PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE) DAN DEVIDEN PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP PRICE TO BOOK VALUE (PBV) PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG GO PUBLIK DI PT. BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP PRICE TO BOOK

VALUE (PBV) PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

YANG GO PUBLIK DI PT. BURSA EFEK

INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

0412010226/FE/EM DENDY ARDHATA SAPUTRA

KEPADA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

GO PUBLIK DI PT. BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Diajukan Oleh :

0412010226/FE/EM DENDY ARDHATA SAPUTRA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

i

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE) DAN DEVIDEN PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP PRICE TO

BOOK VALUE (PBV) PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG GO

PUBLIK DI PT. BURSA EFEK INDONESIA”

Menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Ec. Dwi Widajati, MM., sebagai Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Untuk kedua orang tuaku.. Ayah dengan nasehat Ayah yang selalu aku ingat,aku dapat bersemangat hingga seperti ini dan karena doa Ibu serta support Ibu aku menjadi yakin aku bisa menyelesaikan semua hal yang aku hadapi I Love u so...

5. For my spirit, Ndut ku 'Nila Anggun Permata'... tanpa Ndut mungkin aku tak sesemangat ini dalam mengerjakan skripsi... thnx Ndut... I Love u.


(4)

ii

menyemangatiku di saat aku lelah, mengingatkanku untuk tetap berdiri tegak dan tidak putus asa.Thanks Friends.

7. Dan tidak lupa untuk seseorang yang selalu ada di hatiku selamanya ‘Ipox’, terima kasih... I Love u for ever.

8. Kepada semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang menbangun akan penulis terima dengan senang hati demi sempurnanya skripsi ini.

Surabaya, Mei 2010


(5)

iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. laporan Keuangan ... 11

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 11

2.2.1.2. Sifat laporan Keuangan ... 13

2.2.1.3. Tujuan laporan Keuangan ... 14

2.2.1.4. Jenis laporan Keuangan ... 14

2.2.2. Pasar Modal ... 15


(6)

iv

2.2.2.4. Bentuk-Bentuk Pasar Modal ... 19

2.2.3. Analisis Rasio ... 20

2.2.3.1. Pengertian Rasio ... 20

2.2.3.2. Masalah Yang Dihadapi Dalam Penentuan Rasio Standar ... 20

2.2.3.3. Menentukan Rasio Standar ... 22

2.2.3.4. Keunggulan Rasio Keuangan ... 23

2.2.3.5. Keterbatasan Analisa Rasio ... 24

2.2.3.6. Jenis Rasio ... 25

2.2.4. Return On Equity (ROE) ... 27

2.2.5. Deviden Payout Ratio (DPR) ... 28

2.2.6. Price to Book Value (PBV) ... 30

2.2.7. Pengaruh Return On Equity terhadap Price To Book Value ... 31

2.2.8. Pengaruh Devidend Payout Ratio terhadap Price To Book Value ... 32

2.3. Kerangka Pikir ... 33

2.4. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 34


(7)

v

3.3.2. Sumber Data ... 35

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 36

3.4. Populasi, Sampel dan Teknik Penentuan Sampel ... 36

3.4.1. Populasi ... 36

3.4.2. Sampel ... 36

3.5. Teknik Analisis Data ... 37

3.5.1. Uji Normalitas ... 37

3.5.2. Uji Asumsi Klasik ... 38

3.5.3. Regresi Linier Berganda ... 40

3.5.4. Uji Hipotesis ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 43

4.1.1. Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia ... 43

4.1.2. Gambaran Umum PT. Bank Century ... 44

4.1.3. Gambaran Umum PT.CIMB Niaga ... 46

4.1.4. Gambaran Umum PT.Eksekutif ... 47

4.1.5. Gambaran Umum PT. Bank Negara Indonesia ... 48

4.1.6. Gambaran Umum PT.Bank Nusantara Parahyangan .... 49

4.1.7. Gambaran Umum PT. Bank Kesawan ... 50

4.2. Penyajian Data ... 51

4.2.1. Variabel Return On Equity (X1 4.2.2. Variabel Deviden Payout Ratio (X ) ... 51


(8)

vi

4.3.1. Hasil Analisis Data Keseluruhan ... 56

4.3.1.1. Uji Normalitas ... 56

4.3.1.2. Hasil Pengujian Regresi Asumsi Klasik ... 57

4.3.2. Hasil Perbaikan Data ... 59

4.3.2.1. Uji Normalitas Data ... 59

4.3.2.2. Hasil Pengujian Regresi Asumsi Klasik ... 60

4.3.3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 62

4.3.4. Uji Hipotesis ... 64

4.3.4.1. Uji Hipotesis dengan Uji F ... 64

4.3.4.2. Uji t ... 65

4.4. Pembahasan ... 66

4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian ... 68

4.4.2. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu ... 68

4.4.3. Keterbatasan Penelitian ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1. Kesimpulan ... 70

5.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

vii

Tabel 1. 1. Nilai Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan 2004 –

2008 ... 5

Tabel 1. 2 Nilai Deviden Payout Ratio (DPR) Perusahaan Perbankan 2004 – 2008 ... 5

Tabel 1.3 Harga Saham Per Nilai Buku (PBV) Perusahaan Perbankan 2004-2008 ... 6

Tabel 4.1. Data Return On Equity Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Publik di BEI Periode tahun 2004 s/d 2008 ... 51

Tabel 4.2. Data Deviden Payout Ratio Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Publik di BEI Periode tahun 2004 s/d 2008 ... 53

Tabel 4.3. Data Price to Book Value Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Publik di BEI Periode tahun 2004 s/d 2008 ... 54

Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas ... 56

Tabel 4.5. Hasil Pengujian Multikolinier ... 58

Tabel 4.6. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 58

Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas ... 59

Tabel 4.8. Hasil Pengujian Multikolinier ... 61

Tabel 4.9. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 62

Tabel 4.10. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 62

Tabel 4.11. Hasil Uji F ... 64


(10)

(11)

ix

Lampiran 1 Data Return On Equity Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Publik di BEI Periode tahun 2004 s/d 2008

Lampiran 2 Data Deviden Payout Ratio Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Publik di BEI Periode tahun 2004 s/d 2008

Lampiran 3 Data Price to Book Value Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Publik di BEI Periode tahun 2004 s/d 2008


(12)

x

Dendy Ardhata Saputra

ABSTRAKSI

Return on equity adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Sedangkan dividend payout ratio adalah persentase dari laba yang didistribusikan sebagai dividen. Rasio ini merupakan kebijakan dividen yang dibayarkan kepada investor. Investor dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan membeli atau menjual saham dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham bersangkutan. Besarnya nilai rasio tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu, ukuran seberapa banyak para investor bersedia membayar untuk setiap rupiah dari laba yang dilaporkan, serta ukuran apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh return on equity dan devidend payout ratio terhadap price to book value pada perusahaan Perbankanyang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda dengan menggunakan uji hipotesis uji F dan uji t.

Variabel penelitian adala return on equity (X1), devidend payout ratio (X2), dan

price to book value (Y). Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian adalah dengsn menggunakan skala rasio. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari perusahaan perbankan yang go publik di Bursa Efek Indonesia, dimana laporan keuangan tahun 2004-2008 perusahaan tersebut berjumlah 18 perusahaan sedangkan sampel penelitian ini 6 perusahaan perbankan yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2004 s/d 2008.

Berdasarkan hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan bahwa Return On Equity tidak berpengaruh secara signifikan positif terhadap Price To Book Value

dan Devidend Payout Ratio berpengaruh secara signifikan negatif terhadap Price To Book Value pada perusahaan perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.


(13)

1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, yang ditandai dengan berkembangnya jumlah emiten dari 132 emiten pada tahun 1990 menjadi 379 emiten pada tahun 2001. Meningkatnya emiten yang menerbitkan saham di Bursa Efek Jakarta mengakibatkan semakin banyaknya jumlah lembar saham yang beredar.

Para investor harus lebih berhati-hati dalam pembuatan keputusan investasi sebelum memahami informasi yang berhubungan dengan perusahaan yang menerbitkan saham. Investor perlu melakukan berbagai analisis, baik analisis teknik maupun analisis fundamental. Analisis tersebut berguna untuk menilai saham-saham yang akan dipilih dan untuk mengetahui tingkat return ang diharapkan dalam menentukan strategi investasi yang akan dilakukan.

