Seleksi Item …………………. 43

Tabel 5. Spesifikasi Skala SRLSetelah Dilakukan Seleksi Item…………………. 44

Tabel 6. Deskripsi Subjek Penelitian………………………………........................ 48

Tabel 7. Deskripsi Data Penelitian………………………………………………... 50

Tabel 8. Uji Normalitas Keseluruhan SRL………………………………………… 51

Tabel 9. Uji Homogenitas…………………………………………………………. 53

DAFTAR LAMPIRAN

  

Lampiran 1. Kuisioner Uji Coba………………………………………………… 65

Lampiran 2. Data Uji Coba Self Regulated Learning……………………………. 71

Lampiran 3. Reliabilitas Uji Coba Skala Self Regulated Learning………………. 77

Lampiran 4. Kuisioner Penelitian………………………………………………… 83

Lampiran 5. Data Penelitian Self Regulated Learning…………………………… 89

Lampiran 6. Deskripsi Data, Normalitas, Homogenitas dan Uji hipotesis………. 95

Lampiran 7. Data Penelitian Aspek Metakognisi………………………………… 98

Lampiran 8. Uji hipotesis Aspek Metakognisi…………………………………... 100

Lampiran 9. Data Penelitian Aspek Motivasi…………………………………..... 101

Lampiran 10. Uji hipotesis Aspek Motivasi………………………………………. 105

Lampiran 11. Data Penelitian Aspek Perilaku…………………………………….. 106

Lampiran 12. Uji Hipotesis Aspek Perilaku………………………………………. 108

Lampiran 13. Verbatim……………………………………………………………. 109

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perguruan tinggi berfungsi untuk meningkatkan kualitas pendidikan

  terutama sumber daya manusia yakni mahasiswa. Secara tidak langsung mahasiswa diharapkan mampu menjadi sumber daya manusia yang handal dan mampu menjawab tantangan zaman. Akan tetapi, permasalahan yang menarik perhatian di dalam dunia pendidikan adalah persoalan hasil prestasi belajar dan kualitas akademik yang dianggap penting karena dapat menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya proses belajar. Apabila hasil prestasi belajar mahasiswa tinggi, maka dapat diasumsikan bahwa kegiatan belajar tersebut telah berhasil dilakukan dan sebaliknya, apabila hasil prestasi belajar mahasiswa rendah, maka kegiatan belajar tersebut diasumsikan belum berhasil (Narulita, 2005).

  Gie (dalam Narulita, 2005) menyatakan bahwa mahasiswa hendaknya melakukan belajar dengan penuh semangat dan menggunakan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya, barulah mahasiswa dapat memperoleh keberhasilan atau kesuksesan dalam menempuh proses belajar di perguruan tinggi. Akan tetapi, pada kenyataannya, banyak diantara mahasiswa tidak memiliki kemampuan belajar yang efektif. Mahasiswa pada umumnya belum

  2 secara efektif dan mandiri. Kebanyakan mahasiswa melakukan aktivitas belajar dengan santai, mahasiswa biasanya sibuk belajar ketika menjelang ujian atau biasa disebut SKS (sistem kebut semalam). Selain itu, mahasiswa juga biasa menggunakan waktu-waktu kuliah kosong dengan berkumpul dan mengobrol dengan teman-temannya dan terlihat jarang untuk membaca buku.

  Mahasiswa diharapkan mampu untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif agar proses belajar juga mampu berjalan dengan efektif.

  Muhibbin (2008) menyatakan bahwa proses belajar dapat berjalan lancar dengan didukung oleh beberapa faktor yakni faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal berasal dari dalam diri mahasiswa itu sendiri seperti keadaan atau kondisi jasmani dan rohani yang meliputi aspek fisiologis dan psikologis seseorang. Faktor yang kedua adalah faktor eksternal yakni kondisi lingkungan di sekitar mahasiswa, seperti lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Faktor berikutnya yang juga mampu mempengaruhi belajar mahasiswa adalah faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan mahasiswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.

  Dalam membuat strategi belajar itu didukung oleh faktor internal lain yakni kemampuan mahasiswa dalam meregulasi dirinya atau biasa disebut self regulated learning

  (SRL). Zimmerman (dalam Pratiwi, 2009) mengungkapkan bahwa tujuan dari setiap strategi difungsikan untuk untuk

  3 lingkungan belajar. Strategi belajar sangat diperlukan, Sesuai penjelasan Zimmerman ( dalam Pratiwi, 2009 ) yang menyebutkan bahwa jika seseorang kehilangan strategi dalam self regulation maka mengakibatkan proses belajar dan performa yang lebih buruk.

