NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’AN Kajian Surat Al-Israa’ Ayat 29 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF

AL-Q UR’AN Kajian Surat Al- Israa’ Ayat 29

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

Oleh:

Muzayanatul Maghfiroh

NIM : 111-14-053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

HALAMAN JUDUL

  

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF

AL-Q UR’AN (Kajian Surat Al- Israa’ Ayat 29)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh:

Muzayanatul Maghfiroh

NIM : 111-14-053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018 HALAMAN BER

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Dr. M. Gufron, M. Ag.

  Dosen IAIN Salatiga Nota Pembimbing Lampiran : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi

  Kepada: Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka naskah skripsi mahasiswa:

  Nama : Muzayanatul Maghfiroh NIM : 111-14-053 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF

  AL- QUR’AN (Kajian Surat Al-Israa’ Ayat 29)

Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk

diujikan dalam munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk

menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 25 Juli 2018 Pembimbing Dr. M. Gufron, M.Ag.

  NIP. 19720814 200312 1 001

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

  Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 HALAMAN PENGESAHAN Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Emai

SKRIPSI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-

  QUR’AN (Kajian Surat Al- Israa’ Ayat 29)

Disusun oleh:

Muzayanatul Maghfiroh

  

NIM : 111-14-053

Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, pada tanggal 20 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd).

  

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

  Sekretaris : Dr. M. Ghufron, M.Ag. Penguji I : Dr. Wahyudhiana, M.Pd. Penguji II : Dra. Siti Farikhah, M.Pd.

  Salatiga, 20 September 2018 Dekan Suwardi, M.Pd.

  NIP.19670121 199903 10 002

  

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN

KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Muzayanatul Maghfiroh NIM : 111-14-053 Program Studi : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul :NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

  PERSPEKTIF AL- QUR‟AN (KAJIAN SURAT AL-

  ISRAA‟ AYAT 29) Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di publikasikan pada e-repository IAIN Salatiga.

  Salatiga, 6 Juli 2018 Yang Menyatakan, Muzayanatul Maghfiroh NIM: 111-14-053

  

MOTTO

خ ساٌلل نهعفًأ ساٌلا زي

  

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling

bermanfaat bagi manusia lain”

  

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

  1. Ayahku dan ibundaku tersayang, Iskandar dan Sri Hastuti yang senantiasa memberikan dukungan baik materil maupun moril dan tak pernah berhenti memantau, memberikan do ‟a, nasihat, kasih sayang, bimbingan, motivasi dan semangat untuk anak-anaknya.

  2. Adikku tercinta Ahmad Abdurrozak dan Aliya Nur Inayah yang selalu berpartisipasi menemani, memberikan dukungan, support, dan do‟anya untukku.

3. Muhammad Furqon yang senantiasa menemani, memberikan dukungan, semangat, motivasi, do‟a dan kasih sayang yang tiada henti.

  4. Dosen pembimbing skripsiku, Bp. Dr. M. Gufron, M.Ag. yang selalu memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama proses skripsi ini.

  5. Segenap keluarga besar Mbah Hanoto besserta anak cucu dan keluarga besar Mbah Muhrodi beserta anak cucu yang selalu membimbing dan memberikan motivasi, semangat yang tak henti-hentinya demi terselesaikan skripsi penelitian ini.

  6. Sahabat seperjuangan yang selalu menemani saya sejak SMA sampai sekarang selalu bersama-sama Hikmah Ramadani susah senang bersama- sama dan berjuang bersama dalam mengerjakan skripsi.

  7. Sahabat seperjuangan satu dosbing Tatu Mafazah, Laili Nur Fitriyani, Muna, Khusnadia, Fatin, Nur Khasanah, Kholiq, Rahmat dll yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

  8. Sahabat dan teman dekatku segenap keluarga “Purworejo Squad” Hikmah, Hana, Hima, Eka, Ida, Indri, Izza, Tatu, Uma yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.

  9. Keluarga kost Salatiga, Nisa, Fajar, Nunung, Tika, Uus, Rana, Retno, Sofi, dan Zulfa yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

  10. Tim PPL SMP Negeri 1 Salatiga, Afif, Dwita, Ela, Irfan, Khamidah, Mui‟I, Rani, Riska, Sari, Tatu, dan Umam yang selalu memberikan motivasi.

  11. Tim KKN Posko 123 (Lukas), mbak Alim, Anjar, Arif, Dani, Dwi Aryanti, Indah, Hasimah dan mbak Umi yang selalu support.