Investor dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan membeli atau menjual saham dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham bersangkutan. Return on Equity adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Dengan demikian investor ini lebih memperhatikan seberapa besar


(14)

kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar hasil pengembalian atas modal sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan.

Salah satu pendekatan dalam menentukan nilai intrinsik saham adalah

price to book value (PBV). PBV atau rasio harga per nilai buku merupakan hubungan antara harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham (Jones, 2000: 274). Penelitian yang dilakukan oleh Rosenberg.et al (1985) menemukan bahwa saham-saham yang memiliki rasio PBV yang rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan lebih tinggi daripada saham-saham yang memiliki rasio PBV yang tinggi.

Investor dapat mempertimbangkan rasio pasar modal sepeti rasio harga per nilai buku (PBV) untuk membedakan saham mana yang harganya wajar, terlalu tinggi (overvalued), atau terlalu rendah (undervalued). Startegi ini umumnya menghubungkan rasio price to book value (PBV) dengan nilai intrinsik saham yang diperkirakan berdasarkan model penilaian saham.

Rosenberg et, al. (1985) dalam Wirawati (2008:93), menemukan bahwa saham-saham yang memiliki rasio price to book value yang tinggi. Chan, Hamao, dan Lakonishok (1991), menunjukkan bahwa dari empat variabel yang digunakan, book to market ratio, dan cash flow yield

mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap expected return. Penelitian lain yang dilakukan oleh Capaul et al (1993) dan Fama dan French (1992) juga menemukan bahwa rasio price to book value mempunyai hubungan yang signifikan dengan return saham.


(15)

Pontiff fan Schall (1998) dalam Wirawati (2008:93), menemukan bahwa price to book value merupakan prediktor return saham yang lebih kuat dibandingkan dengan interest rate spreads dan dividend yield.

Prospek pertumbuhan perusahaan sangat mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibayarkan dimasa datang, semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka semakin besar jumlah dividen yang akan dibayarkan perusahaan pada masa yang akan datang.

Lintner (1956) dalam Hartono (2000:252) memberikan alasan rasional bahwa perusahaan enggan untuk menurunkan dividen. Jika perusahaan memotong dividen, maka akan dianggap sebagai sinyal yang buruk karena perusahaan membutuhkan dana. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout lebih kecil supaya nanti tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan yang berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba yang menurun adalah tinggi. Dari hasil pemikiran ini maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang negatif antara risiko dan dividend payout, yaitu risiko tinggi, dividend payout rendah.

Hubungan antara tingkat pertumbuhan (growth) dan dividend payout

dijelaskan sebagai hubungan yang negatif, di mana perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividend payout ratio yang rendah, Sebaliknya, perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai dividend payout ratio yang tinggi (Hanafi dan Halim, 2000: 86).

DPR adalah persentase dari laba yang didistribusikan sebagai dividen. Rasio ini merupakan kebijakan dividen yang dibayarkan kepada investor.


(16)

Investor dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan membeli atau menjual saham dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham bersangkutan. Salah satu pendekatan dalam menentukan nilai intrinsik saham adalah price to book value (PBV). PBV atau rasio harga per nilai buku merupakan hubungan antara harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham (Jones, 2000: 274). Penelitian yang dilakukan oleh Rosenberg.et al (1985) menemukan bahwa saham-saham yang memiliki rasio PBV yang rendah akan menghasilkan return

yang secara signifikan lebih tinggi daripada saham-saham yang memiliki rasio PBV yang tinggi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wirawati (2008:100) yang ditemukan dari keempat faktor fundamental yang dianalisis menunjukkan bahwa variabel Return OnEquity (ROE) dan Dividend Payout Ratio (DPR) mempunyai hubungan yang signifikan price to book value (PBV).

Dengan adanya motivasi untuk mengetahui faktor-faktor fundamental yang dapat mempengaruhi price to book value suatu perusahaan, diadakan penelitian pada perusahaan yang go publik di Indonesia terutama yang tercatat pada PT. Bursa Efek Indonesia (BEI), lebih lanjut penelitian ini difokuskan pada perusahaan perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2004-2008. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1) Return On Equity yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk mengembalikan modal investor yang diinvestasikan pada perusahaannya. 2) Devidend Payout Ratio


(17)

di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1

Nilai Return On Equity(ROE) Perusahaan Perbankan2004 – 2008

No Perusahaan Tahun ROE (%) No Perusahaan Tahun ROE (%)

1 PT. Bank Century 2004 -15,18 4 PT. Bank Negara Indonesia 2004 24,41

2005 6,42 2005 18,96

2006 6,47 2006 19,19

2007 3,36 2007 8,60

2008 0,47 2008 8,07

2 PT. CIMG Niaga 2004 31,91 5 PT. Bank Nusantara Parahyangan 2004 27,65

2005 18,82 2005 24,77

2006 19,46 2006 15,56

2007 10,94 2007 7,19

2008 7,29 2008 8,34

3 PT. Eksekutif 2004 10,33 6 PT. Bank Kesawan 2004 5,50

2005 -50,80 2005 3,87

2006 -16,49 2006 4,87

2007 -7,07 2007 6,95

2008 -36,31 2008 2,30

Sumber : Bursa Efek Indonesia,

Tabel 1. 2

Nilai Deviden Payout Ratio(DPR)Perusahaan Perbankan2004 – 2008 No Perusahaan Tahun DPR

(%) No

Perusahaan Tahun DPR (%)

1 PT. Bank Century 2004 - 4 PT. Bank Negara Indonesia 2004 50,00

2005 - 2005 50,00

2006 - 2006 50,00

2007 - 2007 50,01

2008 - 2008 -

2 PT. CIMG Niaga 2004 19,93 5 PT. Bank Nusantara Parahyangan 2004 35,56

2005 16,95 2005 -

2006 - 2006 -

2007 - 2007 -

2008 - 2008 -

3 PT. Eksekutif 2004 - 6 PT. Bank Kesawan 2004 -

2005 - 2005 -

2006 - 2006 -

2007 - 2007 -

2008 - 2008 -


(18)

Tabel 1.3

Harga Saham Per Nilai Buku (PBV)Perusahaan Perbankan 2004-2008 No Perusahaan Tahun PBV No Perusahaan Tahun PBV

1 PT. Bank Century 2004 5,59 4 PT. Bank Negara Indonesia 2004 1,73

2005 4,39 2005 1,43

2006 2,03 2006 1,68

2007 1,78 2007 1,60

2008 -1,08 2008 0,70

2 PT. CIMG Niaga 2004 1,53 5 PT. Bank Nusantara Parahyangan 2004 0,76

2005 1,21 2005 0,68

2006 2,33 2006 0,79

2007 2,27 2007 0,75

2008 142,92 2008 0,47

3 PT. Eksekutif 2004 0,65 6 PT. Bank Kesawan 2004 0,73

2005 0,47 2005 1,65

2006 0,46 2006 1,83

2007 0,44 2007 1,82

2008 2,07 2008 0,15

Sumber : Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan besarnya nilai ROE, PER dan PBV pada beberapa perusahaan perbankan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI). Besarnya nilai-nilai tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu, ukuran seberapa banyak para investor bersedia membayar untuk setiap rupiah dari laba yang dilaporkan, serta ukuran apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut.

Apabila transaksi perdagangan saham yang terjadi di pasar modal merupakan kegiatan investasi bagi investor, maka informasi yang diperlukan adalah informasi mengenai laporan keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan perusahaan akan menggambarkan aspek-aspek fundamental perusahaan yang bersifat kuantitatif.


(19)

Penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Santosa (1998) dengan menggunakan data dari BEJ (Bursa Efek Jakarta) menemukan bahwa dari empat faktor fundamental yang dianalisis hanya profitabilitas (ROE) yang mempunyai hubungan signifikan positif dengan rasio PBV. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wirawati (2008:100) yang ditemukan dari keempat faktor fundamental yang dianalisis menunjukkan bahwa variabel

Return On Equity (ROE) mempunyai hubungan yang signifikan terhadap

price to book value (PBV). Penelitian yang dilakukan oleh Rosenberg.et al (1985) menemukan bahwa saham-saham yang memiliki rasio PBV yang rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan lebih tinggi daripada saham-saham yang memiliki rasio PBV yang tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wirawati (2008:100) yang ditemukan dari keempat faktor fundamental yang dianalisis menunjukkan bahwa variabel

Dividend Payout Ratio (DPR) mempunyai hubungan yang signifikan price to book value (PBV).