  Zimmerman ( dalam Pratiwi, 2009 ) menjelaskan bahwa self-regulated learning penting bagi semua jenjang akademis. Self-regulated learning dapat diajarkan, dipelajari dan dikontrol. Self regulated learning mampu mengatur kinerja dan prestasi akademis. Hal ini penting untuk dikaji, mengingat mahasiswa harus mengatur diri supaya prestasi akademisnya sesuai dengan yang diharapkan. Zimmerman dan schunk (dalam Ropp, 1998) menyatakan bahwa self regulated learning merupakan suatu proses pengarahan dan instruksi diri untuk mentransformasikan kemampuan mental menjadi keterampilan akademik.

  Butler & Winne (dalam Narulita, 2005) mengemukakan bahwa melalui strategi self regulated learning diasumsikan mahasiswa mampu menempuh proses pendidikan dan prestasi akademik dengan optimal, mahasiswa juga memiliki kemampuan mengorganisasikan diri terhadap tugas- tugas akademik yang dibebankan secara efektif sebagai upaya untuk mengoptimalkan performansi akademiknya.

  Setiap orang mempunyai cara yang berbeda untuk mengelola kegiatan belajarnya. Perbedaan itu dapat di lihat dari segi usia, pendidikan maupun

  4 dan proses belajar seseorang. Sebuah penelitian menyatakan bahwa secara umum terdapat beberapa perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai hal. Gurian (2011) menjelaskan bahwa ternyata otak laki-laki dan perempuan memang berbeda sehingga mempengaruhi pola belajar dan kerja otak mereka sejak masa kanak-kanak.

  Perbedaan itu terdapat pada beberapa bagian otak yaitu Cerebral cortex, Corpus callosum, Gray matter dan White matter, Amygdala dan

  Estrogens . Cerebral cortex ini meningkatkan proses kecepatan pada otak perempuan sehingga membantu wanita untuk lebih cepat merespon informasi atau materi yang diperoleh di kelas dan mampu membuat berbagai tugas lebih cepat dibandingkan laki-laki. Gurian juga menyatakan bahwa bagian otak lain yaitu Corpus callosum memiliki pengaruh yang besar pada perempuan karena Corpus callosum menghubungkan hemispheres kanan dan kiri dari otak sehingga otak perempuan lebih cepat dalam memproses informasi diantara dua hemisphere tersebut dan menghubungkan bahasa serta proses emosi dengan efisien dibandingkan laki-laki.

  Berbeda dengan Corpus callosum, Gray matter dan White matter mempengaruhi otak perempuan sehingga membuat perempuan menjadi lebih efisien dalam mengerjakan berbagai macam tugas, sedangkan laki-laki cenderung lebih efektif dalam menyelesaikan tugas dan fokus pada hitungan seperti matematika. Bagian otak lain adalah Amygdala yang cenderung

  5 membuat laki-laki lebih agresif dibandingkan perempuan serta Estrogens yang membuat perempuan kurang agresif dan kompetitif.

  Penelitian lain yang ditulis oleh Bregman & Scott ; Lewin, Davis & Hops (dalam de Bruyn, Dekociv, & Meijnen, 2003) menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki menunjukkan adanya perbedaan bentuk perilaku sosial. Pada beberapa kejadian, menunjukkan bahwa perilaku belajar anak perempuan lebih terencana dan berhati-hati sedangkan anak laki-laki lebih berfokus pada pola perilaku belajar yang bebas dan kurang terkontrol. Selain itu, menurut Bregman & Scott ; Lewin, Davis & Hops (dalam de Bruyn, Dekociv, & Meijnen, 2003) pada umumnya wanita lebih mampu mencapai prestasi dalam bidang akademis dibandingkan laki-laki.

  Beberapa penelitian lain mengatakan bahwa dibandingkan laki-laki, perempuan cenderung lebih baik dalam dalam menangani materi-materi akademis, memberikan perhatian terhadap pelajaran di kelas, berusaha lebih keras dalam menyelesaikan tugas-tugas akademis dan berpartisipasi di kelas (Santrock, 2007). Berbeda dengan penelitian sebelumnya, Zimmerman dan Pons (dalam dalam Jessie, Chang, & Tan, 2004) melakukan studi tentang perbedaan strategi self regulated learning pada siswa yang berasal dari sekolah umum dan siswa yang berasal dari sekolah anak berbakat. Dalam penelitiannya, Zimmerman dan Pons menemukan ada perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam menggunakan strategi self self regulated

  6 tujuan dan rencana belajar, perempuan juga memonitor dan mengevaluasi strategi belajarnya.

