2.1.5 Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran goal yang ingin dicapai organisasi, komitmen
organisasional merupakan siakp yang menunjukkan “loyalitas” karyawan dan merupakan proses berkelanjutan bagaimana seorang anggota organisasi
mengekspresikan perhatian mereka kepada kesusksesan dan kebaikan organisasinya Luthans dalam Setiyadi, 2002. Robbins dan Judge 2008
mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu keadaan dimana seseorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk
mempertahankan keanggotannya dalam organisasi. Komitmen dibutuhkan oleh organisasi agar sumber daya manusia yang kompeten di dalam organisasi dapat
terjaga dan terpelihara dengan baik. Tanpa adanya komitmen organisasi yang kuat dalam diri setiap individu, tidak akan mungkin suatu organisasi dapat berjalan
dengan maksimal. Komitmen yang kuat sangat berhubungan erat dengan rasa memiliki individu setiap organisasi.
Komitmen organisasi ini ditandai dengan adanya kepercayaan dan penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan untuk
mengusahakan tercapainya tujuan organisasi, dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan diri dalam organisasi. Individu yang memiliki komitmen yang
tinggi akan cenderung lebih sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai organisasi, mau memberikan kontribusi lebih kepada organisasi dan berinisiatif memberikan
manfaat kepada organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan komitmen tinggi akan bertanggung jawab dalam pekerjaannya.
2.1.6 Pengalaman
Menurut Noviari dkk. 2001 mendefinisikan pengalaman sebagai lamanya seseorang menghabiskan waktu untuk berkarya dalam menerapkan
keahliannya di masyarakat. Gusnardi 2003 mengemukakan bahwa pengalaman audit audit experience dapat diukur dari jenjang jabatan dalam struktur tempat
auditor bekerja, tahun pengalaman, gabungan antara jenjang jabatan, keahlian yang dimiliki auditor yang berhubungan dengan audit, serta pelatihan-pelatihan
yang pernah diikuti oleh auditor tentang audit. Masalah penting yang berhubungan dengan pengalaman auditor akan berkaitan dengan tingkat ketelitian
auditor. Menurut Butt 1988 memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa auditor
yang berpengalaman akan membuat pertimbangan yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesionalnya, daripada auditor yang kurang berpengalaman. Jadi
seorang auditor yang lebih berpengalaman akan lebih tinggi tingkat skeptisme profesionalnya dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman.
Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan
yang terbaik. Menurut Herliansyah 2006, seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak hal tersimpan dalam
ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Hal ini dipertegas oleh Haynes et al. 1998 yang menemukan
bahwa pengalaman audit yang dimiliki auditor ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil.
Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi
yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya Arens dkk., 2000.
Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan
perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing Christiawan, 2002. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang
dihasilkan Alim dkk., 2007.
2.1.7 Perilaku Penurunan Kualitas Audit