Atas dasar hal tersebut di atas maka timbul minat penulis untuk mengadakan penelitian di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) berkaitan dengan fluktuasi price to book value yaitu “Pengaruh Return On Equity dan Deviden Payout Ratio Terhadap Price To Book Value Perusahaan PerbankanYang Go Publik di PT. Bursa Efek Indonesia”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:


(20)

a. Apakah Return On Equity berpengaruh terhadap Price To Book Value

pada perusahaan perbankanyang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia? b. Apakah Devidend Payout Ratio berpengaruh terhadap Price To Book

Value pada perusahaan perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaruh Return On Equity terhadap Price To Book Value pada perusahaan Perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.

b. Untuk mengetahui pengaruh Devidend Payout Ratio terhadap Price To Book Value pada perusahaan Perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Kepentingan Ilmiah

Dengan mengadakan penelitian secara langsung serta dihadapkan pada kenyataan yang ada, maka didapatkan pengetahuan mengenai pemecahan masalah yang sesungguhnya.

b. Kepentingan Terapan

 Dapat menambah informasi dan referensi tentang pasar modal guna mempermudah mengambil keputusan untuk investasi.

 Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Universitas sebagai darma bakti terhadap perguruan tinggi Universitas UPN ”Veteran” Jawa Timur.


(21)

9

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang melandasi pada penelitian sekarang adalah penelitian yang dilakukan oleh:

A. Ni Gusti Putu Wirawati (2008)

1. Judul: Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Price To

Book Value Dalam Penilaian Saham Di Bursa Efek Jakarta Dalam

Kondisi Krisis Moneter

2. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji dan

mengidentifikasikan karakteristik hubungan antara Price to Book

Value (PBV) dengan faktor fundamental perusahaan seperti ROE

(Return On Equity), DPR (Dividend Payout Ratio), tingkat

pertumbuhan, dan DFL (Degree Financial Leverage) untuk menguji

besarnya pengaruh PBV terhadap return saham dan untuk

membuktikan apakah harga saham di BEJ telah sepenuhnya mencerminkan nilai intrinsiknya.

3. Hasil penelitian:

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengidentifikasikan karakteristik hubungan antara Price to Book Value (PBV) dengan empat faktor fundamental, seperti Return On Equity (ROE),


(22)

dan tingkat pertumbuhan (GRW). Penelitian ini juga ingin mengetahui seberapa besar pengaruh PBV yang ditentukan oleh empat faktor fundamental terhadap return saham.

Hasil yang ditemukan dari keempat faktor fundamental yang dianalisis menunjukkan bahwa variabel Return On Equity (ROE),

Dividend Payout Ratio (DPR), dan tingkat pertumbuhan (GRW)

mempunyai hubungan yang signifikan, sedangkan Degree of

Financial Leverage (DFL) tidak.

Simpulan akhir dari penelitian ini adalah bahwa rata-rata return

saham undervalued lebih tinggi daripada rata-rata return saham

overvalued. Berdasarkan hasil uji t test perbedaannya tidak nyata

secara statistik Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Bursa Efek Jakarta sebelum terjadi krisis moneter, yang

menemukan bahwa perbedaan rata-rata return saham yang

undervalued dan overvalued adalah nyata

Perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian sekarang terletak pada variable yang digunakan, penelitian terdahulu menggunakan variable ROE, DPR, tingkat pertumbuhan, FDL dan PBV, dan penelitian sekarang hanya menggunakan tiga variable yaitu ROE, DPR dan PBV, serta hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumya yang memakai data sebelum krisis moneter. Sedangkan persamaannya terletak pada obyek dalam penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(23)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Laporan Keuangan

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2001:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Bagi para analis, Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan mampu melakukan pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Dan seandainyapun dilakukannya ia tidak akan dapat mengetahui banyak tentang situasi perusahaan. Oleh karena itu maka yang paling penting adald media laporan keuangan ini. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi (screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dpat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu.

Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan bagian laba ditahan


(24)

atau laporan modal sendiri dan laporan perubahan posisi keuangan atau laporan sumber dan penggunaan dana. (Jumingan, 2008: 4)

2.2.1.2.Sifat Laporan Keuangan

Akutansi keuangan mamberikan informasi yang bersifat baku, terstandar dan bertujuan umum (general purpose). Format informasinya sudah memiliki pola yang ditetapkan lembaga resmi yang berhak menyusun standart pelaporan akutansi. Di indonesia disebut SAK (Standar Akutansi Indonesia) dikeluarkan IAI. Laporan dari akutansi keuangan ini dilindungi dan diawasi oleh pemerintah karena ia menyangkut kepentingan umum. Laporan yang dikeluarkan akutansi keuangan dimanfaatkan masyarakat dalam menilai saham suatu perusahaan. Oleh karena itulah maka tidak bisa begitu saja dikeluarkan laporan yang dipercaya sebelum ada proses penyaksian (attest function) atau audit yang dilakukan oleh akuntan publik erdaftar yang juga kehadiranya diatur oleh pemerintah. Di Indonesia dimonitor oleh Departemen Keuangan dan IAI. (Harahap, 2001:127)

Kekuatan laporan keuangan menurut Harahap (2001:129) sebagai informasi untuk tujuan pemakai umum yang dipercaya pada saat yang sama juga mengandung kelemahan. Kelemahannya terletak pada informasi yang dikeluarkannya karena bersifat umum dan melayani semua pihak yang bisa memliki perbedaan dan preferensi terhadap suatu informasi.


(25)

2.2.1.3.Tujuan Laporan keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut berbagai sumber dapat dilihat penjelasan di bawah ini (Harahap, 2001:132):

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya

mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

2. Untuk memberikan inforamasi yang dapat dipercaya mengenai

perubahan dalam aktiva netto(aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dala rangka memperoleh laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan keuangan yang membantu para pemakai laporan didalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivasi pembiayaan dan investasi.

5. Untuk mengukapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuagan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akutansi yang dianut perusahaan.

2.2.1.4.Jenis Laporan Keuangan

Jenis laporan keuangan utama dan pendukung ini dapat disebutkan sebagai berikut (Harahap, 2001:106):


(26)

a. Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu.

b. Perhitungan Laba/Rugi yang menggambarkan jumlah hasil, Biaya dan Laba/Rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.

c. Laporan Sumber dan Penggunaan dana. Disini dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode.

d. Laporan Arus Kas. Disini digambarkan sumber dan penggunaan kas dalam satu periode.

e. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang. f. Laporan Laba Ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak

dibagikan kepada pemilik saham.

g. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau Modal dalam perusahaan perseroan.

h. Dalam suatu kajian dikenal Laporan Kegiatan Keuangan. LAporan ini menggambarkan transaksi laporan kauangan perusahaan yang mampengaruhi kas atau ekuivalen kas.

2.2.2. Pasar Modal

Jogiyanto (2003:15) menyatakan bahwa perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual surat berharganya di pasar modal. Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan dijual di pasar primer

(primary market). Tipe lain dari pasar modal adalah pasar kedua (second


(27)

Pasar kedua merupakan pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar pertama tutup. Pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup. Pasar keempat merupakan pasar modal yang dilakukan diantara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker. Pasar keempat umumnya menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar.

2.2.2.1.Pengertian Pasar Modal

Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk menarik dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan ke sektor-sektor yang produktif. Dengan demikian pasar modal dapat menimbulkan multiplier efek yang sangat luas terutama kepada lembaga-lembaga yang terkait.

Menurut Gitosudarmo dan Bisri (2002:239) pasar modal juga dapat dikatakan sebagai monopoli pemilikian perusahaan karena setelah perusahaan tersebut go publik dan memanfaatkan pasar modal kemudian pemegang surat berharga juga menjadi pemilik perusahaan sehingga menjadi milik publik.

Pengertian pasar modal menurut Sunariyah (2003:4) secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang


(28)

disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.

Pengertian lain dari pasar modal yang diungkapkan oleh Anoraga (2000:5) dalam Sugiharto dan Haryanto (2003:142) adalah pelengkapan di sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan, dimana pasar modal memberikan jasanya sebagai jembatan penghubung antara pemilik modal dengan peminjaman dana.

