Pengaruh membaca al Qur'an (sebelum pembelajaran) terhadap kecerdasan spiritual siswa di SMAN 1 Giri Banyuwangi.

(1)

PENGARUH PEMBIASAAN MEMBACA AL-QUR’AN (SEBELUM PEMBELAJARAN) TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI

SMA NEGERI 1 GIRI BANYUWANGI

SKRIPSI

Oleh :

EVA MAWADDATUS SOLICHAH NIM. D71213093

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


(2)

Nama

: Eva Mawaddatus Solichah

NIM

:D71213093

Jurusan

: Pendidikan Islam

Prodi

: Pendidikan Agama Islam

Fakultas

: Tarbiyah dan Keguruan

Alarnat

: Gunung Sari II no 17 a/ RT.OI RW.08 Surabaya

Judul PENGARUH PEMBIASAAN

MEMBACA

AL.QUR'AN

(SEBELUM PEMBELAJARAN) TERHADAP KECERDASAN

SPruTUAL SISWA DI SMA NEGERI 1 GIRI BANYLIWANGI

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1.

Skripsi

ini tidak

pemah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan tinggi

manapun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.

2.

Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan merupakan hasil karya orang lain.

3.

Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini sebagai hasil karya orang lain,

saya akan bersedia menanggung segala konsekuensi hukum yang te{adi.

Surabay4 09 April20l7

Yang


(3)

(4)

NAma

:EVA

MAWADDATUS SOLICHAH

NIM

:D7i2i309:

Judul

:

PENGARUH PEMBIASAAN

MEMBACA AL-QUR'AN

(SEBELUM PEMBELAJARAN) TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI SIUA NEGERI 1 GIRI BANYUWANGI.

Skripsi ini telah rliperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Pembimbing I

Surabaya,5 Apnl 2017

Pembimbing

iI

Prof. Dr. H. AIi Niudlofir. M.Ae

19631116198903r003 19s30410198803r001


(5)

(6)

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Pembiasaan membaca al-Qur’an, kecerdasan spiritual siswa

Siswa yang memasuki usia remaja akan mengalami peningkatan reaktivitas emosional sehingga tidak jarang menimbulkan pelanggaran terhadap norma-norma agama dan sosial. Maka dari itu perlu adanya keseimbangan antara IQ, EQ, SQ dijaman serba modern orang tua dan pendidik juga harus mengedepankan SQ siswa dalam membentuk pribadi siswa yang unggul.Islam memiliki cara tersendiri dalam menanggulanginya salah satunya adalah dengan pembiasaan membaca Al-Qur’an. Dengan Membaca Al-Qur’an terus-menerus setiap hari akan menimbulkan kecintaan kita kepada sang ilahi dan akan mendorong perilaku siswa dalam kebaikan. Oleh karena itulah, penulis melakukan penelitian tentang Pengaruh Pembiasaan Membaca Al-Qur’an terhadap Kecerdasan Spiritual Siswa. yang dalam hal ini dilakukan di SMAN 1 Giri Banyuwnagi.

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah tentang bagaimana pembiasaan membaca Al-Qur’an, bagaimana kecerdasan spiritual siswa, serta bagaimana pengaruh pembiasaan membaca Al-Qur’an terhadap kecerdasan spiritual siswa di SMAN 1 Giri Banyuwangi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang menggunakan metode kuantitatif dengan teknik statistic regresi linier sederhana. Sedangkan metode pengumpulan data yang penulsi gunakan adalah 1) Interview, 2) Observasi, 3) Dokumentasi, 4) Angket.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan pembiasaan membaca Al-Qur’an di SMAN 1 Giri Banyuwnagi cukup baik dalam sisi tejnis pelaksanaannya, namun kurang baik dalam hal implementasinya pada individu siswa. Hasil angket menunjukan bahwa pembiasaan membaca

Al-Qur’an sebesar 52,47%. Sedangkan Kecerdasan spiritual siswa tergolong baik

, hal ini bisa dilihat dari prosentase angket sebesar 50,66%

Hasil lain menunjukan terdapat hubungan antara pembiasaan membaca Al-Qur’an terhadap kecerdasan spiritual siswa. Dan korelasi variabel pembiasaan membaca Al-Qur’an terhadap kecerdasan spiritual siswa di SMAN 1Giri Banyuwangi diperoleh 51, 122% dan sisanya 48,88% dipengaruhi oleh faktor lain, seperti latar belakang siswa, keluarga, lingkungan masyarakat, dan sosial siswa.


(7)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

DAFTAR TRANSLITERASI ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian... 8

D.Manfaat Penelitian... 8

E. Penelitian Terdahulu ... 9

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 11


(8)

H. Hipotesis ... 14

I. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI A.Pembahasan tentang Pembiasaan Membaca Al-Qur’an... 17

1. Pengertian Pembiasaan Membaca Al-Qur’an ... 23

2. Dasar dan Tujuan Pembiasaan Membaca Al-Qur’an ... 23

3. Syarat-syarat pelaksanaan pembiasaan ... 29

4. Adab Membaca Al-Qur’an ... 30

5. Keutamaan Membaca Al-Qur’an ... 35

B.Pembahasan tentang Kecerdasan Spiritual Siswa ... 40

1. Teori Kecerdasan Manusia ... 40

2. Pengertian Kecerdasan Spiritual ... 46

3. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual ... 50

4. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual... 60

5. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual ... 68

6. Manfaat Kecerdasan Spiritual ... 69

C.Pengaruh Pembiasaan Membaca Al-Qur’an Terhadap Kecerdasan Spiritual Siswa... 72

D.Hipotesis ... 75

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 77

1. Jenis Penelitian ... 77


(9)

xiii

a. Tahap Penelitian ... 79

b. Sumber Data ... 80

B.Variabel, Indikator, dan Instrumen Penelitian ... 81

1. Variabel dan Indikator Penelitian ... 81

2. Instrumen Penelitian ... 83

C.Populasi dan Sampel ... 83

D.Jenis Data ... 88

1. Data Kualitattif ... 88

2. Data Kuantitatif ... 89

E. Teknik Pengumpulan Data ... 89

1. Metode Observasi ... 89

2. Metode Dokumentasi ... 90

3. Metode Wawancara ... 90

4. Metode Angket ... 91

a. Uji Validitas Instrumen ... 92

b. Uji Reliabilitas Instrumen ... 94

F. Teknik Analisis Data ... 94

BAB IV HASIL PENELITIAN A.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 101

B.Penyajian Data dan Analisa Data ... 126

1. Penyajian Data ... 126

a. Pembiasaan Membaca Al-Qur’an di SMAN 1 Giri Banyuwangi ... 127


(10)

b. Kecerdasan Spiritual Siswa SMAN 1 Giri Banyuwangi ... 131 2. Analisa Data ... 135

a. Analisa Data Tentang Pembiasaan Membaca Al-Qur’an .. 135 1) Uji Validitas Instrumen ... 137 2) Uji Reliabilitas Instrumen ... 138 3) Hasil Presentase Tentang Pembiasaan Membaca

Al-Qur’an di SMAN 1 Giri Banyuwangi ... 140 b. Analisa Data Tentang Kecerdasan Spiritual Siswa di SMAN 1 Giri Banyuwangi ... 153 1) Uji Validitas Instrumen ... 155 2) Uji Reliabilitas Instrumen ... 156 3) Hasil Presentase Tentang Kecerdasan Spiritual Siswa di SMAN 1 Giri Banyuwangi ... 157 C.Analisis Data Pengaruh Pembiasaan Membaca Al-Qur’an Terhadap

Kecerdasan Spiritual Siswa di SMAN 1 Giri Banyuwangi ... 171

BAB V PENUTUP

1. Simpulan ... 194 2. Saran ... 195

DAFTAR PUSTAKA ... 197 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(11)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses modernisasi berjalan terus menerus seiring dengan perkembangan teknologi informatika dan komunikasi yang berkembang secara pesat dan mendasar seperti adanya internet, gadget dan smartphone. Dalam bergelut dengan gejala modernisasi tidak jarang manusia kehilangan arah, bahkan kehilangan ekstitensi dirinya sebagai makhluk sosial. Akibantnya manusia hanya dibutakan oleh kenikmatan yang bersifat duniawi atau materialistik sehingga banyak mengesampingkan nilai-nilai mental spritual yang telah diwariskan oleh Alloh SWT kepada nabi adam as sampai anak cucu dan keturunannya.1

Kondisi masyarakat Indonesia pada saat ini menunjukna bahwa terjadi suatu guncangan yang cukup memprihatinkan, nilai-nilai fundamental agama tidak lagi dijadikan landasan dan bertindak, rasa kasih sayang antara sesaama makhluk ilahi diganti dengan rasa kebencian. Kondisi yang sangat mengerikan tersebut masih ditambah dengan merosotnya anak bangsa yang banyak melanggar norma-norma agama dan norma sosial kemasyarakatan. Seperti halnya mengkonsumsi narkotika, minum-minuman keras, tawuran antar pelajar, dan seks bebas.

1


(12)

Pendidikan jika dipandang sebagai sebuah proses, maka akan berakhir pada sebuah tujuan yang telah direncanakan.2 Tujuan yang hendak dicapai oleh pendidkan pada hakikatnya merupakan suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbaik dalam pribadi manusia yang di inginkan. Dalam al-qur‟an telah dijelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk insan kamil yang

muttaqin , yaitu : hubungan baik dengan sang penciptanya, hubungan baik manusia dengan sesamanya dan hubungan baik manusia dengan lingkungan seitarnya.3

Lingkungan pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan perilaku anak, baik lingkungan fisik maupun lingkunagn sosio psikologis, termsuk didalamnya adalah belajar. Kehidupan pada masa anak dengan berbagai pengaruhnya adalah masa kehidupan yang sangat penting khusunya berkaitan dengan diterimanya perangsangan (stimulus) dan perlakuan di lingkungan hidupnya.4 Lingkungan sekolah yang masih mengedepankan nilai-nilai keagamaan dan menjunjung tinggi ajaran agama Islam yang diharapkan dapat mencetak peserta didik yang unggul dan berbudi pekerti yang baik.