  12. Tim kerja Marvel Salatiga, Mba Anggun, Eka, Nana, beserta karyawan Marvel lain yang telah memberikan pengalaman berharga, selalu memberikan motivasi dan dukungan untuk meraih kesuksesan.

  13. Segenap keluarga besar PAI B Angkatan 2014.

  14. Segenap keluarga besar PAI Angkatan 2014.

  15. Segenap pendidik dan pembaca.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan atas kehadirat

  

Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Nilai-

Nilai Pendidikan Akhlak Persepektif Al- Qur‟an (Kajian Surat Al-Israa‟ Ayat 29) ini dengan baik dan lancar.

  Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung

Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafa‟atnya di

yaumul akhir . aamiin.

  Penulisan skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan tanpa bantuan dari

berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

  Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Bapak Dr. M. Gufron, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  5. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan akademik selama kuliah.

  6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

  7. Keluarga besar PAI IAIN Salatiga angkatan 2014.

  8. Seluruh pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

  Terselesaikannya tulisan ini selain sebagai bentuk tanggung jawab

pengenyam perguruan tinggi yang tentunya kelak akan menjadi salah satu

referensi. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,

serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.

  Salatiga, 25 Juli 2018 Penulis

  

ABSTRAK

Maghfiroh, Muzayanatul. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Perspektif

Al qur‟an (Kajian Surat Al-Israa‟ Ayat 29). Prodi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Gufron, M.Ag.

  Kata Kunci: Nilai. Pendidikan. Akhlak. Al- Israa‟ Ayat 29.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai pendidikan akhlak yang terkandung di dalam Al- Qur‟an surat Al-Israa‟ ayat 29, kemudian untuk

mengetahui bagaimana implementasi yang dapat dilakukan dalam dunia

pendidikan berdasarkan isi dari surat Al-

  Israa‟ ayat 29. Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al- Israa‟ ayat 29 ini,

penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library resear), kemudian

menggunakan dua sumber data, yakni data primer dari Al-

  Qur‟an, Tafsir Al

Misbah, An-Nur dan Al-Misbah , metode pengumpulan datanya dengan

mengumpulkan data dari sumber primer dan sekunder yang mendukung, setelah

itu menganalisis data dengan teknik analisis isi (content analysis).

  Berdasarkan permasalahan yang telah penulis rumuskan, maka diperoleh hasil penelitian bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surat Al- Israa‟ ayat 29

ada dua, yang pertama larangan berbuat kikir yang dipertegas dalam kitab tafsir

  

Al-Maraghi agar gemar menafkahkan hartanya namun juga kendalikan nafsu,

dalam tafsir An-Nur, bahwa jangan tidak memberikan sesuatu kepada orang lain

karena bisa menyesal, dalam tafsir Al-Misbah, bahwa diperintahkan untuk

bermurah tangan dan hati. Kedua larangan boros, dalam tafsir Al-Maraghi

ditegaskan jangan memberikan kepada orang yang tidak pantas menerima

misalnya untuk kemaksiatan, dalam tafsir An-Nur bahwa, dilarang mengeluarkan

harta diluar batas kemampuan, dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan agar melakukan

hal yang berada di tengah-tengahnya antara kikir dan boros yakni berderma.

Implementasi dalam lembaga pendidikan diataranya dengan menenamkan akhlak

terpuji dalam setiap materi pelajaran yang bersangkutan, selain itu siswa diajarkan

untuk terjun langsung dalam masyarakat seperti kegiatan bakti sosial dalam

mewujudkan sifat dermawan, kegiatan infaq setiap hari Jum‟at untuk

mewujudkan sifat gemar berinfaq, kegiatan menabung di sekolah untuk

mengajarkan sifat berhemat, kemudian untuk menghindari sifat tamak yaitu saling

kerjasama dan menghargai sesame teman, atau ikut mengapresiasi apabila teman

memperoleh prestasi agar terhindar dari sifat iri, dengki atau sejenisnya.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR ........................................................................ i

LEMBAR BERLOGO IAIN ............................................................................ ii

HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................ vi

MOTTO ........................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

ABSTRAK ....................................................................................................... xii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

  1 A.

  1 Latar Belakang Masalah............................................................................

  B.

  5 Rumusan Masalah .....................................................................................

  C.

  6 Tujuan Penelitian ......................................................................................

  D.

  6 Manfaat Penelitian ....................................................................................

  E.

  7 Metode Penelitian .....................................................................................

  F.

  9 Kajian Pustaka ..........................................................................................

  G.