2.2.2.2.Peranan Pasar Modal

Jika pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat berharga juga menceminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan di masa mendatang serta kualitas dari manajemennya. Jika calon investor meragukan kualitas dari manajemen, keraguan ini dapat tercermin di harga surat berharga yang turun.

Menurut Jogiyanto (2003:12) pasar modal dapat digunakan sebagai sarana tidak langsung pengukur kualitas manajemen. Juga pemegang saham mempunyai hak mengawasi manajemen lewat hak veto di dalam pertemuan dan pemilihan manajemen. Hak veto pemegang saham dapat dilakukan langsung atau dapat dialihkan ke pihak kedua lewat suatu wakil atau proksi. Jika pemegang saham tidak puas dengan manajemen, maka dapat terjadi perang proksi untuk mengganti manajemen.

Pasar modal juga mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam.


(29)

Alokasi dana yang produktif terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkannya ke individu lain yang lebih produktif yang membutuhkan dana. Sebagai akibatnya, peminjam dan pemberi pinjaman akan lebih diuntungkan dibandingkan jika pasar modal tidak ada.

Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal menurut Jogiyanto (2003:11) merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi. Kebutuhan dana jangka pendek umumnya diperoleh di pasar uang. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham untuk mengeluarkan obligasi. Saham merupakan bukti pemilikan sebagian dari perusahaan. Obligasi merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga dalam kurun waktu tertentu yang sudah disepakati.

Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat.

2.2.2.3.Pengertian Investasi

Investasi menurut Sunariyah (2003:4) adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu


(30)

lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu: investasi dalam bentuk aktiva real dan investasi dalam surat-surat berharga atau sekuritas.

Investasi menurut Jogiyanto (2003: 5) merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu. Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan kesempatan produksi yang efisien untuk mengubah satu unit konsumsi mendatang.

2.2.2.4.Bentuk-Bentuk Pasar Modal

Pasar modal di Indonesia terdiri dari beberapa macam menurut Gitosudarmo (2002:245) terdiri dari:

1. Pasar Perdana (Pasar Primer)

Pasar perdana penawaran efek dari emiten kepada para investor selama masa tertentu sebelum efek tersebut di catatan Bursa. Harga efek tidak dapat ditawar dan jumlah pembelian dibatasi sejumlah lot tertentu. 2. Bursa Efek (Pasar Sekunder)

Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.


(31)

3. Pasar Tertier

Pada bursa ini memperdagangkan efek untuk efek permasalahan tertentu dan memperdagangkan efek yang diperjual belikan.

4. Pasar Kuarter

Pasar kuarter merupakan perdagangan efek diantara sesama perdagangan efek dan pada umumnya dalam jumlah yang besar.

2.2.3. Analisis Rasio 2.2.3.1.Pengertian Rasio

Jumingan (2008:118) mendefinisikan rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur lainnya dalam laporan keuangan.

Selain itu menurut Harahap (2001:297) berpendapat rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).

Arifin (2007:32) memberikan definisi Rasio keuangan merupakan alat analisis yang dinyatakan dalam arti relative maupun absolute untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yag satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan keuangan.

2.2.3.2.Masalah Yang Dihadapi Dalam Penentuan Rasio Standar

Menurut Jumingan (2008:19) Penentuan rasio standar sebagai dasar pembanding tidak dapat digunakan sebagi ukuran yang pasti karena


(32)

rasio standar untuk industri otomotif merupakan hasil rata-rata dari beberapa perusahaan yang sejenis yang mempunyai kondisi keuangan dan hasil usaha yang berbeda-beda.

Variasi kondisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1) Perbedaaan letak geografis yang membawa perbedaaan dalam tingkat harga dan biaya usaha.

2) Perbedaan dalam pemilikian aktiva tetap, ada yang memiliki sendiri pada yang menyewa. Perbedaan dalam besar kecilnya investasi dalam harta kekayaan yang tidak digunakan dalam hubungannya dengan operasi regular.

3) Perbedaan dalam tingkat harga dicerminkan dalam pos-pos aktiva tidak lancar.

4) Perbedaan dalam umur harta kekayaan yang dimiliki, ada yang baru ada yang lama.

5) Perbedaan dalam banyaknya jenis barang yang diproduksi. 6) Perbedaan dalam tingkat kapasitas pabrik.

7) Perbedaan dalam penilaian persediaan.

8) Perbedaaan dalam kebijaksanaan pembelian bahan dasar.

9) Perbedaan dalam kebijaksanaan menentukan tingkat persediaan. 10) Perbedaan dalam kebijaksanaan penjualan barang dagangan.


(33)

11) Perbedaan dalam kebijaksanaan saluran pemasaran. Menjual produk kepada pembeli tunggal, kepada banyak pedagang besar, pedagang kecil, atau langsung kepada konsumen.

12) Perbedaaan dalam banyak sedikitnya utang jangka panjang. Juga dalam struktur permodalan, sumber dananya banyak berasal dari pinjaman atau modal sendiri.

13) Kebijaksanaan dalam pembayaran deviden.

14) Perbedaan dalam sistem akuntansi dan prosedur akuntansi, termasuk penggolongan pos-pos laporan keuangan, periode akuntansi, dan metode penyusunan.

2.2.3.3.Menentukan Rasio Standar

Apabila rasio standar tidak tersedia dalam bentuk yang sudah dipublikasikan, menganalisis dapat membuat standarnya sendiri.

Rasio standar dapat ditentukan dengan cara-cara sebagai berikut :

a. Mengumpulkan data laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan (dalam industri) yang dipertimbangkan. Perusahaan tersebut hendaknya mempunyai keseragaman dalam sistem akuntansi dan prosedur akuntansi termasuk keseragaman dalam penggolongan rekening-rekening dan metode penyusutan, keseragaman periode akuntansi, kesamaan dalam penilaian aktiva dan kebijaksanaan amortisasi, dan keseragaman dalam kebijaksanaan manajemen.

b. Menghitung angka-angka rasio yang dipilih dari tiap-tiap perusahaan dalam industri.


(34)

c. Menyusun rasio-rasio tersebut dari yang tertinggi sampai yang terendah.

d. Menghapus rasio yang ekstrem, yaitu rasio yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.

e. Menghitung rata-rata atau menentukan mediannya (ini merupakan rasio standar yang dicari).

2.2.3.4.Keunggulan Rasio Keuangan

Analisa rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisa lainnya. Keunggulan tersebut menurut Harahap (2001:298) adalah : 1. Rasio merupakan angka-angka atau iktisar statistik yang lebih mudah

dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model

pengambilan keputusan dan model prediksi (Z score). 5. Menstandarisir size perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series”.

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.


(35)

2.2.3.5.Keterbatasan Analisa Rasio

Disamping keungulan yang dimiliki analisa rasio, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu pengunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaanya. (Harahap, 2001:298)

Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti :

a. Banyak perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan jugment yang dapat dinilai bias atau

subyektif.

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.

d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.


(36)

5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karena jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan

2.2.3.6.Jenis Rasio

Jenis–jenis rasio yang sering digunakan dalam bisnis menurut (Harahap, 2001:301-311).

Adapun rasio keuangan yang sering digunakan adalah: 1. Rasio Likuiditas.

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.

2. Rasio Solvabilitas.

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang.

3. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas.

Rasio rentabilitas atau juga disebut profitabilitas ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang


(37)

menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating rasio.

4. Rasio Leverage.

Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal lebih besar dari hutang. Rasio ini bisa juga diangggap bagian dari rasio solvabilitas.

5. Rasio Aktivitas.

Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasi baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegitan lainnya.

6. Rasio Pertumbuhan.

Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan proses perusahaan dari tahun ke tahun.

7. Market BasedRatio (Penelitian Pasar).

Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan dipasar modal yang menggambarkan situasi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. Tidak berarti rasio lainnya tidak dipakai.


(38)

8. Rasio Produktivitas.

Jika perusahaan ingin dinilai dari segi produktivitas unit-unitnya maka bisa dihitung rasio produktivitas. Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai

2.2.4. Return On Equity (ROE)

Menurut Hanafi (2003:85), “Return on Equity adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.

Dengan demikian investor ini lebih memperhatikan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar hasil pengembalian atas modal sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih dapat memanfaatkan modalnya sendiri dibandingkan perusahaan lain. Dengan demikian hal ini akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan saham yang pada akhirnya dapat menaikkan harga saham. Demikian pula sebaliknya apabila ROE rendah berarti perusahaan tidak menggunakan equitynya dengan efisien dan efektif sehingga hal ini dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap nilai perusahaan dan kemudian berdampak pada turunnya harga saham. Jadi ROE ini dijadikan sebagai indikator atas kinerja suatu


(39)

perusahaan mengingat para investor lebih cenderung memperhatikan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya.