Mendidik peserta didik agar menjadi pribadi yang unggul dan berbudi pekerti yang baik atau menjadi insan kamil yang muttaqin tidaklah mudah. Dibutuhkan usaha dan peranan dari segala elemen baik elemen lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan sosial anak. Pendidikan berawal

2

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h.53. 3

Ibid. 4

F.J Monks, Siti Rahayu, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: UGM Press, 2006), h.123.


(13)

3

dari keluarga disinilah peran orang tua sangatlah penting dan dominan, tetapi melihat fenomena di jaman sekarang banyak orang tua yang hampir melupakan pendidikan agama anak-anakanya. Mereka lebih cenderung mementingkan pendidikan ilmu eksakta. Melihat maraknya cara mendidik orantg tua yang seperti itu, maka peran lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk mencetak anak bangsa yang unggul atau menjadi insan kamil yang muttaqin.

Oleh karena itu perhatian yang lebih intensif harus diberikan oleh sekolah dan orang tua kepada para siswa. Sekolah dan keluarga harus mengisi kegiatan siswa sehari-hari dengan kegiatan-kegiatan positif. Diantaranya kegiatan yang bersifat kerohanian. Karena perisai diri agar tidak terjerumus kepada perbuatan tersebut disamping ilmu agama yang dimiliki tapi juga kerohanian / keimanan yang kuat. Dan keimanan yang kuat tidak hanya diperoleh dari pendidikan tapi juga dari kebiasaan. Maka dari itu, siswa dalam kehidupan sehari-harinya harus dibiasakan dengan kegiatan-kegiatan yang positif, diantaranya adalah membaca Al-Quran/Tadarus Al-Quran.

Umat Islam telah dianugerahkan oleh Allah SWT mukjizat yang sangat luar bias berwujud Al-Qur‟an. Al-Qur‟an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan jalan perantara malaikat jibril secara berangsur-angsur. Al-Qur‟an berisi pokok-pokok ajaran yang akan membawa umat manusia ke jalan yang benar dan membacanya merupakan ibadah. Al-Qur'an menurut para ahli ilmu kalam ialah yang ditunjuk oleh yang dibaca itu, yaitu kalam zalai yang berdiri pada dzat Allah yang senantiasa bergerak dan tidak pernah ditimpa suatu bencana. Sebagian


(14)

ulama berkata bahwa Al-Qur'an jika dibaca Qur'an dengan tidak membaca al di depannya adalah nama bagi segala yang dibaca. Apabila disebut Al-Qur'an maka tertujulah kepada kalamullah yang dituurnkan dalam bahasa Arab.5 Tanpa petunjuk Al-Qur‟an, manusia hidup tersesat dan berakhir tidak selamat. Sebagaimana muslim yang beriman akan mengharapkan petunujuk dan bimbingan dari Allah SWT.

Langkah Awal dalam memperoleh dan memahami semua petunjuk

Al-Qur‟an adalah dengan kegiatan membaca. Islam menaruh perhatian dalam

aktivitas membaca. Islam menaruh perhatian lebih dalam aktivitas membca. Hal ini berdasrkan pada ayat yang peratama kali turun adalah perinah membaca tentu saja hanya dengan membaca tidak semata-mata mengubah perilaku seseorang, tetapi dengan cara membaca terus-menerus setiap hari akan menimbulkan kecintaan kita kepada sang Pemilik jagad raya dan akan mendorong perilaku kita dalam kebaikan.

Membaca Al -Qur'an terdapat keutamaan-keutamaannya yaitu : nilai pahala, obat terapi jiwa yang gundah, memberikan syafaat, menjadi nur di dunia dan sekaligus menjadi simpanan di akhirat, dan malaikat turun memberikan rahmat dan ketenangan. dari keutamaan-keutamaan tersebut maka membaca Al-Qur'an perlu dijadikan aktivitas dan konsumsi sehari-hari.6

Pembiasaan membaca Al-Qur'an menjadikan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik atau metode pendidikan. Lalu ia mengubah seluruh sifat-sifat baik

5

Tengku Muhammd, Sejarah dan Pengantar Imu Al-Qur'an, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006), h.8

6

Ahmad Syarifuddin, Mendidik anak membaca, menulis dan mencintai Al-Qur'an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), h.45.


(15)

5

menjadi kebiasaan, sehinngga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terpaksa atau merasa berat. pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam pembentukan pribadi dan akhlak. pembiasaan agama akan memasukan unsur-unsur positif pada jiwa anak. Semakin banyak pengalaman agama yang didapat anak melalui pembiasaan, maka semakin banyak unsur agama dalam pribadinya dan semakin mudahlah ia memahami dan melaksanan ajaran agama.7

Potensi ruh keimanan manusia yang berada dalam pribadi bisa berubah-ubah, sehingga potensi ruh yang diberikan oleh Allah harus senantiasa di pupuk dan dipelihara dengan memberikan stimulus dalam ibadah. Proses rangsangan yang demikianlah yang dapat mendambah atau meningktakan kecerdasan spiritual pada pribadi siswa.

Kecerdasan spiritual yang dimiliki dalam diri setiap anak didik yang dibimbing secara berkelanjutan akan membentuk sebuah benteng dan akan menjadikannya sebagai manuisa yang mempunyai kepribadian sesuai dengan tujuan pendidikan nasional berdasarkan UUD no.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang bebunyi sebagai berikut :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriamn dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

7


(16)

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokkratis serta beratnggung jawab.8”

Agar tercapainya tujuan pendidikan yang sudah diuraikan diatas untuk menuju pribadi yang unggul dan berbudi pekerti yang baik perlu adanya keseimbangan antara kecerdasan inteletual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual siswa. Bagaimanapun kondisinya peserta didik harus bisa menjalani kesehariannya dengan rasa penuh kasih sayang, motivasi, berempati dan menanggapi masalah-masalah yang tidak diinginkan dengan cara yang benar sesuai denga noram-norma yang ada 9

Kecerdasan generasi ke tiga yaitu kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient)

dengan kecerdasan ini seseorang dapat bersikap flesibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan dan mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi yang kesmeuannta tersebut tercermin dalam perilaku jujur, sabar, optimis dan percaya diri.10

Siswa yang menghayati isi kandungan Al-Qur‟an akan mempunyai kewibawaan atau martabat yang tinggi sehingga dapat menghindarkan dari perbuatan-perbuatan tercela seperti minum-minuman keras, seks bebas

8

Republik Indonesia, Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 20 Tahun 203 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II,pasal 3.

9

Danah Zohar dan Ian Marshal , SQ : Kecerdasan Spiritual, Penerjemah: Rahmani Astutti (Bandung: Mirzan, 2007), h.3.

10

Ahmad Taufik, Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul Husna,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2009), h.6


(17)

7

pacaran, tawuran antar peajar dan penyalahgunaan obat-obat terlarang. 11 akan tetapi jika dilihat dari realitas yang ada hal-hal tersebut masih banyak kita jumpai di kalangan pelajar. Fenomena ini menunjukan bahwa tingkat kecerdasan meraka rendah. Padahal seharusnya mereka mempunyai tingkat spiritual yang tinggi karena dalam pembelajaran setingkat SMA atau MA telah dipelajarai materi akhlakul karimah.

Sekolah Menengah Atas Negeri 1Giri Banyuwangi telah mengambil langkah antisipasi dan memberikan alternatif solusi terhadap problem-problem pendidikan di Indonesia. Lembaga pendidikan tersebut telah menjadikan sebuah teori pelajaran ke dalam bentuk praktek keseharian yaitu membca Al-Qur‟ran di setiap awal pembelajaran atau sebelum pembelajaran di mulai. Upaya ini bertujaun untuk melatih anak didik unuk mengembangkan kepribadian serta kecerdasannya sesuai dengan nilai

Al-Qur‟an kedalam lingkungan kehidupan sehari-hari meraka. Siswa juga dilatih

untuk mengembangkan skill dan mental ke arah yang lebih bagus , sehingga lembaga pendidikan tersebut dapat menghasilkan out put yang sesuai dengan tujuan pedidikan.

Maka dengan demikian penulis mencoba mengadakan penelitian secara ilmiah dengan judul “PENGARUH MEMBACA AL-QUR’AN

(SEBELUM PEMBELAJARAN) TERHADAP KECERDSAN

SPIRITUAL SISWA DI SMAN 1 GIRI BANYUWANGI”

11

Haikal H.habibillah, Ajaibnya Asmaul Husna Atasi Masalah-masalah Harianmu, (Yogyakarta: Sabil, 2013), h.143.


(18)

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana pembiasaan membaca Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Giri Banyuwangi ?

2. Bagaimana kecerdasan Spiritual (SQ) siswa SMA N 1 Giri Banyuwangi ? 3. Adakah pengaruh pembiasaan membaca Al-Qur‟an terhadap kecerdasaan

spiritual siswa di SMA N 1 Giri Banyuwangi ?

C.Tujuan Penelitian

Dalam setiap melakukan penelitian tentunya mempunyai tujuan yang jelas, sehingga apa yang akan dicapai kelak diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Adapaun tujuan penelitia ini adalah :

1. Untuk mengetahui pembiasaan membaca Al-Qur‟an di SMAN 1 Giri Banyuwangi

2. Untuk mengetahui Kecerdasan Spiritual (SQ) siswa SMAN 1 Giri Banyuwangi

3. Untuk mengetahui ada tidak nya penagruh pembiasan membaca Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual siswa (SQ) siswa SMAN 1 Giri Banyuwangi.