  Penegasan Istilah ....................................................................................... 11 H. Sistimatika Penulisan ................................................................................ 19

  BAB II KOMPILASI AYAT ..........................................................................

  21 A. Redaksi Surat Al-Israa‟ Ayat 29 dan Terjemahannya .............................. 21 B.

  

Arti Kosakata (Mufrodat).......................................................................... 21

C.

Pokok-pokok Kandungan Surat Al-Israa‟ Ayat 29 ................................... 23

BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH ....................................

  26 A. Sejarah Turunnya Surat Al-Israa‟ ............................................................. 26 B.

  

Tema dan Tujuan Utama Surat Al-Israa‟ .................................................. 27

C.

Asbabun Nuzul .......................................................................................... 29

D.

  Munasabah ................................................................................................ 31 BAB IV PEMBAHASAN ...............................................................................

  36 A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Al-Israa‟ Ayat 29 .......................... 36 1.

  Larangan Kikir ................................................................................... 37 2. Larangan Menghambur-hamburkan Harta (Boros) ........................... 41 B.

Implementasi Nilai-Nilai Akhlak Al-Israa‟ 29 dalam Pendidikan ........... 45

1.

  Menanamkan Sifat Dermawan ........................................................... 45 2. Gemar Berinfaq dan Berzakat ............................................................ 47 3. Hemat ................................................................................................. 50 4. Jangan Tamak .................................................................................... 53

  BAB V PENUTUP ..........................................................................................

  55 A. Kesimpulan ............................................................................................... 55 B.

  Saran ......................................................................................................... 57 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

  60 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................

  62

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak dapat diartikan sebagai sebuah sistem lengkap yang terdiri

  dari karakteristik-karakteristik atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik tersebut dapat membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda- beda (Ali Abdul Halim Mahmud, 2004: 26). Dari pengertian tersebut bahwa akhlak merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang dimana dalam melakukan kebiasaan tersebut tanpa berfikir panjang sehingga menghasilkan perbuatan yang dilakukan berkali-kali dan dalam keadaan yang berbeda-beda sesuai kehendak masing-masing.

  Pendidikan akhlak merupakan kaidah dasar yang harus ditanamkan dalam diri setiap manusia. Karena bukan hanya sekedar tata aturan, tetapi menjadi pedoman yang kokoh agar kehidupan manusia berjalan dengan harmonis sebagaimana mestinya. Akhlak mencerminkan kehidupan yang dijalani setiap manusia baik secara fisik maupun jiwanya, apabila akhlaknya baik maka seluruh kehidupan jasmani dan rohaninya tentu akan baik, begitu juga sebaliknya, jika akhlak melenceng dari kaidah agama, maka sudah menjadi barang tentu jika aspek jasmani dan rohaninya akan terpengaruh.

  Kajian akhlak sangat luas, bahkan di dalam al- qur‟an tidak hanya terdapat di dalam satu surat saja, akan tetapi disini penulis lebih menekankan pada satu bahasan yakni firman Allah SWT di dalam surat Al-

  Isra‟ ayat 29 yang berbunyi,

               

Artinya : Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada

lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu

menjadi tercela dan menyesal .

  Dilihat dari ayat tersebut, betapa pentingnya mengkaji dan memaparkan apa yang sebenarnya dianjurkan di dalam Al- Qur‟an mengenai bagaimana berakhlak yang baik dengan mengamalkan sifat hemat dan tidak bermegah-megahan dalam membelanjakan harta, dan juga tidak begitu kikir kepada sesama dengan harta yang telah dimiliki.

  Menyikapi hal tersebut, dapat dikaitkan dengan pergaulan di era globalisasi ini yang merupakan tuntutan bagi umat manusia tanpa terkecuali. Semua orang dari berbagai kalangan mengalami dan mengikuti arus modernisasi yang sedang terjadi. Sebagai manusia yang memahami akan pengetahuan tentunya dapat memilih dan memilah mana yang menjadi kebutuhan atau hanya kemauan untuk memenuhi trend masa kini.

  Sebagai calon pendidik diharapkan mampu memberikan contoh yang baik akan budaya dan etika berperilaku yang baik, sesuai dengan kaidah agama maupun kemaslahatannya. Dewasa ini masalah yang sedang menjadi perbincangan diantaranya terkait dengan kebutuhan food, fashion dan fun, untuk itu menjadi sangat penting bagi penulis untuk dapat mengaitkan apa yang sebenarnya terjadi di dunia ini sehingga berbagai kalangan berlomba- lomba untuk memenuhi kebutuhannya tersebut, bahkan mereka tidak sedikitpun memikirkan dan memprioritaskan manakah yang menjadi kebutuhan utamanya ataupun sekedar kebutuhan penunjang.