Return on Equity =

Equity

Income Net

Jumingan. (2008:245)

Rasio ini dipergunakan untuk mengetahui kemampuan, perusahaan dalam menghasilkan laba bersih melalui penggunaan modal sendiri.

Rasio ini juga menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila dukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus. Harahap.(2001:305)

2.2.5. Deviden Payout Ratio (DPR)

Deviden Payout Ratio adalah perbandingan antara deviden yang

dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi Deviden Payout Ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetpi sebaliknya Deviden Payout Ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan semakin kuat.

Deviden Payout Ratio=

saham lembar per

laba

saham lembar per

Deviden

Menurut Gitosidarmo dan Basri (2002:232) besar kecilnya Deviden


(40)

1. Faktor likuidits

Semakin tinggi likuditas akan emningkatkan Deviden Payout Ratio

dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan Deviden

Payout Ratio.

2. Kebutuhan dana untuk melunasi hutang

Semakin besar untuk melunasi hutang baik untuk obligasi hipotek dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan Deviden Payout Ratio dan sebaliknya.

3. Tingkat ekspansi yang direncanakan

Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan berakibat mengurangi Deviden Payout Ratio karena laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktivitas.

4. Faktor pengawasan

Semakin terbukanya perusahaan atau semakin banyaknya pengawas cenderung akan memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan kenaikan deviden Deviden Payout Ratio, dan sebaliknya semakin tertutup perusahaan akan menurunkan Deviden Payout Ratio.

5. Ketentuan-ketentuan dari pemerintah

Ketentuan-ketentuan tersebut dimaksud adalah yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran deviden.


(41)

6. Pajak kekayaan/penghasilan dari pemegang saham

Apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka Deviden Payout lebih tinggi dibanding apabila pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak.

2.2.6. Price to Book Value (PBV)

Rasio harga saham per nilai buku (PBV) digunakan untuk mengukur apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Menurut Sugiono dan Untung (2008:74) price to

book value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku

saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar semakin percaya akan prospek perusahaan tersebut di masa depan. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio harga saham per nilai buku adalah sebagai berikut :

saham lembar per

pasar harga

saham lembar per

buku nilai buku

nilai per saham

Harga =

Jika angka PBV di bawah satu, maka dapat dipastikan bahwa harga pasar saham tersebut lebih rendah daripada nilai bukunya. “Sebagai suatu perusahaan yang memiliki manajemen yang baik maka diharapkan PBV perusahaan tersebut setidaknya adalah satu atau dengan kata lain diatas dari nilai bukunya”. (Sugiono, 2004:74)

Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah saham dengan nilai PBV rendah tidak akan diminati oleh investor ? Jawabannya tergantung dari tujuan investasinya. Angka satu yang menjadi patokan minimal untuk


(42)

sebuah perusahaan dengan manajemen yang baik tidak serta merta menjadi tolok ukur yang pasti. Motivasi investor dalam melakukan investasi juga menjadi pertimbangan tersendiri. Tidak sedikit investor yang membeli saham dengan nilai PBV yang rendah untuk menjadikan pemegang mayoritas, sehingga dapat memutuskan kemana arah tujuan perusahaan.

2.2.7. Pengaruh Return On Equity terhadap Price To Book Value

Menurut Hanafi (2003:85), “Return on Equity adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ini juga menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila dukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus. (Harahap, 2001:305)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wirawati (2008:100) yang ditemukan dari keempat faktor fundamental yang dianalisis menunjukkan bahwa variabel Return On Equity (ROE) mempunyai hubungan yang signifikan positif terhadap price to book value (PBV).

Dari uraian-uraian dan teori yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa Return On Equity (ROE) mempunyai hubungan yang signifikan positif terhadap price to book value (PBV). Hal ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu dalam jurnal Wirawati, dimana dalam jurnal tersebut menunjukkan bahwa dari empat faktor fundamental yang dianalisis hanya


(43)

profitabilitas (ROE) yang mempunyai hubungan signifikan positif dengan rasio PBV.

2.2.8. Pengaruh Devidend Payout Ratio terhadap Price To Book Value

DPR adalah persentase dari laba yang didistribusikan sebagai dividen. Rasio ini merupakan kebijakan dividen yang dibayarkan kepada investor. Investor dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan membeli atau menjual saham dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham bersangkutan. Salah satu pendekatan dalam menentukan nilai intrinsik saham adalah

price to book value (PBV).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wirawati (2008:100) yang ditemukan dari keempat faktor fundamental yang dianalisis menunjukkan bahwa variabel Dividend Payout Ratio (DPR) mempunyai hubungan yang signifikan positif terhadap price to book value (PBV).

Dari uraian-uraian dan teori yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa Dividend Payout Ratio (DPR) mempunyai hubungan yang signifikan positif terhadap price to book value (PBV). Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosenberg.et al (1985) dalam jurnal Wirawati yang menemukan bahwa saham-saham yang memiliki rasio PBV yang rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan lebih tinggi daripada saham-saham yang memiliki rasio PBV yang tinggi.


(44)

2.3. Model Konseptual

2.4. Hipotesis

Diduga Return On Equity dan Devidend Payout Ratio berpengaruh signifikan positif terhadap Price To Book Value pada perusahaan Perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.

Return On Equity

(X1)

Price To Book Value

(Y)

Deviden Payout Ratio


(45)

33

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini semua variabel yang digunakan diukur dengan menggunakan skala rasio. Untuk memperjelas variabel-variabel yang digunakan, maka variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

Variabel bebas:

1. Return On Equity (X1

Merupakan salah satu rasio profitabilitas yang merupakan hasil pengembalian atas equitas. Rasio ini mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik. Perhitungan ROE didapat dengan membagi keuntungan bersih dengan nilai buku ekuitas.

)

Return on Equity =

Equity

Income Net

2. Deviden Payout Ratio (X2

Adalah persentase dari laba yang didistribusikan sebagai dividen. Rasio ini merupakan kebijakan dividen yang dibayarkan kepada investor. Dividend payout ratio didapat dengan membagi dividen per lembar saham dengan laba per lembar saham.

)

Deviden Payout Ratio=

saham lembar per

laba

saham lembar per


(46)

Variabel terikat:

Variabel terikat (Y) adalah Price to Book Value yaitu merupakan rasio untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi sebagai perusahaan yang terus tumbuh. Rasio PBV merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas.

saham lembar per

pasar harga

saham lembar per

buku nilai Buku

Nilai Per Saham

Harga =

3.2. Jenis dan Sumber Data 3.2.1. Jenis Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh pihak lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan 18 perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004 sampai tahun 2008.

3.2.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh tidak secara langsung dari obyek penelitian. Data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan, dan telah diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi, meliputi harga saham dan data laporan keuangan perusahaan perbankan yang go publik dan terdaftar


(47)

di Bursa Efek Indonesia dengan kurun waktu mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara dokumentasi yaitu melihat, mempelajari, dan mengutip catatan-catatan dari dokumen yang ada pada laporan keuangan perusahaan perbankan yang go publik di Bursa Efek Indonesia, kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dari tahun 2004-2008.

3.4. Populasi, Sampel dan Teknik Penentuan Sampel 3.4.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subyek yang mempunyai kuantiats dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2003:55). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari perusahaan perbankan yang go publik di Bursa Efek Indonesia, dimana laporan keuangan tahun 2004-2008 perusahaan tersebut berjumlah 18 perusahaan.

3.4.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan pendekatan “non probability sampling“ dengan metode “purposive sampling”. Adapun pengertian non probability sampling adalah cara pengambilan sampel


(48)

dimana peneliti tidak memberikan kesempatan yang sama pada anggota populasi untuk dijadikan sampel. Sedangkan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan atas tujuan tertentu (Sugiyono, 2005:61)., maka kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Perusahaan perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia. b. Memiliki data laporan keuangan tahun 2004-2008.