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Lembaga

Memperoleh informasi obyektif secara konkret tenatng kondisi lembaga mengenai pelaksanaan kegiatan pembiasaan membaca Al-Qur‟an sebelum pembelajaran dan peningkatan kecerdasan spiritual siswa dengan demikian lembaga dapat mempertahankan dan mengembangkan program-program


(19)

9

yang berkaitan dengan sisi rohani siswa untuk meningkatkan kecerdasan spiritual siswa

2. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan yang lebih matang dalam menambah wawasan dalam bidang penelitian, sehingga dapat di jadikan sebagai latihan dan pengalaman teknik-teknik yang baik khususnya dalam membuat karya tulis ilmiah, juga sebagai konstribusi nyata bagi dunia pendidikan.

E.Penelitian Terdahulu

Dalan kajian pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu yang ada relevansinya dengan judul skripsi ini. Adapun karya-karya skripsi tersebut adalah :

1. Penelitian Mohammad Roja‟i dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pembiasaan Shalat Dhuha Dalam Upaya Meningkatkan Kecerdasan Spiritual (SQ) siswa ” Penelitian yang saudara Moh.Roja‟i lakukan terfokus pada peningkatan kecerdasan spiritual siswa melalui shalat dhuha. Pemelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menjadikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Ar-Risalah sebagai objek penelitiannya. Kemudian metode yang digunaka untuk memperoleh data yaitu metode wawancara, dokumentasi dan angket. Sedangkan untuk menganalisi data peneliti menggunakan analisis campuran yakni analisi statistik. Hasil penelitian menunjukan pelaksanaan shalat dhuha di sekolah ternyata dapat memberikan dampak yang cukup baik terhadap peningkatan kecerdasan


(20)

spiritual siswa, yang mana hal tersebut dapat dicermati dengan adanya perubahan pada kejiwaan seseorang yang berpengaruh pada tindakan atau perilaku siswa seperti para siswa lebih bertanggung jawab, mampu menahan dan mengendalikan diri, berjiwa sosial, memiliki kedekatan dengan tuhan, ketenangan dan kedamaian batin adan mapu memaknai kehidupan sebagai hal yang harus dinikmati dan disyukuri.

2. Penelitian Rohman Hidayat dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh

Kegiatan Ziarah Terhadap Kecerdasan Spiritual” penelitian yang dilakukan oleh saudari Rohman lakukan berisi mengenai kegiaatan keagamaan ziarah. Penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kegiatan wisata ziarah pada siswa SMP YPM 5 Driyorejo tergolong sedang yaitu penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan siswa berdasarkan kegiatan ziarah dari keseluruhan obyek menyatakan bahwa kegiatan tersebut dapat meningkatkan kecerdasan spiritual. Dengan demikian dapat disimpulan bahwa kegiatan ziarah berpengaruh pada kecerdsan spiritual siswa. Penelitian yang dilakukan berawal dari asusmi atau pernyatan dalam buku yang ditulis oleh Purwadi dengan mengunjungi makam para wali, melihat situs dan peninggalan mereka, diharapkna ada stimulus baru yang masuk ke dalam benak kesadaran peziarah sehingga memunculkan kekuatan baru dalam beragama. Ziarah akan memberikan spiritual arah, motivasi, dan akhirnya tumbuh kesadaran penuh untuk patuh, tunduk dan menjalankan perintah dan laranganNya. Hipotesisi yang diajukan yaitu ada pengaruh antara kegiatan wisata ziarah terhadap kecerdasan soiritual anak dapat


(21)

11

diterima. Semakin banyak kegiatan wisata ziarah dilakukan siswa maka semakin besar tingkat kecerdasan spiritual anak. Untuk meningkatkan prosentase pengaruh kegiatan wisata ziarah terhadap kecerdasan spiritual anak, maka kegiatan wisata ziarah harus sering dilakukan atau diperbanyak frekuensinya.

F. Ruang lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, saya meniliti Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Giri Banyuwangi. SMA ini menjadi obyek penelitian saya dengan pertimbangan bahwa SMA tersebut telah melaksanakan kegiatan pembiasaan membaca Al-Qur‟an sebelum pembelajaran setiap harinya.

Adapun penelitian ini ruang lingkupnya adalah persoalaan proses pelaksanaan membaca Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual siswa di sekolah SMAN 1 Giri Banyuwangi. Pembiasaan membaca Al-Qur'an yang saya teliti adalah pembiasaan membaca Al-Qu'ran di sekolah sebelum pembelajaran atau sebelum di mulainya jam pertama pembelajaran dan kecerdasan spiritual yang saya teliti adalah wujud tingkah laku yang dijabarkan dalam indikator

G.Definisi Operasional

Sebelum judul ini dibahas lebih lanjut, akan peneliti jelaskan beberapa istilah yang terdapat pada judul tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul tersebut.

Adapun beberapa istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut :


(22)

benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuat seseorang.12 Dengan demikian pengaruh merupakan suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi.

2. Pembiasaan : Pembiasaan bersal dari kata biasa ; sebagai sediakala (sebagai yang sudah-sudah , tidak menyalahi adat), sudah lazim, sudah umum, sudah menjadi adat13

3. Membaca : Membaca berasal dari kata baca. Membaca memiliki arti “melihat” serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Membaca juga berarti mengeja atau melafalkan apa yang tertulis.14

4. Al-Qur‟an : Al-Qur‟an secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu

“akar kata dari qara’a yang berarti membaca”.15

Sedangkan secara terminologis , pengertian Al-„Qur‟an adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mu‟jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan secara mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah.16

5. Sebelum pelajaran : yang dimaksud sebelum pelajaran pada judul ini adalah waktu setelah bel masuk sebelum pelajaran jam pertama dimulai.

12

Tim Redaksi , Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka, 2000 ), h.180 13

Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1996), h. 17. 14

Tim Redaksi , Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibid, h.83. 15

Muhammdad Djarot Sentosa, Komunikasi Qur’aniyah, (Bandung: Pustaka Islamika, 2005),h.31.

16 Ibid.


(23)

13

6. Kecerdasan Spiritual : Dilihat dari segi bahasa, kecerdasan spiritual terdiri

dari dua kata yaitu : “kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan diartikan

sebagai kemampuan memecahkan masalah yang di hadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan pikiran, berbagai batasan yang dikemukakan oleh pakar didasarkan pada teorinya masing-masing. Sedangkan arti dari kata spiritual adalah ajaran yang mengatakan bahwa segala kenyataan (realitas) itu pada hakikatnya bersifat rohani.17

Menurut Zohar dan Marshall, orang yang pertama kali mengeluarkan ide tentang konsep kecerdasan spiritual, mendefinisikan kecerdasan spiritual (SQ) adalah “kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar.

Kecerdasan yang digunakan tidak hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada,melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru18

Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan kita untuk dapat mengenal dan memahami diri kita sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun sebagai dari alam semesta. Dengan memiliki kecerdasan spiritual berati kita memahami sepenuhnya makna dan hakikat kehidupan yang kita jalani dan ke manakah kita akan pergi.

Dari beberapa istilah diatas, maka yang dimaksud dengan judul “Pengaruh pembiasaan membaca Al-Qur‟an (Sebelum Pembelajaran) Terhadap

17

Agus Nggermanto, Kecerdasan Quantum, (Bandung: Nuansa Cendaka, 2015), h. 115. 18

Danah Zohar dan Marshall, SQ Kecerdasan Spiritual, (Bandung: Mizan Pustaka, 2000), h.8.


(24)

Kecerdasaan Spiritual (SQ) siswa di SMAN 1 Giri Banyuwangi.” Adalah penelitian untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh kegiatan membaca

Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual siswa. Kegitan membaca Al-Qur‟an

sebelum pembelajaran adalah kegiatan bukan terprogram atau rutinitas yang selalu dilaksanakan sekolah setiap harinya.

Sedangkan kecerdsan spiritual dikaitkan dengan kemampuan siswa dalam hubungan dirinya dengan Allah dengan sesama makhluk seluruh alam baik manusia, hewan dan tumbuhan. Jadi antara kegiatan membaca Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiirtual dapat dikaitkan sebagai hubungan yang saling membutuhkan dan saling mengisi antara yang satu dengan yang lain.

H.Hipotesis

Hipotesis berasal dari dua penggala kata yaitu : Hypo yang artinya dibawah dan thesa yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti kebenaranya melalui data yang terkumpul.19

Hipotesis dalam penelitian ini mempergunakan hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis nihil (Ho) dipergunakan yang ada kaitannya adengan analissis statis dan hipotesis alternative (Ha) dipergunakan untuk lebih mengarah pada tujuan penelitain itu sendiri. Penulis mencoba membuktikan hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis alternative (Ha).

Hipotesis nol (Ho): tidak ada pengaruh pembiasaan membca Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual siswa SMAN 1 Giri Banyuwangi.

19

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek, (Jakarta: Rienka Cipta, 1993), h. 68.


(25)

15

Hipoptetsis Alternatif (Ha): Ada pengaruh pembiasaan membca Al-Qur‟an terhadap kecerdsan spiritual siswa SMAN 1 Giri Banyuwangi.

I. Sistematika Pembahasan

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membagi atas beberapa Bab. Pada tiap-tiap Bab dibagi atas beberapa atas beberapa sub-sub yang mana isinya antara yang satu dengan yang lain saling berkaitan , dengan maksud agar mudah dipahami. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

Pendahuluan berada pada Bab 1 yang memuat : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika pembahasan.

Landasan teori berada pada Bab II : pada bab ini peneliti akan membaginya menjadi tiga bagian : sub bab pertama kegiatan membaca

Al-Qur‟an yang meliputi pengertian pembiasaan membca Al-Qur‟an, dasar dan

tujuan pembiasaan membaca Al-Qur‟an, syarat-syarat pembiasaan membaca

Al-Qur‟an, Adab membaca Al-Qur‟an, , hikmah membaca Al-Qur‟an

Sub bab kedua merupakan tinjauan mengenai kecerdasan spiritual yang meliputi teori kecerdasan-kecerdasan manusia, pengertian kecerdasan spiritual, indikator-indikator kecerdsan spiritual, mengembangkan kecerdasan spiritual, faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual.