  Tidak sedikit dari kita yang menjadi korban globalisasi, modernisasi yang dituntut mengikuti trend masa kini, karena dalam diri mereka sudah tertanam pemikiran yang serba instan, bagaimanapun cara yang akan ditempuh untuk memenuhi kebutuhannya tanpa memperhatikan manfaat yang sebenarnya dibutuhkan. Sehingga dapat dikatakan kurang memperhatikan bagaimana memanfaatkan dan membelanjakan harta kita untuk memenuhi kebutuhan utama kita, sehingga dapat meminimalisir diri kita untuk terhindar dari golongan pemboros atau israf. Untuk itu masalah tersebut menjadi salah satu faktor yang dapat dikaitkan dengan firman Allah SWT surat Al-Israa

  ‟ ayat 29, karena Allah SWT telah menegaskan di dalam ayat tersebut bahwa terdapat kalimat jangan terbelenggu pada lehermu dan jangan terlalu mengulurkannya, dengan kata lain dapat diartikan jangan terlalu kikir dan jangan terlalu berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta yang dimiliki.

  Hal tersebut menjadikan keprihatinan yang mendalam, karena termasuk dalam kemerosotan akhlak yang begitu cepat berkembang, lebihnya lagi fenomena tersebut telah mewabah di berbagai kalangan baik anak-anak, muda, dewasa bahkan orangtua tidak ketinggalan untuk memenuhi kebutuhan instannya daripada mementingkan kebutuhan utama atau bahkan sekedar menyisihkan untuk orang-orang yang lebih membutuhkan, sehingga harta yang dimiliki begitu bermanfaat dan dapat menjadi berkah tersendiri di dalam kehidupannya. Kemerosotan akhlak yang menjadi kajian disini yakni sifat kikir dan sifat boros di kalangan masyarakat.

  Kikir atau cinta pada harta timbul akibat dua faktor yaitu: pertama, cinta pada syahwat ditambah dengan ketakutan pada kefakiran dan kurangnya kepercayaan pada datangnya rezeki, maka kekikiran sudah pasti akan menguat. Kedua, mencintai wujud harta itu sendiri lalu mengetahui bahwa dia sama sekali tidak membutuhkannya (Moh Yusni Amru Ghozali, 2017: 420). Hal tersebut merupakan salah satu penyakit hati yang rawan terjadi bagi sebagian umat muslim. Kemerosotan akhlak yang kedua dari ayat tersebut yaitu sifat boros yang dapat menyebabkan seseorang menjadi hedonisme. Hedonisme berasal dari bahasa Yunani hedone yang berarti nikmat atau kegembiraan, hedonisme bertolak dari anggapan bahwa manusia hendaknya hidup sedemikian rupa sehingga ia dapat semakin bahagia. Hedonisme memiliki makna kebenaran yang mendalam yakni bahwa manusia menurut kodratnya hanya mencari kesenangan dan berupaya menghindari ketidaksenangan (K. Bertens, 2002: 238) . Dengan alasan mengapa penulis mengangkat judul bertema pendidikan akhlak kajian surat al-

  Israa‟ ayat 29 karena ayat al-Israa‟ ayat 29 tersebut secara spesifik menegaskan bahwasannya terdapat makna yang mendasar tentang memanfaatkan harta dilarang kikir dan jangan boros dan untuk menghindari gaya hidup hedonisme. Selain itu, ayat ini juga belum dibahas padahal di makna yang terkandung dapat dijadikan pedoman oleh manusia dalam menjalankan kehidupannya selama di dunia yakni memanfaatkan harta untuk tidak berlebihan sebagaimana fenomena yang terjadi di kalangan masyarakat bahwa keinginan terhadap barang-barang yang harus dimiliki meskipun itu belum tentu bermanfaat dan juga jangan terlalu bakhil dalam menyimpan harta, karena di dalam rezeki kita yang dimiliki ada hak orang lain artinya harus juga berbagi sesuai takarannya, harta yang memang hanya titipan dari Allah SWT dan Allah pun mempertegas perintah tersebut dalam ayat 29 dari surat al-

  Israa‟ ayat 29 ini, untuk itu menjadi sangat penting bagi penulis untuk mengangkat judul

  “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Al-Qur’an Kajian Surat Al- Isra’ ayat 29”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan pertimbangan yang telah dipaparkan pada latar belakang tersebut, maka penulis memiliki beberapa pokok permasalahan yang dapat dikemukakan sebagai berikut : 1.