Berdasarka kriteria diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 6 perusahaan perbankan yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

3.5. Teknik Analisis Data 3.5.1. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal yang dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah uji regresi OLS (Ordinary least Square), dimana distribusi sampling dari regresi OLS tergantung pada distribusi residual (e), apabila residual (e) berdistribusi normal dengan sendirinya bo dan b1

Komponen penganggu e harus tersebar mengikuti sebaran normal dengan nilai tengah = 0 dengan varaian sebesar σ

juga berdistribusi normal. (Gujarati, 1995:66)

2

. Uji normalitas dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah Kolmogorov Smirnov. Dalam regresi OLS b0 dan b1 adalah fungsi linier dari Y dan Y adalah fungsi linier dari uI (residual).


(49)

3.5.2. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi diantara tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier, Apabila ada salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) (Algifari, 2000:83),sehingga pengambilan keputusan melalu uji F dan uji t menjadi bias, yaitu :

1. Autokolerasi.

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier dada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi pada penelitian ini menggunakan uji durbin watson dengan hipotesis yang akan diuji adalah (Ghozali, 2001:61):

H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0) Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0 )


(50)

a. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka keofisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi

b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka keofisien autokorelasi lebih besar daripada nil, berarti ada autokorelasi positif.

c. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka keofisien autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

d. Bila nilai DW terletak di anatara batas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

Gambar 3.1 Kurva Durbin Watson

Sumber : Gujarati, 1999, 216, Ekonometrika Dasar. 2. Multikolinieritas.

Uji asumsi multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier antara variabel-variabel bebas dalam suatu model

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada

autokorelasi negatif

dL dU 4 - dU 4 - dL 4

0 ad a a u to k o re la si p o sitif daerah keragu raguan ad a a u to k o re la si n eg at if daerah keragu raguan


(51)

regresi. Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas yaitu dengan melihat besarnya nilai

Variance Inflation Factor (VIF), atau dengan melihat nilai dari

Tolerance. Nilai Tolerance yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat dia tolerir (Ghozali, 2001:57).

3. Heteroskedastisitas

Pada regresi linier, nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel (X). Hal ini bisa diidentifikasi dengan menghitung korelasi

Rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dimana nilai probabilitas yang diperoleh harus lebih besar dari 0,05.

3.5.3. Regresi Linier Berganda

Untuk memudahkan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka teknik analisis yang digunakan adalah persamaan regresi linier berganda sesuai dengan tujuan yang akan diteliti sebagai berikut :

Y= βo + β1 X1 + β2 X2 Dimana :

Y : Price to Book Value

+ e

X1 X

: Return On Equity


(52)

0

β : Konstanta

β1, β2

a. Uji F

: Koefisien regresi variabel e : Standar Error

3.7.4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian pengaruh simultan variabel (X1, X2 dan X3

1. Jika probabilitas/tingkat signifikansi dari nilai F

) terhadap Y digunakan uji F. Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau (Ghozali, 2001:44):

H0 : b1 = b2 = .... = bk = 0

Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:

Ha : bi ≠ b2 ≠ .... bk ≠ 0

Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Untuk kriteria kedua hipotesis ini digunakan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut (Santoso, 2001:168):

hitung > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.


(53)

2. Jika probabilitas/tingkat signifikansi dari nilai Fhitung

b. Uji t

< 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Pengujian hipotesis penelitian pengaruh parsial (X1, X2 dan X3

a. Jika probabilitas/tingkat signifikansi dari nilai t

) terhadap Y digunakan uji t student. uji t untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independent. Dengan hipotesis (Santoso, 2002:168):

H0 : b1 = b2 = .... = bk = 0

Artinya, tidak ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas dengan variabel terikat secara parsial. Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:

Ha : bi ≠ b2 ≠ .... bk ≠ 0

Artinya, ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas dengan variabel terikat secara parsial.

Untuk kriteria kedua hipotesis ini digunakan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut (Santoso, 2001:168):

hitung

b. Jika probabilitas/tingkat signifikansi dari nilai t

> 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

hitung < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.


(54)

42

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini adalah gabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange dan Bursa Efek Surabaya (BES). Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange merupakan akhir dari perjalanan panjang Pasar Modal Indonesia. Sejarah Pasar Modal Indonesia dimulai dengan dibentuknya bursa efek di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1912 oleh Vereniging Voor de Effectenhandel, kemudian pada tahun 1925 pemerintah kolonial Belanda menambah lagi dua bursa, yaitu Bursa Efek Semarang dan Surabaya. Ketiga bursa ini menghentikan aktivitasnya menjelang invasi Jepang pada tahun 1942, dan dimulai kembali dengan dibukanya Bursa Efek Jakarta pada tahun1952. program nasionalisasi yang dilakukan pemerintah pada tahun1956, mengkibatkan terhentinya aktivitas pasar modal.

Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia:

Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai sarana yang efisien untuk menghimpun dana bagi investor dan perdagangan instrumen pasar modal baik untuk masyarakat Indonesia maupun masyarakat Internasional.


(55)

Misi Bursa Efek Indonesia adalah mewujudkan Bursa Efek Indonesia sebagai bursa efek yang berskala Internasional yang menawarkan kesempatan berinvestasi secara luas sejalan dengan perkembangan perekonomian Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga bertekad mewujudkan sarana perdagangan yang efisien, sistem informasi yang terpercaya, lengkap, dan tepat waktu serta mempunyai sumber daya manusia yang profesional dan berintegritas tinggi, dengan demikian Bursa Efek Indonesia dapat menjadi bursa efek yang transparan, likuid, wajar, dan efisien sehingga dapat membawa Bursa Efek Indonesia sejajar dengan bursa-bursa efek lain di dunia.

Bursa Efek Indonesia aktif berpartisipasi di dalam mengembangkan basis investor lokal yang luas dan kokoh sebagai stabilisator Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga menawarkan beragam efek berkualitas sejalan dengan pertumbuhan instrumen pasar modal yang semakin meningkat sehingga Bursa Efek Indonesia dapat memberikan manfaat optimal bagi pemodal domestic maupun asing.

4.1.2. Gambaran Umum PT. Bank Century

PT Bank Century Tbk (dahulu PT Bank CIC Internasional Tbk) (atau selanjutnya disebut “Perusahaan”) didirikan pada tahun 1989, berdasarkan Akta No. 136 tanggal 30 Mei 1989 yang dibuat oleh Lina Laksmiwardhani, S.H., notaris pengganti Lukman Kirana, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini telah mendapat pengesahan dari Menteri


(56)

Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C.2-6169.HT.01.01.TH.89 tertanggal 12 Juli 1989 dan telah didaftarkan ke Kantor Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 2 Mei 1991 dengan No. 284/Not/1991. Anggaran Dasar Perusahaan telah disesuaikan dengan Undang- Undang Perseroan Terbatas No. 1 Tahun 1995 dalam Akta No. 167 tanggal 29 Juni 1998 dari Rachmat Santoso, S.H., notaris di Jakarta.

Pada tanggal 16 April 1990, Perusahaan memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. 462/KMK.013/1990. Pada tanggal 22 April 1993, Perusahaan memperoleh peningkatan status menjadi Bank Devisa dari Bank Indonesia melalui Surat Keputusan No. 26/5/KEP/DIR.

Perusahaan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada tanggal 9 Maret 1999 untuk menyetujui pemecahan nilai nominal saham (stock split) dari Rp 500 per saham menjadi Rp 100 per saham dan meningkatkan modal dasar dari Rp 250.000 juta menjadi Rp 500.000 juta. Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa ini telah didokumentasikan dalam Akta No. 49 dari Rachmat Santoso, S.H., notaris di Jakarta, tertanggal 9 Maret 1999 dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusannya No. C-3799.HT.01.04.TH.99 tertanggal 9 Maret 1999.

Berdasarkan Akta No. 110 dari Rachmat Santoso, S.H., notaris di Jakarta, tertanggal 16 April 1999, yang telah diperbaiki dengan Akta No. 16 dari notaris yang sama tertanggal 4 Juni 1999 dan telah disetujui oleh


(57)

Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusannya No. C-10.641.HT.01.04.TH.99 tertanggal 4 Juni 1999, nama Perusahaan diubah menjadi PT Bank CIC Internasional Tbk.

4.1.3. Gambaran Umum PT.CIMB Niaga

Berdasarkan Akta No. 110 dari Rachmat Santoso, S.H., notaris di Jakarta, tertanggal 16 April 1999, yang telah diperbaiki dengan Akta No. 16 dari notaris yang sama tertanggal 4 Juni 1999 dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusannya No. C-10.641.HT.01.04.TH.99 tertanggal 4 Juni 1999, nama Perusahaan diubah menjadi PT Bank CIC Internasional Tbk.