Sub bab ketiga tentang pengaruh pembiasaan membaca Al-Qur‟an sebelum pembelajaran terhadap kecerdasan spiritual siswa.


(26)

Metode penelitian berada pada Bab III yang memuat tentang desain penelitian, kehadiran penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data, pengeceka dan keabsahan data.

Laporan hasil penelitian berada pada Bab IV yang memuat tentang latar belakang objek, pertama meliputi : sejarah singkat Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Giri Banyuwangi, profil, visi,misi, struktur organisasai, keadaan guru, dan karyawan, keadaan sarana dan prasarana. Kedua meliputi : hasil penelitian tentang proses pelaksanaan membaca Al-Qur‟an siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Giri Banyuwangi dan pengaruh membaca AL-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual siswa SMAN 1 Giri Banyuwangi. Ketiga meliput: Hasil analisis terkait.

Pembahasan hasil keseluruhan penelitian berada pada Bab V yang memuat tentang kesimpulan dan saran-saran.


(27)

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pembiasaaan Membaca Al Qur’an 1. Pengertian Pembiasaan Membaca Al Quran

Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam kamus bahasa Indonesia biasa adalah lazim atau umum, seperti sedia kala, sudah merupakan yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.1

Dengan adanya prefiks pe- dan sufiks –an menunjukan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu/seseorang menjadi terbiasa. Menurut terminologi pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang, agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan.

Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agam Islam2.

Pembiasaan dalam hal pembelajaran yang biasa menciptakan suasana religius di sekolah karena kegiatan-kegiatan keagamaan dan praktik keagamaan yang dilaksanakan secara terprogram dan rutin (pembiasaan

1

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.146. 2

Armai Arief , Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: CiputatPress, 2002).h.110.


(28)

diharapkan dapat mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai ajaran agama Islam secara baik kepada peserta didik.3

Pembiasaan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, yang dapat menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan, agar kegiatan itu dapat dilakukan dalam setiap pekerjaan.4

Dalam dunia psikologi, metode pembiasaan ini dikenal dengan teori

Operant Conditioning yakni membiasakan peserta didik untuk berprilaku terpuji, disiplin, dan giat belajar, bekerja keras dan ikhlas, serta jujur dan tanggung jawab atas segala tugas yang telah dilakukan. Metode pembiasan ini perlu dilakukan seorang guru dalam rangka pembentukan karakter, untuk membiasakan peserta didik melakukan prilaku terpuji, disiplin dan sebagaianya.5

Adapun secara istilah, pembiasaan dapat diartikan oleh beberapa tokoh bni:

a. Menurut Armai Arif pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.6

b. Menurut Abdul Nashih Ulwan kebiasaan adalah segi praktek nyata dalam proses pembentukan dan persiapan.7

3 Ibid. 4

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), h.100 5

E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, h. 166 6

Ibid. 7

Abdul Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), h.60.


(29)

19

c. Dalam buku Metodologi Pengajaran Agama dikatakan bahwa “metode

pembiasaan adalah cara yang dilakukan dalam pembentukan akhlak dan rohani yang memerlukan latihan yang kontinyu setiap hari.8

d. Menurut Hanna Junhana Bastaman, kebiasaan adalah melakukan sesuatu perbuatan atas keterampilan tertentu tetus menerus secara konsisten untuk waktu yang cukup lama, sehingga perbuatan dan keterampilan benar-benar dikuasai dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan.9

Dari definisi diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud pembiasaan adalah suatu cara yang dipakai pendidik untuk membiasakan anak didik secara berulang-ulang sehingga dengan sendirinya kebiasaan tersebut dapat dilakukan tanpa ada paksaan dari orang lain dan melakukannya denagn mudah tidak terlalu payah karena melakukanya dengan senang hati..

Pendidikan melalui pembiasaan dapat dilaksanakan secara terprogram dalam pembelajaran. Dan secara tidak terprogram dalam pembelajaran dalam kegiatan sehari-hari. 10

a. Kegiatana pembelajaran terprogram dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk mengembangkan pribadi peserta didik secara individual, kelompok dan atau klasikal sebagai berikut :

8

Saifuddin Zuhri, d.k.k., Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 2009), 125.

9

Hanna Junhana Bastaman, Integrasi Pesikologi dan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h.126.

10


(30)

1) Biasakan peserta didik untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru dalam setiap pembelajaran.

2) Biasakan melakukan kegiatan inkuri dalam setiap pembelajaran. 3) Biasakan peserta didik untuk bertanya dalam setiap pembelajaran.

4) Biasakan belajar secara kelompok untuk menciptakan “masyarakat

belajar”.

5) Guru harus membiasakan diri menjadi model dalam setiap pembelajaran.

6) Biasakan melakukan refleksi pada setiap akhir pembelajaran.

7) Biasakan melakukan penilaian yang sebenarnya, adil dan transparan dengan berbgaia cara dan lain sebagainya.

b. Kegiatan pembiasaan secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai berikut :

1) Rutin, yaitu kebiasaan yang dilakukan terjadwal, seperti: upacara, senam, sholat berjamaah, keberaturan, pemeliharaan, kebersihan dan kesehatan diri.

2) Spontan, adalah pembiasaan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti: pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, budayakan antri

3) Keteladanna. Adalah pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atua keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.


(31)

21

.

Membaca Al-Qur‟an adalah terdiri dari dua kata. Membaca berasal dari kata baca. Membaca memiliki arti “melihat” serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Membaca juga berarti mengeja atau melafalkan apa yang tertulis.11 Membaca menurut Mulyono Abdurrahman yang mengutip pendapat lemen mengatakan bahwa membaca adalah dasar untuk menguasai bidang studi12

Allah menurunkan kitab-Nya yang abadi agar ia di baca lisan, didengarkan telinga di pikirkan akal agar hati tenang karenanya. Berangkat dari sinilah datang berbagai ayat Al-Qur‟an dan hadits-hadits Rasul yang memerintahkan membaca dan menganjurkannya telah di siapkan pahala yang melimpah dan Agung karenanya13.

Firman Allah dalam surat al-Fatir : 29-30

َ نلإ

َٱ

َقݚيل

َ

َ

َ ܢقي

َقنݠكݖ

َ

َ قتلݒ

َقܜ

َٱ

َل ّ

َ

َناݠك ܛقݏ

ق

أقو

َٱ

َ ݠقݖ ص

َقة

َ

َناݠكݐقݍݛ

ق

أقو

َ

ܛ ݙل

َ

َ ݏقزقر

َ قن

َ ݗكݟ

َ

ًَم لس

اَ

ًَܟقيلن قَقعقو

َ

َ ܱقي

َقنݠكج

َ

َ قجلܡ

ًَةقܱ

َ

ݚ ݕ

َ

َقرݠكܞقت

َ

َ

َ ݗكݟقيلمفقݠك لِ

َ

َ ݗكݞقرݠكج

ك

أ

َ

ݗكݞقܯيلܲقيقو

َ

ݚلمݘ

َ

َ ضقف

َلݝلݖ

َ هۦَ

َكݝ ݛلإ

ۥَ

َْرݠكݍقغ

َ

َْرݠكݓقش

َ

ََ

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan

mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah

11

Tim Redaksi , Kamus Besar Bahasa Indonesia, h 83. 12

Mulyo Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h.200.

13

Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2000) h.161.


(32)

kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”(Qs. Al Fatir [35]: 29-30)14

Al-Qur‟an adalah sumber ajaran agama Islam pertama dan utama.

Menurut keyakinan umat islam yang di akui kebenarannya oleh penelitian ilmiah, Al-Qur‟an adalah kitab suci yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar yang di sampaikan oleh malaikat Jibril kepada nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula di Makkah kemudian di Madinah, tujuannya untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia ini dan kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia ini dan kebahagiaan di akhirat kelak.15

Menurut Az-Zarkasi sebagaimana dikutip oleh Hasbi Ash Shiddieqy

“Al-Qur‟an adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,

untuk menjadi pedoman dan untuk melemahkan bangsa Arab yang terkenal

petah lidahnya dan tinggi susunan bahasanya”.16

Menurut ulama‟ Al-Qur‟an adalah wahyu yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW dalam bahasa arab yang kita membacanya sebagai ibadah, yang turun kepada kita dengan jalan mutawatir. Orang yang membaca Al-Qur‟an, baik dengan hafalan maupun dengan melihat mushaf akan membawa kebaikan atau keberkahan dalam hidupnya bagaikan sebuh

14

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Bandung: CV. Diponegoro, 2008 ), h. 437.

15

Muhammad Daud Ali, Pengantar Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 93

16

M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,


(33)

23

rumah yang dihuni oleh pemiliknya dan tersedia segala perabotan dan peralatan yang diperlukan.17

Membaca Al-Qur‟an adalah kenikmatan yang luar biasa. Seseorang yang sudah merasakan kenikmatan membacanya, tidak akan bosan sepanjang malam dan siang. Bagaikan nikmat harta kekayaan di tangan orang yang shaleh adalah merupakan kenikmatan yang besar, karena dibelanjakan ke jalan yang benar dan tercapai apa yang diinginkan.18

Jadi pembiasaan membaca Al-Qur‟an yang terdapat di sekolah merupakan teknis dan aktivitas pendidik dalam menumbuhkan dan meningkatkan sikap yang sesuai dengan ajaran islam. Dengan demikian pembiasaan membaca Al-Qur‟an adalah suatu pembiasaan atau rutinitas kegiatan melihat dan melafalkan kalam Allah (Al-Qur‟an) dengan lisan serta memahami apa yang ada dalam Al-Qu‟an yang merupakan mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantara malaikat Jibril sampai kepada kita secara mutawatir dan membacanya merupakan ibadah.