  Bagaimanakah nilai tentang pendidikan akhlak dalam Al-Israa‟ ayat 29? 2. Bagaimanakah implementasi pendidikan akhlak yang terdapat di dalam surat Al-Israa

  ‟ ayat 29 ?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka penulis dapat memaparkan tujuan dari penelitian ini yakni :

  1. Untuk mengatahui nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Al- Isra‟ ayat 29.

  2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan akhlak yang sesuai dengan surat Al- Isra‟ ayat 29.

  D. Manfaat Penelitian

  Secara teoritis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah informasi yang jelas kepada para pembaca untuk mengetahui bagaimanakah menanamkan pendidikan akhlak yang terdapat di dalam surat Al-

  Isra‟ ayat 29, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan acuan dalam melakukan penelitian sejenis di masa yang akan datang.

  Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi: 1. Untuk Peneliti

  Dapat dijadikan sebuah sarana untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang library research dan untuk dijadikan sebagai acuan dalam berperilaku untuk menanamkan akhlak sesuai dengan kajian.

2. Untuk Pembaca

  Dapat dijadikan rujukan dan motivasi untuk dapat melakukan penelitian yang sejenis di masa yang akan datang.

3. Untuk IAIN Salatiga

  Dapat menambah perbendaharaan referensi karya tulis ilmiah dan menambah khazanah keilmuan bagi para pembaca khususnya yang melakukan penelitian sejenis.

E. Metode Penelitian

  Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian, baik dalam proses mencari data dan mengolah data nantinya, diantaranya yakni : 1.

  Jenis Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan (library

  research) , yaitu suatu penelitian terhadap buku-buku sebagai produk

  ulama yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi. Dengan demikian nantinya dari hasil literer dideskripsikan apa adanya kemudian dianalisis.

2. Sumber Data

  Karena berdasarkan jenis penelitian tersebut, yakni dengan menggunakan metode library research, maka penulis mengambil data dari berbagai sumber sebagai berikut :

  a) Sumber Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari Al-Qur‟an dan terjemah, kitab tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab, kitab tafsir

  An-Nur dan kitab tafsir Al-Maraghi.

  b) Sumber Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang mendukung data primer (Chang, 2014: 38). Terdiri dari beberapa buku yang membahas tentang pendidikan akhlak dan buku yang berkaitan dengan tafsir Al- Isra‟ ayat 29.

  3. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data yang menjadi sumber data primer yaitu surat Al-

  Qur‟an surat Al-Israa‟ ayat 29 dan terjemahnya, kitab tafsir Al-Misbah, kitab tafsir An-Nur dan kitab tafsir Al-Maraghi, serta dari sumber data sekunder yang relevan seperti catatan, transkip, buku, surat kabar dan sebagainya. Setelah data tersebut terkumpul kemudian dilakukan penelaah secara sistematis yang berkaitan dengan penelitian tersebut sehingga dapat diperoleh bahan-bahan dan penyajian data.

  4. Metode Analisis Data Menulis menggunakan teknik analisis isi (content analysis) ini merupakan teknik menulis dengan mencari kesimpulan yang shahih dari sebuah buku atau dokumen, atau dengan mencari karakteristik pesan yang dilakukan secara objektif dan sistematis (Moleong, 2011:

  263). Cara kerja dari metode ini adalah dengan mengambil makna

  surat yang terkandung dalam sumber data primer yaitu Al-Quran dengan menggabungkan penjelasan dari sumber data sekunder yakni tafsir Al-Maraghi, Al-Misbah dan An-Nur, kemudian disimpulkan makna apa yang terkandung di dalam surat al-

  Isra‟ ayat 29 tersebut.

F. Kajian Pustaka

  Fungsi kajian penelitian adalah untuk mengemukakan hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun beberapa penelitian yang dilakukan dan sejauh ini telah penulis ketahui adalah sebagai berikut:

  1. Sayidatul Muwafiqoh, IAIN Salatiga, Prodi PAI (2017), dengan judul skripsi “Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur‟an Surat Maryam ayat 41- 42”, menyimpulkan bahwa konsep pendidikan akhlak dalam al-qur‟an yaitu perbuatan manusia yang dilakukan tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu karena telah menjadi kebiasaan yang mantab, kemudian pada dasarnya akhlak dibagi menjadi 2, yaitu akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah. Dalam QS. Maryam ayat 41-42 secara garis besar mengandung nilai-nilai pendidikan kejujuran

  (siddiq) , selain itu aktualisasi dalam pendidikan karakter berupa:

  menanamkan sifat jujur, sifat tauhid kepada anak sejak dini, sikap lemah lembut terhadap orang tua, serta lemah lembut dalam membela kebenaran.