  Sebagai data tambahan, Peneliti juga mengajukan beberapa pertanyaan singkat mengenai self regulated learning pada beberapa mahasiswa laki-laki dan perempuan. Proses tanya jawab ini dilakukan untuk mengetahui pola belajar pada laki-laki maupun perempuan dan bagaimana mereka menyikapi aktivitas belajar yang mereka miliki. Peneliti memberikan lima pertanyaan yang mewakili aspek self regulated learning.

  Pertanyaan yang diberikan merupakan gambaran dari aspek kognisi yaitu kemampuan subyek dalam merencanakan kegiatan belajarnya. Aspek lainnya adalah aspek motivasi dan perilaku seperti hal mendasar yang membuat mereka berusaha optimal dalam belajar dan bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar agar proses belajar menjadi kondusif. Hasilnya menyebutkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki pola belajar yang berbeda. Perempuan lebih memiliki pola belajar yang teratur seperti merencanakan aktivitas belajarnya. Perempuan juga cenderung memiliki tempat khusus untuk mendukung kondusifitas dari kegiatan belajarnya dibandingkan laki-laki.

  Berangkat dari beberapa perbedaan tersebut dan melihat pentingnya self regulated learning terhadap proses belajar dan pencapaian hasil prestasi siswa membuat peneliti ingin menambah kajian penelitian baru guna

  7 dilakukan. Peneliti ingin membuktikan dan mengukur apakah ada perbedaan self regulated learning antara mahasiswa dan mahasiswi.

  B. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan self regulated learning antara mahasiswa dan mahasiswi

  C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan self regulated learning

antara mahasiswa dan mahasiswi.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Secara Teoritik, penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam bidang psikologi khususnya psikologi pendidikan. Adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan infomasi mengenai perbedaan self regulated learning antara laki-laki dan perempuan.

  2. Secara praktis Bagi mahasiswa, penelitian ini bisa menjadi sebuah informasi agar mahasiswa mengetahui dan berusaha untuk meningkatkan kemampuan self regulated learning dengan optimal dalam belajar sehingga dapat memperoleh prestasi yang memuaskan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Mahasiswa atau Mahasiswi Susantoro (dalam Rahmawati, 2006) mengatakan bahwa mahasiswa

  ataupun mahasiswi adalah kalangan muda yang berumur antara 19-28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke dewasa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini banyak menggunakan teori tentang remaja, dimana mahasiswa maupun mahasiswi masuk dalam kategori remaja akhir.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

  Hurlock (1999) mengatakan istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah Adolsecense, seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan fisik. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak- anak ke masa dewasa, dimulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu Menurut Steinberg (2002) remaja akhir merupakan perlihan antara masa anak dan masa dewasa yakni antara usia 19-22 tahun. Selain itu, Hall (dalam Santrock, 2001) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh goncangan (topan dan tekanan) yang ditandai dengan konflik dan perubahan suasana hati.

  Piaget (dalam Hurlock, 1999) mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang- kurangnya dalam masalah hak.

  Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang berusia antara 19-22 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa dimana masa tersebut ditandai dengan adanya konflik dan perubahan suasana hati.

2. Tugas Perkembangan Remaja

  Menurut Havinghurst ( dalam Dariyo, 2004 ) menyatakan terdapat lima tugas perkembangan yang harus dilalui pada seorang remaja, yaitu : a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis-psikologis Diketahui bahwa perubahan fisiologis yang dialami oleh individu, kebutuhan dorongan biologis, namun bila dipenuhi hal itu pasti akan melanggar norma-norma sosial. Padahal dari penampilan fisik, remaja sudah seperti orang dewasa. Dengan demikian, dirinya dituntun untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik.

  

b. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita

Pergaulan dengan lawan jenis ini adalah suatu hal yang sangat penting, karena dianggap sebagai upaya untuk mempersiapkan diri guna memasuki kehidupan pernikahan nanti.

  c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya Ketika sudah menginjak dewasa, individu memiliki hubungan pergaulan yang lebih luas dibandingkan dengan masa kanak-kanak sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa individu tidak lagi bergantung pada orang tua. Bahkan mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bergaul bersama teman-temannya dibandingkan dengan keluarganya.

  d. Remaja bertugas untuk menjadi warga Negara yang bertanggungjawab Menurut Schaie (dalam Dariyo, 2004), masa tersebut di istilahkan sebagai masa aquisitif, yaitu masa dimana remaja berusaha untuk mencari bekal pengetahuan dan keterampilan atau keahlian guna mewujudkan cita-citanya, agar menjadi seorang ahli yang profesional e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis Melakukan persiapan diri dengan menguasai ilmu dan keahlian agar dapat bekerja dan memperoleh penghasilan yang layak sehingga dapat menghidupi diri sendiri maupun keluarganya nanti. Sebab keinginan terbesar seorang individu (remaja) adalah menjadi orang yang mandiri dan tak bergantung pada orang tua secara psikis maupun ekonomis.