2. Dasar dan Tujuan Pembiasaan Membaca Al Qur’an a. Dasar Pembiasaan Membaca Al Qur’an

Pembiasaan merupakan proses pembelajaran yang dimaksudkan agar anak mampu untuk membiasakan diri pada perbuatan-perbuatan yang baik dan dianjurkan oleh norma agama maupun hukum yang berlaku.

17

Ahmad Shams , Peta Pembelajaran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),h.36.

18


(34)

Pembiasaan dalam pendidikan anak adalah sangat penting, terutama dalam pembentukan pribadi, akhlak dan agama pada umumnya. Kebiasaan-kebiasaan itu akan memasukkan unsur-unsur positif dalam diri pribadi anak yang sedang tumbuh. Semakin banyak pengalaman agama yang didapatinya melalui pembiasaan, maka semakin banyak pula unsur agama dalam pribadinya sehingga dalam memahami ajaran agamanya.

Untuk membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji, tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja, agar perlu membiasakannya untuk melakukan yang baik diharapkan nanti dia akan mempunyai sifat-sifat itu menjauhi sifat-sifat-sifat-sifat tercela.19

Seorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk dirubah dan akan tetap berlangsung sampai usia tua.20

Atas dasar ini, para ahli pendidikan senantiasa mengingatkan kepada guru atau orang tua untuk membiasakan anak-anak kepada suatu hal yang baik sehingga anak menjadi terbiasa dengan sendirinya tanpa ada paksaan, sebelum terlanjur kebiasaan lain yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Di dalam Islam membaca Al-Qur‟an tentunya atas dasar yang kuat. Adapun dasar tersebut ada 3 aspek yaitu:

19

Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, ibid. h. 61. 20


(35)

25

1) Al Qur’an

Firman Allah SWT yang berhubungan dengan dasar membaca

Al-Qur‟an diantaranya. QS. Al-„Alaq: 1-5.

ٱَ ݏ

َ

أقܱ

ََلܝٱ

َ ܴ

َلݗَ

َقݑلمبقر

َٱ

يل

َ

َ

َقݎقݖقخ

َ

ََ

َقݎقݖقخ

َٱ

َل

ل

َ قَٰ

َقݚ

َ

َ ݚلݘ

َ

َفݎ

قݖقع

َ

ََٱ

َ ݏ

َ

أقܱ

َ

َقݑُبقرقو

َٱ

َ

ق

ل

َ ك

َكمقܱ

َ

ََ

ٱ

يل

َ

َ

َقݗ ݖقع

ََلܝٱ

َ ݕ

َلݗقݖقݐ

َ

َ

َقع

َقݗ ݖ

َٱ

َل

ل

َ قَٰ

َقݚ

َ

ܛقݘ

َ

َ ݗقَ

َ عقي

َ ݗقݖ

َ

َ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan..

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs Al-„Alaq [96]1-5)21

Dengan dasar surat Al-Alaq tersebut, kita budayakan kepada anak untuk lebih dini bisa membaca Al-Qur‟an. Setelah pandai membaca, mereka akan mencintai Al-Qur‟an, kemudian mereka diharapkan akan mempelajari kandungan Al-Qur‟an.

Qs Al-Waqi‟ah ayat 77 :

َكݝ ݛلإ

ۥَ

َ ܱكݐقݕ

َْناقح

َ

َْݗيلܱ

قݒ

َ

٧

Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia (Qs

Al-Waqi‟ah [56]:77)22

Sesungguhnya Al-Qur‟an ini memuat bermacam- macam manfaat dan banyak kegunaan. Karena Al-Qur‟an ini memuat hal- hal

21

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan,ibid, h.597. 22


(36)

yang membawa kepada kebesaran umat manusia di dunia maupun di akhirat mereka.

2) Dasar Hadis

ض ا ثع ع

ه سو ي ع هٌ هص هٌ وس اق : اق ع هٌ

ا لا او . ه عو ا قلا ه عت ك يخ

(

dari Usman RA dari Nabi SAW, beliau bersabda:“Sebaik-baik kalian

adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur‟an.” (HR. Bukhori)23

3) Dasar Psikologi

Setiap manusia hidup selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut dengan agama, untuk merasakan bahwa dalam jiwanya ada perasaan yang meyakini adanya zat yang Maha Kuasa sebagai tempat untuk berlindung dan memohon pertolongan, sedangkan Al-Qur‟an dapat memberikan ketenangan jiwa bagi yang membacanya dan inilah yang menunjukkan bahwa Al-Qur‟an merupakan obat penyakit yang ada di dalam jiwanya, sebagaimana firman Allah dalam QS. Yunus : 57

َ قي

ܛقݟُي

أ

ق

َٱ

َ كسܛ ن

َ

َ ܯقݏ

َ

َهܛقج

َ ܡقح

ݗكك

َ

َ ݠ ݘ

َْܟ قظلع

َ

ݚلمݘ

َ

َ ݗككلمب ر

َ

َهܛقݍلشقو

َْحَ

ܛقݙلم

َ

َلف

َ

ٱ

َلروكܯ ُص

َ

ًَܯكݞقو

ى

َ

َق حقرقو

َْܟَ

َ ݖلمݕ

َ ܖكݙ

َقيلݜلݘ

َ

٧

ََ

23


(37)

27

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang

beriman” (Qs. Yunus [10]:57)24

Maksudnya pelajaran dari Tuhanmu yaitu larangan berbuat

fahisyah. Al-Qur‟an merupakan penawar bagi apa yang ada di dalam dada, seperti kesamaran dan keraguan. Al-Qur‟an menghilangkan najis, syirik dan kotoran kekafiran dari qolbu karena ia adalah sebagai petunjuk dan rahmah. Inilah sebabnya bagi orang-orang muslim di perlukan adanya pendidikan Agama Islam agar dapat mengarahkan fitrah mereka tersebut ke arah yang benar, sehingga akan mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran Islam, karena tanpa adanya pendidikan agama dari suatu generasi berikutnya maka orang akan semakin jauh dari agama yang benar.25 Selanjutnya Allah juga berfirman di Qs.ar-Ra‟d : 28:

ٱ

َقݚيل

َ

َ

َناݠكݜقݘاقح

َ

َ طقتقو

َُݚلئقݙ

َ

ݗكݟكبݠكݖكݏ

َ

َ

كلܰلܝ

َلَܱ

ٱ

َهل ّ

َ

َ

ق

ل

أ

ق

َ

َ

كلܰلܝ

َلَܱ

ٱ

َل ّ

َ

َ طقت

َُݚلئقݙ

َ

ٱَ ݕ

َكبݠكݖكݐ

َ

ََ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (Qs.ar-Ra’du [13]: 28)26

24

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan,ibid, h.215. 25

Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional,1990), h.26.

26


(38)

b. Tujuan Pembiasaan Membaca Al Qur’an

Tujuan dari pembiasaan sendiri adalah agar seseorang memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti yang selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu. Selain itu arti tepat dan positif diatas idalah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku baik bersifat religius, tradisional, dan kultural.27

Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan diadakannya metode pembiasaan di sekolah adalah untuk melatih serta membiasakan anak didik secara konsisten dan kontinyu dengan sebuah tujuan, sehingga benar-benar tertanam pada diri anak dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan di kemudian hari.

Dalam membaca Al-Qur‟an tentunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tujuan membaca Al-quran adalah tadabbur (memikirkan atau merenungkan) Al-qur‟an.28 Membaca dengan tadabur ,yaitu memperhatikan sungguh-sungguh serta dapat mengambil pelajaran dan nasihat dari padanya.29 Kata tadabbur menurut Yusuf Al-Qaradhawi adalah melihat dan memperhatikan segala urusan dan bagaiman akhirnya. Sebagai firman Allah, QS. Sad: 29.

َ قتلݒ

ٌَܜ

َ

َ ݕقܲݛ

ق

أ

َ قن

َكݝَ

َ قِلإ

َقݑ

َ

َ قبكݘ

َْكقܱ

َ

َهوكܱ ܝ ܯق ل

ِ

م

َناَ

َ قياقح

َلݝلܢ

ۦَ

َقܱ ݒقܰقܢق لِقو

َ

َناݠك نو

ك

أ

َٱ

َ

ق

ل

َ ݕ

َ قب

َلܜ

َ

َ

27

Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, ibid. h. 63. 28

Mudzakir AS, Studi Ilmu-Ilmu AlQur’an, (Bogor: Litera Antar Nusa, 2007), h. 274. 29

Teungku Hasby Ash Shidieqy, Pedoman Dzikir dan Do’a, (Jakarta: Bulan bintang,1990), h.153.


(39)

29

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” (Qs. Sad [38] : 29)30

Dalam membaca Al-Qur‟an Muhammad Yunus menyebutkan tujuan membaca Al-Qur‟an yaitu sebagai berikut:

1) Memelihara kitab suci dan membacanya serta memerhatikan isinya, untuk menjadi petunjuk dan pengajaran bagi kita dalam hidup didunia. 2) Mengingat hukum-hukum agama yang termaktub dalam Al-Qur‟an

serta menguatkan, mendorong berbuat kebaikan dan menjauhi kejahatan.

3) Mengharap keridlaan dari Allah.

4) Menanamkan akhlak mulia dan mengambil ibrah dan perlu pelajaran serta teladan yang termaktub dalam Al-qur‟an.

5) Menanamkan keagamaan dalam hati dan menumbuhkannya sehingga bertambah mantab keimanan dan bertambah dekat dengan Allah.31

3. Syarat-sayarat Pembiasaan Membaca Al-Qur’an

Ada beberapa syarat yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh orang tua dalam melakukan pembiasaan kepada anak-anaknya sebagaimana yang dikatakan oleh Armai Arief, yaitu: 32

30

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan, ibid, h.455. 31

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Aida Karya, 1983),h.61.