  2. Fifi Nor Kamila, IAIN Salatiga, Prodi PAI (2016), dengan judul skripsi “Dasar-Dasar Pendidikan Akhlak Telaah Surat Al-A‟raf Ayat 199-

  202)”, menyimpulkan bahwa dasar-dasar pendidikan akhlak dalam surat tersebut yaitu: memaafkan, mengerjakan yang ma‟ruf, menjauhi orang-orang jahil atau kemungkaran, menahan amarah, takwa kepada Allah, pendurhaka itu dalam kesesatan.

3. Kurniawati, IAIN Salatiga, Prodi PAI (2016), dengan judul skripsi

  “Konsep Pendidikan Akhlak Surat Luqman Ayat 12-19 Dalam Tafsir Al-

  Misbah Karya M. Quraish Shihab”, menyimpulkan bahwa konsep pendidikan akhlak dalam surat Luqman menurut tafsir Al-Misbah karangan M. Quraish Shihab yaitu: pertama, akhlak kepada Allah SWT tentang ajaran ketauhidan, mensyukuri nikmat dan mentaati segala perintah maupun larangan-Nya, kedua, aqidah yakni tentang urusan yang harus diyakini kebenarannya oleh hati, yang berkaitan dengan tauhid atau ajaran mengesakan Allah SWT, tidak menyekutukan-Nya dan mensyukuri nikmat-Nya, ketiga, akhlak kepada orangtua yang di wujudkan dengan menghormati dan berbakti kepadanya dengan ketentuan tidak melenceng dari ketentuan Allah SWT. keempat, akhlak kepada orang lain dan diri sendiri, yang diwujudkan apabila berakhlak kepada orang lain keluarga menanamkan tentang akhlak mulia sehingga anak tidak akan bertindak melenceng dri norma yang telah diajarkannya, kemudian akhlak pada diri sendiri bahwa anak akan memiliki kepribadian yang kuat jika penanaman

  amar ma‟ruf nahi munkar sejak dini dalam keluarga.

  Kemudian implementasi konsep pendidikan akhlak surat Luqman ayat 12-19 yaitu berbakti kepada orangtua, selalu rendah hati dan tidak sombong, dari kisah Luqman juga dipaparkan seperti tidak boleh syirik dari wujud ketauhidan, berbakti kepada orangtua, dan menanamkan akhlak pada diri sendiri diterapkan dalam keluarga agar dapat menanamkan nilai budi pekerti luhur dalam bermasyarakat.

  Penelitian tersebut merupakan penelitian terdahulu yang memiliki tema pendidikan akhlak sama halnya seperti tema yang penulis kaji, tetapi menjadi berbeda dengan penelitian tersebut, karena nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam QS al Israa‟ ayat 29 yang penulis kaji menekankan pada pendidikan akhlak kikir dan jangan boros, kemudian perbedaan lain, metode ataupun hasil dari penjabaran pendidikan akhlaknya pun berbeda dari kedua penelitian yang telah dilakukan kedua peneliti tersebut.

G. Penegasan Istilah

  Untuk meminimalisir kesalahpahaman dalam memaknai permasalahan yang ada di dalam judul penelitian ini, maka penulis menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut : 1.

  Nilai Pendidikan Akhlak Nilai adalah sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan atau nilai-nilai agama yang perlu kita indahkan

  (Poerwadarminta, 2006: 801).

  Pendidikan memiliki banyak arti diantaranya yaitu, pendidikan sebagai suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan, pendidikan sebagai suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak-anak dalam pertumbuhannya.

  Akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari kata khuluq yang berarti adat kebiasaan, perangai, tabiat dan

  muru‟ah atau budi pekerti, watak, tabiat (Samsul Munir Amin,

  2016: 1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai, kebiasaan bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al- Qur‟an. Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut

  

khuluq yang tercantum dalam surat Al-Qalam ayat 4, ayat tersebut

  dinilai sebagai konsiderans pengangkatan Nabi Muhammad sebagai Rasul (Quraish Shihab, 1996: 253).

      

Artinya: “ Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti

yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4) (Al-Qur‟an dan Terjemah Al-„Aliyy,

2005: 451).