Berdasarkan Akta No. 110 dari Rachmat Santoso, S.H., notaris di Jakarta, tertanggal 16 April 1999, yang telah diperbaiki dengan Akta No. 16 dari notaris yang sama tertanggal 4 Juni 1999 dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusannya No. C-10.641.HT.01.04.TH.99 tertanggal 4 Juni 1999, nama Perusahaan diubah menjadi PT Bank CIC Internasional Tbk.

Berdasarkan Akta No. 110 dari Rachmat Santoso, S.H., notaris di Jakarta, tertanggal 16 April 1999, yang telah diperbaiki dengan Akta No. 16 dari notaris yang sama tertanggal 4 Juni 1999 dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusannya No. C-10.641.HT.01.04.TH.99 tertanggal 4 Juni 1999, nama Perusahaan diubah menjadi PT Bank CIC Internasional Tbk.


(58)

4.1.4. Gambaran Umum PT.Eksekutif

PT Bank Eksekutif Internasional Tbk (“Bank”), didirikan di negara Republik Indonesia dengan akta notaris Sugiri Kadarisman, S.H. No. 34 tanggal 11 September 1992 dengan nama “PT Executive International Bank”. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No. C2-9246-HT.01.01. Th.92 tanggal 10 Nopember 1992 dan diumumkan dalam tambahan No. 6651 pada berita negara Republik Indonesia No.103 tanggal 26 Desember 1992.

Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan, termasuk perubahan yang dilakukan sehubungan dengan Penawaran Umum Perdana Saham Bank, yang antara lain, mengubah status Bank menjadi Perusahaan Terbuka dan nama Bank menjadi PT Bank Eksekutif Internasional Tbk, peningkatan modal dasar dan perubahan nilai nominal saham. Perubahan ini dilakukan dengan akta Notaris Misahardi Wilamarta, S.H. tanggal 12 Maret 2001, yang telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No. C-00012.HT.01.04.TH 2001 tanggal 29 Maret 2001.

Bank memulai aktivitas operasi di bidang Perbankan pada tanggal 9 Agustus 1993. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Bank, ruang lingkup kegiatan Bank adalah menjalankan kegiatan umum perbankan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Bank memperoleh ijin untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut berdasarkan


(59)

Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 673/KMK.017/1993 tanggal 23 Juni 1993.

4.1.5. Gambaran Umum PT. Bank Negara Indonesia

Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia.

Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.

Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.

Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional.


(60)

4.1.6. Gambaran Umum PT.Bank Nusantara Parahyangan

Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988.

PT Bank Nusantara Parahyangan ("Bank") yang berdomisili di Bandung, dahulu bernama PT Bank Pasar Karya Parahyangan Bandung, didirikan berdasarkan akte Notaris Komar Andasasmita, SH liability No. 47 tertanggal 18 Januari 1972 dan telah mendapat persetujuan No. 47 dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui surat keputusannya No. Y.A/ 11/19 tertanggal 15 Mei 1974. Dalam Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham yang telah No. Y.A/11/19 dated May 15, 1974. diaktekan dalam Akte Notaris Albertus Sutjipto Budihardjoputro, SH No. 27 tanggal 10 Maret 1989, para pemegang saham memutuskan untuk mengubah status Bank dari Bank Pasar menjadi Bank Umum, dimana akte perubahan telah mendapat persetujuan Menteri Kehaikman Republik Indonesia melalui surat keputusannya No. C2-4155.HT.01.04-Th 1989 tanggal 2 Mei 1989.

Peningkatan status Bank ini juga telah disetujui oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui Surat Keputusannya No. 748/KMK.013/1989 tanggal 3 Juli 1989.


(61)

4.1.7. Gambaran Umum PT. Bank Kesawan

Hampir 100 tahun yang lalu yaitu pada tahun 1913 Khoe Tjin Tek dan Owh Chooi Eng mendirikan NV Chunghwa Shangyeh (The Chinese Trading Company Limited) di Medan, sebagai pendiri beliau bertindak masing-masing sebagai Direktur Utama dan Komisaris Utama. NV Chunghwa Shangyeh bergerak dalam bidang simpan pinjam keuangan selain juga bergerak di bidang perdagangan umum.

Setelah kemerdekaan yaitu pada tahun 1958 NV Chunghwa Shangyeh resmi melakukan kegiatan sebagai Bank Umum dan pada tahun 1962 bentuk usaha berganti menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Bank Chunghwa Shangyeh. Pada tahun 1965, PT Bank Chunghwa Shangyeh berganti nama menjadi PT Bank Kesawan dan untuk lebih memantapkan posisi Bank maupun pengembangan usaha yang lebih baik, Kantor Pusat Bank Kesawan direlokasi atau hijrah ke Jakarta pada tahun 1990.

ahun 1995, Bank Kesawan memperoleh persetujuan menjadi Pedagang Valuta Asing dan selanjutnya pada tahun 1996mendapatkan izin menjadi Bank Umum Devisa maupun Bank Persepsi, yaitu Bank yang dapat menerima pajak. Walaupun pada masa krisis ekonomi Indonesia di tahun 1998 Bank Kesawan masih merupakan salah satu Bank yang berhasil masuk dalam kategori “A” berdasarkan penilaian Bank Indonesia.


(62)

4.2. Penyajian Data

4.2.1. Variabel Return On Equity (X1

Return On Equity merupakan salah satu rasio profitabilitas yang merupakan hasil pengembalian atas equitas. Rasio ini mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik. Perhitungan ROE didapat dengan membagi keuntungan bersih dengan nilai buku ekuitas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data mengenai

Return On Equity sebagai berikut:

Tabel 4.1.

Data Return On Equity Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Publik di BEI Periode tahun 2004 s/d 2008

)

No Nama perusahan Tahun Return On Equity (X1)

1 PT. Bank Century 2004 -3.401

2005 0.061

2006 0.046

2007 -0.168

2008 4.742

2 PT.CIMB Niaga 2004 0.279

2005 0.138

2006 0.135

2007 0.167

2008 0.073

3 PT.Eksekutif 2004 0.071

2005 -0.361

2006 -0.118

2007 -0.223

2008 -0.010

4 PT. Bank Negara Indonesia 2004 0.244

2005 0.119

2006 0.130

2007 0.052

2008 0.079

5 PT.Bank Nusantara Parahyangan 2004 0.193

2005 0.173

2006 0.109

2007 1.123


(63)

No Nama perusahan Tahun Return On Equity (X1)

6 PT. Bank Kesawan 2004 0.028

2005 0.024

2006 0.032

2007 0.047

2008 0.023

Sumber: Lampiran 1

Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat diketahui bahwa pada perusahaan perbankan yang memiliki nilai Return On Equity terbesar adalah pada perusahaan PT.Bank Nusantara Parahyangan tahun 2008 sebesar 10.793, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Sedangkan yang memiliki nilai Return On Equity terkecil adalah PT. Bank Century pada tahun 2004 yaitu sebesar -3,401, yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak mampu untuk menghasikan modal dengan modal saham tertentu.

4.2.2. Variabel Deviden Payout Ratio (X2

Deviden Payout Ratio merupakan persentase dari laba yang didistribusikan sebagai dividen. Rasio ini merupakan kebijakan dividen yang dibayarkan kepada investor. Dividend payout ratio didapat dengan membagi dividen per lembar saham dengan laba per lembar saham. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data mengenai

Deviden Payout Ratio sebagai berikut:


(64)

Tabel 4.2.