32


(40)

a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.

b. Pembiasaan hendaknya dilakukan secara terus menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis.

c. Pembiasaan hendaknya konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap pendiriannya yang telah diambilnya. Jangan memberi kesempatan kepada anak untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan itu.

d. Pembiasaan yang pada mulanya mekanistis itu harus semakin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati anak itu sendiri.

Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa indikator pembiasaan itu adalah suatu cara atau jalan yang dilakukan dengan sengaja, berulang-ulang, terus-menerus, konsisten, berkelanjutan, untuk menjadikan sesuatu itu kebiasaan (karakter) yang melekat pada diri sang anak, sehingga nantinya anak tidak memerlukan pemikiran lagi untuk melakukannya.

4. Adab Membaca Al-Qur’an

Segala perbuatan yang dilakukan manusia memerlukan etika dan adab untuk melekukannya, apalagi membaca Alquran yang memiliki nilai yang sangat sakraldan beribadah agar mendapat ridha dari Allah SWT yang dituju dalam ibadah tersebut.


(41)

31

Al-Qur‟an merupakan kalam suci yang datangnya langsung dari

sisi Allah SWT, dimana memiliki adab tersendiri bagi siapa saja yang membacanya, dan ini berbeda dengan buku atau kitab lainnya. Adab- adab itu sendiri sudah diatur dengan baik sebagai penghormatan dan pengagungan kepada Al-Qur‟an yang diturunkan kepada Nabi akhir zaman yakni Nabi Muhammad SAW dan sebagai ummat-Nya maka kewajiban kita adalah untuk mengikuti pedoman dalam belajar agama Islam.

Banyak sekali adab- adab maupun tata cara yang harus dilakukan pada saat akan memulai sampai mengakhiri belajar agama Islam. Oleh karena itu ada beberapa adab dan tatacara yang harus diperhatikan, dipegang dan dijaga sebelum dan disaat membaca Al-Qur‟an agar bacaan Al-Qur‟an bermanfaat, dapat menghasilakan buahnya berupa tadabbur, kesan dan istiqomah, dan membaca sebagaimana Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Adapun adab kebiasaan membaca Al-Qur‟an antaranya:

a. Adab lahiriyah33

1) Dengan berwudhu, walaupun tidak dimakruhkan membacanya bagi orang yang berhadas. Adab membaca Al-Qur‟an adalah bersuci dari hadas kecil hadas besar, dan segala najis, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah.

33


(42)

2) Membaca di tempat yang bersih atau mulia, terutama di dalam masjid Tidak seluruh tempat sesuai untuk membaca. Ada beberapa tempat yang tidak sesuai untuk membaca Al-Qur‟an. Hendaknya pembaca Al-Qur‟an memilih tempat yang suci dan tenang seperti masjid, mushala, rumah, dan lain- lain tempat yang dipandang pantas dan terhormat

3) Menghadap kiblat dan berpakaian sopan

Pembaca Al-Qur‟an disunnahkan menghadap kiblat secara

khusyuk, tenang, dan menundukkan kepala, dan berpakaian sopan. Oleh karena itu, jika memungkinkan dan tidak terhalang oleh sesuatu, alangkah baiknya jika dilaksanakannya di tempat yang suci, menghadap kiblat, dan berpakaian sopan seolah-olah pembaca berhadapan dengan Allah untuk bercakap-cakap dan dialog kepada-Nya.

4) Membersihkan mulut terlebih dahulu dan menyikat gigi atau bersiwak Diantara adab membaca Al-Qur‟an adalah bersiwak atau gosok gigi terlebih dahulu sebelum membaca Al-Qur‟an, agar harum bau mulutnya dan bersih dari sisa- sisa makanan atau bau yang tidak enak. 5) Mentafkhimkan suara, yakni membaca dengan suara yang agak keras. Suara yang nyaring dan kencang akan dapat menggugah hati yang sedang tidur agar ikut merenungkan maknanya, akan menambah semangat membacanya, dan bermanfaat bagi pendengar yang lain. Di samping itu, seseorang yang memperdengarkan suara bacaan pada


(43)

33

telinga sendiri akan dapat mengoreksi bacaan tersebut dan lebih berpengaruh pada renungannya. Kecuali jika dikhawatirkan riya (pamer), tidak ikhlas atau mengganggu orang lain yang sedang shalat, tentunya pelan lebih afdhal

6) Membaca dengan tartil, yakni menyempurnakan hak-hak huruf, mad, dan tidak terlalu cepat.34 Tartil artinya membaca Al-Qur‟an dengan perlahan- lahan, tidak terburu- buru, dengan bacaan yang tidak baik dan benar sesuai dengan makhraj dan sifat- sifatnya sebagaimana yang sudah dijelaskan di dalam ilmu tajwid. Makharij huruf artinya membaca huruf- hurufnya sesuai dengan tempat keluarnya seperti di tenggorokan, di tengah lidah, antara dua bibir, dan lain- lain. Allah SWT berfirman QS. al- Muzzammil ayat 4 :

َ

َ و

ق

أ

َ

َ للز

َ

َ يقݖقع

َلݝَ

َقو

َلݔلمܡقر

َٱَ ݕ

َ ܱكݐ

َقناقح

َ

َ ܱقܡ

َ ًَيلت

َ

ََ

atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan” (Qs.al-Muzzammil [73]:4)35

Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan Nabi Muhammad supaya membaca Al-Qur‟an secara tartil (seksama). Maksudnya adalah membaca Al-Qur‟an dengan pelan- pelan, bacaan fasih, dan

34

Teungku, Pedoman Dzikir, ibid, h.138. 35


(44)

merasakan arti dan maksud dari ayat-ayat yang dibaca sehingga berkesan di hati.36

7) Menghindarkan diri dari memutuskan bacaan karena berbicara dengan orang lain. Bahwa membaca Al-Qur‟an adalah berdialog kepada Tuhan, karena Al-Qur‟an adalah firman- Nya. Maka diantara adabnya adalah tidak memotong bacaannya dengan pembicaraan lain atau ngobrol dengan orang lain, apalagi sambil tertawa- tawa atau bermain- main.

8) Disunahkan Membaca “Ta’awudz”sebelum membaca ayat-ayat

Al-Qur‟an. Sebagaimana firman Allah SWT QS. an- Nahl ayat 98

اقملܗقف

َ

َ

أقܱقݏ

َقت

َٱَ ݕ

َ ܱكݐ

َقناقح

ََقف

ٱ

َ ܴ

َ ܰلعقܢ

ََلܝٱ

َل ّ

َ

َقݚلݘ

َٱ

َ ي ش

َ قط

َلݚَ

ٱ

َلݗيلج ܱ

َ

٨

َ

“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta

perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”(Qs

an-Nahl[16]:98)37

Hanya membaca Al-Qur‟an yang diperintahkan membaca

ta’awudz terlebih dahulu sebelum membacanya. Dengan demikian,

membaca ta’awudz hanya dikhususkan untuk akan membaca Al-Qur‟an saja.

9) Membaca basmallah di awal tiap-tiap surat, kecuali di awal surat Al-Baroah (At-taubah).

36

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid X Juz 28-29-30, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), h. 400.

37


(45)

35

10) Berniat sebelum membaca Al Qur‟an. Seseorang yang membaca

Al-Qur‟an hendaknya berniat yang baik, niat beribadah yang ikhlas karena Allah untuk mencari ridha Allah, bukan mencari ridha manusia atau agar mendapatkan pujian darinya atau ingin popularitas atau ingin mendapatkan hadiah materi dan lain- lain.

11) Membaca kalimat tasbih di kala kita membaca ayat-ayat tasbih. 12) Mengerjakan sujud tilawah pada tiap-tiap akhir bacaan ayat

Assajdah.

b. Adab Batiniyah

Teungku Hasby Ash Shiddieqy dalam bukunya” Pedoman Dzikir dan

Do‟a38

mengemukakan beberapa adab batiniyah dalam belajar agama islam, antara lain:

1) Membaca dengan tadabbur yaitu memperhatikan sungguh-sungguh serta dapat mengambil pelajaran dan nasihat dari padanya. Merenungkan arti ayat-ayat Al-Qur‟an yang dibaca, yaitu dengan menggerakkan hati untuk memahami kata- kata Al-Qur‟an yang dibaca semampunya atau yang digerakkan dengan lidah sehingga mudah untuk memahami dan kemudian diamalkan dalam praktik kehidupan di tengah- tengah masyarakat.

2) Membaca dengan khusyu’ dan khudlu‟ dimana dapat melapangkan

dada dan menjadikan hati bersinar-sinar. Merendahkan hati dan seluruh anggota tubuh kepada Allah sehingga Al-Qur‟an yang dibaca

38


(46)

mempunyai pengaruh bagi pembacannya. Ayat- ayat yang dibaca mempunyai pengaruh rasa tenang, gembira, dan banyak berharap ketika mendapati ayat- ayat tentang rahmat atau kenikmatan. Demikian juga ayat- ayat yang dibaca mempunyai pengaruh rasa takut, sedih, dan menangis ketika ada ayat-ayat ancaman.

3) Membaca dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT. Yaitu: membulatkan pikiran dan sanubari bahwa kita sedang bermunajat kepada Allah SWT, dengan membaca kitabnya yang suci.

4) Membaca dengan cara menghasilkan bekas bacaan pada diri sendiri orang arif selalu mencucurkan air mata sewaktu belajar agama islam karena hati mereka sangat terpengaruh oleh bacaan yang mereka baca39

5. Keutamaan dan Hikmah Membaca Al –Qur’an

Banyak sekali keutamaan-keutamaan orang membaca Al-Qur‟an, melihat begitu agungnya kitab suci ini, berikut memberikan beberapa keutamaan membaca Al-Qur‟an di antaranya: 40

1) Di tempatkan dalam barisan orang-orang besar yang utama dan tinggi. 2) Memperoleh beberapa kebajikan dari tiap-tiap huruf yang dibacanya dan

bertambah derajatnya di sisi Allah SWT.