  Selain surat Al-Qalam ayat 4, terdapat ayat lain yang menegaskan bahwa kata khulq merujuk pada pengertian perangai yakni dalam Al- Qur‟an surat As-Syu‟ara ayat 137 yang berbunyi:

       

  

Artinya: “(agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang

dahulu.”(QS. As-Syu‟ara: 137) (Al-Qur‟an dan Terjemah Al-„Aliyy,

2005: 297).

Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa kata khulq mengandung

makna perangai atau tingkah laku yang dilakukan manusia.

  Sedangkan pengertian akhlak secara terminologi menurut Ibnu

Maskawaih yaitu keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran

terlebih dahulu. Keadaan ini terbagi menjadi dua ada yang berasal dari

tabiat aslinya ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-

ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan

pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu

bakat atau akhlak (Samsul Munir Amin, 2016: 3).

  Dalam bukunya Samsul Munir Amin (2016: 8) juga dijelaskan bahwa Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya‟ Ulumuddin menyebutkan induk dari akhlak adalah empat hal yakni: 1.

  Al-Hikmah (Kebijaksanaan): Keadaan atau tingkah laku yang dapat menentukan sesuatu yang benar, dengan cara menyisihkan hal-hal yang salah dalam segala perbuatan, yang dilakukan secara ikhtiariah (tanpa paksaan).

  2. Asy-Syaja‟ah (Keberanian): Keadaan jiwa yang menunjukkan sifat kemarahan, namun dituntun oleh akal pikiran untuk terus maju dan mengekangnya.

3. Al-„Iffah (Pengekangan Hawa Nafsu): Mendidik kekuatan syahwat atau kemauan, dengan berdasarkan akal pikiran dan syariat agama.

  4. Al-„Adl (Keadilan): Suatu Keadaan jiwa yang dapat membimbing kemarahan dan syahwat, serta membawanya ke arah yang sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan. Setidaknya dalam menentukan akhlak manusia dapat dilihat dari

keempat hal tersebut menurut Al-Ghazali. Sedangkan secara istilah

  menurut Al-Ghazali dalam bukunya Samsul Munir berarti sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran. Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, ia dinamakan akhlak yang baik, tetapi jika menimbulkan tindakan yang jahat, maka ia dinamakan akhlak yang buruk (Samsul Munir, 2016: 3). Lebih dari itu, akhlak secara universal berarti ilmu yang membicarakan tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk (Abuddin Nata, 2013: 5). Standar akhlak yakni berdasarkan Al-

  Qur‟an dan Sunnah (Yunahar Ilyas, 2007: 3). Akhlak juga dapat diartikan sebagai etika dan moral : Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yang asal katanya yaitu

  

ethos dalam bentuk tunggal berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak,

  perasaan. Sedangkan secar istilah etika berarti ilmu tantang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K. Bertens, 2002: 4).

  Etika merupakan usaha sadar manusia untuk memakai akal budi dan daya fikirannya untuk memecahkan masalah bagaimana seseorang harus hidup jika ingin menjadi baik (Franz Magnis Suseno, 1987: 17). Pendapat lain bahwa etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia, dan etika berhubungan dengan empat hal yaitu: pertama, dilihat dari pembahasannya bahwa etika membahas tentang perbuatan yang dilakukan manusia, kedua etika dilihat dari sumbernya bahwa etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat, ketiga dilihat dari segi fungsinya yakni sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang dapat dinilai baik atau buruk, mulia, terhormat, hina atau yang lainnya, keempat, dilihat dari segi sifatnya bahwa etika bersifat relatif artinya dapat berubah-ubah sesuai dengan ketentuan zaman (Abuddin Nata, 2013: 76-77). Untuk standar etika lebih menekankan pada pertimbangan akal pikiran (Yunahar Ilyas, 2007: 3).

  Dari beberapa pengertian tersebut secara umum dapat diartikan bahwa etika merupakan suatu usaha yang dilakukan manusia untuk menjadikan dirinya baik dipandang orang lain dengan melakukan perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan atas dasar akal dan kesadaran sehingga membentuk sebuah watak dan kepribadian yang baik dari diri manusia tersebut.

  Dengan demikian, jika dilihat dari pengertian di atas antara akhlak dan etika memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya bahwa keduanya sama-sama membahas masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia. Perbedaan diantara keduanya bahwa Etika bersumber dari akal pikiran bukan dari agama, sedangkan akhlak berdasarkan ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya.