Data Deviden Payout RatioPada Perusahaan Perbankan Yang Go Publik di BEI Periode tahun 2004 s/d 2008

No Nama perusahan Tahun Deviden Payout Ratio (X2)

1 PT. Bank Century 2004 0.000

2005 0.000

2006 0.000

2007 0.000

2008 0.000

2 PT.CIMB Niaga 2004 0.199

2005 0.169

2006 9.610

2007 7.349

2008 17.491

3 PT.Eksekutif 2004 0.000

2005 0.000

2006 0.000

2007 0.000

2008 0.000

4 PT. Bank Negara Indonesia 2004 0.500

2005 0.500

2006 0.013

2007 0.034

2008 0.000

5 PT.Bank Nusantara Parahyangan 2004 0.356

2005 0.000

2006 0.000

2007 0.000

2008 0.000

6 PT. Bank Kesawan 2004 0.000

2005 0.000

2006 0.000

2007 0.000

2008 0.000

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan tabel 4.2. di atas dapat diketahui bahwa pada perusahaan yang memiliki nilai Deviden Payout Ratio terbesar pada perusahaan perbankan adalah PT.CIMB Niaga pada tahun 2008 yaitu sebesar 17.491, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki


(1)

66

hubungan yang signifikan terhadap price to book value (PBV). Karena variabel Return on Equity adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu, maka akan dapat meningkatkan nilai dari harga nilai buku saham perusahaan. Akan tetapi tidak berlaku pada penelitian ini selama periode 2004 sampai dengan 2008 nilai Return on Equity perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap Price to Book Value perusahaan. Tidak berpengarunya variabel Return On Equity terhadap Price to Book Value ditunjukkan dengan nilai thitung

Sedangkan dari hasil pengujian uji t didapatkan bahwa variabel Deviden Payout Ratio (X

yang diperoleh adalah 0,829 dan taraf signifikan sebesar 0,434, dimana taraf signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Hal mungkin disebabkan karena karena pasar saham Indonesia kurang efisien, kurang panjangnya periode penelitian, dan kondisi perekonomian yang tidak menentu.

2) berpengaruh signifikan negatif terhadap Price to

Book Value (Y), dimana hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Wirawati (2008:100) yang menemukan bahwa variabel Dividend Payout Ratio (DPR) mempunyai hubungan yang signifikan price to book value (PBV). Rasio DPR adalah persentase dari laba yang didistribusikan sebagai dividen. Rasio ini merupakan kebijakan dividen yang dibayarkan kepada investor. Investor dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan membeli atau menjual saham dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham bersangkutan. Salah satu pendekatan dalam menentukan nilai intrinsik saham adalah price to book value (PBV). Berpengaruhnya variabel Deviden Payout Ratio


(2)

terhadap Price to Book Value ditunjukkan dengan nilai thitung

4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian

yang diperoleh adalah -3,077 dan taraf signifikan sebesar 0,018, dimana taraf signifikan yang diperoleh lebih kecil dari 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti dapat memberikan implikasi kepada investor ketika akan menginvestasikan dananya pada perusahaan. Ketika akan menginvestasikan dananya kepada suatu perusahaan hendaknya investor terlebih dahulu melihat laporan keuangan perusahaan tersebut ketika akan menginvestasikan dana tersebut. Karena tujuan laporan keuangan koperasi adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai utama dan pemakai lainnya. Laporan keuangan perusahaan selain merupakan bagian dari sistem pelaporan keuangan, juga merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban manajemen perusahaan kepada para investor.

4.4.2. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu

Tabel 4.12.

Perbedaan dan Persamaan Penelitian Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Ni Gusti Putu Wirawati (2008) Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Price To Book Value Dalam Penilaian Saham Di

Bursa Efek Jakarta Dalam Kondisi Krisis Moneter

Price to Book Value (PBV), ROE

(Return On Equity), DPR (Dividend Payout Ratio), tingkat pertumbuhan, dan DFL (Degree Financial Leverage)

Hasil yang ditemukan dari keempat faktor fundamental yang

dianalisis menunjukkan bahwa variabel Return On Equity (ROE),

Dividend Payout Ratio (DPR), dan tingkat pertumbuhan (GRW)

mempunyai hubungan yang signifikan, sedangkan Degree of Financial Leverage (DFL) tidak.


(3)

68

Nama Peneliti

Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Dendy

Ardhata Saputra (2010)

Pengaruh Return On Equity (ROE) Dan

Deviden Payout Ratio (DPR) Terhadap Price To

Book Value (PBV) Pada

Perusahaan Perbankan Yang Go Publik Di

PT. Bursa Efek Indonesia

Return On Equity (ROE) Dan Deviden Payout

Ratio (DPR) Terhadap Price To

Book Value (PBV)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return On Equity dan

Devidend Payout Ratio berpengaruh simultan signifikan

terhadap Price To Book Value pada perusahaan Perbankan yang

go publik di PT. Bursa Efek Indonesia. Sedangkan secara parsial hanya variabel Devidend

Payout Ratio yang berpengaruh signifikan terhadap Price To Book Value pada perusahaan Perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek

Indonesia.

4.4.3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian sekarang memiliki keterbatasan-keterbatasan antara lain :

1. Keterbatasan variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang berakibat pada hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan secara luas. Jadi ada kemungkinan bahwa terdapat variabel lain yang tidak digunakan dalam peneitian ini berpengaruh terhadap Price to Book Value.

2. Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel saja yang kemungkinan berpengaruh terhadap Price to Book Value, tetapi hanya variabel Deviden Payout Ratio saja yang berpengaruh signifikan terhadap Price to Book Value. Diharapkan pada penelitian berikutnya dapat menambah jumlah variabel yang diteliti.


(4)

69 5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Return On Equity dan Devidend Payout Ratio secara simultan maupun parsial terhadap Price To Book Value pada perusahaan Perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Return On Equity tidak berpengaruh secara signifikan positif terhadap Price To Book Value pada perusahaan perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia. Hasil ini ditunjukkan dengan nilai thitung

2. Devidend Payout Ratio berpengaruh secara signifikan negatif terhadap Price To Book Value pada perusahaan perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia. Hasil ini ditunjukkan dengan nilai t

yang diperoleh adalah 0,829 dan taraf signifikan sebesar 0,434, dimana taraf signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0,05.

hitung yang

diperoleh adalah -3,077 dan taraf signifikan sebesar 0,018, dimana taraf signifikan yang diperoleh lebih kecil dari 0,05.


(5)

70

5.2. Saran

1. Disarankan bagi investor untuk lebih meningkatkan kemampuan pendekatannya yang rasional dalam melakukan investasi saham mengingat investasi saham memiliki risiko yang tinggi.

2. Disarankan bagi investor sebelum melakukan investasi, para investor melakukan analisis yang mendalam dan menyeluruh terhadap semua aspek dari kinerja keuangan perusahaan, tetapi dapat juga dengan melihat nilai rasio-rasio yang lainnya.

3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan penambahan variabel yang mempengaruhi rasio PBV selain yang digunkaan dalam penelitian ini. Selain itu juga ditambah tahun pengamatannya.


(6)

dan Non Finansial) Berbasis Komputer. Jakarta : Penerbit PT. Elex media Komputindo Kelompok Gramedia.

Ghozali. 2001. Aplikasi Analisis Multivarrate dengan program SPSS. edisi 11. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gitosudarmo, Indriyo dan Bisri. 2002. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Gujarati, Damodar. 1988. Ekonometrika Dasar, Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi satu. Jakarta : Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.

Haryanto dan Sugiharto, Toto, 2003, Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri Minuman Di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, No.3, Jilid 8, Tahun 2003. Hanafi. Mamduh M. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Revisi. Yogyakarta

: Penerbit UPP AMP YKPN

Jumingan. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. Cetakan

Pertama. Yogyakarta : BPFE

Sugiono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sunariyah. 2003. Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Ketiga. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Santoso. 2001. Buku Latihan SPSS Statisktik Parametrik, Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Kelompok Gramedia

Wirawati, Ni Gusti Putu. 2008. Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Price to Book Value Dalam Penilaian Saham di Bursa Efek Jakarta Dalam Kondisi Krisis Moneter. Buletin Studi Ekonomi. Vol.13.No.1.Denpasar : Universitas Udayana.


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Profitability, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Market to Book Value Ratio, Corporate Tax, Sales Growth, dan Cash Flow Terhadap Dividend Payout Ratio Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013

3 68 128

Pengaruh Likuiditas, Leverage,Perputaran Aset, dan Price Book Value terhadap Earnings Per Share pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 77 105

Pengaruh Return on Equity, Debt to Equity Ratio dan Price Earnings Ratio Terhadap Price to Book Value Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

30 283 90

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh Current Ratio, Leverage, Dividend Payout Ratio Dan Return On Equity Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008

0 61 82

Pengaruh Faktor-faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 9 124

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia PEriode 2011-2013

0 3 124

Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 15 112

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 7 124

PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE) DAN DEVIDEN PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP PRICE TO BOOK VALUE (PBV) PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG GO PUBLIK DI PT. BURSA EFEK INDONESIA

0 0 20