3) Dinaungi dengan payung rahmat, dikelilingi oleh para malaikat dan diturunkan Allah SWT kepadanya ketenangan dan kewaspadaan.

4) Digemilangkan hatinya oleh Allah SWT dan dipelihara dari kegelapan.

39

Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Berinteraksi , ibid, h.168. 40

Umarulfaruq, Dahsyatnya 7 Kalimat Tayyibah, (Ngemplak: Hijrah Publishing, 2013),h..25.


(47)

37

5) Diharumkan baunya, disegani dan dicintai oleh orang-orang shalih.

6) Tiada gundah hati di hari kiamat karena senantiasa dalam pemeliharaan dan penjagaan Allah SWT.

7) Memperoleh kemuliaan dan diberi rahmat kepada bapak ibunya. 8) Terlepas dari kesusahan akhirat.

Membaca Al-Qur‟an mempunyai beberapa hikmah khususnya terhadap jiwa manusia sesuai dengan firman Allah QS. yunus: 57:

َ قي

ܛقݟُي

أ

ق

َٱ

َ كسܛ ن

َ

َ ܯقݏ

َ

َهܛقج

َ ܡقح

ݗكك

َ

َ ݠ ݘ

َْܟ قظلع

َ

ݚلمݘ

َ

َ ݗككلمب ر

َ

َهܛقݍلشقو

َْحَ

ܛقݙلم

َ

َلف

َٱ

َلروكܯ ُص

َ

ًَܯكݞقو

ى

َ

َق حقرقو

َْܟَ

َ ݖلمݕ

َ ܖكݙ

َقيلݜلݘ

َ

٧

ََ

“ Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman ” (Qs.Yunus [10]:57)41

Dapat diambil pengertian bahwa Al-Qur‟an dapat memperbaiki jiwa manusia dengan jalan nasihat yang baik, obat bagi segala penyakit hati, seperti syirik, nifak dan semua penyakit lain, petunjuk kepada jalan kebenaran dan keyakinan serta terhindar dari kesesatan dalam kepercayaan dan amal dan rahmat bagi orang-orang beriman.

Kemampuan berpikir manusia sangat terbatas dan mudah sekali dimasuki oleh bujukan syaitan.

41


(48)

Membaca Al-Qur‟an akan membawa manfaat kepada manusia, jika dilaksanakan secara terus menerus (kontinu). Dengan sering orang membiasakan membaca Al-Qur‟an, maka manusia akan selalu ingat kepada Allah SWT dan akan mendapat manfaat yang besar dalam hidupnya. Membaca Al-Qur‟an mempunyai beberapa hikmah khususnya terhadap jiwa manusia. Adapun hikmah membaca Al-Qur‟an diantaranya adalah: 42

1) Orang yang mahir membaca Al-Qur‟an tingkatannya bersama para malaikat.

2) Dapat menerangi hatinya

3) Tidak akan terkena bencana di hari kiamat kelak

4) Mendapatkan syafa‟at

5) Mendapat rahmat dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT:

اقمِ

َ

َقئلܱ

كݏ

َٱَ ݕ

َ ܱكݐ

َكناقح

ََقف

ٱ

َ ܴ

َناݠكعلݙقܢ

َ

َك

ق

ل

ۥَ

َناݠكܢ لصݛ

ق

أقو

َ

َ ݗكك ݖقعقݕ

َ

َ ܱكܡ

َقنݠك قح

َ

٤

َ

“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan

perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”(Qs al-A‟raf

[7]:204)43

Dalil di atas, dapat diambil pengertian bahwa atas rahmat Allah SWT. Membaca Al-Qur‟an memberi hikmah kepada manusia mempunyai perhatian penuh, jiwa yang tenang dan suka mendengarkan terhadap penjelasan dari suatu pelajaran bagi orang yang beriman.

42

Zainal ,Seluk-beluk ,ibid, h.149. 43


(49)

39

Orang yang membaca Al-Qur‟an akan mendapatkan pahala atau suatu kebaikan.

6) Orang yang membaca Al-Qu‟ran akan mendapat pahala atau suatu kebaikan. Dalam hadis disebutkan yang artinya :

ْ ع اتق ْ ع ه اش و ْعش ا ثَ ح وا وبأ ا ثَ ح َْيغ ْب و ْح ا ثَ ح

فْوأ ْب ا

ْتلاق شئاع ْ ع اش ْب ْعس ْ ع

َ ص ٌَ وس اق

ْلا ا ْلا َسلا ع ب ه ا و و آْ قْلا أ ْقي َلا َ سو ْي ع ٌَ

اق ْي ع ه ي ش و و ه اش اق ؤ ْقي َلاو

ف ٌ اش ْي ع و و ْعش

ا ْجأ

سيع وبأ اق

(TIRMIDZI - 2829) : Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan telah menceritakan kepada kami Abu Dawud telah menceritakan kepada kami Syu'bah dan Hisyam dari Qatadah dari Zurarah bin Aufa dari Sa'd bin Hisyam dari 'Aisyah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang yang membaca al Qur'an dan ia mahir membacanya, maka ia akan bersama golongan orang-orang mulia lagi baik sedangkan orang yang membacanya -Hisyam berkata; dengan susah, sementara Syu'bah mengatakan; dengan berat- maka ia akan mendapat dua pahala." Abu Isa berkata (HR.Tirmidzi)44

44

Abi Isa bin Muhammad bin Isa bin Saurah, Suna at-Tirmidzi, (Beirut: Da al-Fikr, 1994), h.414, juz 4


(50)

Hadits diatas menceritakan bahwa seseorang yang mahir dalam membaca Al-Qur‟an maka nanti mereka akan berkumpul dengan malaikat yang mulia dan taat, sedangkan orang yang kesulitan membaca Al-Qur‟an maka mereka hanya mendapat dua pahala.45

B. Tentang Kecerdasan Spiritual (SQ)

1. Teori Kecerdasan-Kecerdasan Manusia

Kecerdasan merupakan ciri keunggulan manusia dalam memahami, memutuskan, dan mengantisipasi serta menghadapi sesuatu. Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Karena dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus. Pada umunnya kecerdasan dihubungkan dengan akal (intelektual), akan tetapi kecerdasan intelektual ternyata belum cukup untuk menjamin ketetapan keputusan, sehingga dewasa ini orang mulai membicarakan tentang kecerdasan lain.46

Pada mulanya kecerdasan hanya berkaitan dengan kemampuan struktur akal dalam menangkap gejala sesuatu, sehingga kecerdasan hanya bersentuhan dengan aspek-aspek kognitif, namun pada perkembangan berikutnya bukan semata-mata hanya mengenai struktur akal. Melainkan terdapat struktur kalbu yang perlu mendapat tempat tersendiri untuk

45

Zainal ,Seluk-beluk ,ibid, h.151. 46


(51)

41

menumbuhkan aspek-aspek afektif, seperti kehidupan moral, emosional, spiritual dan agama. Karena iu jenis kecerdasan seseorang sangat bermacam-macam.47

Untuk mempersimpit pembahasan disini, penulis membatasi teori kecerdasan yang penulis ambil dari gagasan teori Howard Gardner, yaitu kecerdasan Spasial-Visual, Kecerdasn Logis-Matematis, Kecerdasan

Linguistik-Verbal, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Intra Personal,

Kecerdasan Musikal-Ritmik, Kecerdasan Kinestetik-Badan, Kecerdasan

Naturalis, Kecerdasan Eksistensial.48

a. Kecerdasan Linguistik-Verbal

Kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya, pendongeng, orator atau politisi) maupun tulisan (misalnya, sastrawan penulis drama, editor, wartawan). Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantic atau makna bahasa, dimensi pragmatik atau penggunaan praktis bahasa.

b. Kecerdasan Logis-Matematis

Kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya, ahli matematika, akuntan pajak, ahli statistic) dan melakukan penalaran yang benar (misalnya, sebagai ilmuwan, pemograman computer, atau ahli logika). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada pola hubungan logis,

47

Abdul mujib, Yusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi islami, (Jakarta: Raja grafindo Persada, 2002), h. 318.

48

Muh.Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligence), (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grop, 2013), h.13.


(52)

pertanyaan, dan dalil (jika-maka, sebab-akibat), fungsi logis, dan abstraksi-abstraksi lain. proses yang digunakan dalam kecerdasan matematis-logis ini antara lain : kategori, klasifikasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi, perhitungan dan pengujian hipotesis.49

Mengenai hubungan antara logika dan matematika, Russel mengatakan bahwa keduanya memiliki sejarah yang berbeda. Namun dengan sejarah modern, keduanya telah saling mendekat.

Menurut Gardner, kecerdasan logis-matematis boleh jadi lebih dasar (more basic) daripada kecerdasan-kecerdasan yang lain : lebih dasar, dalam pengertian konseptual, sebagai a guiding course sejarah manusia, kepedulian-kepeduliannya, masalah-masalahnya, kemungkinan-kemungkinannya, dan barangkali intructive ultimate, atau nasib destruktifnya.50

c. Kecerdasan Visual/Spasial

Kemampuan mempersepsikan dunia spasial-visual secara akurat (misalnya, sebagai pemburu, pramuka, pemandu) dan mentranformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut (misalnya,decorator, interior arsitek, seniman atau penemu). bentuk lukisan, sktesa, kolase.51

Kecerdasan ini meliputi kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual-spasial, mengorientasikan diri secara

49

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h.241. 50

Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2005), h.144. 51

Paul Suparno, Teori Intelligence Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), h.31.