  Selain dikenal dengan istilah etika, kajian mengenai akhlak juga dikenal dengan istilah moral. Secara etimologi, moral berasal dari bahasa Latin mores yang merupakan bentuk jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa

  

Indonesia , merumuskan moral sebagai ajaran tentang baik buruknya

  perbuatan dan kelakuan yang berupa akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Samsul Munir Amir, 2016: 15). Dalam KBBI dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Pengertian lain menjelaskan bahwa moral adalah suatu tindakan manusia yang bercorak khusus, yaitu yang didasarkan kepada pengertiannya mengenai baik buruk (Mudlor Ahmad: 41).

  Sedangkan secara istilah bahwa moral berarti istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah , baik atau buruk (Abuddin Nata, 2013: 78). Standar moral lebih menekankan pada kebiasaan umum yang berlaku di masyarakat (Yunahar Ilyas, 2007: 3). Dalam kajiannya kata etika dan moral memiliki beberapa persamaan, bahwa secara etimologi, kata etika dan moral memiliki arti yang sama yaitu kebiasaan dan adat. Dengan kata lain, etika dengan rumusan yang sama dengan moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Adapun perbedaannya, etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral bersifat praktis.

  Menurut pandangan para filsuf, etika membahas tingkah laku secara universal (umum), sedangkan moral memandang secara spesifik.

  Moral menyatakan ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran tersebut (Samsul Munir Amin, 2016: 15). Untuk itu dapat disimpulkan bahwa antara moral dan etika memiliki persamaan dalam hal pembahasannya yang berkaitan dengan masalah akhlak dan juga dapat diartikan sebagai suatu kebiasan yang dilakukan oleh manusia secara terus menerus sehingga menjadi sifat atau perangai baik sifat yang baik ataupun yang buruk dari diri manusia tersebut dan moral lah yang sebenarnya membedakan manusia dari makhluk Tuhan lainnya.

  Sedangkan hubungan antara etika, moral dengan akhlak dapat dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya dimana dari ketiga komponen tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai dan tentram baik batiniah atau lahiriahnya.

  Perbedaannya antara lain antara etika, moral dan akhlak terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika di dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran dan pada moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah Al-

  Qur‟an dan hadist. Namun demikian etika, moral dan akhlak tetap saling berhubungan dan membutuhkan. Dengan kata lain jika etika dan moral berasal dari manusia sedangkan akhlak berasal dari Tuhan, selain itu bahwa akhlak bersifat mutlak, absolute dan tidak dapat diubah, sementara etika, moral dan susila sifatnya terbatas dan dapat diubah (Abuddin Nata, 2002: 95).

  Dengan demikian pendidikan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk menyiapkan dan mendampingi dalam pembentukan tingkah lakunya agar sesuai dengan kaidah yang berlaku sesuai dengan tuntunan Nabi dan Rasul sebelum kita, sehingga menjadi insan kamil yang senantiasa berada pada suatu perbuatan yang mulia disisi-Nya.

1. Surat Al-Israa’

  Surah Al-Israa' (

  ارسلإا, al-Isrā, "Perjalanan Malam") ada ke-17 dalam Surah ini dinamai dengan Al-Isra a‟ yang berarti "memperjalankan di malam hari". Surah ini dinamakan pula dengan nama Surah Bani Israel dikaitkan dengan penuturan pada ayat ke-2 sampai dengan ayat ke-8 dan kemudian dekat akhir surah yakni pada ayat 101 sampai dengan ayat 104 di mana yang setelah menjadi bangsa yang kuat lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena menyimpang dari ajaran SWT. Dihubungkannya kisah Isra dengan riwayat Bani Israel pada surah ini, memberikan peringatan bahwa uma akan mengalami keruntuhan, sebagaimana halnya Bani Israel, apabila mereka juga meninggalkan ajaran-ajaran agamanya (Depag RI, 2009: 425).

Dokumen yang terkait

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QURAN SURAT AN NAHL AYAT 90-91 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 83

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB ‘AQIDATUL AWAM KARYA SAYID AHMAD AL – MARZUKI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 2 112

KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA PERSPEKTIF ZAKIAH DARADJAT SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 88

NILAI-NILAI AKHLAK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13) SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

1 1 91

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB KHULASHAH NURUL YAQIN KARYA MUHAMMAD KHUDHARI BEK SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

2 5 115

KONSEP PENDIDIKAN PERSPEKTIF IBNU KHALDUN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 1 80

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-AN’AM AYAT 151-153 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

1 0 117

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE LIYE SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 122

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’AN SURAT AN-NUR AYAT 58, 59, 60 DAN 61 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 2 116

KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Kajian Surat Al-Kahfi Ayat 60-82) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 69