3. Aspek Perkembangan Remaja

  Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu:

  a. Perkembangan Fisik Perkembangan fisik secara signifikan membawa perubahan khususnya pada otak dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak- yang cirinya adalah kematangan. Adanya perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

  b. Perkembangan Kepribadian dan Sosial Perkembangan kepribadian dan sosial juga berperan dalam perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain.

  c. Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001).

  Tahap operasi formal adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal, remaja dapat berpikir alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.

  Hal yang paling penting adalah berkembangnya kemampuan kognitif seorang remaja dimana menurut Piaget (dalam Santrock, 2001) remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Hal ini pula yang mendorong remaja untuk melakukan tugas perkembangannya sebagai individu yang mampu membekali dirinya dengan ilmu dan keterampilan serta mencapai prestasi yang diharapkan.

C. Self Regulated Learning (SRL)

1. Pengertian Self Regulated Leraning

  Menurut Purwanto (2000) Self regulated learning secara harafiah disusun dari dua komponen yaitu self regulated yang berarti mengelola diri dan learning berarti belajar. Self regulated learning sendiri secara keseluruhan dapat diartikan sebagai belajar dengan cara mengelola diri

atau dengan kata lain belajar yang bertumpu pada pengelolaan diri.

  Pintrich (dalam Jessie, chang, & Tan, 2004) mengatakan bahwa Self regulated learning dapat didefinisikan sebagai proses dimana pelajar menggunakan strategi belajar yang berbeda dengan meregulasi kognisi, motivasi, tingkah laku, dan konteks. Berbeda dengan Pintrich, menurut Winne (dalam Mujidin, 2008) self regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara aktif pengalaman belajarnya sendiri

dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal.

  Zimmerman & Pons (dalam Jessie, chang, & Tan, 2004) self regulated learning mengemukakan bahwa bukan semacam kemampuan mental atau keterampilan akademik, tetapi semacam proses pengarahan diri atau instruksi diri dimana pelajar menstranformasikan kemampuan mental menjadi keterampilan akademik. Selain itu, Menurut Zimmerman (1989), self regulated learning terdiri atas pengaturan dari tiga aspek umum pembelajaran akademis, yaitu kognisi, motivasi dan

  Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa self regulated learning merupakan kemampuan seseorang untuk mengelola dan mengontrol dirinya secara aktif dalam kegiatan belajar dengan mengikut sertakan kemampuan kognisi, motivasi dan perilaku.

2. Aspek-aspek Self regulated learning

  Menurut Zimmerman (1989) self regulated learning mencakup tiga aspek yaitu : a. Kognisi Kognisi adalah kemampuan individu dalam merencanakan, mengorganisasikan atau mengatur, menginstruksikan diri serta memonitor dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajarnya.

  b. Motivasi Motivasi dalam self regulated learning ini merupakan pendorong (drive) yang ada pada diri individu yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi otonomi yang dimiliki dalam aktivitas belajar.

  Motivasi merupakan fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan erat dengan perasaan kompetensi yang dimiliki setiap individu. c. Perilaku Perilaku merupakan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi, dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar.

  Sesuai aspek di atas, selanjutnya (Wolters dkk, 2003) menjelaskan secara rinci penerapan strategi dalam setiap aspek self-regulated learning sebagai berikut. Pertama, strategi untuk mengontrol atau meregulasi kognisi meliputi macam-macam aktivitas kognitif dan metakognitif yang mengharuskan individu terlibat untuk mengadaptasi dan mengubah kognisinya. Strategi pengulangan (rehearsal), elaborasi (elaboration), dan organisasi (organization) dapat digunakan individu untuk mengontrol kognisi dan proses belajarnya.

  Kedua, strategi untuk meregulasi motivasi melibatkan aktivitas yang penuh tujuan dalam memulai, mengatur atau menambah kemauan untuk memulai, mempersiapkan tugas berikutnya, atau menyelesaikan aktivitas tertentu atau sesuai tujuan. Regulasi motivasi adalah semua pemikiran, tindakan atau perilaku dimana siswa berusaha mempengaruhi pilihan, usaha, dan ketekunan tugas akademisnya. Regulasi motivasi meliputi mastery self-talk, extrinsic self-talk, relative ability self-talk, relevance enhancement, situasional interest enhancement, self- consequating, dan penyusunan lingkungan (environment structuring).