(53)

43

tepat dalam atriks spasial.52 Ketika menjelaskan pusat kecerdasan spasial,

Howard Gardner menulis seperti ini yang saya kutip dari buku

“Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak” karya Muh.Yaumi :53

“Central to special intelligence are the capacities to perceive the

visual world accurately, to perfom transformations and

modifications upon one’s visual experience, even in the absence of relevant physical stimuli.”

d. Kecerdasan Musical

Kecerdasan musik adalah kapasitas berfikir dalam musik untuk mampu mendengarkan pola-pola dan mengenai serta mungkin memanipulsinya..54

Sungguh pada dasarnya alam yang diciptakan Allah SWT itu bukan saja indah tapi juga musikal. Kita pun pasti menyukainya. Untuk itu, kita diwajibkan untuk mencintai keindahan. Sebab,Allah itu bukan saja menerima keindahan tetapi Dia juga Maha Indah

e. Kecerdasan Tubuh/ Kinestetik

Kecerdasan tubuh/kinesteti adalah keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan (misalnya: sebagai actor, pemain pantomime, atlet, atau penari) dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu (misalnya, sebagai perajin, pematung, ahli mekanik, dokter bedah). Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi,

52

Yatim Riyanto, Paradigma Baru, ibid, h.242. 53

Muh.Yaumi, Pembelajaran Berbasis, ibid, h.16. 54


(54)

keseimbangan, keterampilan kekuatan kelenturan, dan kecepatan maupun kemampuan menerima rangsangan dan hal yang berkaitan dengan sentuhan.55

f. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan interpersoanl adalah kemampuan memahami pikiran sikap, dan perilaku orang lain. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan dengan indikator-indikator yang menyenangkan hati orang lain. Sikap-sikap ini yang ditunjukan oleh anak dalam kecerdasan interpersonal adalah mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak isyarat

g. Kecerdasan Interpersonal

Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat. (kekuatan dan keterbatasan diri); kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, tempramen, dan keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri. Kecerdasan interpersonal juga dikatakan sebagai kecerdasan diri sebelah dalam (inner-self).

h. Kecerdasan Naturalis / Lingkungan

Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies flora dan fauna di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fenomena

55


(55)

45

alam lainnya (misalnya, formasi awan dan gunung-gunung) .40 Gardner menjelaskan bahwa inteligensi naturalistk atau lingkungan adalah kemampuan manusiawi untukk mengenal tanaman, binatang, dan bagian-bagian lain dari dari lingkungan.

i. Kecerdasan Eksistensial/Spiritual

Gardner pada tahun 2000 menambahkan satu inteligensi lagi yaitu inreligensi eksistensial. Inteligensi ini lebih menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistesnsial atau keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima keadaannya secara otomatis, tetapi mencoba menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Kecerdasan eksistensial disebut juga kecerdasan spiritual karena fokus kajiaanya menyangkut pertanyaan-pertanyaan besar dalam kehidupan manusia.56

Kesembilan inteligensi itu dalam dri seseorang dapatdikembangkan dan di tingkatkan secara memadai sehingga dapat berfungsi bagi orang tersebut. Ini menunjukan bahwa kesembilan inteligensi itu bukan hal yang sudah mati tidak terkembangkan, melainkan masih dapat ditingkatkan lagi. Disinilah pendidikan mempunyai fungsi , yaitu membantu agar setiap inteligensi pada diri seseorang berkembang secara optimal. Dalam hal ini penulis akan memfokuskan pembahasan terkait dengan mengembangkan kecerdasan eksitensial/spiritual.

56


(1)

196

mempunyai pengaruh terhadap minat belajar agama Islam dan Budi Pekerti siswa. Dengan hal itu akan terciptaanya inovasi kegiatan-kegiatan keagamaan yang sesuai dengan kondisi siswa di SMAN 1 Giri Banyuwangi yang dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran agama Islam dan budi pekerti.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abd.Wahad dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual, (Jogjakarta : Ar-Ruz Media,2011 ).

Abdul mujib, Yusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi islami, (Jakarta: Raja grafindo Persada, 2002).

Abdul Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000)

Abdul Rahman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: Gema Windu Panca Perkasa, 2000).

Abdul Wahid Hasan, SQ NABI Aplikasi Strategi & Model Kecerdasan Spiritual (SQ) Rasulullah di Masa kini, ( Jogjakarta: Hikmah, 2006).

Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam ,(Solo: Pustaka Amanah, 200).

Abi Isa bin Muhammad bin Isa bin Saurah, Suna at-Tirmidzi, (Beirut: Da al-Fikr, 1994), h.414, juz 4

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999). Achmad Mubarok, Psikologi Qurani , (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001)

Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2005).

Agus Nggermanto, Quantum Quotient:Kecerdasan Quantum Cara Praktis Melejitkan IQ,E dan SQ yang Harmonis, (Bandung: Nuansa, 2015).

Agus Santoso,Yusria,dkk, Terapi Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,2013).

Ahmad Shams , Peta Pembelajaran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008).

Ahmad Syarifuddin, Mendidik anak membaca, menulis dan mencintai Al-Qur'an, (Jakarta: Gema Insani, 2008).

Ahmad Taufik, Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul Husna,(Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,2009).


(3)

198

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011). ---, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindon

persada,2015).

Armai Arief , Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: CiputatPress, 2002).

Ary Ginanjar Agustian, ESQ Power, (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001)..

---, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi danSpiritual Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001 ).

Danah Zohar dan Ian Marshal , SQ : Kecerdasan Spiritual, Penerjemah : Rahmani Astutti (Bandung: Mirzan, 2007).

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Bandung: CV. Diponegoro, 2008 ).

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005). Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indoseia, (Surabaya: Amelia,2003).

F.J Monks, Siti Rahayu, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: UGM Press, 2006).

H. Mujib, Wawancara Kepala Sekolah, SMAN 1 Giri Banyuwangi, 13 Maret 2017.

Haikal H.habibillah, Ajaibnya Asmaul Husna Atasi Masalah-masalah Harianmu, (Yogyakarta : Sabil, 2013).

Hamdan Rajih, Spiritual Quotient For Children Agar Si Buah HatiKuat Imannya dan Taat Ibadahnya, (Yogyakarta: Diva Press, 2005).

Hanna Junhana Bastaman, Integrasi Pesikologi dan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004)

Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1996). Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama).

Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999).


(4)

Imam Supriyono, Memahami, Mengukur, Dan Melejitkan Financial Spiritual Quetion (Surabaya : Lutfansh, 2006).

Ine I Amirman & Zainal Arifin, Penelitian dan Statistik Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993).

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid IX Juz 25-26-27, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010)

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid X Juz 28-29-30, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010).

Lin Tri, Psikoterapi Prespektif Islam, (Malang: UIN Maliki Press,2009).

M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000).

M. Ustman Najati, Belajar EQ dan SQ dari Sunah Nabi ,(Bandung: Hikmah,2005).

M.Quraish Shihab, Dia Ada dimana-mana: “Tangan” Tuhan di Balik Setiap Fenomena, (Jakarta: Mizan, 2004).

---, Lentera Hati, (Bandung: Mizan, 2007). M.Subana, Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,2000)

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Aida Karya 1983). Mardalis, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi

Aksara, 1995).

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, (jakarta : PT. Pustaka LP3ES Indonesia, 1989).

Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989). Mudzakir AS, Studi Ilmu-Ilmu AlQur’an, (Bogor: Litera Antar Nusa, 2007).

Muh.Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligence), (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grop, 2013). Muhammad Daud Ali, Pengantar Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo


(5)

200

Muhammad Djarot Sensa, Quranic Quotient, Kecerdasan-kecerdasan Bentukan Al- Qur'an, (Jakarta: Hikmah, 2005).

Muhammdad Djarot Sentosa, Komunikasi Qur’aniyah, (Bandung: Pustaka Islamika, 2005)

Mulyo Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999).

Munadi, The Power of Dzikir, (Klaten: Image Pres,2010).

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Cet. 6 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010).

Nanik Iskanti, Ketua Koordinator Pembiasaan Membaca Al-Qur’an, 10 Maret 2017.

Paul Suparno, Teori Intelligence Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 2005)

Saifudun Azwar, Validitas dan Reabilitas, (Yogyakarta: Oustaka Pelajar, 2007). Sanapiah Faisal, Metodelogi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,

1982).

Sineter, Kecerdasan Spiritual. (Mizan Pustaka, Bandung: 2001) Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2013)

---, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R n D, (Bandung: Alfabeta, 2009).

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007).

---, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek, (Jakarta: Rienka Cipta, 1993).

Suharsono, Melejitkan IQ, IE dan IS, (Depok: Inisiasi Press, 2011).

Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia Kecerdasan Spiritual, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2013).

Sumadi Syubrata, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1987)


(6)

Syaifudin Aman, Tren Spiritual Milinium Ketiga, (Bandung: Ruhama, 2013). Syofian Siregar, Metode Penelitian Kualitatif Dilengkapi Perbandingan Hitung

Manual&SPSS, (Jakarta: 2014, Kencana Prenadamedia Group)

Tengku Muhammd, Sejarah dan Pengantar Imu Al-Qur'an, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006).

Teungku Hasby Ash Shidieqy, Pedoman Dzikir dan Do’a, (Jakarta: Bulan bintang,1990).

Tim Redaksi , Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka, 2000 ). Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Jakarta: Gema insani, 2001).

Triantoro Safaria, Spiritual Intelegence, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007).

Udik Abdullah, Meledakan IESQ dengan langkah Taqwa dan Tawakal, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2012).

Umarulfaruq, Dahsyatnya 7 Kalimat Tayyibah, (Ngemplak: Hijrah Publishing, 2013).

Ust. Ahmad Munif, Wawancara, Pembina Rohis, 10 Maret 2017. Wahyu Windari, Penamping Akademik XI MIPA 1, 11 Maret 2017. Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009).

Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2000).

Yuswianto, Metodologi Penelitain, (Malang: UIN Malang, 2002) Zainal Abidin, Seluk-beluk Al Qur’an, (Jakarta: Rineka Pustaka, 2000). Zakiya Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993).

Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional,1990).